Anda di halaman 1dari 8

“INVENTARISASI MESIN PENGOLAHAN TEBU

MENJADI GULAKU”
MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (T)

Disusun Oleh:
Nada Ahsana M
07.16.19.010

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
2021
1. Pemanenan
Tebu adalah bahan utama dari proses pembuatan gula. Tebu merupakan jenis
tumbuhan rumput tropis yang dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 7 meter, yang
kemudian sari nya dapat dijadikan kristal-kristal gula. Dibutuhkan sekitar 12 bulan
untuk mencapai tingkat kematangan hingga tebu akhirnya siap dipanen. Proses
pengetaman dilakukan dengan cara pemenggalan bagian batang, tetapi tetap
meninggalkan bagian akarnya agar tebu bisa tetap tumbuh.

Gambar Alat Mesin Pemanen Tebu

2. Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan
pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran
besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya
digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti
yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan
yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun
dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Gambar 1. Ekstraksi nira tebu melalui penggilingan

3. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)


Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam
kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk
kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan


proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke
dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini
kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih
(clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga
padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula


sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana
jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan
hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke
proses.

4. Evaporasi
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan
evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke
tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.

Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan
(liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki
kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect
evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa
mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

5. Kristalisasi
Langkah selanjutnya adalah proses pembentukan kristal-kristal gula. Pada
tahapan ini, benih gula ditambahkan ke dalam sari tebu dimana molekul gula mengikat
benih gula, meningkatkan ukuran, dan membentuk kristal gula. Pembentukan kristal
dimonitor secara ketat untuk memastikan konsistensi dari ukuran kristal. Ketika
mencapai tahapan formasi terakhir, kristal gula dikeringkan dengan udara panas
sebelum dipindahkan ke pabrik pengemasan GULAKU.
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi
untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur
yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi
untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan
menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan
udara panas sebelum disimpan.
Gambar 2. Mesin sentrifugasi
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah
gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non
gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi
karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil
pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit,
sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi
dilanjutkan.

Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya


dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan A akan menghasilkan gula
terbaik yang siap disimpan. Pendidihan B membutuhkan waktu yang lebih lama dan
waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang
dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang
selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain
menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya
menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan C membutuhkan
waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya
digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk
dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat
dengan pabrik gula tebu.

6. Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak
diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika
sampai di negara pengguna.

7. Afinasi (Affination)
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang
dinamakan dengan afinasi. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat)
hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak
akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil
(magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat
dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum
perlakuan berikutnya (karbonatasi).

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula
lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

8. Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada
tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik
pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan
menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan
mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas
karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk
dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan
pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang
terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula,
sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat
juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses
selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa
fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah
pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih
kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan
setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.
9. Penghilangan Warna
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-
kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
[granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon yang
terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon
mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat
aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna
akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin
penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga
menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang
meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak
berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya
cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

10. Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan
dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

11. Pengolahan sisa (Recovery)


Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap
afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini
diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula
kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil
pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak
dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk
samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak
atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.

12. Pengawasan Steril


GULAKU selalu mengutamakan prosedur dari Quality Control. Untuk setiap
langkah produksi, Quality Control selalu menjadi prioritas utama. Kami memastikan
kemasan yang aman untuk dikonsumsi dan kuat untuk menahan berat gula. Kemasan
gula melewati detektor logam untuk menjamin setiap kemasan bersih dari logam,
kotoran atau benda asing lainnya. Kami melakukan pengecekan berat sebanyak tiga
tahap untuk memastikan bahwa produk akhir yang akan didistribusi sesuai dengan
standar. Ini adalah salah satu cara bahwa GULAKU selalu konsisten dalam setiap
produknya.

13. Distribusi
Salah satu indikator dari kunci keberhasilan adalah menjamin GULAKU tersedia
untuk semua orang. GULAKU memiliki beberapa kantor cabang berskala nasional,
bekerja sama dengan para pedagang ditingkat modern dan tradisional untuk terus
memperluas dan menjamin ketersediaan produk di seluruh Indonesia. Sebuah kepuasan
bagi kami mengetahui bahwa GULAKU telah menambah manisnya kehidupan keluarga
Anda
14. Pemasaran
Daftar Pustaka

http://web.ipb.ac.id/~usmanahmad/Pengolahantebu.htm

Anda mungkin juga menyukai