Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah suatu penyakit kronis dimana pancreas tidak dapat membuat
insulin atau suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi tubuh dengan baik bahkan tubuh tidak sepenuhnya merespon insulin lagi
[ CITATION IDF20 \l 1033 ].

Diabetes tipe 2 adalah tipe diabetes yang paling umum, terhitung sekitar 90% dari
semua kasus diabetes. Sebelumnya diabetes tipe 2 sering di diagnosis pada orang dewasa
yang lebih tua, tetapi sering terlihat pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda karena
gaya hidup yang kurang sehat seperti meningkatnya tingkat obesitas, aktivitas fisik yang
kurang, dan pola makan yang buruk [ CITATION IDF201 \l 1033 ].

Gaya hidup sehat seperti pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, menjaga berat
badan yang sehat dan tidak merokok merupakan landasan pengelolaan diabetes tipe 2
[ CITATION IDF201 \l 1033 ].

Dalam Atlas Diabetes IDF edisi ke-9 ini, prevalensi diabetes diperkirakan
sepanjang tahun 2019 dan diproyeksikan ke tahun 2030 dan 2045. Perkiraan diabetes
untuk orang dewasa berusia 20–79 tahun, dan termasuk diabetes tipe 1 dan tipe 2,
didiagnosis dan tidak terdiagnosis. Diperkirakan 463,0 juta orang dewasa berusia 20–79
tahun di seluruh dunia (9,3% dari semua orang dewasa dalam kelompok usia ini)
menderita diabetes. Diperkirakan 79,4% tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Berdasarkan estimasi tahun 2019, pada tahun 2030 diproyeksikan 578,4 juta,
dan pada tahun 2045, 700,2 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun, akan hidup dengan
diabetes [CITATION IDF19 \l 1033 ].

Perkiraan pada Atlas Diabetes IDF edisi ke-9 ini disediakan untuk 211 negara dan
wilayah, dikelompokkan ke dalam tujuh Wilayah IDF: Afrika (AFR),Eropa (EUR),
Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), Amerika Utara dan Karibia (NAC), Amerika
Selatan dan Tengah (SACA), Tenggara Asia (SEA) dan Pasifik Barat (WP). Secara
keseluruhan 255 sumber data dari 138 negara dimasukkan dalam analisis. Saat ini ada
351,7 juta orang yang bekerja usia (20-64 tahun) dengan diagnosis atau tidak terdiagnosis
diabetes pada 2019. Jumlah ini diharapkan meningkat menjadi 417,3 juta pada tahun
2030 dan menjadi 486,1 juta pada tahun 2045. Peningkatan terbesar akan terjadi pada
wilayah di mana perekonomian bergerak dari rendah ke status berpenghasilan menengah
[CITATION IDF19 \l 1033 ].
Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dapat dilihat bahwa peningkatam
angka prevalensi diabetes cukup signifikan, yaitu dari 6,9% ditahun 2013 meningkat
menjadi 8,5% ditahun 2018, sehingga perkiraan jumlah penderita di Indonesia mencapai
lebih dari 16 juta orang yang kemungkinan dapat beresiko terkena penyakit lain seperti
serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal bahkan sampai menyebabkan
kelumpuhan dan kematian [ CITATION KEM18 \l 1033 ].[ CITATION Inf20 \l 1033 ].

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan


penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa, dengan
prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural, sehingga
diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang DM di daerah rural.
Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti
akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi
DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 28 juta
penyandang diabetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural. Laporan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, terjadi
peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5% [CITATION PBP19 \l 1033 ].

Pengetahuan dan kepatuhan diet merupakan factor yang mempengaruhi


pengendalian kada gula darah, jika factor tersebut tidak dikendalikan dengan baik maka
akan terjadi peningkatan dan penurunan kadar gula darah yang tidak terkendali.
Pengetahuan adalah factor penting dalam menentukan perilaku seseorang terhadap
makanan, dimana seseorang dapat mengendalikan dan mengontrol kadar gula darah. Pada
umumnya pengetahuan didahului ketahuan-nya terhadap informasi yang akan di ikuti
dengan tindakan yang di dasari oleh pengetahuan tersebut dan akan lebih baik daripada
tindakan yang tidak di dasari oleh pengetahuan [CITATION EPu16 \l 1033 ].

Ada beberapa factor yang mempengaruhi peningkatan kejadian dm yaitu gaya


hidup, obesitas, pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Salah satu
penyebab utama penyakit dm adalah pola makan yang tidak sehat [ CITATION Sus11 \l
1033 ].

Prinsip pengaturan makan pada penderita dm hampir sama dengan anjuran makan
pada masyarakat umum yaitu dengan mengkonsumsi makanan seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu. Penyandang dm perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obatt yang meningkatkan
sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri [ CITATION PER19 \l 1033 ].

Salah satu terapi utama penderita DM tipe 2 adalah terapi nutrisi (diet) [ CITATION
Sus11 \l 1033 ]. Adapun tujuan dari terapi diet ini adalah untuk mempertahankan kadar
gula darah agar tetap atau mencapai normal, sehingga resiko terjadinya komplikasi yang
dapat mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskuer, neuropati, nefropati, retinopati
bahkan kebutaan dapat dicegah [CITATION IDF19 \l 1033 ].

Salah satu cara pencegahan terjadinya komplikasi yaitu dengan patuh


menjalankan diet [ CITATION Ris17 \l 1033 ] . Namun permasalahan yang terjadi pada saat
ini adalah banyak penderita dm yang tidak patuh menjalankan diet sesuai anjuran.

Kepatuhan diet adalah kesesuaian perilaku yang dilakukan oleh seseorang


berdasarkan rekomendasi diet yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Kepatuhan diet
pasien DM sangat berperan penting untuk menstabilkan kadar glukosa darah, sedangkan
kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk dapat mengembangkan
rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet. Pasien
yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet menyebabkan kadar glukosa yang tidak
terkendali [ CITATION Isn18 \l 1033 ].

Kepatuhan diet menjadi komponen yang sangat penting bagi pengelolaan diabetes
melitus. Kepatuhan diet merupakan tingkat kesediaan pasien melaksanakan diet
mengikuti pengaturan pola makan yang dianjurkan oleh dokter dan petugas kesehatan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan [ CITATION Dwi20 \l 1033 ].

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara


tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah dari
penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 ?”.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.

2. Tujuan khusus
a. Untuk menjelaskan kaitan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien
tipe 2.
b. Untuk menjelaskan perbedaan antara hasil kepatuhan diet pada pasien dm tipe 2

Anda mungkin juga menyukai