KAJIAN PUSTAKA
Pada kajian pustaka dipaparkan mengenai kajian teori, kajian empiris, kerangka
berpikir, dan hipotesis. Berikut ini merupakan penjabaran dari sub pokok bahasan
tersebut.
penelitian. Di dalam kajian teori memuat teori-teori yang dikemukakan oleh para
selengkapnya.
2.1.1 Belajar
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) diperoleh secara bertahap mulai dari
bayi sampai akhir hayat yang diperoleh bisa melalui pendidikan formal ataupun
pendidikan nonformal.
18
19
latihan. Slameto (2015:2) mengemukakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang
1.8) mengemukakan bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi
individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan
oleh insting.
pribadi.
perhatiannya pada tiga hal yaitu: (1) belajar harus memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku pada diri individu; (2) perubahan itu harus merupakan buah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk memeroleh perubahan
perilaku yang didapatkan dari hasil pengalaman dan interaksi. Dengan belajar
dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam
haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung
sesaat saja.
dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu (faktor internal) dan faktor
yang ada di luar individu (faktor eksternal).” Faktor internal meliputi jasmaniah,
masyarakat.
Seseorang yang sedang sakit ataupun tidak enak badan sulit untuk
baik maka ia harus menjaga kesehatan badan. Keadaan cacat tubuh juga dapat
dari diri siswa seperti kecerdasan atau kecakapan, siswa yang memiliki kecakapan
21
akan mudah menerima pembelajaran yang diberikan guru. Siswa yang tidak
memiliki perhatian dan minat pada bahan pelajaran, ia bisa merasa bosan dan
kematangan anak juga memengaruhi hasil belajar. Anak yang sudah siap (matang)
belajarnya akan lebih berhasil. Selain kematangan, kesiapan anak dalam belajar
juga perlu diperhatikan, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan pada
Belajar dipengaruhi bukan hanya dari diri siswa ada juga dari luar diri
siswa. Keluarga sangat memengaruhi siswa karena siswa pertama belajar dari
siswa misalnya siswa pertama belajar mengucapkan kata, belajar berjalan, belajar
bersosialisasi dengan antar anggota keluarga, dan belajar kebudayaan dari orang
misalnya belajar bersosialisasi dengan orang banyak, berteman dengan orang yang
lingkungan keluarga dan masyarakat ada juga sekolah. Faktor sekolah yang
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
tersebut. Oleh karena itu, guru sebagai pemegang peran penting dalam proses
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
seseorang dalam belajar. Uno dalam Suprijono (2016: 182) menjabarkan indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
konsistensi, serta arah umun dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang
rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap,
perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada
penggerak bagi seorang siswa untuk berprestasi dalam belajar dengan melakukan
tersebut tidak akan dapat membantu seorang siswa dalam mencapai tujuan
itu sendiri.
Ali imron (1996) dalam Eveline (2015: 53) mengemukakan bahwa enam
siswa yaitu, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar
perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat
motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya
pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-
motivasi yang dapat timbul ada dua yaitu: (1) motivasi intrinsik disebut pula
motivasi murni, karena muncul dari dirinya sendiri; (2) motivasi ekstrinsik dapat
dilakukan antara lain dengan cara: memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi
dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik/primer yang timbul dari diri
manusia itu sendiri, dan motivasi ekstrinsik/sekunder yaitu motivasi yang timbul
dari luar atau adanya pengaruh dari luar. Selain itu motivasi yang dimiliki anak itu
motivasi belajar yang tinggi itu seperti apa, setelah mengetahuinya guru akan
lebih terbantu untuk memberikan motivasi kepada siswa, dengan demikian siswa
Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat
motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan
memengaruhi adanya kegiatan. Sardiman (2014: 85) menjelaskan bahwa ada tiga
25
fungsi motivasi yaitu (1) mendorong manusia untuk berbuat; (2) menentukan arah
dikerjakan. Motivasi dapat memberikan arahan dan kegiatan yang harus lebih
dikerjakan.
mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai, karena motivasi yang kuat, maka tinggi pula hasil belajar. Sebaliknya jika
motivasi rendah, maka rendah pula hasil belajarnya. Untuk itu, guru perlu
mengetahui cara yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar pada diri siswa.
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa di sekolah
yaitu sebagai berikut: (1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan atau kompetisi;
(4) ego-involvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui hasil; (7) pujian; (8)
hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11) tujuan yang diakui.
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Eveline (2015:
26
144) mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan yang terjadi
diperoleh melalui usaha dan membutuhkan waktu yang relatif lama serta
mampu mencapai penguasaan atas sejumlah bahan atau materi yang diberikan
selama proses belajar mengajar. Hasil belajar berupa perubahan dalam aspek
Bloom (1956) dalam Rifa‟i dan Anni (2012: 70-4) menjelaskan bahwa ada
tiga taksonomi yang disebut dengan ranah atau domain belajar. Ketiga ranah
tersebut meliputi: (1) ranah kognitif (cognitive domain); (2) ranah afektif
dalam penelitian ini berupa soal tes tertulis yang diujikan di akhir pembelajaran
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan
kondisi masyarakat.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam siswa dan faktor
dari luar siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa meliputi kecerdasan,
kesiapan, bakat, kemauan belajar, dan minat. Faktor yang berasal dari luar siswa
meliputi model penyajian materi pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana
Anak usia SD berada pada periode atau masa akhir anak-anak dengan
rentang 6-12 tahun. Secara umum, karakteristik perkembangan anak usia sekolah
sekolah dasar berada pada tahap periode perkembangan yang berbeda antara kelas
rendah dan kelas tinggi dari segala aspek. Tahap periode perkembangan ini
perkembangan kognitif pada anak usia sekolah dasar, Piaget dalam Susanto
28
tahap yaitu: (1) tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), (2) tahap pra-operasional
(usia 2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), (4) tahap
Piaget, siswa kelas V termasuk dalam tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun),
pada tahap ini siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi,
beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, siswa sudah
konkret.
siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa, dan
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru harus mampu
29
menciptakan peristiwa belajar dan suasana belajar yang dapat mendukung siswa
untuk belajar dengan baik. Pengalaman belajar yang baik dalam proses belajar
didik agar pada masa datang dapat menjadi patriot pembela bangsa dan negara
(Amin, 2009:1.31).
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak
gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, serta ikut
warga negara yang baik. Susanto (2016: 224) menyatakan bahwa mata pelajaran
menyebutkan bahwa untuk pendidikan dasar dan menengah sebagai berikut: (1)
persatuan dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) Hak Asasi
Manusia (HAM); (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasan
pada umumnya karena PKn merupakan pendidikan nilai, demokrasi, moral, sosial,
dan masalah pendidikan politik. Siswa perlu mengetahui nilai-nilai yang perlu
anak yang baik, dan bersikap moral secara baik dan benar.
siswa menjadi warga negara Indonesia yang baik. Pelajaran PKn diharapkan
dengan hubungan antar warga negara dengan negara, memiliki jiwa persatuan
dan kesatuan, mengerti hak dan kewajiban, serta rasa cinta terhadap tanah air
Indonesia.
Pada peneltian kali ini, peneliti akan membahas kompetensi dasar mengenal
orang. Dalam organisasi, kita tidak bisa menyerahkan keputusan kepada satu
orang. Keputusan juga tidak boleh diserahkan kepada ketua organisasi saja.
sekelompok orang terhadap suatu hal atau permasalahan. Semua pihak diharapkan
untuk mufakat termasuk salah satu bentuk atau cara untuk mencapai keputusan
persoalan dan maksud untuk mencapai kata mufakat atau kesepakatan. Kita
bersama bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. (2) Pemungutan suara
musyawarah tidak tercapai. Hasil keputusan melalui pemungutan suara juga harus
33
Voting dianggap sah apabila rapat dihadiri oleh 2/3 anggota rapat (kuorum) dan
disetujui oleh lebih dari setengah anggota yang hadir. Voting tidak hanya
ditempuh pada saat kata mufakat tidak ditemukan. Pemungutan suara juga
pemilihan umum yang diikuti berbagai partai, pemilihan kepala desa, dan
pemilihan presiden.
mematuhi dan menaati peraturan yang telah dibuat dan disetujui bersama oleh
gawai saat sedang makan bersama, setelah jam 7 malam anak-anak harus belajar
dan tidak boleh menonton televisi, dan setiap anggota keluarga melaksanakan
kegiatan bersih rumah sesuai dengan tugas masing-masing yang telah disepakati.
(2) Di lingkungan sekolah contohnya saat pemilihan pengurus kelas diambil suara
rukun tetangga (RT) melibatkan para kepala keluarga dan diperoleh dari suara
terbanyak dari seluruh kepala keluarga yang hadir. Contoh lainnya saat
34
pelaksanaan kegiatan rutin kerja bakti yang disepakati untuk dilakukan seminggu
sekali maka harus dipatuhi oleh semua warga lingkungan masyarakat tersebut.
keputusan bersama yang paling baik. Sebab dengan musyawarah mufakat berarti
berikut: (a) prinsip persamaan yang berarti setiap orang memiliki hak yang sama
kewajiban. Artinya, setiap orang memiliki hak yang sama dalam mengemukakan
pendapat, dan harus diimbangi oleh kewajiban yang sama untuk menghargai
pendapat orang lain; (c) prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya,
pendapat, akan tetapi suasana harus tetap akrab dan hati harus tetap dingin.
Joyce dan Weill dalam Huda (2014: 73) menyatakan bahwa “model
Model pembelajaran adalah cara atau pola yang digunakan guru dalam
ide-ide, dan keterampilan kepada siswa. Model pembelajaran ada beberapa dan
dikelas.
tradisional. Tradisional merupakan sikap atau cara berpikir yang didasarkan pada
ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas rumah (PR) sehingga membuat
kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dulu metode ini telah
36
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam
interaksi edukatif.
konvensional adalah model pembelajaran yang sudah lama ada dan model yang
hanya bepusat pada guru sehingga siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif disampaikan oleh Roger, dkk (1992) dalam Huda (2016:
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
Johnson dan Johnson (1981) dalam Huda (2016: 31), juga menegaskan
Siswa dalam setiap kelompok melakukan kerjasama dan interaksi dengan teman
kooperatif yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu
berkelompok yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam siswa yang bersifat
Pembelajaran kooperatif lebih banyak berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai
guru disini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan
throwing atau yang sering dikenal dengan nama snowball fight merupakan
pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan bola
salju dilempar dengan maksud memukul orang lain (Huda, 2014: 226).
38
sesuatu yang menunjang keberhasilan model snowball throwing ini. Guru harus
mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan baik, media yang akan
dengan baik.
(1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin
dicapai; (2) guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; (3)
masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya; (4) kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; (5) kemudian kertas
yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama ±5 menit; (6) setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaandiberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian; (7) evaluasi; (8) penutup.
pertanyaan, minimal 25 pertanyaan singkat, lebih banyak lebih baik; (2) guru
menyiapkan bola kecil (bisa bola karet atau bola kain), yang akan digunakan
sebagai alat lempar; (3) guru menerangkan cara bermain snowball throwing
kepada siswa.
39
(1) guru melemparkan bola secara acak kepada salah satu siswa; (2) siswa
yang mendapatkan bola melemparkannya ke siswa yang lain, boleh secara
acak atau secara sengaja; (2) siswa yang mendapatkan bola dari temannya
melemparkannya kembali ke siswa yang lainnya; (3) siswa ketiga/siswa
terakhir, berkewajiban untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan oleh
guru; (4) mengulangi terus metode di atas, sampai soal yang disediakan
habis atau waktu habis; (5) guru membenarkan jika jawaban benar,
menegaskan apabila kurang pas dan menerangkan/membahas soal yang
baru saja dijawab.
crossword puzzle adalah “permainan asah otak yang diminati banyak orang”.
Teka-Teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di mana kita harus
dan mengingat kata yang pas untuk jawaban pada kotak yang tersedia. Permainan
crossword puzzle dapat lebih menarik kalau dimainkan dengan banyak orang
partisipasi peserta didik aktif sejak kegiatan pembelajaran dimulai. Siswa diajak
untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan
tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini siswa akan merasakan suasana yang lebih
memiliki pengetahuan yang luas dan kosakata yang banyak biasanya mudah
dalam mengisi crossword puzzle. Saat mengisi crossword puzzle akan membaca
petujuknya dan melihat berapa jumlah kata yang disediakan dalam kotak.
Kemudian, akan mengingat dan mencari jawaban kata apa yang sesuai dengan
puzzle, meliputi:
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Gallant Alim Purbowo, Mashuri, dan Putriaji
berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh data hasil
berbantuan LKS dapat mencapai ketuntasan minimal yaitu sebesar 80%. Hal
(2) Penelitian yang dilakukan oleh Leny Radili (2012) dengan judul “Pengaruh
menunjukkan t hitung (3,04) lebih besar dari t tabel (2,00 dk 70) pada taraf
Crossword Puzzle pada kelas VII9 dibanding kelompok kontrol yang belajar
(3) Penelitian yang dilakukan oleh Lubna Almenoar (2012) dengan judul
pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih hidup, karena siswa lebih aktif
(4) Penelitan yang dilakukan oleh Dewi Nirmalasar, Bakti Mulyani, dan Budi
Utami (2013) dengan judul “Studi Komparasi Penggunaan Media Mind Map
43
dan crossword puzzle pada Metode Proyek ditinjau dari Kreativitas Siswa
bahwa siswa yang diajar menggunakan media Mind Map lebih baik
(5) Penelitian yang dilakukan oleh Entin T. Agustina (2013) dengan judul
(6) Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, H. Soegiyanto, MG. Dwiji Astuti
hasil belajar IPA tentang struktur bumi pada siswa kelas V SDN Ngadiroyo,
(7) Penelitian yang dilakukan oleh Intan Kurnia (2013) dengan judul
hasil belajar siswa siswa kelas III di SD Negeri Gumilir 05 Cilacap pada
(8) Penelitian yang dilakukan oleh Malik Amer Atta, Asif Jamil, Ghulam
kelas tersebut.
(9) Penelitian yang dilakukan oleh Md. Puspa Dewi, I Kt. Adnyana Putra, dan I
tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah. Sehingga dapat disimpulkan
pembelajaran Snowball throwing lebih baik dari pada yang diajar dengan
kemampuan menyimak siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik
dari pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, dan terdapat interaksi
kemampuan menyimak.
(10) Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wijiastuti (2013) dengan judul
(11) Penelitian yang dilakukan oleh Vera Daniati, Yuliasma, dan Zora Irianti
(12) Penelitian yang dilakukan oleh Wiwat Orawiwatnakul (2013) dari Bangkok
(13) Penelitan yang dilakukan oleh Ahmad Rifaldi Djahir, Daud K. Walanda,
picture puzzle memiliki nilai posttest tinggi yaitu skor sikap (x = 58,433)
(15) Penelitian yang dilakukan oleh Cintiana (2014) dengan judul “Peningkatan
throwing dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik daripada dengan
metode ceramah.
(16) Penelitian yang dilakukan oleh Heru Susanto dan I Gusti Putu Asto B.
(17) Penelitian yang dilakukan oleh I Kt Sandi, I Wyn. Suwatra, dan I Wyn.
konvensional.
(18) Penelitian yang dilakukan oleh Kd. Ayu Susanti, I Ngh. Suadnyana, dan Siti
throwing berbantuan media konkret lebih baik, dilihat dari nilai rata-rata
kelompok kontrol
satu pihak kanan menunjukkan rata-rata kelas eksperimen lebih baik dari
49
(21) Penelitian yang dilakukan oleh Prima Khusbiyantoro (2014) dengan judul
belajar siswa.
(22) Penelitian yang dilakukan oleh Rakimahwati (2014) dengan judul “The
diperoleh siswa adalah 98, sedangkan pada kelas kontrol nilai tertinggi
50
adalah 92. Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa ada
dalam hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Ini berarti bahwa
silang.
(23) Penelitian yang dilakukan oleh Titik Endang Setiawati, Hera Deswita, dan
sebesar 57,83. Ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Dari perolehan rata-rata, terlihat
(24) Penelitian yang dilakukan oleh Tri Widayanti (2014) dengan judul
(25) Penelitian yang dilakukan oleh Candra Mufti Ali (2015) dengan judul
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknik Listrik Kelas X SMKN 1
(26) Penelitian yang dilakukan oleh Desi Triaris Setiarini (2015) dengan judul
Peraga Materi Persegi dan Persegi Panjang Kelas VII SMP Negeri 14
(27) Penelitian yang dilakukan oleh Iis Rosita (2015) dengan judul “Pengaruh
siswa dengan kelas eksperimen memeroleh rata-rata skor 66,46 dan untuk
(28) Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2015) dengan judul “Efektivitas
hasil belajar siswa tercermin dari hasil post test pada siklus pertama 40%
yang tuntas dan pada siklus kedua mengalami peningkatan sebesar 53%
terjadi karena siswa sudah termotivasi dan merasa senang dan antusias
53
dua variabel.
(30) Penelitian yang dilakukan oleh Arfika Riestyan Rachmantika (2016) dengan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Blota tahun
snowball throwing) seebesar 73,07 dan rerata hasil belajar siswa kelas
kontrol (model problem solving) sebesar 75,5. Rerata hasil belajar kelas
matematika yang konsisten satu sama lain. Terlihat dari profil variabel
bebasnya yang relatif sejajar namun tidak berhimpit antara profil Snowball
(31) Penelitian yang dilakukan oleh Ermaita, Pargito, dan Pujiati (2016) dengan
kreatif siswa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian antara lain; (1)
kreatif tinggi. Pada siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 22,14%, dari
sebesar 6,26%.
(32) Penelitian yang dilakukan oleh Lindra Muliawati (2017) dengan judul
masuk kedalam kriteria sangat baik dengan nilai ketercapaian yang sangat
maupun nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Dari hasil tersebut pada siklus
80.
(33) Penelitian yang dilakukan oleh Mursilah (2017) dengan judul “Penerapan
IPS Kelas XII SMK Nurul Huda Sukaraja”. Berdasarkan penelitian yang
menggunakan metode crossword puzzle yaitu Pra siklus nilai rata-rata yang
dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu memperoleh nilai rata-
rata 87,91. Selain nilai rata-rata, aktivitas peserta didik juga mengalami
48%, siklus I sebesar 72% dan siklus II sebesar 93%. Aspek memperhatikan
56
guru menerangkan pada pra siklus sebesar 48%, siklus I sebesar 72% dan
pada pra siklus sebesar 52%, siklus I sebesar 73% dan siklus II sebesar 93%.
(34) Penelitian yang dilakukan oleh Triastuti Handayani, Mujasam, Sri Wahyu
tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi suhu. Data yang mendukung yaitu pencapaian rata-rata hasil posstest
dengan yang terdahulu yaitu pada variabel motivasi belajar, mata pelajaran, materi
yang digunakan, jumlah populasi, kelas, dan jenjang pendidikan yang diteliti
antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini juga
berbeda. Jenjang pendidikan penelitian yang terdahulu terdapat yang lebih tinggi
dari SD yaitu SMP, SMA dan SMK, sedangkan peneliti akan melakukan
penelitian di jenjang SD. Penelitian ini hanya akan berfokus pada ranah kognitif
dari motivasi dan hasil belajar materi keputsan bersama pada jenjang sekolah
Proses penelitian dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
motivasi dan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang
dilakukan dengan baik karena, sekolah dasar merupakan jenjang yang paling dasar
Kepandean 03, guru sudah menggunakan model pembelajaran tetapi model yang
digunakan belum bervariasi dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Selain
menyenangkan serta dapat memberikan makna pada siswa, sehingga ilmu dapat
diterima dengan baik dan tersimpan dalam memori jangka panjang. Pembelajaran
bisa menjadi bermakna jika siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
serta dapat memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan fisik, psikologis,
dan potensinya merupakan salah satu cara agar pembelajaran yang efektif.
dalam memori jangka panjang maka ilmu yang didapat siswa akan menjadi lebih
hasil belajar.
Pembelajaran PKn di SD
Keputusan bersama
Dibandingkan
2.4 Hipotesis
landasan teori dan kerangka berpikir, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu:
H01 : Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar dalam pembelajaran PKn materi
H02 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar PKn materi keputusan bersama pada
Ha2 : Terdapat perbedaan hasil belajar PKn materi keputusan bersama pada siswa
ditinjau dari motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi
ditinjau dari motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi
ditinjau dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi keputusan
bersama (µ1 ≤ µ2 ).
ditinjau dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi keputusan