Anda di halaman 1dari 3

Upah Minimum terdiri atas:

1. Upah minimum berdasarkan wilayah Provinsi atau dikenal dengan istilah Upah Minimum Provinsi (UMP)
atau Kabupaten/Kota atau yang dikenal dengan istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK);
2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah Provinsi atau Kabupaten Kota (“UMS”).

Membayar Upah dibawah upah minimun merupakan tindak pidana dan dapat dikenakan kepada Pengusaha
sebagaimana diatur dalam Pasal 185 ayat 1 jo. Pasal 90 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menevgaskan sebagai berikut:
Pengusaha yang membayar upah lebih rendah dari upah minimum dikenakan sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

Namun dalam suatu keadaan dimana Pengusaha tidak mampu membayar upah minimum maka Pengusaha dapat
melakukan penangguhan upah berdasarkan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang mengatur demikian:

1. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
2. Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat
dilakukan penangguhan.
3. Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

Penjelasan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menyebutkan sebagai berikut: 


Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan
perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila
penangguhan tersebut berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang
berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu
diberikan penangguhan.

Terhadap Penjelasan Pasal 90 ayat (2) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan tersebut, Mahkamah
Konstitusi dalam putusannya Nomor 72/PUU-XIII/2015menyebutkan bahwa frasa “…............tetapi tidak wajib
membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan” bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sehingga tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.

Jadi dapat dmengerti bahwa penangguhan pembayaran upah minimum yang dilakukan pengusaha kepada
pekerja/buruh tidak dapat serta-merta menghilangkan kewajiban Pengusaha/Perusahaan untuk membayar selisih
upah minimum selama masa penangguhan. Artinya selisih upah minimum yang belum dapat dibayar oleh
Pengusaha selama masa penangguhan tetap menjadi Utang Pengusaha yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha
kepada Pekerja.

Mengenai tata cara atau mekanisme penangguhan upah minimum dapat dipedomani dalam Keputusan Menteri
Tenaha Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-231/Men/2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penangguhan Upah
Minimum. Dalam Pasal 3 ayat 1 dan ayat 2 diatur sebagai berikut:

Penangguhan Pelaksanaan Upah Minum diajukan oleh Pengusaha kepada Gubernur melalui instansi yang
bertanggungjawab di Bidang Ketenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal
berlakunya upah minimum dan telah mendapat Kesepakatan tertulis antara Pengusaha dengan Pekrja/Buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat.

Anda mungkin juga menyukai