Anda di halaman 1dari 15

22 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No.

1, Maret 2019

PENGARUH KOMPETENSI FASILITATOR DAN HASIL BELAJAR


PESERTA PELATIHAN KELUARGA SEHAT

Yunia Saputri, Lasi Purwito, Edi Widianto

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 05 Malang
E-mail: eviyuniasaputri@gmail.com

Abstrack: The objectives of the study were: (1) to determine the effect of facilitator competency on the learning
outcomes of healthy family training participants, (2) to determine the effect of learning motivation on learning
outcomes of healthy family trainees, (3) to determine the effect of facilitator competence and learning
motivation on participants' learning outcomes healthy family training. The results showed that the Facilitator
Competence had a significance value (Sig.) 0.044 in the Coefficientsa table with a value of α (degree of
significance) 0.05 meaning 0.044 <0.05 or there was a significant effect and the t test showed 2.112> ttable
(2.052). This means that Facilitator Competence has a significant effect on learning outcomes, and Learning
Motivation has a significance value (Sig.) 0.009 in the Coefficientsa table with a value of α (degree of
significance) 0.05 meaning 0.009 <0.05 or there is a significant effect of the t test showing 2.817> ttable
(2.052) This means that Learning Motivation has a significant effect on Learning Outcomes. Thus
simultaneously the Competency variables of the Facilitator and Learning Motivation variables have a positive
and significant influence on Learning Outcomes.

Keywords: Facilitator Competence, Learning Motivation, Learning Outcomes

Abstrak: Tujuan penelitian: (1) untuk mengetahui pengaruh kompetensi fasilitator terhadap hasil belajar peserta
pelatihan keluarga sehat, (2) untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar peserta
pelatihan keluarga sehat, (3) untuk mengetahui pengaruh kompetensi fasilitator dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar peserta pelatihan keluarga sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi Fasilitator
memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0.044 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifikansi) 0.05 artinya
0.044<0.05 atau terdapat pengaruh yang signifikan dan uji t menunjukkan 2.112> t tabel (2.052). Artinya
Kompetensi Fasilitator berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar, dan pada Motivasi Belajar memiliki nilai
signifikansi (Sig.) 0.009 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifikansi) 0.05 artinya 0.009<0.05
atau terdapat pengaruh yang signifikan dari uji t menunjukkan 2.817> t tabel (2.052). Artinya Motivasi Belajar
berpengaruh signifikan terhadap Hasil Belajar. Dengan demikian secara simultan variabel Kompetensi
Fasilitator dan variabel Motivasi Belajar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil Belajar.

Kata Kunci: Kompetensi Fasilitator, Motivasi Belajar, Hasil Belajar

PENDAHULUAN harus betul-betul diarahkan untuk dapat


Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menghasilkan sumber daya manusia yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal mampu bersaing dan berkualitas. Jalur
1 “Pendidikan yaitu usaha sadar dan pendidikan di Indonesia terdapat tiga (3)
terencana dalam mewujudkan suasana jalur antara lain pendidikan formal,
belajar dan proses pembelajaran agar pendidikan
peserta didik secara aktif mengembangkan nonformal, dan pendidikan informal.
potensi diri, kecerdasan, kepribadian, Pendidikan formal merupakan pendidikan
akhlak mulia, serta keterampilan yang yang terstruktur dan berjenjang.
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa Sedangkan pendidikan nonformal
dan Negara.” Pendidikan sangat penting, merupakan semua pendidikan yang berada
karena tanpa pendidikan manusia akan diluar sistem pendidikan formal. Menurut
sulit berkembang dan bahkan akan UU No. 20 tahun 2003 pasal 26 “Satuan
terbelakang. Dengan demikian pendidikan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 23

kursus, lembaga pelatihan, kelompok dalam hubungannya dengan tingkatan


belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, pada dunia pendidikan, tujuannya, yaitu
dan majelis taklim, serta satuan pendidikan (a) Tujuan Universal, (b) Tujuan Nasional,
yang sejenis.” (c) Tujuan Institusional, (d) Tujuan
Pelaksanaan pelatihan harus dikelola Kurikuler, (e) Tujuan Instruktusional.
sebaik mungkin karena akan berpengaruh Salah satu faktor yang
terhadap keberhasilan suatu pelatihan. mempengaruhi hasil belajar peserta didik
Keberhasilan suatu pelatihan dapat dilihat adalah fasilitator. Dalam proses kegiatan
dari hasil belajar peserta pelatihan. Hasil belajar-mengajar terjadi interaksi antara
belajar menurut Sudjana (2009:3) pada pendidik dan peserta didik yang outpunya
hakikatnya adalah “perubahan tingkah salah satunya adalah hasil belajar. Hasil
laku sebagai hasil belajar yang mencakup belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
bidang kognitif, afektif, psikomotorik.” (a) faktor internal adalah faktor yang
Dengan demikian hasil belajar dari berasal dari dalam diri peserta didik,
pelatihan adalah bentuk peningkatan antara lain kecerdasan, faktor fisiologis,
kompetensi yang ditunjukkan dari sikap, minat, bakat, motivasi, (b) faktor
berbagai segi baik kognitif (pengetahuan), eksternal adalah faktor yang
afektif (keterampilan), dan psikomotorik mempengaruhi berasal dari luar diri
(sikap) peserta serta mampu meningkatkan peserta didik, antaraa lain latar belakang
kreativitas dan inovasi dalam keluarga, sekolah, masyaralat. Faktor
menghasilkan ide-ide kreatif untuk ekternal yang mempengaruhi hasil belajar
kemajuan diri peserta pelatihan dan sesuai salah satunya adalah fasilitator. Fasilitator
tujuan organisasi. dan peserta didik adalah dua komponen
Hasil belajar adalah salah satu tolak yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
ukur suatu keberhasilan peserta didik pendidikan karena fasilitator bertugas
dalam mempelajari materi yang mendidik setiap peserta didik menjadi
disampaikan selama periode atau waktu lebih produktif. Selain itu, fasilitator juga
tertentu, untuk dapat mengetahui hasil memiliki peranan yang sangat penting
belajar peserta didik, fasilitator perlu yaitu memegang pendidikan dan
mengadakan evaluasi atas kemampuan pengajaran di dalam sebuah kegiatan
peserta didik saat memahami materi yang pelatihan sehingga dapat menjadi salah
telah disampaikan atau diberikan melalui satu faktor penentu keberhasilan peserta
hasil evaluasi tersebut, maka dapat didik. Dalam penelitian ini penulis hanya
diketahui hasil belajar yang didapat akan membahas faktor eksternal yaitu
peserta didik. Menurut Winarno (2014:7) kompetensi fasilitator dalam mendidik,
“dalam setiap kegiatan, selalu akan ada melatih proses belajar-mengajar dan faktor
hasil yang ingin dicapai, begitu pula internal yaitu motivasi belajar peserta
dengan kegiatan memberikan pendidikan didik.
(mendidik).” Hasil akhir yang ingin Dunia pendidikan sekarang
dicapai oleh pendidikan adalah bagaimana berkembang sangat pesat. Semakin
dapat menghasilkan manusia-manusia kompleksnya permasalahan pendidikan
terdidik yang sesuai dengan tujuan atau yang dihadapi bukanlah tantangan yang
kurikulum yang ditetapkan. Hasil belajar dibiarkan begitu saja, tetapi perlu adanya
adalah perubahan perilaku yang diperoleh solusi untuk menyelesaikannya, untuk
peserta didik setelah melaksanakan mendapatkan kualitas pendidikan yang
kegiatan belajar atau pembelajaran. Maka lebih baik. Persoalan yang dimaksud
dari itu hasil belajar merupakan hal yang diantaranya adalah kompetensi fasilitator
penting dalam pendidikan karena dapat dalam kegiatan mengajar, mendidik,
mengetahui bahwa tujuan pendidikan melatih. Karena fasilitator sebagai tenaga
sudah tercapai atau belum secara optimal, pendidik yang paling banyak berinteraksi
24 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

dengan peserta didik, jadi diharapakan Persoalan terkait dengan motivasi dalam
memiliki kompetensi yang baik dalam belajar adalah bagaimana agar suatu
kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena motivasi itu dapat meningkat. Dalam
itu, syarat menjadi fasilitator harus memberikan motivasi, pendidik/fasilitator
memiliki berbagai kompetensi dalam harus berusaha untuk mengarahkan
melaksanakan tugas keprofesionalnya. perhatian peserta didik pada sasaran
Pendidikan yang ideal haruslah tertentu. Dengan adanya dorongan dalam
mampu mengembangkan potensi diri diri peserta didik maka akan meningkatkan
seseorang baik sebagai makhluk individu motivasi belajar.
maupun makhluk sosial dengan Berkualitas atau tidaknya suatu
mengembangkan potensi cipta, rasa, dan tempat pendidikan tentu tidak dapat
karsanya. Tujuan dari proses pembelajaran dipisahkan dengan peranan dari berbagai
bahwa semua peserta didik dapat pihak terkait. Ukuran kualitas pendidikan
memperoleh hasil belajar yang didasarkan pada standar hasil yang telah
memuaskan. Peraturan Menteri Pendidikan ditentukan secara bersama sesuai dengan
Nasional No. 16 Tahun 2007 menjelaskan level, jenjang, dan jenis pendidikan.
bahwa “setiap pendidik wajib memenuhi Kualitas pada konteks ini merupakan hasil
standar kualifikasi akademik dan dari proses yang panjang dan sangat
kompetensi pendidik sesui dengan kompleks karena faktor yang terdapat di
peraturan pendidikan nasional.” Standar dalamnya sangat komples seperti tenaga
kompetensi pendidik yang harus dipenuhi pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana,
oleh pendidik ada empat kompetensi, yaitu pengelolaan, warga belajar, sumber
(a) Kompetensi Pedagogik, (b) belajar, dan evaluasi.
Kompetensi Kepribadian, (c) Kompetensi
Sosial, (d) Kompetensi Profesional. METODE
Kompetensi yang berhubungan serta Menurut Sugiyono (2016:2) “metode
dengan pendidik sebagai sebuah profesi penelitian pada dasarnya merupakan cara
adalah kompetensi professional. Selain ilmiah untuk mendapatkan data dengan
kompetensi pendidik, motivasi belajar tujuan dan kegunaan tertentu.” Pada
peserta didik juga sangat berperan penting penelitian ini, peneliti akan menganalisis
dalam pencapain hasil belajar. Menurut mengenai Pengaruh Kompetensi dan
Dimyati dan Mudjiono (2006:80) motivasi Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
merupakan “dorongan mental yang Peserta Pelatihan Keluarga Sehat
menggerakkan dan mengarahkan perilaku Angkatan VII di UPT Pelatihan Kesehatan
manusia, termasuk perilaku belajar.” Masyarakat Murnajati, sehingga
Dalam motivasi terkandung adanya pendekatan dalam penelitian ini adalah
keinginan yang mengaktifkan, pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
menggerakkan, menyalurkan, dan yang digunakan adalah metode penelitian
mengarahkan sikap dan individu belajar. deskripsif dengan analisis regresi
Kuat lemahnya motivasi belajar juga berganda. Metode penelitian deskriptif
mempengaruhi hasil belajar yang menurut Sugiyono (2016:100) “adalah
diperoleh peserta didik dalam kegiatan penelitian yang digunakan untuk
pembelajaran. Oleh karena itu, motivasi menganalisis data dengan cara
belajar perlu diusahakan, terutama mendeskripsikan atau menggambarkan
motivasi yang berasal dalam diri untuk data yang telah terkumpul.” Sedangkan
mencapai tujuan lebih baik dalam studi regresi berganda menurut Arikunto
pendidikan. (2014:201) “analisis regresi berganda
Motivasi dalam belajar sangatlah digunakan untuk mengetahui pengaruh
penting, karena mempengaruhi peserta atau hubungan linier antara dua atau lebih
didik untuk emlakukan kegiatan belajar.
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 25

variabel independen dengan satu variabel Menurut Sugiyono (2016:142)


dependen.” menjelaskan kuisioner atau angket adalah
Dengan metode penelitian yang “teknik pengumpulan data yang dilakukan
sudah ditentukan ini peneliti bermaksud dengan cara memberi seperangkat
untuk mengumpulkan data historis dan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
mengamati secara seksama mengenai responden untuk dijawabnya. Skala
aspek-aspek tertentu yang berkaitan pengukuran angket ini menggunakan skala
dengan permasalahan yang sedang diteliti Likert. Menurut Arikunto (2013:201)
sehingga peneliti akan memperoleh data- metode dokumentasi “dapat berbentuk
data yang mendukung untuk penyusunan tulisan, gambar, atau karya-karya
laporan penelitian. Data-data yang sudah monumental dari seseorang.” Pengambilan
diperoleh tersebut oleh peneliti kemudian data dokumentasi dapat berupa tulisan
akan diproses serta dianalisis lebih lanjut (paper), tempat (place), dan kertas atau
berdasarkan dasar teori yang telah orang (people). Dalam penelitian ini
dipelajari sehingga dapat memperoleh dokumentasi yang digunakan adalah data
gambaran mengenai objek yang sedang nilai hasil belajar dan data nama peserta
diteliti dan selanjutnya akan ditarik pelatihan keluarga sehat angkatan VII di
kesimpulan mengenai masalah yang UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat
diteliti. Adapun variabel dalam penelitian Murnajati. Dokumentasi pendukung
ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel lainnya disajikan berupa foto yang
bebas (X1, X2) dan variabel terikat (Y). diperoleh saat penelitian dilaksanakan.
Menurut Sugiyono (2016:80) Intrumen yang digunakan untuk
populasi adalah “wilayah generalisasi yang mengukur pengaruh kompetensi fasilitator
terdiri atas obyek atau subyek yang dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
mempunyai kualitas dan karakteristik yaitu butir-butir pertanyaan maupun
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti pernyataan dalam angket akan
untuk dipelajari dan kemudian ditarik dikembangkan berdasarkan teori yang
kesimpulannya.” Populasi yang digunakan relevan dengan masing-masing variabel
dalam penelitian ini adalah peserta penelitian. Angket yang dibuat akan
pelatihan keluarga sehat angkatan VII di diukur menggunakan skala Likert.
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Sehingga setiap responden harus memilih
Murnajati. Berdasarkan hasil observasi satu diantara 5 alternatif jawaban yang ada
diperoleh jumlah populasi sebanyak 30 dari masing-masing item, tidak ada
orang. jawaban benar atau salah, setiap jawaban
Menurut Sugiyono (2016:81) sampel akan mempunyai skor yang berbeda.
adalah “bagian dari jumlah dan Penyusunan instrument dalam bentuk
karakteristik yang dimiliki oleh populasi angket dilakukan dalam beberapa tahap
tersebut.” Dalam penelitian ini sampel meliputi: (1) menentukan indikator-
yang digunakan adalah sampel jenuh, yaitu indikator untuk setiap
menggunakan populasi yang ada. Menurut variabel penelitian, (2) menentukan sub
Sangadji (2010:189), “sampling jenuh indikator dari setiap indikator, dan (3)
adalah teknik penentuan sampel bila membuat butir-butir pertanyaan.
semua anggota populasi sebagai sampel.”
Dalam penelitian ini sampel yang Uji Coba Instrumen
digunakan adalah seluruh peserta yang Sebelum digunakan dalam penelitian,
mengikuti pelatihan keluarga sehat VII di perlu dilakukan uji instrumen agar
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat instrumen yang digunakan dapat dikatakan
Murnajati Lawang sebanyak 30 orang. benar-benar baik. Menurut Sugiyono
Teknik dalam penelitian ini adalah (2016:121), “instrumen yang baik harus
menggunakan angket dan dokumentasi. memenuhi dua persyaratan penting yaitu
26 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

valid dan reliable”. Dengan demikian, yang dilakukan oleh peneliti setelah
suatu instrumen penelitian harus melalui peneliti mendapat data yang berasal dari
serangkaian uji validitas dan uji reabilitas lapangan. Pada tahapan ini peneliti
untuk menghasilkan penelitian yang valid memeriksa data yang telah terkumpul
dan reliable. Hasil penelitian yang valid dengan tujuan agar tidak ada data yang
bila terdapat kesamaan antara data yang terlewatkan. Pelaksanaan kegiatan ini
terkumpul dengan data yang sesungguhnya dimulai dengan memberikan identitas pada
terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono instrument yang telah diisi oleh responden
2016:121). Uji validitas dalam penelitian yang selanjutnya diperiksa satu persatu.
ini dilakukan terhadap 15 responden. Kemudian diperiksa juga poin-poin serta
Dalam uji validitas instrumen jawaban yang telah tersedia. (2) pemberian
motivasi belajar didapatkan hasil uji 23 identitas (coding), Tahap pemberian
butir instrument atau pertanyaan identitas (coding) bertujuan untuk
dinyatakan valid, sedangkan 3 instrumen mempermudah peneliti dalam proses
dinyatakan tidak valid. Hasil penelitian tabulasi data. Pada tahapan ini peneliti
yang reliabel, bila terdapat kesamaan data memberikan kode angka sesuai dengan
dalam waktu yang berbeda (Sugiyono skala angka yang telah ditentukan dalam
2016:121). Instrumen yang reliabel adalah alternatif jawaban yang disediakan, (3)
instrumen yang bila digunakan beberapa pembeberan (tabulating), Tahap tabulasi
kali untuk mengukur obyek yang sama, merupakan tahapan ke tiga dalam kegiatan
akan menghasilkan data yang sama. analisis data. Pada tahap ini peneliti
Reliabilitas juga sama dengan konsistensi berusaha untuk membeberkan data yang
atau keajekan. Pada penelitian ini suatu telah diperoleh dalam penelitian. Tahap
instrument memiliki nilai reliabilitas yang pembeberan dilakukan dengan
tinggi apabila instrumen yang dibuat memasukkan data pada tabel-tabel yang
mempunyai hasil yang konsisten dalam telah dibuat untuk mengukur angka yang
mengukur apa yang hendak diukur. kemudian akan dihitung. Proses
Teknik Analisis Data pembeberan atau tabulasi ini dilkasanakan
Teknik analisis data sesuai dengan dengan menggunakan program computer
tujuan penelitian yaitu mengetahui tentang yaitu Microsoft Excel. (4) analisis statistic,
pengaruh kompetensi fasilitator dan Dalam penelitian kuantitatif, analisis
motivasi belajar terhadap hasil belajar data merupakan kegiatan setelah data dari
peserta pelatihan keluarga sehat angkatan seluruh responden atau sumber data lain
VII di UPT Pelatihan Kesehatan terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
Masyarakat Murnajati. Menurut Sugiyono adalah: mengelompokkan data
(2016:147) analisis data merupakan berdasarkan variabel dan jenis responden,
kegiatan setelah data dari seluruh mentabulasi data berdasarkan variabel dari
responden telah terkumpul. Kegiatan yang seluruh responden, menyajikan data tiap
dilakukan didalam analisis data adalah variabel yang diteliti, melakukan
mengelompokkan data berdasarkan pada perhitungan untuk menjawab rumusan
variabel dan jenis responden, mentabulasi masalah, dan melakukan perhitungan
data berdasarkan variabel dan seluruh untuk menguji hipotesis yang telah
responden, menyajikan data dari setiap diajukan. Untuk penelitian yang tidak
variabel yang diteliti, melakukan merumuskan hipotesis, langkah terakhir
perhitungan untuk menjawab rumusan tidak dilakukan.
masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. HASIL
Teknik analisis data antara lain (1) Pelaksanaan pengisian kuesioner atau
pemeriksaan (editing), Tahapan angket dilakukan peneliti sebelum
pemeriksaan (editing) merupakan kegiatan dilakukan pembelajaran sehingga tidak
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 27

mengganggu proses pembelajaran dalam persentase 43%, usia 41-50 tahun


pelatihan Keluarga Sehat Angkatan VII di berjumlah 7 orang atau dengan persentase
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat 23%, usia 51-60 tahun berjumlah 2 orang
Murnajati. Peserta diminta untuk atau dengan persentase 7% dan usia >60
memberikan check-list disetiap jawaban di tahun berjumlah 0 orang atau dengan
dalam kolom yang sudah disediakan oleh persentase 0%. Berdasarkan kategori
peneliti sesuai dengan kenyataan tersebut responden sebagian besar
dilapangan. Pengisian angket angket memiliki usia 31-40 tahun yaitu sebanyak
kuesioner dilakukan sesudah peneliti 13 orang atau 43%, dalam usia tersebut
membacakan petunjuk pengisian dan merupakan usia produktif seseorang
waktu pengisian yaitu 15-20 menit. dimana usia seseorang masih mampu
Kuesioner atau angket yang disebarkan ke bekerja dan menghasilkan sesuatu.
peserta pelatihan berjumlah 30 angkat dan
terdiri dari 32 item pertanyaan untuk c. Karakteristik Responden
variabel kompetensi fasilitator serta 23 Berdasarkan Pendidikan
item pernyataan untuk variabel motivasi Responden dalam penelitian
belajar. berdasarkan pendidikan dibagi menjadi 10
kategori.
a. Karakteristik Responden Diketahui bahwa responden yang
Berdasarkan Jenis Kelamin pendidikan SMP/MTS/PAKET sebanyak 0
Responden yang diambil dalam orang atau 0%, pendidikan
penelitian ini dengan karakteristik SMA/SMK/MA/PAKET sebanyak 0 orang
berdasarkan jenis kelamin. atau 0%, pendidikan D1 sebanyak 0 orang
Diketahui bahwa jumlah responden atau 0%, pendidikan D2 sebanyak 0 orang
dalam penelitian ini berjumlah 30 peserta atau 0%, pendidikan D2 sebanyak 0 orang
pelatihan yang terdiri dari 7 laki-laki atau atau 0%, pendidikan D3 sebanyak 23
(23%) dan 23 orang perempuan atau orang atau 77%, pendidikan D4 sebanyak
(77%). Berdasarkan kategori tersebut 1 orang atau 3%, pendidikan S1 sebanyak
responden sebagian besar adalah 6 orang atau 20%, pendidikan S2 sebanyak
perempuan yaitu sebanyak 23 orang atau 0 orang atau 0%, pendidikan S3 sebanyak
77%. Peserta pelatihan keluarga sehat 0 orang atau 0%, dan pendidikan lainnya
angkatan VII ini sebagian besar sebanyak 0 orang atau 0%. Berdasarkan
merupakan pegawai puskesmas yang kategori tersebut responden sebagian besar
berprofesi sebagai perawat dan bidan, berpendidikan D3 yaitu 23 orang atau
sehingga dalam hal ini berpengaruh 77%. Pendidikan terakhir yang ditempuh
terhadap banyaknya peserta pelatihan yang peserta pelatihan ini adalah mayoritas D3
berjenis kelamin perempuan dibanding keperawatan dan kebidanan, karena
laki-laki. peserta pelatihan disini sebagian besar
merupakan pegawai puskesmas dimana
b. Karakteristik Responden perawat dan bidan merupakan tenaga
Berdasarkan Usia kesehatan yang sangat dibutuhkan.
Responden dalam penelitian
berdasarkan usia dibagi menjadi 6 kategori
usia.
Diketahui bahwa responden yang
memiliki usia <20 tahun berjumlah 0 d. Karakteristik Responden
orang atau dengan persentase sebesar 0%, Berdasarkan Frekuensi Mengikuti
usia 20-30 tahun berjumlah 8 orang atau Pelatihan di UPT Latkesmas
dengan persentase sebesar 27%, usia 31-40 Murnajati
tahun berjumlah 13 orang atau dengan
28 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

Responden dalam penelitian Deskripsi Variabel Kompetensi


berdasarkan frekuensi mengikuti pelatihan Fasilitator (X1)
di UPT Latkesmas Murnajati di bagi Variabel motivasi belajar memiliki 32
menjadi 5 kategori. Adapun persebaran pertanyaan kompetensi fasilitator. Dari 32
responden berdasarkan frekuensi pertanyaan tersebut, terdapat nilai mean
mengikuti pelatihan di UPT Latkesmas yang tertinggi yaitu 4.93 yaitu dengan
Murnajati dapat dilihat pada tabel berikut: pertanyaan “apakah dalam proses
memfasilitasi pelatihan fasilitator
Tabel 1 Karakteristik Berdasarkan memanfaatkan teknologi informasi
Frekuensi Mengikuti Pelatihan di UPT (laptop, komputer)”. Sedangkan nilai
Latkesmas Murnajati terendah adalah 3.43 yaitu dengan
Mengikuti Jumlah Persentase pertanyaan “apakah fasilitator bersifat
Pelatihan tegas pada saat peserta pelatihan
1 kali 20 67%
melakukan pelanggaran”.
2 kali 6 20%
3 kali 2 7%
Tabel 2 Kategori Nilai Variabel
4 kali 1 3%
Lainnya 1 3% Kompetensi Fasilitator
Interval Kriteria Fre Persenta
(Sumber: data primer diolah: 2019) kue se
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nsi
frekuensi responden mengikuti pelatihan 140 - 166 Selalu 19 63.3%
di UPT Latkesmas Murnajati yaitu 113 - 139 Sering 11 36.7%
kategori pertama sebanyak 1 kali ada 20 86 - 112 Kadang- 0 0%
orang atau 67%, kategori kedua sebanyak kadang
59 - 85 Pernah 0 0%
2 kali ada 6 orang atau 20%, kategori 32 - 58 Tidak 0 0%
ketika sebanyak 3 kali ada 2 orang atau pernah
7%, kategori keempat sebanyak 4 kali ada (Sumber: data primer diolah: 2019)
1 orang atau 3%, kategori kelima lainnya
sebanyak 1 orang atau 3%. Berdasarkan Berdasarkan penjelasan tabel 2 dapat
kategori tersebut responden sebagian besar diketahui bahwa besarnya kompetensi
mengikuti pelatihan di UPT Latkesmas fasilitator pada pelatihan keluarga sehat
Murnajati sebanyak 1 kali yaitu 20 orang VII di UPT Pelatihan Kesehatan
atau 67%. Sebagian besar peserta pelatihan Masyarakat Murnajati adalah 0 peserta
berasal dari daerah Tuban, Jombang, pelatihan keluarga sehat angkatan VII
sehingga jarak yang jauh menjadi salah persentasenya 0% dengan klasifikasi tidak
satu penyebab mereka baru pertama kali pernah, 0 peserta pelatihan keluarga sehat
mengikuti pelatihan di UTP Pelatihan angkatan VII persentasenya 0% dengan
Kesehatan Masyarakat Murnajati. klasifikasi pernah, 0 peserta pelatihan
keluarga sehat angkatan VII
persentasenya 0% dengan klasifikasi
Analisis Deskriptif kadang-kadang, 11 peserta pelatihan
Analisis deskriptif digunakan untuk keluarga sehat angkatan VII persentasenya
menggambarkan kondisi masing-masing 36,7% dengan klasifikasi sering, 19
variabel penelitian, yaitu kompetensi peserta pelatihan keluarga sehat angkatan
fasilitator (X1), motivasi belajar (X2), dan VII persentasenya 63,3% dengan
hasil belajar (Y) sebagai variabel terikat. klasifikasi selalu.
Penelitian ini dilakukan pada peserta Sesuai dengan penjabaran di atas
pelatihan keluarga sehat angkatan VII di dapat disimpulkan bahwa kompetensi
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat fasilitator pada pelatihan keluarga sehat
Murnajati. Berikut ini adalah deskriptif angkatan VII tergolong sangat tinggi yaitu
data dari masaing-masing variabel: dibuktikan sebanyak 19 peserta pelatihan
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 29

keluarga sehat angkatan VII dengan angkatan VII dengan presentase sebesar
persentase sebesar 63,3% menunjukkan 70% menunjukkan pada klasifikasi sering.
pada klasifikasi selalu. Dengan persentase Dengan presentase yang tergolong tinggi
yang tergolong tinggi tersebut, maka tersebut, maka dalam hal ini dapat
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dikatakan bahwa motivasi belajar (X2)
kompetensi fasilitator (X1) berpengaruh berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
terhadap hasil belajar peserta pelatihan pelatihan keluarga sehat angkatanVII.
keluarga sehat angkatanVII. Berikut ini adalah post test hasil
Variabel motivasi belajar memiliki 23 belajar peserta pelatihan keluarga sehat
pernyataan motivasi belajar. Dari 23 angkatan VII dengan jumlah soal 40 dan
pernyataan tersebut, terdapat nilai mean tipe soal adalah pilihan ganda, soal post
yang tertinggi yaitu 4.77 yaitu dengan test sesuai dengan materi pelatihan
pernyataan “saya mengikuti pelatihan keluarga sehar.
karena ada surat tugas dari dinas”. Berikut ini adalah analisis distribusi dari
Sedangkan nilai terendah adalah 2.60 yaitu hasil evaluasi yang telah diolah:
dengan pernyataan “saya mengikuti Tabel 4 Hasil Analisis Deskrptif
pelatihan karena kemauan saya sendiri”. Variabel Hasil Belajar
Description Statistics
Tabel 3 Kategori Nilai Variabel N Minim Maxi Me Std. Var
Motivasi Belajar um mum an Deviati ianc
Interval Kriteria F Presentase on e
99 – 117 Selalu 6 20% Y Hasil 30 70 95 80.5 6.067 36.8
80 – 98 Sering 21 70% Belajar 0 10
61 – 79 Kadang- 3 10% Valid N 30
kadang (listwise)
42 – 60 Pernah 0 0% (Sumber: data primer diolah: 2019)
23 – 41 Tidak 0 0%
pernah Sesuai dengan hasil jawaban
(Sumber: data primer diolah: 2019) responden pada tabel di atas mengenai
variabel hasil belajar (Y) peserta pelatihan
Berdasarkan penjelasan tabel di atas
keluarga sehat angkatan VII dengan nilai
dapat diketahui bahwa besarnya motivasi
tertinggi 95 dan nilai terendah yang
belajar pada pelatihan keluarga sehat VII
diperoleh peserta pelatihan adalah 70.
di UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat
Sementara rata-rata nilai yang diperoleh
Murnajati adalah 0 peserta pelatihan
peserta pelatihan adalah 80.50.
keluarga sehat angkatan VII prosentasenya
Selanjutnya hasil belajar berupa post
0% dengan klasifikasi tidak pernah, 0
test untuk masing-masing responden
peserta pelatihan keluarga sehat angkatan
terkait variabel hasil belajar (Y) dapat
VII prosentasenya 0% dengan klasifikasi
dilihat pada tabel kategorisasi sebagai
pernah, 3 peserta pelatihan keluarga sehat
berikut:
angkatan VII prosentasenya 10% dengan
klasifikasi kadang-kadang, 21 peserta
Tabel 5 Rentangan Nilai Variabel Hasil
pelatihan keluarga sehat angkatan VII
Belajar
prosentasenya 70% dengan klasifikasi Hasil Belajar Frekuens Prosentase
sering, 6 peserta pelatihan keluarga sehat i
angkatan VII prosentasenya 20% dengan 94 – 99 2 6.7%
klasifikasi selalu. (Sangat Tinggi
Sesuai dengan penjabaran dapat 88 – 93 1 3.3%
(Tinggi)
disimpulkan bahwa motivasi belajar pada
82 – 87 9 30.0%
pelatihan keluarga sehat angkatan VII (Sedang)
tergolong tinggi yaitu dibuktikan sebanyak 76 – 81 14 46.7%
21 peserta pelatihan keluarga sehat (Rendah)
30 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

Hasil Belajar Frekuens Prosentase Gambar 1 Uji Normalitas


i
70 – 75 4 13.3% Gambar 4.5 terlihat titik-titik berada
(Sangat di sekitar garis diagonal. Titik-titik yang
Rendah)
Total 30 100%
menyebar disekitar garis diagonal
menunjukkan residual berdistribusi normal
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan tabel 5 tentang hasil residual antara variabel Kompetensi
belajar diketahui bahwa nilai terbanyak Fasilitator dan Motivasi Belajar terhadap
yang diperoleh responden berada pada Hasil Belajar berdistribusi normal. Uji
kisaran nilai 76-81 “rendah” atau 46.7%, normalitas juga dapat dilihat dengan
nilai yang sedikit diperoleh responden menggunakan uji One Sample
pada kisaran nilai 88-93 “tinggi” atau Kolmogorov-Smirnov
3.3%. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai
yang sering muncul yaitu nilai “rendah” Tabel 6 Uji Normalitas (One-Sample
dengan kisaran nilai “76-81”. Nilai Kolmogorov-Smirnov Test)
tersebut diperoleh berdasarkan hasil post Variabel Kolmogor Asymp Keteran
ov- . Sig. gan
test yang dilakukan peserta pelatihan
Smirnov Z (2-
keluarga sehat angkatan VII, post test tailed)
tersebut berisi tentang materi selama Kompete 0.619 0.838 Normal
kegiatan pelatihan keluarga sehat angkatan nsi
VII, yang diujikan kepada peserta Fasilitato
r
pelatihan, untuk mengetahui pengetahuan
Motivasi 0.893 0.402 Normal
yang diperoleh peserta pelatihan selama belajar
mengikuti kegiatan. Hasil 0.970 0.303 Normal
Belajar
Uji Asumsi Klasik (Sumber: data primer diolah: 2019)
1. Uji Normalitas Dari tabel 6, besarnya nilai
Uji normalitas bertujuan menguji Kolmogorov-Smirnov Z, pada variabel
apakah dalam model penelitian variabel Kompetensi Fasilitator adalah 0.619
terdistribusi secara normal. Uji normalitas dengan nilai sig 0.838 lebih besar dari
data dalam penelitian ini menggunakan 0.05. Kemudian besarnya nilai
pengujian grafik normal PPlot dan One- Kolmogorov-Smirnov Z, pada variabel
Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang Motivasi Belajar adalah 0.893 dengan nilai
terdapat dalam program SPSS 16.0 for sig 0.402 lebih besar dari 0.05.
Windows. Apabila signifikansi > 0,05 Selanjutnya besarnya nilai Kolmogorov-
maka data distribusi normal. Sebaliknya Smirnov Zpada variabel Hasil Belajar
apabila signifikansi < 0,05 maka data tidak adalah 0.970 dengan nilai sig 0.303 lebih
berdistribusi normal. besar dari 0.05.

2. Uji Multikolinieritas
Hasil pengujian asumsi
Multikolinieritas menunjukkan di dalam
model tidak terjadi Multikolinieritas. Hal
ini dapat dilihat dari matriks korelasi
antara variabel bebas pada Tabel 4.11
Tabel 7 Hasil Pengujian
Multikolinieritas
Variabel Toleran VIF Keterangan
ce
Kompeten 0.776 1.28 Nonmultikolinieri
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 31

si 9 tas atas dan di bawah angka nol. Titik-titik


Fasilitator menyebut dan tidak membentuk pola
Motivasi 0.776 1.28 Nonmultikolinieri
tertentu yang teratur sehingga dapat
Belajar 9 tas
(Sumber: Data primer diolah: 2019) disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian multikolinieritas dapat
diketahui dengan melihat VIF dan nilai Analisis Regresi Berganda
tolerance yang diperoleh. Jika nilai-nilai Analisis regresi berganda ditujukan
toleransi lebih besar dari 0,10 dan nilai untuk mengetahui pengaruh atau hubungan
VIF lebih kecil dari 10 maka dapat variabel bebas kompetensi fasilitator (X1)
disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. dan Motivasi Belajar (X2) serta variabel
Dari hasil pengujian diketahui bahwa terikat hasil belajar (Y), maka untuk
seluruh nilai VIF pada variabel memperoleh hasil yang lebih akurat,
Kompetensi Fasilitator dan Motivasi penulis menggunakan bantuan program
Belajar lebih kecil dari 10 dan nilai software SPSS versi 16.0 for windows.
tolerance lebih besar dari 0,10 sehingga Berdasarkan hasil analisis regresi
disimpulkan bahwa terjadi linier berganda diperoleh nilai B konstan
multikolinieritas. sebesar 51.918. Nilai B pada variabel
3. Uji Heteroskedastisitas penggunaan kompetensi fasilitator (X1)
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk sebesar -0.157. Nilai B pada variabel
menguji apakah dalam model regresi motivasi belajar (X2) sebesar 0.459.
terjadi ketidaksamaan variasi dari residual Sehingga hasil tersebut dapat diuraikan
suatu pengamatan ke pengamatan yang sebagai berikut:
lain. Model regresi yang baik adalah yang 1. Pengaruh kompetensi fasilitator
homokedastisitas atau tidak terhadap hasil belajar berdasarkan hasil
heterokedastisitas. Uji heterokesdaksitas analisis regresi berganda dihasilkan B
dalam penelitian ini diuji dengan sebesar -0.157 dan nilai signifikan 0.044
scatterplot. Data tidak mengalami maka nilai tersebut dapat disimpulkan H0
heteroskedastisitas apabila dalam gambar ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat
scatterplot titik-titik tersebut di atas dan di disimpulkan terdapat pengaruh positif
bawah angka nol dan tidak membentuk secara signifikan antara kompetensi
pola tertentu yang teratur. Uji fasilitator terhadap hasil belajar peserta
Heteroskedastisitas pada Kompetensi pelatihan Keluarga Sehat Angkatan VII di
Fasilitator dan Motivasi Belajar terhadap UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat
Hasil Belajar dapat dilihat pada tabel Murnajati.
dibawah ini. 2. Pengaruh motivasi belajar terhadap
hasil belajar berdasarkan hasil analisis
regresi berganda dihasilkan B sebesar
0.459 dan nilai signifikan 0.009 maka nilai
tersebut dapat disimpulkan H0 ditolak dan
H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh positif secara signifikan
antara motivasi belajar terhadap hasil
belajar peserta pelatihan Keluarga Sehat
Angkatan VII di UPT Pelatihan Kesehatan
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas Masyarakat Murnajati.
Hasil uji heteroskedastisitas variabel
Kompetensi Fasilitator dan Motivasi Uji Hipotesis
Belajar terhadap Hasil Belajar Pengujian hipotesis bertujuan untuk
menunjukkan bahwa titik-titik tersebut di membuktikan hipotesis yang diajukan
32 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

apakah diterima atau ditolak. Uji hipotesis ttabel (2.052). Maka dapat disimpulkan
dalam penelitian ini terdiri dari uji t dan uji bahwa H2 diterima dan HO ditolak.
F yang dilakukan untuk mengetahui 2. Uji F
pengaruh variabel kompetensi fasilitator Uji F digunakan untuk menguji
(X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap variabel-variabel bebas secara bersama-
variable terikat hasil belajar (Y) baik sama terhadap variabel terikat. Pada
secara parsial maupun secara simultasn. penelitian ini variabel bebas (kompetensi
Proses analisis dilakukan sengan bantuan fasilitator dan motivasi belajar) sedangkan
komputer statistik yaitu program SPSS variabel terikat (hasil belajar peserta
16.0 for windows dengan model analisis pelatihan keluarga sehat angkatan VII).
regresi ganda. nilai signifikansi sebesar 0.028a<0.05,
1. Uji t dengan demikian dapat disimpulkan
Uji t digunakan untuk mengetahui bahwa H0 ditolak, yang berarti
apakah variabel-variabel independen “kompetensi fasilitator, motivasi belajar”
secara parsial yang berpengaruh nyata atau berpengaruh secara simultan terhadap hasil
tidak terhadap variabel dependen, derajat belajar peserta pelatihan keluarga sehat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. angkatan VII di UPT Pelatihan Kesehatan
Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari Masyarakat murnajati.
derajat kepercayaan maka kita menerima
H1, H2, H3 yang menyatakan bahwa suatu PEMBAHASAN
variabel indepen secara parsial Pengaruh Kompetensi Fasilitator
mempengaruhi variabel dependen. Terhadap Hasil Belajar Peserta
Menurut kriteria pengujian: Pelatihan Keluarga Sehat Angkatan VII
H1, H2, H3 diterima apabila thitung > ttabel Kompetensi yang dimiliki oleh
(2.052) seorang fasilitator akan sangat membantu
H1, H2, H3 ditolak apabila thitung < ttabel para peserta pelatihan untuk memperoleh
(2.052) hasil belajar yang maksimal. Tanpa adanya
kompetensi yang baik dari seorang
Uji statistic t-test (parsial) fasilitator, akan menghambat semangat
menunjukkan pengaruh kompetensi peserta pelatihan dalam belajar karena
fasilitator (X1) dan motivasi belajar (X2) fasilitatornya tidak mampu memahami
terhadap hasil belajar (Y) adalah keadaan dan kondisi peserta pelatihan
berpengaruh secara parsial. Berdasarkan sehingga terkadang peserta pelatihannya
tabel di atas, maka dapat dideskripsikan kurang semangat dalam mengikuti proses
sebagai berikut, yaitu: pembelajaran. Peraturan Menteri
1. Variabel Kompetensi Fasilitator (X1) Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0.044 menjelaskan bahwa “setiap pendidik wajib
pada tabel Coefficientsa dengan nilai α memenuhi standar kualifikasi akademik
(derajat signifikansi) 0.05 artinya dan kompetensi pendidik sesui dengan
0.044<0.05 atau terdapat pengaruh yang peraturan pendidikan nasional.” Standar
signifikan dan uji t menunjukkan 2.112> kompetensi pendidik yang harus dipenuhi
ttabel (2.052). Maka dapat disimpulkan oleh pendidik ada empat kompetensi, yaitu
bahwa H1 diterima dan HO ditolak. (a) kompetensi pedagogic, (b) kompetensi
2. Variabel Kompetensi Fasilitator (X1) kepribadian, (c) kompetensi sosial, (d)
memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0.009 kompetensi profesional.
pada tabel Coefficientsa dengan nilai α Kompetensi merupakan merupakan
(derajat signifikansi) 0.05 artinya keahlian, kecakapan dasar pendidik yang
0.009<0.05 atau terdapat pengaruh yang harus dikuasai dalam melaksanakan
signifikan dan uji t menunjukkan 2.817> tugasnya sebagai fasilitator. Seorang
fasilitator harus menguasai keahlian dan
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 33

ketrampilan teoritik dan praktik dalam yang berasal dari dalam dirinya untuk
proses ppembelajaran serta belajar sungguh-sungguh. Disamping itu,
mengaplikasikan secara nyata ketika motivasi peserta didik juga berasal dari
proses pembelajaran ini berlangsung. luar diri peserta didik, seperti halnya
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3- motivasi dari fasilitator, keluarga atau
4) “hasil belajar adalah hasil dari suatu temannya. Menurut Sardiman (2007:75)
interaksi tindakan belajar mengajar.” Hasil motivasi adalah “keseluruhan daya
belajar adalah suatu pencapaian peserta penggerak di dalam diri peserta didik yang
didik dari kegiatan belajarnya dan menimbulkan kegiatan belajar, yang
diperoleh dari proses penilaian hasil menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan evaluasi yang dilaksanakan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
pada waktu tertentu. Pencapaian suatu kegiatan belajar dan yang memberikan
tujuan belajar di dalam kegiatan atau arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
proses belajar pembelajaran hasilnya akan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
diukur melalui hasil belajar tersebut. dapat tercapai.” Peserta didik yang
Berhasil tidaknya peserta didik di dalam memiliki motivasi motivasi kuat, akan
melaksanakan kegiatan belajar dapat mempunyai banyak energy untuk
diketahui dari hasil belajar tersebut atau melakukan kegiatan belajar. Begitu pula,
prestasi belajarnya. seorang peserta didik yang memiliki
Berdasarkan hasil pennelitian intelegensi cukup tinggi, gagal karena
menunjukkan bahwa variabel Kompetensi kekurangan motivasi.
Fasilitator (X1) memiliki nilai signifikansi Berdasarkan hasil penelitian
(Sig.) 0.044 pada tabel Coefficientsa menunjukkan bahwa variabel motivasi
dengan nilai α (derajat signifikansi) 0.05 belajar (X2) memiliki nilai signifikansi
artinya 0.044<0.05 atau terdapat pengaruh (Sig.) 0.009 pada tabel Coefficientsa
yang signifikan dan uji t menunjukkan dengan nilai α (derajat signifikansi) 0.05
2.112> ttabel (2.052). Artinya kompetensi artinya 0.009<0.05 atau terdapat pengaruh
fasilitator berpengaruh signifikan terhadap yang signifikan dari uji t menunjukkan
hasil belajar 2.817> ttabel (2.052). Artinya Motivasi
Belajar berpengaruh signifikan terhadap
Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar.
Hasil Belajar Peserta Pelatihan
Keluarga Sehat Angkatan VII Pengaruh Kompetensi Fasilitor dan
Pencapaian hasil belajar yang Motivasi Belajar Terhadap Hasil
maksimal tidak hanya dengan adanya Belajar Peserta Pelatihan Keluarga
intelegensi atau kecerdasan yang ada pada Sehat Angkatan VII
tiap peserta pelatihan. Dalam proses Kompetensi fasilitator ini merupakan
belajar haruslah diperhatikan apa yang suatu hal yang mutlak yang harus dimiliki
dapat mendorong peserta didik agar dapat oleh seorang fasilitator, dan kompetensi
belajar dengan baik. seluruh daya kekuatan fasilitator tersebut tidak serta merta
untuk mendorong peserta didik agar didapatkan begitu saja, tapi harus ada
belajar itu disebut dengan motivasi belajar. usaha yang keras untuk memperolehnya.
Salah satu bentuk keseriusan dalam Pada akhirnya kompetensi fasilitator ini
belajar adalah adanya motivasi peserta merupakan tolak ukur untuk menentukan
didik pada saat mengikuti proses belajaar kualitas fasilitator tersebut. Fasilitator
mengajar. Motivasi merupakan salah satu sebagai pendidik profesional dan
faktor yang penting bagi peserta didik agar merupakan unsur yang paling dominan
dapat memahami materi yang disampaikan dalam mewujudkan pendidikan yang
oleh fasilitator di depan kelas. Motivasi ini berkualitas dituntut untuk memiliki
dapat tumbuh akibat adanya dorongan kompetensi-kompetensi agar dapat
34 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

melaksanakan tugasnya dengan baik. disimpulkan bahwa secara simultan


Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 variabel Kompetensi Fasilitator dan
tentang guru dan dosen menjelaskan variabel Motivasi Belajar memiliki
bahwa secara umum pendidik adalah pengaruh positif dan signifikan terhadap
“pendidik profesional dengan tugas utama Hasil Belajar.
mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan PENUTUP
mengevaluasi peserta didik pada A. Kesimpulan
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan pembahasan maka berikut adalah
menengah.” Sebagai fasilitator, tugas kesimpulan yang penulis ambil dalam
pendidik yang paling utama adalah “to penelitian ini.
facilitate of learning” (memberi Secara parsial terdapat pengaruh yang
kemudahan belajar), bukan hanya signifikan antara variabel kompetensi
menceramahi, atau mengajar, apalagi fasilitator (X1) dan motivasi belajar (X2)
menghajar peserta didik, kita perlu terhadap hasil belajar peserta pelatihan
pendidik yang demokratis, jujur dan keluarga sehat angkatan VII di UPT
terbuka, serta siap dikritik oleh peserta Pelatihan Kesehatan Masyarakat
didiknya. Untuk kepentingan tersebut, Murnajati.
pendidik merupakan faktor penting yang Secara simultan variabel bebas yang
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan terdiri dari kompetensi fasilitator (X1) dan
pembelajaran, bahkan sangat menentukan motivasi belajar (X2) berpengaruh
berhasil tidaknya peserta didik belajar. signifikan terhadap hasil belajar peserta
Motivasi belajar merupakan salah satu pelatihan keluarga sehat angkatan VII di
aspek psikis yang membantu dan UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat
mendorong seseorang untuk mencapai Murnajati.
tujuannya. Maka motivasi harus ada dalam Pengaruh kompetensi fasilittaor dan
diri seseorang, sebab motivasi merupakan motivasi belajar terhadap hasil belajar
modal dasar untuk mencapai tujuan. peserta pelatihan keluarga sehat angkatan
Dengan demikian, motivasi harus menjadi VII di UPT Pelatihan Kesehatan
pangkal permulaan dari pada semua Masyarakat Murnajati, yang paling
aktivitas. dominasi yaitu dipengaruhi oleh motivasi
Berdasarkan hasil penelitian belajar yaitu dibuktikan dengan tingginya
menunjukkan bahwa Kompetensi rata-rata yang dicapai.
Fasilitator memiliki nilai signifikansi
(Sig.) 0.044 pada tabel Coefficientsa B. Saran
dengan nilai α (derajat signifikansi) 0.05 Berdasarkan kesimpulan, berikut
artinya 0.044<0.05 atau terdapat pengaruh adalah saran yang dapat peneliti berikan:
yang signifikan dan uji t menunjukkan Bagi lembaga dari hasil kesimpulan
2.112> ttabel (2.052). Artinya Kompetensi yang menunjukkan adanya pengaruh
Fasilitator berpengaruh signifikan terhadap positif dan signifikan antara variabel
hasil belajar, dan pada Motivasi Belajar kompetensi fasilitator (X1) terhadap hasil
memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0.009 belajar peserta pelatihan keluarga sehat
pada tabel Coefficientsa dengan nilai α angkatan VII di UPT Pelatihan Kesehatan
(derajat signifikansi) 0.05 artinya Masyarakat Murnajati. Disarankan untuk
0.009<0.05 atau terdapat pengaruh yang fasilitator dan yang memegang peran di
signifikan dari uji t menunjukkan 2.817> lembaga untuk bisa meningkatkan dan
ttabel (2.052). Artinya Motivasi Belajar mempertahankan komepetensi fasilitator
berpengaruh signifikan terhadap Hasil yang baik untuk mencapai hasil belajar
Belajar. Dengan demikian dapat peserta pelatihan yang lebih baik lagi.
- Yunia, Lasi, Edi, Pengaruh Kompetensi Fasilitator | 35

Adanya pengaruh posistif dan signifikan Dari


antara variabel motivasi belajar (X2) https://doi.org/10.1016/j.hrmr.2017
terhadap hasil belajar peserta pelatihan .11.003.
keluarga sehat angkatan VII, peserta Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
pelatihan disarankan untuk memperhatikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
dan mencoba menumbuhkan motivasi Bandung: Alfabeta.
belajar yang tinggi dan stabil demi Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian
tercapainya hasil belajar yang maksimal Suatu Pendekatan Praktik. 2014.
sesuai dengan tujuan pelatihan, disarankan Jakarta: Rineka Cipta.
untuk meningkatkan kesadaran dan
kemampuan peserta pelatihan terhadap Sugiyono. 2016. Statistika Untuk
kompetensinya. penelitian. Bandung: Alfabeta.
Bagi Peneliti selanjutnya yang ingin Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil
mengkaji lebih lanjut tentang hasil belajar Belajar Mengajar. Jakarta: PT
dapat lebih mengembangkan terkait Bumi Aksara.
dengan kompetensi fasilitator dan motivasi
belajar secara rinci seperti faktor-faktor Sardiman. 2007. Interkasi dan Motivasi
yang mempengaruhi terhadap kompetensi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
fasilitator dan motivasi belajar yang Grafindo Persada.
selanjutnya bisa meningkatkan kualitas Undang-Undang Republik Indonesia
keduanya sehingga tercapai hasil belajar Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
yang maksimal. SISDIKNAS & Peraturan
Pemerintah Tahun 2010 Tentang
DAFTAR RUJUKAN Penyelenggaraan Pendidikan Serta
Anwar, Muhammad. 2018. Menjadi Guru Wajib Belajar. Bandung: Citra
Profesional. Jakarta: Prenadamedia Umbara.
Group.
Winarno, Agung. 2014. Pengantar
Emda, Amna. 2017. Kedudukan Motivasi Pendidikan. Malang: Universitas
Belajar Siswa Dalam Negeri Malang.
Pembelajaran. Lantanida Journal, 2
(5), 93− 196. Dari http://jurnal.ar- Mulyasa, E. 2015. Menjadi Guru
raniry.ac.id/index.php/lantanida/art Profesional: Menciptakan
icle/download/2838/2064. Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT
Kamil, Mustofa. 2012. Model Pendidikan Remaja Rosdakarya Offset.
dan Pelatihan (Konsep dan
Aplikasi). Bandung: Alfabeta. Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan Non Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Formal: Dimensi dalam
Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, Zunaidi, Anang. 2017. Pengaruh Fasilitas
dan Andragogi. Bandung: PT Belajar dan Motivasi Belajar
Remaja Rosdakarya. Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
Noe, RA & Tews, Mj. 2017. Human IPS MA An Nur Bululawang.
Resource Management Reviev: Skripsi tidak diterbitkan.
Does Training Have To Be Fun? A Universitas Negeri Malang.
Review and Conceptual Model of
The Role of Fun In Workplace Peraturan Menteri
Training, 29 (2), 226− 233. Pendidikan dan Kebudayaan No 20
Tahun 2003, tentang Standar
Pendidikan Sistem Pendidikan
36 | Jurnal Pendidikan Nonformal Volume 14, No. 1, Maret 2019

Nasional pasal 1. Bandung: Citra


Umbara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 19 Tahun 2005,
tentang Standar Pendidikan
Sistem Pendidikan Nasional pasal
6 ayat 3. Bandung: Citra Umbara.

Anda mungkin juga menyukai