Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA JALAN NAPAS PADA PASIEN COVID-19

A. Latar Belakang
Beberapa pasien yang sakit kritis memerlukan tindakan intubasi dan ventilasi. Meskipun
sebagian besar operasi elektif ditunda, operasi emergensi pada pasien yang terkonfirmasi atau
suspek COVID-19 tetap diizinkan untuk dilakukan. Beberapa prosedur pembedahan ini
dilakukan dengan tindakan anestesi umum intubasi endotrakeal. Intubasi dan ventilasi pada
pasien COVID-19 dalam kondisi kritis yang memerlukan tindakan operasi segera memberikan
tantangan bagi para ahli anestesi. Dimana kondisi ini memerlukan rancangan teknik intubasi dan
ventilasi yang paling baik untuk pasien COVID-19 dan bagi ahli anestesi dimana pada saat yang
bersamaan harus dengan ketat memproteksi diri sendiri.41
B. Risiko Bagi Petugas Kesehatan
Penyebaran utama COVID-19 adalah melalui droplet dan permukaan benda yang terkena virus
(fomite). Droplet merupakan partikel besar cairan tubuh yang dipengaruhi oleh gravitasi dalam
beberapa detik dan karenanya hanya bisa menyebar dalam jarak dekat di udara sebelum
mendarat pada permukaan benda. Droplet yang mengandung virus dapat menyebabkan
penularan langsung pada kontak jarak dekat atau menyebabkan kontaminasi pada permukaan
benda seperti pakaian, peralatan dan perabotan, dimana virus aktif dari beberapa jam hingga
beberapa hari. Sebaliknya, aerosol merupakan partikel cairan tubuh yang lebih kecil dan dapat
bertahan di udara untuk waktu yang lama. Jika virus stabil pada sekret jalan napas yang menjadi
aerosol, hal ini meningkatkan risiko penyebaran. Proses merawat pasien dengan COVID-19 yang
berat dan melakukan tindakan yang menimbulkan proses aerosolisasi meningkatkan risiko
infeksi bagi petugas kesehatan.42
Sangat disarankan dibuatnya standar kebijakan terhadap tatalaksana jalan napas. Tatalaksana jalan napas harus
dilakukan oleh klinisi paling mahir di dalam tim dengan menggunakan APD lengkap. 44
C. Sistem Untuk Mencegah Kontaminasi Petugas Kesehatan, termasuk Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) merupakan salah satu bagian dari sistem untuk mencegah kontaminasi dan infeksi
petugas kesehatan selama perawatan pasien. Selain APD, prosedur seperti dekontaminasi seluruh permukaan
dan alat kesehatan, meminimalkan kontak yang tidak perlu dengan pasien, meminimalkan kontak permukaan
dan prosedur membuang sampah dengan hati-hati sangat penting untuk mengurangi risiko penularan. 43 Prinsip
umum APD adalah harus sederhana dan mudah dilepas tanpa mengkontaminasi pemakainya, hindari APD
yang rumit. Harus melindungi seluruh tubuh dan sekali pakai jika memungkinkan. Alat pelindung diri harus
dibuang
secara cepat dan tepat setelah dilepas (“doffing”). Terdapat observer dan checklist yang memastikan donning
dan doffing dilakukan secara benar. Alat pelindung diri harus digunakan saat melakukan tatalaksana pada
seluruh pasien COVID-19.43

Anda mungkin juga menyukai