Dosen Penanggungjawab :
Meohar Maraghiy Harahap, S.Hut, M.Sc
Oleh :
Putria Aqila 171201056
Gunplawan Tobing 171201150
David Wiranata 171201156
Sry Mulyani Kurniawati Sirait 171201159
Johanes Simatupang 171201164
KSH 6
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
dan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Meohar Maraghiy Harahap,
S.Hut, M.Sc.sebagai dosen Pengelolaan Jasa Lingkungan yang telah memberikan
materi dengan baik dan benar dan juga ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada teman-teman yag telah ikut serta membantu dalam penyelesaian makalah
ini dengan memberikan ide dan dorongan semangat.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kesalahan
yang terjadi baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga tulisan makalah ini berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Potensi Jasa Lingkungan Pada Hutan Produksi................................. 3
2.2 Bentuk Pengelolaan Jasa Lingkungan Pada Hutan Produksi............ 3
2.3 Penelitian Terbaru Mengenai Potensi Jasa Lingkungan
Pada Hutan Produksi........................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan hutan yang berdekatan dengan areal pertanian penduduk atau
berdekatan dengan permukiman, pengelolaannya, khususnya pengawasan baik itu
tanaman maupun hasil hutan, perlindungan hutan secara murni oleh Dinas
Kehutanan tanpa campur tangan masyarakat. Mengingat besarnya ancaman dari
tindakan pencurian ataupun perusakan hutan. Apalagi terhadap tanaman hutan
baru setelah selesai ditebang. Kawasan hutan yang berdekatan dengan
permukiman penduduk sudah hampir tidak ada lagi yang memang murni hutan
(original hutan). Hal tersebut oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk areal hutan produksi ataupun hutan lindung,
melalui tanaman sengon, jati mas dan tanaman lain yang merupakan bahan
produksi seperti kertas dan lain sebagainya. Sistem pengawasan hutan demikian
oleh Dinas Kehutanan bekerja sama dengan masyarakat sekitar hutan dengan cara
masyarakat sekitar hutan tersebut diperkenankan untuk menanami kawasan hutan
dengan tanaman pertaniaan (Suwarno dan Bramantyo, 2019).
Pemanfaatan kawasan hutan produksi sebagaimana diatur dalam Pasal 28
dan Pasal 29 pada Undang Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan, menjelaskan berbagai bentuk pemanfaatan yang dapat dilaksanakan
sesuai aturan perizinan. Perizinan usaha dimaksud dapat diberikan kepada
perseorangan, koperasi, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Adanya izin pemanfaatan yang diberikan kepada
salah satu pihak sesuai aturan yang digunakan (rule in use) akan membatasi hak
pemilikan pihak lain (non excludeble), namun tidak dapat membatasi penggunaan
lain (non rivalery). Ada dua fungsi pemerintah dalam mengatur pemanfaatan
hutan, yaitu pengalokasian dan pendistribusian kawasan hutan produksi. Fungsi
alokasi merupakan representasi publik diberi kewenangan kepada pemerintah
untuk menetapkan sumber daya apa yang akan dimanfaatkan, untuk apa, dan
bagaimana cara pemanfaatannya. Sedangkan fungsi distribusi merupakan alokasi
kawasan hutan dapat dimanfaatkan masyarakat (Napitu, dkk, 2017).
Konflik sumber daya alam, termasuk konflik lahan semakin marak terjadi
dalam dekade terakhir ini. Konflik tersebut terjadi dengan cakupan wilayah, pihak
yang terlibat dan dampak yang semakin luas. Kondisi tersebut disebabkan oleh
adanya ketimpangan distribusi lahan. Hal ini diperkuat dengan data Badan
Pertanahan Nasional (BPN) yang menunjukkan bahwa rasio distribusi lahan di
Indonesia hanya sebesar 0,562. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan
penguasaannya yang dikuasai oleh hanya 0,2% penduduk Indonesia.Kehutanan
sebagai salah satu sektor yang diberi kewenangan oleh undang-undang untuk
menguasai hamparan lahan seluas 136,94 juta hektar (65% dari total luas wilayah
Indonesia) tentu saja tidak luput dari persoalan konflik lahan. Fakta di lapangan
menunjukkan banyaknya kawasan hutan yang diokupasi oleh masyarakat untuk
dijadikan lokasi pemukiman, infrastruktur, desa, lahan usaha tani dan kebun.
Kondisi tersebut ditunjukkan dengan adanya kasus konflik lahan di sektor
kehutanan yang mencapai 72 kasus dengan luas areal mencapai 1,2 juta hektar
lebih (Harun dan Dwiprabowo, 2014).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Potensi Jasa Lingkungan Pada Hutan Produksi?
2. Bagaimana Bentuk Pengelolaan Jasa Lingkungan Pada Hutan Produksi?
3. Bagaimana Penelitian Terbaru Mengenai Potensi Jasa Lingkungan Pada
Hutan Produksi?
Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Potensi Jasa Lingkungan Pada Hutan Produksi.
2. Untuk mengetahui Bentuk Pengelolaan Jasa Lingkungan Pada Hutan
Produksi.
3. Untuk mengetahui Penelitian Terbaru Mengenai Potensi Jasa Lingkungan
Pada Hutan Produksi.
BAB II
ISI
3.1 Kesimpulan
1. Pemanfaatan kawasan hutan produksi sebagaimana diatur dalam Pasal 28
dan Pasal 29 pada Undang Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan, menjelaskan berbagai bentuk pemanfaatan yang dapat
dilaksanakan sesuai aturan perizinan.
2. Sistem pengawasan hutan demikian oleh Dinas Kehutanan bekerja sama
dengan masyarakat sekitar hutan dengan cara masyarakat sekitar hutan
tersebut diperkenankan untuk menanami kawasan hutan dengan tanaman
pertaniaan.
3. Hutan produksi memiliki komponen penyusun karbon terbesar adalah
pohon yaitu 95 %. Tumbuhan bawah memiliki peran yang sangat kecil
dalam menyediakan karbon di hutan produksi yaitu 1 %.
4. Pada jenis Acacia mangium Willd. (mangium) yang merupakan salah satu
tanaman penyusun HTI yang sampai saat ini belum banyak diteliti dan
dikelola secara khusus untuk kepentingan jasa lingkungan
5. Adanya izin pemanfaatan yang diberikan kepada salah satu pihak sesuai
aturan yang digunakan (rule in use) akan membatasi hak pemilikan pihak
lain (non excludeble), namun tidak dapat membatasi penggunaan lain (non
rivalery).
DAFTAR PUSTAKA
Asef K, H. 2014. Potensi Biomassa Dan Karbon Pada Hutan Tanaman Acacia
Mangium Di Hti Pt. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan . 7(4) Edisi Khusus, 237 -249
Midi, L., Kasim, S., & Saldin, S. 2016. Analisis Kesediaan Membayar
(Willigness To Pay) Jasa Lingkungan Hidrologi Kawasan Hutan Produksi
Gunung Loi-Loiyo (Studi Kasus Desa Laroonaha Kecamatan Oheo
Kabupaten Konawe Utara). Jurnal Ecogreen, 2(1), 57-62.
Napitu, J. P., Hidayat, A., Basuni, S., & Sjaf, S. 2017. Mekanisme akses pada
hak kepemilikan di kesatuan pengelolaan hutan produksi meranti,
Sumatera Selatan. J. Penelit. Sos. dan Ekon. Kehutan, 14(2), 101-118.
Ratnaningsih, A. T., Suwarno, E., & Insusanty, E. 2014. Potensi Karbon pada
beberapa Tipe Vegetasi di Hutan Tanaman Industri (Potential of Carbon
for Some Type Of Vegetation in The forest plantation. Jurnal Ilmiah
Pertanian, 11(2), 43-55.
Safril K,. La, O,M,. Dan Juliana. 2015. Valuasi Jasa Lingkungan Hidrologis
Hutan Produksi Desa Lakomea Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan. Ecogreen Vol. 1(2): 25 – 38.
Asef K, H. 2014. Potensi Biomassa Dan Karbon Pada Hutan Tanaman Acacia
Mangium Di Hti Pt. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan . 7(4) Edisi Khusus, 237 -249