Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pengelolaan Satwa Liar Medan, Mei 2020

SPESIES EKSOTIK YANG BERUBAH MENJADI INVASIV


SEMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha)

Dosen Penanggungjawab :
Nurdin Sulistiyono, S. Hut., M.Si

Oleh:
Wita Asmanijar 171201045
Sunita Agustini 171201048
Putri Aqila 171201056
Feby Arsyta Siregar 171201058
Nur Tania Putri Br Sembiring 171201064
Defri Gultom 171201067
Yusron Wahyudi 171201082
Amos P Simanjuntak 171201086
Hana Syeufira Mahdiyah 171201091
Raimondo Limbong 171201092

Kelompok 2
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN 6

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Pengelolaan Satwa Liar ini dengan baik dan tepat waktu. Penulisan laporan ini
merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Praktikum Pengelolaan satwa liar
selanjutnya di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak
Nurdin Sulistiyono, S. Hut., M.Si Sebagai dosen penanggung jawab Praktikum
Pengelolaan Satwa Liar yang telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Dan juga Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah
ikut serta membantu dalam penyelesaian laporan ini dengan memberikan ide dan
dorongan semangat.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kesalahan
yang terjadi baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
laporan ini.

Medan, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II. ISI
2.1. Karakteristik Dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat 7
2.2. Dampak Ekologi Sembung Rambat 8
2.3. Pengendalian Sembung Rambat 9
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan....................................................................................... 5
3.2 Saran................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


  Spesies yang diintroduksi dari habitat aslinya ke habitat yang baru di
tempat lain sebagai tindakan manusia dinamakan spesies eksotik, spesies asing,
atau spesies tidak asli. Kontributor utama terhadap pengurangan dan kepunahan
(selain karena hilangnya habitat), adalah introduksi spesies bukan alami pada
lingkungan baru. Spesies kadang-kadang menginvasi habitat baru secara alami,
tetapi eksplorasi dan kolonisasi manusia secara dramatik meningkatkan
penyebaran spesies.  Bilamana manusia bermukim jauh dari tempat tinggalnya,
mereka secara sengaja mengintroduksi tanaman dan hewan yang telah
dibudidayakannya. Banyak spesies lain secara tidak sengaja terangkut ke seluruh
dunia. Banyak tanaman dan binatang, misalnya di Indonesia, merupakan eksotik.
Demikian juga hama dan penyakit tanaman banyak yang eksotik
(Abywijaya dkk, 2014)
Eksotime mungkin  merugikan pada flora dan fauna asli. Mereka sering
meninggalkan faktor-faktor yang berkembang bersamanya yang mengendalikan
populasi dan penyebarannya. Dalam habitat barunya mungkin hanya ada sedikit
predator atau penyakit, sehingga populasinya tumbuh tak terkendali. Mereka
sering kali dinamakan eksotik invasif. Organisme yang dimangsa mungkin belum
mengembangkan mekanisme pertahanan dan spesies asli mungkin tak dapat
berkompetisi dengan baik terhadap ruang dan makanan, sehingga terdesak ke
kepunahan Kebanyakan tanaman eksotik yang menimbulkan problem lingkungan
sekarang ini adalah diintroduksi secara tidak sengaja, misalnya mendompleng
melalui benih tanaman lain yang didatangkan.  Tanaman eksotik yang tidak
dikehendaki di bidang pertanian dan kehutanan dinamakan gulma. Mikania
micrantha diintroduksi ke Indonesia sebagai tanaman penutup tanah (cover crop)
di perkebunan. Dewasa ini spesies ini telah menjadi gulma yang penting. Acacia
nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya di Taman
Nasional Baluran sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain; spesies ini
diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. Eceng gondok

iv
5

(Eichhornia crassipes) tumbuh sangat cepat di sungai-sungai dan danau. Spesies


ini awalnya diintroduksi sebagai tanaman ornamental (Master, 2015).
Transfer binatang yang paling destruktif dan mahal dari satu negara ke
negara lain adalah kelinci ke Australia. Pertama kali diintroduksi oleh seorang
tuan tanah kaya, Thomas Austin, yang kangen akan binatang-binatang dari tanah
airnya, Inggris. Austin membawa beberapa dosin kelinci tahun 1859 dan
melepaskannya di negara bagian Victoria. Kelinci ini beranak pinak, dan menjadi
binatang buruan bagi Austin. Enam tahun kemudian ia menaksir telah membunuh
20.000 ekor dan masih ada 10.000 ekor lagi. Kelinci akhirnya menyebar ke
seluruh kontinen Australia, perburuan kelinci menjadi populer, daging dan kulit
kelinci menjadi komoditi ekspor bagi Australia. Populasi kelinci bertambah cepat
karena tidak adanya predator (serigala) seperti di Eropa. Predator yang ada, dingo
(sejenis anjing) telah dikendalikan populasinya oleh peternak biri-biri. Dalam 50
tahun kelinci telah menyebar ke seluruh Australia kecuali di bagian utara yang
beriklim tropis, dan populasinya demikian padat sehingga memakan setiap rumput
yang ada dan mematikan semak dan pohon dengan memakan kulitnya.  Kelinci
juga menginvasi ladang penggembalaan biri-biri menjadi lahan yang tak
produktif, menurunkan produksi wol menjadi setengahnya. Akhirnya, kelinci
dinyatakan sebagai musuh, yang diburu dan dibunuh. Pemerintah menyediakan
hadiah bagi yang mengumpulkan ekor kelinci, dan jutaan ekor telah dikumpulkan.
(Gunawan dkk, 2015).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana  Karakteristik Dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat?
2. Apa Dampak Ekologi Sembung Rambat?
3. Bagaimana Pengendalian Sembung Rambat?
1.3.Tujuan
Adapun dari tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Karakteristik Dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat
2. Untuk mengetahui Dampak Ekologi Sembung Rambat
3. Untuk mengetahui Pengendalian Sembung Rambat

v
BAB II
ISI

2.1 Karakteristik dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat


Sembung rambat merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat
dengan cepat. Taksonomi dari sembung rambat adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopisida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania Micrantha
Nama umum dari sembung rambat adalah American rope, Chinese creeper dan
mile a minute weed. Sembung rambat juga dikenal dengan nama lokal seperti
American vally, silk vally, kaipu vally, dhritharastra pachadi Kerala dan India,
cheroma, ulam tikus di Malaysia, sembung rambat di Indonesia (Rezki dkk, 2018)
Sembung rambat juga menghasilkan senyawa alelopatik berupa fenol dan
flavon. Sembung rambat mudah berkembang biak melalui potongan batang dan
biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat
mencapai 95%. Batang sembung rambat tumbuh menjalar berwarna hijau muda,
bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-
6 m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru
dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun
4-13 cm dan lebar daun 2-9 cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan
tepi daun bergerigi. Satu tangkai sembung rambatdapat menghasilkan 20.000-
40.000 biji dalam satu musim. Penyebaran benih terjadi pada bulan Oktober dan
April. Pertumbuhan sembung rambat muda sangat cepat (8-9 cm dalam 24 jam).
Sembung rambat dapat tumbuh dengan merambat memanjat pohon, sehingga
pohon tertutup oleh daun-daun sembung rambat tersebut (Hamidah dkk, 2015).

vi
7

2.2 Dampak Ekologi Sembung Rambat.


Sembung rambat terkenal sebagai salah satu spesies gulma ganas di
dunia). Gulma ini telah menyebar ke daerah Asia-Pasifik, khususnya di Selatan
China sejak tahun 1980. Di hutan penyebaran sembung rambat tidak terkendali
dengan jarak elevasi di bawah 1000 m. Gulma ini menyebabkan tertutupnya
pohon di daerah ekosistem teresterial sehingga pohon susah hidup. Jenis gulma
ganas ini terus meningkat sehingga penggendaliannya menjadi perhatian umum
oleh pemerintah setempat Setelah beradaptasi dan menetap, sembung rambat
menyebar sangat cepat menjajah dan menganggu lingkungan. Sembung rambat
dapat merusak atau membunuh tanaman lain dengan menghalangi cahaya pada
tumbuhan lain. Selain bersaing dengan tanaman lain untuk air dan nutrisi,
sembung rambat juga mengganggu proses nitrifikasi dan melepaskan zat yang
menghambat pertumbuhan tanaman lain (Djafaruddin, 2001).
Dampak akibat sembung rambatdi berbagai daerah tropis semakin
meningkat karena pemangkasan/pemotongan secara berkala sehingga terjadi
degradasi pada hutan alami. Awalnya sembung rambat menjajah hutan
sehinggaterdegradasi, kemudian menyerang kebun di dekat hutan, sehingga
menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem hutan, taman-taman diperumahan
dan perkebunan. Di Samoa, dilaporkan bahwa sembung rambat menyebabkan
perkebunan kelapa terlantar. Sembung rambat juga menyebabkan masalah serius
di kelapa sawit, pisang, kakao, tanaman hutan, dan padang rumput. Sembung
rambat dianggap salah satu dari tiga gulma terburuk pada perkebunan teh di India
dan Indonesia, karet di Sri Lanka dan Malaysia. Ancaman utama sembung rambat
adalah pengurangan hasil panen, hilangnya keanekaragaman hayati dan
pencegahan regenerasi hutan (Pebriyani dkk, 2013).
Peran ekologis dari sembung rambat tidak terdata dengan baik meskipun
telah dilaporkan sembung rambat dapat digunakan sebagai penutup tanah dan
padang rumput dan pakan ternak. Hal ini memungkinkan bahwa sembung rambat
dapat menjadi sumber makanan bagi fauna liar. Sembung rambat dapat digunakan
untuk pengobatan sebagai anti-infeksi dari India dan kelompok etnis lainnya di
seluruh Amerika Tengah. Sembung rambat juga digunakan untuk menghilangkan
racun pada gigitan serangga dan ruam. Penggunaan obat tradisional dari tanaman

vii
8

ini mendorong organisasi Health untuk mempelajari sifat antibiotik untuk aplikasi
dalam industri farmasi (Kamsyuri danYani, 2014).
2.3 Pengendalian Sembung Rambat
Dalam mengendalikan pertumbuhan sembung rambat digunakan tiga
metode yaitu metode fisik, kimia dan biologi (Sankaran, 2015).
1. Fisika Metode fisika merupakan metode yang sulit dilakukan karena benih/biji
dapat menyebar dengan mudah dan akar tanaman mudah merambat bila berada di
tanah yang lembab. Pemangkasan secara berkala, sebaiknya dilakukan sebelum
tanaman berbunga dan selama periode pertumbuhan berkurang (di daerah dengan
musim kering atau dingin) dapat membantu mengendalikan penyebaran tanaman
sembung rambat tetapi tidak akan menghilangkan/membasmi sembung rambat
2. Kimia Herbisida memberikan satu-satunya metode yang cocok untuk
mengendalikan sembung rambat saat ini. Namun, penyebaran herbisida ke daerah
hutan yang luas tidak selalu layak dan dapat merusak lingkungan jika diterapkan
dalam jumlah besar. Potensi alelopati tanaman lainnya terhadap bibit sembung
rambat sedang dievaluasi dan ditemukan bahwa daun dan bunga dari pohon api
(Flamboyan) menunjukkan fitotoksisitas yang kuat. Hal ini memungkinkan untuk
menggunakan allelochemicals sebagai herbisida alami untuk mengendalikan
sembung rambat.
3. Biologi Sejumlah musuh alami sembung rambat yang sangat menjanjikan
dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Thrips, Liothrips mikaniae, bug,
Teleonemia sp, beberapa kumbang dan tungau eriophyid, Acalitus sp telah
menunjukkan beberapa keistimewaandan memiliki potensi yang cukup besar
sebagai organisme pengendali biologis untuk sembung rambat. Di India, jamur
patogen juga telah diteliti sebagai metode pengendalian biologis sembung rambat
yang potensial (Ismail dan Moo, 1994).

viii
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Spesies yang diintroduksi dari habitat aslinya ke habitat yang baru di tempat
lain sebagai tindakan manusia dinamakan spesies eksotik, spesies asing,
atau spesies tidak asli
2. Tanaman eksotik yang tidak dikehendaki di bidang pertanian dan kehutanan
dinamakan gulma. Mikania micrantha diintroduksi ke Indonesia sebagai
tanaman penutup tanah (cover crop) di perkebunan
3. Nama umum dari sembung rambat adalah American rope, Chinese creeper
dan mile a minute weed. Sembung rambat juga dikenal dengan nama lokal
seperti American vally, silk vally, kaipu vally, dhritharastra pachadi Kerala
dan India, cheroma, ulam tikus di Malaysia, sembung rambat di Indonesia
4. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat
mencapai 95%. Batang sembung rambat tumbuh menjalar berwarna hijau
muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat
mencapai 3-6 m.
5. Sembung rambat dapat merusak atau membunuh tanaman lain dengan
menghalangi cahaya pada tumbuhan lain. Selain bersaing dengan tanaman
lain untuk air dan nutrisi, sembung rambat juga mengganggu proses
nitrifikasi dan melepaskan zat yang menghambat pertumbuhan tanaman lain

Saran
Pada saat melakukan praktikum, mahasiswa seharusnya teliti dalam
melihat dan mengikuti perintah dari dosen dan juga sebaiknya mahasiswa lebih
memperhatikan materi dan penjelasan dari dosen.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Abywijaya I. K, Hikmat A., Widyatmoko D. 2014. Keanekaragaman dan pola


sebaran spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa
Timur. Jurnal Biologi Indonesia, 10(2): 221–235.

Djafaruddin, 2001, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Bumi Aksara, Jakarta

Gunawan H., Heriyanto N., Subiandono E., Mas’ud A., Krisnawati H. 2015.
Invasi jenis eksotis pada areal terdegradasi pasca erupsi di Taman Nasional
Gunung Merapi. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesi (pp. 1027–1033). sinne locco: Masyarakat Biodiversitas
Indonesia.

Hamidah H, S., Mukarlina, Linda, R. 2015. Kemampuan Ekstrak Daun Sembung


Rambat (Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida Gulma
Melastoma affine D.Don. Protobiont. Vol. 4 (1) : 89-93

Ismail BS & Moo LS, 1994, ‘Evidence for Allelopathic Activity of Mikania
micrantha H.B.K. on Three Weed Species’, Pertanika Jurnal Science &
Technology, vol. 2, no. 1, hal. 73 – 83

Kamsyuri, Yani, M. 2014. Dampak Alelopati Ekstrak Daun AlangAlang


(Imperata Cylindrica) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.). Prosiding Seminar
Nasional Basic VI. 291-298.

Master, J. 2015. Jenis-jenis tumbuhan asing invasif pada koridor jalan yang
melintasi Taman Nasional Bukit Barisan. In Prosiding Seminar Nasional
Sains & Teknologi VI (pp. 762–771)

Pebriyani, Linda R & Mukarlina, 2013, ‘Potensi Ekstrak Daun Sembung Rambat
(Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida terhadap Gulma Maman
Ungu (Cleome rutidosperma D.C) dan Rumput Bahia (Paspalum
conjugatum Flugge)’, Protobiont. 2(2): hal. 32-38

Rezki, A, U., Suwirmen., Noli,Z,A. 2018. Pengaruh Ekstrak Daun Tumbuhan


Mikania micrantha Kunth. (Invasif) dan Cosmos sulphureus Cav. (Non
Invasif) Terhadap Perkecambahan Jagung (Zea mays L.) Jurnal Biologi
Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 79-83

Sankaran. 2015. Mikania micrantha Mile-a-minute weed. the Asia-Pacific Forest


Invasive Species Network (APFISN). India. 9 (4). 10 – 19.

Anda mungkin juga menyukai