Anda di halaman 1dari 3

Nama : Eka Listyaningrum

NIM: P18074

Kls : P18 B

Tugas 2 Resume

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN


PERUBAHANKONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH KRONIK DI WILAYAH
PUSKESMAS GOMBONG II

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun mental yang dibagi dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa
(neurosis) dan sakit jiwa (psikosis) (Yosep, 2011). Sesorang dengan gangguan jiwa disebabkan
oleh gangguan bio-psiko-social. Penderita gangguan jiwa didunia di perkirakan akan semakin
meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah
yang sangat serius. Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh
gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik fisik atau kimiawi dengan jumlah penderita yang
terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2015).

Prevalensi gangguan jiwa didunia pada tahun 2014 diperkirakan gangguan jiwa mencapai
516 juta jiwa (WHO,2015). Pravelensi gangguan jiwa di Indonesia berdasar data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 1,7 per mil. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta. Dari
150 juta populasi orang dewasa indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes),
ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini.

Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3% dari seluruh populasi yang ada
(Balitbangkes, 2008). Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Jawa tengah tercatat ada
1.091 kasus yang mengalami gangguan jiwa dan beberapa dari kasus tersebut hidup dalam
pasungan. 2 Angka tersebut diperoleh dari pendataan sejak januari hingga november 2012
(Hendry, 2012). Berdasarkan jumlah kunjungan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
kepelayanan kesehatan baik puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan
lainnya pada tahun 2009 terdapat 1,3 juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan
sebanyak 4,09% (Profil Kesehatan Kab/ Kota Jawa Tengah Tahun 2009).

Berdasarkan Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta (RSJD) pada tahun 2016 sampai januari
2017 terdapat pasien yang mengalami Gangguan Jiwa Konsep Diri : Harga Diri Rendah
sebanyak 2520 pasien pada tahun 2016 dan 334 pasien pada bulan januari 2017. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan harga diri rendah yaitu faktor predisposisi adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan faktor presipitasi
terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan
atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Herman,2011).

Dampak dari tingginya gangguan jiwa menyebabkan peran sosial yang terhambat dan
menimbulkan penderitaan pada klien karena perilaku buruk, dengan meningkatkan pelaksanaan
pengawasan dan evaluasi program kegiatan kesehatan jiwa dengan cara peningkatan pembinaan
program kegiatan kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah, swasta dan puskesmas
terutama upaya promotif dan preventif

SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan


untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah pasien yang mengalami masalah
utama Harga Diri Rendah. SP yang dapat digunakan diantaranya seperti mengenal masalah
Harga Diri Rendah dan aspek positif yang dimiliki, membantu klien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih, melatih pasien
melakukan legiatan yang telah dipilih (Fitria, 2009).

Konsep diri adalah gambaran tentang diri sendiri sebagai ide, perasaan dan kepercayaan
untuk mengenal dan siap untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain serta
berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri juga dapat diartikan cara tiap individu memandang
dirinya secara utuh baik secara fisik, mental, intelektual, sosial, dan spiritual (Rawlin dalam
Dermawan, 2013).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering juga
disertai dengan kurangya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak
berani bertatap muka dengan lawan bicara, lebih banyak menundukan kepala, berbicara lambat
dan nada suara lemah (Keliat dalam Suerni, 2013).

Anda mungkin juga menyukai