Anda di halaman 1dari 10

 

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP KONDISI SOSIAL-


EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN LOA IPUH DARAT,
TENGGARONG, KUTAI KARTANEGARA
 
Dedek Apriyanto
Dpermafrost@yahoo.com

Rika Harini
Harini_rika@yahoo.com 

Abstract

The existence of coal mining activities impact positively or negatively on socio-economic


conditions of the community. This study used survey method with 55 respondents. The Selection of
respondents using the technique of area sampling and proportional random sampling. Analysis
technique using Kendall Tau-b (significant level 0.1) to see the relationship between factors of the
community itself (age, highest education, and income) with the community perception about the
existence of coal mining activities. The results showed the impact on socio-economic conditions lead
to migration, conflict, wide apart the emergence of kinship, prostitution, and lead to business
opportunities. An increase or decrease in income levels vary according to their livelihoods. Result on
Kendall Tau-b test obtained the variables income and highest education had a relationship in the
formation of community perception of the physical effects. Variables income also have a relationship
in the formation of community perception of the socio-economic effects.
 
Keywords: Coal Mining Activities, Socio-Economic Impact, Community Perception

Abstrak
Keberadaan kegiatan pertambangan batubara memberikan dampak positif maupun negatif pada
kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 55 responden.
Pemilihan responden menggunakan teknik area sampling dan proportional random sampling. Teknik
analisis menggunakan korelasi Kendall Tau-b (taraf signifikan 0,1) untuk melihat hubungan antara
faktor dari diri masyarakat (umur, pendidikan terakhir, dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat
terhadap keberadaaan kegiatan pertambangan batubara. Hasil penelitian menunjukkan dampak pada
kondisi sosial-ekonomi memicu timbulnya migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan,
timbulnya praktek prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Peningkatan atau penurunan tingkat
pendapatan masyarakat bervariasi berdasarkan mata pencahariannya. Hasil korelasi Kendall Tau-b
menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan terakhir memiliki hubungan dalam
pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik. Variabel pendapatan juga memiliki
hubungan dalam pembentukan persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi.

Kata kunci : Kegiatan Pertambangan Batubara, Dampak Sosial-Ekonomi, Persepsi


Masyarakat

289 
 
 
PENDAHULUAN menimbulkan berbagai dampak negatif seperti
terganggunya lingkungan area penambangan
Salah satu sektor yang menyumbang
yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan,
devisa negara yang dominan adalah sektor
selain itu timbul pua dampak pada kondisi
pertambangan. Sektor ini menyumbang 36%
sosial ekonomi masyarakat disekitar kawasan
dari pendapatan negara pada tahun 2008
pertambangan.
(Kementerian ESDM, 2009 dalam Pertiwi,
Salah satu perusahaan pertambangan
2011). Sektor pertambangan selain sebagai
batubara yang memiliki ijin beroperasi di
sumber devisa, juga dapat menyerap tenaga
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah
kerja dalam jumlah yang besar sehingga akan
PT. Multi Harapan Utama (MHU) yang
berdampak positif dalam pembukaan lapangan
terletak di Kecamatan Tenggarong, dimana PT.
kerja. Salah satu komoditi yang menjadi
Cipta Kridatama (CK) bertindak sebagai
unggulan pada sektor pertambangan adalah
kontraktor yang melakukan kegiatan
batubara, dimana menyumbang penerimaan
pertambangan di lahan ijin dari PT. MHU yang
negara sebesar 2,57 trilyun pada 2004, dan
merupakan lokasi penelitian ini. PT. Cipta
meningkat menjadi 8,7 trilyun pada tahun 2007
Kridatama (CK) melakukan kegiatan
(Ermina, 2008), artinya telah terjadi
pertambangan pada daerah yang dekat dengan
peningkatan penerimaan negara dari komoditi
daerah pemukiman, akibat dari aktivitas
ini, seiring dengan peningkatan produksi
pertambangan ini tentu saja akan berpengaruh
batubara untuk memenuhi kebutuhan baik
terhadap kondisi sosial-ekonomi serta fisik
dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor.
daerah sekitarnya, baik dampak positif maupun
Sektor pertambangan merupakan sektor yang
negatif.
strategis, selain itu bagi daerah yang kaya
Dampak sosial-ekonomi menurut
sumberdaya alamnya, pertambangan
Homenauck (1988, dalam Hadi, 2005) dapat
merupakan tulang punggung bagi pendapatan
dikategorikan ke dalam kelompok kelompok
daerah tersebut (Djajadiningrat, 2007).
real impact dan special impact. Real impact
Keberadaan sumberdaya alam yang
adalah dampak yang timbul sebagai akibat dari
memiliki potensi ekonomi perlu dilakukan
aktivitas proyek, pra konstruksi, konstruksi,
pengelolaan agar dapat termanfaatkan secara
operasi dan pasca operasi, misalnya migrasi
maksimal dan berguna dalam meningkatkan
penduduk, kebisingan atau polusi udara.
taraf hidup masyarakat. Keberadaan kegiatan
Special impact adalah suatu dampak yang
pertambangan batubara pada daerah penelitian
timbul dari persepsi masyarakat terhadap
merupakan suatu upaya dari pemerintah untuk
resiko dari adanya proyek.  Dampak pada
dapat memanfaatkan potensi wilayah yang
kondisi sosial-ekonomi pada penelitian ini
dimiliki oleh daerah tersebut. Khususnya
dikaji melalui peluang berusaha, peningkatan
batubara yang merupakan komoditas yang
pendapatan, perubahan mata pencaharian,
memiliki nilai ekonomi tinggi karena
perubahan perilaku masyarakat, kejadian
kegunaanya pada bidang energi.
konflik serta migrasi.
Salah satu kabupaten di Kalimantan
Dampak pada kondisi fisik meliputi
Timur yang memiliki potensi ekonomi yang
pencemaran air yang diakibatkan kontaminasi
besar dari komoditi batubara adalah Kabupaten
dengan limbah hasil sisa dari kegiatan
Kutai Kartanegara dengan produksi batubara
pertambangan, pencemaran udara karena
97.333.395 ton pada 2007, meningkat menjadi
tercemar oleh gas hasil buangan dari kegiatan
113.543.269 ton pada 2008 dan pada tahun
pertambangan, maupun polusi suara karena
2009 produksi batubara sebesar 118.605.116
kegiatan pertambangan seperti (blasting)
ton (BPS Kaltim, 2011). Besarnya produksi ini
ataupun truk pengangkut barang tambang.
berdampak positif karena mampu
Kerusakan jalan yang disebabkan oleh kegiatan
meningkatkan pendapatan daerah ditandai
pertambangan baik pengangkutan keperluan
dengan kondisi Kabupaten Kutai Kartanegara
pertambangan seperti alat berat maupun
yang merupakan kabupaten yang menerima
kebutuhan bahan bakar juga turut memberikan
dana bagi hasil sumberdaya alam terbesar di
dampak negatif terhadap kondisi fisik di daerah
Indonesia sebesar Rp. 2.556,55 Milyar
pertambangan. Dampak kondisi fisik
(Kementerian Keuangan, 2009). Kenyataannya
merupakan dampak yang ditimbulkan oleh
keberadaan kegiatan pertambangan ini juga
290 
 
 
adanya aktivitas pertambangan pada kondisi area sampling maka dipilih penduduk pada
pencemaran pada air, udara, polusi suara, RT. 1, RT. 2, RT. 3 dan RT. 11 yang telah
kerusakan jalan dan pembukaan hutan di dipilih secara sengaja (purposive) untuk
sekitar wilayah pertambangan (Pertiwi, 2011). menjadi responden dalam penelitian ini karena
Wagito (2002, dalam Mulyandari 2006) lokasinya yang paling dekat dengan lokasi
mengatakan bahwa pembentukan dan pertambangan yang menjadi objek penelitian.
perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari Metode pengambilan sampel responden
diri masyarakat yaitu karakteristik yang pada penelitian ini adalah dengan teknik
melekat di setiap individu sendiri.  Keberadaan proporsional random sampling. Sampling yang
kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja dipilih adalah penduduk pada RT. 1, RT. 2,
menimbulkan persepsi masyarakat terhadap RT. 3 dan RT. 11 dengan jumlah total populasi
dampak kegiatan pertambangan tersebut pada 476 KK. Responden dipilih secara acak
kondisi sosial, ekonomi dan fisik dimana pada sebanyak 55 responden, yang didapat dari
penelitian ini pembentukan persepsi tersebut penentuan jumlah sampel dengan
dihubungkan dengan faktor dari diri menggunakan Nomogram Herry King dengan
masyarakat yang mempengaruhi persepsi Confident interval 90%.
masyarakat, yaitu : tingkat pendapatan, tingkat Analisis data untuk tujuan penelitian 1
pendidikan, dan umur. Dari hasil penelitian ini untuk mengetahui dampak pertambangan
akan dapat diketahui dampak kegiatan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat,
pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, didapat dari wawancara dengan responden,
ekonomi dan fisik di daerah penelitian serta yang diolah dengan menggunakan analisis
mengetahui persepsi masyarakat terhadap deskriptif. Dimana dilakukan analisis secara
kegiatan pertambangan batubara dilihat dari kualitatif mengenai dampak pertambangan
faktor dari masyarakat yang mempengaruhi terhadap kondisi sosial, ekonomi masyarakat di
persepsi. daerah penelitian.
Analisis data untuk tujuan penelitian 2
Tujuan Penelitian ini adalah : dianalisis secara kuantitatif dengan metode
skoring dimana untuk mengetahui persepsi
1. Mengetahui dampak kegiatan penduduk terhadap dampak keberadaan
pertambangan batubara terhadap kondisi kegiatan pertambangan pada kondisi sosial dan
sosial-ekonomi masyarakat sekitar. ekonomi, dan kondisi fisik dengan
2. Mengetahui hubungan persepsi menggunakan skala likert. Penyajian data
masyarakat dengan keberadaan kegiatan dalam analisis ini berupa tabel frekuensi dan
pertambangan batubara terhadap kondisi hasil korelasi dengan Kendall’s Tau-b.
sosial, ekonomi dan fisik. Persepsi masyarakat pada kondisi sosial
ekonomi meliputi perubahan mata pencaharian,
peningkatan pendapatan, konflik, migrasi
METODE PENELITIAN masuk, dan peluang usaha dan perubahan
Jenis data yang akan digunakan dalam perilaku masyarakat. Jumlah pertanyaan untuk
penelitian ini adalah data primer dan data kondisi sosial ekonomi adalah 21 pertanyaan.
sekunder. Data primer diperoleh melalui Persepsi masyarakat terhadap dampak
wawancara langsung dengan menggunakan pertambangan pada kondisi fisik meliputi
kuesioner pada lokasi penelitian, yang hasilnya pencemaran air, pencemaran udara, polusi
kemudian dianalisis. Selain itu dilakukan pula suara, kerusakan jalan dan pembukaan hutan.
wawancara mendalam (indepth interview) Jumlah pertanyaan untuk kondisi ekologi
kepada responden dan informan. Data sekunder adalah 12 pertanyaan. Setiap jawaban
diperoleh melalui dokumentasi dan studi pertanyaan memiliki skor, skor dari setiap
literatur yang berkaitan dengan tujuan jawaban seperti pada Tabel 1.
penelitian. Persepsi masyarakat terhadap dampak
Responden yang menjadi objek dalam pertambangan pada kondisi sosial ekonomi dan
penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan fisik didasarkan pada total skor jawaban
Loa Ipuh Darat. Terdapat 11 RT di Kelurahan pertanyaan, yang kemudian diskalakan.
Loa Ipuh Darat dengan menggunakan teknik Penentuan skala skor untuk dampak pada

291 
 
 
kondisi sosial ekonomi seperti pada Tabel 2, Tabel 4. Penentuan Persepsi Sosial-Ekonomi
sedangkan penentuan skala skor untuk dampak dan Fisik
pada kondisi fisik seperti pada Tabel 3. Skala Kelas Skor Skala Skor Persepsi
skor dibagi menjadi 5 kelas, yaitu “Sangat Sangat Rendah ≤ 20% Negatif
Rendah”, “Rendah”, “Sedang”, “Tinggi”, dan
Rendah 21% - ≤ 40% Negatif
“Sangat Tinggi”, setelah didapat skala skor
barulah kemudian didapat persepsi masyarakat Sedang 41% - ≤ 60% Netral
pada kondisi sosial-ekonomi dan fisik. Persepsi Tinggi 61%- ≤80% Positif
negatif ditandai dengan skala skor “Sangat Sangat Tinggi ≥ 80 % Positif
Rendah” dan “Rendah”, persepsi netral pada
skala skor “Sedang”, sedangkan persepsi
positif ditandai dengan skala skor “Tinggi” dan HASIL DAN PEMBAHASAN
“Sangat Tinggi”, seperti pada Tabel 4.
A. Dampak Sosial
Tabel 1. Penilaian Skor Persepsi
Masalah pemenuhan kebutuhan
Jawaban Skor ekonomi memang menjadi alasan utama setiap
orang untuk melakukan migrasi, baik secara
Sangat tidak setuju (STS) 1
permanen ataupun ulang-alik, layaknya istilah
Tidak setuju (TS) 2 “ada gula ada semut”. Ravenstein (1889, dalam
Netral (N) 3 Alatas, 1993) juga mengatakan dalam salah
Setuju (S) 4 satu hukum migrasinya bahwa motif ekonomi
merupakan pendorong utama seseorang
Sangat setuju (SS) 5
melakukan migrasi. Mantra (1981, dalam
Alatas, 1993) dalam studinya di Dukuh
Tabel 2. Skoring Persepsi Dampak Sosial- Kadirojo dan Piring, Yogyakarta juga
Ekonomi mendapatkan faktor ekonomi merupakan
alasan utama seseorang melakukan migrasi.
(Min) (max) Hasil pengamatan peneliti di Kelurahan
Jumlah Skala Skor =
= = Range Loa Ipuh Darat menunjukkan bahwa terdapat
Pertanyaan (Jumlah Skor-min) x 100 % tiga jenis pendatang yang melakukan migrasi
( JP x (JP x Skor
(JP) Max masuk baik secara permanen ataupun non
1) 5) permanen. Jenis yang pertama adalah jenis
21 21 105 21- 0-100 % migrasi yang paling banyak terjadi dimana
105 kebanyakan pendatang melakukan migrasi
sirkuler (ulang-alik), dimana kebanyakan dari
pendatang tersebut adalah pekerja di
Tabel 3. Skoring Persepsi Dampak Sosial pertambangan. Mereka tinggal di sekitar
Ekonomi daerah perkotaan seperti Kota Tenggarong dan
sekitarnya karena kesempatan kerja serta
(Min) (max)
Jumlah Skala Skor = keahlian yang dimiliki kemudian bekerja di
= = Range pertambangan. Jenis yang kedua adalah warga
Pertanyaan (Jumlah Skor-min) x 100 %
( JP x (JP x Skor yang menetap di sekitar lokasi pertambangan
(JP) Max dan kemudian mendirikan usaha, dikarenakan
1) 5)
mereka tidak memiliki keahlian untuk bekerja
12 12 60 12- 0-100 %
di sektor pertambangan sehingga hanya
60 menangkap peluang usaha yang ada seperti
mendirikan bengkel, ataupun warung.
Kemudian jenis yang ketiga adalah para
pendatang yang berasal dari luar daerah dan
bekerja di perusahaan pertambangan sehingga
tinggal menetap di sekitar lokasi pertambangan
dengan menyewa rumah milik warga sekitar
lokasi pertambangan.
292 
 
 
Warga pendatang ini terdiri dari individualistik selama warga pendatang tidak
berbagai macam suku seperti Banjar, Bugis, membuat masalah dengan warga lokal.
Sunda, dan Jawa. Walaupun keberagaman suku Hubungan antara perusahaan
ini meningkatkan toleransi antara warga pertambangan batubara dengan warga lokal,
pendatang dan warga lokal, akan tetapi, sering terjadi konflik walaupun tidak pernah
interaksi antara warga pendatang dengan warga hingga menimbulkan korban. Tuntutan warga
lokal tidak begitu tinggi. Kondisi ini terjadi selain masalah pekerjaan adalah masalah
karena kebanyakan warga pendatang adalah pencemaran air dan banjir yang sering terjadi
para pekerja di perusahaan pertambangan akibat pencemaran limbah pertambangan yang
batubara yang sebagian besar waktunya untuk terjadi serta dampak dari aktivitas Blasting.
bekerja, dan bila ada waktu saat tidak bekerja Sebenarnya warga dari RT 2 dan RT 3 telah
hanya digunakan untuk beristirahat karena mendapat dana kompensasi berupa uang debu
beban kerja yang cukup tinggi. sebesar Rp 200.000,00/KK/ bulan, proses
Kebanyakan warga pendatang lebih pemberian dana kompensasi ini hingga saat ini
bersifat individualistik, dan jarang masih berjalan, hanya saja ganti rugi ini masih
bersosialisasi bersama warga lainya, ditambah dianggap kurang oleh warga, dan bahkan
lagi di daerah penelitian jarang warganya pembayarannya sering terlambat.
melakukan kegiatan sosial, seperti kerja bakti, Keterlambatan dan minimnya ganti rugi ini
ataupun bersih desa sehingga menyebabkan membuat warga sering kali melakukan demo
jarang ada waktu untuk setiap warganya untuk menuntut hak-hak yang kurang dipenuhi
melakukan kegiatan secara bersama-sama yang oleh pihak perusahaan.
dapat memicu adanya interaksi antar warga. Wilayah RT 2 dan RT 3 masalah yang
Manan dan Saleng (2004) mendapatkan terjadi adalah tentang ganti rugi dari efek
bahwa keberadaan warga pendatang di suatu ‘blasting’ yang membuat kerusakan pada
daerah dapat menimbulkan kecemburuan sosial rumah warga, pencemaran air, serta banjir pada
karena kesenjangan ekonomi antara warga musim hujan yang terjadi akibat rusaknya
lokal dengan warga pendatang, berkaitan tanggul penampungan air limbah dari bekas
dengan peluang untuk bekerja di perusahaan kegiatan pertambangan, hal ini menyebabkan
pertambangan batubara hal yang sama juga banyak lahan pertanian warga yang rusak dan
terjadi di Kelurahan Loa Ipuh Darat. Terdapat gagal panen. Masalah ini sebenarnya sudah
beberapa pendapat dari masyarakat bahwa pernah dipermasalahkan warga setempat
warga lokal tidak merasakan dampak positif khususnya dari kelompok tani setempat yang
dari keberadaan perusahaan pertambangan mengadukan masalah ini hingga ke dinas yang
batubara, justru warga pendatanglah yang lebih terkait bahkan ke DPRD tetapi hingga saat ini
merasakan dampak positifnya. Walaupun tidak ada tindakan lebih lanjut dari pihak
kecemburuan itu tidak sampai menimbulkan pemerintah, hanya pernah ada kunjungan dari
konflik yang serius seperti terjadinya Dinas Lingkungan Hidup ke lokasi
perkelahian ataupun pergolakan antara warga pertambangan tetapi tidak ada perkembangan
lokal, dengan pendatang. lebih lanjut.
Warga lokal sadar dengan keberadaan Pada wilayah RT 1 yang terjadi adalah
warga pendatang tentu saja membuat keadaan masalah mengenai pencemaran air yang terjadi
ekonomi warga lokal pun meningkat, selain itu akibat limbah dari pertambangan hal ini
warga lokal juga berpendapat bahwa masalah- mengakibatkan air sungai tidak dapat
masalah yang timbul lebih disebabkan dimanfaatkan bila musim hujan karena airnya
kebijakan dari pihak perusahaan, warga yang sangat keruh. Warga RT 1 pun pernah
pendatang hanyalah orang-orang yang bekerja menutup akses jalan dan melakukan demo
untuk mendapatkan penghidupan yang layak karena masalah ini, hingga akhirnya pihak
dan tidak terkait dengan masalah yang ada perusahaan pun memberikan bantuan berupa
antara warga lokal dengan pihak perusahaan. peminjaman tandon air hingga distribusi air
Adanya kesadaran warga lokal ini dari PDAM dapat mencapai wilayah RT 1.
menyebabkan tidak pernah terjadi masalah Seluruh biaya pemasangan hingga pengurusan
antara warga pendatang dan warga lokal, administrasi ke PDAM sendiri diurus oleh
dimana kehidupannya pun lebih bersifat pihak perusahaan sebagai bagian dari Comdev

293 
 
 
(Community development) yang dilaksanakan oleh sebagian warga masyarakat memberikan
oleh perusahaan, sedangkan untuk wilayah RT dampak yang positif bagi peningkatan ekonomi
4 warganya tidak pernah melakukan demo masyarakat dengan memberikan peluang
seperti yang dilakukan oleh warga di RT lain. berusaha terhadap masyarakat sekitar lokasi
Padahal wilayah ini juga terkena dampak pertambangan. Peluang berusaha ini
kerusakan akibat adanya kegiatan ’blasting’. memberikan dampak positif bagi sebagian
Selain itu RT 4 pun warganya tidak mendapat warga yang membuka usaha warung sembako,
uang debu sebagai ganti rugi akan kerusakan warung makan, bengkel, tambak ikan dan area
jalan yang terjadi dan aktivitas pertambangan lokalisasi yang legal. Banyak dari warga
batubara yang dapat menggangu kenyamanan pendatang yang bekerja di perusahaan
warga sekitar lokasi pertambangan seperti yang menggunakan jasa para PSK di lokalisasi ini.
didapat warga RT 2 dan RT 3. Menurut warga Peluang berusaha ini muncul seiring
setempat demo tidak pernah terjadi karena dengan keberadaan kegiatan pertambangan
ketua RT 4 tidak pernah mengajak rembug batubara, yang diikuti dengan pertumbuhan
warga dan membicarakan masalah ini sehingga penduduk Kelurahan Loa Ipuh Darat. Dengan
aspirasi warga kurang tersalurkan dan warga pergerakan penduduk setiap harinya membuat
hanya menerima saja keadaan yang ada. masyarakat melihat adanya peluang dalam
Keberadaan kegiatan pertambangan membantu peningkatan pendapatan mereka.
batubara secara langsung maupun tidak Pembeli atau konsumen adalah warga sekitar,
langsung akan mempengaruhi perilaku baik itu warga pendatang maupun lokal,
masyarakat di sekitar area pertambangan. karyawan perusahaan pertambangan batubara
Keberadaan karyawan pertambangan yang serta orang-orang yang berkunjung dan
sebagian besar berasal dari luar daerah dan memiliki kepentingan terhadap perusahaan-
kurangnya interaksi dengan pasangan perusahaan tersebut.
menimbulkan pemenuhan akan kebutuhan Untuk peluang bekerja di sektor
seksual dari pihak lain dalam hal ini adalah pertambangan batubara sendiri hanya sedikit
dari Pekerja Seks Komersial (PSK), warga lokal yang bekerja di perusahaan
alkoholisme, dan pertikaian antargeng pertambangan. Sebagian besar dari pegawai
(Pudjiastuti, 2005). Kebutuhan akan PSK perusahaan ini berasal dari luar wilayah seperti
membuat seakan-akan seperti adanya hukum dari Kota Tenggarong, Loa Kulu, dan bahkan
permintaan dan penawaran sehingga dari luar daerah Kalimantan seperti Jawa,
membentuk “pasar” dalam hal ini timbulnya Sumatera dan Sulawesi. Warga lokal sendiri
praktek prostitusi yang dilegalkan menurut sadar akan keterbatasan mereka, hal ini
hukum hingga keberadaan lokalisasi dapat membuat sebagian besar warga lokal
berkembang di Kelurahan Loa Ipuh Darat. menghargai perbedaan dimana cukup banyak
Sebagian masyarakat yang sanak pekerja pertambangan berasal dari luar daerah
saudaranya bekerja di pertambangan, merasa karena memang warga lokal tidak memiliki
bahwa dengan kerabatnya bekerja di keahlian untuk bekerja di pertambangan untuk
pertambangan maka ikatan saling membantu jabatan-jabatan tertentu, sehingga tidak ada
dalam melakukan kegiatan sehari-hari masalah antara pendatang dan warga lokal.
berkurang karena harus bekerja di Rendahnya jenjang pendidikan yang ditempuh
pertambangan batubara. Keberadaan kegiatan dan minimnya keterampilan yang dimiliki
pertambangan batubara ini memicu timbulnya menjadikan warga lokal sadar tidak mampu
mentalitas masyarakat yang lebih cenderung bersaing dengan warga pendatang untuk
individualistis, materialistis, tercampurnya bekerja dan menduduki posisi yang layak di
kebudayaan asli dengan kebudayaan modern, perusahaan pertambangan.
serta hubungan kekerabatan warga masyarakat Warga lokal sendiri akhirnya hanya
mulai merenggang.  bekerja pada perusahaan sebagai buruh kasar,
satpam dan supir truk pengangkut batubara
yang tidak memerlukan keahlian khusus, tetapi
B. Dampak Ekonomi
walaupun hanya bekerja sebagai tenaga buruh
Kegiatan pertambangan batubara di kasar atau supir truk ternyata untuk bekerja di
wilayah Kelurahan Loa Ipuh Darat dirasakan perusahaan pertambangan pun tidaklah mudah,

294 
 
 
hal ini dikarenakan terdapat organisasi dengan adanya pertambangan batubara, karena
masyarakat (sering disebut forum) sebagai hanya sedikit warga lokal yang dapat bekerja di
perwakilan warga lokal yang menjembatani pertambangan. Warga yang bekerja di sektor
antara warga lokal dan pihak perusahaan pertanian pun tidak banyak berubah selama
tentang berbagai urusan yang berhubungan masih memiliki lahan untuk bertani, karena
dengan warga lokal di sekitar lokasi penelitian. tidak memiliki keahlian dan kesempatan untuk
Bagi warga lokal yang ingin bekerja di bekerja disektor pertambangan.
perusahaan pertambangan batubara harus
mendapat rekomendasi dari forum ini terlebih C. Persepsi Masyarakat
dahulu.
Forum inilah yang menentukan siapa Tabel 5. Hasil Uji Kendall-Tau-b
yang dapat bekerja di perusahaan apabila dari
pihak perusahaan memerlukan tenaga kerja Persepsi Dampak Persepsi Dampak
dari warga lokal. Secara organisasi warga Sosial-Ekonomi Fisik
Karakteristik
menyetujui keberadaan forum ini karena Sig. Sig.
Individu Correlation Correlation
memang sejak lama telah berdiri dan membuat (2- (2-
warga dapat menyalurkan aspirasi ataupun Coefficient Coefficient
tailed) tailed)
keluhan secara kolektif terhadap pihak
Tingkat
perusahaan dimana akan lebih efektif 0,226 0,068 0,313 0,015
Pendapatan
dibandingkan bila ada keluhan yang hanya
disampaikan secara individu. Keberadaan Umur -0,102 0,403 -0,135 0,284
forum ini ternyata secara keseluruhan kurang
disukai oleh warga menyangkut cara penentuan Tingkat
warga yang berhak bekerja di pertambangan Pendidikan 0,178 0,144 0,225 0,074
yang dilakukan oleh forum ini karena terkesan Terakhir
tidak transparan, serta adanya berbagai macam
Keterangan :
komisi/pungutan yang diminta oleh pihak
H0 : Tidak ada korelasi antara variabel
pengurus forum.
karakteristik individu dengan persepsi
Dengan adanya kegiatan pertambangan
H1 : Ada korelasi antara variabel
batubara di wilayah Kelurahan Loa Ipuh Darat
karakteristik individu dengan persepsi 
membuat tingkat pendapatan masyarakat
 
cenderung meningkat. Peningkatan pendapatan
C.1 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan
dirasakan langsung oleh sebagian warga seperti
Persepsi Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi
warga yang bergerak di bidang usaha jasa serta
dan Fisik
pedagang. Keberadaan warga pendatang ini
pun memberikan beberapa pengaruh terhadap Dari hasil perhitungan pada Tabel 5,
kehidupan warga lokal, seperti halnya terlihat bahwa angka Sig.(2-tailed) antara
masuknya warga pendatang dapat membantu variabel tingkat pendapatan dengan variabel
peningkatan perekonomian warga lokal dengan persepsi masyarakat terhadap dampak sosial-
menjadi konsumen atau pembeli pada warga ekonomi adalah sebesar 0,068. Karena p value
yang memiliki usaha ataupun menyewa tempat Sig.(2-tailed) < alpha (0,1 = 10%) maka H0
untuk tinggal selama bekerja di sektor ditolak, artinya ada korelasi antara variabel
pertambangan di lokasi penelitian. Walaupun tingkat pendapatan dengan variabel persepsi
demikian tidak semua warga mengalami masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi,
peningkatan pendapatan dengan keberadaan dengan Correlation coefficient 0,226 artinya
kegiatan pertambangan, terdapat pula warga arah hubungan antara kedua variabel bersifat
yang mengalami kerugian akibat adanya positif, dimana semakin tinggi tingkat
kegiatan pertambangan batubara, seperti petani pendapatan masyarakat, maka semakin positif
yang merugi karena gagal panen akibat limbah persepsi masyarakat terhadap dampak sosial-
perusahaan yang membanjiri lahan pertanian ekonomi.
mereka. Sugiyono (2009) untuk tingkat
Secara keseluruhan sebenarnya mata hubungan 0,20-0,399 memiliki tingkat
pencaharian warga lokal tidak banyak berubah hubungan rendah, artinya disini memang

295 
 
 
terdapat hubungan antara tingkat pendapatan masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi
dengan persepsi pada dampak sosial-ekonomi adalah mereka yang bekerja di perusahaan
tetapi karena terdapat pula warga yang pertambangan sehingga mengetahui berbagai
mengalami kerugian sehingga memiliki upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan
persepsi negatif dengan keberadaan kegiatan dalam melakukan tindakan konservasi, tetapi
pertambangan ini sehingga menyebabkan terdapat pula warga yang berpendapat negatif
hubungan korelasi antara kedua variabel karena minimya akses informasi karena tidak
rendah. bekerja di pertambangan.
Dengan adanya kegiatan pertambangan
batubara, peluang untuk berusaha memang C.2 Hubungan antara Umur dengan
lebih terbuka dibandingkan sebelum adanya Persepsi Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi
pertambangan. Peluang berusaha ini telah dan Fisik
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, yang Pada hubungan antara umur masyarakat
membuka usaha atau bekerja di pertambangan. dengan persepsi masyarakat terhadap dampak
Keberadaan kegiatan pertambangan batubara sosial-ekonomi masyarakat, dari hasil uji
memang dirasakan positif oleh warga lokal statistik Kendall Tau-b pada Tabel 5, terlihat
yang bekerja dipertambangan batubara dan bahwa angka Sig.(2-tailed) antara variabel
dengan terbukanya peluang usaha yang lebih umur dengan variabel persepsi masyarakat
banyak, tetapi masih terdapat pula warga yang terhadap dampak sosial-ekonomi adalah
tidak mendapatkan keuntungan dari adanya sebesar 0,403. Karena p value Sig.(2-tailed) >
kegiatan pertambangan batubara khususnya alpha (0,1 = 10%) maka H0 diterima, artinya
bagi para petani yang hanya merasakan
tidak ada korelasi antara variabel umur dengan
kerugian dari keberadaan pertambangan
variabel persepsi masyarakat terhadap dampak
batubara di Kelurahan Loa Ipuh Darat karena
sosial-ekonomi. Perbedaan umur tidak
banjir dan pencemaran yang menyebabkan
berhubungan dengan bagaimana masyarakat
terjadinya gagal panen.
menentukan persepsi terhadap aktivitas
Dari hasil perhitungan Tabel 5, terlihat
pertambangan batubara.
bahwa angka Sig.(2-tailed) antara variabel
Pada Tabel 5, hasil pengolahan data
tingkat pendapatan dengan variabel persepsi
dengan menggunakan program statistik SPSS
masyarakat terhadap dampak fisik adalah
dengan uji Kendall Tau-b, dapat dilihat pula
sebesar 0,015. Karena p value Sig.(2-tailed) <
bagaimana hubungan antara variabel umur
alpha (0,10 = 10%) maka H0 ditolak, artinya
masyarakat dengan kondisi persepsi
ada korelasi antara variabel tingkat pendapatan
masyarakat terhadap kondisi dampak fisik.
dengan variabel persepsi masyarakat terhadap
Angka Sig.(2-tailed) antara variabel umur
dampak fisik. Dengan nilai Correlation dengan variabel persepsi masyarakat terhadap
coefficient 0,313 artinya kedua variabel dampak fisik adalah sebesar 0,284. Karena p
memiliki arah hubungan positif sehingga value Sig.(2-tailed) > alpha (0,1 = 10%) maka
semakin tinggi tingkat pendapatan maka H0 diterima, artinya tidak ada korelasi antara
semakin positif persepsi masyarakat pada variabel umur dengan variabel persepsi
dampak fisik. masyarakat terhadap dampak fisik. Persepsi
Sugiyono (2009) untuk tingkat positif atau negatif terhadap dampak fisik dari
hubungan 0,20-0,399 memiliki tingkat kegiatan pertambangan batubara, tidak
hubungan rendah, artinya disini terdapat didasarkan pada kelas umur masyarakat akan
hubungan antara tingkat pendapatan dengan tetapi, pembentukan persepsi didasarkan atas
persepsi pada dampak fisik tetapi tidak semua dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara
warga setuju dengan hal tersebut, akses langsung (riil di lapangan). Berbagai dampak
informasi juga mempengaruhi persepsi warga kerusakan yang terjadi disekitar wilayah
dengan keberadaan kegiatan pertambangan ini
pemukiman warga tentu saja membuat
sehingga menyebabkan hubungan korelasi
masyarakat beranggapan negatif mengenai
antara kedua variabel rendah. Persepsi positif
kegiatan pertambangan batubara di Kelurahan
terhadap dampak fisik dari keberadaan
Loa Ipuh Darat, baik masyarakat yang berusia
kegiatan pertambangan batubara didasarkan tua ataupun muda karena dampak yang secara
pada tingkat pendapatan masyarakat karena

296 
 
 
langsung mereka rasakan dalam kegiatan memiliki pendidikan tinggi cenderung bersikap
sehari-hari. positif karena memiliki pengetahuan akan
upaya pencegahan kerusakan fisik yang telah
C.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dilakukan oleh pihak perusahaan pertambangan
Dengan Persepsi Terhadap Dampak Sosial- batubara karena bekerja di perusahaan
Ekonomi dan Fisik pertambangan batubara.
Dari Tabel 5, terlihat bahwa angka
Sig.(2-tailed) antara variabel tingkat KESIMPULAN
pendidikan dengan variabel persepsi
1. Dampak kegiatan pertambangan batubara
masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi
di Kelurahan Loa Ipuh Darat pada kondisi
adalah sebesar 0,144. Karena p value Sig.(2-
sosial adalah memicu timbulnya migrasi
tailed) > alpha (0,1 = 10%) maka H0 diterima,
masuk, timbulnya kejadian konflik,
artinya tidak ada korelasi antara variabel
merenggangnya hubungan kekerabatan,
tingkat pendidikan dengan variabel persepsi
dan memicu timbulnya praktek prostitusi
masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi,
yang dilegalkan oleh pemerintah daerah.
sehingga tidak ada kaitan antara semakin tinggi
Pada kondisi ekonomi kegiatan
atau rendah tingkat pendidikan dengan
pertambangan menimbulkan peluang
pembentukan persepsi masyarakat.
usaha bagi warga masyarakat. Peningkatan
Berdasarkan perhitungan dan uji
ataupun penurunan tingkat pendapatan
hipotesis pada Tabel 5, terlihat bahwa angka
masyarakat bervariasi berdasarkan jenis
korelasi antara variabel tingkat pendidikan
pekerjaan warga, serta kesempatan kerja di
dengan variabel persepsi masyarakat terhadap
sektor pertambangan, walaupun untuk
dampak fisik adalah sebesar 0,074. Karena p
warga lokal tergolong minim disebabkan
value Sig.(2-tailed) < alpha (0,1 = 10%) maka
rendahnya tingkat pendidikan dan
H0 ditolak, artinya ada korelasi antara variabel
ketrampilan warga lokal.
tingkat pendidikan dengan variabel persepsi
2. Berdasarkan hasil uji dengan Kendall Tau-
masyarakat terhadap dampak fisik. Kedua
b didapat bahwa variabel pendapatan
variabel berhubungan dengan nilai Correlation
dengan Correlation Coefficient 0,313 dan
coefficient 0,225 artinya semakin tinggi tingkat
tingkat pendidikan terakhir dengan
pendidikan responden maka semakin positif
Correlation Coefficient 0,225 memiliki
persepsi masyarakat terhadap dampak fisik dari
hubungan signifikan dalam pembentukan
keberadaan dan aktivitas perusahaan. Hasil ini
persepsi terhadap dampak fisik yang
didukung oleh pendapat Van Den Ban dan
terjadi di Kelurahan Loa Ipuh Darat,
Hawkins (1999) yang mengatakan bahwa
sedangkan variabel pendapatan dengan
pendidikan secara teoritis dapat mempengaruhi
Correlation Coefficient 0,226 memiliki
sikap dan pandangan manusia.
hubungan signifikan dalam pembentukan
Menurut Sugiyono (2009) untuk tingkat
persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi,
hubungan 0,20-0,399 memiliki tingkat
sedangkan variabel umur tidak memiliki
hubungan rendah, artinya disini terdapat
hubungan baik dalam pembentukan
hubungan antara tingkat pendidikan terakhir
persepsi pada dampak sosial-ekonomi
dengan persepsi pada dampak fisik, tetapi
maupun fisik.
memiliki hubungan korelasi yang rendah. Hal
ini disebabkan terdapat pula warga yang
memiliki pendidikan tinggi tetapi memiliki
persepsi negatif dikarenakan dampak DAFTAR PUSTAKA
kerusakan secara nyata yang terjadi di
Alatas, Secha.. 1993. Beberapa Aspek Ekonomi
lapangan serta minimya akses informasi
Dari Migrasi Penduduk. Jakarta. Lembaga
mengenai kegiatan konservasi yang dilakukan
Demografi Fakultas Ekonomi. Universitas
oleh perusahaan, sehingga terdapat warga
Indonesia.
masyarakat walaupun memiliki tingkat
BPS Kaltim., 2011. Kondisi Sosial Ekonomi
pendidikan tinggi tetapi memiliki persepsi
negatif. Dari hasil uji Kendall Tau-b tersebut dan Indikator Penting Kalimantan Timur
Edisi Januari 2011. Kaltim : BPS.
dapat diketahui bahwa bagi warga yang
297 
 
 
Djajadiningrat, ST., 2007. Pertambangan
Lingkungan dan Kesejahteraan
Masyarakat. Makalah Seminar Ilmiah
Nasional: Mining, Environment and
People Welfare. International Center for
Coastal and Small Island Environment
Studies, Universitas Sam Ratulangi.
Hadi, Sudharto P., 2005. Aspek Sosial Amdal.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kementrian Keuangan., 2009. Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat. Kementerian
Keuangan. Jakarta. 
Manan, B. dan Saleng., 2004. Hukum
Pertambangan. Yogyakarta. UII Press.
Miranti, Ermina., 2008. Prospek Industri
Batubara Di Indonesia. Jurnal Economic
Review No. 214.
Mulyandari. 2006. Sikap dan Perilaku
Mahasiswa Terhadap Penggunaan Ponsel:
Kasus Mahasiswa Departemen
Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Skripsi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Pertiwi, Hardiyanti Dharma., 2011. Dampak
Keberadaan Perusahaan Pertambangan
Batubara Terhadap Aspek Ekologi, Sosial
dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi
Daerah (Kasus: Kelurahan Sempaja Utara,
Kecamatan Samarinda Utara, Kota
Samarinda). Skripsi. Bogor: IPB.
Pudjiastuti, T.N. 2005. “The Pressure of
Migrant Illegal Miners on the Dynamical
of Local Community: on 1998 Pongkor
Gold Mining Case.” Tulisan
dipresentasikan pada Asia Pacific
Learning Event di Filipina, 7-12 Juni
2005.
Sugiyono, 2009., Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Van Den Ban, A. W. dan H.S. Hawkins.,
1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta.
Kanisius.

298 
 

Anda mungkin juga menyukai