Anda di halaman 1dari 16

ACC NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


PEMBUATAN ALKENA
Tujuan :
1. Mempelajari reaksi dehidrasi suatu alkohol untuk menghasilkan senyawa alkena (memiliki
ikatan rangkap)
2. Mengidentifikasi senyawa dengan ikatan rangkap

Pendahuluan
Alkena merupakan suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap dua atau lebih.
Ikatan rangkap pada alkena merupakan sebuah gugus fungsional biasa dalam hasil alam. Ikatan
rangkap ini sering dijumpai bersama dengan gugus-gugus fungsional lainnya. Produk ini sering
dijumpai dalam tumbuhan dan minyak bumi (Fesenden, 1989).
Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh karena memiliki ikatan rangkap. Ikatan yang
terkandung dalam alkena yaitu ikatan sigma (σ) dan ikatan phi (π). Alkena bersifat reaktif dan
memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan alkana karena adanya ikatan rangkap
antar karbon-karbonnya (Wade, 2006).
Alkena dalam suatu industri dapat dibuat dari suatu senyawa alkana dengan melalui proses
pemanasan dengan katalis. Proses ini biasanya disebut dengan proses perengkahan atau cracking.
Alkena pada suhu rendah biasanya digunakan sebagai bahan baku industri yang sangat penting,
misal dalam pembuatan plastik, karet sintetik dan alkohol (Fesenden, 1989).
Alkohol adalah salah satu senyawa yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Kegunaan alkohol misalnya dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, sebagai bahan bakar
serta merupakan pelarut yang baik untuk berbagai zat. Titik didih yang dimiliki alkohol lebih tinggi
dibandingkan dengan titik didih senyawa alkana yang memiliki jumlah atom karbon yang sama.
Titik didih alkohol bernilai tinggi karena adanya ikatan hidrogen. Densitas alkohol dapat
dipengaruhi oleh banyaknya cabang, panjang pendeknya suatu gugus alkil yang dimiliki serta
banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang berikatan kuat dengan ikatan
hidrogen. Kelarutan alkohol dapat dipengaruhi oleh banyaknya cabang yang dimiliki. Semakin
banyak cabang yang dimiliki maka titik didihnya akan semakin rendah (Suminar, 1990).
Alkohol dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya adalah alkohol primer, alkohol sekunder
dan alkohol tersier. Alkohol primer merupakan suatu alkohol dengan gugus –OH terletak pada atom
karbon paling ujung atau yang terikat langsung pada satu atom karbon lainnya. Alkohol sekunder
adalah jenis alkohol yang memiliki gugus –OH yang terletak pada atom karbon yang mengikat dua
atom karbon lainnya. Alkohol tersier adalah alkohol dengan gugus –OH yang terletak pada atom
karbon yang mengikat tiga atom karbon lainnya. Berikut adalah contoh antara alkohol primer,
sekunder dan tersier yang direaksikan dengan menggunakan H2SO4 pekat :
H2SO4 pekat
Primer : CH3CH2OH CH2=CH2 + H2O
etanol 180o etena
alkohol primer (etilena)
H2SO4 pekat
Sekunder : (CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
2-propanol 100o Propena
alkohol sekunder (etilena)
H2SO4 pekat
Tersier : (CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
t-butil alkohol 60o metil propena
alkohol tersier (isobutilena)
(Suminar, 1990).
Alkohol dengan atom hidrogen terikat pada atom karbon yang berikatan dengan atom
karbon yang mengikat gugus alkohol dapat mengalami reaksi dehidrasi menghasilkan molekul
dengan ikatan rangkap. Reaksi dehidrasi yaitu melepasnya molekul air yang dilakukan dengan
senyawa yang dapat mengikat air secara kuat, misalnya H2SO4 pekat. Dehidrasi alkohol merupakan
sebuah rute sintesis yang bermanfaat pada alkena. Alkohol pada umumnya dapat mengalami reaksi
eliminasi apabila dipanaskan dengan katalis asam kuat seperti H2SO4 untuk menghasilkan alkena
dan air. Gugus hidroksil bukan merupakan leaving group atau gugus pergi yang baik, namun dalam
kondisi asam gugus ini dapat diprotonasi (Wade, 2006).
Reaksi dehidrasi yaitu suatu reaksi yang melibatkan adanya pelepasan air pada molekul
yang bereaksi. Senyawa alkena dapat terbentuk ketika hilangnya H 2O yang diikuti dengan
hilangnya proton. Reaksi dehidrasi alkohol bersifat reversibel atau dapat kembali ke bentuk semula.
Kesetimbangan yang arahnya ke kanan dilakukan dengan destilasi produk dari reaksi campuran
atau penambahan suatu agen dehidrasi untuk menghilangkan air. Metode yang dapat digunakan
untuk membentuk senyawa alkena disebut dehidrasi alkohol (Hoffman, 2004).
Dehidrasi alkohol dimulai dari asam yang melakukan protonasi, mengubah gugus pergi atau
leaving group buruk yaitu –OH menjadi gugus pergi yang baik yaitu H2O. Atom H akan pergi
meninggalkan karbokation. Basa pada campuran memindahkan satu proton dari karbon A
membentuk alkena dan katalis asam akan terbentuk kembali. Hal-hal yang perlu diingat menganai
dehidrasi alkohol antara lain:
1. Selalu dimulai dengan protonasi gugus hidroksil yaitu alkohol bertindak sebagai basa
2. Dehidrasi alkohol menurut 3̊ > 2̊ > 1̊ yaitu sesuai dengan kemantapan ion karbonium
(Rasyid, 2009).
Reagen yang biasanya digunakan untuk dehidrasi alkohol yaitu asam sulfat pekat H 2SO4 dan
asam fosfat H3PO4. Asam sulfat pekat dan asam fosfat digunakan sebagai katalis asam dan juga
sebagai agen dehidrasi. Alkena merupakan hasil atau produk dari destilasi, alkena bersifat sebagai
hidrasi asam yang sangat eksotermik. Titik didih alkena lebih rendah dibandingkan dengan titik
didih alkohol karena pada alkohol terdapat adanya ikatan hidrogen. Alkohol merupakan gugus
hidroksil yang bersifat gugus pergi (leaving group) yang buruk (-OH) namun dengan protonasi oleh
katalis asam mengkonversinya menjadi gugus pergi (leaving group) yang baik (H2O). Karbokation
yaitu hilangnya air dari alkohol yang terprotonasi. Karbokation merupakan jenis asam yang sangat
kuat (Bruice, 2011).

Material Safety Data Sheet (MSDS)


1. Akuades
Akuades memiliki rumus molekul yaitu H2O. Akuades merupakan air dari hasil destilasi
atau proses penyulingan. Akuades berguna sebagai reagen, pencampur zat, dan sebagai pembersih
glassware atau alat-alat laboratorium. Akuades memiliki sifat fisika yaitu berwujud cairan yang
tidak berwarna dan tidak berbau. Akuades memiliki sifat kimia yaitu bersifat netral, berat molekul
18.02 g/mol, dan titik didih 100oC. Akuades mempunyai pH 7 atau bersifat netral. Akuades
termasuk bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan penyimpanan khusus. Akuades tidak
menyebabkan korosi pada mata, kulit, dan tidak berbahaya jika tehirup dan tertelan, sehingga tidak
ada perlakuan khusus saat terkena akuades, cukup mengelap tumpahan dengan lap kering yang
mudah menyerap (ScienceLab, 2018).
2. H2SO4
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral anorganik yang kuat. H 2SO4 digunakan
sebagai reagen atau pereaksi yang umumnya digunakan di dalam suatu reaksi asm-basa atau reaksi
lainnya. H2SO4 memiliki sifat fisika yaitu berwujud cairan yang tidak berwarna dengan berbau
asam. H2SO4 memiliki titik didih 270oC sedangkan titik leleh -35oC. Berat molekul yang dimiliki
oleh asam sulfat adalah 98,08 g/mol. H2SO4 bersifat mudah larut dalam air dingin. H2SO4 dapat
menyebabkan inhalasi, iritasi pada mata dan kulit apabila terjadi kontak langsung. Terjadi kontak
secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, hati, jantung, dan ginjal. H2SO4
ini berbahaya, jika tertelan dapat menyebabkan luka seperti terbakar di mulut dan tenggorokan,
nyeri di dada dan muntah. Kontak langsung pada kulit dapat dicegah dengan cara segera bilas kulit
yang terkontaminasi dengan air yang banyak selama kurang lebih 15 menit. Tindakan pertolongan
pertama apabila terhirup senyawa ini maka harus pindah ke tempat dengan udara yang lebih segar.
Kontak langsung dengan mata dapat dicegah dengan membilasnya dengan air. Tindakan
pertolongan pertama apabila tertelan yaitu jangan memberikan apapun melalui mulut kepada orang
yang tidak sadar dan segera hubungi dokter. Perlindungan yang harus digunakan adalah kacamata
(goggles), jas laboratorium, dan sarung tangan (ScienceLab, 2018).
3. Propanol
Propanol adalah alkohol primer yang memiliki rumus molekul (C3H8O). Propanol digunakan
sebagai pelarut dan bahan bakar. Propanol memilki sifat fisika yaitu berwujud cairan yang tidak
berwarna dengan bau yang tajam. Propanol memiliki titik didih 97,22oC sedangkan titik leleh
adalah sebesar -126,2oC. Berat molekul yang dimiliki oleh propanol adalah 60,1 g/mol. Propanol
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, serta gangguan pernafasan dan pencernaan. Mata
yang terkena bahan ini segera dibilas dengan air selama kurang lebih 15 menit. Kulit yang terkena
propanol segera dibilas dan disabun hingga bersih. Tindakan pertolongan pertama apabila terhirup
bahan ini segera dipindahkan ke tempat yang segar. Propanol yang tertelan tidak boleh
dimuntahkan dan tidak boleh memasukkan apapun kedalam mulut dan segera menghubungi tim
medis untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut (ScienceLab, 2018).
4. 2-butanol
2-butanol adalah alkohol sekunder yang memilki rumus (C4H10O). 2-butanol memilki sifat
fisika yaitu berwujud cairan yang tidak berwarna. 2-butanol memiliki titik didih 99,5oC sedangkan
titik lelehnya sebesar -114,7oC. Berat molekul yang dimiliki oleh 2-butanol adalah 74,12 g/mol.
2-butanol bersifat mudah larut dalam metanol dan dietil eter serta sedikit larut dalam air dingin dan
air panas. 2-butanol dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, serta gangguan pernafasan dan
pencernaan. Tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kontak dengan mata yang terkena bahan
ini segera dibilas dengan air selama kurang lebih 15 menit. Kulit yang terkena 2-butaanol segera
dibilas dan disabun hingga bersih. Tindakan pertolongan pertama apabila menghirup bahan ini
segera dipindahkan ke tempat dengan udara yang segar. 2-butanol yang tertelan tidak boleh
dimuntahkan dan tidak boleh memasukkan apapun kedalam mulut serta segera menghubungi tim
medis untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut (ScienceLab, 2018).
5. Kloroform
Kloroform mempunyai rumus molekul CHCl3. Kloroform memiliki sifat fisik yaitu berupa
cairan tidak berwarna dengan bau yang manis. Kloroform memiliki sifat kimia yaitu mudah
menguap, titik didih 61 oC, titik lebur -63.5 oC, tekanan uap 21.1 kPa pada 20 oC dan berat molekul
sebesar 119.38 g/mol. Kloroform bersifat sangat sedikit larut dalam air dingin. Kloroform
memerlukan tempat penyimpanan dengan ventilasi yang baik dan tertutup. Kloroform dapat
menyebabkan inhalasi, iritasi pada mata dan kulit apabila terjadi kontak langsung. Terjadi kontak
secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, hati, jantung, dan ginjal.
Kloroform ini berbahaya, jika tertelan dapat menyebabkan luka seperti terbakar di mulut dan
tenggorokan, nyeri di dada dan muntah. Kontak langsung pada kulit dapat dicegah dengan segera
bilas kulit yang terkontaminasi dengan air yang banyak kurang lebih 15 menit. Tindakan
pertolongan pertama apabila terhirup senyawa ini harus segera pindahkan ke tempat dengan udara
yang lebih segar. Kontak langsung dengan mata dapat dicegah dengan membilasnya dengan air.
Tindakan penanganan pertama apabila tertelan yaitu jangan memberikan apapun melalui mulut
kepada orang yang tidak sadar dan segera hubungi dokter. Perlindungan yang harus digunakan
adalah kacamata (goggles), jas laboratorium, dan sarung tangan (ScienceLab, 2018).
6. Brom
Brom adalah salah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Br 2. Brom Brom memiliki
sifat fisika yaitu berwujud cairan berwarna merah-coklat (gelap) dan berbau pedas. Brom memiliki
sifat kimia yaitu bersifat iritan, titik didih 58,78oC, dan titik lebur -7,25oC. Brom bersifat mudah
larut dalam dietil eter dan sangat sedikit larut dalam air dingin. Brom memerlukan tempat
penyimpanan dengan ventilasi yang baik dan tertutup. Brom dapat menyebabkan iritasi pada mata
dan kulit, serta gangguan pernafasan dan pencernaan. Mata yang terkena bahan ini segera dibilas
dengan air selama kurang lebih 15 menit. Kulit yang terkena air brom segera dibilas dan disabun
hingga bersih. Korban yang menghirup bahan ini segera dipindahkan ke tempat yang segar. Brom
yang tertelan tidak boleh dimuntahkan dan tidak boleh memasukkan apapun kedalam mulut. Segera
menghubungi tim medis untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut (ScienceLab, 2018).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari praktikum ini yaitu menggunakan senyawa alkohol primer berupa
propanol dan senyawa alkohol sekunder berupa 2-butanol dengan menggunakan reaksi dehidrasi.
Metode yang digunakan adalah pemanasan alkohol dengan H 2SO4 pekat sebagai katalis pada proses
dehidrasi alkohol. Senyawa ikatan rangkap yang dihasilkan selama dehidrasi alkohol dapat
diidentifikasi engan menggunakan air brom.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan alkena adalah tabung reaksi, gelas ukur
10 mL, gelas ukur 100 mL, penjepit besi, corong pisah, pipet tetes, penangas air dan gelas beaker.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan alkena adalah akuades, H 2SO4 pekat,
propanol, 2-butanol, kloroform dan air brom.
Prosedur Kerja
Tabung reaksi disiapkan terlebih dahulu. Sampel senyawa 2-butanol dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat, kemudian dipanaskan dengan penangas air
selama 10 menit dan didinginkan selama 15 menit. Sampel yang sudah dingin dimasukkan kedalam
corong pisah, lalu ditambahkan 100 mL akuades dan 10 mL kloroform sambil dikocok dan
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas ditampung karena merupakan senyawa
alkena/senyawa organik dan lapisan bawah dibuang pada bak B3. Senyawa alkena ditampung pada
botol kecil untuk dilakukan pengujian menggunakan air brom. Identifikasi senyawa alkena dengan
air brom dilakukan dua kali. Identifikasi pertama dimasukkan 1 mL senyawa alkena, kemudian
ditambahkan bertetes-tetes sampai warna konstan (warna air brom). Jumlah tetesan air brom yang
digunakan dicatat dalam lembar pengamatan. Identifikasi kedua dimasukkan 1 mL senyawa organik
mula-mula, kemudian ditambahkan bertetes-tetes sampai warna konstan (warna air brom). Jumlah
tetesan air brom yang digunakan dicatat dalam lembar pengamatan dan dibandingkan dengan
senyawa alkena yang telah dibuat. Pembuatan alkena diulangi dengan menggunakan senyawa
propanol dengan prosedur yang sama.

Waktu yang Dibutuhkan


No Perlakuan Waktu

1. Memasuki ruang praktikum 5 menit


2. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat 10 menit
percobaan

3. Praktikum pembuatan alkena


a. Pembuatan alkena dengan bahan 2-butanol 60 menit
b. Pembuatan alkena dengan bahan etanol 50 menit

4. Petunjuk pembuatan laporan dari asisten masing-masing dan 10 menit


post test

Total 2 jam 15 menit


Hasil
No Perlakuan Hasil Gambar

1. 3 mL 2-butanol + 1 Larutan menjadi panas dan


tetes H2SO4 tidak terjadi perubahan
warna

2. Larutan dipanaskan - Muncul adanya


selama 10 menit gelembung
- Muncul uap air di dinding
tabung reaksi

3. Larutan didinginkan
-

4. Larutan dimasukkan Terbentuk dua lapisan yang


dalam corong pisah berbeda, yaitu:
lalu ditambahkan
- Lapisan atas berwarna
100 mL akuades dan
keruh (senyawa alkena)
10 mL kloroform
- Lapisan bawah tak
dan ditutup lalu
berwarna dan kental
dikocok
(dibuang pada bak B3)
5. Identifikasi senyawa 30 tetes air brom
alkena:

a. 1 mL senyawa 2-
butanol ditambah
air brom
b. 1 mL senyawa 71 tetes air brom
alkena ditambah
air brom

6. 3 mL etanol + 1 tetes Larutan menjadi panas dan


H2SO4 tidak berwarna -

7. Larutan dipanaskan Terdapat gelembung dan


selama 10 menit uap air pada dinding tabung
reaksi

8. Larutan didinginkan Berbau menyengat


-

9. Larutan dimasukkan Terbentuk dua lapisan yang


dalam corong pisah, berbeda, yaitu:
ditambahkan
- Lapisan atas berwarna
akuades 100 mL dan
keruh (senyawa alkena)
kloroform 10 mL
- Lapisan bawah tak
lalu ditutup dan
berwarna dan kental
dikocok
(dibuang pada bak B3
10. Identifikasi senyawa 30 tetes air brom
alkena:

- 1 mL senyawa
etanol ditambah air
brom

- 1 mL senyawa 71 tetes air brom


alkena ditambah
air brom

Pembahasan
Percobaan ini pada praktikum kimia organik ini berjudul pembuatan alkena. Tujuan dari
percobaan ini untuk mempelajari reaksi dehidrasi suatu alkohol untuk menghasilkan senyawa
alkena dan mengidentifikasi senyawa dengan ikatan rangkap. Percobaan ini merupakan sistesis
alkena dengan menggunakan senyawa alkohol. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari reaksi
dehidrasi alkohol untuk menghasilkan senyawa dengan ikatan rangkap (alkena). Ikatan rangkap
yang terbentuk dapat diidentifikasi sifat fisik dan kimianya. Alkohol yang digunakan adalah alkohol
sekunder dan primer yaitu 2-butanol dan propanol yang direaksikan dengan brom. Alkohol primer
adalah alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon primer sehingga proses
dehidrasi terjadi pada C primer. Atom karbon primer adalah atom karbon yang mengikat satu atom
karbon lain. Alkohol sekunder adalah alkohol dengan gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom
karbon sekunder sehingga proses dehidrasi terjadi pada C sekunder. Atom karbon sekunder adalah
atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain.
Percobaan yang pertama yaitu menggunakan senyawa 2-butanol. Senyawa 2-butanol diberi
tambahan H2SO4 pekat sebanyak 1 tetes. Fungsi penambahan H2SO4 pekat adalah sebagai katalis
yaitu senyawa kimia yang dapat mempercepat dan memperlambat terjadinya proses reaksi kimia.
Proses pencampuran antara 2-butanol dengan H 2SO4 pekat menghasilkan larutan yang panas atau
terjadi proses eksoterm. Eksoterm terjadi ketika suatu reaksi yang menghasilkan kalor yang
dipindahkan dari sistem ke lingkungan menyebabkan terlepasnya energi ke lingkungan yang
membuat larutan menjadi panas.

Gambar 1.1 Proses penambahan H2SO4 pekat pada 2-butanol


Senyawa 2-butanol dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit, fungsi pemanasan dalam
hal ini yaitu agar dapat membentuk ikatan rangkap senyawa alkena. Proses pemanasan
mengakibatkan terjadinya reaksi dehidrasi alkohol dengan H2SO4 pekat. Proses selanjutnya adalah
pendinginan. Pendinginan pada senyawa 2-butanol tidak dilakukan selama 15 menit namun ketika
dirasa sudah dingin maka senyawa tersebut dimasukkan dalam corong pisah. Proses pendinginan
bertujuan agar senyawa 2-butena yang terbentuk dapat langsung terpisah dengan campuran saat
direaksikan dalam corong pisah.
Gambar 1.2 Proses pemanasan sampel 2-butanol
Sampel tersebut kemudian ditambahkan dengan 100 mL akuades lalu diberi 10 mL
kloroform. Tujuan ditambahkannya akuades yaitu agar dapat dipisahkan dengan senyawa
organiknya. Kloroform ditambahkan ke dalam corong pisah sambil di kocok. Tujuan dari proses
pengocokan adalah untuk menghilangkan gas oksigen yang terdapat dalam corong pisah. Proses
pengocokan dilakukan dengan cara mengocoknya sebentar lalu kran pada corong pisah di buka,
lakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Tujuan dibukanya kran corong pisah secara berulang-
ulang yaitu agar udara atau gas yang terdapat di dalam dapat keluar dan larutannya menjadi larutan
yang homogen. Fungsi penambahan kloroform adalah untuk melarutkan senyawa oraganik. Hasil
yang terbentuk pada corong pisah yaitu larutan dengan dua lapisan yang berbeda warna. Lapisan
atas berwarna keruh sedangkan lapisan bawah tak berwarna dan bersifat sedikit kental.
Terbentuknya dua lapisan dikarenakan adanya perbedaan kepolaran antara akuades dengan
kloroform. Akuades bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar. Lapisan atas merupakan
senyawa alkena sedangkan lapisan bawah berisi kloroform.

Gambar 1.3 Proses pengocokan sampel 2-butanol


Senyawa organik yang dihasilkan ditampung dalam tabung reaksi sedangkan lapisan
bawahnya dibuang. Senyawa organik kemudian diidentifikasi dengan menggunakan air brom atau
HBr. Proses identifikasi dilakukan dengan cara memasukkan senyawa organik sebanyak 1 mL ke
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan bertetes-tetes brom. Air brom selesai digunakan apabila
warna konstan telah terbentuk pada tabung reaksi tersebut. Jumlah tetesan brom yang digunakan
untuk uji ini adalah 30 tetes. Senyawa organik dapat bereaksi dengan air brom, hal ini ditandai
dengan memudarnya warna air brom yang semula berwarna merah. Hasil percobaan yang diperoleh
telah sesuai dengan literatur bahwa air brom termasuk senyawa halogen yang berwarna merah
kecoklatan, sehingga jika direaksikan dengan asam akan membentuk senyawa HBr yang bersifat
asam kuat dan berwarna pudar. Fungsi penambahan air brom pada senyawa alkena adalah sebagai
pemutus ikatan rangkap.

Gambar 1.4 Perubahan pada senyawa organik


Proses identifikasi yang kedua yaitu menggunakan senyawa alkena yang ditambahkan
bertetes-tetes air brom. Jumlah tetesan brom yang digunakan dalam uji senyawa alkena ini adalah
71 tetes dan berwarna kuning bening. Jumlah tetesan pada senyawa alkena dalam air brom lebih
banyak dibandingkan senyawa organik yang ditambah dengan air brom, hal ini disebabkan oleh
sifat yang dimiliki senyawa organik. Senyawa organik berupa 2-butanol bersifat nonpolar sehingga
tidak dapat bereaksi dengan air. Persamaan reaksi senyawa organik berupa 2-butanol menjadi
senyawa alkena adalah sebagai berikut:
CH3 CH3
+
H 2SO 4 H 2O
H3C
H3 C

OH (1.1)
2-butanol 2-butena
Persamaan reaksi ketika senyawa alkena berupa 2-butena diberi tambahan air brom adalah sebagai
berikut:

H3C
CH3
+ Br 2 + H2 O
Br
OH
+ HBr
(1.2)
2-butena 4-bromo butanol
Gambar 1.5 Perubahan pada senyawa alkena

Percobaan yang kedua yaitu menggunakan senyawa organik berupa etanol. Senyawa etanol
diberi tambahan H2SO4 pekat sebanyak 1 tetes. H2SO4 pekat adalah sebagai katalis yaitu senyawa
kimia yang dapat mempercepat dan memperlambat terjadinya proses reaksi kimia. Proses
pencampuran antara etanol dengan H2SO4 pekat menghasilkan larutan yang panas atau terjadi
proses eksoterm. Eksoterm terjadi ketika suatu reaksi yang menghasilkan kalor yang dipindahkan
dari sistem ke lingkungan menyebabkan terlepasnya energi ke lingkungan yang membuat larutan
tenjadi panas. Senyawa etanol dan H2SO4 pekat yang dipanaskan dalam penangas air selama 10
menit akan menghasilkan gelembung dan terdapat uap air di dalam tabung reaksi. Proses
pemanasan dengan H2SO4 pekat diperlukan karena terjadi reaksi dehidrasi alkohol, yaitu reaksi
yang melibatkan pelepasan air dari molekul yang bereaksi. Proses selanjutnya yaitu proses
pendinginan dimana berfungsi agar senyawa etena yang terbentuk dapat langsung terpisah dengan
campuran saat direaksikan dalam corong pisah. Proses pendinginan tidak dilakukan selama 15
menit, apabila senyawa tersebut sudah benar-benar dingin maka senyawa dimasukkan dalam corong
pisah.

Gambar 1.6 Proses pemanasan sampel etanol


Kegunaan corong pisah adalah untuk proses pemisahan senyawa alkena dengan cara
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan senditas yang berbeda. Proses pemisahan dengan menggunakan corong pisah hanya
dapat digunakan untuk pemisahan cair dengan cair. Proses ektraksi cair-cair larutan yang akan
dipisahkan di kocok terlebih dahulu, kemudian didiamkan beberapa saat sampai masing-masing
larutan terpisah. Senyawa tersebut dipindahkan ke dalam corong pisah lalu ditambahkan dengan
100 mL akuades serta dikocok sambil ditambahkan 10 mL kloroform. Fungsi penambahan akuades
yaitu agar dapat dipisahkan senyawa organiknya sedangkan penambahan kloroform bertujuan untuk
melarutkan senyawa organiknya. Proses pengocokan mempunyai tujuan yaitu menghilangkan gas
oksigen yang terdapat dalam corong pisah dengan cara mengocok dengan kuat lalu buka krannya,
lakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Kran pada corong pisah dibuka bertujuan agar gas dapat
keluar dan larutannya menjadi homogen. Hasil yang terbentuk pada percobaan ini adalah adanya
dua lapisan yang berbeda warna, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah tak berwarna dan
sedikit kental. Hasil percobaan menunjukkan bahwa lapisan atasnya berupa senyawa alkena dalam
air dan lapisan bawahnya adalah kloroform. Sesuai dengan literatur bahwa larutan yang mempunyai
massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bawah. Adanya gelembung dalam lapisan
bawah terjadi karena corong pisah segera ditutup, seharusnya dibiarkan dahulu terbuka untuk
memastikan ada atau tidaknya gelembung. Terbentuknya dua lapisan juga dikarenakan adanya
perbedaan kepolaran antara akuades dengan kloroform. Akuades bersifat polar sedangkan
kloroform bersifat nonpolar.

Gambar 1.7 Pengendapan sampel etanol


Senyawa organik yang dihasilkan ditampung dalam tabung reaksi sedangkan lapisan
bawahnya ditampung dahulu dalam gelas beaker kemudian dibuang. Senyawa organik kemudian
diidentifikasi dengan menggunakan air brom atau HBr. Proses identifikasi dilakukan dengan cara
memasukkan senyawa organik sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan bertetes-
tetes air brom. Air brom selesai digunakan apabila warna konstan telah terbentuk pada tabung
reaksi tersebut. Jumlah tetesan brom yang digunakan untuk uji ini adalah 30 tetes. Senyawa organik
dapat bereaksi dengan air brom, hal ini ditandai dengan memudarnya warna air brom yang semula
berwarna merah. Hasil percobaan yang diperoleh telah sesuai dengan literatur bahwa air brom
termasuk senyawa halogen yang berwarna merah kecoklatan, sehingga jika direaksikan dengan
asam akan membentuk senyawa HBr yang bersifat asam kuat dan berwarna pudar. Fungsi
penambahan air brom pada senyawa organik adalah sebagai pemutus ikatan rangkap. Persamaan
reaksi senyawa alkena berupa etena yang ditambahkan air brom adalah sebagai berikut:

Gambar 1.8 Perubahan pada senyawa organik


Proses identifikasi yang kedua yaitu menggunakan senyawa alkena yang ditambahkan
bertetes-tetes air brom. Jumlah tetesan brom yang digunakan dalam uji senyawa alkena ini adalah
71 tetes dan berwarna kuning bening. Jumlah tetesan pada senyawa alkena dalam air brom lebih
banyak dibandingkan senyawa organik yang ditambah dengan air brom, hal ini disebabkan oleh
sifat yang dimiliki senyawa organik. Senyawa organik berupa etanol bersifat nonpolar sehingga
tidak dapat bereaksi dengan air. Persamaan reaksi senyawa organik berupa etanol menjadi senyawa
alkena adalah sebagai berikut:

CH2 CH2 + Br2 CH CH (1.3)


Br Br
1,2-dibromoetana

Gambar 1.9 Perubahan pada senyawa alkena

Kesimpulan
Proses pembuatan alkena dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi dehidrasi alkohol
yaitu suatu reaksi penghilangan air. Ikatan rangkap yang diperoleh dari reaksi dehidrasi alkohol
dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji brom. Dehidrasi dilakukan dengan adanya asam sulfat
sebagai katalis. Asam sulfat akan memprotonasi oksigen dari alkohol, proton diambil dari basa
(H2SO4-) dan secara simultan membentuk ikatan rangkap karbon (C=C) melalui hilangnya molekul
air. 2-butanol yang didehidrasi menggunakan katalis asam sulfat pekat menghasilkan 2-butena,
sedangkan etanol yang didehidrasi menggunakan katalis asam sulfat pekat menghasilkan etena.
Senyawa alkena yang dihasilkan di uji dengan menggunakan brom. Senyawa 2-butena direaksikan
dengan air brom menghasilkan senyawa 4-bromo butanol dan hidrogen bromida. Senyawa etena
direaksikan dengan air brom menghasilkan senyawa 1,2-dibromoetana.

Saran
Saran untuk percobaan kali ini yaitu praktikan hendaknya selalu teliti dalam mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi. Peralatan baik yang akan digunakan ataupun setalah digunkan
hendaknya dibersihkan dan dikeringkan agar saat mereaksikan suatu larutan tidak terkontaminasi
zat lain. Pengocokan hendaknya dikocok dengan kuat dan pada saat mengeluarkan lapisan bawah
hendaknya corong pisah dalam posisi tegak lurus. Kran pada corong pisah harus sesering mungkin
dibuka setelah melakukan proses pengocokan agar gas tidak tertimbun dalam corong pisah.

Referensi
Bruice. 2011. Organic Chemistry 4th Edition. London: Prentice-Hall, Inc.
Fessenden.1989. Kimia Organik Jilid 1Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hoffman, Robert. 2004. Organic Chemistry Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.
Rasyid. 2009. Kimia Organik  I. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet Bromine MSDS.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927659[diakses 8 Oktober 2018].
ScieneLab. 2018. Material Safety Data Sheet Chloroform MSDS.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927133 [diakses 8 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet n-Propyl alcohol MSDS.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924736 [diakses 8 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet sec-Butyl alcohol MSDS.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923194 [diakses 8 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet Sulfuric acid MSD.
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146[diakses 8 Oktober 2018].
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet Water MSDS. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9927321 [diakses 8 Oktober 2018].
Suminar. 1990. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Wade. 2006. Organic Chemistry Sixth edition. New Jersey: Pearson Education International.
Nama : Shavira Nargis Rambe
NIM : 171810301062
Kelompok : 5
Asisten : Fajrin Nurul Hikmah

Anda mungkin juga menyukai