ARTIKEL PENELITIAN
Kesehatan p-ISSN : 1412-2804
e-ISSN : 2354-8207
DOI : 10.33221/jikes.v19i01.532
Penerapan Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka Bersih melalui Pelati-
han Perawatan Pasca Operasi
1
Oci Etri Nursanty, 2Fitri Arofiati
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: 1ocietrin@gmail.com, 2fitri.arofiati@umy.ac.id
ABSTRAK Rumah sakit dituntut mampu mengurangi risiko infeksi dalam pelayanan jasa kesehatan. Unsur
terpenting yang terlibat salah satunya adalah perawat. Mengacu pada Sasaran Internasional Kese-
lamatan Pasien (SIKP) 5, Salah satu caranya mengurangi risiko infeksi yaitu menerapkan Standar
Operasional Prosedur dalam penatalaksanaan pasien luka pasca operasi. Rumah sakit PKU Mu-
hammadiyah Bantul memiliki perawat yang telah mengikuti pelatihan perawatan luka secara inter-
nal, namun rumah sakit belum melakukan evaluasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantita-
tif dengan pendekatan quasi eksperiment. Populasi penelitian, perawat yang bertugas di Instalansi
Rawat Inap dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul. Jumlah sampel 30 orang dengan purposive
sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist observasi. Alat analisis menggunakan Paired
t-test dengan taraf signifikan 5%. Pelatihan perawatan luka pasca operasi efektif dalam penerapan
SOP di RS PKU Muhammadiyah Bantul dengan nilai p= 0,002%. Penilaian responden dalam pen-
erapan SOP Pre-Post training dalam kategori baik. Artinya secara keseluruhan responden sudah
menerapkan SOP, namun pre training masih terdapat 8 responden dan post training terdapat 3
responden dalam kategori cukup.
Kata Kunci Training, Perawatan Luka Bersih, Standar Operasional Prosedure, Pasien Safety
ABSTRACT Hospitals are required to be able to reduce the risk of infection in health services. One of the most
important elements involved is nurses. Referring to the International Patient Safety (SIKP) 5 goals,
one of ways reduce the risk of infection is to apply Standard Operational Procedure in implementing
postoperative wound care. The PKU Muhammadiyah Bantul Hospital has nurses who had taken
internal wound care training, but the hospital has not evaluated desirable findings. This research was
quantitative approach with quasi experiment. Respondents of research were nurses working in the
Adult Inpatient Installation of the PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Total samples were 30 re-
spondents with purposive sampling. Data were collected by using observational Checklist. Instrument
of analysis was paired t-test with 5% significance interval. The postoperative wound care training
was effective in applying the Standard Operational Procedure to the PKU Muhammadiyah Bantul
Hospital with p-value = 0.002%. Evaluation of respondents in applying the Standard Operational
Procedure of Pre-Post Training was in good category. It means that, overall, respondents had applied
the Standard Operational Procedure, but, in Pre Training, there were still 8 respondents; and, in Post
Training, there were 3 respondents, in adequate category.
Key Words Training, Wound Care, Standart Operational Procedure, Patient Safety
29
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
penelitian ini adalah metode observasi terstruktur Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 30 perawat sebelum
dalam bentuk checklist atau lembar obervasi. Instrumen diadakan pelatihan, sebanyak 22 perawat atau sebesar
checklist dan observasi yang digunakan adalah SOP 73,33% dalam kategori baik, 8 perawat atau sebesar
perawatan luka bersih RS PKU Muhammadiyah 26,67 % masih dalam kategori cukup.
Bantul. Checklist atau alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh data tentang penatalaksanaan Standar Tabel 3. Data penilaian SOP setiap pertanyaan
Operasional Prosedur perawatan luka bersih pada perawatan luka sebelum pelatihan perawatan luka
pasien pascaoperasi dalam menerapkan patient safety. pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS
Checklist tersebut disusun sesuai dengan Standar PKU Muhammadiyah Bantul 2012( Mei,N=30)
Operational Procedur perawat luka bersih RS PKU
Muhmmadiyah Bantul yang terdiri dari 16 item. Tabel 3 terlihat bahwa dari SOP perawatan luka yang
Penilaian jawaban di lembar checklist dan observasi terdiri dari 16 item, ada 10 item yang dalam kategri
adalah berbentuk “dilakukan” nilainya 2, “tidak baik,4 item masih dalam kategori cukup,dan 2 item
dilakukan” nilainya 0. Tanda check (√) jika dilakukan yang masuk kategori kurang.
dan tanda (X) jika tidak dilakukan.
Penelitian ini menggunakan primer dari pengisian Tabel 4. Data Penilaian Responden dalam Penerapan
angket dan hasil observasi. Data kuantitatif yang di SOP Perawatan Luka Sesudah Pelatihan
peroleh dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif Perawatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat
dengan uji prasyarat menggunakan uji normalitas dan Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul 2012
uji hipotesis menggunakan Paired sample t-test (uji) (Juli, N=30)
untuk dua sampel berpasangan. Interval Tingkat Jumlah %
Penilaian
HASIL 0-0,67 Kurang 0 0
0,68-1,34 Cukup 3 10
Tabel 1. Distribusi Data Karakteristik Responden di
1,35-2 Baik 27 90
Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah
Bantul 2012 ( Mei, N=30) Jumlah 30 100
31
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
Tabel 3. Data penilaian SOP Setiap Pertanyaan Perawatan Luka Sebelum Pelatihan Per-
awatan Luka Pasca Operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah
Bantul 2012( Mei,N=30)
Pertanyaan Rata-rata Kategori
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 1,20 Cukup
Menyiapkan alat: (Medikasi set steril dalam bak steril: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom 2,00 Baik
steril 2 buah, gunting jaringan, hipavix/Verban transparan, gunting verban, kassa steril
secukupnya, Nacl 0,9%, bengkok)
Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan 1,93 Baik
Menutup korden/sampiran 1,13 Cukup
Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, posisi perawat disebelah kanan pasien 1,27 Cukup
Membaca bismillah 1,87 Baik
Membuka balutan secara perlahan-lahan perhatikan kenyamanan pasien 1,80 Baik
Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok 1,73 Baik
Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% sampai bersih 1,27 Cukup
Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas, 0,67 Kurang
atau adanya pus di sekitar luka
Menutup luka menggunakan sufratul secukupnya, bila tidak ada tanda infeksi sekunder 0,67 Kurang
Membalut luka dengan kasa steril apabila menggunakan verban transparan tidak perlu 1,73 Baik
menutup dengan kassa steril
Menutup balutan menggunakan hipavix secara rapat 1,87 Baik
Membereskan alat 1,80 Baik
Merapikan pasien dan 1,80 Baik
Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan 1,93 Baik
Rata-rata 1.54 Baik
Tabel 5 diketahui bahwa hasil uji statistik menunjukkan 73,33% dan 8 orang dengan persentase 26,67 % dalam
nilai p= 0,002 dengan nilai p< 0,05. Maka dapat kategori cukup.
disimpulkan bahwa pelatihan perawatan luka pasca 1. Menyiapkan alat: (Medikasi set steril dalam bak
operasi efektif dalam penerapan SOP perawatan luka di sterile: pinset anatomi, pinset cirurgis, kom sterile 2
Intalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah buah, gunting jaringan, hipavix/verban transparan,
Bantul. gunting verban, kassa sterile secukupnya, Nacl
0,9%, bengkok). Perawatan luka bertujuan untuk
PEMBAHASAN meningkatkan proses penyembuhan jaringan
Mayoritas perawat di Instalansi Rawat Inap RS PKU juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering
Muhammadiyah Bantul 80% perempuan. Mengikuti ditemui oleh perawat di klinik a/tau rumah sakit,
perkembangan spesialisasi serta kebijaksanaan biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi
manajemen dan perkembangan pelayanan rumah misal luka sectio caesarea, dan atau luka operasi
sakit mempengaruhi kebutuhan perawat pria.7 Asuhan lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan
keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat teknik sterile, karena luka menjadi port de entre
dapat tercapai apabila perawat dapat memperlihatikan nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi
sikap “caring” kepada klien. Sedangkan dari level luka. Pada standar SIKP 5, rumah sakit dituntut
Pendidikan sebagian besar tingkat pendidikan untuk mampu mengurangi risiko infeksi akibat
perawat di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU perawatan kesehatan / infeksi nosokomial. Infeksi
Muhammadiyah Bantul adalah D-III Keperawatan nosokomial adalah infeksi yang dialami oleh
dengan peresentase 86,67% sedangkan S1 Keperawatan pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah
dengan persentase 13,33%. sakit yang meliputi luka dekubitus, phlebitis,
Sebagian besar sudah melakukan pencegahan sepsis, dan infeksi luka operasi.8
dan pengendalian infeksi dengan menerapkan SOP 2. Mengkomunikasikan pada pasien dan keluarga
dalam melakukan perawatan luka dengan hasil dalam tentang tindakan yang akan dilakukan. Salah satu
kategori baik sebanyak 22 orang dengan persentase isi SOP perawatan luka adalah melakukan inform
32
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur
Tabel 5. Data penilaian SOP perawatan luka setiap pertanyaan sesesudah pelatihan per-
awatan luka pasca operasi di Instalansi Rawat Inap Dewasa RS PKU Muhammadiyah Bantul
2012 (Juli, N=30)
consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan g. Menerapkan komunikasi sebagai kunci bagi
klien untuk tidak menyentuh area luka atau staf untuk mencapai keselamatan pasien.
peralatan steril. Tujuh standar Hospital patient 3. Membaca bismillah
safety dan dijadikan sebagai acuan RS untuk Obat dan perawatan yang maksimal adalah
melaksanakan program Patient Safety dalam hanya sarana untuk berusaha, sedangkan
pencegahan dan pengendalian infeki antara lain yang menentukan kesembuhan adalah Allah
Joint Commission International (JCI), 2018. SWT. Pencegahan dan pengendalian infeksi
a. Hak pasien dan keluarganya untuk dapat dihubungkan dengan hadist berikut:
mendapatkan informasi tentang rrencana dan Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a, Rasulullah
hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD. SAW bersabda: “Barang siapa yang membaca
b. Mendidik pasien dan keluarga mengenai ‘Bismillahirrahmanirrahim wala hawla wala
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam quwata illa billahil ‘aliyil azhim” maka Allah akan
asuhan pasien. singkirkan daripadanya 70 pintu bala’, musibah,
c. Rumah sakit menjamin keselamatan pasien kebingungan, dan kesedihan.
dan kesinambungan pelayanan antar tenaga 4. Membuka balutan secara perlahan-lahan
dan unit pelayanan. perhatikan kenyamanan pasien
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan Ganti balutan merupakan salah satu
kinerja untuk melakukan evaluasi dan penerapan SOP perawatan luka dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien. program pencegahan dan pengendalian infeksi.
e. Adanya peran pimpinan dalam meningkatkan Hal ini juga di sampaikan dalam tujuan dibuatnya
keselamatan pasien dengan menjamin SOP perawatan luka oleh RS PKU Muhammadiyah
implementasi program patient safety. Bantul yaitu agar tidak terjadinya infeksi maupun
f. Mendidik staf tentang keselaman pasien tempat masuknya segala mikroorganisme.
melalui pendidikan dan latihan serta in Selain itu adanya SOP juga berfungsi menjaga
service training. kompetensi dan tingkat kinerja staff atau operator
33
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
dalam suatu organisasi atau unit.9 cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu
5. Memasukkan balutan kotor kedalam bengkok debridement secara biologik, mekanik, otolitik,
Beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi enzimatik, dan surgical.11
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, 7. Menutup balutan menggunakan hipavix secara
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, rapat
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. Menutup balutan luka dengan hipavix
Langkah berikutnya, tindakan kebersihan untuk secara rapat merupakan salah satu cara untuk
membuang bekas balutan harus tepat. Bengkok mencegah terjadinya infeksi atau penyebaran
merupakan tempat yang telah disediakan rumah mikroorganisme lainnya.
sakit untuk membuah sampah khusunya bekas 8. Membereskan alat
balutan. Bekas balutan luka yang mengandung Merapikan alat merupakan bagian dari Dasar
bakteri jika dibuang sebarangan maka, Kewaspadaan universal ini meliputi, pengelolaan
akan menganggu pasien yang lain dan akan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi
mengakibatkan berkembangnya bakteri tersebut silang, pemakaian alat pelindung diantaranya
serta dapat memicu timbulnya infeksi nosokomial sarung tangan untuk mencegah kontak dengan
yang akan mempengaruhi kelamatan pasien.10 darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan
6. Membalut luka dengan kassa sterile apabila jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
menggunakan verban transparan tidak perlu pengelolaan limbah.
menutup dengan kassa steril. 9. Merapikan Pasien
Pertimbangan dalam menutup dan membalut Salah satu tugas perawat dalam merawat dan
luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. melayani pasien secara benar adalah merapikan
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap pasien. Ketepatan posisi pasien akan menjadikan
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan pasien nyaman yang pada akhirnya akan
yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, membantu mempercepat penyembuhan luka
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang setelah operasi yang diderita pasien.
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang 10. Mencuci tangan dan mendokumentasikan setiap
menyebabkan hematom. Apabila balutan tidak tindakan yang dilakukan
sesuai dengan karakteristik luka maka balutan Sebagian besar perawat mempunyai
tersebut akan memperhambat penyembuhan luka. kebiasaan melakukan cuci tangan setelah
Pada luka operasi dengan penyembuhan primer, selesai melakukan seluruh tindakan pada
umumnya balutan dibuka segera setelah drainase banyak pasien, karena sebagian besar perawat
berhenti. Berikut tujuan pembalutan luka. menggunakan sarung tangan saat melakukan
a. Melindungi luka dari kontaminasi tindakan. Penggunaan sarung tangan sudah
mikroorganisme dianggap perawat sebagai alat pelindung diri,
b. Membantu hemostasis padahal cuci tangan harus dilakukan sebelum dan
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara setelah tindakan keperawatan untuk mencegah
menyerap drainase dan untuk melakukan terjadinya infeksi nosokomial. Tidak mencuci
debridement luka. tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
d. Menyangga atau mengencangkan tepi luka keperawatan menempatkan perawat pada
e. Melindungi klien agar tidak melihat keadaan resiko terinfeksi penyakit dari pasien atau alat-
luka (bila luka terlihat tidak menyenangkan). alat yang terkontaminasi, yang mengakibatkan
f. Meningkatkan isolasi suhu pada permukaan meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial.
luka. Tingkat kontaminasi pada luka bersih terkait
g. Mempertahankan kelembaban yang tinggi materi pelatihan yang diberikan oleh narasumber
diantara luka dengan balutan. dibagi menjadi dua yaitu: 1) Luka bedah yang
Penanganan luka yang tepat dijelaskan dalam tidak terinfeksi tidak akan terdapat inlamasi dan
algoritma perawatan luka, dapat meningkatkan biasanya dijahit tertutup. Kemungkinan untuk
keselamatan pasien dan pengendalian pencegahan terjadinya infeksi relative antara 1% sampai 5% .
infeksi. Selain itu, dalam penanganan luka, 2) Luka bedah saluran pernafasan, pencernaan,
sudah umum diketahui bahwa salah satu yang genital atau perkemihan. Kemungkinan terjadinya
harus dilakukan adalah tindakan debridement. infeksi relative antara 3% sampai 11 %.
Debridement bertujuan untuk membuat luka Cuci tangan yang dilakukan secara benar dapat
menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi menghilangkan mikroorganisme yang menempel
pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. ditangan. Cuci tangan harus selalu dilakukan
Debridement bisa dilakukan dengan beberapa sebelum dan setelah melakukan tindakan
34
Vol. 19 No. 1 Tahun 2020 Penerapan Standar Operasional Prosedur
perawatan ke pasien, memakai sarung tangan, infeksi secara menyeluruh. Setelah pelatihan
menyentuh darah, cairan tubuh, atau eksresi item ini mengalami peningkatan tergolong
pasien. Mencuci tangan yang kurang tepat dapat dalam kategori baik, hal ini dikarenakan
menimbulkan perpindahan organisme pathogen meningkatnya pemahaman perawat bahwa
dari pasien ke petugas atau sebaliknya. Organisme salah satu bagian dari perawatan professional
inilah yang nantinya akan menyebabkan infeksi adalah dengan memperhatikan keselamatan
nosokomial pada pasien pasien dan pengendalian pencegahan infeksi.
Pertanyaan dari setiap pertanyaan dari 4. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
penilaian SOP perawatan luka bersih sebelum sampai bersih.
pelatihan, menunjukkan bahwa ada 4 item SOP, “Prinsip penanganan luka sebaiknya
yang masih dalam kategori cukup dan setelah janganlah seragam”. Selain itu, beliau juga
pelatihan tergolong dalam kategori baik. Adapun menerapkan bahwa sebaiknya apabila luka
item tersebut adalah: terlihat basah maka luka tersebut dikeringkan.
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan Begitu pun sebaliknya, luka yang terlihat
Cuci tangan bertujuan mengurangi kering harus dibasahi atau dibikin lembab16.
jumlah dan pertumbuhan bakteri pada Prinsip menggunakan NaCl 0,9% sebelum
tangan, menurunkan jumlah kuman yang pelatihan termasuk dalam kategori cukup,
tumbuh dibawah sarung tangan, mengurangi akan tetapi setelah pelatihan perawat lebih
resiko transmisi mikroorganisme ke petugas mengetahui fungsi Nacl sangat penting dalam
kesehatan maupun pasien serta kontaminasi proses penyembuhan luka. Perawat mulai
silang kepada pasien lain dan juga anggota membiasakan untuk menggunakan NaCL
keluarga pasien. Baik sebelum dan setelah dikarenakan dalam proses pelatihan dijelaskan
training perawat masih sering mengabaikan bahwa, cairan ini bisa sebagai antiseptik dan
item ini, dikarenakan budaya yang memang merupakan cairan yang hamper sama dengan
susah untuk dirubah dan kurangnya motivasi fisiologis tubuh.
dan pembaharuan pengetahuan tentang Penilaian item penerapan SOP juga terdapat
bahaya infeksi nosokomial. 2 item termasuk dalam kategori kurang pada
2. Menutup korden/sampiran saat sebelum pelatihan dan menjadi baik setelah
Korden/sampiran harus di tuutp jika pelatihan yaitu :
membersihkan luka, dilakukan agar pasien 1. Memperhatikan adanya tanda-tanda infeksi
terlindungi atau untuk menjaga keselamatan sekunder seperti kemerahan, bengkak, panas,
pasien, masih tergolong cukup sebelum atau adanya pus di sekitar luka
pelatihan Perawat merupakan salah satu Pencegahan dan pengendalian infeksi
profesi kesehatan yang memberikan pelayanan nosokomial tidak akan lepas dari upaya
kesehatan kepada masyarakat dimanapun mengeliminasi mikroba patogen. Pasien yang
mereka bekerja. Bentuk pelayanan yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di
diberikan senantiasa merupakan pelayanan; ruang perawatan berada dalam posisi rentan
paripurna, manusiawi, dan diberikan kepada dan mudah terinvasi oleh berbagai mikroba
sistem klien yang menghadapi masalah patogen yang ada di sekitarnya. pasien
kesehatan melalui upaya pemenuhan akan selalu terancam oleh adanya mikroba
kebutuhan dasarnya. Setelah pelatihan, item patogen yang bersarang pada benda-benda di
ini sudah dalam kategori baik dikarenakan sekitarnya, sebut saja berbagai peralatan medis
perawat mulai membiasakan untuk menjaga dan nonmedis yang ada di ruangan perawatan
privasi pasien dengan tindakan yang Sebelumnya, kebiasaan perawatan
professional. luka yang ada dilakukan tanpa secara teliti
3. Menyiapkan pasien pada posisi yang nyaman, memperhatikan karakteristik luka terlebih
posisi perawat disebelah kanan pasien dahulu. Hal ini dikarenakan perawat lebih
Mengkondisikan pasien pada posisi yang focus terhadap proses perawatan luka sekunder
nyaman merupakan hal penting yang perlu seperti langsung pada pemberian secondary
diperhatikan perawat dalam melakukan dressing. Menyadari akan pentingnya suatu
perawatan luka dan berkaitan dengan kondisi yang bebas microba pathogen, maka
keselamatan pasien. Sebelum pelatihan item diperlukan suatu upaya mengeliminasi
ini masih tergolong cukup. Keselamatan mikroba patogen pada berbagai sarana/
pasien merupakan perioritas utama yang harus peralatan, terutama sarana/ peralatan yang
dijalankan dalam suatu gerakan pengendalian langsung digunakan pada prosedur atau
35
Oci Etri Nursanty Jurnal Ilmiah Kesehatan
37