Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

STUDI KASUS GAGAL GINJAL

NAMA KELOMPOK :
1. ArdiWijanarko 2043700101
2. IntanSutari T 2043700206
3. RosnitaDebalok 2043700167
4. RahmatWaty TN 2043700231

Kasus
Bapak X, umur 56 tahun melakukan pemeriksaankeklinikdengankeluhan badan terasalemah,
mual,danbeberapakalimuntah. TnLSsudahmenderitagangguanginjalselama2tahun,akhir-akhir ini
sangat mudah terasa capai dalam melakukan aktivitas. Di samping itu Tn LS juga mengalami
gangguanosteoarthritis.

Riwayat penyakit
DM tipe 2 (selama 15 tahun)
Hipertensi (selama 10 tahun)

Diagnosa
Gagal Ginjal Kronik stage 3 dan osteoarthritis

Pemeriksaan fisik
BB : 75 kg Pemeriksaan gas darah
TB : 168 cm pH = 5,35
TD : 145 / 90 mmHg pCO2 = 50 mmHg
pO2 = 120 mmHg
Pemeriksaan urin HCO3 = 15 mEq/L
Proteinuria = 320 mg/hari protein
Terapi
Pemeriksaan laboratorium Insulin 3 X 4 U
Metformin 3 X 500 mg
GFR = 42 mL/menit/1,73 m2
Sr Cr = 2,5 mg/L Amlodipin 1 X 5 mg
Furosemid 2 X 40 mg
BUN = 30 mg/dL
Glukosa puasa = 200 mg/dL Fenofibrat 1 X 100 mg
Trigliserida = 165 mg/dL LDL Ranitidin 2 X 300 mg
Kolesterol = 170 mg/dL Kalsitriol 1 X 0,25 µ
Kolesterol total = 210 mg/dL Ketosteril 1 X 600 mg
Asam urat = 7,5 mg/Dl Kalitake (kalsium polistirena sulfonat)
Hb = 11 g/dL 3 X 15 g
Hct = 36% CaCO3 3X 500 mg
Na+ = 148 mEq/L Suplemen Fe 1 X 1 tablet
Asam folat 1 X 1 tablet
K+ = 6mEq/L Vitamin B kompleks 1X 1 tablet
Ca = 7 mg/dL Allopurinol 3 X 100 mg
Fosfat = 9mg/dL Meloxicam 1 X 15 mg (jika perlu)
Injeksi triamsinolon asetat 1 X 40 mg (tiap
iPTH = 200 ng/mL
bulan)
Identifikasi DRP (Drug Related Problem) pada kasus di atas dan bahas!

Pembahasan :

1. Subjektif :
Tn. LS 56 thn, lemah, mual, dan muntah. Tn. LS menderita GGK 2 tahun dan osteoatritis

2. Objektif :

a. Pemeriksaan fisik

BB : 75 kg
TB: 168 cm
TD: 145 / 90 mmHg

b. Pemeriksaan urin
Proteinuria = 320 mg/hari protein

c. PemeriksaanLaboratorium
GFR = 42 mL/menit/1,73 m (n 15 ml/menit/1,73 m2)
Sr Cr = 2,5 mg/L (np 07-1,2 mg/L)
BUN = 30 mg/L (n 10-20 mg/dl)
Glukosa puasa = 200 mg/dL (n.80-100 mg/dl)
Trigliserida = 165 mg/dL (n<150 mg/dl)
LDL kolesterol = 170 mg/dL (n <100 mg/dl)
Kolesterol total 210 mg/dL (n< 200 mg/dl)
Asam urat 7,5 mg/dL (n p< 8,5)
Hb = 11 g/dL
Hct = 36%
Na+ = 148 mEq/L
K+ = 6 mEq/L
Ca=7 mg/dL
Fosfat = 9 mg/dL
IPTH = 200 ng/mL

3. Assesment
a. Metformin dan Insulin digunakan terapi kombinasi karena gula darah tidak terkontrol
GDS 200mg/dl. Ditambahkan dengan obesitas IMT.26,7. Hanya saja dosis metformin
harus dikurangi 1X 500 mg karena sudah menggunakan kombinasi insulin.
b. Amlodipin 5mg sudah tepat akan sangat menguntungkan dengan pemberian
amlodipin yang dikombinasikan dengan diuretic thiazida,(furosemid). Diuretic
bekerja dengan meningkatkan elstraksi natrium,klorida dan air, sehingga mengurangi
volume plasma dan cairan ekstraksi, sehingga tekanan darah menurun.
c. Pasein mengalami hiperglikemia dengan TG dan LDL lebih dari normal maka
fenofibrat pilihan obat untuk diindikasikan untuk hiperkoletrolemia dan
hipertrigliseridemia yang menurunkan regulasi apoprotein C dan menaikkan regulasi
apoliprotein a-I, protein transport asam lemak, dan lipoprotein C dan menaikkan
peningkatan VLDL katabolisme, oksidasi asam lemak, dan eliminasi partikel
trigliserid. Ranitidin dibutuhkan untuk mengatasi gangguan GI pada penggunaan
fenofibrat.
d. Furosemid untuk mengatasi cairan dalam tubuh pemberian furosemid sudah tepat
indikasi karena pada pemriksaan laboratorium nilai natrium dan kaliumnya. N⁺ = 148
mEq/L dan K⁺ = 6 mEq/L artinya kadar cairan pasien tersebut lebih dari normal/tinggi
jadi fungsi furosemid ini untuk mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh pada urin.
e. Ranitidine penggunaan ranitidine sudah tepat tetapi penggunaan dosisnya diturunkan
menjadi 1x1 sebesar 40mg
f. Menurunnya fungsi ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang
mengatur penyerapan kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis
yang mebuang elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi
tulang. Karena tubuh yang kekurangan kalsium (CaCo3) akan mencuri kalsium dari
tulang. Hal ini pada akhirnya dapat mengakibatkan suatu komplikasi serius pada
pasien gagal ginjal . yaitu kerapuhan tulang yang juga dikenal dengan istilah
osteodistrofi. Kalsitriol merupakan bentuk bioaktif vitamin D yang membantu
penterapan calcium pada tulang. Kalsitriol berperan penting pada demineralisasi
tulang.
g. Keto steril sudah tepat indikasi digunakan untuk terapi gangguan ginjal kronik sampai
gejala gagal ginjal. Pada pemriksaan laboratorium di dapat data hasil DFR,SrCr, dan
BUN. Diluar batas normal jadi sangat diperlukan terapi keto steril.
h. Hiperkalemia terjadi karena penurunan ekskresi potassium akibat tergangungnya
fungsi ginjal diberlakukan terapi jangka panjang untuk mencegah hiperkalemia dan
diresepkan kation resin pengganti. Salah satu kation resin pengganti Calsium
Polystyrene Sulphonate untuk menurunkan hiperglikemia pada penderita yang belum
dan sudah menjaklani Hemodialisis. Dalam presentasi tersebut beliau menerangkan
prinsip penatalaksanaan hiperkalemia. Penatalaksanaan hiperkalemia meliputi tiga
prinsip, yaitu stabilisasi membrane sel untuk mencegah gangguan irama jantung yang
mematikan (pemberian kalsium atau larutan natrium hipertonis), meningkatkan
asupan kalium ke dalam sel ( pemberian glukosa dan insulin, NaHC03, b2-adre-nergic
agonis), dan meningkatkan pengeluaran kalium dari tubuh ( hemodialisis atau
peritoneal dianlisis, diuretic, dan cation exchange resin.
i. Suplemen Fe, asam folat, vitamin B kompleks pada pasien gagal kronik terdapat
gejala uremia seperti neuromuskorinik dan anemia sehingga pasein tersebut
dibutuhkan vitamin B kompleks untuk mengatasi neuromuskorinik dan sumplemen
Fe, asam folat, untuk mengatasi anemia
j. Allopurinol penggunaan allopurinol pada studi kasus tersebut pasien mengalami asam
urat 75mg/dl dan terapi obat yang diberikan adalah allopurinol. Akan tetapi,
penggunaan allpurinol diturunkan menjadi 1-2 x 100mg.
k. Meloxcisam, injeksi triamsinolon asetat gejala yang dialami pada pasein selain gagal
ginjal kronik stag 3 pasien mengalami osteoarthritis. Adalah peradangan kronik pada
sendi akibat kerusakan pada tulang rawan. Maka dari itu terapi yang digunakan adalah
meloxsicam 1x15mg dan injeksi triamsinolon asetat 1x40mg perbulan.

Catatan : jika peradangan sendi sudah hilang atau dikatakan sembuh maka
penggunaan meloxsicam dan injeksi triamsinolon asetat bisa dihentikan
penggunaannya.

DRP(Drug Related Problem )


- Dosis metformin berlebih
- Ranitidin dosisnya berlebih
- Allopurinol dosisnya berlebih

4. PLAN
- Semua obat tetap diberikan, tetapi ada beberapa obat yang perlu di turunkan
dosisnya :
1. Metformin 1x 500 mg
2. Ranitidine 1x1 40 mg
3. Allopurinol 1-2x100 mg

Anda mungkin juga menyukai