Hadi
Hadi
OLEH:
MOHAMMAD HADI PRASETYO
NIM. 141210025
i
ii
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) Pada Program Study Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH:
MOHAMMAD HADI PRASETYO
NIM. 141210025
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Achmad Wasif dan ibu bernama Lestari Rahayu. Penulis merupakan anak ketiga
Tahun 2002 penulis lulus dari TK Kartika Blimbing Jombang, tahun 2008
penulis lulus dari SD Negeri Blimbing Jombang. tahun 2011 penulis lulus dari
SMP Negeri 2 Jombang dan tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri Ngoro
Jombang, tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes ”Insan Cendekia
Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program Studi Diploma
III Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “ICME”
Jombang.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan waktu yang ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. Maharani Tri
Puspita., S. Kep,Ns,. MM. selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes ICMe Jombang. Inayatur Rosyidah, S.Kep,,Ns, M.Kep. dan Dwi Puji
telah penulis teliti. Kepala Diklat Puskesmas Mojoagung yang telah memberikan
hingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa kepada semua pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan
vii
viii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
ix
x
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 113
5.2 Saran. ............................................................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................................
Lampiran. .....................................................................................................................
x
xi
Daftar Tabel
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
xiii
Daftar Lambang
% : Persentase
& : Dan
xiii
xiv
Daftar Singkatan
DM : Diabetes Melitus
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
KK : Kepala Keluarga
xiv
xv
ABSTRAK
(Studi Kasus di Desa Miagan dan Desa Jombok Kecamatan Mojoagung, Jombang)
Oleh:
Keluarga harus memiliki koping yang efektif dan kompeten dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya. Penderita Diabetes Melitus tidak jarang kurang
mematuhi program diit, kurang memperdulikan pengawasan dalam perawatan luka,
kesehatan lingkungan dan pola aktivitas, hal tersebut akan mempengaruhi keluarga dan
membuat keluarga mengalami peningkatan peran dalam merawat anggota keluarga yang
sakit. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada
anggota keluarga yang mengalami penurunan koping keluarga di Desa Miagan dan Desa
Jombok Kecamatan Mojoagung, Jombang.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Subyek pada studi kasus ini adalah 2 keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami
penurunan koping keluarga. Dengan tekhnik pengumpulan data meliputi wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Hasil studi kasus pada tahap pengkajian diketahui bahwa keluarga Responden 1
tidak mengenal masalah kesehatan sedangkan keluarga Responden 2 mengalami krisis
situasi ekonomi dalam keluarga. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah
penurunan koping keluarga. Intervensi dan implementasi yang digunakan untuk
Responden 1 dan Responden 2 adalah NOC Family Coping Disable, Caregiver Stressors
dan NIC Coping Enhancement, Caregiver Support.
xv
xvi
ABSTRACT
By:
Mohammad Hadi Prasetyo
The family must have effective and competent coping in addressing the health
problems of family members. Diabetes Mellitus sufferers are less likely to adhere to the
diit program, less care for monitoring in wound care, environmental health and activity
patterns, it will affect the family and make the family increased role in caring for sick
family members. The purpose of this case study is to carry out family nursing care to
family members who experience decreased family coping in Miagan Village and Jombok
Village,MojoagungSubdistrict,Jombang.
The method used is descriptive method with case study approach. Subjects in this
case study were 2 families with family members who experienced a decrease in family
coping. With data collection techniques include interviews, observation, physical
examinationanddocumentationstudies.
The result of the case study at the assessment stage is known that Respondent 1
family does not know health problem while Respondent 2 family is experiencing crisis of
economic situation in the family. The defined nursing diagnosis is the decline in family
coping. Interventions and implementations used for Respondents 1 and Respondents 2 are
NOC Family Coping Disable, Caregiver Stressors and NIC Coping Enhancement,
CaregiverSupport.
The conclusion of Family Nursing Care on family member "Respondent 1" and
"Respondent 2" who experienced Diabetes Mellitus with the problem of family coping
declineisthe problem has not been resolved.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
luka, kesehatan lingkungan dan pola aktivitas, hal tersebut akan mempengaruhi
2012).
peningkatan. IDF dan WHO mendapat estimasi data terakhir pada tahun 2013 dan
hasilnya terdapat 382 juta orang penderita diabetes melitus di dunia dan akan
meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. Riset Kesehatan Dasar di
1
proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas dari 176.689.336 dan
2,1 % pada tahun 2007 dan meningkat sekitar 3,1 % pada tahun 2013 (Riskesdes,
memiliki presentase 4,76 % penderita diabetes melitus dan ada pada urutan ke 8
lebih 300 orang (Dinkes Jombang, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Tarumawijaya S.KM pada tahun 2011 yang berjudul Hubungan Koping Keluarga
diet penderita.
tidak menjaga menjaga pola nutrisi, aktivitas, dan perawatan luka. Penderita yang
tidak bisa diajak bekerja sama, dapat membuat keluarga mengalami penurunan
koping untuk membantu dan membuat anggota keluarga menarik diri dari
penderita. Namun penurunan koping keluarga tidak hanya disebabkan karena
dan penderita, perilaku protektif dari keluarga yang tidak sesuai dengan
kemampuan penderita, dan gaya koping yang tidak sesuai antara penderita dan
lainnya.
pasien memiliki kesadaran yang baik sehingga koping akan berubah dan dapat
dan memenuhi kebutuhan pasien bukan malah mengurangi respon positif atau
menurunkan kepedulian terhadap masalah yang diderita oleh salah satu anggota
keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iwan Ardian pada tahun
Masalah studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Keluarga?
1.4 Tujuan
Keluarga.
1.4.2 Tujuan Khusus
Keluarga.
Keluarga.
Keluarga.
Keluarga.
1.5 Manfaat
melitus beserta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat
keluarga.
berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Keluarga terdiri dari orang orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga,
3) Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
4) Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung
satu sama lainnya untuk emosi, fisik, dan dukungan ekonomi (Hanson,
2012)
5) Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah
6) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
Kes R.I,2012)
b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan atau
1) Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti adalah keluarga yang keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak – anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu
c. Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
f. Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
geografis.
b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
d. Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
a. Keluarga Tradisional
Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
b) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
c) Single parent yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang
tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
d) Aingle adult, yaitu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa
saja.
e) Keluarga usia lanjut yatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
Menurut Carter dan Mc Goldrick (2012) dalam Setiawan dan Dermawan (2012),
(a) Keluarga berantai (sereal family), yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
a) Fungsi afektif
keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga
b) Fungsi sosialiasi
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai –
masyarakat.
d) Fungsi ekonomi
kebutuhan keluarga.
e) Fungsi biologis
selanjutnya.
f) Fungsi psikologis
keluarga.
g) Fungsi pendidikan
perkembangannya.
2.1.4 Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga
dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller (2012) ; Carter dan Mc
2) Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan enenk dan
pasangan.
\
3) Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah ( anak tertua bayi
berumur 2 – 6 tahun)
yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan pada anak yang lainnya,
4) Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6 – 13
tahun)
hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit – sakitan
anak.
yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh
kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah
pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan
emosional.
etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji bila ditemui data maladaptif pada
masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati
dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi
dan penyimpanannya.
komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi
Ada beberapa tipe diabetes melitus yang berbeda ; penyakit ini dibedakan
utama adalah :
melitus [IDDM])
diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel – sel beta
Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami dibetes tipe II, yaitu
dengan diet dan latihan. Jika kenaikan glukosa darah tetap terjadi, terapi
diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral. Pada
periode stres fisiologik akut (seperti sakit atau pembedahan). Diabetes tipe
II paling sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas.
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen)
penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru terdiagnosis atau pada
protektif yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel
beta.
– faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh,
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas,
diabetes mellitus, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
1. Resistensi insulin
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon
insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang
nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2
dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak
insulin.
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association
(ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah
meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun,
etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan
rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan
IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
alkohol, Indeks Masa Tubuh, hipertensi, dan diet tidak sehat, sedangkan faktor
risiko yang tidak dapat diubah misalnya umur, faktor genetik dan jenis kelamin.
1) Obesitas (kegemukan)
2) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tekanan darah.
a. Umur
b. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram
c. Faktor Genetik
penyakit ini.
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala akut
tubuh.
Karena sering buang air kecil, membuat tubuh merasa haus yang berlebihan.
4) Mudah lelah.
Pada penderita diabetes melitus yang telah akut, umumnya penderita mudah
mengalami lelah, letih, seperti hilang tenaga. Gejala ini disebabkan karena
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang kurangnya
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
cepat .
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
1. Diet
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
IMT = ------------------------------------------------
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30
bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan
menahun.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak
obat hipoglikemik
a) Antidiabetik oral
energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila
setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah
tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan
dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan regimen
termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini
b) Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia.
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau
pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu
1) Pencegahan Premordial
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus
kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM,
d. Riwayat keiuarga DM
tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini
jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar
3) Pencegahan Sekunder
awal penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
4) Pencegahan Tersier
misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata,
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Penderita diabetes melitus sering segera dikaitkan dengan tidak boleh makan gula.
Memang benar gula menaikkan gula darah namun perlu diketahui bahwa semua
menjalaninya.
Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang
beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang
maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu.
Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Sedangkan tujuan khusus yang
diharapkan dari pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus ini adalah:
penyakit katabolik.
kelainan metabolik.
d) Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak
dikonsumsi.
Mellitus adalah:
terigu, tapioka, gula, hunkue, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit.
(b) Protein Hewani, ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, dan telur
maksimal 2x/minggu.
(c) Sayuran semua sayuran dianjurkan terutama yang berserat tinggi atau
(d) Buah semua buah dianjurkan terutama yang berserat tinggi menurut
(a) Makanan dan minuman yang mengandung gula murni seperti gula
pasir/gula merah, susu kental manis, dodol, cake, selai, sirup, kue tart,
jelly, dll
(c) Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, telur
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10 kg)
idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan
baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran
energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari
1. Karbohidrat
dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari
Indonesia :
berserat tinggi.
dalam sehari.
Penggunaan pemanis alternatif pada diabetes melitus, aman digunakan asal tidak
e) Sakarin 1 gr/hr.
f) Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr.
dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan sebagai
pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini kandungan zat gizi dari
makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi lain dari makanan
yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada
bersama sukrosa dalam makanan. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil
ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet
menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan
pemanis fruktosa. Sorbitol, manitol, dan xylitol adalah gula alkohol biasa
bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
2. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan
3. Protein
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari
kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65%
hendaknya bernilai biologic tinggi. Sumber protein yang baik adalah ikan,
seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
4. Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur,
2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber
ideal. Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein
dan 20-25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori
ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis
badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang di modifikasi :·
2. Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanitadi bawah 150 cm , rumus
a. Jenis kelamin
BB ideal
b. Umur Pasien
Usia > 40 tahun, kebutuhan kalori :· 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi
20% dari energi basal. Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah
jauh lebih tinggi daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa
sangat penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang
insulin.
utama dari pengaturan makanan adalah menurunkan berat badan ke berat badan
ideal. Untuk itu penderita diberi diet rendah kalori atau rendah energi. Dengan
diet rendah kalori, pada umumnya keadaaan hiperglikemia dapat diperbaiki. Pada
a) Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan
pagi hari dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok
sayuran yang rendah kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu
sehari. Buncis, bawang dan beberapa sayuran lunak lain (pare, terong,
hijau, jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
makanan sereal.
basah seperti wafel yang terdiri atas tepung gandum utuh, havermout,
putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang
dapat diganti dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan
susu skim,dan minyak diganti dengan saus apel. Untuk menu yang
istilah koping (Lubis, 2006). Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme
menghindar.
Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe menurut (Kozier, 2004)
yaitu:
informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua,
sekitarnya.
2.4.4 Kemampuan Koping Terhadap Stres
menjadi dua kategori, yaitu stresor berkaitan dengan tugas, serta masalah
pribadi dan sosial. Stresor yang berkaitan dengan tugas meliputi tuntutan
dan ketidakpastian.
menoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang
dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Cohen dan Lazarus, dalam
dengan istilah coping task (Lazarus dan Folkman 1984 dalam Nasir, 2011), yaitu
sebagai berikut :
coping task. Individu tidak harus memenuhi semua koping task untuk
memenuhi sebagian atas semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat
sebagai berikut :
namun carilah dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan
penyelesaian masalahnya.
sebagai berikut :
a. Avoidance,
menyelesaikan masalah.
b. Self-blame,
c. Wishfull thinking,
anggota keluarga dengan mengunakan metode ilmiah. (Dion & Betan, 2009).
2.5.1 Pengkajian
Data ini berisi siapa orang yang menjadi pemimpin dalam keluarga
b. Pekerjaan KK
c. Data ini berisi tentang apa pendidikan terakhir dari kepala keluarga
pihak responden :
yang dipakai.
c. Tipe Keluarga
tradisoinal.
d. Suku Bangsa
sebagainya.
e. Agama
keluarga.
istri.
1. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, kondisi dalam dan luar rumah,
a) Fungsi Afektif
b) Fungsi Sosialisasi
masalah kesehatan.
6 bulan.
bulan.
3. Kemampuan keluarga merespon stresor
4. Pemeriksaan fisik
5. Harapan keluarga
yang ada.
2.5.2 Diagnosis
tindakan.
4) Ketidakberdayaan.
2.5.4 Implementasi
seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu
lain.
1) Tahap-tahap tindakan
aman bagi pasien jika melakukan tindakan yang perlu menjaga prifasi
klien.
2) Tipe tindakan
a. Tindakan diagnostic :
pemeriksaan Hb.
b. Tindakan terapeutik
c. Tindakan edukatif
d. Tindakan merujuk
kesehatan lainnya.
3) Dokumentasi
Setelah pelaksanaan tindakan keperawatan, harus melakukan dokumentasi
2.5.5 Evaluasi
1) Evaluasi Formatif
format SOAP.
2) Evaluasi Sumatif
perencanaan.
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
d. Latihan simulasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
kasus yang dapat didefinisikan sebagai suatu obyek studi yang dibatasi atau
terpisah untuk penelitna dalam hal waktu, tempat atau batas-batas fisik. Setelah
dengan masalah penurunan koping keluarga di Desa Janti Kec. Mojoagung Kab.
Jombang.
3.2 Batasan Batasan Istilah
peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian
dicapai dengan hasil realita yang ada tidak sesuai dengan keinginan.
d. Penurunan koping keluarga yaitu orang utama pendukung mengalami
3.3 Partisipan
keikutansertaan dan peran serta. Patisipan pada studi kasus ini dipilih dengan
partisipan dalam suatu studi kasus dengan menentukan terlebih dahulu kriteria
yang akan dimasukan dalam studi kasus, dimana partisipan yang diambil dapat
sebagai berikut:
Lokasi dan waktu penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana
3.4.2 Waktu studi kasus untuk penelitian ini dimulai dari bulan Desember
.
3.5 Pengumpulan Data
karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka, proses penelitian akan
yaitu :
a. Wawancara
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut
(Saryono,2013)
dengan pedoman yang akan diungkap). Sumber data dari klien, keluarga,
perawat lainnya.
pengamatan dilakukan dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa
yang dilihat (terhadap perilaku dan lingkungan, baik sosial dan material individu
atau kelompok yang diamati ) ( Saryono,2013)) Observasi atau pengamatan
adalah suatu prosedur yang berencana, yang anatara lain meliputi melihat dan
mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Data studi kasus ini didapat melalui observasi dengan
syarat yang telah ditentukan dan diseleksi oleh peneliti. Jadi di dalam melakukan
observasi bukan hanya mengunjungi, melihat, atau menonton saja, tetapi disertai
c. Studi dokumentasi
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini studi dokumentasi
berupa hasil dari melihat data keluarga seperti KK (kartu kerluarga), literatur, dan
penelitian yang lebih menekankan pada data/ informasi daripada sikap dan jumlah
berakhir dan memperoleh validitas hasil yang diinginkan. Dalam studi kasus ini
waktu yang tentukan adalah 7 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas
data yang diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus
diperpanjang 10 hari.
mengumpulkan dan menganalisis data dengan pihak lain untuk memperjelas data
atau informasi yang telah diperoleh responden. Data studi kasus ini didapatkan
kelaurga klien. Adapun pihak lain dalam studi kasus ini yaitu keluarga klien yang
pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan perawat yang pernah
ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya
1) Pengumpulan Data
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
2) Mereduksi Data
wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh
peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang
3) Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
klien.
4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian dat dibahas dan dibandingkan dengan
dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama
(anonymity).
4.1 Hasil
desa yang terletak kurang lebih 1.5 Km dari pusat Kecamatan Mojoagung.
Desa Miagan terdiri dari 2 dusun, diantaranya dusun Pandean dan dusun
dan perdagangan, tetapi beberapa wilayah di Desa Miagan juga bagus bila
Miagan juga dapat dijangkau cukup mudah karena berada di jalur utama
berada pada bagian selatan aliran Sungai Brantas dan berada pada bagian
PLN.
4.1.2 Pengkajian
A. Data Umum
1. Pengkajian
Tabel 4.1 Identitas kepala keluarga I di Desa Miagan dan kepala keluarga
2017
2.Komposisi Keluarga
a. Komposisi Keluarga
tahun 2017
tahun 2017
keluarga
Keluarga Swasta
Tangga Swasta
Genogram
82th
Keterangan :
= Laki-laki = Meninggal
6. Tipe Keluarga Keluarga I termasuk tipe keluarga Nucleur Keluarga II termasuk tipe keluarga
Family. Nucleur Family adalah keluarga inti Extended Family. Extended Family adalah
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang keluarga inti yang dengan sanak saudara,
tinggal dalam satu rumah. Keluarga I disebut misalnya nenek, kakek dan sebagainya.
sebagai tipe keluarga Nucleur Family karena di Keluarga II disebut sebagai tipe keluarga
dalam keluarga I terdiri dari suami, istri dan Extended Family karena di dalam keluarga
anak yang tinggal dalam satu rumah. II terdiri dari suami, istri, anak dan nenek
Pada keluarga I tidak terdapat masalah yang yang tinggal dalam satu rumah.
dapat mengganggu untuk menjalankan fungsi Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga
dari tiap anggota keluarga karena klien I tersebut saat ini adalah suami dan istri
sebagai ibu rumah tangga dapat menjalankan sama-sama orang tua yang berkarier dan
fungsingya dengan baik meskipun suaminya tidak dapat menjelaskan fungsinya dengan
sedang sakit. baik karena kerepotan merawat ibu dari
sang suami yang tinggal dalam satu rumah
dan sedang sakit.
7. Suku Bangsa Suami dari keluarga I berasal dari Jakarta Suami dari keluarga II berasal dari
sedangkan istrinya dari Mojoagung. Keduanya Banyuwangi sedangkan istrinya dari
sama-sama termasuk suku Jawa. Keluarga I Mojoagung. Keduanya sama-sama
tidak berpengaruh penting terhadap masyarakat termasuk suku Jawa. Dalam keluarga II
di sekitar tempat tinggalnya. Kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan keagamaan lumayan
keagamaan dan kegiatan lingkungan lainya sering untuk diikuti karena sanak saudara
jarang diikuti oleh keluarga. keluarga II di desa tempatnya tinggal
termasuk salah satu pengurus tempat
ibadah.
8. Agama Seluruh anggota keluarga I memeluk agama Seluruh anggota keluarga II memeluk
Islam dan mereka biasanya mengerjakan shalat agama Islam dan mereka biasanya
5 waktu di rumah sendiri-sendiri. Selama sakit mengerjakan shalat 5 waktu kadang di
selain berdoa klien I juga rutin cek kesehatan rumah sendiri dan kadang di tempat ibadah
di tingkat pelayanan kesehatan terdekat. terdekat. Selama sakit selain berdoa klien II
biasanya membeli obat sendiri dan tidak
dibawa ke tingkat pelayanan kesehatan.
9. Status sosial Keluarga I termasuk keluarga dengan tingkat Keluarga II termasuk keluarga dengan
ekonomi ekonomi menengah. Suami dari keluarga I tingkat ekonomi menengah. Suami dari
keluarga mengatakan penghasilan keluarga berasal dari keluarga II mengatakan penghasilan
pensiunan beliau bekerja dulu sebagai seorang keluarga berasal dari hasilnya bekerja di
Guru dan hasil dari istrinya yaitu klien I pabrik dan istrinya sebagai karyawan
berdagang, di pasar dengan jumlah total swasta di salah satu tempat konveksi sepatu
penghasilan kurang lebih 3,5jt per bulan dan dengan jumlah penghasilan rata-rata per
bisa lebih karena dibantu juga dari pemberian bulan 3,5 jt atau bisa lebih karena dibantu
anaknya atau menantunya yang semuanya dari hasil toko yang dimilikinya di rumah.
bekerja.
10. Aktivitas Suami dari keluarga I mengatakan selama ini Suami dari keluarga II mengatakan selama
rekreasi tidak pernah mengajak klien I dan anaknya ini ketika dirinya, istrinya, dan anaknya
keluarga yang tinggal dalam satu rumah pergi keluar libur bekerja dan sekolah, beliau pergi
untuk berwisata. Akan tetapi apabila suami dari keluar rumah berwisata bersama-sama
anaknya yang tinggal dalam satu rumah atau dengan ibu dari suami keluarga II atau klien
menantunya pulang dari bekerja di luar Jawa, II yang tinggal dalam satu rumah.
keluarga berwisata rekreasi bersama – sama.
Tabel 4.4 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga I dan keluarga II di Desa
2. Tahap perkembangan Suami dari keluarga I mengatakan masalah Suami dari keluarga II mengatakan
keluarga yang belum yang belum bisa terpenuhi dan teratasi saat masalah yang belum bisa terpenuhi dan
terpenuhi ini adalah membuat istrinya sembuh dari teratasi adalah bingung antara membagi
penyakit Diabetes Melitus yang dideritanya. biaya pendidikan anak – anaknya yang
Karena semua anaknya telah bekerja dan masih menempuh pendidikan dengan
bisa hidup lebih mandiri. biaya perawatan klien II yang masih
belum sembuh.
3. Riwayat keluarga inti Suami dari keluarga I mengatakan Suami dari keluarga II mengatakan
sebelumnya di dalam anggota keluarganya sebelumnya di dalam anggota
belum pernah ada yang menderita DM keluarganya memang ada yang
seperti yang diderita klien I saat ini. Ketika menderita DM seperti yang diderita klien
pertama dulu klien I tidak mengetahui II saat ini. Ketika pertama klien II
bahwa memiliki sakit DM karena sering menderita DM pihak keluarga tidak
merasakan lemas dan mudah capek, klien II mengetahui karena klien II masih berada
tidak begitu memperhatikan dan diabaikan. di rumahnya di Banyuwangi dan saat
Namun, saat klien I memeriksakan kondisi klien II tiba di Mojoagung, kondisi klien
kesehatan ke Dokter terdekat dan II sudah terdapat beberapa luka di bagian
mengetahui bahwa menderita sakit DM, tubuhnya dan mengikuti rawat jalan di
beliau mulai mengkonsumsi obat rutin dari tingkat kesehatan Puskesmas terdekat.
mulai herbal sampai generik dan aktiv
mengikuti paguyuban kesehatan di
Puskesmas terdekat karena support dari
keluarganya.
4. Riwayat keluarga Suami dari keluarga I mengatakan di dalam Suami dari keluarga II mengatakan di
sebelumnya keluarganya tidak ada yang mempunyai dalam keluarganya memang ada yang
riwayat DM dan Hipertensi dan begitupun menderita DM dan istrinya mengatakan
juga dari keluarga dari klien I. di dalam keluarganya tidak ada yang
memilik riwayat DM dan Hipertensi.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karateristik Rumah
a. Keluarga I
Dengan luas bangunan rumah 8x11 m2. Rumah keluarga I adalah rumah
yang dibangun sendiri oleh Suami keluarga I yang mulai ditempati oleh
rumah ada di setiap ruangan sehingga cahaya pada siang hari dapat
dari keramik, kondisi rumah tampak bersih. Bagian rumah terdiri dari 1
mandi serta WC. Ada lahan kecil di samping rumah yang ditanami
setelah menikah. Atap rumah dari genteng, dan ventilasi rumah ada
pada setiap ruangan sehingga cahaya pada siang hari dapat masuk.
mainan dari anak ke dua yang masih kecil. Bagian rumah terdiri dari 1
mandi serta WC. Ada lahan kosong di samping rumah yang sekarang
2 2 4
3 5
3 2
2 6 2
Keterangan :
1. Ruang Tamu
2. Kamar Tidur
3. Ruang Keluarga
4. Kamar Mandi/WC
5. Musholah
6. Dapur
a. Keluarga I
a. Keluarga I
b. Keluarga II
a. Keluarga I
II pulang dari kerja dan sore hari saat tidak ada kegiatan. Interaksi
a. Keluarga I
Keluarga I yang sehat ketika ada anggota keluarga yang sakit akan di
ketika klien I yang sakit tidak mau minum obat dan terkadang tidak
b. Keluarga II
sedang sakit dari jenis pola makan maupun minum obat. Hal itu
dianjurkan.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi Pola komunikasi Suami dari keluarga I Pola komunikasi dari keluarga II
keluarga dengan anak – anaknya jarang. Beliau ketika ada masalah selalu
2. Struktur kekuatan Setiap keputusan yang diambil dalam Setiap keputusan yang diambil dalam
bersama. bersama.
3. Struktur peran Sebagai kepala keluarga Suami dari Sebagai kepala keluarga Suami dari
Guru dan sekarang sudah pensiun, swasta begitupun juga istrinya. Untuk
tangga beliau juga bekerja sebagai samping dari gajinya bekerja beliau
aktivitas.
4. Nilai atau norma Keluarga terkadang mengikti dan Keluarga terkadang mengikti dan
masyarakat. masyarakat.
E. Fungsi Keluarga
2. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi klien I dengan keluarga Sosialisasi Suami dari keluarga I
cukup baik meskipun jarang bertemu, dengan keluarga cukup baik, Suami
masih ada etika dan sopan santun dan istrinya sama – sama menjaga
dalam berperilaku. anak – anaknya dari pola komunikasi,
etika dan sopan santun terhadap
masyarakat, meski terkadang terjadi
sedikit salah paham dengan
masyarakat.
3. Mengenal Keluarga sebelum mengerti akan sakit Keluarga mengetahui akan sakit yang
masalah yang diderita oleh klien I, baik dari diderita oleh klien II, begitupun
kesehatan keluarga maupun klien I sendiri tidak tentang penyebab dan larangan –
begitu memperhatikan, namun saat larangan tentang penyakit tersebut,
keluarga mengetahui akan sakit yang begitupun tentang pencegahannya.
diderita klien I, penyebab dan larangan
– larangan yang berkaitan dengan
penyakit yang dideritanya setelah
diberi penjelasan oleh tim kesehatan,
pihak keluarga tidak lupa
mengingatkan dan memperhatikan.
4. Mengambil Klien I beberapa kali merasakan pusing Suami dari keluarga I atau anak dari
keputusan dan mudah lelah ketika masih di klien II ketika mengetahui klien II
mengenal Jakarta. Setelah melakukan sakit, beberapa kali klien II rutin
tindakan pemeriksaan di klinik Dokter umum kontrol dan cek kesehatan di Rumah
kesehatan dan mengetahui menderita Diabetes Sakit serta mengkonsumsi obat rutin
Melitus, klien I mulai mengkonsumsi dan menjaga diitnya, namun ketika
rutin dari obat herbal dan generik, ekonomi keluarga mulai turun karena
sekarang saat klien I di rumahnya mencukupi kebutuhan anaknya yang
Mojoagung beliau juga aktiv ikut masih sekolah meningkat, beberapa
paguyuban penderita Diabetes Melitus kali klien II di bawa ke rumah
di Puskesmas dekat rumahnya. saudaranya, namun keadaan yang
sama juga terulang dan begitupun
seterusnya. Akhirnya keadaan klien II
semakin memburuk dan saat saya kaji
luka yang ada pada bagian tubuh
klien II juga tidak kunjung membaik
karena kurang dilakukan perawatan
dan diperhatikan, klien II sekarang
bedrest total.
5. Kemampuan Selama klien I sakit, klien I tetap Selama klien II sakit, klien II tidak
merawat keluarga menjalankan aktivitas seperti biasanya bisa menjalankan aktivitas seperti
yang sakit seperti menyapu rumah, memasak dan biasanya dan hanya beristirahat di
lain – lain, tetapi Suami dan anaknya tempat tidur. Keluarga kurang
yang ada di rumah selalu mengingatkan perhatian pada klien II.
dan memperhatikan. Anak klien I juga
biasanya membantu pekerjaan rumah
agar klien I tidak terlalu lelah.
a. Keluarga I
b. Keluarga II
pertamanya.
5. Fungsi Ekonomi
a. Keluarga I
mendapatkan gaji pensiunan dari dulu beliau menjadi seorang Guru. Klien
berjualan di pasar.
b. Keluarga II
Tabel 4.5 Stress dan koping keluarga pada keluarga I di desa Miagan dan keluarga
1. Stressor jangka pendek dan Jangka pendek stres yang dialami Jangka pendek stres yang dialami
panjang adalah masalah kesehatan klien I adalah masalah kesehatan klien II
yang belum sembuh total. yang belum sembuh total.
Untuk jangka panjang pada saat Untuk jangka panjang pada saat ini
ini keluarga I tidak memiliki keluarga II memiliki salah satu
masalah keluarga yang sangat masalah yang lumayan cukup serius
serius. yaitu tentang merawat klien II yang
sedang sakit dan setelah di
musyawarahkan dengan pihak
keluarga yang lain juga sama
masalah tuntutan ekonomi yang
membuat bingung untuk merawat
klien II.
3. Stressor koping yang Keluarga menerima keadaan ini Keluarga menerima keadaan ini
digunakan dengan lapang dada dan tidak dengan lapang dada namun
melibatkan keluarga lain dalam membutuhkan pihak keluarga lain
mengambil keputusan. untuk bermusyawarah membantu
mencari penyelesaian terbaik untuk
merawat klien II.
.
4. Stressor adaptasi Suami dari keluarga I mengatakan Suami dari keluarga II mengatakan
disfungsional meski di keluarga saat ini ada meski di keluarga saat ini ada
masalah tapi tetap berusaha masalah tapi tetap berusaha
menjaga keharmonisan keluarga menjaga keharmonisan keluarga
dengan tetap memperhatikan dan dengan tetap memperhatikan dan
memberi perhatian kepada klien I. memberi perhatian, mengingatkan
dan menjaga kondisi kesehatan
klien II agar lebih membaik namun
hal itu hanya ketika keadaan
ekonomi membaik dan dari pihak
keluarga yang lain juga ikut
membantu.
G. Harapan keluarga
a. Keluarga I
tentang penyakit yang diderita klien I bisa bertambah karena terkadang klien
I dan pihak keluarga masih bingung akan apa dan bagaimana penanganan
b. Keluarga II
Keluarga I
DS :
Keluarga : Kurang pemahaman tentang Penurunan Koping Keluarga.
Orang terdekat mengungkapkan informasi dari individu
pemahaman yang tidak adekuat pendukung.
yang mengganggu.
Suami dari keluarga I
mengatakan hanya membiarkan
dan meminta klien I untuk
istirahat ketika mengetahui klien
I sering merasa pusing dan
mudah lelah ketika melakukan
aktivitas ringan.
Klien :
Klien mengatakan tidak
mengetahui ketika beliau
menderita DM dan dirasa
kelelahan.
DO :
Suami tidak tahu.
Dari data pengkajian didapatkan
bahwa pengetahuan tentang
kesehatan keluarga dari klien I
masih kurang.
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS :
Keluarga : Kelelahan kapasitas individu Penurung Koping Keluarga.
Suami dari keluarga I pendukung.
mengatakan hanya membiarkan
dan tidak cemas saat mengetahui
klien I sering tidak mematuhi
program diit yang dianjurkan
oleh tim kesehatan karena merasa
lelah ketika Ny.S tidak
memperhatikan ketika diingatkan.
Klien :
Klien I mengatakan beliau
mengakui terkadang tidak
mematuhi program diit karena
rasa ingin mecoba karena lama
tidak merasakan makanan yang
disukai.
DO :
Kelelahan kapasitas individu
pendukung.
Keluarga II
DS :
Krisis situasi yang dihadapi Penurunan Koping Keluarga
Keluarga : oleh individu pendukung
Suami dari keluarga II
mengatakan hanya
membiarkan dan tidak cemas
saat mengetahui klien II
sering tidak mematuhi
program diit yang dianjurkan
oleh tim kesehatan.
Klien :
Klien mengungkapkan
keluhan mengenai respons
orang terdekat terhadap
masalah kesehatan.
Klien II mengatakan beliau
tidak mematuhi program diit
yang dianjurkan bukan karena
kemauannya sendiri namun
dikarenakan dari pihak
keluarga juga tidak begitu
memperhatikan.
Keluarga :
Suami dari keluarga II
mengatakan beliau bingung
antara membagi biaya
perawatan kesehatan dari
klien II dengan kebutuhan
keluarga dan biaya anak –
anaknya yang masih duduk
menempuh pendidikan.
Klien :
Klien II mengatakan anggota
keluarga II seperti menarik
diri mengurangi perhatian
terhadap kondisi
kesehatannya, seperti ketika
beliau sakit dan tiba untuk cek
kesehatan serta membeli obat,
anggota dari keluarga II
terkadang terlambat dan
bahkan tidak diupayakan.
Keluarga :
Anggota keluarga II
mengatakan kurang
berkomunikasi dengan klien
II.
Klien :
Klien II mengatakan beliau
kurang berkomunikasi dengan
baik dan keluarga seperti
tidak percaya akan kondisi
kesehatannya ketika klien II
mengungkapkan apa yang
dirasakan kepada anggota
keluarga.
DO :
Orang tedekat/pendukung
klien memasuki komunikasi
personal yang terbatas dengan
klien.
Orang terdekat menunjukkan
perilaku protektif yang tidak
sesuai dengan kebutuhan
otonomi klien.
Orang terdekat
mengupayakan perilaku
suportif/mendukung dengan
hasil yang tidak memuaskan.
Tabel 4.8 Format penapisan masalah keluarga I di Desa Miagan dan keluarga II di
INTERVENSI KEPERAWATAN
Caregiver Support :
F. Monitor masalah keluarga yang
mengganggu interaksi untuk peduli
kepada pasien.
G. Monitor untuk indikasi stres.
H. Lihat bagaimana pendukung/ keluarga
menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam pengambilan keputusan.
I. Ajarkan pendukung/keluarga
bagaimana management stres.
J. Ajarkan pemberi dukungan strategi
untuk mengakses dan memaksimalkan
pelayanan kesehatan dan kesehatan
komunitas.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
3. 01 April S: S:
2017 1. Keluarga mau mengatakan 1. Keluarga mau
masalah apa yang sedang mengatakan masalah apa yang
dihadapi sehingga kesulitan sedang dihadapi sehingga
untuk mengatasi serta merawat kesulitan untuk mengatasi
anggota keluarga yang sakit. serta merawat anggota
O: keluarga yang sakit.
1. Kelelahan kapasitas O:
individu pendukung. 1. Kelelahan kapasitas
2. Program diit yang tidak individu pendukung.
diikuti secara baik oleh klien. 2. Program diit yang tidak
3. Kondisi kesehatan klien diikuti secara baik oleh klien.
diabaikan. 3. Kondisi kesehatan klien
diabaikan.
A : Keluarga mengambil 4. Keadaan ekonomi keluarga
keputusan terbaik setelah yang tidak menentu.
berdiskusi dengan tim pelayanan A : Keluarga mau menerima
kesehatan. saran yang diberikan tim
P: pelayanan kesehatan namun
1. Pertahankan intervensi agar sulit untuk diterapkan melihat
tidak terjadi kekambuhan dari keadaan ekonomi
berulang atau komplikasi. keluarga.
2. Beri motivasi kedua belah P:
pihak agar saling memahami apa 1. Beri motivasi kedua
kebutuhan klien dengan maksud belah pihak agar saling
yang ingin diberikan oleh memahami apa kebutuhan
individu pendukung. klien dengan maksud yang
ingin diberikan oleh individu
pendukung.
2. Minimalkan dampak
dari gangguan proses keluarga
melalui pengambilan
keputusan yang terbaik setelah
didiskusikan dengan tim
kesehatan.
4. 02 April S: S:
2017 1. Keluarga mengatakan sudah 1. Keluarga mengatakan
mengerti apa yang diinginkan krisis ekonomi tetap menjadi
klien dan klien juga memahami masalah utama untuk
akan maksud dari individu mengatasi masalah kesehatan
pendukung. yang sekarang dihadapi.
O: O:
1. Keluarga mampu mengambil 1. Kondisi kesehatan klien
keputusan terbaik tetap kurang diperhatikan.
A : Masalah teratasi. 2. Klien tetap tidak
P: Intervensi dihentikan. mengikuti program diit yang
dianjurkan.
3. Keadaaan klien tidak
kunjung membaik.
4. Keadaan ekonomi
keluarga tidak menentu.
5. 03 April S:
2017 1. Keluarga mengatakan
krisis ekonomi tetap menjadi
masalah utama untuk
mengatasi masalah kesehatan
yang sekarang dihadapi.
O:
1. Komunikasi efektif
dengan klien kurang.
2. Klien tetap tidak
mengikuti program diit yang
dianjurkan.
3. Keadaaan klien tidak
kunjung membaik.
4. Keadaan ekonomi
keluarga tidak menentu.
A : Masalah teratasi sebagian.
P:
1. Beri motivasi kepada
pasien agar mau mengubah
sikap dan pola perilakunya dan
tetap mau mengikuti program
diit dari pelayanan kesehatan
agar kondisinya mejadi lebih
baik.
2. Ajarkan orang
terdekat/pendukung keluarga
pasien agar tetap mau merawat
dan memperhatikan dari
perawatan sampai kondisi
kesehatan klien dengan
musyawarah keluarga yang
baik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
suami dari klien I mengatakan tidak tahu kalau klien I menderita Diabetes
Melitus dan hanya meminta klien I untuk istirahat ketika mengetahui klien
I sering merasa pusing dan mudah lelah ketika melakukan aktifitas ringan.
yang sama kemudian ke Dokter setempat untuk cek kesehatan, klien I dan
Suami dan klien I mengakui kalau mereka tidak mengenal apa dan
Setelah suami dan anggota keluarga yang lain mengetahui dan mengerti
apa itu Diabetes Melitus tidak jarang suami dari klien I sempat merasa
lelah ketika klien I sulit diingatkan untuk menjaga diit sehat serta
2017 namun tempat dan waktu yang berbeda yaitu, anak dari klien II
diderita oleh klien II, beliau juga mengerti dan mengenal apa tanda dan
gejala serta komplikasi dari Diabetes Melitus tersebut. Beberapa kali klien
diperhatikan.
terhadap kondisi kesehatan beliau seperti ketika tiba waktu klien untuk cek
kesehatan rutin serta membeli obat terkadang terlambat dan bahkan tidak
keluarga yang sakit. Keluarga adalah pihak pertama kali yang memberikan
pertolongan bila salah satu anggota keluarga ada yang mengalami masalah
oleh anggota keluarga, sejauh mana keluarga mengerti sifat dan luasnya
keluarga yang sakit dan bagaimana cara terbaik yang ditempuh keluarga
mendapat penjelasan dari tim pelayanan kesehatan, sikap dan perilaku dari
koordinasi yang baik antara anggota keluarga dan klien. Kesadaran dari
klien akan penyakit yang diderita serta bahaya yang ditimbulkan ketika
hal yang sama yaitu menjauhi dan membiarkan begitu saja tanpa peduli
bagaimana akibat yang ditimbulkan dari sikap yang mereka ambil dalam
tetap memberi dukungan moral agar kondisi psikis dari klien II juga tidak
ikut menurun. Komunikasi efektif antara kedua belah pihak juga dapat
kedua belah pihak, hal apa yang diupayakan oleh individu pendukung
4.2.2 Diagnosis
krisis situasi yang dihadapi oleh individu pendukung yaitu dari keuangan
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami Diabetes
Melitus.
4.2.3 Intervensi
keputusan terbaik dalam merawat anggota keluarga yang sakit ketika ada
dihadapi. Karena dari data pengkajian yang didapat keluarga I pertama kali
belum mengenal apa tanda dan gejala Diabetes Melitus, jadi anggota
Melitus.
tetap menjaga komunikasi yang baik antara klien dan keluarga agar saling
dan keluarga, membuat klien tidak tertekan akan keadaan yang sedang
dihadapi, dan juga dapat mengurangi dampak dari gangguan masalah yang
meningkat.
4.2.4 Implementasi
kebutuhannya.
anggota keluarga dan klien, membangun rasa saling percaya antara kedua
belah pihak, dan mengorganisir kekuatan dan sumber daya yang dapat
dari kapasitas individu pendukung karena sikap dan perilaku klien I yang
untuk klien karena klien mengatakan tidak bisa kalau untuk meninggalkan
yang diikuti, pemberian obat atau vitamin tambahan bagi klien, sehingga
karena kebiasaan klien yang sedikit kurang baik bukan membuat keluarga
dan dimengerti oleh anggota keluarga, support dan dukungan positiv yang
utama untuk merawat klien II yang dirasa oleh keluarga tidak bisa
lebih maksimal.
4.2.5 Evaluasi
memuaskan.
diajak untuk bekerja sama, situasi sosial politik yang mendukung dan
sumber dana, memiliki tujuan yang jelas dengan peran masing – masing
keluarga.
cukup bagus karena keluarga juga kooperatif sehingga kriteria hasil yang
yang diberikan berhasil dengan cukup baik. Pihak keluarga dan klien
mengerti dan mau menerima saran serta masukan yang diberikan oleh tim
pelayan kesehatan,
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Jombang.
5.1 Kesimpulan
melihat bagaimana respon dan kondisi dari tiap keluarga mengenal dan
sudah cukup memenuhi harapan serta kriteria hasil yang sudah ditentukan
pihak saudara atau kerabat pendukung lain karena krisis situasi ekonomi
5.2 Saran
a. Bagi Keluarga