Syukur Abdillah1)
1831020205@stialan.ac.id
Abstract
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) is a virus that was first discovered in China. This Covid-19, which
was confirmed to enter Indonesia in March 2020, is no exception to Central Jakarta, and is able to make
life changes in a short time. One of the policies of the DKI Jakarta government is to adopt a Large-Scale
Social Restriction (PSBB) policy as a step to reduce or break the chain of the spread of Covid-19.
Methodologically, this research is a qualitative research with an empirical literature approach. The
approach is carried out by tracing data in the form of documents related to research, and understanding
social phenomena that exist in society. The results of the study evaluate that with the existence of this PSBB
regulation, the number of the spread of Covid-19 can be reduced. Covid-19 is a serious threat not only to
health but also to other sectors in the life of a nation.
Keywords: Covid-19; PSBB; evaluate
Abstrak
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan virus yang pertama kali ditemukan di negara Cina.
Covid-19 ini yang terkonfirmasi masuk pada bulan Maret 2020 ke Indonesia tidak terkecuali Jakarta Pusat,
dan mampu membuat tatanan kehidupan berubah dalam waktu singkat. Salah satu kebijakan pemerintah
DKI Jakarta adalah mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai langkah untuk
mengurangi atau memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Secara metodologis, penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan literatur empiris. Pendekatan dilakukan dengan cara menelusuri
data-data berupa dokumen yang terkait dengan penelitian, dan memahami gejala sosial yang ada di
masyarakat. Hasil penelitian mengevaluasi bahwa dengan adanya peraturan PSBB ini, jumlah angka
penyebaran Covid-19 dapat berkurang. Covid-19 merupakan ancaman serius bukan hanya bagi kesehatan
tetapi juga sektor lain dalam kehidupan suatu bangsa.
Kata Kunci: Covid-19; PSBB; evaluasi
PENDAHULUAN
Berdasarkan informasi dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai
berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Virus ini pertama kali ditemukan di Provinsi Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Pada
awalnya virus ini diidentifikasi dengan nama Phenumonia Wuhan (2019-NCov) karena
gejala yang ditimbulkan menimbulkan demam, sesak nafas dan ditemukan tahun 2019 di
Provinsi Wuhan.
Virus ini mengakibatkan radang pada organ pernafasan yang jika dibiarkan dapat
mengakibatkan kematian. Walapun tingkat resiko kematiannya tidak tinggi seperti MERS
dan SARS pada pasien dengan kekebalan tubuh (imunitas) yang baik, tetapi apabila
terjangkit pada pasien yang memiliki riwayat penyakit penyerta (komorbid) dapat
berakibat fatal memperburuk sistem imunitas yang dapat berujung pada kematian. Yang
menjadi kekhawatiran adalah pola penyebarannya yang begitu cepat melalui media
1
Syukur Abdillah adalah Mahasiswa Sarjana Terapan pada Politeknik STIA-LAN Jakarta dan Aparatur Sipil
Negara (ASN) pada Bagian Pemerintahan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Pusat yang bertugas
sebagai Sekretariat Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Administrasi Jakarta Pusat. Email :
abdillahsyukur99@gmail.com; 1831020205@stialan.ac.id
droplet (butiran air liur) dikhawatirkan apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dapat
menyebar dengan luas dan penanganan pasien tidak terkendali dapat menyebabkan sistem
penanganan medis pemerintah menjadi lumpuh.
Untuk menghindari kondisi tersebut banyak himbauan yang dikeluarkan oleh
badan-badan terkait protokol kesehatan sebagai upaya penyebaran Covid-19. Adapun
kebijakan pemerintah adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan
penerapan protokol kesehatan. PSBB yang dilakukan di DKI Jakarta adalah menutup atau
membatasi akses fasilitas-fasilitas publik kecuali pada sektor-sektor vital agar
meminimalisir interaksi masyarakat dan pelaksanaan protokol kesehatan seperti
penggunaan masker dan physical distancing pada area publik. Tentu saja hal ini harus
didasari juga oleh kesadaran masyarakat untuk tidak berkumpul dan tetap mematuhi
protokol yang ada ketika berada diluar rumah.
Ada beberapa riset sebelumnya yang telah dilakukan terkait masalah ini salah
satunya adalah riset yang dilakukan oleh Wibowo Hadiwardoyo mengenai kerugian
ekonomi nasional akibat PSBB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diperlukan
adalah kebijakan yang tepat, baik secara lokasi, waktu maupun prosedurnya. Apabila
PSBB dapat menjamin putusnya rantai penularan Covid-19, maka lakukanlah dengan
benar, dan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Pembatasan yang berkepanjangan, atau
berpindah-pindah lokasi karena tidak serempak, berisiko melampaui batas kemampuan
survival individu maupun entitas bisnis. Bila itu yang terjadi, maka penyelamatan tidak
dapat dilakukan, dan kerugian akan semakin besar baik secara ekonomi maupun sosial.2
Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Sylvia Hasanah Thorik mengenai
Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia dalam penanggulangan
Pandemi Covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan PSBB diyakini
merupakan cara paling ampuh untuk menekan laju penularan pandemi Covid-19. Hal ini
dapat kita lihat dalam berbagai langkah yang diambil pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah dengan menganjurkan atau menghimbau kepada masyarakat untuk
melakukan pembatasan-pembatasan kegiatan pada sektor-sektor tertentu termasuk juga
menekan kepada masyarakat untuk menunda terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang
sifatnya mengundang banyak orang. Kondisi ini hampir menghentikan aspek kehidupan
sehari-hari.3
Dalam riset-riset yang dilakukan cakupannya sangat luas dan hanya pada
penerapan PSBB yang berada pada lingkup nasional. Pada penelitian kali ini penulis
memfokuskan pada penerapan dispilin mematuhi protokol kesehatan dengan cara
membuat zona Wilayah Pengendalian Ketat Rukun Warga (WPK RW) pada masa PSBB
di kota Jakarta Pusat. Sebagai bahan evaluasi apakah kebijakan tersebut berhasil untuk
penanganan kasus Covid-19 di wilayah Jakarta Pusat?.
2
Wibowo Hadiwardoyo, kerugian ekonomi nasional akibat PSBB, (Jurnal of Business and Entrepreneurship 2,
No 2, 2020), h.90
3
Sylvia Hasanah Thorik, Efektivitas pembatasan sosial berskala besar di Indonesia dalam penanggulangan Pandemi
Covid-19, (Jurnal : Hukum dan Keadilan, 4 No, 1, 2020), h.118
pembanding dengan masyarakat sebagai kelompok sasaran. Sebagai indikator penilaian
kebijakan PSBB ini, akan digunakan 7 indikator sesuai dengan teori Wiliam Dunn yaitu
: efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, resposivitas dan ketepatan.
Pada grafik di atas, terjadi pergerakan naik dan turun jumlah kasus positif di
wilayah DKI Jakarta. Pada fase PSBB Transisi pertama tanggal 4 Juni s.d 14 September
2020 terjadi peningkatan kasus secara signifikan pada akhir bulan agustus. Ini dapat
dikonfirmasi dengan Jakarta Pusat menjadi kota ke-2 tertinggi kasus Covid-19 di
Indonesia4. Melalui Pergub nomor 79 tahun 2020 dan Pergub nomor 88 tahun 2020,
pemerintah DKI Jakarta mengambil langkah untuk dilakukan penerapan disiplin dan
penegakkan hukum terkait protokol kesehatan serta pemberlakuan kembali pengetatan
PSBB.
Ini cukup menggambarkan bahwa betapa strategisnya posisi Jakarta Pusat sebagai
pusat pemerintahan, diplomatik, perkantoran, perdagangan, jasa, dan transportasi diantara
wilayah-wilayah penyangga. Interaksi yang tinggi antara masyarakat tetap dan
masyarakat penyintas menjadi kunci akibat tingginya mobilitas penduduk di kota ini.
Dalam pengawasan pada jumlah interaksi dilakukan pengendalian zona WPK RW.
Upaya yang dilakukan adalah diawal PSBB dan akhir PSBB (15 September s.d
12 Oktober 2020) melaksanakan WPK pada RW-RW rawan yang terjadi pada rentang
kurva yang dihasilkan menunjukkan kasus masih bergerak naik dan turun. Kasus yang
diperhatikan ialah suspek, probable dan kasus positif. Sementara untuk perbandingan
jumlah kasus pada kondisi ini di wilayah kota Jakarta Pusat ditunjukkan hasil pada tabel
1 dan 2 berikut ini:
4
Insi Nantika Jelita, Jakpus Peringkat Kedua Kota dengan Kasus Covid-19 Terbanyak,
https://mediaindonesia.com/read/detail/338057-jakpus-peringkat-kedua-kota-dengan-kasus-covid-19-
terbanyak, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020.
KRITERIA KASUS
KELURAHAN/ Jumlah IR Covid
NO. Perawatan Isolasi di Suspek Selesai Perawatan Probable Selesai PELAKU Isolasi di Selesai KONTAK Isolasi di Selesai Selesai Self
KECAMATAN SUSPEK PROBABLE DISCARDED Meninggal POSITIF Dirawat Sembuh Meninggal Pddk 19
RS Rumah Meninggal Isolasi RS Meninggal Isolasi PERJALANAN Rumah Isolasi ERAT Rumah Isolasi Isolasi Isolation
1 GAMBIR 761 15 40 10 696 4 2 - 2 60 - 59 1.803 142 1.661 64 - 64 605 22 427 19 137 78.581 769,91
2 SAWAH BESAR 1.135 8 59 10 1.058 5 - - 5 14 - 14 2.484 152 2332 46 0 46 592 33 420 19 120 101020 586,02
3 KEMAYORAN 2191 26 103 19 2043 2 1 0 1 34 0 34 2832 288 2544 171 0 171 1142 46 842 48 206 230858 494,68
4 SENEN 1289 18 63 10 1198 5 1 0 4 37 0 31 3048 156 2892 175 0 175 831 32 704 27 68 97961 848,30
5 CEMP. PUTIH 1561 12 55 5 1489 5 1 1 3 25 0 23 3329 89 3240 119 0 119 859 29 677 17 136 85797 1.001,20
6 JOHAR BARU 1052 14 27 6 1005 4 0 0 4 8 0 7 2610 93 2517 231 0 231 908 24 696 49 139 120465 753,75
7 MENTENG 782 7 88 7 680 3 1 0 2 7 0 7 1740 91 1649 106 0 106 587 30 455 16 86 68457 857,47
8 TANAH ABANG 1.844 15 39 14 1.776 2 1 - 1 29 - 29 1.955 117 1838 23 - 23 1.127 79 781 35 232 148227 760,32
JAK. PUSAT 10.615 115 474 81 9.945 30 7 1 22 214 - 204 19.801 1.128 18.673 935 - 935 6.651 295 5.002 230 1.124 931.366 714,11
pada masa awal dan akhir menunjukkan peningkatan kasus suspek, kontak erat, probable
dan kasus positif. Peningkatan ini tidak lepas dari testing dalam kegiatan TCF (Tracing
Case Finding) yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Pusat seperti pada gambar 2.
Melihat data tersebut (RDT), pada periode 28 September s.d 4 Oktober dan 5
Oktober s.d 11 Oktober mengalami penurunan. Dengan jumlah tes yang bertambah dari
data awal merupakan bentuk keberhasilan PSBB dalam rangka menekan jumlah kasus
lebih besar. Sementara rata-rata pada dua periode tersebut sebesar 10,07 % possitivity
rate. Artinya PSBB ini terbilang efektif dalam menekan peningkatan kasus. Sementara
dalam hal efisiensi, kolaborasi seluruh pihak dan unit Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) pada informasi sistem informasi corona.jakarta.go.id perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Melalui penerapan PSBB ini, Provinsi DKI Jakarta menurut “Indikator Politik
Indonesia merilis hasil survei mengenai kinerja pemerintah provinsi dalam menekan
angka kematian karena wabah corona. Hasilnya, Pemprov DKI Jakarta berada di
peringkat teratas provinsi yang dapat menekan tingkat kematian akibat corona”5.
Kebijakan ini cukup mendapat respon positif dan manfaat jika dilihat dari data penurunan
di atas. Sementara menurut survey yang dilakukan oleh Kedeputian Ilmu Pengetahuan
5
Informasi redaksi, Survei Indikator: DKI Jakarta Provinsi Terbaik Tekan Kematian Akibat Corona,
https://kumparan.com/kumparannews/survei-indikator-dki-jakarta-provinsi-terbaik-tekan-kematian-
akibat-corona-1u2SNvt4mN6/full, diakses pada 15 Desember 2020.
Sosial Kemanusiaan (IPSK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Survei
menunjukkan hampir separuh responden (44%) kehilangan sebagian besar
penghasilannya dan sebanyak 17% kehilangan pekerjaan. Status mereka kebanyakan
adalah buruh/karyawan (79%) dan sisanya berusaha sendiri dan dibantu pekerja, terutama
di sektor perdagangan, industri, transportasi dan jasa. Hal ini karena kebijakan PSBB
membatasi aktivitas pekerjaan mereka6.
Upaya lain yang dilakukan dalam kondisi PSBB antara lain pelaksanaan kegiatan
penerapan disiplin dan penegakkan aturan. Pelaksanaan penertiban antara lain pemakaian
masker dan penutupan lokasi-lokasi usaha yang tidak diperkenankan untuk dibuka pada
area publik seperti rumah makan (untuk makan ditempat), tempat hiburan, sarana ibadah,
ruang terbuka lainnya. Hasil kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.
6
Deny Hidayati, dkk, Riset dampak PSBB: meski menerima bantuan pemerintah, warga hanya mampu
bertahan seminggu, http://lipi.go.id/publikasi/riset-dampak-psbb-meski-menerima-bantuan-
pemerintah-warga-hanya-mampu-bertahan-seminggu/35120, diakses pada 15 Desember 2020
REKAPITULASI OPERASI PENERTIBAN MASKER DI WILAYAH KOTA ADM JAKARTA PUSAT
4 S.D 10 OKTOBER 2020
Melihat data tersebut di atas, terlihat bahwa sebelum masuk masa PSBB ke-2
terjadi peningkatan kasus yang signifikan sehingga menempatkan Jakarta Pusat sebagai
kota dengan kasus tertinggi secara nasional. Setelah diberlakukan PSBB ke-2 pada
pertengahan Oktober mengalami penurunan kasus (lihat gambar 2) dan di wilayah DKI
secara umum (lihat gambar 1). Sementara tingkat kepatuhan masyarakat terlihat lebih
baik pada bulan Oktober (lihat Tabel 3 dan 4). Jika dilihat berdasarkan indikator
pemerataan PSBB ini belum dilakukan secara menyeluruh pada level pemukiman terkait
keterbatasan sumber daya yang ada. Tentu penanganan Covid-19 ini perlu intervensi
kebijakan lain mengingat dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada sektor Kesehatan
masyarakat contohnya ekonomi sehingga belum dirasa cukup dalam penanganan Covid-
19 secara umum.
PENUTUP
Dari apa yang menjadi pembahasan di atas, dapat disimpulkan sedikit bahwa
PSBB yang dilakukan setelah masa transisi memang belum secara optimal untuk
penanganan Covid-19. Ini dapat dilihat dari hasil survey dari LIPI yang dilakukan
terhadap kelompok sasaran yaitu masyarakat terkait dampak PSBB yang diberlakukan.
Sementara jika dilihat dari upaya untuk menekan peningkatan kasus respon yang didapat
mendapat sentiment yang positif.
Saran penulis PSBB yang diterapkan setelah masa PSBB transisi memberikan
efek yang signifikan terhadap upaya penekanan angka covid-19. Sementara PSBB transisi
memberi kelonggaran yang pada tiap fase terjadi peningkatan kasus. Implementasi 2
kebijakan tersebut yang terlihat sedikit kontradiktif. Perlu keseriusan dari berbagai pihak
penanganan Covid-19 dengan memperhatikan pemberlakuan kebijakan-kebijakan lain
untuk mengurangi dampak dari pandemi ini, dan itu harus dilakukan dengan sangat hati-
hati.