Makalah Pajak
Makalah Pajak
Disusun Oleh:
1. Ryan Kurniawan-3118006
2. Kevin Wijaya-3118021
3. Kevin Antonius-3118022
4. Lucas Ardhie-3118034
5. Aprianto
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Revaluasi Aset Tetap ini. Makalah ini
merupakan salah satu bagian tugas Mata kuliah Perencanaan Pajak. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman tentang aturan baru dalam Revaluasi Aktiva Tetap yang
sangat diperlukan dengan suatu harapan mendapat penjelasan tentang masalah tersebut dan
melakukan apa yang menjadi tugas kami sabagai mahasiswa, yang mengikuti mata kuliah
Perencanaan Pajak.Dalam proses pendalaman materi Perencanaan Pajak ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada Hanry Ono SE,M.AK, selaku pengampu Mata Kuliah. Kami mohon maaf atas
segala kekurangan dalam makalah ini.
Kata Pengantar................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia laju inflasi masih dapat dikatakan fluktutis dari tahun 2009- 2011. Tingkat laju
inflasi dikendalikan BI sebagai bank sentral. BI harus mengendalikan nilai rupiah.
Kesetabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjadi. Inflasi yang
terjadi, baik demand pull infiation maupun cost push inflation dapat berpengaruh pada dunia
usaha. Salah satunya adalah pada saat pencatatan akuntansinya, dimana pencatatan tersebut
dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan yang berbeda dengan kondisi ekonomi normal.
Adanya perbedaan nilai antara nilai buku dengan nilai wajar ini mendorong perusahaan untuk
menyesuaikan kondisi laporan keuangannya agar dapat sesuai dengan nilai wajar, perusahaan
melakukan revaluasi terhadap aktiva tetapnya. Revaluasi aktiva tetap merupakan penilaian
kembali atas aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Keuntungan bagi perusahaan yang
melakukan revaluasi aset tetap, diantaranya dapat menciptakan performance of balance sheet
yang lebih baik, sebagai akibat meningkatnya nilai aktiva dan modal. Selain itu dapat
meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, karena kenaikan nilai aktiva dapat dicatat
sebagai tambahan nilai saham. Dengan adanya revaluasi aktiva tetap juga memiliki
keuntungan dari segi perpajakan, yaitu dapat melakukan penghematan pajak sebagai akibat
bertambahnya besarnya nilai penyusutan aktiva. Revaluasi aset tetap cenderung dilakukan
oleh perusahaan- perusahaan yang tercatat di bursa, hal ini dikarenakan tuntutan untuk
menyajikan laporan keuangannya secara berkala kepada umum dan tuntutan financial
performance kepada pihak ketiga. Pelaksanaan revaluasi aset tetap di Indonesia diatur dalam
ketentuan perpajakan dan akuntansi. Kebijakan mengenai revaluasi aset tetap ini dikeluarkan
bergantung terhadap situasi ekonomi dan moneter yang menelatar belakanginya, serta
konteks arah kebijakan pajak. Menurut perpajakan, kebijakan mengenai revaluasi aktiva
tetap diatur terakhir pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) bernomor 191/PMK.10/2015
tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Untuk
Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016
(PMK 191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan Revaluasi Aset Tetap.
Menurut Zaki Baridwan (1995 : 271), aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang
berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang
normal. Istilah relatif permanen menunjujjan sifat dimana aktiva yang bersangkutandapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi,jangka
waktu
penggunaan ini dibatasi dengan “lebih dari satu periode akuntansi”. Jadi aktiva berwujud
yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi
dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
A.Penggolongan Aktiva Tetap
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pengertian dari aktiva tetap adalah aktiva
yang bukan untuk diperjual-belikan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu periode.
Aktiva tetap dalam perusahaan dapat bermacam-macam bentuknya, oleh karena itu
terdapat penggolongan aktiva tetap. Penggolongan aktiva tetap ini berbeda-beda
menurut pendapat para ahli.
C.
Menurut Baridwan (2004: 272) menyatakan bahwa penggolongan aktiva tetap dibagi
menjadi 3 yaitu :
1.Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak
perusahaan,pertanian, dan peternakan.
2.Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masapenggunaannya bisa
diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,mesin, alat-alat, mebel, kendaraan,
dan lain-lain.
3.Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masapenggunaannya tidak
dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti tambang,
hutan, dan lain-lain.
Berbeda dengan Baridwan, menurut Harahap (1994: 23), bahwa pada dasarnya aktiva
tetap dibagi menjadi 7 berdasarkan jenisnya. Penggolongan aktiva tetap tersebut diantaranya
Lahan, Bangunan Gedung, Mesin, Kendaraan, Perabot, Inventaris/Peralatan,dan Prasarana.
Lebih lanjut mengenai penggolongan aktiva tetap, menurut Gunadi (2009:55) dibagi
berdasarkan dapat atau tidaknya aktiva tetap disusutkan, aktiva tetap digolongkan ke dalam
kelompok Depreciable Assets dan Non Depreciable Assets.Depreciable Assets misalnya
berupa bangunan, mesin, peralatan, dan sebagainya;sedangkan Non Depreciable Assets
dapat berupa tanah (kecuali tanah yang dimanfaatkan untuk produksi)
C. Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap memiliki sifat yang rentan terhadap penurunan kapasitas sejalan dengan
penggunaan atau pemanfaatannya. Oleh karena itu, perusahaan harus menyajikan informasi
tentang nilai aktiva tetap secara mamadai agar dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan. Adanya penyusutan merupakan perkiraan sisa masa manfaat dari aktiva tetap
juga untuk mencerminkan nilai wajar bagi aktiva tetap tersebut. Pengertian dari penyusutan
aktiva tetap itu sendiri menurut Kieso & Weygandt (1995:2) adalah proses akuntansi untuk
mengalokasikan harga pokok (cost) aktiva berwujud pada beban dengan cara yang sistematik
dan rasional dalamperiode-periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aktiva
tersebut. Dalam pelaksanaan penyusutan aktiva tetap oleh perusahaan, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Faktor-faktor tersebut diantaranya Harga
Pokok, Nilai Residu, Umur Teknis, dan Metode Penyusutan.
1.Harga Pokok Harga pokok merupakan hal yang penting dalam meghitung biaya
penyusutan.Pengertiannya telah dibahas pada sub-bab sebelumnya mengenai Harga
PerolehanAktiva Tetap, yakni jumlah yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh suatuaktiva tetap (Baridwab, 1995:309)
2.Nilai Residu Menurut Harahap (1994:54), nilai residu adalah nilai taksiran
realisasi(penjualan melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaannya atau pada
saatmana aktiva tetap itu harus ditarik dari kegiatan produksi. Nilai ini tidak harus selalu ada.
3.Umur Teknis
Umur teknis adalah taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan
produksi.
Terdapat dua klasifikasi umur dalam hal ini menurut Harahap (1994: 54), yaitu umur fisik
dan umur fungsional. Umur fisik berarti berapa lamaaktiva tetap itu secara fisik mampu
berproduksi, sedangkan umur fungsional berarti berapa lama aktiva tetap itu mampu untuk
memproduksi barang-barang yang dapat ditawarkan dan diterima masyarakat
4.Metode Penyusutan
Dalam mengklasifikasikan metode penyusutan Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005: 407)
membaginnya ke dalam tiga metode yakni, straight- line, units-of-activity, dan declining
balance. Masing-masing metode dapat digunakan dibawahprinsip akuntansi yang umum.
Manajemen perusahaan dapat memilih metode yang digunakan dalam melakukan penyusutan
yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Metode-metode dalam penyusutan akan dijelaskan berdasarkan teori yang diungkap oleh
Weygandt, Kieso, dan Kimmel.
a.Metode Garis Lurus
Berdasarkan metode garis lurus, besarnya penyusutan sama untuk setiap tahun masa
manfaat dari aktiva. Dalam penyusutan dikenal istilah depreciable cost yaitu biaya perolehan
aktiva dikurangi dengan nilai sisa/residu. Nilai ini menjadi nilai yang dijadikan dasar
penyusutan. Dengan metode garis lurus, nilai depreciable cost selanjutnya dibagi dengan
masa manfaat aktiva.
b.Metode Units-of-Activity
Berdasarkan metode Units-of-Activity, masa manfaat dinyatakan dalam unit total produksi
atau penggunaan yang diharapkan dari aktiva, bukan sebagai periode waktu. Units-of-
Activity ini cocok untuk mesin pabrik. Produksi dapat diukur dalam satuan output atau
penggunaan mesin perjam. Metode ini umumnya tidak cocok untuk bangunan atau perabot,
karena penyusutan untuk aktiva ini lebih merupakan fungsi dari waktu dibandingkan
penggunaan. Untuk menggunakan metode ini, total unit aktivitas untuk seluruh masa manfaat
diperkirakan, dan unit-unit ini dibagi menjadi biayayang dapat disusutkan. Jumlah yang
dihasilkan merupakan biaya penyusutan per unit. Biaya penyusutan per unit kemudian
diterapkan pada unit aktivitas selama tahun untuk menentukan beban penyusutan tahunan.
PMK 191 Tahun 2015 merupakan pengembangan dari PMK Nomor 79/PMK.03/2008.
PMK 191 Tahun 2015 berisi antara lain:
a.Aktiva yang dapat di-revaluasi adalah sebagian atau seluruh aktiva tetap berwujud
yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
b.Penilaian kembali harus dilakukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) atau ahli
penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang
ditetapkan oleh kantor jasa penilai public atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan
keadaan sebenarnya, Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap yang bersangkutan.
c.Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva
tetap yang berlaku pada saat penlaian kembali aktiva tetap.
d.Selisih lebih revaluasi = Nilai Pasar – Nilai Buku Fiskal (Catatan : Perlu diperhatikan
bahwa revaluasi untuk tujuan perpajakan tidak mengenal istilah selisih kurang. Dan Selisih
lebih merupakan obyek pajak penghasilan yang akan diberikan insentif pengurangan tarif.)
e.Penilaian kembali tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu lima
tahun sejak dilakukan penilaian dengan dasar PMK 191 Tahun 2005.
Dari 2 (dua) standar tersebut, paling tidak terdapat 8 (delapan) perbedaan signifikan sebagai
berikut:
Point Aspek PMK 191 (2015)- PMK 16 (2011)-
Perpajakan Komersial
1 Aset yg Direvaluasi Dapat dilakukan Harus dilakukan atas
terhadap sebagian Kelompok asset yang
atauseluruh aktiva tetap sama (par.36)
(psl.3)
2 Frekuensi Revaluasi Dapat dilakukan Jika nilai wajar dari
kembali setelah 5 tahun asset yang direvaluasi
sejak penilaian berbeda secara
sebelumnya (psl.3) material dengan
jumlah tercatat, maka
direvaluasi kembali
(par.34)
3 Hasil penilaian oleh appraisal Direktur Jenderal Pajak Berlaku
tidak mencerminkan keadaan dapat menetapkan prospektif.disusutkan
sebenarnya kembali nilai-nilai berdasarkan sisa
pasar atau aktiva yang masa manfaat asset
bersangkutan (psl.4) yang bersangkutan
(par.43)
4 Konsekuensi atas penjualan Jika asset dijual dalam Jika asset dijual,
asset tetap yang sudah 10 tahun setelah maka surplus
direvaluasi revaluasi dilakukan, revaluasi atas asset
maka surplus revaluasi tersebut dipindahkan
asset terkait dikenakan ke saldo laba,bukan
tambahan Pph final di OCI lagi.untuk
dengan tarif tertinggi penjualannya,tidak
yang berlaku pada saat ada perlakuan
revaluasi dilakukan khusus,gain/loss
asset membandingkan
kel.3,4,tanah,bangunan, NBV hasil revaluasi
(psl.8) dengan hasil
penjualan (par.41)
5 Nama Account atas surplus Disajikan sebagai Tidak diatur secara
revaluasi dalam neraca selisih lebih penilaian khusus,namun secara
kembali asset aktiva tersirat disebutkan
tetap wajib pajak surplus revaluasi
tanggal (psl.9)
6 Masa manfaat asset setelah Kembali menjadi masa Berlaku prospektif
revaluasi manfaat penuh sesuai disusutkan
dengan kelompok berdasarkan sisa
perpajakan (psl.7) masa manfaat asset
yang bersangkutan
(par.43)
7 Defisit revaluasi (Hasil penilaian Tidak diatur secara Deficit revaluasi
kembali < nilai tercatat) eksplisit.konsep diakui dalam laba
pemikiran lebih pada rugi, bukan OCI,
surplus namun jika
revaluasi,namun tetap sebelumnya masih
diatur jika terjadi terdapat saldo surplus
kelebihan pembayaran revaluasi di OCI ,
Ppn final. (Berdasarkan maka rugi tersebut
permohonan awal harus saling hapus
vs.hasil real appraisal ), (nett off)
maka kelebihan dengan surplus
tersebut bukan pajak sampai sebesar
yang terutang (psl.6) surplus revaluasi
tersebut (dilihat
ilustrasi 1) (par.40