Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Disiplin Pada Masa Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Penanganan Covid-19 di


Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat

Syukur Abdillah1)
1831020205@stialan.ac.id

Abstract

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) is a virus that was first discovered in China. This Covid-19, which
was confirmed to enter Indonesia in March 2020, is no exception to Central Jakarta, and is able to make
life changes in a short time. One of the policies of the DKI Jakarta government is to adopt a Large-Scale
Social Restriction (PSBB) policy as a step to reduce or break the chain of the spread of Covid-19.
Methodologically, this research is a qualitative research with an empirical literature approach. The
approach is carried out by tracing data in the form of documents related to research, and understanding
social phenomena that exist in society. The results of the study evaluate that with the existence of this PSBB
regulation, the number of the spread of Covid-19 can be reduced. Covid-19 is a serious threat not only to
health but also to other sectors in the life of a nation.
Keywords: Covid-19; PSBB; evaluate

Abstrak

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan virus yang pertama kali ditemukan di negara Cina.
Covid-19 ini yang terkonfirmasi masuk pada bulan Maret 2020 ke Indonesia tidak terkecuali Jakarta Pusat,
dan mampu membuat tatanan kehidupan berubah dalam waktu singkat. Salah satu kebijakan pemerintah
DKI Jakarta adalah mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai langkah untuk
mengurangi atau memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Secara metodologis, penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan literatur empiris. Pendekatan dilakukan dengan cara menelusuri
data-data berupa dokumen yang terkait dengan penelitian, dan memahami gejala sosial yang ada di
masyarakat. Hasil penelitian mengevaluasi bahwa dengan adanya peraturan PSBB ini, jumlah angka
penyebaran Covid-19 dapat berkurang. Covid-19 merupakan ancaman serius bukan hanya bagi kesehatan
tetapi juga sektor lain dalam kehidupan suatu bangsa.
Kata Kunci: Covid-19; PSBB; evaluasi

PENDAHULUAN
Berdasarkan informasi dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai
berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Virus ini pertama kali ditemukan di Provinsi Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Pada
awalnya virus ini diidentifikasi dengan nama Phenumonia Wuhan (2019-NCov) karena
gejala yang ditimbulkan menimbulkan demam, sesak nafas dan ditemukan tahun 2019 di
Provinsi Wuhan.
Virus ini mengakibatkan radang pada organ pernafasan yang jika dibiarkan dapat
mengakibatkan kematian. Walapun tingkat resiko kematiannya tidak tinggi seperti MERS
dan SARS pada pasien dengan kekebalan tubuh (imunitas) yang baik, tetapi apabila
terjangkit pada pasien yang memiliki riwayat penyakit penyerta (komorbid) dapat
berakibat fatal memperburuk sistem imunitas yang dapat berujung pada kematian. Yang
menjadi kekhawatiran adalah pola penyebarannya yang begitu cepat melalui media

1
Syukur Abdillah adalah Mahasiswa Sarjana Terapan pada Politeknik STIA-LAN Jakarta dan Aparatur Sipil
Negara (ASN) pada Bagian Pemerintahan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Pusat yang bertugas
sebagai Sekretariat Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Administrasi Jakarta Pusat. Email :
abdillahsyukur99@gmail.com; 1831020205@stialan.ac.id
droplet (butiran air liur) dikhawatirkan apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dapat
menyebar dengan luas dan penanganan pasien tidak terkendali dapat menyebabkan sistem
penanganan medis pemerintah menjadi lumpuh.
Untuk menghindari kondisi tersebut banyak himbauan yang dikeluarkan oleh
badan-badan terkait protokol kesehatan sebagai upaya penyebaran Covid-19. Adapun
kebijakan pemerintah adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan
penerapan protokol kesehatan. PSBB yang dilakukan di DKI Jakarta adalah menutup atau
membatasi akses fasilitas-fasilitas publik kecuali pada sektor-sektor vital agar
meminimalisir interaksi masyarakat dan pelaksanaan protokol kesehatan seperti
penggunaan masker dan physical distancing pada area publik. Tentu saja hal ini harus
didasari juga oleh kesadaran masyarakat untuk tidak berkumpul dan tetap mematuhi
protokol yang ada ketika berada diluar rumah.
Ada beberapa riset sebelumnya yang telah dilakukan terkait masalah ini salah
satunya adalah riset yang dilakukan oleh Wibowo Hadiwardoyo mengenai kerugian
ekonomi nasional akibat PSBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diperlukan
adalah kebijakan yang tepat, baik secara lokasi, waktu maupun prosedurnya. Apabila
PSBB dapat menjamin putusnya rantai penularan Covid-19, maka lakukanlah dengan
benar, dan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Pembatasan yang berkepanjangan, atau
berpindah-pindah lokasi karena tidak serempak, berisiko melampaui batas kemampuan
survival individu maupun entitas bisnis. Bila itu yang terjadi, maka penyelamatan tidak
dapat dilakukan, dan kerugian akan semakin besar baik secara ekonomi maupun sosial.2
Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Sylvia Hasanah Thorik mengenai
Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia dalam penanggulangan
Pandemi Covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan PSBB diyakini
merupakan cara paling ampuh untuk menekan laju penularan pandemi Covid-19. Hal ini
dapat kita lihat dalam berbagai langkah yang diambil pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah dengan menganjurkan atau menghimbau kepada masyarakat untuk
melakukan pembatasan-pembatasan kegiatan pada sektor-sektor tertentu termasuk juga
menekan kepada masyarakat untuk menunda terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang
sifatnya mengundang banyak orang. Kondisi ini hampir menghentikan aspek kehidupan
sehari-hari.3
Dalam riset-riset yang dilakukan cakupannya sangat luas dan hanya pada
penerapan PSBB yang berada pada lingkup nasional. Pada penelitian kali ini penulis
memfokuskan pada penerapan dispilin mematuhi protokol kesehatan dengan cara
membuat zona Wilayah Pengendalian Ketat Rukun Warga (WPK RW) pada masa PSBB
di kota Jakarta Pusat. Sebagai bahan evaluasi apakah kebijakan tersebut berhasil untuk
penanganan kasus Covid-19 di wilayah Jakarta Pusat?.

METODE EVALUASI PROGRAM


Dilihat dari sisi kualitas yang ingin diketahui dari sebuah kebijakan, terdapat
model-model evaluasi yaitu :
1. Single program after only
2. Single program before-after
3. Comparative program after only
4. Comparative program before-after
Pada kesempatan ini, penulis akan membawakan evaluasi PSBB ini dalam bentuk model
evaluasi single program before after yaitu evaluasi dilakukan dengan membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah dari kelompok sasaran tanpa menggunakan kelompok

2
Wibowo Hadiwardoyo, kerugian ekonomi nasional akibat PSBB, (Jurnal of Business and Entrepreneurship 2,
No 2, 2020), h.90
3
Sylvia Hasanah Thorik, Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia dalam penanggulangan Pandemi
Covid-19, (Jurnal : Hukum dan Keadilan, 4 No, 1, 2020), h.118
pembanding dengan masyarakat sebagai kelompok sasaran. Sebagai indikator penilaian
kebijakan PSBB ini, akan digunakan 7 indikator sesuai dengan teori Wiliam Dunn yaitu
: efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, resposivitas dan ketepatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


PSBB pertama diberlakukan di DKI Jakarta termasuk didalamnya Kota
Administrasi Jakarta Pusat pada bulan April 2020 melalui Peraturan Gubernur (Pergub)
DKI Jakarta nomor 33 tahun 2020. Pada perjalanannya sampai dengan bulan November
2020 PSBB dilakukan pada 2 fase yaitu PSBB Ketat dan PSBB Transisi. Jumlah kasus
positif harian pada keempat fase PSBB terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kasus Aktif Harian


Sumber: corona.jakarta.go.id

Pada grafik di atas, terjadi pergerakan naik dan turun jumlah kasus positif di
wilayah DKI Jakarta. Pada fase PSBB Transisi pertama tanggal 4 Juni s.d 14 September
2020 terjadi peningkatan kasus secara signifikan pada akhir bulan agustus. Ini dapat
dikonfirmasi dengan Jakarta Pusat menjadi kota ke-2 tertinggi kasus Covid-19 di
Indonesia4. Melalui Pergub nomor 79 tahun 2020 dan Pergub nomor 88 tahun 2020,
pemerintah DKI Jakarta mengambil langkah untuk dilakukan penerapan disiplin dan
penegakkan hukum terkait protokol kesehatan serta pemberlakuan kembali pengetatan
PSBB.
Ini cukup menggambarkan bahwa betapa strategisnya posisi Jakarta Pusat sebagai
pusat pemerintahan, diplomatik, perkantoran, perdagangan, jasa, dan transportasi diantara
wilayah-wilayah penyangga. Interaksi yang tinggi antara masyarakat tetap dan
masyarakat penyintas menjadi kunci akibat tingginya mobilitas penduduk di kota ini.
Dalam pengawasan pada jumlah interaksi dilakukan pengendalian zona WPK RW.
Upaya yang dilakukan adalah diawal PSBB dan akhir PSBB (15 September s.d
12 Oktober 2020) melaksanakan WPK pada RW-RW rawan yang terjadi pada rentang
kurva yang dihasilkan menunjukkan kasus masih bergerak naik dan turun. Kasus yang
diperhatikan ialah suspek, probable dan kasus positif. Sementara untuk perbandingan
jumlah kasus pada kondisi ini di wilayah kota Jakarta Pusat ditunjukkan hasil pada tabel
1 dan 2 berikut ini:

Tabel.1 Data Sebaran Kasus Covid-19 Berdasarkan Kecamatan


15 September 2020

4
Insi Nantika Jelita, Jakpus Peringkat Kedua Kota dengan Kasus Covid-19 Terbanyak,
https://mediaindonesia.com/read/detail/338057-jakpus-peringkat-kedua-kota-dengan-kasus-covid-19-
terbanyak, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020.
KRITERIA KASUS
KELURAHAN/ Jumlah IR Covid
NO. Perawatan Isolasi di Suspek Selesai Perawatan Probable Selesai PELAKU Isolasi di Selesai KONTAK Isolasi di Selesai Selesai Self
KECAMATAN SUSPEK PROBABLE DISCARDED Meninggal POSITIF Dirawat Sembuh Meninggal Pddk 19
RS Rumah Meninggal Isolasi RS Meninggal Isolasi PERJALANAN Rumah Isolasi ERAT Rumah Isolasi Isolasi Isolation
1 GAMBIR 761 15 40 10 696 4 2 - 2 60 - 59 1.803 142 1.661 64 - 64 605 22 427 19 137 78.581 769,91
2 SAWAH BESAR 1.135 8 59 10 1.058 5 - - 5 14 - 14 2.484 152 2332 46 0 46 592 33 420 19 120 101020 586,02
3 KEMAYORAN 2191 26 103 19 2043 2 1 0 1 34 0 34 2832 288 2544 171 0 171 1142 46 842 48 206 230858 494,68
4 SENEN 1289 18 63 10 1198 5 1 0 4 37 0 31 3048 156 2892 175 0 175 831 32 704 27 68 97961 848,30
5 CEMP. PUTIH 1561 12 55 5 1489 5 1 1 3 25 0 23 3329 89 3240 119 0 119 859 29 677 17 136 85797 1.001,20
6 JOHAR BARU 1052 14 27 6 1005 4 0 0 4 8 0 7 2610 93 2517 231 0 231 908 24 696 49 139 120465 753,75
7 MENTENG 782 7 88 7 680 3 1 0 2 7 0 7 1740 91 1649 106 0 106 587 30 455 16 86 68457 857,47
8 TANAH ABANG 1.844 15 39 14 1.776 2 1 - 1 29 - 29 1.955 117 1838 23 - 23 1.127 79 781 35 232 148227 760,32
JAK. PUSAT 10.615 115 474 81 9.945 30 7 1 22 214 - 204 19.801 1.128 18.673 935 - 935 6.651 295 5.002 230 1.124 931.366 714,11

Sumber: Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, 2020

Tabel.2 Data Sebaran Kasus Covid-19 Berdasarkan Kecamatan


12 Oktober 2020
KRITERIA KASUS
KELURAHAN/ Jumlah IR Covid
NO. Perawatan Isolasi di Suspek Selesai Perawatan Probable Selesai PELAKU Isolasi di Selesai KONTAK Isolasi di Selesai Selesai Self
KECAMATAN SUSPEK PROBABLE DISCARDED Meninggal POSITIF Dirawat Sembuh Meninggal Pddk 19
RS Rumah Meninggal Isolasi RS Meninggal Isolasi PERJALANAN Rumah Isolasi ERAT Rumah Isolasi Isolasi Isolation
1 GAMBIR 1.057 8 73 10 966 5 - - 5 71 - 71 2.720 305 2.415 69 - 69 996 15 857 25 99 78.581 1.267,48
2 SAWAH BESAR 1.617 22 81 10 1.504 7 1 - 6 18 - 18 3.210 228 2982 54 0 54 917 19 775 26 97 101020 907,74
3 KEMAYORAN 3051 33 247 19 2752 2 0 0 2 41 0 40 4572 629 3943 201 0 201 2011 34 1550 62 365 230858 871,10
4 SENEN 1690 21 106 10 1553 7 0 0 7 51 0 51 3847 301 3546 188 0 188 1134 17 972 31 114 97961 1.157,60
5 CEMP. PUTIH 2040 19 73 5 1943 7 2 1 4 35 0 34 4330 310 4020 135 0 135 1370 60 1175 21 114 85797 1.596,79
6 JOHAR BARU 1540 16 97 6 1421 10 0 0 10 12 0 12 3876 435 3441 242 0 242 1296 16 1138 54 88 120465 1.075,83
7 MENTENG 1076 11 73 7 985 3 - 0 3 17 0 17 2148 129 2019 110 0 110 846 26 755 22 43 68457 1.235,81
8 TANAH ABANG 2.207 17 81 14 2.095 5 3 - 2 30 - 30 3.786 484 3302 39 - 39 1.671 58 1450 41 122 148227 1.127,32
JAK. PUSAT 14.278 147 831 81 13.219 46 6 1 39 275 - 273 28.489 2.821 25.668 1.038 - 1.038 10.241 245 8.672 282 1.042 931.366 1.099,57

Sumber: Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, 2020

pada masa awal dan akhir menunjukkan peningkatan kasus suspek, kontak erat, probable
dan kasus positif. Peningkatan ini tidak lepas dari testing dalam kegiatan TCF (Tracing
Case Finding) yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Pusat seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Hasil Testing


Sumber: Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat (diolah)

Melihat data tersebut (RDT), pada periode 28 September s.d 4 Oktober dan 5
Oktober s.d 11 Oktober mengalami penurunan. Dengan jumlah tes yang bertambah dari
data awal merupakan bentuk keberhasilan PSBB dalam rangka menekan jumlah kasus
lebih besar. Sementara rata-rata pada dua periode tersebut sebesar 10,07 % possitivity
rate. Artinya PSBB ini terbilang efektif dalam menekan peningkatan kasus. Sementara
dalam hal efisiensi, kolaborasi seluruh pihak dan unit Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) pada informasi sistem informasi corona.jakarta.go.id perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Melalui penerapan PSBB ini, Provinsi DKI Jakarta menurut “Indikator Politik
Indonesia merilis hasil survei mengenai kinerja pemerintah provinsi dalam menekan
angka kematian karena wabah corona. Hasilnya, Pemprov DKI Jakarta berada di
peringkat teratas provinsi yang dapat menekan tingkat kematian akibat corona”5.
Kebijakan ini cukup mendapat respon positif dan manfaat jika dilihat dari data penurunan
di atas. Sementara menurut survey yang dilakukan oleh Kedeputian Ilmu Pengetahuan

5
Informasi redaksi, Survei Indikator: DKI Jakarta Provinsi Terbaik Tekan Kematian Akibat Corona,
https://kumparan.com/kumparannews/survei-indikator-dki-jakarta-provinsi-terbaik-tekan-kematian-
akibat-corona-1u2SNvt4mN6/full, diakses pada 15 Desember 2020.
Sosial Kemanusiaan (IPSK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Survei
menunjukkan hampir separuh responden (44%) kehilangan sebagian besar
penghasilannya dan sebanyak 17% kehilangan pekerjaan. Status mereka kebanyakan
adalah buruh/karyawan (79%) dan sisanya berusaha sendiri dan dibantu pekerja, terutama
di sektor perdagangan, industri, transportasi dan jasa. Hal ini karena kebijakan PSBB
membatasi aktivitas pekerjaan mereka6.
Upaya lain yang dilakukan dalam kondisi PSBB antara lain pelaksanaan kegiatan
penerapan disiplin dan penegakkan aturan. Pelaksanaan penertiban antara lain pemakaian
masker dan penutupan lokasi-lokasi usaha yang tidak diperkenankan untuk dibuka pada
area publik seperti rumah makan (untuk makan ditempat), tempat hiburan, sarana ibadah,
ruang terbuka lainnya. Hasil kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.

REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI WILAYAH KOTA ADM JAKARTA PUSAT


BULAN SEPTEMBER 2020

NO PELAKSANA JUMLAH PELANGGAR Denda Kerja Sosial NOMINAL DENDA

1 TINGKAT KOTA 396 26 370 Rp6.500.000

2 GAMBIR 1420 43 1377 Rp5.300.000

3 MENTENG 1751 57 1694 Rp12.750.000

4 SENEN 1759 56 1703 Rp6.250.000

5 SAWAH BESAR 2500 57 2443 Rp10.550.000

6 TANAH ABANG 4717 110 4607 Rp29.000.000

7 KEMAYORAN 1132 79 1053 Rp15.850.000

8 CEMPAKA PUTIH 1591 46 1545 Rp8.400.000

9 JOHAR BARU 2020 21 1999 Rp4.650.000

JUMLAH 17286 495 16791 Rp99.250.000

Tabel 3. Hasil Kegiatan Penertiban


Sumber: Satpol PP Kota Administrasi Jakarta Pusat, 2020

Pada data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap


aturan protokol kesehatan masih rendah. Jumlah pelanggaran tertinggi ada pada wilayah
Kecamatan Tanah Abang dimana lokasi tersebut terdapat pusat perkantoran,
perdagangan, jalur transportasi dan pusat kegiatan sosial keagamaan. Pada lokasi-lokasi
tersebut rawan terbentuknya klaster penularan orang terinfeksi Covid-19. Jika
dibandingkan dengan wilayah Kecamatan lainnya yang lebih banyak area pemukiman
dengan penduduk menetap bukan penyintas. Lalu kita bandingkan data pelaksanaan
penertiban pada bulan Oktober seperti pada tabel 4 berikut ini:

6
Deny Hidayati, dkk, Riset dampak PSBB: meski menerima bantuan pemerintah, warga hanya mampu
bertahan seminggu, http://lipi.go.id/publikasi/riset-dampak-psbb-meski-menerima-bantuan-
pemerintah-warga-hanya-mampu-bertahan-seminggu/35120, diakses pada 15 Desember 2020
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI WILAYAH KOTA ADM JAKARTA PUSAT
4 S.D 10 OKTOBER 2020

NO PELAKSANA JUMLAH PELANGGAR Denda Kerja Sosial NOMINAL DENDA

1 TINGKAT KOTA 61 3 58 Rp650.000

2 GAMBIR 122 8 114 Rp1.000.000

3 MENTENG 170 0 170 Rp0

4 SENEN 165 7 158 Rp550.000

5 SAWAH BESAR 360 5 355 Rp1.250.000

6 TANAH ABANG 589 7 582 Rp1.750.000

7 KEMAYORAN 105 11 94 Rp1.550.000

8 CEMPAKA PUTIH 331 8 323 Rp1.500.000

9 JOHAR BARU 301 2 299 Rp500.000

JUMLAH 2204 51 2153 Rp8.750.000

Tabel 4. Hasil Kegiatan Penertiban


Sumber: Satpol PP Kota Administrasi Jakarta Pusat, 2020

Melihat data tersebut di atas, terlihat bahwa sebelum masuk masa PSBB ke-2
terjadi peningkatan kasus yang signifikan sehingga menempatkan Jakarta Pusat sebagai
kota dengan kasus tertinggi secara nasional. Setelah diberlakukan PSBB ke-2 pada
pertengahan Oktober mengalami penurunan kasus (lihat gambar 2) dan di wilayah DKI
secara umum (lihat gambar 1). Sementara tingkat kepatuhan masyarakat terlihat lebih
baik pada bulan Oktober (lihat Tabel 3 dan 4). Jika dilihat berdasarkan indikator
pemerataan PSBB ini belum dilakukan secara menyeluruh pada level pemukiman terkait
keterbatasan sumber daya yang ada. Tentu penanganan Covid-19 ini perlu intervensi
kebijakan lain mengingat dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada sektor Kesehatan
masyarakat contohnya ekonomi sehingga belum dirasa cukup dalam penanganan Covid-
19 secara umum.

PENUTUP
Dari apa yang menjadi pembahasan di atas, dapat disimpulkan sedikit bahwa
PSBB yang dilakukan setelah masa transisi memang belum secara optimal untuk
penanganan Covid-19. Ini dapat dilihat dari hasil survey dari LIPI yang dilakukan
terhadap kelompok sasaran yaitu masyarakat terkait dampak PSBB yang diberlakukan.
Sementara jika dilihat dari upaya untuk menekan peningkatan kasus respon yang didapat
mendapat sentiment yang positif.
Saran penulis PSBB yang diterapkan setelah masa PSBB transisi memberikan
efek yang signifikan terhadap upaya penekanan angka covid-19. Sementara PSBB transisi
memberi kelonggaran yang pada tiap fase terjadi peningkatan kasus. Implementasi 2
kebijakan tersebut yang terlihat sedikit kontradiktif. Perlu keseriusan dari berbagai pihak
penanganan Covid-19 dengan memperhatikan pemberlakuan kebijakan-kebijakan lain
untuk mengurangi dampak dari pandemi ini, dan itu harus dilakukan dengan sangat hati-
hati.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak, khususnya seluruh Tim Satuan
Tugas Penanganan Covid-19 Jakarta Pusat dan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Pusat yang terus berkoordinasi terkait penyediaan data dan Ibu Nila selaku dosen
sebagai pembimbing penulis untuk bisa menghasilkan karya.
DAFTAR PUSTAKA
Hewitt, Eleanor & Michael Bamberger. 1986. Monitoring and Evaluating Urban
Development Programs. World Bank, Washington.
Insi Nantika Jelita, Jakpus Peringkat Kedua Kota dengan Kasus Covid-19 Terbanyak,
https://mediaindonesia.com/read/detail/338057-jakpus-peringkat-kedua-kota-
dengan-kasus-covid-19-terbanyak
Thorik, Sylvia Hasanah. 2020. Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia
dalam penanggulangan Pandemi Covid-19, Jurnal : Hukum dan Keadilan, 4 (1).
Wibowo, Hadiwardoyo. 2020, kerugian ekonomi nasional akibat PSBB, Jurnal : Of
Business and Entrepreneurship 2 (2)
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 79 Tahun 2020 Tentang Penerapan
Disiplin dan Penegakkan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya Cet. I;
Yogyakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai