271
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
phosphorus (P) digestibility. Differences were (Hermetia illucens), antara lain: Energi
considered significant at P < 0.05. Tukey test
(HSD) was employed to further analyze among 5.282 KkalGE/kg, Protein kasar 42,1%,
treatment diferences. The results showed that Lemak 26%, Kalsium 7,56% dan Fosfor
calcium (Ca) digestibility was significantly (P
< 0,05) increased as the level of maggot 0,9% (Newton et al., 1977; Arango
(Hermetia Illucens) meal in the diets increased;
whereas the digestibility of phosphorus (P) was Gutierrez et al., 2004; St-Hillaire et al.,
not significantly (P > 0,05) affected by the 2007 dan Makkar et al., 2014). Dilaporkan,
treatments. It can be concluded utilization of
maggot (Hermetia illucens) meal up to 100% bahwa mineral kalsium yang terkandung
replaced fish meal or 15% in the diet, inreased
dalam tepung maggot BSF dapat mencapai
calcium (Ca) digestibility and did not affect
phosphorus (P) digestibility of broiler chicken. nilai kecernaan sebesar 88% (Finke, 2012)
Key words: Fish meal, Maggot (Hermetia di samping itu, memiliki kandungan fosfor
Illucens) meal, Calcium and
tersedia (available). Sementara, tepung ikan
Phosphours digestibility
memiliki kandungan Energi 2,820 Kkal/kg,
Protein kasar 50-60%, Lemak 9,4%,
pada nilai kecernaan semu pakan. Disebut sejak tanggal 14 Januari sampai dengan 16
sumber kalsium dan fosfor endogenous penelitian ini yaitu 20 ekor ayam pedaging
fosfor pada unggas dipengaruhi baik oleh gram. Kandang yang digunakan yaitu
jumlah kalsium dan fosfor dalam ransum, kandang metabolis sebanyak 20 unit
maupun rasio dari kedua mineral tersebut berukuran 25 x 25 x 40 cm. Tiap unit
(Ca:P), karena hubungan antagonistik antar kandang ditempatkan satu ekor ayam dan
kedua mineral tersebut dalam usus ayam dilengkapi dengan tempat makanan dan
Berdasarkan uraian di atas maka telah ransum, timbangan analitik dan digital
penggantian tepung ikan dengan tepung ayam, dan alat penampungan feses dari
maggot (hermetia illucens) dalam ransum seng plat yang dilapisi dengan aluminium
ayam pedaging terhadap kecernaan kalsium foil per perlakuan. Bahan pakan yang
dan fosfor. Penelitian ini bertujuan untuk digunakan sebagai penyusun ransum yaitu
penggantian tepung ikan dengan tepung kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan,
maggot (Hermetia illucens) dalam ransum tepung maggot dan Top mix. Tabel 1 dan 2
273
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
Tabel 1. Komposisi Zat-zat makanan dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penyusun Ransum
Penelitian
Kandungan zat-zat makanan
Bahan Pakan Protein S. Kasar Lemak Ca P EM
(%) (%) (%) (Kkal/kg)
Jagung Kuning 9,42 2,15 5,17 0,22 0,60 3,182
Dedak halus 13,2 6,35 6.07 0,19 0,73 2,878
Bungkil kelapa 24,7 15,02 9,36 0,11 0,47 3,498
Tepung ikan 55,0 0,17 12,1 5,1 2,8 3,468
Tepung Maggot 48,0 1.29 33 0,39 0,15 4,561
Tepung Kedelai 49,0 2,27 8,26 0,32 0,58 3,910
Top Mix - - - 5.38 1.44 -
Hasil Analisis Laboratorium Kimia Makanan dan Nutrisi Ruminansia Fakultas Peternakan
UNPAD, 2015
Penelitian ini menggunakan metode Setiap ulangan terdiri dari satu ekor ayam
eksperimen dengan Rancangan Acak pedaging, sehingga jumlah keseluruhan
lengkap (Completely Randomized Design) ayam pedaging yang digunakan yaitu 20
sesuai petunjuk Steel dan Torrie (1995), ekor. Pengaruh perlakuan ransum
yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.
274
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
Tabel 3. Rataan kecernaan kalsium (Ca) dan fosfor (P) pada broiler selama penelitian.
Perlakuan
Uraian
R0 R1 R2 R3 R4
a bc ab abc
Kecernaan Kalsium (Ca) % 61,78 71,43 67,10 70,51 77,93c
Kecernaan Fosfor (P) % 73,52 72,24 75,66 72,80 76,17
276
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
tepung maggot BSF. Finke (2012) terdapat pada ransum dengan tingkat
melaporkan, kandungan kalsium pada penggantian tepung ikan dengan tepung
tepung maggot BSF yang cukup tinggi, maggot 100% (R4).
memiliki tingkat kecernaan mencapai 88%. Berdasarkan hasil analisis
Semakin meningkatnya kecernaan keragaman, ternyata penggantian tepung
kalsium (Ca) dengan semakin ikan dengan tepung maggot tidak
meningkatnya penggantian tepung ikan memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
dengan tepung maggot (Hermetia illucens) terhadap kecernaan fosfor pada broiler.
dalam ransum mengindikasikan bahwa Menurut Driver et al. (2005) dan Liu et al.
kalsium (Ca) yang terkandung dalam (2013), kecernaan fosfor pada unggas
tepung maggot memiliki nilai biologis yang dipengaruhi baik oleh jumlah kalsium dan
lebih baik. Adedokun dan Adeola (2013); fosfor dalam ransum, maupun rasio dari
Rama Rao et al. (2006); mengemukakan kedua mineral (Ca:P) tersebut, karena
bahwa nilai biologis merupakan predictor hubungan antagonistik antar kedua mineral
utama yang menentukan tinggi rendahnya dalam usus ayam broiler. Lebih lanjut
nilai kecernaan suatu bahan pakan. Tepung Rama Rao et al. (2006) menyatakan,
maggot (Hermetia illucens) yang kelebihan kalsium dalam ransum
digunakan dalam penelitian ini diduga menurunkan penyerapan fosfor disebabkan
memiliki kalsium (Ca) yang memiliki nilai oleh pembentukan ikatan kompleks yang
biologis yang lebih baik dibanding kalsium tidak mudah larut (insoluble) di dalam
(Ca) yang ada dalam tepung ikan. Untuk lumen usus halus. Sebaliknya, rendahnya
penelusuran nilai biologis tepung maggot tingkat kalsium dalam ransum dapat
(Hermetia illucens) pada ternak broiler memicu suatu peningkatan ekskresi fosfor.
perlu penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini, rasio antara
konsumsi kalsium dan fosfor (Ca:P ratio)
Pengaruh Perlakuan Terhadap dari semua ransum percobaan masing-
Kecernaan Fosfor masing berada pada kisaran 1,56:1 sampai
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa 1,91:1, dimana bila dibandingkan dengan
nilai rataan kecernaan fosfor berada pada rekomendasi NRC (1994) yaitu dengan
kisaran 73,52-76,17% di mana nilai rasio Ca:P = 2,57:1, proporsi antara
kecernaan terrendah pada perlakuan R1 kaslium dan fosfor tidak berlebihan
atau ransum dengan penggantian tepung ataupun kekurangan, tetapi justru berada
ikan sebesar 75% dan 25% tepung maggot, dalam keadaan yang seimbang. Menurut
sedangkan nilai kecernaan tertinggi Driver et al. (2005), ransum dengan
277
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
maggot BSF yang digunakan dalam ransum Arango Gutierrez, G. P., R.A. Vergara
percobaan, merupakan sumber fosfor yang Ruiz, H. Mejia Velez. 2004.
Compositional, microbiological and
siap digunakan (Finke, 2012). Hal ini dapat protein digestibility analysis of larval
dilihat dengan adanya peningkatan angka meal of Hermetia illucens
(Diptera:Stratiomyidae) at
kecernaan fosfor (P) ransum, seiring Angelopolis-Antioquia, Colombia.
dengan meningkatnya penggantian tepung Revista – J. Nacional de Agronomia
Medellin, 57 : 2491-2499. Diakses
ikan dangan tepung maggot (Hermetia pada tanggal 7 Juli 2015.
illucens), meskipun belum sampai
Bondari, K. and D.C. Sheppard. 1987.
menunjukkan perbedaan yang nyata (P > Soldier fly larvae as feed in
0,05). Hasil penelitian ini, ternyata sejalan commercial fish production.
J.Aquaculture 24: 103.
dengan Liu et al. (2013), yang meneliti
tentang respon kecernaan fosfor (P) dari Bronner, F. 1987. Intestinal calcium
absorption: Mechanisms and
broiler yang diberi ransum dengan implications. J. Nutr. 117:1347-1352.
perlakuan beberapa tingkat rasio kalsium : Diakses pada tanggal 4 Juli 2015.
fosfor (Ca:P) dan menemukan, bahwa Driver, J.P., G.M. Pesti, R.I. Bakalli, and
H.M. Edwards Jr. 2005. Effects of
perlakuan-perlakuan ransum dengan rasio
Calcium and Nonphytate Phosphorus
kalsium : fosfor antara 1,2:1 dan 2:1, Concentrations on Phytase Efficacy
in Broiler Chicks. Poultry Science
ternyata menunjukkan tingkat kecernaan
84:1406–1417. Diakses pada tanggal
fosfor (P) ransum yang tidak berbeda. 4 Agustus 2015.
278
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 36 No. 2 : 271 - 279 (Juli 2016) ISSN 0852 -2626
Hale, O.M. 1973. Dried Hermetia illucens Rama Rao, S.V., M.V.L.N. Raju, M.R.
larvae (Diptera: Stratiomyidae) as a Reddy. 2006. Interaction between
feed additive for poultry. J. Ga. dietary calcium and non-phytate
Entomol. Soc. 8:16-20. phosphorus levels on growth. bone
mineralization and mineral excretion
Liu, J. B., D.W. Chen, and O. Adeola. in commercial broilers. Animal Feed
2013. Phosphorus digestibility Science and Technology, v.131,
response of broiler chickens to p.133-148. Diakses pada tanggal (19
dietary calcium-to-phosphorus ratios. Juli 2015)
Poultry Science 92 :1572–1578.
Diakses pada tanggal 27 Juli 2015 St-Hilaire, S., K. Cranfill, M.A. McGuire,
E.E. Mosley, J.K. Tomberlin, L.
Makkar, H.P.S., G. Tran, V. Heuzé, and P. Newton, W. Sealey, C. Sheppard, and
Ankers. 2014. State-of-the-art on use S. Irving. 2007. Fish offal recycling
of insects as animal feed. Animal by the black soldier fly produces a
Feed Science and Technology, Vol. foodstuff high in omega-3 fatty acids.
197:1-33. Diakses pada tanggal 12 J. World Aquacult. Soc. 38 : 309-313.
Juni 2015. Diakses pada tanggal 7 Juli 2015.
Newton, G. L., C.V. Booram, R.W. Steel, R. G. D and J.H. Torrie. 1995.
Barker, and O.M. Hale. 1977. Dried Prinsip dan Prosedur Statistika:
Hermetia illucens larvae meal as a Suatu Pendekatan Biometrik.
supplement for swine. J. Anim. Sci. Gramedia. Jakarta.
44-3: 395-400. Diakses pada tanggal
14 November 2014. Stein, H. H., B. Sève, M. F. Fuller, P. J.
Moughan, and C. F. M. de Lange.
NRC, 1994. Nutrien Requirements of 2007. Invited review: Amino acid
Poultry, 9threv.edition. National bioavailability and digestibility in pig
Academy Press, Wasington, DC. feed ingredients: Terminology and
application. J. Anim. Sci. 85:172-180.
Diakses pada tanggal 4 Juli 2015.
279