BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Masyarakat Poco Ranaka telah berhasil mengelola lahan dengan lanskap budaya yang
menunjukkan efisiensi pemanfaatan ruang. Sistem tata guna lahan pada umumnya terbagi
menjadi lima, yaitu beo (kampung), roas (halaman sekitar rumah), lingko (kebun komunal),
bangka (kampung lama), dan cengit (daerah keramat). Kebiasaan masyarakat dalam konteks
kearifan lokal di jelaskan melalui praktek-praktek kearifan lokal yang merefleksikan
mengenai komunitas-komunitas lokal berinteraksi, berproses dan bersikap melakukan
pemeliharaan terhadap lingkungannya. Kearifan lokal dalam mengelola sumber daya lokal
menurut penjelasan petani, pada masa lampau sering dilakukan pengkeramatan tanaman
perkebunan dalam hal ini adalah kopi dan cengkeh melalui upacara Penti.

Masyarakat di Kecamatan Poco Ranaka pada umumnya sudah mengenal kearifan lokal
yang menjadi potensi lokalnya yaitu Komuditas kopi dan cengkeh. Faktor yang termasuk
kekuatan utama yang mempengaruhi pengembangan Agropolitan dan kearifan lokal di
kecamatan Poco Ranaka adalah pengetahuan masyarakat dalam mengolah hasil panen
komuditas unggulan seperti, menjual kopi yang sudah di dalam kemasan dan membuat bahan
baku minyak cengkeh. Selain itu kondisi alam juga mempengaruhi kualitas kopi dan cengkeh
yang dihasilkan.

Melalui Analitical Hierarchy process yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan
bahwa, prioritas utama dalam identifikasi potensi dan kearifan lokal di Kecamatan Poco
Ranaka adalah peningkatan sarana prasarana dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

6.2 Saran
Peningkatan kualitas sarana prasarana agropolitan merupakan prioritas utama dalam
pengembangan agropolitan, karena akan sangat menunjang peningkatan hasil produksi dan
produktifitas komuditas kopi dan cengkeh.Strategi pengembangan argopolitan di kecamatan
Poco Ranaka harus lebih di fokuskan dalam upaya pengemembangan dengan memanfaatkan
peluang yang ada, misalnya meningkatkan volume penjualan dan memperluas jaringan
pemasaran kopi dan cengkeh.