Anda di halaman 1dari 7

Nama : Vita Irnawati

NIM 17100195

Mata Kuliah : Ekspor Impor

Prodi : Manajemen

Kelas : Reguler M1

Jenis : UAS Genap 2021

1. Tahap-tahap pelaksanaan transaksi ekspor dan impor melalui beberapaa macam


tahapan, dimana masing-masing tahapan berisi tentang tata cara dan hal-hal yang terlibat
didalamnya :

1. Importir mengajukan permohonan kepada bank pembuka L/C (issuing/opening bank)


untuk membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir.
2. Bank pembuka L/C yang berrsangkutan membuka L/C tersebut kepada bank koresponden
di tempat eksportir (advising bank)
3. Advising bank menenruskan L/C tersebut kepada eksportir.
4. Eksportir menyiapakan dan mengapalkan barang-barang yang akan dikirimkan ke
importer.
5. Atas pemuatan barang-barang dikapal, eksportir menenrima dokumen pengapalan barang
(B/L) dari maskapai pelayan.
6. Dokumen-dokumen pengapaian serta wesel kemudian diserahkan oleh ekportir kepada
advising bank yang menjadi negotianing bank ini boleh juga bank ain, tergantung
keinginan eksportir.
7. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi wesel yang diajaukan oleh ekportir
tersebut.
8. Dokumen-dokumen pengapaian dikirim oleh negotiating bank kepada issuing bank untuk
mendapat ganti pembayaran (reimbursement)
9. Issuing bank akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut dan disesuaikan dengan
syarat-syarat yang tercantum pada L/C dan apabila telah sesuai maka meminta importer
menebusnya dengan cara pembayaran yang disyaratkan dalam L/C, pebayaran pada saat
pengajuan dokumen (atsight) atai berjangka (usance)
10. Importer membayar dan meminta issuing bank untuk mendebet rekeningnya pada bank
tersebut.

2. Pengertian Konsinyasi (Consignment) Sistem pengiriman barang-barang ekspor pada


importer di luar negri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh ekspotir sebagai
titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harha yang telah ditetapkan oleh eksportir,
arang-barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir.

Prosedurnya :

1. Membuat pengajuan untuk barang konsinyasi

Sales mendapatkan calon customer, dengan pertimbangan pasar, maka diajukanlah


permintaan barang konsinyasi. Seperti halnya SO, penanggungjawab konsinyasi adalah
sales bersangkutan.

2. Aproval form pengajuan barang konsinyasi

Sales Manager memeriksa dan melakukan aproval form pengajuan produk konsinyasi.

3. Aproval dan Cross cek form pengajuan barang konsinyasi

Kelebihan :

1. Bebas biaya pelayanan dan penambahan SDM

2. Lebih memiliki perhatian khusus untuk produksi

3. Mempermudah strategi marketing dan irit biaya

4. Mendapatkan profit tanpa modal

5.

3. Yang termasuk dalam dokumen induk diantaranya :


a) Letter Of Credit (L/C)

Yaitu suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang
ditujukan kepada eksportir diluar negeri, yang memberikan hak kepada eksportir
untuk menarik wesel-wesel atas importir yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya
tentang Letter Of Credit (L/C) bisa anda lihat disini.

b) Bill Of Landing (B/L)

Yaitu surat tanda terima barang yang telah dimuat ke dalam kapal laut yang juga
merupakan tanda bukti kepemilikan barang. Juga sebagai bukti adanya kontrak
atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Silahkan anda lihat dalam artikel
sebelumnya telah dijelaskan dengan rinci tentang Bill Of Landing (B/L).

c) Polis Asuransi

Yaitu surat bukti pertanggung jawaban yang dikeluarkan perusahaan asuransi atas
permintaan eksportir ataupun importir untuk menjamin keselamatan terhadap
barang yang dikirim.

Polis asuransi penting karena dapat membuktikan bahwa barang-barang yang


tersebut di dalamnya telah di asuransikan. Dokumen ini juga menyebutkan resiko-
resiko yang ditutup. Dokumen ini menyatakan pihak mana yang meminta asuransi
dan kepada pihak siapa klaim dibayarkan. Setiap asuransi wajib dibayar dengan
valuta yang sama dengan L/C, kecuali dalam syarat-syarat L/C ada pernyataan
lain.

d) Faktur (Invoice)

Yaitu suatu dokumen penting yang dipakai dalam proses perdagangan. Dalam
invoice akan dapat diketahui data-data tentang berapa jumlah wesel yang akan
dapat ditarik, jumlah penutupan asuransi dan penyelesaian urusan bea masuk.

Invoice (faktur) dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1) Proforma Invoice
Yaitu penawaran dalam bentuk faktur biasa dari penjual kepada pembeli yang
potensial. Proforma invoise juga merupakan tawaran kepada pembeli untuk
menempatkan pesanannya yang sering sering mendapatkan permintaan dari
pembeli sehingga penjual mendapatkan izin import dari instansi yang berwenang
dinegara importir.

Faktur ini biasanya menyatakan syarat-syarat jual beli dan harga barang. Sehingga
setelah pembeli yang bersangkutan telah menyetujui pesanan maka akan ada
kontrak yang pasti. Penggunaan faktur ini juga digunakan apabila penyelesaian
akan dilakukan dengan pembayaran terlebih dulu sebelum pengapalan, atas dasar
consignment ataupun tergantung pada tender.

2) Commercial Invoice

Yaitu nota perincian tentang keterangan jumlah barang yang dijual, harga dari
barang dan perhitungan pembayaran. Faktur ini ditujukan oleh penjual (eksportir)
kepada pembeli (importir) yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang
tercantum dalam L/C dan ditanda tangani oleh yang berhak menandatanganinya.

3) Consular Invoice

Yaitu faktur yang dikeluakan oleh instansi resmi, yaitu kedutaan atau konsulat.
Faktur ini terkadang ditanda tangani oleh konsulat perdagangan dalam negeri
pembeli, dengan ditanda tangani oleh eksportir. Atau dibuat dan ditanda tangani
oleh negara sahabat dari negara pembeli. Kegunaan dari faktur ini yaitu untuk
memeriksa harga jual dibandingkan harga pasar yang sedang berlaku dan untuk
memastikan bahwa tidak terjadi dumping.

4. Cover note adalah Pemberitahuan dari perusahan asuransi yang menyatakan bahwa sebuah
asuransi telah ditutup sementara menunggu polis dikeluarkan. Pemberitahuan ini kadangkadang
dibuat dalam sebuah surat asuransi, namun karena tidak berisikan perincian asuransi yang akan
ditutup dan karena ada kemungkinan asuransi tersebut belum ditutup, maka bank tidak
memperlakukan dokumen ini sebagai suatu bukti yang cukup sebagai sebuah kontrak asuransi
untuk dijadikan dokumen atas dasar suatu L/C.

5. Tarif ekspor, merupakan tarif yang dikenakan untuk setiap komoditi ekspor.

Tarif impor, merupakan tarif yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara
lain.

Tujuan tarif adalah untuk menaikkan biaya impor untuk barang tertentu. Bagi konsumen
domestik, itu mengurangi permintaan barang impor karena harganya lebih mahal. Bagi
pengekspor, tarif membuat produk mereka menjadi tidak kompetitif di pasar negara tujuan.

Bagi perekonomian negara, eksport import yang dilakukan memiliki dampak postif dan negatif
bagi keberlangsungan ekonomi disebuah negara. Adapan dampak positifnya seperti menjual
barang atau produk yang dimiliki ke negara lain, meningkatkan perekonomian, memenuhi
kebutuhan yang belum dapat terpennuhi disebuah negara dll.

6. MERUJUK Pasal 1 angka 3 UU Kepabeanan, kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-
batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas
barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC).
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas
Kontinen yang di dalamnya berlaku UU Kepabeanan.

Bea merupakan suatu tindakan pungutuan dari pemerintah terhadap barang ekspor atau impor,
sedangkan cukai adalah pungutan negara kepada suatu barang yang memiliki sifat atau
karakteristik yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Cukai.

7. Keterangan: 20jt/unit.
10 laptop= 10 x 20.000.000 = Rp 200.000.000

a. Bea masuk 7,5%

7,5% x Rp 200.000.000 = Rp 15.000.000


b. Pajak PPn 10%

10% x (Rp 200.000.000 + Rp 15.000.000)

= 10% x Rp 215.000.000 = Rp 21.500.000

c. PPh pasal 22

- Dengan NPWP 10%

8. 10% x (Rp 200.000.000 + Rp 15.000.000)

= 10% x Rp 215.000.000 = Rp 21.500.000

- Tanpa NPWP 20%

20% x (Rp 200.000.000 + Rp 15.000.000)

= 20% x Rp 215.000.000 = Rp 43.000.000

d. Total pajak yang harus dibayar:

- Dengan NPWP

Rp 15.000.000 + Rp 21.500.000 + Rp 21.500.000

= Rp 58.000.000

- Tanpa NPWP

Rp 15.000.000 + Rp 21.500.000 + Rp 43.000.000

= Rp 79.500.000

Anda mungkin juga menyukai