Anda di halaman 1dari 44

REFERAT BEDAH

Soft Tissue Tumor

Oleh :
Angela Mamporok
11-2014-342

Pembimbing :
Dr. Andri Suhandi, SpB
REFERAT KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
PERIODE 5 SEPTEMBER 2016- 12 NOVEMBER 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). 1,2 Tumor adalah
massa abnormal dalam tubuh. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor
ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft
Tissue Sarcoma (STS).2
Diperkirakan lebih dari 500.000 tumor jaringan lunak jinak didiagnosis setiap
tahunnya di Amerika Serikat. Tumor jinak memiliki 100 kali insidensi yang lebih tinggi
dibandingkan sarcoma yaitu tumor ganas jaringan lunak. Tumor jaringan lunak seperti
sarcoma jaringan lunak merupakan lesi mikroskopik heterogenik yang termasuk dalam lebih
dari 30 diagnosis penyakit yang masuk dalam 9 kategori histologic.2
Tumor jnak jaringan lunak umumnya ditemukan prevalensi yang lebih tinggi pada
remaja dan pada usia dewasa muda. Meskipun banyak dari jenis tumor terjadi pada laki-laki,
beberapa jenis tumor seperti lipoma, angiolipoma, leiomyoma, leiomyomatosa, hemangioma,
hemangioma hipertrofik, hemangiomatosa, hyperplasia endotel papiler, hemangioblastoma,
angiomyoma, tumor glomus jinak, limfangioma, limfangiomioma, neurofibroma,
neurofibromatosa dan filodes sitosarkoma jinak seringkali terjadi pada wanita.2

BAB 2
PEMBAHASAN
Definisi
Soft tissue atau jaringan lunak merupakan semua jaringan nonepitel selain
tulang, tulang rawan, otak dan selaputnya, sistem saraf pusat, sel hematopioetik dan jaringan
limfoid. Tumor jaringan lunak umumnya diklasifikasikan berdasarkan jenis jaringan yang 
membentuknya, termasuk lemak, jaringan fibrosa, otot dan jaringan neurovascular
namun, sebagian tumor jaringan lunak tidak diketahui asalnya. Tumor berasal dari tumere
bahasa Latin, yang berarti bengkak merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi.
Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

Anatomi dan Histologi3,4,5


Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
1. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan
adneksanya, neuroektoderm, yaitu sel otak dan saraf.
2. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim organ visceral.
3. Mesoderm : berkembang menjadi  jaringan ikat, jaringan lemak, tulang rawan, tulang,
otot polos, otot serat lintang, jaringan hematopoietik (sum-sum tulang dan jaringan
limfoid), pembuluh darah, dan pembuluh limfe.
Ketiga jaringan embrional ini berfungsi dalam proses organogenesis yaitu proses
pembentukan organ di tubuh.
Organogenesis merupakan stadium terakhir dari proses perkembangan embrio. Stadium
ini merupakan proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang
berkembang. Sistem organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun kecambah, yaitu
ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Organ-organ tersebut merupakan perkembangan
lebih lanjut dari ketiga lapisan embrionik yang terbentuk saat gastrulasi.
Ektoderm sebagai lapisan luar dari embrio terdiri dari bakal bumbung neural, bakal pial
neural, dan bakal epidermis. Bumbung neural (neural tube) merupakan bakal dari sistem saraf
pusat sedangakan pial neural (neural chest) akan membentuk sistem saraf periferi serta
ganglion, medulla adrenal, sel-sel pigmen, rawan larinks dan rawan kepala. Turunan
epidermis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Yang berasal dari penebalan epidermis
(plakioda), seperti lensa mata, telinga bagian dalam, puting-puting pengecap dan epidermis
lainnya akan membentuk epidermis kulit, rambut, tanduk, kuku, dan lapisan permukaan
mulut dan anus, serta hipofisa anterior.
Mula-mula sel lapisan benih mesoderm membentuk lembaran tipis jaringan ikat pada
kedua sisi garis tengah berkembang membentuk mesoderm paraksial, lebih ke lateral tetap
tipis disebut lempeng lateral. Dengan timbulnya serta bersatunya rongga interselular pada
lempeng lateral jaringan ini terpecah menjadi dua lapisan yaitu :
a. Mesoderm parietal yang meliputi amnion
b. Mesoderm viseral yang meliputi kandung kuning telur.
Kedua selaput ini membatasi suatu rongga baru yang disebut rongga selom intra-embrional,
dimana melanjutkan diri dengan selon ekstra-embrional pada kedua sisi mudigah. Jaringan
yang menghubungkan mesoderm paraksial dan lempeng lateral disebut mesoderm
intermediat.
Endoderm membangun permukaan dua saluran didalam tubuh. Saluran pertama,
terbentang disepanjang tubuh, yaitu saluran pencernaan. Tunas-tunas yang keluar dari saluran
ini adalah hati, kantung empedu, dan pankreas. Saluran kedua bercabang membentuk saluran
pernapasan. Saluran pencernaan dan pernapasan terbagi menjadi suaru ruangan pada bagian
anterior embrio, yaitu pada farinks. Kantung-kantung yang keluar dari farinks membentuk
kelenjar tonsil, tiroid, timus, dan paratiroid. Saluran pernapasan dan pencernaan keduanya
berasal dari usus primitif. Setelah embrio membuat lipatan kepala dan lipatan ekor, usus
dapat dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu usus depan, usus tengah dan usus belakang. Pada
awalnya ujung oral tertutup, ektoderm disebut sebagai keping oral atau stomodium, lalu
pecah dan terbentuk lubang dibatasi oleh endoderm pada ujung saluran pencernaan.
Ektoderm keping oral berhubungan dengan ektoderm otak telah melekuk ke ventral embrio.
Kedua ektoderm bersatu, atap-atap dari daerah oral menjadi bagian anterior dari hipofis.
Sedang jaringan neural dari jaringan neural dari dasar diensefalon membentuk infundibulum
yang kelak akan menjadi bagian neural dari hipofisa.
a. Jaringan lemak
Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terutama terdiri atas sel
lemak (Adiposit). Pada pria dewasa normal, jaringan lemak merupakan 15-20% dari
berat badan, pada wanita normal 20-25% dari berat badan.

b. Jaringan fibrosa
Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) tersusun dari matriks yang mengandung
serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis. Fibrosa ditemukan pada
tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis. Fungsinya antara lain sebagai penyokong
dan pelindung, penghubung antara otot dan tulang serta penghubung antara tulang dan
tulang.

c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut.
- Otot lurik
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot
volunteer. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf motorik. Otot ini menempel
pada kerangka dan digunakan untuk pergerakan.
- Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.

- Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama.

d. Pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan mengecil
dengan fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara luas dan
melalui dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan jaringan.
c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-pembuluh yang
lebih besar yang menghantar produk metabolism (CO2 dan lain-lain) kea rah
jantung.
e. Saraf perifer
Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut saraf, ganglia, dan
ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan serat saraf yang dikelilingi selubung
jaringan ikat. Tumor pada serabut saraf neurofibroma. Pada serat saraf tepi, sel
penyelubung yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung sel saraf tepi yaitu
schwannoma.
Patofisiologi6
Merupakan hasil dari proses proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, Tumor jaringan lunak
tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor
mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke
struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Klasifikasi Soft Tissue Tumor6,7


Tabel. Klasifikasi soft tissue tumor berdasarkan jenis jaringan
No
Soft tissue tumor
.
Lipoma
1. Tumor Jaringan Lemak
Liposarkoma
Fasilitis Nodularis
Fibromatosis
Tumor dan Lesi Mirip-Tumor pada Jaringan Fibromatosis
2.
Fibrosa Superfisialis
Fibromatosis Profunda
Fibrosarkoma
Histiositoma Fibrosa
Dermatofibrosarkoma
3. Tumor Fibriohistiositik Protuberans
Histiositoma Fibrosa
Maligna
Rabdomioma
4. Tumor Otot Rangka
Rabdomiosarkoma
Leiomioma
Leiomiosarkoma
5. Tumor Otot Polos Tumor otot polos dengan
potensi keganasan tidak
jelas
6. Tumor Vaskular Hemangioma
Limfangioma
Hemangioendotelioma
Hemangioperisitoma
Angiosarkoma
Neurofibroma
Schwannoma
7. Tumor Saraf Perifer
Tumor ganas selubung
saraf perifer
Tumor Sel Granular
Sarkoma Sinovium
8. Tumor yang Histogenesisnya Tidak Jelas Sarkoma bagian lunak
alveolus
Sarkoma Epitelioid

Tabel. Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan Jinak dan Ganas

CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME FOR


BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS
Tissue formed Benign soft tissue tumor Malignant soft tissue
tumor (histogenesis)
Fat Lipoma Liposarkoma
Fibrous tissue Fibroma Fibrosarkoma
Skeletal muscle Rabdomioma Rabdomiosarkoma
Smooth muscle Leiomioma Leiomyosarkoma
Synovium Synovioma Sarkoma sinovial
Blood vessel Hemangioma Angiosarkoma; malignant
hemangiopericytoma
Lymphatics Lymphangioma Lymphangiosarkoma
Nerve Neurofibroma Neurofibrosarkoma
Mesothelium Benign mesothelioma Malignant mesothelioma
Tissue histiocyte Benign fibrous Malignant fibrous
histiocytoma histiocytoma
Pluripotent None recognized Malignant
mesenchymoma
Uncertain None recognized sarkoma; Ewing's sarkoma;
epithelioid sarcoma alveolar soft parts

Tumor jinak jaringan adipose/lemak4,7,8


Tumor jinak jaringan adiposa (jaringan lemak) merupakan salah satu jenis tumor
jaringan lunak yang banyak ditemukan. Tumor jinak jaringan lemak biasanya bersifat
superfisial, tumor pseudoenkapsulasi. Berbagai macam bentuk dan terutama pada lesi dalam
dapat berisfat infiltratif.

a. Lipoma
1) Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri
dari lemak. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit
(superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau
lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf,
sendi, ataupun tendon.4 Multipel lipoma bervariasi dalam jumlah mulai dari beberapa hingga
ratusan lesi dan secara dominan terjadi pada bagian atas tubuh dengan predileksi pada
punggung, bahu dan lengan atas. Terkadang, lipoma tersusun dalam distribusi yang simetris
dengan predileksi pada permukaan ekstensor dari ekstremitas.

2) Prevalensi
Biasanya lipoma dijumpai pada usia 40-70 tahun. Lipoma adalah tumor jaringan
lunak yang paling umum dengan prevalensi sebesar 2,1 per 1.000 orang.4

3) Gambaran Klinis
Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-10 cm, terasa kenyal dan
lembut. Bergerak bebas di kulit (free mobility of overlying skin), namun overlying skin ini
secara khas normal. Sering terdapat pada leher, lengan dan dada. Tetapi bisa muncul di bagian
tubuh manapun. Pada umumnya orang-orang tidak menyadari jika mereka mengidap lipoma
sampai benjolannya tumbuh besar dan terlihat. 4 Merupakan massa asimptomatik,
pertumbuhan lambat, massa bulat atau discoid dengan konsistensi lunak. Nyeri jarang
menyertai lipoma dan apabila terjadi biasanya nyeri merupakan gejala lambat yang menyertai
angiolipoma berukuran besar atau lipoma yang mengkompresi saraf perifer.
Memiliki batas dengan jaringan yang tidak nyata. Kapsul yang membungkus
merupakan pseudokapsul yang berasal dari jaringan normal yang terdesak oleh pertumbuhan
jaringan tumor. Oleh karena berasal dari jaringan lemak yang tidak rata maka akan muncul
gambaran pseudolobulated pada palpasi. Oleh karena sifat sel lemak yang lunak seperti
cairan maka sering dikatakan sebagai pseudokistik.4

Lipoma9
4) Jenis-jenis Lipoma

Melalui mikroskop, lipoma terdiri atas sel-sel adiposit yang sudah dewasa berbentuk lobus-
lobus, dan diliputi oleh kapsul fibrous. Yang adakalanya, suatu lipoma tidak berkapsul
menyusup ke dalam otot.

Angiolipoma

Angiolipoma varian membentuk dengan co-existing perkembangbiakan vaskuler.


Terdiri dari sel lemak matur yang dipisahkan oleh adanya percabangan pembuluh darah.
Proporsi antara lemak dan jaringan vaskular bervariasi Angiolipoma menyebabkan nyeri dan
pada umumnya muncul tidak lama sesudah pubertas. Merupakan nodul subkutan pada
dewasa muda, yang seringkali timbul pada pasien remaja atau usia awal 20-an, dan jarang
terjadi pada anak-anak dan pasien lebih tua dari 50 tahun, tidak seperti lipoma subkutan yang
soliter dan multipel. Angiolipoma juga sering terjadi pada laki-laki.
Lengan bawah merupakan lokasi tersering terjadinya angiolipoma yaitu hampir dua
pertiga pasien dengan angiolipoma ditemukan pada daerah ini, setelah itu diikuti oleh badan,
dan lengan atas.

Miolipoma
Miolipoma adalah varian lipoma yang jarang terjadi ditandai dengan adanya
proliferasi pada lemak matur dan jaringan otot polos yang matur. Tumor ini biasanya terjadi
pada usia dewasa, terutama pada dekade kelima dan keenam dalam kehidupan dengan
predileksi terutama pada perempuan.
Miolipoma seringkali terjadi pada retroperitoneum, abdomen, pelvis, regio inguinal,
atau dinding abdomen. Umumnya pasien datang dengan gejala berupa massa tidak nyeri,
namun pada keadaan tertentu karena letak yang terlalu dalam miolipoma ditemukan secara
accidental. Tumor yang terletak pada bagian dalam biasanya berukuran cukup besar, bahkan
bisa hingga sampai ukuran rata-rata 15 cm dimana lesi berada pada daerah subkutan
cenderung lebih kecil.
Secara makroskopik, tumor komplet atau enkaspulasi sebagian dengan permukaan
kuning putih dengan komponen otot polos yang prominen dan memiliki komponen area luas
dengan jaringan putih atau abu-abu yang tegas dengan gambaran seperti konde atau pusaran
air.
5) Diagnosis
Walaupun lipoma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan klinis, namun untuk
menegakkan diagnosis secara pasti dibutuhkan biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Kadar
kolesterol umumnya normal , walaupun lipoma seharusnya menjadi tumor dari jaringan
lemak.
6) Terapi4,10
Untuk suatu lipoma, sebenarnya tidak ada perawatan pada umumnya. Namun jika
lipoma tersebut sudah mengganggu, menyakitkan atau bertambah besar, penatalaksanaan
dapat berupa :
1. Steroid Injection
Perawatan ini mengecilkan lipoma tetapi tidak dengan sepenuhnya menghilangkan
tumor itu. Tetapi ini mungkin tidak berguna untuk lipoma yang sudah berukuran
besar.
2. Liposuction
Perawatan ini menggunakan suatu jarum dan suatu semprotan besar untuk
memindahkan lipoma yang besar. Tindakan ini dilakukan dalam keadaan pasien
terbius lokal. Liposuction biasa dilakukan untuk menghindari suatu jaringan parut
yang besar. Namun masih tetap sukar untuk memindahkan keseluruhan lipoma
dengan menggunakan teknik ini.
3. Surgical Removal
Perawatan ini dilakukan dengan operasi lebih besar yaitu lipoma dipindahkan dengan
memotong lipoma tersebut. Pasien yang menjalani tehnik ini dilakukan pembiusan
secara local maupun general anesthesia. Dan biasanya lipoma hilang setelah
pembedahan.
Indikasi pembedahan pada lipoma antara lain :
1. Alasan kosmetik
2. Untuk mengevaluasi histologi (adakah keganasan pada jaringan) sehingga dapat
menyingkirkan kemungkinan liposarkoma.
3. Jika menimbulkan gejala yang mengganggu
4. Jika berkembang menjadi lebih dari 5 cm.4

Tumor Jaringan Fibrosa4,8


a. Fibroma
1) Definisi
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat. Seperti halnya
dengan lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan tumor jaringan lainnya,
sehingga ada bermacam-macam tipe fibroma.

2) Prevalensi
Fibroma umumnya didapatkan pada orang dewasa dan anak-anak namun
terjadinya sangat individual dapat mengenai segala umur dan jenis kelamin.
Angka kejadian pada wanita menunjukkan 66% terjadi pada segala usia namun
paling sering pada dekade keempat sampai dengan keenam dalam kehidupan.
Fibroma sering terjadi di rongga mulut (71%) pada daerah bukal, labial, dan lidah
bagian lateral.

3) Etiologi
Jaringan ini tumbuh akibat adanya trauma tunggal dan ringan yang
berlangsung terus-menerus sehingga terjadi inflamasi kronis atau infeksi. Tumor
seringkali disebabkan oleh iritasi dan sering dikatakan sebagai fibroma iritasi.
Fibroma iritasi disebabkan oleh iritasi mekanis dari trauma akibat benturan gigi,
luka gigitan pada bibir, deposit kalkuli, ujung tajam dari gigi dan bagian di dalam
mulut dan kebiasaan yang jangka panjang seperti menggigit pipi, tongue thrust
(refleks menelan yang imatur dimana terjadi imbalans dari otot orofasial, dimana
lidah protrusi melalui incisor anterior saat menelan, dan berbicara.

4) Gambaran Klinis
Ukuran tidak lebih dari 3 cm yang tidak menimbulkan rasa sakit dan
terlokalisir. Massa fibroma dapat berbentuk bulat, bertangkai, dan mencapai
ukuran maksimal dalam beberapa bulan. Umumnya mempunyai ukuran 1,5 cm
tidak menimbulkan gejala, padat, warnanya seperti jaringan sekitar, sedikit
dilapisi jaringan keratin, dapat timbul ulserasi oleh karena trauma yang berulang.
Fibroma11
5) Klasifikasi
Macam-macam Fibroma4
No Jenis Fibroma
.
1. Fibroma durum
2. Myxofibroma
3. Periostalfibroma
4. Fascial fibroma
5. Elastofibroma
6. Fibrohistiocytoma
7. Neurofibroma
8. Fibroma mobile
9. Aggressive fibromatosis
10. Abdominal fibromatosis
11. Desmoplastic fibroma
12. Atyp. Fibroxanthoma
13. Atyp. Fibrohistiocytoma
14. Neurofibromatosis

Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat yang


terdapat dalam tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras konsistensinya.
Fibroma durum konsistensinya keras dan fibroma mobile lunak.

6) Diagnosis4
Pada biopsi ditemukan permukaan lesi ditutupi oleh selapis epitel
skuamosa bertingkat dan umumnya terlihat teratur dan menunjukkan
pemendekan dan rete pegs yang rata. Pada saat trauma terjadi pada jaringan akan
timbul vasodilatasi, edema dan infiltrasi sel inflamasi dengan berbagai tingkatan.
Daerah tersebut akan terlihat difus, kalsifikasi lokal dan terjadi osifikasi.

7) Terapi4
Eksisi surgical (ekstirpasi) merupakan terapi pilihan untuk perawatan
fibroma tanpa harus menghilangkan batas mukosa normal sekitarnya.
Giant Cell Fibroma (GCF)
GCF diduga merupakan suatu variasi minor dari fibroma dimana GCF biasanya
bertangkai atau terdiri atas banyak tonjolan ditutupi permukaan mukosa yang bentuknya
bervariasi dari kurang dari 0.5 cm hingga diameter 1 cm dan asimptomatik.
GCF dibedakan dengan fibroma dimana GCF lebih sering terjadi pada gingiva
sementra fibroma seringkali di mukosa pipi, GCF umumnya ditemukan pada usia atau dekade
pertama kehidupan sementara fibroma pada dekade ke 4-6, fibroma seringkali ditemukan
pada perempuan dibandingkan laki-laki. GCF dan Fibroma dapat diatasi dengan pembedahan
eksisi, dikarenakan rekurensi yang rendah.

Giant cell fibroma12

b. Fibromatosis4,8
1) Definisi
Sekelompok proliferasi fibroblast yang dibedakan berdasarkan
kecenderungannya untuk tumbuh secara infiltratif dan pada banyak kasus
kambuh setelah eksisi bedah. Meskipun sebagian lesi bersifat agresi lokal, tidak
seperti difibrosarkoma, lesi ini tidak bermetastasis.

2) Prevalensi
Rata-rata usia 35 - 45 tahun.
3) Etiologi
Genetik dan trauma.

4) Gambaran Klinis
Palmar fibromatosis13

Plantar fibromatosis14

5) Klasifikasi
Fibromatosis dibagi menjadi 2 kelompok klinik patologis utama:

Fibromatosis superfisial
Fibromatosis superfisial yang mencakup seperti fibromatosis palmar
(kontraktur dupuyutren) dan fibromatosis penis (penyakit peyronie), timbul di
fascia superfisial. Lesi superfisial biasanya lebih tidak berbahaya dibandingkan
dengan lesi letak dalam dan pada umumnya menimbulkan perhatian klinis karena
kecenderungannya menyebabkan deformitas pada struktur yang terkena.

Fibromatosis profunda.
Fibromatosis profunda mencakup apa yang disebut tumor desmoid yang
timbul di abdomen dan otot badan setelah ekstremitas. Lesi ini mungkin timbul
tersendiri, atau sebagai komponen dari sindrom gardner, suatu penyakit dominan
autosomal yang ditandai dengan polip adenomatosa kolon, osteoma tulang, dan
fibromatosis. Dibandingkan dengan lesi superfisial, fibromatosis dalam ditandai
dengan kecenderungannya untuk kambuh dan tumbuh agresif secara lokal.

6) Diagnosis
Diagnosis pasti tergantung pada konfirmasi histologis. Secara
mikroskopis, fibromatosis terdiri atas fibroblast proliferatif yang kadang-kadang
gemuk dan cukup seragam. Sebagian lesi mungkin cukup seluler, terutama pada
awal perkembangannya, sementara yang lain, terutama fibromatosis superfisial
mengandung banyak kolagen padat.

7) Terapi
Eksisi.

Tumor Jaringan Otot4,6,8


Tumor Otot Polos
a. Leiomioma
1) Definisi
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari otot
polos.

2) Prevalensi
Leiomioma genitalia cenderung menjadi yang paling umum dari 3 jenis.
Angioleiomioma lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan
perbandingan 2:1 secara keseluruhan.

3) Etiologi
Idiopati kemungkinan berhubungan dengan genetik.

4) Gambaran Klinis
 Piloleiomioma merupakan tumor tunggal dengan permukaan halus ,papula,
atau nodul, biasanya lebih kecil dengan diameter 2 cm dan berwarna coklat
kemerahan. Tempat predileksi pada tubuh, wajah atau ekstremitas. Pola
distribusi bilateral simetris, dikelompokkan dermatomal dan pola linier.
Pieloleimioma15
 Angioleiomioma biasanya didefinisikan sebagai nodul pada kulit yang cukup
dalam dengan diameter 4 cm. biasanya dirasakan nyeri terutama pada saat
palpasi. Angioleiomioma umumnya soliter dan terjadi terutama pada
ekstremitas bawah.

Angioleimioma16
 Leiomioma genitalia pada vulva atau skrotum biasanya berukuran lebih besar
dari kedua jenis leiomioma yang lainnya.

5) Klasifikasi
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:
 Beberapa piloleiomioma
 Piloleiomioma (Soliter)
 Angioleiomioma (soliter)
 Leiomioma genitalia (soliter)
Tiga jenis yang cukup berbeda dari leiomioma kulit ada: piloleiomioma,
angioleiomioma, dan leiomioma genitalia. Klasifikasi ini mencerminkan asal
yang paling logis dari tumor otot polos dan sesuai dengan histologis atau anatomi
dimana leiomioma ditemukan. Piloleiomioma berasal dari otot pili arrector unit
pilosebaceous, sedangkan angioleiomioma berasal dari otot polos (yaitu, tunika
media) dalam dinding-dinding arteri dan vena. Leiomioma genitalia berasal dari
otot dartos skrotum dan labia majora. Tumor pada klasifikasi masing-masing
memiliki karakteristik klinis dan atau histologis yang berbeda.

6) Diagnosis
Pemeriksaan Histologi
Inti otot karakteristik halus yang memanjang dengan ujung tumpul, dan
mereka sering digambarkan sebagai cerutu atau belut berbentuk. Dengan
mikroskop elektron, sel-sel otot polos leiomioma yang tampak normal.
Piloleiomiomas terjadi terutama dalam dermis retikular dan tidak dikemas.
Berkas otot polos tumor ini interlaced dengan jumlah variabel kolagen. Tingkat
aktivitas mitosis, jika ada, rendah. Leiomioma genital mirip dengan
piloleiomiomas dalam penampilan histologis mereka.
Sebaliknya, angioleiomioma mengandung banyak pembuluh darah
melebar di tengah-tengah kumpulan otot polos diatur dengan cara yang lebih
konsentris. Ruang-ruang pembuluh darah dilapisi oleh endotelium sebuah. Untuk
perbedaan lebih lanjut, angioleiomiomas baik dibatasi atau dienkapsulasi dan
mengandung kolagen minimal. Selain itu, angioleiomioma lebih besar sering
memiliki bidang perubahan mucinous.

7) Terapi
Pemeriksaan jaringan harus dilakukan untuk menetapkan diagnosis, dapat
dilakukan biopsi insisi atau biopsi eksisi. Selain itu beberapa penelitian
melaporkan bahwa calcium channel blockers, sehingga dapat digunakan
nifedipin sebagai pengurang rasa sakit untuk kasus piloleiomioma.

Tumor Otot Rangka4,6


a. Rabdomioma
1) Definisi
Rabdomioma adalah tumor otot lurik. Ada 2 jenis rabdomioma adalah
neoplastik dan hamartoma. Hamartoma dibagi menjadi rabdomioma jantung dan
mesenchymal rabdomiomatous kulit. Paling banyak terdapat terdapat pada daerah
kepala dan leher. Penyebab dari rabdomioma kemungkinan terbesar merupakan varian
genetik dari perkembangan otot lurik.

2) Prevalensi
Secara khusus dalam kategori tumor primer jinak jantung, rabdomioma
memiliki insiden yang relatif sekitar 5,8%. Biasa terjadi pada sebagian besar
pada pria.

3) Etiologi
Rhabdomyoma antenatal karena adanya hydrops fetalis akibat aritmia
selama perkembangan janin. Rhabdomyoma tanpa tuberus sclerosis pada kedua
orang tuanya, kemungkinan akibat mutasi de novo pada kromosom 9 atau 16,
atau salah satu orang tuanya menderita tuberus sclerosis ringan sehingga tidak
terdeteksi secara klinis.

4) Gambaran Klinis
 Pemeriksaan fisik pada pasien dewasa dengan rabdomioma mengungkapkan
adanya massa polypoid di wilayah leher, dan bisa terdapat pada daerah kepala
serta leher.
 Pasien dengan rabdomioma jantung terdapat murmur jantung.
5) Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis. Dapat dilakukan
juga pemeriksaan penunjang lain. Dapat dilakukan pemeriksaan radiografi seperti
MRI dan CT scan jantung.13 Temuan histologist yang terdapat pada rabdomioma
adalah ditandai oleh adanya sel-sel besar yang menyerupai otot lurik, sel-sel ini
sangat eosinofilik poligonal dengan inti di perifer.
6) Terapi
Pasien dengan rabdomioma dewasa mungkin akan mengalami kesulitan
progresif bernafas dan menelan. Dalam hal ini dapat diberikan oksigen melalui
lubang hidung dengan kesulitan bernafas. Dan dalam keadaan sulit menelan
dapat diberikan cairan infuse tambahan sampai pembedahan dilakukan. Pasien
dengan rabdomioma jantung harus di tangani kardiologi.

Tumor Fibriohistiositik
Tumor Fibriohistiositik terdiri atas campuran fibroblast dan sel fagositik penuh-
lemak dengan gambaran histiositik.
a. Histiositoma Fibrosa
1) Definisi
Histiositoma fibrosa adalah lesi jinak yang bermanisfestasi sebagai nodus
berbatas tegas, dapat digerakan, dan terletak di dermis atau jaringan subkutis.2
2) Prevalensi
Sebagian kasus terjadi pada orang dewasa.
3) Gambaran klinis
Nodus berbatas tegas, dapat digerakan, dan terletak di dermis atau
jaringan subkutis.

Histiositoma Fibrosa17
5) Diagnosis
Biopsi insisi atau biopsi eksisi terdapat proliferasi sel gelondong yang
saling kait dan lesi yang kaya akan sel berbusa penuh lemak dengan morfologi
histiosit.

6) Terapi
Biopsi eksisi.
Tumor Vaskular4,6,8
a. Hemangioma
1) Definisi
Hemangioma adalah proliferasi abnormal dari pembuluh darah yang
dapat terjadi pada setiap jaringan yang mengandung pembuluh darah. Jadi,
hemangioma dapat terjadi di kutis, subkutis, otot, hepar, traktus
gastrointestinal, otak, paru-paru, ataupun tulang. Sampai saat ini masih
menjadi perdebatan, apakah hemangioma merupakan tumor, hamartoma, atau
malformasi vaskuler.15
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan
anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua,
contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak,
kecil, red-purple papule pada kulit orang tua.

2) Prevalensi
Prevalensi hemangioma ± 1- 3% pada neonatus dan ± 10% pada
bayi sampai dengan umur 1 tahun. Lokasi tersering hemangioma pada
kepala dan leher (60%), dan sekitar 20%-nya merupakan lesi yang multiple.
Bayi lahir prematur merupakan faktor resiko yang telah teridentifikasi,
terutama neonatus dengan berat badan lahir di bawah 1500 gram. Rasio
kejadian wanita dibanding pria 3:1.15,18 Komplikasi hemangioma lebih sering
terjadi pada bayi perempuan dibanding laki-laki, dan lebih sering terjadi pada
kulit putih. Kebanyakan hemangioma timbul tanpa adanya riwayat keluarga
(sporadis), tetapi ada beberapa penelitian yang melaporkan bahwa
hemangioma berhubungan dengan gen autosom-dominan.

3) Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas.
Angiogenesisnya sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah.
Cytokines, seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular endothelial
growth factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
Peningkatan factor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar
angiogenesis inhibitors misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor-beta,
dan transforming growth faktor-beta berperan dalam etiologi terjadinya
hemangioma.
4) Gejala Klinis
Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang
ditunjukkan tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi
baru lahir, hemangioma dimulai dengan makula pucat dengan teleangiektasis.
Sejalan dengan perkembangan proliferasi tumor gambarannya menjadi merah
menyala, mulai menonjol, dan noncompressible plaque. Hemangioma yang
terletak di dalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan warna
kebiruan. Seringkali, hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam
kulit. Hemangioma memiliki diameter beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Hemangioma bersifat solid, tapi sekitar 20% mempunyai pengaruh
pada bayi dengan lesi yang multiple.
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita
hemangioma dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi
prematur. Kurang lebih 55% hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan
perkembangannya pada saat minggu pertama kehidupan. Dulunya, hemangioma
menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan kebanyakan terjadi
resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan
tumor pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah
diketahui, sangat sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase
involusi untuk setiap individu. Superfisial hemangioma biasanya mencapai
ukuran yang maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam
mungkin berproliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus dapat mencapai
2 tahun. Onset dari involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya
digambarkan dari perubahan warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-
abuan. Kira-kira 20-40% dari pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit,
hemangioma pada ujung hidung, bibir, dan daerah parotis biasanya involusinya
lambat dan sangat besar. Hemangioma superfisial pada muka sering
meninggalkan noda berupa sikatrik.
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak
lahir atau beberapa saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat dalam
beberapa minggu atau beberapa bulan; warnanya merah terang bila
jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah
tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap.
5) Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma
kapiler dan hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superficial
hemangioma) terjadi pada kulit atas sedangkan hemangioma kavernosum terjadi
pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada
beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut
hemangioma campuran.

a) Hemangioma kapiler
Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari
sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang
dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tampak sebagai bercak merah
yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan
berbentuk lobular, berbatas tegas, dan lunak pada perabaan. Involusi spontan
ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
dan lebih mendatar.

Strawberry hemangioma18
b) Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah
trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai
infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur,
terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang sering
mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat
bertangkai, mudah berdarah.
Granuloma piogenik19

c) Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan
cepat mengembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang
matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.24,26
Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang
dalam, pada otot atau organ dalam.

Hemangioma kavernosum20
d) Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis
kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis
tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior, biasanya
unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa
tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada
perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa. Lokasi
hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan dalam, atau organ
dalam.
6) Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran
lesinya khas, tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi
susah untuk ditegakkan, terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam.
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu
dalam membedakan kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma
yang agresif. Ultrasonografi dengan Doppler merupakan cara yang efektif,
karena tidak bersifat invasive dan dapat menunjukkan gambaran aliran darah
yang tinggi yang merupakan karakteristik dari hemangioma, demikian dapat
membedakan antara hemangioma dengan tumor solid.
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang
digunakan karena tidak dapat menggambarkan massa yang lunak sedangkan pada
hemangioma yang kavernosum biasanya dapat terlihat karena terdapat area
kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan pada cavitas cavernosum
(phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan
peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang
digunakan. Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk
mengetahui pembesaran hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) menunjukkan karakteristik internal dari suatu
hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang ada
disekitarnya.15,32
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus
hemangioma dalam atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk
memastikan bahwa struktur yang dalam tidak terlibat.

7) Komplikasi
1. Perdarahan
2. Ulkus
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar.
Dahulu dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif.
Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan
trombosit yang mengalami sekuesterisasi.
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan
penglihatan dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan
hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan (visual  axis). Kebanyakan
komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan
tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar.20
Hemangioma pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan
penglihatan normal dan harus diterapi pada beberapa bulan pertama
kehidupan.
7) Terapi
Ada 2 cara pengobatan :
1) Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum
dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
2) Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan
tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang
mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan.
a) Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam
beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.

2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.

3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
tahun.

Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh
cepat, mungkin memerlukan eksisi local untuk mengendalikannya.
b) Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak
ditinggalkan karena :
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan
tulangnya masih sangat aktif.

2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.

3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan


menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.

c) Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah :
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai
terapi medikamentosa yang paling efisien untuk cutaneous infantile
hemangiomas tanpa komplikasi. Pemberian steroid sebaiknya dilakukan
pada masa proliferatif, karena bila diberikan pada masa involusi kurang
bermanfaat. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan
perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan atau atau 2-3
mg/kg/hari, 1 kali sehari pada pagi hari. Terapi dengan kortikosteroid dalam
dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang
tumbuh cepat. Beberapa peneliti menganjurkan dosis yang lebih besar
(prednison 5 mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi efektif, cepat, dan
cukup aman, dilanjutkan hingga 6 – 8 minggu dan pada kasus yang lebih
berat dapat diberikan hingga 12 minggu.
Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma
dengan ukuran kecil (diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah
(hemangioma disertai ulserasi atau dengan komplikasi misalnya terjadi
ifeksi berulang pada daerah lesi). Dosis yang diberikan 2 – 3 mg/kg setiap
kali suntikan diulang setiap minggu selama 1 -2 bulan. Adanya respon
terapi yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran
hemangioma. Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 –
8 minggu merupakan terapi yang efektif sebagai upaya untuk menghindari
efek samping terapi kortikosteropid sistemik.
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan
mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang
menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan
bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma campuran dapat
diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada
hemangioma.
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat
meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung,
serta pertumbuhan terhambat.
d) Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pad lesi hemangioma, misalnya dengan
namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl
hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan
menimbulkan sikatriks.
e) Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya,
juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik.
f) Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.
g) Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.
Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril.

Tumor Jaringan Limfe


Limfangioma
Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari malformasi kongenital
sistem limfatik. Tumor ini biasanya terjadi di kepala, leher, dan ketiak, namun kadang
terjadi pada mediastinum, retroperitoneum, dan paha. Sering juga terjadi pada
skrotum dan perineum.
Ada beberapa macam limfangioma:
a) Limfangioma capilaris
Disebut juga limfangioma simpleks. Ini berupa vesikel atau kutil kecil-kecil di
kulit atau mukosa dengan warna yang sama dengan kulit normal di sekitarnya,
yang berisi cairan limfe.
b) Limfangioma cavernosum
Limfangioma cavernosum berbentuk tumor di kulit, subkutan atau mukosa atau
berupa pembesaran organ yang bersangkutan yang konsistensinya lunak seperti
spons, dengan warna yang normal seperti jaringan di sekitarnya. Misalnya
limfangioma pada lidah berupa lidahnya besar (macroglosi), pada bibirnya besar
(macrocheili), dsb.
c) Limfangioma kistikum
Disebut juga Hygroma. Ini berupa kista yang berisi cairan limfe di subkutan atau
di tempat yang dalam. Seirng terdapat di leher (hygroma colli), di axilla (hygroma
axillare), dsb.

Terapi: eksisi.

Tumor Jaringan Saraf Perifer


a. Neurofibroma
1) Definisi
Neurofibroma adalah tumor jinak selubung saraf dalam system saraf
perifer. Biasanya ditemukan pada individu dengan neurofibromatosis tipe I
(NF1), sebuah autosomal dominan penyakit genetic yang diturunkan.
Neurofibroma muncul dari non-myelin jenis sel Schwann yang menunjukkan
inaktivasi bialelic dari gen NF1 yang kode untuk protein neurofibromin. Berbeda
dengan Schwannomas, jenis lain dari tumor yang timbul dari sel Schwann,
neurofibroma menggabungkan jenis tambahan sel dan elemen struktur selain sel-
sel Schwann, sehinggga sulit untuk mengidentifikasi dan memahami semua
mekanisme sel berasal dan berkembang.
2) Prevalensi
Neurofibroma biasanya timbul pada usia remaja dan sering dikaitkan
dengan masa pubertas. Ukuran dan jumlah tumor dapat meningkat seiring dengan
pertambahan usia dari pasien yang mengidapnya.

3) Etiologi
Pada NF1,gen yang bermutasi ada di kromosom 17, sedangkan pada NF2
di kromosom 22.

4) Klasifikasi
Neurofibroma terdapat 2 bentuk utama yaitu :
- NF-1 (Von Rekling Hausen) dimana organ target utama adalah sistem saraf pusat
(SSP), kulit dan hampir tersebar luas.
- NF-2 atau NF akustik bilateral yang ditandai dengan tumor pada SSP dan sumsum
tulang belakang.

Neurofibroma tipe 1 (kromosom 17) yang mengkode protein yang disebut


neurofibromin, yang berfungsi sebagai penekan tumor. Kondisi ini mengikuti pola pewarisan
dominan autosomal.
Neurofibroma tipe 2 disebabkan oleh mutasi pada gen Neurofibroma tipe 2
(kromosom 22) yang mengatur produksi merlin atau schwannomin protein yang berfungsi
sebagai penekan tumor. Kondisi ini mengikuti pola pewarisan dominan autosomal sekitar 50
% dari kasus Neurofibroma tipe 2 diwariskan dan sekitar 50% adalah karena mutasi baru
pada gen NF2.1
Neurofibroma sangat ber!ariasi dalam gejala, tanda, intensitas, dan kemajuan dari orangke
orang dan ber!ariasi untuk setiap penderita yang berasal dari keluarga yang sama.Tidak ada
perbedaan penyebarannya dalam seksual, ras, etnis, atau nasional
Café-au-lait spot dapat ditemukan di banyak orang tanpa neurofibroma, tetapi
individu dengan lebih dari café-au-lait spot memiliki peluang besar menderita Neurofibroma
tipe 1, terutama jika muncul pada kulit dalam 5 tahun pertama kehidupan. Lebih dari 5 café-
au-lait spot ditemukan di 1.8% dari bayi yang baru lahir, 25-40% anak-anak dan 14% orang
dewasa dengan Neurofibroma tipe 1. Freckling bawah ketiak adalah tanda yang jelas dari
Neurofibroma tipe 1. Setelah pubertas, nodul Lisch hadir dalam 97-100% pasien dengan
Neurofibroma tipe1.
Pada dasarnya ada 4 jenis neurofibroma ditemukan di Neurofibroma tipe 1, yaitu :1
- Kutaneous dangkal, lembut tombol-seperti tumor tanpa potensi ganas.
- Subkutan tumor di dermis yang dapat menyebabkan nyeri lokal atau nyeri.
- Plexiform yaitu jaringan besar tumor yang melibatkan akar saraf dorsal.
- Plexiform difus yang bersifat invasif dan
dapat melibatkan semua lapisan pembuluh kulit, otot, tulang dan pembuluh darah. 

Neurofibroma tipe 1 (penyakit Von Recklinghausen),  ditandai


dengan adanya (minimal ada 2 dari manifestasi klinis yaitu tedapat 6 atau lebih café-au-lait
spot (oval patch coklat muda dengan diameter lebih besar dari 0,5 cm, freckling bawah ketiak
(biasanya tidak jelas pada saat lahir tetapu sering muncul selama fase awal masa kehamilan,
nodul Lisch (tumor kecil pada iris mata), optic glioma, dysplasia skeletal, dan keluarga yang
menderita neurofibroma.

Neuromafibroma21

Café Au Lait Spots22

Neurofibroma dibagi menjadi tipe dermal dan plexiform. Neurofibroma


kulit berhubungan dengan saraf tepi tunggal, sementara plexiform Neurofibroma
berhubungan dengan berkas saraf ganda. Plexiform neurofibroma lebih sulit
untuk diobati dan bisa berubah menjadi tumor ganas. Neurofibroma Dermal tidak
menjadi ganas.

5) Diagnosis
Biopsi ditemukan sel spindle, hiposeluler area dan sel mast.

6) Terapi
a. Dengan radioterapi dan kemoterapi, namun lebih disarankan dengan
menggunakan kemoterapi karena akan ditakutkan tumor semakin menyebar
dan berubah ganas bila dilakukan pengobatan dengan redioterapi.

b. Dengan menggunakan obat-obatan(Pirfenidone, Tipifarnib, Erlotinib (Tarceva)


dengan Sirolimus, imatinib (Gleevec), Pegylated Interferon (Peg-Intron),
Peginterferon alfa-2b, Sirolimus (Rapamycin), Sirolimus, Sorafenib
(Nexavar), Tranilast (Rizaben) ro, In vitro, tranilast.

Tumor jinak dari jaringan synovial4,23


Ganglion
Ganglion merupakan kelainan yang multilokuler, fibrous, merupakan kista dan terdapat
terutama pada dorsalismanus. Ganglion merupakan kista yang berisi cairan bening kental
dengan dinding tipis yang berasal dari tonjolan selaput sarung tendon (tendon sheath),
berkonsistensi lunak, warna serupa kulit dan tidak dapat bergerak bebas. Pada banyak kasus,
ganglion asimptomatik dan jarang menimbulkan gangguan fungsional. Walaupun pada
beberapa kasus, ganglion dapat mempengaruhi struktur di dekatnya seperti arteri, vena,
tendon dan syaraf.
Frekuensi timbulnya ganglion secara umum adalah 50-70 % dari semua soft-tissue
tumors yang terdapat pada lengan dan tangan. Prevalensinya pada wanita adalah 3 kali lebih
sering. Paling sering muncul pada sisi punggung dari pergelangan tangan dekat Scapholunate
(SL) joint (60-70%), Volar Wrist dekat sendi radioscaphoid atau sendi pisotriquetral (18-
20%), dan Volar Retinaculum (10-12%). Kista mucoid terjadi di atas punggung jari pada level
sendi DIP. Sisi lainnya termasuk sendi carpometacarpal (CMC), tendon ekstensor (sering
diasosiasikan dengan first dorsal compartment), carpal tunnel, dan Guyon kanal. Ganglion
mungkin muncul juga dari tulang; yang ini sering disebut kista ganglion intraosseous.
Biasanya muncul pada usia 20-60 tahun. Terapinya dengan melakukan eksisi simpel.
Kista Ganglion24

Kista4,6
Merupakan cairan atau massa setengah cair dalam satu kantong yang tipis.
Kista dermoid
Kista dermoid merupakan suatu massa kistik yang dilapisi oleh epitel gepeng disertai
adanya struktur adneksa seperti kelenjar sebasea, rambut, folikel rambut, serta struktur lain
seperti tulang, otot, dan kartilago. Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat,
walaupun secara klinis dan histopatologis tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.1
Pada pemeriksaan, kista teraba kenyal, karena dindingnya berupa dermis yang liat dan
isinya penuh berupa cairan seperti minyak.

Kista dermoid25
Kista sebasea
Merupakan kista yang terbentuk akibat sumbatan kalenjar sebasea sehingga produk
kalenjar seperti bubur putih, keabuan terkumpul dalam kantong tipis. Membesar perlahan,
dan bisa timbul di semua kulit kecuali telapak tangan dan kaki karena tidak mempunyai
kalenjar sebasea.
Kista tipe ini berbentuk seperti tumor yang bulat dan kista ini melekat pada dermis
namun, tidak pada dasarnya karena kalenjar sebasea terletak di dermis. Muara kalenjar yang
tersumbat merupakan puncak kista atau pungta tersebut dan tampak seperti titik kebiruan
pada dermis.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kista berbentuk bulat atau bisa juga lonjong,
pungta, terletak di subkutan, konsistensi kistik, berfluaktuasi, mobile, nyeri tekan tidak ada.
Sering ditemukan di bagian kepala, wajah, telling, leher, punggung, skrotum dan vulva.
Terapi pada kista sebasea adalah ekstirpasi yaitu harus di angkat bersih termasuk kentongnya
juga agar tidak berulang lagi.

Kista epidermoid
Terjadi akibat dari suatu trauma. Sel epidermis akan masuk ke bagian subkutis dan
saat proses penyembuhan luka akibat trauma tersebut, sel epidermis yang ada di bagian
subkutis akan membentuk kista setelah mengalami mitosis berulang kali.
Kista epidermoid merupakan kista yang terbentuk dari keratin. Kista ini terjadi karena
kerusakan pada jaringan kulit atau folikel rambut sehingga keratin terperangkap di lapisan
bawah epidermis sehingga keratin ini akan berakumulasi, akhirnya membentuk benjolan di
bawah kulit.
Kista epidermoid berbentuk bulat, berdinding tebal dan berisi seluruh elemen
epidermis serta keratin yang lepas. Biasanya ditemukan pada bagian kulit yang rusak akibat
jerawat atau karena sinar matahari.

Kista epidermoid26

E. Stadium Klinik pada tumor Jaringan Lunak6


Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T – Primary tumor
T0                No evidence of primary tumor
T1                Tumor <5 cm in greatest dimension
T1a              Superficial tumor
T1b              Deep tumor
T2                Tumor >5 cm in greatest dimension
T2a              Superficial tumor
T2b              Deep tumor
N – Regional lymph nodes
N0               No regional lymph node metastasis
N1               Regional lymph node metastasis
M – Distant metastasis
M0               No distant metastasis
M1               Distant metastasis
G – Histopathologic grade
Low grade
High grade
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)
Stage IA       Low grade              T1a              N0                M0
Low grade              T1b              N0                M0
Stage IB        Low grade              T2a              N0                M0
Low grade              T2b              N0                M0
Stage IIA       High grade             T1a              N0                M0
High grade             T1b              N0                M0
Stage IIB       High grade             T2a              N0                M0
Stage III        High grade             T2b              N0                M0
Stage IV        Any                       Any T           N1                M0
Any                       AnyT            AnyN           M1

Teknik operasi24
Teknik insisi
Luka yang dibuat pada pembedahan. Tanpa mengambil jaringan kulit pada bagian
yang di insisi. Terdapat beberapa jenis insisi yaitu insisi linear, insisi elips atau bundar, insisi
S/Z dan insisi tangensial / transversal.
Tindakan insisi memiliki beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar tidak menyebabkan
kerusakan jaringan. Prinsip insisi tersebut adalah:
1. Menggunakan mata pisau / blade yang tajam & steril.
Blade yang tajam bertujuan agar dalam insisi dapat mengiris jaringan dengan sekali
gerakan dan tidak berulang.
Mata pisau yang digunakan harus steril, sebaiknya digunakan kemasan disposable.
Hal ini bertujuan mencegah pemakian blade yang tumpul serta penularan penyakit.

2. Gerakan insisi tidak boleh terputus-putus dan menggunakan tekanan yang seimbang.
Tujuannya adalah pada pengembalian flap dengan penjahitan didapatkan kesembuhan
yang cepat tanpa meningggalkan jaringan parut.

3. Dalam melakukan insisi harus memperhatikan jaringan penting (pembuluh darah &
saraf ). Insisi yang tidak memperhatikan jaringan penting dapat menyebabkan
terputusnya arteri dan vena yang dapat menyebakan pendarahan, sedangkan bila insisi
mengenai saraf akan menyebabkan terputusnya saraf dan menimbulkan parastesi.
4. Mata pisau harus dijaga agar tetap tegak lurus dengan struktur yang akan dipotong.
Insisi yang tidak tegak lurus akan menyebabkan flap akan sulit di reposisi dan
mempermudah terjadinya nekrosis pada jaringan tersebut.

Insisi dilakukan pada daerah jaringan yang sehat atau didukung oleh tulang yang tidak rusak.
Teknik eksisi
Bedah eksisi adalah suatu tindakan bedah minor yang dilakukan dengan tujuan
membuang jaringan dengan cara memotong. Tindakan ini dapat dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan penunjang (biopsi), prosedur pengobatan lesi kulit jinak atau ganas, dan
memperbaiki penampilan secara kosmetis.
Eksisi fusiformis sederhana (elips) adalah dasar dari bedah kulit. Perencanaan yang
tepat dalam prosedur bedah eksisi memerlukan pengetahuan anatomi superfisial tubuh dan
fungsi kepala dan leher, dan di dalam pengobatan keganasan kulit, diperlukan juga
pengetahuan terkait biologi tumor.
Walaupun awalnya rumit, namun saat dasar-dasarnya telah dipelajari, maka eksisi
fusiformis akan menjadi prosedur yang cukup sederhana yang dapat dilakukan dengan cepat
dan dapat memberikan perbaikan kosmetik juga. Sebelum dilakukannya segala jenis prosedur
bedah, harus dilakukan evaluasi preoperatif, yang di dalamnya termasuk penilaian pasien,
faktor risiko terjadinya komplikasi, dan edukasi pasien.

Pengangkatan spesimen
Walaupun tampak sederhana, namun untuk mendapatkan hasil kosmetik yang
optimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengangkatan spesimen.
 Hindari “cross-hatching”
Untuk menghindari luka yang tidak perlu, usahakan ujung elips bertemu di
sudut yang yang telah dirancang, tanpa pemanjangan insisi melebih titik tersebut. Saat
menggunakan pisau standar berukuran 15, insisi diawali dengan skalpel dipegang
tegak lurus dengan kulit. Setelah insisi dibuat, maka skalpel dipegang dengan sudut
45° dari permukaan kulit, lalu insisi dilanjutkan hingga ujung satunya dari elips
dicapai. Pada saat tersebut, pisau kemudian dikembalikan pada posisi tegak lurus
kulit. Saat melakukan eksisi yang sangat kecil, dapat digunakan pisau yang berukuran
lebih kecil seperti pisau no. 15c atau pisau no. 11.
Cara lain untuk menghindari cross-hatching atau fishtail adalah dengan
memastikan ujung pisau dalam keadaan vertikal saat awal dan akhir insisi. Baliklah
ujung pisau sebelum mencapai ujung sudut yang dirancang. Dapat dilihat bentuk
cross-hatching pada gambar 9.
Cross hatching dan nicked edges
 Hindari tepi yang miring (beveled edge)
Saat melakukan insisi, lebih baik dilakukan tegak lurus kontur tubuh dan
jaringan di bawahnya, yakni jaringan subkutan, untuk mencegah tejadinya defek
kontur. Dengan melakukan hal tersebut, maka tepi luka akan cenderung tereversi, dan
secara kosmetik, akan memiliki hasil yang lebih baik ketika ditutup. Jika ujung pisau
ditusuk miring ke arah lesi, maka terdapat perbedaan pada permukaan kulit dan dasar
kulit, sehingga dasar kulit lebih dekat ke arah lesi dibandingkan dengan di permukaan
kulit. Namun, pada tempat dimana rambut tumbuh, sebaiknya dilakukan insisi dengan
sudut paralel dengan arah tumbuhnya rambut untuk menghindari transeksi folikel dan
kehilangan rambut permanen di sekitar jaringan parut.

Gambar 10. Posisi skalpel tegak lurus kulit saat insisi (A) dan paralel folikel rambut (B)
 Meminimalisir jalan masuk ke dermis
Jumlah tekanan dan tenaga yang harus digunakan sewaktu melakukan insisi
dipelajari hanya melalui pengalaman. Tenaga untuk menginsisi dermis bergantung
pada ketebalan dermis. Meminimalisir eksisi ke dermis sebaiknya dilakukan untuk
menghindari ”staircasing” pada luka (lihat gambar 11).
Gunakan skalpel hanya untuk membuat insisi, lalu, untuk membuka
jaringannya, gunakanlah gunting yang tumpul.
Perbandingan insisi yang baik dengan staircasing
 Ketebalan yang seragam
Ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah jaringan yang diangkat pada
kedua ujung ketika mengangkat suatu spesimen. Kecenderungan ini akan
mengakibatkan suatu lesi “boat-shaped”. Pada lesi tersebut, jaringan residual yang
ditinggalkan akan dapat menyebabkan protrusi pada kedua ujung, sehingga
menimbulkan “pseudo-dog-ear”. Asisten dapat melakukan traksi pada kulit secara
tegak lurus dari arah insisi, sehingga dapat memberikan kontur yang lebih halus untuk
insisi dan meminimalisir usaha yang diperlukan untuk melakukan insisi untuk
kedalaman tertentu. Setelah insisi yang cermat, di dasar jaringan dapat dilakukan
transeksi hingga kedalaman yang diinginkan dengan skalpel atau gunting.

Spesimen "boat-shaped" (A) dan spesimen yang ketebalannya sama (B)


1. Diseksi jaringan
Apabila diseksi diperlukan, maka untuk melakukan prosedur ini, gunakan pisau
berujung bulat yang menghadap ke atas dan pisahkan lapisan lemak dengan
menggunakan gunting berujung tumpul dan harus sedangkal mungkin dengan tujuan
menghindari pembuluh darah dan pembuluh saraf. Jadi, hindari diseksi jaringan yang
berlebihan, karena dapat menyebabkan perdarahan atau gangguan saraf.
 Lebar diseksi
Diseksi jaringan setelah pengangkatan spesimen akan dapat meminimalisir
tekanan pada tepi luka, sehingga dapat membantu penutupan luka, menghindari
kegagalan vaskularisasi, mengeversi tepi luka, memaksimalkan hasil kosmetik setelah
terjadinya kontraksi luka, dan menyediakan dasar jaringan parut horizontal sehingga
dapat meminimalisir penyebaran jaringan parut pada daerah dengan tegangan kulit
tinggi. Jaringan pada tepi luka harus dibebaskan agar terdapat tegangan minimal yang
dapat membuat luka tereversi, namun tanpa gangguan vaskularisasi. Kegagalan
diseksi kedua ujung luka dapat menyebabkan protrusi jaringan ke permukaan pada
kontraksi luka (lihat gambar 13).

Kegagalan diseksi jaringan di ujung lesi (A) dan lesi yang didiseksi jaringan (B)
 Kedalaman diseksi
Kedalaman diseksi yang direkomendasikan bervariasi bergantung pada area
tempat luka tersebut dibuat.
Mengikis kulit kepala sebaiknya dilakukan di bawah galea untuk menhindari
transeksi folikel rambut. Jaringan areolar longgar yang berada di bawah galea sangat
mudah untuk diidentifikasi, yakni merupakan suatu permukaan tanpa perdarahan, dan
galea aponeurotica berfungsi untuk memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk
melakukan jahitan penutup pada luka di kulit kepala. Pada bagian dahi, pengikisan
sebaiknya dilakukan hingga ke dalam jaringan subkutan, dikarenakan pengikisan yang
lebih dalam dapat mengancam inervasi saraf sensoris di kulit kepala. Untuk
menghindari terkenanya saraf motoris superfisial, diseksi di pelipis, pipi, dan dagu
harus dilakukan pada jaringan subkutan superfisial. Pada batang tubuh dan
ekstremitas, diseksi dapat dilakukan pada berbagai kedalaman kulit di atas fascia otot.
Sebenarnya diseksi jaringan harus dilakukan pada area dimana kulit masih tetap
tegang setelah eksisi dilakukan, jadi selama kulit tersebut masih tegang, maka diseksi
dilakukan hingga kulit tidak lagi tegang, namun pada ekstremitas, diseksi yang
berlebihan dapat mengganggu vaskularisasi, sehingga harus sangat hati-hati
dilakukan. Biasanya hasil optimal diperoleh dengan diseksi jaringan subkutan tengah
atau dalam. Pada bagian tubuh yang hanya terdapat sedikit jaringan adiposa, seperti
tangan dan kaki, pengikisan dilakukan hingga lapisan di bawah dermis. Diseksi
jaringan harus dilakukan dengan berhati-hati agar tepi luka tidak seperti gergaji,
karena dapat menyebabkan kekurangan dari segi kosmetik. Jadi, saat menjepit tepi
luka atau mengaitnya dengan pengait, harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi perlukaan yang tidak semestinya.
Bila diseksi sulit untuk dilakukan atau menyebabkan perdarahan banyak, maka
artinya, diseksi tersebut terlalu superfisial dan harus dilakukan pada jaringan yang
lebih di bawahnya. Misalnya pada bagian tengah lapisan lemak pada wajah, area
subgaleal pada kulit kepala, lapisan dalam lemak pada batang tubuh dan ekstremitas,
dan sedikit di bawah dermis pada tangan.
 Hemostasis
Selama insisi dan pengikisan kulit, pembuluh darah pasti akan tidak sengaja ikut
terpotong atau tersentuh. Pada proses bedah eksisi, hemostasis dapat terjadi oleh
karena efek vasokonstriktor adrenalin yang digunakan bersamaan dengan anestesi
yang diinjeksikan sebelum dilakukannya prosedur bedah. Efek ini akan muncul 15
menit setelah dilakukannya anestesi, sedangkan pada anestetik topikal dapat muncul
dalam 2 – 3 menit pertama.
Selain itu, penekanan luka dengan kasa juga dapat memberikan tekanan,
sehingga dapat mendukung terjadinya hemostasis. Suhu yang hangat, misalnya
unipolar hyfriecator atau bipolar, dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan
pada pembuluh darah kecil.
Untuk menghindari terjadinya hematoma akibat perdarahan dari pembuluh
darah yang lebih besar (lebih dari 1 mm diameternya), maka dilakukan pengkleman
atau ligasi pembuluh darah dengan dijahit menggunakan benang yang dapat diserap,
misalnya vikril 3-0 atau 4-0, selain itu, juga dapat dilakukan elektrokoagulasi atau
elektrodesikasi. Tapi, penggunaan electrosurgery yang berlebihan juga harus
dihindarkan karena dapat menyebabkan pembentukan jaringan terbakar yang
mengganggu proses penyembuhan luka. Perdarahan minor dari kapiler dermal yang
tertranseksi dapat dengan mudah dihentikan dengan jahitan saat penutupan luka.
Setelah prosedur, apabila lokasi eksisi adalah di tempat yang mudah berdarah
atau pasien adalah pengguna warfarin, beri perban tekan agar perdarahan berhenti.
BAB III
PENUTUP
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, dan jaringan lemak. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah
suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.Tumor
jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Tumor jinak memiliki 100 kali insidensi
yang lebih tinggi dibandingkan sarcoma yaitu tumor ganas jaringan lunak.
Secara anatomis, umumnya tumor jinak jaringan lunak ditemukan pada ekstremitas
dan bagian tubuh, namun pada tumor tertentu seperti rhabdomyoma, angiofibroma,
chondroma, dan tumor sel granular jinak memiliki predileksi pada area kepala dan leher.
Ukuran rata-rata pada tumor jinak jaringan lunak yang berada pada lokasi superfisial jarang
melebihi 2 cm. Namun pada tumor jinak jaringan lunak yang terletak lebih dalam seperti
angiomiolipoma dan tumor jinak saraf periferal dapat tumbul hingga beberapa centi sebelum
dapat terdeteksi. Meskipun tumor jinak jaringan lunak umumnya bersifat asimptomatik dan
bermanifestasi sebagai massa atau nodul yang tidak nyeri, ada yang bersifat nyeri
schwannoma, neurofibroma dan tumor glomus.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor
langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian
sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi
dengan pengangkatan seluruh tumor.
Pada sebagian besar tumor jinak jaringan lunak yang kecil dan superficial dapat
didiagnosa setelah eksisi bedah. Biopsi insisi atau eksisi pada tumor yang ukurannya lebih
kecil daripada 5 cm harus diambil secara lengkap untuk dapat dilakukakn pemeriksaan
patologis anatomis. Specimen biopsy eksisi dapat diambil dengan reseksi en bloc dan harus
dapat didiseksi dengan mempertimbangkan struktur anatomisnya yaitu saraf, pembuluh
darah, tendon, kulit dan tulang, ukuran tumor, warna, konsistensi dan kaitannya dengan
jaringan sekitarnya.
Tumor yang timbul di tubuh manusia harus segera di periksa agar bisa diketahui
apakah benjolan tersebut jinak maupun ganas agar bisa di ambil tindakan sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Goldblum JR, Folpe AL, Weiss SW. Enzinger and Weiss soft tissue tumor. 6 th ed.
Philadelphia : Elsevier Saunders ; 2014. p. 188-255, 341-86, 443-83, 524-48, 592-600,
639-80, 784-854
2. Fletcher DM, Unni KK, Mertens F. Pathology and genetics : tumor of soft tissue and
bone. Lyon: IARC Press; 2006. p. 60-75
3. Campbell NA, Reece J, Urry LA, Cain ML, Wesserman SA, Minorsky PV. Campbell
biology. 8th ed. England: Pearson; 2010.
4. Sjamsuhidayat R, Karnadihardja W, Prasetono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu
bedah. Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2007. H 407-1035.
5. Freedberg IM, Elsen AZ, Wolff K. Fitzpatricks’s dermatology in medicine. Volume 4 th.
McGraw-Hill;2015.p. 98-210.
6. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s
principle of internal medicine. 18th ed. United States: McGraw-Hill Companies; 2012.
P. 817-20.
7. WHO classification of soft tissue tumor, Diunduh dari:
https://www.iarc.fr/en/publications/pdfs-online/pat-gen/bb5/bb5-classifsofttissue.pdf
(16 September 2016)
8. Townsed CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery:
the biological basis of modern surgical practice. 19 th ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2012. p. 1258, 1452-3
9. Lipoma. Diunduh dari
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/dermatology/c
ommon-benign-growths/ (16 September 2016)
10. Lamagna B, Greco A, Guardascione A, Navas L, Ragozzino M, Paciello O. Journal:
Canine Lipomas Treated with Steroid Injections: Clinical Findings; November 30th
2012.
11. Fibroma. Diunduh dari http://blogkamilagodoy.com.br/fibroma-e-a-lesao-tumora-mais-
comum-da-cavidade-oral/ (16 September 2016)
12. Giant Cell Fibroma. Diunduh dari: http://contempclindent.org/article.asp?issn=0976-
237X;year=2010;volume=1;issue=4;spage=271;epage=274;aulast=Kolte;type=3, (16
September 2016)
13. Palmar fibromatosis. Diunduh dari: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1754-
9485.12178/abstract (3 Oktober 2016)
14. Plantar fibromatosis. Diunduh dari:
http://www.dermis.net/dermisroot/en/20974/image.htm (3 Oktober 2016)
15. Pieloleimioma. Diunduh dari: http://www.e-ijd.org/article.asp?issn=0019-
5154;year=2013;volume=58;issue=3;spage=245;epage=245;aulast=Kudur ( 3 Oktober
2016)
16. Angioleimioma. Diunduh dari:
https://www.researchgate.net/publication/26299298_Imaging_findings_of_a_subcutane
ous_angioleiomyoma (3 Oktober 2016)
17. Histiositoma fibrosa. Diunduh dari: https://quizlet.com/81822187/skin-pathology-
flash-cards/ (3 Oktober 2016)
18. Strawberry hemangioma. Diunduh dari: http://healthool.com/strawberry-hemangioma/
(3 Oktober 2016)
19. Piogenik granuloma. Diunduh dari: http://www.aocd.org/?
page=PyogenicGranuloma (3 Oktober 2016)
20. Hemangioma kavernosum. Diunduh dari:
http://medlinux.blogspot.co.id/2009/02/hemangioma.html (3 Oktober 2016)
21. Neurofibroma. Diunduh dari http://www.surgicalnotes.co.uk/content/neurofibroma, (16
September 2016)
22. Café au lait. Diunduh dari http://www.aapos.org/terms/conditions/7, (16 September
2016)
23. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2014.
hal.421-500.
24. Kista ganglion. Diunduh dari https://sgbonedoctor.com/hand-wrist/ganglion-cysts/, (16
September 2016)
25. Kista dermoid. Diunduh dari: http://allcysts.com/dermoid-ovarian-cysts-symptoms-
treatment-and-prevention-surgery-for-dermoid-cyst-dermoid-cyst-of-the-ovary-
symptoms-treatment-and-prevention-operation-at-a-dermoid-cyst/ (3 Oktober 2016)
26. Kista epidermoid. Diunduh dari: http://pimplepopper.org/contact/epidermoid-cysts/ (3
Oktober 2016)
27. Cipto H, Suseno LS. Bedah kulit. In : Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta: FKUI. 2015: 417-22

Anda mungkin juga menyukai