Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN HARMONISASI REGULASI

UNTUK REFORMASI TATA KELOLA


SEKTOR SUMBER DAYA ALAM

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
2018
Daftar Isi Kajian Harmonisasi
BAB I PENDAHULUAN BAB III PERSANDINGAN PENGATURAN
BAB II HASIL KAJIAN PEMENUHAN UNDANG-UNDANG TERKAIT SDA-LH
PRINSIP PENGELOLAAN SUMBER DAYA • A. Kewenangan
ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP • B. Hak dan Kewajiban
 Kelompok Agraria, Lingkungan Hidup dan • C. Perlindungan dan Kelestarian
Penataan Ruang Lingkungan Hidup
 Kelompok Kehutanan, Pertanian dan • D. Pengawasan dan Penegakan Hukum
Perkebunan • E. Kesimpulan Analisis Persandingan
 Kelompok Pertambangan dan Energi Pengaturan
 Kelompok Kelautan dan Perikanan BAB IV KONSEPSI KONSTITUSIONAL
 Kelompok Pendukung PENGUASAAN NEGARA ATAS TANAH DAN
 Kesimpulan Analisis Pemenuhan Prinsip- SUMBER DAYA ALAM LAINNYA
Prinsip Pengelolaan SDA-LH BAB V SISTEM HUKUM PENGUASAAN DAN
PENGELOLAAN SDA-LH
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kelompok Undang-Undang yang Dikaji
Kehutanan, Pertanian dan
LH, Agraria dan tata Ruang Pertambangan dan Energi Kelautan dan Perikanan Pendukung
Perkebunan
•UU No. 5 Tahun 1960 Pokok- •UU No. 41 Tahun 1999 •UU No. 30 Tahun 2007 •UU No. 31 Tahun 2004 •UU No. 14 Tahun 2008
pokok Agraria tentang Kehutanan jo UU No. tentang Energi Tentang Perikanan tentang Keterbukaan
•UU No. 32 Tahun 2009 19 Tahun 2004 •UU No. 4 Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Informasi Publik
tentang Perlindungan dan •UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pertambangan Undang-Undang Nomor 45 •UU No. 4 Tahun 2011
Pengelolaan Lingkungan tentang Pencegahan dan Mineral dan Batubara; Tahun 2009 Tentang tentang Informasi Geospasial
Hidup Pemberantasan Perusakan •UU No. 22 Tahun 2001 Perubahan Atas Undang- •UU No. 7 Tahun 2012
•UU No. 26 Tahun 2007 Hutan; tentang Minyak dan Gas Undang Nomor 31 Tahun tentang Penanganan Konflik
tentang Penataan Ruang •UU No. 39 Tahun 2014 Bumi; 2004 Tentang Perikanan Sosial
•UU No. 5 Tahun 1990 tentang Perkebunan; •UU No. 21 Tahun 2014 •UU No. 27 Tahun 2007 •UU No. 2 Tahun 1960
tentang Konservasi Sumber •UU No. 41 Tahun 2009 tentang Panas Bumi; Tentang Pengelolaan Wilayah tentang Perjanjian Bagi Hasil
Daya Alam Hayati dan tentang Lahan Pertanian Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
•UU No. 30 Tahun 2009 •UU No. 20 Tahun 1961
Ekosistemnya Pangan Berkelanjutan sebagaimana diubah dengan
Tentang Ketenagalistrikan tentang Pencabutan Hak-Hak
Undang-Undang Nomor 1
•UU No. 37 Tahun 2014 Atas Tanah dan Benda-Benda
Tahun 2014 Tentang
tentang Konservasi Air dan yang Ada di Atasnya
Perubahan Atas Undang-
Tanah •UU No. 2 Tahun 2012
Undang Nomor 27 Tahun
2007 Tentang Pengelolaan tentang Pengadaan Tanah
Wilayah Pesisir Dan Pulau- bagi Pembangunan untuk
Pulau Kecil; Kepentingan Umum
•UU No. 32 Tahun 2014 •UU No. 19 Tahun 2013
Tentang Kelautan tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani
•UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah
•UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa
Metodologi Analisis

1 3
Berdasarkan kelompoknya, Putusan-putusan MK terhadap SDA-LH
99 indikator dibangun dari menggambarkan garis-garis besar
prinsip-prinsip umum yang penerjemahan Pasal 33 UUD
ada dalam TAP MPR IX/2001

Analisis
Analisis Analisis sistem
Analisis berdasarkan
persandingan hukum
pemenuhan prinsip interpretasi konsep
pengaturan penguasaan SDA
konstitusionalitas

2 4
Menguji tumpang tindih. Melihat bagaimana relasi antar
Melihat koherensi norma norma dibangun di dalam regulasi
dan validitasnya yang sektoral maupun payung.
dibangun pada 4 (empat)
aspek utama
Aspek Pemenuhan Prinsip-Prinsip dalam TAP MPR No.
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam

NKRI DEMOKRASI KEADILAN KEBERLANJUTAN KEPASTIAN HUKUM


HAK ASASI MANUSIA

Transparansi Daya Dukung

ANTI KORUPSI
Keadilan & Pembagian
Kedaulatan & & Daya
Pemerataan kewenangan
akuntabilitas Tampung

Partisipasi Perlindungan Pendelegasian


Nasionalitas Kehati-hatian
Masyarakat Masy. Marjinal kewenangan

Pemulihan Konservasi & Pengaturan di


Kemandirian
hak Perlindungan masa transisi

Internalisasi
eksternalitas
Contoh
Tahap Pengawasan dan
Prinsip Tahap Perencanaan Tahap Pemanfaatan
Penegakan Hukum

indikator yang Indikator #1 Indikator #1 Indikator #1

digunakan Terdapat pengaturan yang jelas dan


rinci yang menjamin pola perencanaan
Terdapat pengaturan yang jelas
dan rinci untuk membatasi
Terdapat pengaturan yang jelas
dan rinci tentang sanksi
dalam penilaian ruang dan perlindungan serta
pengelolaan SDA-LH berdasarkan
pemanfaatan ruang dan sumber
daya alam didasarkan
administratif, perdata dan pidana
untuk pemulihan lingkungan
ekoregion, mempertimbangkan daya perencanaan yang telah dibuat hidup oleh pihak yang
dukung dan daya tampung yang dan mempertimbangkan daya bertanggungjawab.
menjamin keadilan antar dan intra dukung dan daya tampung.
generasi.

Indikator #2 Indikator #2 Indikator #2

Terdapat pengaturan yang jelas dan Terdapat pengaturan yang jelas Terdapat pengaturan yang jelas
rinci yang mewajibkan perencanaan dan rinci yang mewajibkan dan rinci tentang
pengelolaan SDA-LH didasarkan pada penggunaan prinsip kehati- tanggungjawab mutlak terhadap
prinsip kehati-hatian. hatian dalam pemanfaatan SDA. pencemaran dan kerusakan
Keberlanjutan lingkungan hidup.

Indikator #3 Indikator #3 Indikator #3

Terdapat pengaturan yang jelas dan Terdapat pengaturan yang jelas Terdapat pengaturan yang jelas
rinci tentang perlindungan terhadap dan rinci tentang perlindungan dan rinci tentang kekhususan
keanekaragaman hayati, terutama yang terhadap keanekaragaman sanksi dalam perlindungan
langka dan terancam punah dalam hayati, terutama yang langka terhadap keanekaragaman
perencanaan ruang dan sumber daya dan terancam punah dalam hayati, terutama yang langka
alam. pemanfaatan sumber daya alam. dan terancam punah.

Indikator #4

Terdapat pengaturan yang


mengatur tentang kewajiban
internalisasi biaya lingkungan
dalam pemanfaatan SDA.
Analisis persandingan pengaturan
Analisis dilakukan terhadap materi muatan
undang undang terhadap empat aspek yang
Penegakan
dipilih, yaitu kewenangan pemerintah,
hukum
penegakan hukum, hak dan kewajiban para
pihak, serta perlindungan lingkungan hidup.

Analisis dilakukan terhadap materi muatan


Hak dan
Kewenangan undang undang terhadap empat aspek yang
kewajiban
pemerintah dipilih, yaitu kewenangan pemerintah,
para pihak penegakan hukum, hak dan kewajiban para
pihak, serta perlindungan lingkungan hidup.

Perlindungan
lingkungan
hidup
Perkara Pengujian UU Berdasarkan Isu Konstitusional

Analisis konstitusionalisasi Isu Konstitusional Pengujian UU


3 UU Kehutanan
Perkara
35/PUU-X/2012

agraria Pengakuan
Tenurial
1 UU Perkebunan
34/PUU-IX/2011
122/PUU-XIII/2015
Masy Adat, 1 Perizinan 98/PUU-XIII/2015
Tindak Pidana SDA 3UU Kehutanan 72/PUU-VIII/2010
Pembagian 3/PUU-III/2005
Kewenangan, 1 Perencanaan
1 UU PPLH 18/PUU-XII/2014
Tenurial
Perizinan 81/PUU-XIII/2015
Pembagian Kewenangan 10/PUU-XII/2014
Pengakuan Masy Adat 5 UU Minerba 113/PUU-X/2012
30/PUU-VIII/2010
121/PUU-VII/2009
Tenurial, 3 13/PUU-III/2005
2 UU Kehutanan
21/PUU-III/2005
Perizinan, 9 Tindak Pidana SDA 1 UU PPPH 95/PUU-XII/2014
1 UU Perkebunan 55/PUU-VIII/2010
1 UU Minerba 81/PUU-XIII/2015
95/PUU-XII/2014
Perencanaan 5 2 UU Kehutanan
45/PUU-IX/2011
Perencanaan 32/PUU-VIII/2010
3 UU Minerba 30/PUU-VIII/2010
25/PUU-VIII/2010
Pembagian Kewenangan 1 UU Kehutanan 70/PUU-XII/2014
Tindak Pidana
SDA, 5 Pengakuan Masyarakat
1 UU Kehutanan 35/PUU-X/2012
Adat
TEMUAN 1. Pemenuhan Prinsip Pengelolaan SDA-LH sangat minim
pada keduapuluh enam undang-undang yang dikaji.

2. Terdapat perbedaan muatan pengaturan di antara


keempat aspek keduapuluh enam undang-undang
yang dikaji.

3. Mahkamah Konstitusi mengatur batasan dan cakupan


materi muatan, memberikan pemaknaan baru
terhadap norma, menerangkan keberlakuan azas pada
norma.

4. Koherensi lex generis dan lex specialis tidak terlalu


terlihat. Mengingat lex specialis jarang merujuk lex
generis-nya.
Pemenuhan prinsip lemah dalam prinsip
1 keadilan sosial, keberlanjutan dan demokrasi
Dari keduapuluh enam undang-undang PEMENUHAN RATA-RATA PRINSIP DALAM HARMONISASI REGULASI

57%
yang dikaji, pemenuhan prinsip NKRI dan

53%
kepastian hukum yang paling dominan,

46%
hingga di atas 57%. Sementara keadilan

44%
sosial justru sangat rendah (39%).

39%
Lemahnya pemenuhan prinsip tersebut
juga menunjukkan sebagian besar
undang-undang tidak mengatur lengkap
kerangka hukum mulai dari azas-norma-
dan prosedurnya.

NKRI KEBERLANJUTAN KEADILAN SOSIAL DEMOKRASI KEPASTIAN HUKUM


Pemenuhan prinsip lemah dalam prinsip
1 keadilan sosial, keberlanjutan dan demokrasi
Pemenuhan terhadap azas dilakukan secara Bagian Pemenuhan Pasal
beragam dalam berbagai perundang-undangan, Azas Keterbukaan informasi publik Pasal 2
ada yang diatur hanya pada tingkat azas, ada yang
pada tingkatan normatif, maupun hingga prosedur. Norma Pelaporan usaha perkebunan Pasal 99 (3)
merupakan informasi publik
Pada UU 39/2014, keterbukaan disebutkan
Prosedur Tidak diatur – harus diatur melalui Pasal 99 (5)
ditingkat azas, tapi pada tingkat normatif dilakukan peraturan Menteri
secara terbatas jenis informasi yang terbuka hanya
terkait dengan pelaporan usaha perkebunan. Itu
pun tidak tidak diatur dengan jelas bagaimana
Bagian Pemenuhan Pasal
informasinya harus dibuka kepada publik.
Azas Transparan Pasal 2
Dalam UU 4/2009, transparansi menjadi azas,
sementara normanya bersifat umum bahwa wilayah Norma Penetapan WP bersifat transparan Pasal 10
pertambangan dilaksanakan secara transparan.
Prosedur Wajib mengumumkan rencana Pasal 23,
Kemudian di berbagai pasal berikutnya dijelaskan usaha di WIUP, WPR, WIUPK 64, 85
bahwa wilayah-wilayah usaha pertambangan wajib
untuk diumumkan.
Tumpang tindih pengaturan terjadi di
2 dalam keseluruhan aspek
Aspek Temuan
Aspek Kewenangan • Tidak jelasnya pengaturan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan pemanfaatan SDA
• Tidak sinkronnya pengaturan antar perencanaan pemanfaatan sumber daya alam
dan antara pemanfaatan sumber daya alam dengan perencanaan ruang sehingga
menimbulkan tumpang tindih penggunaan ruang SDA

Hak dan Kewajiban • Perbedaan pengaturan terkait definisi Masyarakat Hukum Adat
• Perbedaan pengaturan terkait dengan ruang partisipasi publik masyarakat dan
keterbukaan informasi dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang terkait sumber
daya alam
• Perbedaan pengaturan terkait batasan pemanfaatan ruang dan perlindungan hak
masyarakat sebagai dampak pemanfaatan ruang
Perlindungan Lingkungan • Pengaturan instrumen lingkungan hidup sebagai prasyarat kebijakan alokasi ruang
Hidup (RPPLH dan KLHS) tidak disebutkan dengan tegas di dalam undang-undang sektoral
Penegakan Hukum • Pengaturan instrumen penegakan hukum berbeda di dalam masing-masing undang-
undang
• Tidak sinkronnya pengaturan pidana dengan ketentuan perlindungan hak
masyarakat
Perbedaan tumpang tindih pengaturan
2 terjadi di dalam keseluruhan aspek
Aspek Hak Dan Aspek Perlindungan Aspek Penegakan
Aspek Kewenangan
Kewajiban LH Hukum

Izin di luar alokasi pemanfaatan Perlindungan hak dan akses Perbedaan pengaturan baku Korwas penyidikan.
ruang masyarakat. kerusakan, daya tampung, daya UU41/1999 PPNS dapat langsung
UU26/2007 dan UU41/1999, Dalam UU41/1999 diatur dukung. menyampaikan berkas ke Penuntut,
membatasi dengan tegas mengenai perlindungan tanah dan UU4/2009 menyebutnya secara tanpa melalui korwas penyidik.
penerbitan izin di luar. Tetapi tidak akses masyarakat yang terdampak khusus. UU41/1999 tidak diatur Undang-undang lainnya mengatur
demikian dengan UU lainnya. dari pengurusan hutan. Dalam UU mengatur dengan istilah yang sama keharusan PPNS untuk
39/2014 tidak disebutkan, tapi tetapi menyebutkan istilah menyampaikan, mendapatkan
Izin tanpa alokasi ruang. diatur pidana pemberian izin di “perubahan fungsi hutan” sebagai persetujuan penyidikan dari korwas
UU4/2009 membatasi bahwa izin dalam masyarakat hukum adat. kriteria kerusakan. UU 39/2014 penyidik, Polisi.
hanya dapat diberikan setelah menyebukan istilah pelestarian
penetapan alokasinya. lingkungan hidup sebagai kewajiban.
UU41/1999 membatasi tetapi
dapat dikesampingkan.
UU39/2014 tidak mengatur
secara khusus.
Interpretasi konstitusionalitas penguasaan
3 SDA
Keterlibatan langsung pemerintah
Bentuk penguasaan negara Kuat Pengelolaan sebagai subyek hukum
melakukan hubungan hukum
diwujudkan dalam kewenangan
yang yang dilakukan secara
kembang-kempis – tidak selalu Kebijakan dilakukan dengan
dalam bentuk yang sama. Kebijakan
menyusun perencanaan

Beragam putusan MK namun Sedang


demikian tidak membahas
Pengurusan dilakukan dengan
kriteria normatif terhadap Pengurusan mendelagasikan pengelolaan
kembang-kempisnya kepada pihak ketiga

kewenangan tersebut.
Pemerintah menerbitkan aturan
Pengaturan untuk melaksanakan pengurusan
SDA-LH

Lemah

Pengawasan dilakukan untuk


Pengawasan memastikan pengelolaan berjalan
sesuai ketentuan
Interpretasi konstitusionalitas penguasaan
3 SDA
MK 32/2010 Tolak ukur penguasaan negara:
• Sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (kemanfaatan
Penetapan WPR diutamakan
bagi rakyat, partisipasi publik, penghormatan rakyat
ketimbang WPN dan WUP. terhadap SDA)
MK 45/2011 • Prinsip dalam demokrasi ekonomi
Penetapan kawasan hutan tidak boleh • Pengutamaan hak rakyat
menghilangkan hak masyarakat yang • Perlindungan keberadaan hak masyarakat adat dan
hidup dari hutan secara sewenang- marjinal
wenang. Peranan swasta tidak menghilangkan penguasaan negara
MK 55/2010 atas sumber daya alam – penguasaan tersebut tidak
hanya berkaitan dengan penarikan pajak, tetapi juga
Penegakan hukum pidana (formil), memastikan tujuan sosial lainnya terpenuhi (mis.
terlebih dahulu memperhatikan Memastikan swasta juga memenuhi kewajiban
hubungan hukum perdata subyek lingkungannya).
hukum.
Tipologi pengaturan antara lex specialis
4 dan lex generalis
Karakteristik UU lex generalis UU lex specialis
Cakupan • Satu UU luas meliputi seluruh jenis SDA • Satu UU mengatur jenis SDA tertentu

Ruang Lingkup • Mengatur pengelolaan negara terhadap • Mengatur pengelolaan negara terhadap SDA-LH.
SDA-LH, dengan bentuk, cakupan generik, Dengan bentuk pengelolaan yang hampir setara
atau bobot pengelolaan yang berbeda. untuk tiap sektor.
• Mengatur bentuk penguasaan, pemilikan, • Mengatur bentuk penguasaan, pemilikan,
pemanfaatan, dan penggunaan SDA-LH pemanfaatan, dan penggunaan SDA-LH oleh
oleh subyek hukum, bentuk atau istilah subyek hukum. Khususnya dengan mekanisme
yang khusus. perizinan yang istilahnya diatur dengan tegas.
Relasi antara lex • Saling merujuk meski tidak secara • Tidak merujuk UU lex generalis-nya sehingga
generalis dan lex langsung. pelaksanaan instrumen di lex generalis
specialis terkendala
• Berbeda pengaturan dengan UU lex specialis
lainnya.
Arah kedepan
Pembenahan regulasi kedepan
dapat dilakukan dengan dua pilihan. Penjabaran prinsip Pengaturan sektoral
Penentuan prinsip
tersebut dalam dengan pedoman
SDA-LH
1. Membangun undang-undang norma umum norma umum
pokok yang mengatur prinsip
SDA-LH dan penjabarannya
(sebagai umbrella act), sehingga Perumusan azas Menguraikan aspek- Penyusunan norma,
kemudian dapat digunakan dalam undang-undang aspek pengelolaan standar, prosedur dan
untuk mengharmoniskan UU berdasarkan prinsip SDA-LH ke dalam kriteria sektoral
dalam TAP MPR norma, standar, dengan merujuk norma
sektoral lainnya.
IX/2001. prosedur dan kriteria. umum.
2. Membangun rumusan dan
batasan prinsip-prinsip SDA-LH Penjabaran aspek Mengatur norma
dan menyusun pembenahan dalam azas-azas SDA- acuan bagi undang-
berdasarkan prinsip-prinsip LH. undang sektoral.
tersebut pada masing-masing
UU sektoral.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai