B. Tujuan
1. Dapat membuat sediaan larutan
2. Mengetahui cara menghitung bahan pada resep
3. Mengetahui manfaat pada resep yang telah dibuat
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1. Resep
Sip 007/IDI/00
Jln. Jarak 23
Pro : Rindi
Sip 007/IDI/00
Telp. 081354943101
Palopo,
04/05/2020
No.01
Pro : Rindi
Umur : 18 tahun
No : 01
Nama Pasien : Rindi
Dokter : Dr. Dio Pratama
Tanggal R/ : 04/05/2020
Tanggal Pembuatan R/ : 04/05/2020
COPY RESEP
-pcc
SIPA : 191320014
No.01
04/05/2020
Nama : Rindi
OBAT LUAR
Nama obat:
III.9 Wadah
- Botol Coklat
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
V.1 kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpilkan bahwa:
1. mahasiswa dapat membuat sediaaan larutan dengan cara, disiapkan alat
dan bahan, lalu timbang bahan satu persatu sesuai perhitungan, kemudian
masukkan asam borat kedalam gelas kimia dan tambahkan aquadest
sedikit demi sedikit, setelah itu panaskan diatas hot plate hingga larut,
kemudian dinginkan. Setelah itu tambahkan sisa aquadest ad 100 ml.
saring dengan kertas saring melalui corong ke dalam botol. Kemudian
tutup lalu beri etiket biru.
2. Adapun cara perhitungan bahannya yaitu, pada resep solutio acidi borici
sebanyak 100, dan pada solution acidi borici komposisinya pada 100 ml
mengandung Acidum Boricum 3 g dan Aqua destillata 100 g. jadi acidum
boricum = 100 per seratus dikali dengan 3g sama dengan 3g. sedaangkan
pada Aqua destillata 100 dikurang dengan hasil dari Acidum Boricum jadi
hasilnya 97g.
3. Adapun manfaat atau kegunaan pada resep 1 adalah digunakan sebagai
obat kompres kaki.
V.2 Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan bekarja denagn teliti,
benar dan bersih.Serta meracik sediaan sesuai dengan prosedur peracikan obat.
Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan senatiasa menjaga kebersihan
laboratorium dan setalah selesai melakukan praktikum, alat alat yang digunakan
disimpan ditempanya yang semula.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles. W. 1992. Ilmu kimia untuk Universitas. Cetakan II. Jakarta:
Erlangga.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui kandungan, kegunaan, serta efek samping dari
suatu sediaan larutan.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan suatu sediaan larutan.
2. Dapat menghitung bahan dan dosis pada sediaan larutan.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Larutan Topikal
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air
tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan
topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.
Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio. Sediaan-sediaan
termasuk larutan topikal:
1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen,
isotonis,digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat
dapar dan zat pengawet.
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada
mata.
3. Gargarisma
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutanumumnya
dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengancara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak
untuk ditelan.
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.
7. Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir.
8. Lavement / Enema / Clysma
Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik.
9. Douche
Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat ke dalam
vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan
10.Epithema / Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkansifat
perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah.
11.Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secaradisapukan
dalam mulut.
C. Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah:
1. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut, kecuali nitrat basa seperti bismut subnitrat.Semua garam sulfat larut, kecuali
BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).
2. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut dalam air, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)2CO3.
Semua oksida dan hidroksida tidak larut dalam air, kecuali KOH, NaOH, NH 4OH,
BaO dan Ba(OH)2. Semua garam fosfat tidak larut dalam air, kecuali K3PO4,
Na3PO4, (NH4)3PO4.
D. Temperatur
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan,
dan dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan
temperature justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan
bersifat endoterm.
E. Salting out dan Salting in
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama.
Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih kecil dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabhan kenaikan
kelarutan zat utama.
F. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
G. Common ion effect (efek ion bersama)
Obat yang tidak larut sering dibuat suspensi.Di sini ada keseimbangan
antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.
H. Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang
tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat
surfaktan (surface activate agent, SSA).
I. Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya
jika partikel mempunyai ukuran dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kira
10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas
permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
Kecepatan melarutnya suatu zat dipengaruhi oleh:
a. Ukuran partikel. Makin halus zt terlarut makin kecil ukuran partikel, makin
luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat
larut.
b. Suhu. Umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan suatu zat.
c. Pengadukan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Resep 2
Dr.Rumaysha
SIP. 57838/IDI/2005
Jln. Rambutan
S.tdd ck 1
B. Kelengkapan Resep
Dr. Rumaysha
SIP. 57838/IDI/2005
No : 4 Palopo, 04-05-2020
S.tdd ck 1
Tiap 10 ml
mengandung :
Ammoniae Anisi : 1 gr
Spiritus
Oleum Menthae : gtt 1
Piperitae
Sirup Simplex : 10 gr
Aqua Destillata : ad 100 ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Dosis : 3 sampai 4 kali sehari 1 sendok teh
Catatan : Dapat ditambahkan Meti Paraben sebagai zat
pengawet
Kelarutan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertuttup rapat; di tempat sejuk
K/P : Zat tambahan
E. Perhitungan Bahan
1. SASA = 50 ml/100 ml x 1 = 0,5 gr.
2. Oleum menthae = 50 ml/100 ml x 1 gr = ½ tetes = 9,5 gr AMP.
Ketentuan :
1 bagian OMP~ 1000 bagian AMP
1 mg OMP ~ 1 gr AMP
1 tetes OMP ~ 1 gr AMP
0,5 tetes OMP ~ 19/2 gr AMP
9,5 mg OMP ~ 9,5 gr AMP
3. Sirup simplex = 50 ml/100 ml x 10 gr = 5 gr
4. Aqua ad 50 = 50 gr – ( 0,5 – 9,5 – 5 )
= 35 gr ~ 35 ml.
F. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Disetarakan timbangan
3. Ditara botol 50 gr
4. Ditimbang sirup simplex sebanyak 5 gr dalam botol coklat, lalu bolak-
balik agar merata
5. Ditimbang sisa 0,5 gr dalam botol yang telah ditara, kemudian kocok
sedikit demi sedikit
6. Ditara beker glass lalu timbang 9,5 gr AMP. Masukkan dalam botol lalu
kocok hingga homogen
7. Di addkan sisa aquadest, kocok sampai homogen
8. Tutup botol tersebut lalu berikan etiket putih
G. Copy Resep
S. tdd ck 1
detur
-pcc
APOTEK ARA FARMA
Jln. Perum Graha Jannah A.14. Telp : 082344917164
Apoteker : Andi Ridhatul Annisa, S.Farm., Apt
H. Etiket SIPA : 191320012
No : 4 Tanggal 4/5/2020
Nama : An. Rara
Tablet
1 x sehari 1 Kapsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah Makan
KOCOK DAHULU
Nama Obat :
sendok
I. Wadah
Botol coklat.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB 5
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Larutan adalah bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat
kimia terlarut dan zat pelarut dalam suatu larutan. Salah satu keuntungan dari
larutan yaitu segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan.
Sedangkan kerugiannya yaitu larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Sediaan tersebut mengandung SASA berfungsi sebagai anti
ekspektoran (batuk berdahak).
Serta cara pembuatannya yaitu pertama disiapkan alat dan bahan yg akan
digunakan. Kemudian disetarakan timbangan. Lalu ditara botol 50 gr. Kemudian
ditimbang ss sebanyak 5 gr dalam botol coklat, lalu bolak balik agar merata. Lalu
ditimbang sisa 0,5 gr dalam botol yang audah di tara, kemudian kocok sedikit
demi sedikit.kemudian ditara beker glass lalu timbang 9,5 gr AMP. Masukkan
dalam botol lalu kocok hingga homogen. Lalu di addkan sisa aquadest, kocok
sampai homogen. Dan terakhir beri etiket putih karena pemakaian oral atau dalam.
Adapun efek samping pada penggunaaan resep 2 yaitu dapat menyebabkan
mengantuk, mual dan muntah.
V.2. Saran
Dalam melakukan sebuah praktikum, sebaiknya praktikan bekerja dengan
teliti, tepat, dan bersih. Serta meracik sediaan sesuai dengan aturan atau prosedur
peracikan obat.
Pada saat praktikum, tetaplah menjaga kebersihan Laboratorium dan
setelah praktikum, pastikan semua alat sudah bersih dan dikembalikan ke tempat
semula.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles. W. 1992. Ilmu kimia untuk Universitas. Cetakan II. Jakarta:
Erlangga.
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERCOBAAN VI
SUSPENSI
B. Metode Presipitasi
1) Metode presipitasi dengan bahan organik :
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu
dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang
digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang
perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang
terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Dr.Alphian
SIP. 859458/IDI/2001
CMC Na 0,5
Polysorbat 80 0,25
Propilengikol 10
Sirup simplex 15
Aqua ad 50
Pro : Putri
III.2 Kelengkapan Resep
Dr. Alphian
SIP. 859458/IDI/2001
No : 1 Palopo, 08-05-2020
CMC Na 0,5
Polysorbat 80 0,25
Propilengikol 10
Sirup simplex 15
Aqua ad 50
Keterangan :
m.f.d.s.t.dd.C.I
V. R/ (Recipe) : Ambillah
VI. m. f (misce fac) : campur dan buat
VII. s (signa) : tandai
VIII. C (cochlear) : sendok makan 15 ml
IX. I (unus) : satu
X. Pro : Untuk.
XI. Ad : Hingga
XII. Tdd (ter di die) : Satu kali sehari.
:
Rumus molekul : C9H10O3
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam gliserol, mudah larut
dalam aseton, dalam metanol, dalam eter dan dalam
propilen glikol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan
:
Rumus molekul : C8H8O3
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa; kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan
dalam larutanalkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan (zat pengawet).
:
Rumus molekul : C3H8O2
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
rasa agak manis; hidroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)P dan
dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak
dapat campur dengan eter minyaktanah P dan dengan
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
K/P : Zat tambahan, pelarut.
8. Sirup Simplex (FI Edisi III: 567)
Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Sinonim : Sirop Gula
Rumus bangun :-
Rumus molekul :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
K/P :
CMC Na 0,5
Polysorbat 80 0,25
Propilengikol 10
Sirup simplex 15
Aqua ad 50
m.f.d.s.tdd.C.I detur
-pcc
III.8 Etiket
APOTEK APRA FARMA
Jln. BTN Hartaco Blok 1 A.No 25. Telp : 081241517086
Apoteker : Audina Prastiwi, S.Farm., Apt
SIPA : 191320011
No : 1 Tanggal 8/5/2020
Nama : An. Putri
Tablet
1 x sehari 1 Kapsul
Bungkus
sendok
Sebelum/Sesudah Makan
KOCOK DAHULU
Nama Obat :
III.9 Wadah
Botol coklat.
BAB IV
PEMBAHASAN
V.1. Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing –
masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau
digabungkan, sediaan suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi
oral, suspensi topical dan suspensi otic. Cara pembuatan suspensi ada dua,
yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan
suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari
alam maupun sintetik.
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan dengan
menggunakan metode campuran antara flokulasi dan defllokulasi. Dan kami
membuat suspending agent (mucilago Na CMC) terlebih dahulu (10-15 menit
sebelum praktikum) agar suspending agent tersebut mengembang. Untuk
pembuatan suspensi, bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam lumpang
memiliki urutan masing-masing yaitu chloramphenicol, propilenglikol dan
polisorbat-80, Na CMC yang telah di mucilago, sirup simplex, dan
ditambahkan aqua destilata hingga mencapai tanda kalibrasi.
Dilihat dari zat aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi
diindikasikan untuk pasien yang mengidap penyakit demam tifoid (tifus dan
paratifus). Adapun efek samping penggunaan zat aktif tersebut adalah pusing,
sakit kepala, mual atau muntah, diare, atau reaksi alergi obat seperti merasa
sangat lemas atau lelah dan sulir bernafas.
V.2. Saran
Dalam melakukan sebuah praktikum, sebaiknya praktikan bekerja
dengan teliti, tepat, dan bersih. Serta meracik sediaan sesuai dengan aturan
atau prosedur peracikan obat.
Pada saat praktikum, tetaplah menjaga kebersihan Laboratorium dan
setelah praktikum, pastikan semua alat sudah bersih dan dikembalikan ke
tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERCOBAAN VI
EMULSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Maksud
- Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat sediaan emulsi
- Mahasiswa dapat mempelajari cara menghitung bahan pada resep
- Mahasiswa dapat mengetahui manfaat pada resep yang dibuat
B. Tujuan
1. Dapat membuat sediaan emulsi
2. Mengetahui cara menghitung bahan pada resep
3. Mengetahui manfaat pada resep yang telah dibuat
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air
dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel
fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha
anatara partikel yang sejenis untuk bergabung akan menjadi terhalang.
Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutbya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi dua lapisan
listrik yang saling erlawanan. Dengan demikian antara sesama partikel akan tolak
menolak, dan stabilitas emulsi akan bertambah
2. Berdasarkan sumber
a. Bahan alam, contoh : gom arab, tragakan, agar, male extract
b. Polisakarida seminsinterik, contoh : metyl selusosa, Na-
Carboxymethylselulosa. (CMC )
c. Emulgator sintetik : sulfaktan, sabun, dan alkali, alcohol ( cetyl alcohol,
gliserin ) carbowaxes (PGA), lesitin (fosfolipid)
III.1. Resep
Sip 007/IDI/00
Jln. Jarak 23
R/ Asam stearate 15
Cera alba 2
Vaselin alba 8
Trietanolamin 1,5
Propilenglikol 8
Aqua destilata 100
m.f.la
s.u.e
Pro : Diana
III.2. Kelengkapan Resep
Sip 007/IDI/00
Telp. 081354943101
Palopo, 12/05/2020
No.01
R/ Asam stearate 15
Cera alba 2
Vaselin alba 8
Trietanolamin 1,5
Propilenglikol 8
Aqua destilata 1,5
m.f.la
s.u.e
Pro : Diana
Umur : 15 tahun
Keterangan :
R/ (Recipe) = Ambillah
S (Signa) = Tandai
m.f.la = misce fac legae artis = campur dan buatlah dengan seni
s.u.e = signa usus externur = tandai untuk pemakaian luar
Pro = Untuk
No : 01
Nama Pasien : Diana
Dokter : Dr. Dio Pratama
Tanggal R/ : 12/05/2020
Tanggal Pembuatan R/ : 12/05/2020
COPY RESEP
R/ Asam stearat
Cera alba
Vaselin alba
Trietanolamin
Propilenglikol
Aqua destilata
m.f.la
s.u.e
detur
- pcc
III.8Etiket
SIPA : 191320007
No.01
12/05/2020
Nama : Diana
OBAT LUAR
Nama obat:
III.9 Wadah
A. Pot Cream
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat
bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang lain.
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu Oil In Water
(O/W) atau minyak dalam air dan Water In Oil (W/O) atau air dalam minyak.
Emulsi dapat distabulkan dengan penambahan nahan pengemulsi yang
disebut emulgator (Syamsuni, 2006)
Ada dua macam tipe emulsi yang berbentuk yaitu tipe M/A diamana tetes
minyak terdispersi kedalam fase air, dan tipe A/M diamana fase intern dan
fase ekstern adalah minyak. Fase intern disebut pula fase dispers atau fase
kontinu. Komponen emulsi ada dua yaitu komponen dasar yang terdiri dari
fase kontinu, dan emulgator, pengawet, pengaroma, dan antioksidan.
V.2. Saran
Sebagai mahasisiwa farmasi sebaiknya memahami lebih dalam lagi
mengenai definisi emulsi, tipe-tipe emulsi, serta komponen emulsi agar dapat
di aplikasikan pada saat bekerja baik di rumah sakit, puskesmas maupun di
apotek.
Dalam melakukan sebuah praktikum, sebaiknya praktikan bekerja dengan
teliti, tepat, dan bersih. Serta meracik sediaan sesuai dengan aturan atau
prosedur peracikan obat.
Pada saat praktikum, tetaplah menjaga kebersihan Laboratorium dan
setelah praktikum, pastikan semua alat sudah bersih dan dikembalikan ke
tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke-IV. Jakarta: Depkes RI.
PERCOBAAN XIII
INFUSA
NIM : 191320007
KELOMPOK : 04
ASISTEN : EVRIANINGSIH, S.Farm., M.si., Apt
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Infus adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 ̊ selama 15 menit (Depkes RI, 1979: 12). Adapun
cara pembuatanya yaitu dengan mencampurkan simplisia dengan derajat
halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas
tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90̊ sambil
sekali-sekali di aduk.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Resep Praktikum
Dr. Irawan
SIP. 789/IDI/2002
Jl. Kelapa 24 Palopo
S. b. Dd. C 1
Pro : Wiwi
Dr. Irawan
SIP. 789/IDI/2002
Jl. Kelapa 24 Palopo
No : 1 Palopo, 08-05-2020
R/ Infusa orthosiphon 100
S. b. Dd. C 1
Pro : Wiwi
Umur : 20 th
Alamat : jln. Merdeka
Keterangan :
1. R/ (Recipe) : Ambillah
2. S (Signa) : Tandai
3. b (Bis) : Dua
4. Dd ( De die) : Sehari
5. C (Cochlear) : Sendok makan
6. 1 (Unus) : Satu
III.8 Wadah
Botol 100 ml
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada resep kali ini yaitu membuat infusa daun kumis kucing dengan tujuan
penggunaan Deuritik yang berarti obat untuk memperbanyak pembuangan air
kemih akibat pengaruhnya langsung terhadap ginjal. Berdasarkan Formalium
Nasional infusa untuk daun kumis kucing, tiap 100 gram mengandung
Orthosiphonis Folium sebanyak 500 mg dan Aqua destillata hingga 100 gr. Pada
resep ini diperintahkan untuk membuat infusa daun kumis kucing sebanyak 100 gr
dan aquanya 100 ml. Adapun cara pembuatan infusa daun kumis kucing ini yaitu:
pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang digunakan seperti
botol 100 ml, batang pengaduk, hot plate, timbangan digital, lap kasar, lapa halus,
panci infusa, gelas kimia dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang akan digunakan
yaitu Aqua destillata dan Orthosiphonis folium(daun kumis kucing) yang sudah di
masukkan ke gelas kimia dan di ukur aqua destillata 100 ml. Kemudian kedua
bahan tersebut dimasukkan kedalam panci infusa, panaskan di atas hot plate
selama 15 menit terhitumg mulai suhu mencapai 90̊ sambil sekali-kali di aduk.
Serkai selagi panas melalui kain flanel, Alasanya diserkai panas karena daun
kumis kucing tidak mengandung minyak atsiri, maka diserkai setelah dingin. Hal
ini bertujuan agar minyak atsiri yang terkandung didalamnya tidak menguap pada
saat diserkai. Setelah infusa diserkai, selanjutnya di cukupkan volumenya dengan
Aquadest panas sampai 100 ml. Dan masukkan dalam botol 100 ml, terahkir beri
etiket putih yang berarti digunakan sebagai obat dalam untuk 2 kali pemakaian
dalam sehari, dan di kocok dahulu sebelum diminum.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90̊ selama 15 menit
2. Khasiat dan penggunaan dari resep infusa ini adalah bahan simplisia
Orthosiphon folium (daun kumis kucing) berfungsi untuk membuang
kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine, dan Aqua
Destillata (air suling) berfungsih sebagai zat tambahan atau pelarut
V.2 Saran
Dalam praktikum kali ini praktikan harus berhati-hati dan teliti dalam
meracik dengan cara memperhatikan cara kerja, agar dapat menghasilkan
sediaan yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan, dan yang terahkir
praktikan harus merapikan kembali alat dan bahan yang telah di gunakan
dengan rapi seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1993, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University
Press: Yogyakarta, hal 698-69,139-140.
Aziz Saifuddin, Hilwan Yuda Teruna &Viesa Rahayu. 2011., Standardisasi bahan
obat alam. Graha Ilmu.
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis-jenis,keuntungan dan kerugian,serta syarat
basic suppositoria.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan suatu sediaan supositoria.
3. Dapat menghitung bahan dan dosis pada sediaan suppositoria
BAB II
LANDASAN TEORI
METODE PRAKTIKUM
R/Aminophyllinum 500 mg
Dr. Alphian
SIP. 859458/IDI/2001
No : 1 Palopo, 18-05-2020
R/ Amynophilin 250 mg
:
Rumus molekul : C16H24N10O4
Pemerian : Butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan, bau
lemah mirip amoniak, rasa pahit
Kelarutan :Larut dalam lebih kurang5 bagian air, jika dibiarkan
mungkin menjadi keruh, praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
K/P : Bronkodilator, antispasmodikum, diuretikum
R/ Aminophylinum 500 mg
detur
-pcc
III.8. Wadah
Dibungkus dengan aluminium foil
BAB IV
PEMBAHASAN
Suppositoria merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi berbentuk padat
yang digunakan melaui dubur. Suppostoria sangat berguna bagi pasien dengan
kondisi yang tidak memugkinkan dengan terapi obat secara peroral , misalnya
pada pasien muntah, mual, tidak sadar,anak-anak, orang tua yang sulit menelan
dan selain itu juga dapat menghindari metabolisme obat di hati (Voight, 1971)
Pada pembuatan sediaan kali ini menggunakan basis lemak dengan bahan
tambahan yaitu oleum cacao dan cera flava,hal dikarenakan lebih mudah meleleh
pada suhu tubuh dan agar tidak tercampur dengan cairan rektal,pada proses
pembuatannya aminopilin dan oleum cacao di lebihkan sebanyak 5% karena di
khawatirkan pada saat pemanasan menggunakan cawan porselin ada yang
menguap dan tertinggal di cawan ketika di tuang pada cetakan sehingga harus di
lebihkan. Penggunaan cera flava dapat menambah daya serap terhadap oleum
cacao terhadap lemak air coklat dapat membeku,jika hanya oleum cacao di
khawatirkan akan sukar untuk membeku pada tubuh karena sifatnya yang padat
jadi dikombinasikan dengan cera flava yang lemaknya tidak terlalu padat.
Jadi pada pembuatannya pertama-tama sediakan alat dan bahan yang akan
digunakan,kemudian timbang bahan. Setelah bahan ditimbang lebur aminopylin
dan cera flava di atas hot plate dalam cawan porselin di aduk hingga mencair dan
homogen. Kemudian ebur oleum cacao dalam cawan porselin hingga meleleh di
atas hot plate. Hasil leburan aminopylin dan cera flava di masukkan ke dalam
hasil leburan oleum cacao aduk hingga homogen. Dan masukkan ke dalam
cetakan suppositoria. Diamkan hingga dingin,lalu masukkan ke dalam lemari
es,ketika beku keluarkan dari lemari es kemudian timbang satu persatu seberat 3
gram. Jika beratnya melebihi 3 gram potong bagiaan yang tumpul. Masukkan
kedalam wadah kemudian beri etiket brosur dan kemasan.
Adapun untuk penyimpanan yang tepat(kering,dingin) tidak dilindungi dari
cahaya,bebas udara disimpan dalam bentuk terpasang tidak sebagai barang santai
untuk memperpanjang stabilitasnya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun praktikum kali ini telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis suppositoria yaitu
suppositoria rektal,vaginal atau ovula,dan uretra. Dengan kelebihan
yaitu tidak merusak lambung,tanpa rasa tidak enak,mudah di pakai
namun kekurangan dari segi penyimpanan harus tepat yaitu kering
dan dingin. Syarat basis suppositoria pula yaitu secara fisiologis
netral tanpa menimbulkan rangsangan pada usus ini dapat
ditimbulkan dalam massa fisiologi atau ketagihan kekerasan terlalu
keras,tetapi juga peracikan dari bahan obat yang tidak cukup
terhaluskan,sedangakan dari segi secara kimia netral (tanpa tidak
tersatunya bahan obat).
b. Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan suppositoria yaitu
Setelah bahan ditimbang lebur aminopylin dan cera flava di atas hot
plate dalam cawan porselin di aduk hingga mencair dan homogen.
Kemudian ebur oleum cacao dalam cawan porselin hingga meleleh di
atas hot plate. Hasil leburan aminopylin dan cera flava di masukkan
ke dalam hasil leburan oleum cacao aduk hingga homogen. Dan
masukkan ke dalam cetakan suppositoria. Diamkan hingga
dingin,lalu masukkan ke dalam lemari es,ketika beku keluarkan dari
lemari es kemudian timbang satu persatu seberat 3 gram
Jadi penambahan bahan tambahan yaitu oleum cacao dan cera
flava,hal dikarenakan lebih mudah meleleh pada suhu tubuh dan agar
tidak tercampur dengan cairan rektal,pada proses pembuatannya
aminopilin dan oleum cacao di lebihkan sebanyak 5% karena di
khawatirkan pada saat pemanasan menggunakan cawan porselin ada
yang menguap dan tertinggal di cawan ketika di tuang pada cetakan
sehingga harus di lebihkan.
V.2 SARAN
Dalam melakukan praktikum kali ini sebaiknya bekerja dengan teliti,benar,
dan bersih. Serta meracik sediaan sesuai dengan prosedur peracikan obat.
Dalam praktikum kali ini sebaiknya praktikan senantiasa menjaga kebersihan
laboratorium dan setelah selesai praktikum,alat-alat yang digunakan di bersihkan
kemudian disimpan ditempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700. Jakarta.
UI Press.
Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV, 4-6, 7, 12, 404, 762.
Jakarta. Depkes RI.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 1212 dan 1157.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 748.
Voight, R. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.