Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah

ARTIKEL PENELITIAN
Kesehatan p-ISSN : 1412-2804
e-ISSN : 2354-8207
DOI : 10.33221/jikes.v19i01.532
Penerapan Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka Bersih melalui Pelati-
han Perawatan Pasca Operasi
1
Oci Etri Nursanty, 2Fitri Arofiati
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: 1ocietrin@gmail.com, 2fitri.arofiati@umy.ac.id

ABSTRAK Rumah sakit dituntut mampu mengurangi risiko infeksi dalam pelayanan jasa kesehatan. Unsur
terpenting yang terlibat salah satunya adalah perawat. Mengacu pada Sasaran Internasional Kese-
lamatan Pasien (SIKP) 5, Salah satu caranya mengurangi risiko infeksi yaitu menerapkan Standar
Operasional Prosedur dalam penatalaksanaan pasien luka pasca operasi. Rumah sakit PKU Mu-
hammadiyah Bantul memiliki perawat yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka secara inter-
nal, namun rumah sakit belum melakukan evaluasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantita-
tif dengan pendekatan quasi eksperiment. Populasi penelitian, perawat yang bertugas di Instalansi
Rawat Inap dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul. Jumlah sampel 30 orang dengan purposive
sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist observasi. Alat analisis menggunakan Paired
t-test dengan taraf signifikan 5%. Pelatihan perawatan luka pasca operasi efektif dalam penerapan
SOP di RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan nilai p= 0,002%. Penilaian responden dalam pen-
erapan SOP Pre-Post training dalam kategori baik. Artinya secara keseluruhan responden sudah
menerapkan SOP, namun pre training masih terdapat 8 responden dan post training terdapat 3
responden dalam kategori cukup.

Kata Kunci Training, Perawatan Luka Bersih, Standar Operasional Prosedure, Pasien Safety

ABSTRACT Hospitals are required to be able to reduce the risk of infection in health services. One of the most
important elements involved is nurses. Referring to the International Patient Safety (SIKP) 5 goals,
one of ways reduce the risk of infection is to apply Standard Operational Procedure in implementing
postoperative wound care. The PKU Muhammadiyah Bantul Hospital has nurses who had taken
internal wound care training, but the hospital has not evaluated desirable findings. This research was
quantitative approach with quasi experiment. Respondents of research were nurses working in the
Adult Inpatient Installation of the PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Total samples were 30 re-
spondents with purposive sampling. Data were collected by using observational Checklist. Instrument
of analysis was paired t-test with 5% significance interval. The postoperative wound care training
was effective in applying the Standard Operational Procedure to the PKU Muhammadiyah Bantul
Hospital with p-value = 0.002%. Evaluation of respondents in applying the Standard Operational
Procedure of Pre-Post Training was in good category. It means that, overall, respondents had applied
the Standard Operational Procedure, but, in Pre Training, there were still 8 respondents; and, in Post
Training, there were 3 respondents, in adequate category.

Key Words Training, Wound Care, Standart Operational Procedure, Patient Safety

Recieved : 12 Maret 2020


Revised : 20 Maret 2020
Accepted : 21 Maret 2020

29
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan

PENDAHULUAN kualitas keselamatan pasien pasca operasi.


Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit ( Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan
SNARS ) menetapkan bahwa keselamatan pasien sebagai efek dari treatment atau eksperimen antara
(patient safety) merupakan keadaan pasien bebas dari penatalaksanaan perawatan luka pada pasien pasca
cidera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari operasi oleh perawat sebelum dan setelah dilakukannya
cidera yang potensial terjadi berupa penyakit, cidera pelatihan perawatan luka pasca operasi.
fisik, sosial, psikologis, cacat, kematian dan lain- METODE
lain.1 Sebagai upaya peningkatan keselamatan pasien, Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini
rumah sakit dituntut dapat memberikan pelayanan adalah variabel bebas yaitu pelatihan perawatan luka
jasa kesehatan berkualitas dan maksimal oleh tenaga dan variabel dependen yaitu penerapan Standar
medis dan non medis serta perawat secara professional Operasional Procedur (SOP) perawatan luka yang
dimana kontribusi perawat berada pada lini digunakan di rumah sakit. Pelatihan perawatan luka
terdepan dan mitra bestari dokter dalam menangani yang ditujukan kepada perawat instalansi rawat inap
penyembuhan pasien. RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan persentasi
Enam sasaran internasional keselamatan pasien diawali dengan partisipan melakukan demonstrasi
(SIKP) meliputi benar indentifikasi pasien, komunikasi meggunakan phantom. Sebelumnya untuk
efektif, aman obat, benar pasien, lokasi dan prosedur memastikan partisipan memenuhi kualifikasi peneliti
pembedahan dan mengurangi risiko cidera pasien menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
jatuh yang bertujuan untuk menggiatkan keselamatan purposive sample sebanyak 30 partisipan.
pasien dengan memberikan bukti dan hasil yang Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
konsesus dari nasihat para pakar.2 Hasil wawancara sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi
pada salah seorang anggota tim patient safety RS PKU atau mengadakan perlakuan terhadap suatu variabel.5
Muhammadiyah Bantul menyatakan bahwa rumah Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah dengan
sakit telah terstandar ISO 2001;2008 dan memiliki melakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan
standar operational procedur (SOP) perawatan luka setelah eksperimen (01) disebut pre-test, dan observasi
bersih dan telah mencakupi mencakupi dari acuan sesudah eksperimen (02), disebut post-test. Instrumen
perawatan luka pasca operasi yang digunakan oleh yang digunakan dalam bentuk cheklist berisikan SOP
rumah sakit. Namun, isu terkait masih terjadi nursing perawatan luka bersih RS PKU Muhammadiyah
error. Bantul dan disusun dengan skala Interval.6
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien salah Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
satunya adalah perawatan luka operasi yang merupakan dengan pendekatan kuasi eksperimen. Penelitian ini
luka dari hasil tindakan pembedahan oleh ahli bedah melakukan pengujian normalitas pada penelitian
dan memerlukan penanganan khusus. Beberapa tahap dengan rumus Kolmogorof Smirnov sebagai berikut
operasi atau pembedahan meliputi tahap perioperative, Paired simple t-test digunakan untuk pengujian
intraoperative, dan pascaoperative.4 Tercatat angka perbedaan pre-post test.
kejadian infeksi 0% dengan tindakan pembedahan Partisipan dari penelitian ini adalah perawat yang
sebanyak 7000 kali periode Januari sampai April tahun bertugas di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU
2012 diperoleh dari Medical Record di RS PKU Bantul. Muhammadiyah Bantul sebanyak 78 perawat. Sampel
Merujuk pada dasar kewaspadaan universal (Universal penelitian yaitu kriteria inklusi perawat pelaksana di
Precaution) seluruh tenaga kesehatan diharuskan bangsal Al-kafhi. Bangsal Al-Kautsar/Al-A’raf dan di
menerapkan standar precaution untuk mengurangi bangsal Al-Insan dengan pendidikan S1 dan minimal
resiko pernyebaran infeksi melalui darah dan cairan pendidikan D-III, perawat tetap dan kontrak,
tubuh.5 Penerapan standar precaution pada perawatan serta bersedia menjadi responden. Penelitian ini
luka pasca operasi dapat dikontrol dengan penerapan dilakukan pada Mei sampai dengan Juli 2012. Sebelum
SOP perawatan luka bersih yang dipakai di rumah melakukan observasi peneliti menjelaskan format
sakit. observasi kepada kedua orang obsever pendamping.
Ada beberapa alasan mengapa nursing error Observasi ini dilakukan untuk mengamati responden/
bisa terjadi yaitu pihak rumah sakit telah memiliki sampel dalam pelaksanaan perawatan luka pasca
SOP mencakupi acuan standar perawatan luka operasi yang akan dilakukan diantara ke-3 bangsal
dan telah disahkan, namun belum pernah direvisi, yang diteliti, sampai didapatkan 30 kali observasi pada
semua perawat telah mendapatkan pelatihan internal setiap responden. Observasi perawatan luka dilakukan
perawatan luka sesuai SOP namun belum pernah di 2 tahap yaitu pada saat sebelum dilakukan pelatihan
evaluasi. Berdasarkan hal ini perlu diketahui keadaan perawatan luka dan sesudah dilakukan pelatihan
yang realistis mengenai fungsi program yang dilakukan perawatan luka.
oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan Instrumen penelitian yang digunakan pada
30
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur

penelitian ini adalah metode observasi terstruktur Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 30 perawat sebelum
dalam bentuk checklist atau lembar obervasi. Instrumen diadakan pelatihan, sebanyak 22 perawat atau sebesar
checklist dan observasi yang digunakan adalah SOP 73,33% dalam kategori baik, 8 perawat atau sebesar
perawatan luka bersih RS PKU Muhammadiyah 26,67 % masih dalam kategori cukup.
Bantul. Checklist atau alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh data tentang penatalaksanaan Standar Tabel 3. Data penilaian SOP setiap pertanyaan
Operasional Prosedur perawatan luka bersih pada perawatan luka sebelum pelatihan perawatan luka
pasien pascaoperasi dalam menerapkan patient safety. pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS
Checklist tersebut disusun sesuai dengan Standar PKU Muhammadiyah Bantul 2012( Mei,N=30)
Operational Procedur perawat luka bersih RS PKU
Muhmmadiyah Bantul yang terdiri dari 16 item. Tabel 3 terlihat bahwa dari SOP perawatan luka yang
Penilaian jawaban di lembar checklist dan observasi terdiri dari 16 item, ada 10 item yang dalam kategri
adalah berbentuk “dilakukan” nilainya 2, “tidak baik,4 item masih dalam kategori cukup,dan 2 item
dilakukan” nilainya 0. Tanda check (√) jika dilakukan yang masuk kategori kurang.
dan tanda (X) jika tidak dilakukan.
Penelitian ini menggunakan primer dari pengisian Tabel 4. Data Penilaian Responden dalam Penerapan
angket dan hasil observasi. Data kuantitatif yang di SOP Perawatan Luka Sesudah Pelatihan
peroleh dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif Perawatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat
dengan uji prasyarat menggunakan uji normalitas dan Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul 2012
uji hipotesis menggunakan Paired sample t-test (uji) (Juli, N=30)
untuk dua sampel berpasangan. Interval Tingkat Jumlah %
Penilaian
HASIL 0-0,67 Kurang 0 0
0,68-1,34 Cukup 3 10
Tabel 1. Distribusi Data Karakteristik Responden di
1,35-2 Baik 27 90
Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah
Bantul 2012 ( Mei, N=30) Jumlah 30 100

Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 30 perawat sesudah


Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
diadakan pelatihan, sebanyak 27 perawat atau sebesar
Jenis Kelamin 90% dalam kategori baik, 3 perawat atau sebesar 10 %
Laki-laki 6 20,00 masih dalam kategori cukup.
Perempuan 24 80,00
Total 30 100,00 Tabel 5 terlihat bahwa SOP perawatan luka yang terdiri
Pendidikan Terakhir dari 16 item, ada 15 item yang sudah dilakukan dengan
D3 keperawatan 26 86,67 baik oleh perawat dan terdapat 1 item SOP yang masih
S1 Keperawatan 4 13,33 dalam kategori cukup
Total 30 100,00
nilai p Pre-Test sebesar 0,137 dan Post-Test sebesar
0,246 sehingga variabel tersebut berdistribusi normal.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
adalah perempuan yaitu sebanyak 24 orang (80%). Tabel 5. Hasil uji perbedaan efektivitas pelatihan
Sebagian besar pendidikan terakhir responden adalah perawatan luka pasca operasi dalam penerapan SOP
lulusan D3 keperawatan yaitu 26 orang (86,67%). perawatan luka di Intalasi Rawat Inap Dewasa RS
PKU Muhammadiyah Bantul 2012
Tabel 2. Data Penilaian Responden dalam Penerapan
SOP Perawatan Luka sebelum Pelatihan Perawatan
Va r i a b e l N Mean Standar Standar Nilai p
Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa
Pelatihan Deviasi error
PKU Muhammadiyah Bantul 2012 (Mei, N-30) Perawatan
Interval Tingkat Penilaian Jumlah % Luka
0-0,67 Kurang 0 0 Pre-test 16 1.5419 0.44361 0.11090
0,68-1,34 Cukup 8 26,67 Post-test 16 1.8288 0.23972 0.05993 0.002
1,35-2 Baik 22 73,33
Jumlah 30 100

31
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan

Tabel 3. Data penilaian SOP Setiap Pertanyaan Perawatan Luka Sebelum Pelatihan Per-
awatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah
Bantul 2012( Mei,N=30)
Pertanyaan Rata-rata Kategori
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 1,20 Cukup
Menyiapkan alat: (Medikasi set steril dalam bak steril: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom 2,00 Baik
steril 2 buah, gunting jaringan, hipavix/Verban transparan, gunting verban, kassa steril
secukupnya, Nacl 0,9%, bengkok)
Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 1,93 Baik
Menutup korden/sampiran 1,13 Cukup
Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi perawat disebelah kanan pasien 1,27 Cukup
Membaca bismillah 1,87 Baik
Membuka balutan secara perlahan-lahan perhatikan kenyamanan pasien 1,80 Baik
Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok 1,73 Baik
Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% sampai bersih 1,27 Cukup
Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas, 0,67 Kurang
atau adanya pus di sekitar luka
Menutup luka menggunakan sufratul secukupnya, bila tidak ada tanda infeksi sekunder 0,67 Kurang
Membalut luka dengan kasa steril apabila menggunakan verban transparan tidak perlu 1,73 Baik
menutup dengan kassa steril
Menutup balutan menggunakan hipavix secara rapat 1,87 Baik
Membereskan alat 1,80 Baik
Merapikan pasien dan 1,80 Baik
Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan 1,93 Baik
Rata-rata 1.54 Baik

Tabel 5 diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan 73,33% dan 8 orang dengan persentase 26,67 % dalam
nilai p= 0,002 dengan nilai p< 0,05. Maka dapat kategori cukup.
disimpulkan bahwa pelatihan perawatan luka pasca 1. Menyiapkan alat: (Medikasi set steril dalam bak
operasi efektif dalam penerapan SOP perawatan luka di sterile: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom sterile 2
Intalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah buah, gunting jaringan, hipavix/verban transparan,
Bantul. gunting verban, kassa sterile secukupnya, Nacl
0,9%, bengkok). Perawatan luka bertujuan untuk
PEMBAHASAN meningkatkan proses penyembuhan jaringan
Mayoritas perawat di Instalansi Rawat Inap RS PKU juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering
Muhammadiyah Bantul 80% perempuan. Mengikuti ditemui oleh perawat di klinik a/tau rumah sakit,
perkembangan spesialisasi serta kebijaksanaan biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi
manajemen dan perkembangan pelayanan rumah misal luka sectio caesarea, dan atau luka operasi
sakit mempengaruhi kebutuhan perawat pria.7 Asuhan lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan
keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat teknik sterile, karena luka menjadi port de entre
dapat tercapai apabila perawat dapat memperlihatikan nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi
sikap “caring” kepada klien. Sedangkan dari level luka. Pada standar SIKP 5, rumah sakit dituntut
Pendidikan sebagian besar tingkat pendidikan untuk mampu mengurangi risiko infeksi akibat
perawat di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU perawatan kesehatan / infeksi nosokomial. Infeksi
Muhammadiyah Bantul adalah D-III Keperawatan nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh
dengan peresentase 86,67% sedangkan S1 Keperawatan pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah
dengan persentase 13,33%. sakit yang meliputi luka dekubitus, phlebitis,
Sebagian besar sudah melakukan pencegahan sepsis, dan infeksi luka operasi.8
dan pengendalian infeksi dengan menerapkan SOP 2. Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga
dalam melakukan perawatan luka dengan hasil dalam tentang tindakan yang akan dilakukan. Salah satu
kategori baik sebanyak 22 orang dengan persentase isi SOP perawatan luka adalah melakukan inform
32
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur

Tabel 5. Data penilaian SOP perawatan luka setiap pertanyaan sesesudah pelatihan per-
awatan luka pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul
2012 (Juli, N=30)

Pertanyaan Rata-rata Kategori


Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 1,20 Cukup
Menyiapkan alat: (Medikasi set sterile dalam bak sterile: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom 2,00 Baik
sterile 2 buah, gunting jaringan, hipavix/verban transparan, gunting verban, kassa steril
secukupnya, NaCl 0,9%, bengkok)
Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 2,00 Baik
Menutup korden/sampiran 1,53 Baik
Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi perawat disebelah kanan pasien 1,73 Baik
Membaca bismillah 2,00 Baik
Membuka balutan secara perlahan-lahan perhatikan kenyamanan pasien 1,87 Baik
Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok 2,00 Baik
Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% sampai bersih 1,93 Baik
Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas, 1,47 Baik
atau adanya pus di sekitar luka
Menutup luka menggunakan sufratule secukupnya, bila tidak ada tanda infeksi sekunder 1,73 Baik
Membalut luka dengan kassa sterile apabila menggunakan verban transparan tidak perlu 2,00 Baik
menutup dengan kassa sterile
Menutup balutan menggunakan hipavix secara rapat 1,87 Baik
Membereskan alat 2,00 Baik
Merapikan pasien dan 1,93 Baik
Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan 2,00 Baik
Rata-rata 1,83 Baik

consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan g. Menerapkan komunikasi sebagai kunci bagi
klien untuk tidak menyentuh area luka atau staf untuk mencapai keselamatan pasien.
peralatan steril. Tujuh standar Hospital patient 3. Membaca bismillah
safety dan dijadikan sebagai acuan RS untuk Obat dan perawatan yang maksimal adalah
melaksanakan program Patient Safety dalam hanya sarana untuk berusaha, sedangkan
pencegahan dan pengendalian infeki antara lain yang menentukan kesembuhan adalah Allah
Joint Commission International (JCI), 2018. SWT. Pencegahan dan pengendalian infeksi
a. Hak pasien dan keluarganya untuk dapat dihubungkan dengan hadist berikut:
mendapatkan informasi tentang rrencana dan Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a, Rasulullah
hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD. SAW bersabda: “Barang siapa yang membaca
b. Mendidik pasien dan keluarga mengenai ‘Bismillahirrahmanirrahim wala hawla wala
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam quwata illa billahil ‘aliyil azhim” maka Allah akan
asuhan pasien. singkirkan daripadanya 70 pintu bala’, musibah,
c. Rumah sakit menjamin keselamatan pasien kebingungan, dan kesedihan.
dan kesinambungan pelayanan antar tenaga 4. Membuka balutan secara perlahan-lahan
dan unit pelayanan. perhatikan kenyamanan pasien
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan Ganti balutan merupakan salah satu
kinerja untuk melakukan evaluasi dan penerapan SOP perawatan luka dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien. program pencegahan dan pengendalian infeksi.
e. Adanya peran pimpinan dalam meningkatkan Hal ini juga di sampaikan dalam tujuan dibuatnya
keselamatan pasien dengan menjamin SOP perawatan luka oleh RS PKU Muhammadiyah
implementasi program patient safety. Bantul yaitu agar tidak terjadinya infeksi maupun
f. Mendidik staf tentang keselaman pasien tempat masuknya segala mikroorganisme.
melalui pendidikan dan latihan serta in Selain itu adanya SOP juga berfungsi menjaga
service training. kompetensi dan tingkat kinerja staff atau operator
33
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan

dalam suatu organisasi atau unit.9 cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu
5. Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok debridement secara biologik, mekanik, otolitik,
Beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi enzimatik, dan surgical.11
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, 7. Menutup balutan menggunakan hipavix secara
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, rapat
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. Menutup balutan luka dengan hipavix
Langkah berikutnya, tindakan kebersihan untuk secara rapat merupakan salah satu cara untuk
membuang bekas balutan harus tepat. Bengkok mencegah terjadinya infeksi atau penyebaran
merupakan tempat yang telah disediakan rumah mikroorganisme lainnya.
sakit untuk membuah sampah khusunya bekas 8. Membereskan alat
balutan. Bekas balutan luka yang mengandung Merapikan alat merupakan bagian dari Dasar
bakteri jika dibuang sebarangan maka, Kewaspadaan universal ini meliputi, pengelolaan
akan menganggu pasien yang lain dan akan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi
mengakibatkan berkembangnya bakteri tersebut silang, pemakaian alat pelindung diantaranya
serta dapat memicu timbulnya infeksi nosokomial sarung tangan untuk mencegah kontak dengan
yang akan mempengaruhi kelamatan pasien.10 darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan
6. Membalut luka dengan kassa sterile apabila jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
menggunakan verban transparan tidak perlu pengelolaan limbah.
menutup dengan kassa steril. 9. Merapikan Pasien
Pertimbangan dalam menutup dan membalut Salah satu tugas perawat dalam merawat dan
luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. melayani pasien secara benar adalah merapikan
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap pasien. Ketepatan posisi pasien akan menjadikan
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan pasien nyaman yang pada akhirnya akan
yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, membantu mempercepat penyembuhan luka
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang setelah operasi yang diderita pasien.
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang 10. Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap
menyebabkan hematom. Apabila balutan tidak tindakan yang dilakukan
sesuai dengan karakteristik luka maka balutan Sebagian besar perawat mempunyai
tersebut akan memperhambat penyembuhan luka. kebiasaan melakukan cuci tangan setelah
Pada luka operasi dengan penyembuhan primer, selesai melakukan seluruh tindakan pada
umumnya balutan dibuka segera setelah drainase banyak pasien, karena sebagian besar perawat
berhenti. Berikut tujuan pembalutan luka. menggunakan sarung tangan saat melakukan
a. Melindungi luka dari kontaminasi tindakan. Penggunaan sarung tangan sudah
mikroorganisme dianggap perawat sebagai alat pelindung diri,
b. Membantu hemostasis padahal cuci tangan harus dilakukan sebelum dan
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara setelah tindakan keperawatan untuk mencegah
menyerap drainase dan untuk melakukan terjadinya infeksi nosokomial. Tidak mencuci
debridement luka. tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
d. Menyangga atau mengencangkan tepi luka keperawatan menempatkan perawat pada
e. Melindungi klien agar tidak melihat keadaan resiko terinfeksi penyakit dari pasien atau alat-
luka (bila luka terlihat tidak menyenangkan). alat yang terkontaminasi, yang mengakibatkan
f. Meningkatkan isolasi suhu pada permukaan meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial.
luka. Tingkat kontaminasi pada luka bersih terkait
g. Mempertahankan kelembaban yang tinggi materi pelatihan yang diberikan oleh narasumber
diantara luka dengan balutan. dibagi menjadi dua yaitu: 1) Luka bedah yang
Penanganan luka yang tepat dijelaskan dalam tidak terinfeksi tidak akan terdapat inlamasi dan
algoritma perawatan luka, dapat meningkatkan biasanya dijahit tertutup. Kemungkinan untuk
keselamatan pasien dan pengendalian pencegahan terjadinya infeksi relative antara 1% sampai 5% .
infeksi. Selain itu, dalam penanganan luka, 2) Luka bedah saluran pernafasan, pencernaan,
sudah umum diketahui bahwa salah satu yang genital atau perkemihan. Kemungkinan terjadinya
harus dilakukan adalah tindakan debridement. infeksi relative antara 3% sampai 11 %.
Debridement bertujuan untuk membuat luka Cuci tangan yang dilakukan secara benar dapat
menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi menghilangkan mikroorganisme yang menempel
pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. ditangan. Cuci tangan harus selalu dilakukan
Debridement bisa dilakukan dengan beberapa sebelum dan setelah melakukan tindakan
34
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur

perawatan ke pasien, memakai sarung tangan, infeksi secara menyeluruh. Setelah pelatihan
menyentuh darah, cairan tubuh, atau eksresi item ini mengalami peningkatan tergolong
pasien. Mencuci tangan yang kurang tepat dapat dalam kategori baik, hal ini dikarenakan
menimbulkan perpindahan organisme pathogen meningkatnya pemahaman perawat bahwa
dari pasien ke petugas atau sebaliknya. Organisme salah satu bagian dari perawatan professional
inilah yang nantinya akan menyebabkan infeksi adalah dengan memperhatikan keselamatan
nosokomial pada pasien pasien dan pengendalian pencegahan infeksi.
Pertanyaan dari setiap pertanyaan dari 4. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
penilaian SOP perawatan luka bersih sebelum sampai bersih.
pelatihan, menunjukkan bahwa ada 4 item SOP, “Prinsip penanganan luka sebaiknya
yang masih dalam kategori cukup dan setelah janganlah seragam”. Selain itu, beliau juga
pelatihan tergolong dalam kategori baik. Adapun menerapkan bahwa sebaiknya apabila luka
item tersebut adalah: terlihat basah maka luka tersebut dikeringkan.
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan Begitu pun sebaliknya, luka yang terlihat
Cuci tangan bertujuan mengurangi kering harus dibasahi atau dibikin lembab16.
jumlah dan pertumbuhan bakteri pada Prinsip menggunakan NaCl 0,9% sebelum
tangan, menurunkan jumlah kuman yang pelatihan termasuk dalam kategori cukup,
tumbuh dibawah sarung tangan, mengurangi akan tetapi setelah pelatihan perawat lebih
resiko transmisi mikroorganisme ke petugas mengetahui fungsi Nacl sangat penting dalam
kesehatan maupun pasien serta kontaminasi proses penyembuhan luka. Perawat mulai
silang kepada pasien lain dan juga anggota membiasakan untuk menggunakan NaCL
keluarga pasien. Baik sebelum dan setelah dikarenakan dalam proses pelatihan dijelaskan
training perawat masih sering mengabaikan bahwa, cairan ini bisa sebagai antiseptik dan
item ini, dikarenakan budaya yang memang merupakan cairan yang hamper sama dengan
susah untuk dirubah dan kurangnya motivasi fisiologis tubuh.
dan pembaharuan pengetahuan tentang Penilaian item penerapan SOP juga terdapat
bahaya infeksi nosokomial. 2 item termasuk dalam kategori kurang pada
2. Menutup korden/sampiran saat sebelum pelatihan dan menjadi baik setelah
Korden/sampiran harus di tuutp jika pelatihan yaitu :
membersihkan luka, dilakukan agar pasien 1. Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi
terlindungi atau untuk menjaga keselamatan sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas,
pasien, masih tergolong cukup sebelum atau adanya pus di sekitar luka
pelatihan Perawat merupakan salah satu Pencegahan dan pengendalian infeksi
profesi kesehatan yang memberikan pelayanan nosokomial tidak akan lepas dari upaya
kesehatan kepada masyarakat dimanapun mengeliminasi mikroba patogen. Pasien yang
mereka bekerja. Bentuk pelayanan yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di
diberikan senantiasa merupakan pelayanan; ruang perawatan berada dalam posisi rentan
paripurna, manusiawi, dan diberikan kepada dan mudah terinvasi oleh berbagai mikroba
sistem klien yang menghadapi masalah patogen yang ada di sekitarnya. pasien
kesehatan melalui upaya pemenuhan akan selalu terancam oleh adanya mikroba
kebutuhan dasarnya. Setelah pelatihan, item patogen yang bersarang pada benda-benda di
ini sudah dalam kategori baik dikarenakan sekitarnya, sebut saja berbagai peralatan medis
perawat mulai membiasakan untuk menjaga dan nonmedis yang ada di ruangan perawatan
privasi pasien dengan tindakan yang Sebelumnya, kebiasaan perawatan
professional. luka yang ada dilakukan tanpa secara teliti
3. Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, memperhatikan karakteristik luka terlebih
posisi perawat disebelah kanan pasien dahulu. Hal ini dikarenakan perawat lebih
Mengkondisikan pasien pada posisi yang focus terhadap proses perawatan luka sekunder
nyaman merupakan hal penting yang perlu seperti langsung pada pemberian secondary
diperhatikan perawat dalam melakukan dressing. Menyadari akan pentingnya suatu
perawatan luka dan berkaitan dengan kondisi yang bebas microba pathogen, maka
keselamatan pasien. Sebelum pelatihan item diperlukan suatu upaya mengeliminasi
ini masih tergolong cukup. Keselamatan mikroba patogen pada berbagai sarana/
pasien merupakan perioritas utama yang harus peralatan, terutama sarana/ peralatan yang
dijalankan dalam suatu gerakan pengendalian langsung digunakan pada prosedur atau
35
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan

tindakan medis serta microba pathogen yang tingkatan diantaranya12:


lekat dengan para petugas. 1. Reaction: Seberapa baik para peserta
Setelah peltihan perawat menerapkan menyenangi pelatihan?
dengan teliti untuk setiap prosedur atau 2. Learning, seberapa jauh para peserta
tindakan medis/perawatan yang ditujukan mempelajari fakta-fakta, prinsip-prinsip
kepada penderita, hal ini akan mengurangi dan pendekatan yang terlibat di dalam
resiko masuknya microba pathogen ke pelatihan?
tubuh penderita. Artinya, hal tersebut diatas 3. Behavior, seberapa jauh perilaku kerja
memajukan adanya upaya pencegahan para pekerja berubah karena pelatihan?
dalam bentuk kewaspadaan universal dalam 4. Organizational result, apakah peningkatan
pengendalian pencegahan terjadinya infeksi. produktivitas atau penurunan biaya telah
2. Menutup luka menggunakan sufratul dicapai?
secukupnya, bila tidak ada tanda infeksi
sekunder. Program pelatihan tidak hanya penting bagi
Memperhatikan pengedalian dan individu tetapi juga penting bagi organisasi dan
pencegahan infeksi, item ini mengalami hubungan manusia dalam kelompok; menerangkan
peningkatan dari kurang menjadi baik bahwa program pelatihan harus dikaitkan dengan
setelah pelatihan. Sama halnya dengan rnasalah pembelajaran untuk mencapai tujuan
memperhatikan karakteristik luka, perawat yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pelatihan
menjadi tahu bahwa untuk memberikan aspek pembelajaran yang harus diperhatikan
secondary dressing seyogyanya sesuai antara lain materi, metode, pengajar dan evaluasi.13
dengan jenis luka. salah satu secondary
dressing ini adalah menggunakan sufratul. KESIMPULAN
Setelah pelatihan, selain perawat mengetahui Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan
pentingnya pemberian secondary dressing SOP perawatan luka bersih pada pasien pasca operasi
yang sesuai dengan jenis luka, maka perawat oleh perawat sebelum mengikuti pelatihan/training
mulai menerapkan SOP ini dalam proses perawatan luka di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS
perawatan luka sesuai dengan kebutuhan dan PKU Muhammadiyah Bantul sudah dalam kategori
tidak melebihkan penggunaanya. baik namun masih terdapat 8 responden yang
Berdasarkan hasil dari tabel 4.12, uji dikateorikan cukup. Sedangkan pada responden
perbedaan pre-post test menunjukkan yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka pasca
p-value= 0,002 yang artinya kurang dari operasi, penerapan standar operasional prosedur
p 0,05 dan dinyatakan siginfikan. Dengan perawatan luka bersih pada pasien pasca operasi
demikian dapat diasumsikan bahwa dalam kategori baik dengan 3 orang perawat yang
pelatihan perawatan luka pasca operasi masih dalam kategori cukup. Dapat di simpulkan
efektif dalam penerapan SOP perawatan bahwa pelatihan perawatan luka pasca operasi efektif
luka di instalansi Rawat Inap Dewasa RS terhadap penerapan SOP perawatan luka bersih
PKU Muhammadiyah Bantul. Tingkat oleh perawat di Intalasi Rawat Inap Dewasa RS PKU
efektivitas kerja sangat tergantung  pada  baik Muhammadiyah Bantul.
buruknya pelatihan yang dilakukan.
Perawat baru   membutuhkan latihan-latihan DAFTAR PUSTAKA
sebelum  mereka  dapat  menjalankan  tugas-
1. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS),
tugas yang menjadi kewajibannya.
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Ikp)
Sedangkan bagi perawat lain mereka (Patient Safety Incident Report), Jakarta. 2015.
membutuhkan latihan-latihan karena adanya 2. Joint Commission International (JCI). International
tuntutan  dari  tugas-tugasnya yang sekarang Patient Safety Goals. Trans. M Tjandrasa & N Budiman.
ataupun untuk mempersiapkan dirinya PERSI. PT. Gramedia : Jakarta. 2019.
berhubungan akan ditransfer atau akan 3. Perry & Potter. Fundamental Keperawatan (3-Vol Set).
dipromosikan pada jabatan yang lain. Elsevier. Jakarta. 2011.
Tujuan dari evaluasi efektivitas program 4. Nursalam dan Ninuk. Asuhan Keperawatan Pada
pelatihan adalah untuk menguji apakah Pasien Terinfeksi. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika.
pelatihan tersebut efektif dalam mencapai Yogyakarta. 2018.
5. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
Pendekatan Praktis edisi 4. Jakarta. Salemba Medika.
bahwa pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan 2016.
infromasi yang diperoleh pada empat
36
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur

6. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Surabaya). Jurnal.Untag.Sby.ac.id. 2017.


Pendekatan Praktik edisi 4 (revisi). Jakarta. PT Rineka 10. La Ode Alifariki. Hubungan Pelaksanaan Program
Cipta. 2018. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Terhadap
7. Antonny, Halim G. Analisis Kebutuhan Tenaga Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Dan Pengendalian
Perawatan Unit Pelayanan Intensif Berdasarkan Beban Infeksi Nosokomial Ruang Rawat Inap Rsud Kota
Kerja dan Kompetensi di Unit Pelayanan Intensif Kendari. [Manuju: Malahayati Nursing Journal, P-
Rumah Sakit Dr. OEN Solo Baru. Jurnal Administrasi Issn: 2655-2728 E-Issn: 2655-4712 Volume 1, Nomor
Rumah Sakit (ARSI) Februari 2016 Vol. 2 No. 2 2,],Juli, Pages 148-159. 2019.
(Diakses 11 Maret 2020) 11. 11. Miftahur Rahman, dkk. “Hubungan Antara
8. Agnes Silvina Marbun. 2018. Faktor-Faktor Yang Pelaksanaan Prosedur Pencegahan Infeksi Pada Pasien
Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Post Operasi Dengan Proses Penyembuhan Luka Di
Ruang Icu Dan Rawat Inap Lantai 3 Rsu Sari Mutiara Rumah Sakit Islam Unisma Malang’ Nursing News
Medan. Jurnal Online Keperawatan Indonesia Vol. 1 Volume 3, Nomor 1. 2018.
No. 2. ( Diakses 8 Maret 2020 ) 12. Bernadine, H. John dan Russel. Human Resource
9. Tias Dwi Junita. Peranan Sop Pada Organisasi Management. New York: Mc. Graw Hill. 2010.
Pemerintahan Kota Surabaya Dalam Peningkatan 13. 13. Elbandiansyah. Manajemen Sumber Daya
Kepuasan Pelayanan Kepada Masyarakat(Studi Di Manusia. Malang. CV IRDH. 2019.
Bagian Umum Dan Protokol Pemerintahan Kota

37

Anda mungkin juga menyukai