Anda di halaman 1dari 8

MINYAK ATSIRI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUMBU DAN REMPAH

OLEH :

NAUFAL YAZID 18253311001


NURLIANTI SIAGIAN 18253311005
AVIDITA MELANI 18253311009
WAHYUNI 182533110011
PUTRI INDAH SARI 18253311015
SHINTIA RAMINDA 1825332514035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PPLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2020
Pendahuluan

Minyak asiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric


oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil),
serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas.

Kebutuhan minyak atsiri dunia semakin tahun semakin meningkat seiring


dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum,
kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri atau dikenal juga
sebagai minyak eteris (aetheric oil) dan minyak essential adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Sebagian komponen minyak
atsiri adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon,
hidrogen, dan oksigen yang tidak bersifat aromatik.

Senyawa-senyawa ini secara umum disebut terpenoid. Minyak atsiri saat


ini sudah dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi
minyak atsiri dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, serai wangi, kenanga, kayu
putih, cendana, lada, dan kayu manis. Minyak atsiri bisa didapatkan dari bahan-
bahan diatas yang meliputi pada bagian daun, bunga, batang dan akar. (Guenther,
1987)..

Vetiverol merupakan komponen utama minyak akar wangi yang menjadi


penentu dari kualitas minyak. Minyak akar wangi diperoleh dengan cara distilasi
akar tanaman akar wangi. Harga minyak ini relatif lebih tinggi ibandingkan
dengan harga minyak atsiri lainnya. Semakin tinggi kadar vetiverol dalam minyak
akar wangi, maka harganya semakin mahal (Guenther,1987;1990). Minyak akar
wangi bagi Indonesia merupakan salah satu komoditas yang memberikan peranan
penting untuk pendapatan devisa negara dari hasil ekspor minyak atsiri secara
keseluruhan. Pada perdagangan internasional, Indonesia merupakan penghasil
utama minyak akar wangi terbesar ketiga setelah Haiti dan Bourbon.
Jeringau (Acorus calamus) merupakan salah satu tumbuhan yang
berpotensi menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini masih belum banyak dikenal
masyarakat sehingga banyak orang yang bahkan tidak mengetahui tentang
jeringau. Tanaman jeringau memiliki rimpang yang mengandung minyak atsiri
dan berguna sebagai pereda nyeri untuk sakit gigi dan sakit kepala, untuk
membersihkan dan membasmi kuman gigi serta untuk mengurangi kelelahan.

Uji Yang Dilakukan Pada Ekstraksi Minyak Atsiri Pada Tanaman


Kemangi Dengan Pelarut N-Heksana

1. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam lemak bebas dalam minyak atsiri.

Semakin besar bilangan asam maka akan mempengaruhi kualitas minyak atsiri.

Senyawa-senyawa asam dalam minyak atsiri akan mempengaruhi bau khas dalam

minyak atsiri karena mudah bereaksi dengan udara. Semakin kecil bilangan asam

maka kualitas minyak atsiri akan semakin baik. Semakin lama waktu ekstraksi

maka nilai bilangan asam akan semakin besar, ini dikarenakan waktu kontak

dengan pelarut yang cukup lama. Sedangkan pelarut yang digunakan adalah n-

heksana teknis 96% dengan 4% impurities. Pada Tabel 1. menunjukkan bilangan

asam terkecil adalah sebesar 1,1220 (mg KOH/gr minyak) yaitu pada variable

waktu 30 menit dan suhu 35 °C, sedangkan bilangan asam terbesar adalah 7,0125

(mg KOH/gr minyak) yaitu pada variable waktu 150 menit dan suhu 55 °C. Dari

hasil penelitian menunjukkan nilai bilangan asam tidak sesuai standard Balittro,

dimana pada standard Balitrro menunjukkan bilangan asam maksimum adalah

1,0988 (mg KOH/gr minyak). Hasil ini lebih baik dari hasil penelitian Daryono et

al (2011), dimana didapatkan bilangan asam sebesar 3,2365 mg KOH


2. Bilangan ester

Penentuan bilangan ester dalam minyak atsiri adalah sebagai indikator


bahwa minyak atsiri tersebut mempunyai kualitas aroma yang baik. Hal ini
disebabkan karena terdapat senyawa ester dalam minyak atsiri. Semakin banyak
minyak atsiri yang terekstrak dan semakin besar bilangan esternya, maka kualitas
minyak atsriri akan semakin baik. minyak atsiri memiliki sifat volatile yang
tinggi, sehingga dapat dengan mudah menguap pada suhu ruang tanpa harus
melalui pemanasan. Pada Tabel 2. didapatkan bilangan ester yang secara umum
sudah memenuhi parameter Balittro yaitu maksimum 11,9262 (mg KOH/gr
minyak). Tetapi pada hasil rendemen terbaik yaitu pada variabel 120 menit dan
suhu ekstraksi 55 °C didapatkan bilangan ester 15,3507 (mg KOH/gr minyak).
Hasil ini lebih baik dari penelitian Daryono et al (2011), dimana didapatkan
bilangan ester 17,828 mg KOH /gr minyak.
Uji Yang Dilakukan Minyak Atsiri Dari Akar Wangi Menggunakan Metode
Steam-Hydro
1. Analisa Gas Chroaamatography - Mass Spectrometry (GC – MS) Analisa yang
dilakukan untuk mengetahui komponen minyak dalam penelitian ini adalah
analisa GC - MS (Gas Chromatography - Mass Spectrometry). Kolom yang
digunakan adalah HP-5MS (Crosslinked 5% Phenylmethylsilicone), dengan
panjang kolom 30 m, diameter 0,25 mm dan ketebalan 0,25 µm. Suhu pada
injektor adalah 290oC, suhu MS adalah 250oC, dan lama operasi selama 20
menit.
Bahan-bahan yang digunakan :
- Alkohol 95 %
- Aquadest (H2O)
- Asam klorida (HCl)
- Asam oksalat (C2H2O4)
- Daun kemangi (lemon basil)
- Indikator PP (phenolptalin)
- Kalium hidroksida (KOH)
- n-heksana (C6H14)
DIAGRAM ALIR PROSES

1. Perlakuan awal bahan


 Menyiapkan bahan kemangi (lemon basil) dan memisahkan seluruh
bagian kemangi (daun) dari tangkai dan dahannya.
 Mengangin-anginkan daun kemangi selama kurang lebih 3 hari
kemudian mengoven 1-2 hari pada suhu 350C untuk mengurangi kadar
air dalam daun.
2. Proses Ekstraksi
 Memblender daun kemangi selama 15 detik hingga berbentuk serbuk dan
menimbang daun kemangi yang telah berbentuk serbuk sebanyak 300
gram.
 Mengisi alat pemanas (waterbath) dengan media air dan menyalakan alat
pemanas (waterbath) serta mengatur suhu pemanasan.
 Memasukkan bahan daun kemangi sebanyak 300 gram kedalam labu
ekstraktor leher tiga, menambahkan pelarut n-heksana sebanyak 600 ml
dan meletakkan labu ekstraktor kedalam waterbath.
 Mengarahkan ujung kondensor secara vertikal dan menutup ujung
kondensor bagian atas hingga tak ada uap yang keluar, seluruh uap
terkondensasi menjadi pelarut kembali.
 Merangkai alat ekstraktor dengan menambahkan kondensor pada leher
sebelah kanan, termometer pada leher sebelah kiri dan motor pengaduk
pada leher bagian tengah.
 Mengatur suhu proses ekstraksi pada 25 0C dan waktu ekstraksi selama 3
menit secara bersamaan.
 Matikan alat pemanas dan memisahkan labu ekstraktor dari waterbath. -
Memisahkan campuran bahan dan pelarut menggunakan saringan hingga
didapatkan hasil ekstrak dan rafinat (ampas).
 Hasil ampas terpisah dilakukan pemerasan menggunakan kain berpori
sampai tak ada cairan yang tersisa pada ampas. - Lakukan prosedur yang
sama pada menit ke 60 sampai dengan 150.
 Lakukan prosedur yang sama pada suhu ke 35, 45 dan 55 0C.
3. Proses Destilasi
 Memasukkan kembali larutan yang telah terpisah dari ampas (ekstrak)
kedalam labu destilasi.
 Merangkai alat destilasi dengan meletakkan kondensor di leher labu serta
melakukan proses destilasi pada suhu 75 0C sehingga didapatkan destilat
(minyak) dan residu (pelarut).
 Memipet hasil destilat didalam labu destilasi dan memasukkannya ke
dalam botol sampel serta menutup botol sampel dan menyimpannya
didalam lemari pendingin ataupun desikator.
PERBANDINGAN JURNAL

1. Junal tentang Ekstraksi Minyak Atsiri Pada Tanaman Kemangi Dengan


Pelarut N-Heksana.
2. Junal tentang Ekstraksi Minyak Atsiri dari Akar Wangi Menggunakan
Metode Steam – Hydro distillation dan Hydro distilation dengan Pemanas
Microwave.
3. Junal tentang Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Zodia (Evodia Suaveolens)
Dengan Metode Maserasi Dan Distilasi Air.
Dari jurnal diatas pada jurnal (1) metode eksperimen dengan cara
mengambil data dari hasil kemangi Analisa yang dilakukan meliputi konsentrasi
(%) sitral, bilangan asam dan bilangan ester. Rendemen pada metode ekstraksi
dipengaruhi oleh jenis pelarut. Metode ekstraksi dengan pelarut akan
mendapatkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode destilasi.
Ini dikarenakan minyak kemangi memiliki sifat non-polar (taklarut dalam air).
Sehingga untuk mengekstraknya harus menggunakan pelarut yang sama-sama non
polar.
Dari jurnal (2) Akar wangi yang dicacah menghasilkan % rendemen minyak
lebih besar, Metode microwave steam-hydro distillation menghasilkan minyak
yang lebih sesuai dengan properti fisik dan kimi standar SNI daripada metode
hydro distillation. Minyak akar wangi hasil ekstraksi dengan pemanfaatan
microwave lebih baik secara kualitas dan kuantitas dibandingkan ekstraksi tanpa
microwave.
Dari jurnal (3) Daun zodia merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai
insektisida nabati. Daun zodia mengandung senyawa aktif limonene yang bersifat
neurotoksin terhadap serangga, Pengambilan minyak atsiri daun zodia (Evodia
Suaveolens) dapat dilakukan dengan metode maserasi dan distilasi air. Randemen
minyak atsiri daun zodia dengan metode maserasi sebesar 1,0566 % dan dengan
metode distilasi air sebesar 0,6471 %, Metode terbaik yang menghasilkan
senyawa limonene terbanyak adalah metode maserasi sebesar 2,6 % sedangkan
dengan metode distilasi hanya diperoleh 1,26 %.

DAFTAR PUSTAKA
Daryono, E.D., Pursitta, A. T., dan Ahmad Isnain. (2014). Ekstraksi Minyak
Atsiri Pada Tanaman Kemangi Dengan Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknik
Kimia Vol.9, No.1.

Hanief, M. A., Mushawwir W. A. dan Mahfud. (2013). Ekstraksi Minyak Atsiri


Dari Akar Wangi Menggunakan Metode Steam – Hydro Distillation Dan
Hydro Distilation Dengan Pemanas Microwave. Jurnal Teknik Pomits Vol.
2, No. 2.

Handayani, P, A dan Nurcahyanti, A.(2015). Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Zodia


(Evodia Suaveolens) Dengan Metode Maserasi dan Distilasi Air. DOI
10.15294/jbat.v3i1.3095.

Anda mungkin juga menyukai