Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Abstrak
Tiga reaktor anaerob disiapkan untuk melihat pengaruh variasi karbon (C) terhadap
nitrogen (N) (rasio C/N) terhadap kualitas kompos dari sampah organik, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses dekomposisi sampah yaitu pH, temperatur,
dan kelembaban. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan fosfor (P),
kalium (K nilai), kadar air, dan pH akhir kompos dengan perbedaan tiga variasi rasio C/N
dengan masing-masing 15, 21, dan 28 kemudian dari hasil analisis tersebut dibandingkan
dengan kriteria kompos organik yang sesuai dengan SNI 19-7030-2004 tentang
spesifikasi kompos dari sampah organik domestik. Sampah yang digunakan terdiri dari
sampah sayuran, buah-buahan dan sampah dedaunan. Reaktor dibuat dengan memakai
pemanas listrik untuk mencapai suhu pada fase termofilik (45-60oC), dilakukan pula
resirkulasi leachate tiap reaktor. Setelah 45 hari proses dekomposisi, hasil menunjukkan
bahwa variasi rasio C/N masing-masing kompos menghasilkan kandungan unsur hara
yang masih berada pada kisaran yang ditetapkan oleh SNI 19-7030-2004. Variasi
optimum dalam pengujian kualitas kompos adalah dengan rasio C/N 15, hal ini
disebabkan karena semua parameter telah memenuhi standar, sedangkan untuk rasio
C/N 21 dan 28 meskipun kandungan pH belum memenuhi standar, tetapi untuk parameter
kadar air, fosfor dan kalium telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Pendahuluan
Produksi sampah yang terus meningkat, namun teknologi pengolahan sampah
belum efisien dan tidak ramah lingkungan, hal tersebut menjadi masalah di kota-kota
besar di Indonesia. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah melakukan
pengomposan sampah yang biodegradable. Pengomposan juga merupakan alternatif
yang tepat untuk mereduksi volume sampah organik, serta dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk. Bahan kompos yang terdiri dari sampah pasar (sampah sayur-sayuran dan buah-
buahan) dengan sampah daun dinilai merupakan kombinasi yang tepat untuk mengurangi
jumlah sampah pasar yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kombinasi dari
ketiga bahan tersebut juga dapat digunakan dengan menyesuaikan kandungan rasio C/N
pada bahan organik kompos sesuai dengan kriteria sehingga proses pengomposan dapat
berjalan dengan baik. Prinsip dari pengomposan yaitu menurunkan rasio C/N bahan
organik hingga sesuai dengan C/N tanah (Siboro dkk, 2013). Berdasarkan ulasan di atas,
maka dilakukan pendekatan penelitian pengomposan yang dilakukan dengan jenis limbah
yang berbeda serta variasi dari komposisi bahan dasar yang berbeda untuk mendapatkan
nilai kandungan hara yang baik dari proses pengomposan.
Studi Pustaka
Nilai rasio C/N bahan organik merupakan faktor penting dalam pengomposan.
Karbon digunakan sebagai sumber energi dan nitrogen sebagai sumber nutrisi untuk
pembentukkan sel-sel tubuh mikroorganisme selama proses pengomposan. Mikroba
menggunakan karbon untuk energi dan pertumbuhan, sedangkan nitrogen, fosfor (P2O5),
dan kalium (K2O) penting untuk protein, reproduksi, dan katalisator. Bakteri pelarut fosfat
umumnya juga dapat melarutkan unsur kalium dalam bahan organik. Kalium digunakan
untuk katalisator di dalam bahan substrat oleh mikroorganisme, kehadiran bakteri serta
657
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
aktivitas dari bakteri itu sendiri mampu mempengaruhi peningkatan kandungan kalium
(Hidayati dkk, 2011). Kalium dapat diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur
(Mirwan, 2012). Pengomposan adalah proses penguraian bahan organik yang dilakukan
oleh mikroba secara biologis dengan memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
sumber energi (Dewi, 2012). Organisme membutuhkan kandungan C sebanyak 25 kali
lebih besar dari pada N (Djaja, 2008).
Leachate adalah limbah cair disebabkan karena masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah sehingga menyebabkan materi-materi dari hasil dekomposisi biologis
terlarut. Materi yang terlarut dalam leachate adalah senyawa-senyawa organik seperti
hidrokarbon, tanat asam humat, fulfat, dan galat serta senyawa anorganik seperti klor,
nitrogen, natrium, kalium, sulfat, fosfat, fenol, kalsium, magnesium, dan senyawa logam
berat yang tinggi. Kandungan air dalam leachate tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan
karena sebagian besar bahan penyusunnya merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanah atau tanaman.
Kondisi anaerob adalah kondisi tanpa udara (kedap udara) yang tidak memerlukan
oksigen. Proses yang berlangsung dalam kondisi anaerob akan terhambat atau gagal
apabila oksigen masuk atau tercampur ke dalam reaktor. Hal ini terjadi karena pada
kondisi anaerob membutuhkan aktivitas bakteri pembentuk metan yang terdiri dari bakteri
pembentuk gas yang tidak termasuk sebagai pengoksidasi metan. Sebanyak 0,01 mg/L
oksigen terlarut dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil metan.
Metodologi Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat Penelitian
Jumlah
No Nama Alat Spesifikasi
(Buah)
1. Reaktor Plastik Bin HDPE (200 Liter) 3
2. pH meter Showrange SR 300B 3
3. Humidity Meter Hygrometer Thermometer HTC-2 3
4. Termometer Hygrometer Thermometer HTC-2 3
5. Penampung Gas Metan (CH4) 2 liter 4
6. Valve/Katup ½ inch 6
7. Pompa Dosing Pump 1
8. Pompa Vakum Rocker 300 1
9. Selang 2 meter 1
10. Elemen Pemanas - -
658
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
daun kering yang bersumber dari Universitas Trisakti. Gambar 1 menjelaskan skema
reaktor anaerob.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4, kadar air optimum untuk bahan kompos sebesar
50,0 - 60,0%. kadar air awal bahan dibawah 30,0% dapat menyebabkan reaksi biologis
pada saat proses dekomposisi berjalan dengan lambat. Pada Tabel 4. Dapat dilihat
659
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
bahwa kadar air ketiga reaktor berada pada kisaran 37,4 – 46,0% kadar air yang
dihasilkan tidak berada pada kondisi kadar air optimum dalam pembentukan kompos.
Volatile Solid (VS) memperkirakan seberapa besar efektifitas dari reduksi sampah
menggunakan metode pembakaran dengan temperatur di atas 550˚C. Hasil analisis di
laboratorium menunjukkan kadar volatil sampah organik ketiga reaktor berada pada
kisaran 23,0 - 30,6 %, kadar volatil sampah penelitian belum memenuhi kadar optimum
dalam proses dekomposisi sampah organik.
660
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
661
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
proses pengomposan dilakukan maka rasio C/N yang dihasilkan akan semakin kecil
(Surtinah, 2013). Hal ini disebabkan oleh kadar C dalam bahan kompos sudah banyak
berkurang karena digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan atau energi,
sedangkan kandungan nitrogen mengalami peningkatan karena proses dekomposisi
bahan kompos oleh mikroorganisme yang menghasilkan ammonia dan nitrogen sehingga
rasio C/N menurun.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
a) Hasil pengukuran pH dan kadar air pada akhir proses dekomposisi jika dibandingkan
dengan SNI 19-7030-2004, untuk parameter pH hanya reaktor R1 dengan nilai 7,20
yang telah memenuhi SNI, sementara untuk R2 dan R3 nilai pH cenderung asam
yaitu dengan nilai 6,15 dan 6,30 nilai tersebut berada di bawah kisaran SNI 19-7030-
2004 yaitu 6,80 – 7,49. Untuk parameter kadar air semua variasi telah memenuhi
range nilai dengan 3,08 - 4,71%.
b) Hasil perbandingan kualitas fosfor dan kalium dengan SNI 19-7030-2004 pada
parameter fosfor semua variasi memenuhi SNI dengan range nilai sebesar 0,41 -
1,20%, sedangkan untuk parameter kalium semua variasi memenuhi SNI dengan
range nilai yaitu sebesar 0,70 - 1,88%.
c) Nilai pH, temperatur dan kelembaban ketiga variasi rasio C/N selama proses
dekomposisi 45 hari berada pada kisaran yang stabil dengan nilai pH 6,0 - 7,5,
temperatur 45oC - 53oC, dan kelembaban 39,0 - 67,0%.
Daftar pustaka
Agustina, L. 2004, Dasar Nutrisi Tanaman, Jakarta.
Arthawidya, Jalu. Endro Sutrisno, Sri Sumiyati, 2017, Analisis Komposisi Terbaik dari
Variasi C/N Rasio Menggunakan Limbah Kulit Buah Pisang, Sayuran dan Kotoran
Sapi dengan Parameter C-Organik, N-Total, Phospor, Kalium dan C/N Rasio
Menggunakan Metode Vermikomposting, Jurnal teknik lingkungan, vol 6 no 3.
Dewi, Y. Treesnowati, 2012, Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Menggunakan
Metode Composting, Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S, vol 8 no 2, 35-48.
Djaja, W., 2008, Langkah Jitu Membuat Kompos Kotoran Ternak dan Sampah, Agro
Media Pustaka, Jakarta.
Dipo Yuwono, 2006, Kompos, Penebar Swadaya, Jakarta.
Gregor Zupancic, 2012, Management of Organic Waste, Institute for Environmental
Protection and Sensors, Slovenia.
Hidayati, Y., Kurnani, A., Marlina, E., Harlia, E. 2011, Kualitas Pupuk Cair Hasil
Pengolahan Fases Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces Cereviceae,
Jurnal Ilmu Ternak vol 11 no 2, 104-107.
Indriani, H. Y. 2000, Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta.
Mirwan, M., Rosariawari, F. 2012, Optimasi Pematangan Kompos Dengan Penambahan
Campuran Lindi dan Bioaktivator Stardec. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan vol 4
no 2, 150-154.
Siboro, E.S., Surya, E., Herlina, N. 2013. Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas dari
Campuran Limbah Sayuran, Jurnal Teknik Kimia USU, vol 2 no 3, 40-43.
SNI 19-7030-2004, 2004, Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik, Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
662
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Surtinah, 2013, Pengujian Kandungan Unsur Hara dalam Kompos yang Berasal dari
Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian,
vol 11 no 1, 16-25.
Tchobanoglous, et.al. 1993, Intregated Solid Waste Management: Engineering, Principles
and Management, McGraw-Hill Inc, Singapore.
Wahyono, S., F. L. Sahwan, dan F. Suryanto, 2011, Membuat Pupuk Organik Granul dari
Aneka Limbah, PT Argomedia Pustaka, Jakarta.
663