Anda di halaman 1dari 238

PROPOSAL THESIS

“PENGEMBANGAN INTERACTIVE PHYSICS MOBILE LEARNING MEDIA


BERBASIS ANDROID DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN HOTS DAN SELF EFFICACY
PESERTA DIDIK SMA”

Disusun oleh:

Beatrix Elvi Dasilva (17726251014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul……………………………………………………………………... -
Daftar Isi…………………………………………………………………………… 2
Daftar Lampiran…………………………………………………………………… 3
BAB 1……………………………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang Masalah .………………………………………………….. 4
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………….. 8
C. Pembatasan Masalah………………………………………………………. 9
D. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 9
E. Tujuan Pengembangan…………………………………………………….. 10
F. Spesifikasi Produk…………………………………………………………. 10
G. Manfaat Pengembangan…………………………………………………… 11
BAB II……………………………………………………………………………... 12
A. Hakikat Pembelajaran Fisika………………………………………………. 12
B. Scaffolding ………………............................................................................ 14
C. Media Pembelajaran……………………………………………………….. 20
D. Higher Order Thinking Skills……………………………………………… 22
E. Self Efficacy……………………………………………………………….. 25
F. Tinjauan Materi Termodinamika………………………………………….. 29
G. Penelitian yang Relevan…………………………………………………… 43
H. Kerangka Pikir……………………………………………………………... 44
I. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………… 47
BAB III…………………………………………………………………………...... 49
A. Model Pengembangan……………………………………………………... 49
B. Prosedur Pengembangan…………………………………………………... 49
C. Desain Uji Coba Produk…………………………………………………… 52
D. Definisi Operasional………………………………………………………. 56
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 57

2
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Ke Hal
1. Analisis kebutuhan……………………………………………………. 77
a. Analisis kurikulum…………………………………………………. 78
b. Analisis materi…………………………………………………….. 80
c. Peta konsep………………………………………………………… 82
2. Perangkat Pembelajaran……………………………………………… 83
a. RPP……………………………………………………………….. 84
b. LKPD…………………………………………………………….. 99
3. Penilaian Kelayakan Instrumen Pembelajaran……………………….. 111
a. Pedoman pengembangan RPP……………………………………. 112
b. Kisi-kisi lembar penilaian kelayakan RPP……………………….. 116
c. Lembar penilaian kelayakan RPP ………………………………... 118
d. Pedoman pengembangan LKPD………………………………..... 122
e. Kisi-kisi lembar penilaian kelayakan LKPD…………………….. 123
f. Lembar penilaian kelayakan LKPD……………………………… 125
4. Penilaian Kelayakan IPMLM………………………………............... 129
a. Kisi-kisi penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli media…………. 130
b. Lembar penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli media………….. 132
c. Rubrik penilaian kelayakan oleh ahli media.. …………………… 137
d. Kisi-kisi penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli materi…………. 147
e. Lembar penilaian kelyakan IPMLM oleh ahli materi…………… 148
f. Rubrik penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli materi…………… 151
5. Angket respon peserta didik terhadap IPMLM……………………… 156
a. Kisi-kisi angket respon peserta didik terhadap IPMLM………… 157
b. Angket respon peserta didik terhadap IPMLM…………………. 158
c. Kisi-kisi angket respon guru terhadap IPMLM………………… 161
d. Angket respon guru terhadap IPMLM………………………….. 162
6. Instrumen penilaian …………………………………………………. 164
a. Kisi-kisi dan instrumen penilaian HOTS peserta didik…………. 165
b. Kisi-kisi dan kuisioner self efficacy peserta didik……………….. 194
c. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran………………… 198
7. Validasi Instrumen Penilaian………………………………………... 208
a. Pedoman pengembangan instrumen penilaian HOTS…………… 209
b. Lembar validasi instrumen penilaian HOTS…………………….. 214
c. Lembar validasi instrumen penilaian self efficacy……………..... 220
d. Lembar validasi instrumen penilaian kelayakan media IPMLM 223
oleh ahli media…………………………………………………..
e. Lembar validasi instrumen penilaian kelayakan media IPMLM 228
oleh ahli materi…………………………………………………..
f. Lembar validasi observasi keterlaksanaan RPP………………… 232
g. Lembar validasi angket respon peserta didik…………………… 235
h. Lembar validasi angket respon guru……….…………………… 237

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kompetensi berdasarkan paradigma pembelajaran abad 21 mencakup
keterampilan belajar dan inovasi, keterampilan media dan informasi, dan keterampilan
hidup dan karir. Domain media informasi dan kemampuan teknologi berhubungan dengan
kemampuan dalam literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Domain keterampilan
hidup dan karir, fleksibilitas, adaptasi, tanggung jawab, kepemimpinan, dan inisiatif yang
tinggi diperlukan (Saputri & Wilujeng, 2017). Domain pembelajaran dan inovasi
keterampilan meliputi 4C yakni (1) Communication (kemampuan komunikasi) (2)
Collaboration (kemampuan bekerja sama) (3) Critical thinking and problem solving
(kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah) (4) Creativity and
Innovation (kreativitas dan kemampuan inovasi). Dalam domain pembelajaran, peserta
didik dituntut untuk mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dapat dilihat bahwa
kemampuan berpikir kritis, kreativias dan kemampuan inovasi merupakan kemampuan
tertinggi dalam ranah HOTS. Selain kemampuan berpikir tingkat tinggi, peserta didik
juga dituntut untuk melek teknologi.
Sesuai dengan tuntutan hasil belajar abad ke-21, kompetensi yang dipersyaratkan
juga tercantum dalam Kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013
diarahkah untuk meningkatkan kemampuan higher order thinking (berpikir tingkat tinggi)
peserta didik. Hal ini ditunjukkan pada kompetensi-kompetensi dasar yang harus dicapai
pada aspek kognitif. Adapun kompetensi-kompetensi tersebut berdasarkan Permendikbud
No 21 Tahun 2016 (Kemdikbud, 2016), yakni peserta didik dapat menganalisis konsep,
merancang atau memodifikasi proyek, menciptakan produk sederhana, mendesain
eksperimen, melaksanakan eksperimen, menyajikan hasil eksperimen dalam bentuk tabel
maupun grafik, menyimpulkan serta melaporkan hasil eksperimen. Kompetensi-
kompetensi yang dituntut Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan suatu keharusan untuk peserta didik SMA.
Orang yang berpikiran ilmiah sangat penting bagi sains, teknologi dan masyarakat
karena mereka selalu penasaran dan selalu berusaha memahami dunia di sekitar mereka.
Oleh karena itu, sangat penting bahwa pendidikan diajarkan dengan cara menanamkan
higher order thinking skills (HOTS). Beberapa penelitian tentang penggunaan metode
pembelajaran telah dilakukan untuk meningkatkan HOTS yakni problem based learning

4
(Dwi, Arif, & Sentot, 2013) dan pembelajaran berbasis inqury (Madhuri, Kantamreddi, &
Goteti, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki kreativitas di atas rata-rata (Ramadani &
Motlan, 2015).
Data riset Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS)
berkaitan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, menunjukkan bahwa prestasi fisika
yang diukur pada ranah reasoning (penalaran) Indonesia berada pada ranking 40 dari 42
negara yang diteliti (Istiyono, Mardapi, & Suparno, 2014). Survei TIMSS terakhir yakni
pada tahun 2011 menunjukkan bahwa peserta didik yang menjawab benar pada ranah
reasoning sebesar 20% (Ramadani & Motlan, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati, Hidayat dan Rahayu (2016) menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis
peserta didik hanya mencapai persentase sebesar 45%. Hasil pengukuran keterampilan
berpikir kritis di MAN 3 Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik
termasuk dalam kategori rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada aspek
klarifikasi dasar terdapat 37,50% peserta didik termasuk dalam kategori rendah, pada
aspek membangun keterampilan dasar sebagian besar termasuk dalam kategori sangat
rendah yaitu sebesar 46,88%, ketercapaian untuk aspek klarifikasi lanjut sebagian besar
termasuk dalam kategori sangat rendah yaitu sebesar 56,25%, dan ketercapaian untuk
aspek mengatur strategi dan taktik sebagian besar termasuk dalam kategori rendah yaitu
sebesar 34,38% (Khasanah dan Prasetyo, 2018). Selain itu, berdasarkan penelitian
pendahuluan yang dilakukan oleh Istiyono, Mardapi, dan Suparno (2014), tes kognitif di
SMA hanya menguji kemampuan berpikir tingkat rendah saja, yakni mengingat,
memahami, dan menerapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik hanya
diarahkan mencapai kemampuan berpikir tingkat rendah saja.
Data ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik
Indonesia masih rendah. Hal tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran peserta
didik kurang dirangsang untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Rofiah,
Aminah, & Ekawati, 2013). Proses pembelajaran masih bersifat teacher centered
(Marlina, Liliasari, Tjasyono, dan Hendayana, 2018; Rusnayati dan Prima, 2011).
Sebagian besar guru cenderung menekankan persamaan matematika dalam memecahkan
masalah fisika (Suryani, Harahap dan Sinulingga, 2017; Subekti dan Ariswan, 2016)
Model pembelajaran seperti ini akan sulit untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik.

5
Hasil observasi di MAN 1 Yogyakarta, pada bulan Mei 2018, peserta didik sering
menyatakan bahwa fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang paling sulit. Karena hal
ini, motivasi belajar peserta didik untuk mempelajari konsep fisika sangat rendah. Peserta
didik sering mengalami kesulitan saat memahami konsep sehingga yang sering terjadi
adalah peserta didik hanya menghafal rumus saja, tanpa berusaha untuk memahami
konsepnya. Jika terdapat soal yang memerlukan analisis, peserta didik tidak bisa
menjawab karena pemahaman konsep yang kurang. Masalah seperti ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor salah satunya adalah penyajian materi yang dilakukan oleh guru tidak
cukup bervariasi dan juga pembelajaran Fisika sebagian besar masih monoton (Mardiana
& Kuswanto, 2017).
Seiring dengan berkembangnya teknologi, penerapannya dalam pendidikan tidak
bisa dihindari. Namun, dalam kenyataannya banyak sekolah yang membatasi
pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran (Mardiana & Kuswanto, 2017).
Mardiana dan Kuswanto (2017) menyatakan bahwa guru kurang kreatif dan kurang
mampu untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis pada TIK (tujuan
instruksional khusus) yang bervariasi dan menyenangkan bagi peserta didik. Selain itu,
hasil observasi di MAN 1 Yogyakarta juga menunjukkan bahwa guru belum
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran Fisika. Padahal pemanfaatan teknologi
dalam pembelajaran berpotensi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik baik pada
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Data dan fakta di atas menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik perlu ditingkatkan dengan menggunakan maka diperlukan perangkat dan
pendekatan pembelajaran yang cocok. Salah satunya adalah physics mobile learning
media dengan pendekatan scaffolding. Dalam penelitian Sari, Sunyono, dan Rosilawati
(2017) terbukti bahwa pendekatan scaffolding dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik secara signifikan. Pembelajaran berbasis scaffolding efektif untuk meningkatkan
kebiasaan berpikir kritis (Susilowati et al., 2017), meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah (Amanah, Harjono, & Gunada, 2017) dan penguasaan konsep
peserta didik (Chen, 2014). Pendekatan scaffolding juga dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik (Sari et al., 2017) dan mendorong peserta didik untuk berpikir secara
mandiri (Thomas, 2011). Bahkan, dengan scaffolding peserta dapat memeriksa dan
memperbaiki miskonsepsi (Lin, 2015). Selain itu, scaffolding teman sebaya dapat
membantu mengklarifikasi makna dan memantau proses belajar peserta didik (Kim &
Hannafin, 2011). Peserta didik juga dapat menyelesaikan persoalan kuantitatif yang

6
melibatkan konsep-konsep alternatif dan dapat mengidentifikasi konsep yang relevan
yang terlibat dalam pemecahan masalah (Lin, 2011; Amanah et al., 2017).
Sesuai dengan tuntutan kompetensi abad 21, pendidikan di sekolah harus
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Salah satunya adalah mobile learning.
Pembelajaran dengan mobile learning memiliki potensi untuk melatih keterampilan
berpikir peserta didik. Mobile learning dapat digunakan sebagai alat ukur di laboratorium,
maupun sebagai multimedia untuk menyajikan isi pembelajaran. Berdasarkan penelitian
Faloon (2017) mobile learning dengan menggunakan perangkat smartphone membantu
peserta didik menyusun eksperimen, memahami prosedur, memikirkan pengaruh variabel
dan mengkomunikasikan serta mempresentasikan hasil yang diperoleh. Sensor percepatan
pada smartphone dapat digunakan untuk mengukur percepatan gravitasi dengan berbagai
macam cara, yakni gerak jatuh bebas dan pantulan bola (Kihn, 2017).
Mobile learning menghasilkan metode pendidikan yang jauh lebih beragam dan
inovatif (Sung, Chang, & Liu, 2016). Beberapa tahun terakhir, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terkait efektivitas integrasi smartphone dalam proses pembelajaran.
Dengan diintegrasikan dengan metode pembelajaran tertentu misalnya dengan Group
Investigation, media ini dapat dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(Kartikawati & Pratama, 2017); dengan metode inqury dapat meningkatkan kinerja
peserta didik (Ahmed & Parsons, 2013). Selain itu, dengan memanfaatkan aplikasi
android, guru dapat menggunakan komik berbasis aplikasi untuk membantu peserta didik
memahami konsep-konsep fisika yang abstrak (Hadi & Dwijananti, 2015). Terdapat juga
penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan smartphone dapat meningkatkan
interaksi dan meningkatkan ketekunan peserta didik dalam pembelajaran, serta
memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam penciptaan konten dan komunikasi
menggunakan media sosial (Lin, 2015; Goksu & Atici, 2013; Ahmed & Parsons, 2013).
Melalui aplikasi pada smartphone peserta didik dapat lebih aktif mendiskusikan konten
dengan teman sekelas dan guru serta diberi kesempatan untuk berkolaborasi (Santos,
Cook, & Hernández, 2015; Hamdani, 2013). Dengan berbasis aplikasi, media ini juga
dapat meningkatkan karakter sains peserta didik seperti rasa ingin tahu, kreatif dan teliti
(Fatima & Mufti, 2014).
Pendekatan konstruktivis dengan teknologi yang digunakan mendorong
kemampuan berpikir yang lebih tinggi (Hamdani, 2013). Aplikasi smartphone juga dapat
digunakan sebagai perancah dalam proses pembelajaran dikelas. Penelitian Kim dan
Hannafin (2011) mengungkapkan bahwa untuk mendukung penyelidikan ilmiah dalam

7
konteks pemecahan masalah, perancah (scaffolding) yang diperkuat teknologi efektif bila
didukung oleh tujuan proyek yang jelas dan bukti yang relevan. Aplikasi perangkat
mobile sebagai perancah dianggap mengembangkan proses konseptual, metakognitif,
prosedural dan strategis peserta didik (Kim and Hannafin, 2011). Selain itu juga media ini
juga bisa meningkatkan efek pedagogis tertentu seperti self-directed learning, inquiry
learning, atau formative assessment (Ahmed & Parsons, 2013; Sung et al., 2016).
Penggunaan smartphone dapat mewujudkan pelaksanaan kegiatan yang berpusat pada
peserta didik (Santos et al., 2015).
Selain kemampuan berpikir tingkat tinggi, untuk tercapainya pembelajaran yang
bermakna, seorang peserta didik perlu memiliki self efficacy. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa self efficacy peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Peserta didik dengan self efficacy yang lebih tinggi memperoleh hasil
belajar yang lebih baik dari pada peserta didik dengan self efficacy yang rendah (Hamdi &
Abadi, 2014). Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa peserta didik dengan self
efficacy yang rendah cenderung percaya bahwa kecerdasan merupakan bawaan dan tidak
dapat diubah sedangkan self-efficacy yang tinggi selalu berusaha mencapai tujuan,
tantangan dan mendapatkan pengetahuan baru serta sasaran serta selalu berusaha
mengungguli orang lain (Komarraju & Nadler, 2013). Dengan demikian, dalam proses
pembelajaran Fisika self efficacy peserta didik perlu untuk ditingkatkan.
Berdasarkan kajian empiris dan teoritis diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sebuah Interactive Physics Mobile Learning Media (IPMLM) berbasis
android dengan pendekatan scaffolding untuk meningkatkan high order thinking skills
dan self efficacy peserta didik SMA. IPMLM dalam penelitian ini berupa aplikasi dalam
smartphone. Penelitian ini unik karena menyelidiki penggunaan mekanisme scaffolding
yang diintegrasikan dengan teknologi. Dengan pendekatan scaffolding dan bantuan
teknologi diharapkan agar peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian
pengembangan ini merupakan penelitian payung tahun kedua.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kajian pada latar belakang masalah, maka terdapat masalah-masalah
yang identifikasikan sebagai berikut:
1. Metode dan model pembelajaran yang digunakan kurang variatif
2. Tes kognitif di SMA hanya menguji kemampuan berpikir tingkat rendah saja

8
3. Proses pembelajaran fisika hanya berupa penyampaian materi yang mana guru
berperan paling aktif. Peserta didik kurang berperan aktif sehingga peserta didik
cenderung hanya menghafal rumus saja, tanpa adanya pemahaman terhadap
konsep-konsep fisika
4. Upaya untuk meningkatkan self efficacy peserta didik belum maksimal.
Rendahnya self efficacy peserta didik menyebabkan motivasi belajar peserta didik
juga rendah.
5. Proses pembelajaran di kelas kurang merangsang higher order thinking skill
(HOTS) peserta didik. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik
serta kurangnya kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep fisika dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Kurangnya pemanfaatan teknologi khususnya smartphone dalam proses
pembelajaran karena kurangnya keterampilan dan inovasi guru

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian pengembangan ini hanya berfokus
pada permasalahan 3, 4, 5, dan 6. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dan self efficacy
peserta didik ditingkatkan dengan menggunakan produk yang dikembangkan. Produk
yang dikembangkan berupa aplikasi android Interactive Physics Mobile Learning
Media (IPMLM) dengan pendekatan pembelajaran scaffolding.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi, rumusan masalah dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan Interactive Physics Mobile Learning Media (IPMLM)
berbasis android dengan pendekatan scaffolding pada materi Termodinamika
untuk meningkatkan HOTS dan self efficacy peserta didik SMA?
2. Bagaimana efektifivas interactive physics mobile learning media (IPMLM)
berbasis android dengan pendekatan scaffolding pada materi Termodinamika
untuk meningkatkan HOTS dan self efficacy peserta didik SMA dalam proses
pembelajaran?

9
E. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Menghasilkan IPMLM berbasis android dengan pendekatan scaffolding pada
materi Termodinamika yang layak untuk meningkatkan HOTS dan self efficacy
peserta didik SMA
2. Mengetahui efektivitas penggunaan IPMLM berbasis android dengan pendekatan
scaffolding dalam meningkatkan HOTS dan self efficacy peserta didik SMA
F. Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki beberapa spesifikasi yaitu
sebagai berikut:
1. Produk yang dikembangkan terdiri atas aplikasi android IPMLM, RPP, LKPD,
instrumen evaluasi HOTS, dan instrumen pengukuran self efficacy.
2. RPP dikembangkan berpedoman pada silabus Kurikulum 2013 revisi 2017 tentang
materi termodinamika dengan pendekatan scaffolding.
3. Lembar evaluasi peserta didik terdiri atas pilihan ganda beralasan tertutup untuk
mengukur HOTS dan angket sekf efficacy untuk mengukur self efficacy.
4. IPMLM dikembangkan menggunakan program Macromedia Flash.
5. Aplikasi android IPMLM diakses secara offline menggunakan smartphone.
6. IPMLM yang dikembangkan terdiri dari empat menu utama yakni kompetensi,
materi, lembar kerja peserta didik, dan evaluasi.
7. Menu kompetensi berisi empat submenu yakni kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.
8. Menu materi berisi materi termodinamika yang disajikan dengan menarik. Selain
itu, terdapat simulasi sederhana, gambar, dan video yang dapat menarik perhatian
peserta didik dan mempermudah peserta didik dalam memahami materi.
9. Menu lembar kerja peserta didik berisi lembar kerja praktikum Hukum
Termodinamika 1 serta lembar kerja diskusi.
10. Menu petunjuk berisi petunjuk penggunaan IPMLM.
11. Menu Profil berisi profil pengembang dan dosen pembimbing.
12. Bahasa yang digunakan di dalam IPMLM sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).

10
G. Manfaat Pengembangan
Pengembangan physics mobile learning media sebagai media pembelajaran yang
bersifat interaktif dengan pendekatan sccafolding diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Untuk pendidikan di Indonesia
a. Dengan bantuan media ini penerapan Kurikulum 2013 dapat lebih maksimal
dijalankan
b. Sebagai alternatif dalam kaitannya dengan masalah media pembelajaran
c. Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan membentuk keluaran-
keluaran yang berkualitas
2. Untuk peserta didik
a. Media yang dikembangkan dapat membantu peserta didik untuk memahami
konsep-konsep fisika secara mendalam serta meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik
b. Meningkatkan self efficacy peserta didik sehingga motivasi untuk terus belajar
juga meningkat
c. Melalui media ini, peserta didik dapat belajar secara mandiri kapan dan
dimana pun.
3. Untuk guru
a. Mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
b. Membantu guru untuk melakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran
yang lebih inovatif dan beragam.
c. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam pemanfaatan
teknologi untuk pembelajaran

11
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Fisika


Pembelajaran adalah proses yang tidak pernah berhenti sejak seorang dilahirkan.
Dengan pembelajaran, seorang anak akan mengalami perkembangan. Dengan demikian,
pembelajaran dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Slavin, 2011).
Menurut teori behavioristik pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang terjadi
akibat suatu pengalaman tertentu. Perubahan perilaku anak bergantung pada konsekuensi
atau hasil langsungnya. Hasil yang menyenangkan akan memperkuat perilaku peserta
didik. Sebaliknya hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku peserta
didik (Slavin, 2011). Teori konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran merupakan
proses seorang anak membangun pengetahuannya sendiri secara aktif. Anak membangun
struktur kognitifnya saat menginterpretasikan pengalaman yang dialaminya (Slavin,
2011). Dari kedua pandangan diatas disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai akibat
pengalaman langsung dan sebagai sebuah proses konstruksi pengetahuan.
Teori konstruktivisme yang memiliki pengaruh besar dalam dunia pendidikan
adalah teori kognitif piaget dan teori sosiokultural Vygotsky. Teori kognitif Piaget
menjelaskan bahwa pemahaman seorang anak berkembang melalui proses asimilasi dan
melalui proses akomodasi. Asimilasi adalah proses dimana anak memahami sesuatu yang
baru dengan menggunakan skema yang sudah ada di dalam pikirannya (Slavin, 2017).
Sedangkan, proses akomodasi adalah suatu proses dimana seorang anak mengubah skema
yang sudah ada (Slavin, 2017). Kondisi ini terjadi saat skema yang dimiliki anak tidak
sesuai dengan informasi aatau situasi baru yang ia temui. Kedua proses tersebut terjadi
terus menerus sampai terjadinya equilibrasi. Equilibrasi ini mengacu pada dorongan
untuk mencapai keseimbangan yang optimal antara lingkungan dan skema yang sudah
ada dalam pikirannya.
Teori konstruktivisme sosial Vygotsky menyatakan bahwa seorang anak
melakukan pembelajaran melalui informasi yang didapat dan pengajaran dari orang lain
(Woolfolk, 2009 & Slavin, 2017). Seorang anak melakukan pembelajaran dengan
melibatkan alat-alat kultural. Alat kultural yang dimaksud adalah termasuk alat-alat
material seperti penggaris, alat-alat di laboratorium, dan sebagainya. Dewasa ini beberapa
alat ditambahkan seperti komputer, internet, smartphone dan sebagainya. Selain alat-alat
material terdapat alat-alat psikologis seperti tanda, simbol, peta, bahasa kode dan

12
sebagainya (Woolfolk, 2009 & Slavin, 2017). Alat-alat kultural ini yang diperoleh
melalui informasi yang didapat dan pengajaran dari orang lain. Selanjutnya, sebagai hasil
interaksi dengan orang lain, anak akan melakukan penghayatan secara internal di dalam
dirinya. Disinilah terjadinya perkembangan kognitif. Proses tersebutlah yang membuat
anak dapat berpikir dan menyelesaikan suatu masalah secara mandiri (Slavin, 2017). Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melibatkan interaksi sosial dan menerapkan
proses tersebut secara internal dalam diri anak. Dalam proses tersebut, peran alat kultural
sangat besar. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, media pembelajaran sangat dibutuhkan
dalam proses perkembangan kognitif peserta didik.
Sains adalah proses dalam mengumpulkan fakta dan membuat sebuah teori.
Tujuan utama sains adalah untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia
terhadap alam sekitarnya (Giancolli, 1999). Fisika merupakan salah satu cabang ilmu
sains, sehingga hakikat Fisika dapat dipahami dan ditinjau melalui hakikat sains. Seperti
cabang sains lainnya, belajar Fisika berawal dengan eksperimental dan pengukuran secara
kuantitatif. Fisika bertujuan untuk menemukan hukum dasar tentang fenomena-fenomena
alam. Selanjutnya, teori akan dikembangkan berdasarkan hukum dasar tersebut (Serway,
2004). Hukum dasar yang digunakan dalam mengembangkan teori dituangkan dalam
bahasa matematika. Sains dalam hal ini Fisika terdiri atas proses dan produk. Dalam
bentuk proses, fisika menunjukkan cara-cara dan sarana untuk mengeksplorasi kebenaran.
Sebagian besar pengetahuan Fisika diperoleh peserta didik melalui proses ilmiah yaitu
merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, memanipulasi variabel, melakukan
eksperimen, menghitung dan menarik kesimpulan (Gedrave, 2009; Collete & Chiappetta,
1994). Dalam bentuk produk, Fisika menyajikan tubuh pengetahuan yang berguna yang
sistematis dan terorganisir (Collete & Chiappetta, 1994). Produk fisika terdiri atas fakta,
konsep, teori, serta prinsip dan hukum.
Pengetahuan tentang Fisika sangat penting karena sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Gedgrave (2009) Fisika adalah pelajaran yang sangat
menarik yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Perkembangan keterampilan berpikir terjadi karena dalam fisika peserta didik
menemukan sejumlah besar masalah yang memberi mereka kesempatan untuk berpikir.
Keterampilan berpikir tersebut akan digunakan peserta didik untuk menyelesaikan
persoalan Fisika. Dengan demikian, dalam pembelajarannya, Fisika harus memfasilitasi
peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan tersebut.

13
Fisika harus dipelajari sedemikian rupa, sehingga pengetahuan fisika tersebut
dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, Fisika tidak dapat diajarkan
kepada peserta didik dengan cara yang informatif. Pembelajaran Fisika seperti ini tidak
efektif karena peserta didik tidak aktif membangun pengetahuannya sendiri. Akibatnya,
peserta didik kesulitan untuk menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan Fisika (Mundilarto, 2002). Fisika yang tergolong sebagai
pengetahuan fisis yang paling mendasar, berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar alam
semesta (Serway, 2004). Karena Fisika termasuk pengetahuan fisis, maka dalam
pembelajaran Fisika diperlukan kontak langsung dengan hal yang ingin dipelajari
(Suparno, 2007). Dengan pengalaman atau pengamatan langsung dengan panca indera,
peserta didik lebih mudah untuk belajar. Mundilarto (2002) menyatakan bahwa dengan
pengalaman tersebut peserta didik akan mengembangkan kemampuannya secara
perlahan-lahan untuk memahami konsep-konsep fisika yang abstrak, berpikir secara logis,
bahkan melakukan generalisasi.
Pembelajaran dapat lebih bermakna jika peserta didik aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Pembelajaran Fisika adalah pengetahuan fisis, yang mana dalam
mempelajari Fisika peserta didik harus melibatkan panca inderanya. Dengan demikian,
keterampilan berpikir, keterampilan proses, dan aspek sikap peserta didik diasah dengan
baik. Dalam pembelajaran seperti ini, peserta didik membutuhkan bantuan guru, teman
sebaya dan media pembelajaran. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut
adalah dengan menyediakan teknik, strategi, pendekatan atau media yang cocok. Dalam
penelitian ini adalah menggunakan media smartphone dan pendekatan pembelajaran
scaffolding.

B. Scaffolding
Teori konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa anak membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan orang lain. Anak akan menghayati informasi hasil
interaksinya secara internal. Anak dapat mengatasi suatu masalah dengan mengalami
proses tersebut Namun, dalam proses pembelajaran ada kalanya peserta didik tidak dapat
menyelesaikan masalah-masalah tertentu. Ada beberapa masalah yang berada diluar
kemampuannya dan tidak dapat dikerjakannya secara mandiri. Dalam kasus seperti itu
anak membutuhkan bantuan orang dari orang lain. Zone of Proximal Development (ZPD)
merupakan wilayah perkembangan peserta didik diantara tingkat perkembangan yang
dimiliki (aktual) dan tingkat perkembangan yang membutuhkan bantuan orang lain

14
(potensial) (Woolfolk, 2009). Tingkat perkembangan aktual adalah kondisi dimana
peserta didik masih dapat menyelesaikan masalah secara mandiri. Sebaliknya, tingkat
perkembangan potensial adalah tingkat perkembangan yang bisa dimiliki peserta didik
dengan bantuan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya (Schunk, 2012).
Perkembangan kognitif anak terjadi saat anak mencapai kemampuan potensialnya yang
mana tidak terlepas dari interaksi sosial dalam ZPD.
Tingkat perkembangan potensial dapat dicapai dengan memberikan scaffolding,
“penyangga” atau “perancah” (Schunk, 2012). Istilah scaffolding ditemukan oleh Wood,
Bruner, dan Ross (1976) yang sesuai dengan konsep ZPD Vygotsky. Wood, Bruner, dan
Ross (1976) menyatakan bahwa scaffolding memungkinkan seorang anak untuk
memecahkan masalah, melaksanakan tugas atau mencapai tujuan yang ditentukan.
Scaffolding berdasar pada teknik pemodelan Bandura. Pada awal pembelajaran guru
memodelkan keterampilan yang diajarkan, kemudian mengurangi bantuan secara
perlahan ketika keterampilan peserta didik meningkat (Scunk, 2012; Slavin, 2017). Jadi
scaffolding adalah tangga atau perancah sebagai pijakan peserta didik untuk mencapai
tingkat perkembangan potensialnya.
Menurut Anghileri (2006), scaffolding terdiri atas tiga tingkatan yaitu a) level
environment provision, b) level explaining, reviewing, dan restructuring, dan c) level
developing conceptual. Tingkatan-tingkatan tersebut merupakan serangkaian pendekatan
yang diterapkan dalam proses pembelajaran, yang dijelaskan sebagai berikut ( Anghileri,
2006):
1. Level 1 Environment Provision
Pada level environment provision, guru mengkondisikan lingkungan belajar untuk
peserta didik. Lingkungan belajar yang dimaksud bukan sekedar mengatur kelas untuk
peserta didik. Guru juga menyediakan alat-alat yang dibutuhkan peserta didik, seperti
membagikan lembar kerja peserta didik, menyediakan alat peraga, dan sebagainya. Selain
itu, pengkondisian lingkungan belajar termasuk juga membagi peserta didik dalam
kelompok-kelompok sehingga mereka dapat memecahkan masalah di dalam kelompok.
Level ini belum melibatkan interaksi langsung guru dan peserta didik. Telah ditemukan
oleh Bliss, Askew, and Macrae (1996) bahwa interaksi yang terjadi hanya berupa
memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik. Perancah tersebut yang
diklasifikasikan sebagai perancah aktual.

15
2. Level 2 Explaining, Reviewing dan Restructuring
Level yang kedua adalah explaining (menjelaskan), reviewing (meninjau kembali)
dan restructuring (membangun kembali). Berbeda dengan level yang yang pertama, pada
level kedua melibatan interaksi langsung antara guru dan peserta didik tentang materi
yang dipelajari. Level kedua ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Interaksi Dalam Level 2 Scaffolding


Gambar 2.1 menunjukkan bahwa, sudah menjadi tradisi guru “menunjukkan”
dan “memberi tahu” atau “menjelaskan” gagasan yang akan dipelajari. Pembelajaran
seperti ini memang memuaskan bagi guru. Namun, tanpa disadari bahwa cara tersebut
membatasi pemikiran peserta didik. Bila penjelasan guru tidak ‘selaras’ dengan pemikiran
peserta didik, maka peserta didik akan kesulitan untuk menyatukan gagasan yang berbeda
tersebut (Anghileri, 1995). Kemungkinan terburuknya adalah peserta didik akan
mengalami miskonsepsi.
Pada tingkatan yang kedua, reviewing dan restructuring adalah cara lain untuk
melibatkan peserta didik dalam mengembangkan pemahamannya tentang materi yang
dipelajari. Reviewing berhubungan dengan interaksi di mana guru mendorong

16
pengalaman untuk memusatkan perhatian peserta didik konsep-konsep fisika yang
terlibat. Sedangkan, restructuring adalah guru yang membuat adaptasi untuk
memodifikasi pengalaman dan membawa konsep fisika agar lebih dekat dengan
pemahaman peserta didik (Anghileri, 2006). Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
analogi, menggunakan media alat peraga dan lain sebagainya. Kedua konsep tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Reviewing
Ketika peserta didik diberikan tugas atau persoalan, ada kalanya mereka tidak
dapat mengidentifikasi konsep yang paling cocok dengan masalah tersebut. Tindakan
yang perlu dilakukan guru adalah memfokuskan kembali perhatian peserta didik. Guru
memberi mereka kesempatan lebih lanjut agar peserta didik dapat mengembangkan
pemahaman mereka sendiri tanpa mengandalkan guru. Interaksi seperti itu
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Meminta peserta didik untuk mengamati, meraba dan meluruskan apa yang mereka
amati dan pikirkan. Cara tersebut dapat mendorong peserta didik untuk menangani
manipulatif, merenungkan apa yang dapat mereka lihat, dan mengulangi instruksi atau
menggambarkan hasil pengamatan.
2) Mengarahkan peserta didik menuju solusi dengan menggunakan teknik bertanya yang
bersifat mendorong dan menyelidik. Pertanyaan seperti itu dapat mendukung
pemikiran peserta didik. Pertanyaan yang bersifat mendorong dan menyelidik dapat
membuat peserta didik mengembangkan pemikiran mereka sendiri.
3) Menafsirkan tindakan dan pembicaraan peserta didik. Sebagai contoh, dalam
praktikum peserta didik merancang atau melakukan percobaan dengan strateginya
sendiri. Respon guru adalah memberikan komentar apresiasi terhadap kerja peserta
didik. Komentar seperti ini akan memfasilitasi refleksi anak terhadap tugas tersebut.
4) Pemodelan paralel. Jika peserta didik tidak dapat memecahkan suatu persoalan Fisika,
guru dapat memberikan contoh dengan masalah yang serupa. Namun yang perlu
diperhatikan bahwa guru tidak memberitahukan cara untuk memecahkan masalah
tersebut.
5) Meminta peserta didik untuk menjelaskan dan membenarkan. Peserta didik secara
aktif mengungkapkan pemikiran mereka secara eksplisit; mendengarkan presentasi
hasil kerja yang dibuat oleh teman sekelas dan mengungkapkan saat mereka tidak
memahami penjelasan tersebut, serta mengajukan pertanyaan klarifikasi. Proses
seperti ini akan membantu guru untuk memantau pemahaman setiap peserta didik.

17
Mengaktifkan peserta didik untuk mengembangkan makna mereka sendiri dengan
cara ini dapat memiliki manfaat jangka panjang dalam meningkatkan kepercayaan diri
dan kemandirian dalam belajar.

b. Restrukturisasi
Melalui restrukturisasi, guru membantu peserta didik dengan memodifikasi materi
Fisika, sehingga lebih mudah dijangkau peserta didik. Dalam hal ini, hasil modifikasi
tersebut tidak hanya tidak hanya menyesuaikan dengan pemahaman peserta didik yang
ada namun juga memiliki makna. Berbeda dengan reviewing, di mana interaksi guru-
peserta didik dimaksudkan untuk mendorong refleksi, mengklarifikasi namun tidak
mengubah pemahaman peserta didik. Restrukturisasi melibatkan interaksi seperti:
1) Guru menyediakan situasi kontekstual untuk konsep-konsep abstrak. Saat peserta
didik tidak dapat memecahkan masalah yang abstrak, situasi atau fenomena
kontekstual dapat membantu peserta didik. Peserta didik akan menggunakan
pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada untuk mengidentifikasi masalah atau
situasi abstrak tersebut. Jadi, penyediaan situasi kontekstual tersebut memungkinkan
terjadinya proses asimilasi pada peserta didik sehingga pemahamannya berkembang
(Dasilva, 2016).
2) Menyederhanakan masalah. Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan suatu
masalah, guru dapat memberikan masalah atau tugas yang sederhana terlebih dahulu,
baru kemudian masalah yang lebih kompleks.
3) Mengulang kata-kata peserta didik. Guru mengambil inti pembicaraan peserta didik,
kemudian membuat gagasan tersebut lebih jelas tanpa kehilangan makna yang
dimaksud. Kemudian guru menegosiasikan makna baru untuk membangun
pemahaman matematis yang valid (Anghileri, 1995). Hal ini juga berkaitan dengan
strategi menafsirkan tindakan dan diskusi peserta didik pada level sebelumnya.
Namun dalam tahap ini dilanjutkan dengan guru mengenalkan dan memperluas
bahasa matematika yang lebih formal. Penggunaan kosa kata anak juga bisa tidak
akurat dan guru dapat mengenalkan terminologi yang benar untuk mengulang kembali
maksud peserta didik.
4) Negosiasi makna. Dalam pembelajaran, setiap peserta didik menggunakan kalimat
atau kata yang berbeda-beda. Tugas guru adalah melakukan negosiasi makna. Proses
negosiasi ini melibatkan sebuah “proses sosial” untuk mengembangkan sebuah topik.
Proses sosial yang dimaksud adalah bagian kalimat atau kata yang digunakan,

18
disepakati oleh semua peserta didik. Hal seperti ini juga menghindari terjadinya
ambiguitas dan juga miskonsepsi.
3. Level 3 Developing Conceptual
Tingkat perancah tertinggi ini terdiri dari interaksi pengajaran yang secara eksplisit
membahas pengembangan pemikiran konseptual. Hal ini dapat dilakukan dengan
menciptakan kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman kepada murid dan guru
secara bersamaan. Peserta didik didukung dalam membuat koneksi dan mengembangkan
berbagai alat keterampilan yang merepresentasikan konsep Fisika. Pada level ketiga ini,
guru dapat melibatkan peserta didik dalam menghasilkan wacana terkait konsep Fisika
yang dapat memperluas pemikiran mereka. Interaksi pada level ketiga ini merupakan
interaksi yang paling efektif. Berdasarkan uraian diatas, Tabel 2.1 berikut adalah contoh
kegiatan dalam pembelajaran berdasarkan level-level scaffolding.
Tabel 2.1. Contoh Interaksi dan Kegiatan Scaffolding Dalam Pembelajaran
Contoh Kegiatan di Kelas Level Scaffolding
Membagi peserta didik dalam kelompok,
membagikan LKPD, mengajarkan cara
menggunakan IPMLM, memberikan motivasi Environment Provision
dan dorongan, apersepsi, mengatur alat-alat
praktikum, dan sebagainya.
Memberikan masalah kepada peserta didik (dari
masalah yang sederhana terlebih dahulu), peserta
didik menyelesaikan masalah.
Peserta didik berdiskusi dalam kelompok,
mempresentasikan hasil diskusi, peserta didik
lain menanggapi hasil diskusi.
Melakukan percobaan, mengamati simulasi Reviewing, restructuring
Guru memberikan pemodelan paralel atau contoh
yang serupa dengan masalah
Guru memberikan situasi kontekstual untuk
menggambarkan masalah Fisika yang abstrak
misalnya dengan menunjukkan video, animasi,
gambar, atau simulasi kepada peserta didik.
Peserta didik membuat alat representational,
menghasilkan wacana terkait konsep-konsep Developing conceptual
dalam materi termodinamika.

19
C. Media Pembelajaran
1. Media Pembelajaran Fisika
Berdasarkan hakikat pembelajaran fisika, proses pembelajaran Fisika harus
didasarkan pada pengalaman langsung baik di alam maupun di laboratorium. Setelah
mengalami pengalaman langsung, peserta didik diarahkan untuk mengkaji perilaku atau
gejala-gejala alam tersebut. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika diperlukan media
pembelajaran. Hal tersebut juga sejalan dengan pemikiran Vygotsky bahwa alat-alat
kultural sangat membantu dalam perkembangan kognitif anak.
Media dalam pembelajaran befungsi sebagai perantara yang dapat menyampaikan
isi pembelajaran kepada peserta didik (Arsyad, 2014). Media yang digunakan dalam
pembelajaran berupa alat-alat elektronik, photografis, atau grafis (Arsyad, 2014). Alat-
alat tersebut membantu peserta didik dalam menangkap isi pembelajaran, memproses
dan menyusun kembali informasi-informasi yang diterimanya. Selain itu, melalui media
pembelajaran peserta didik dapat memvisualisasikan konsep-konsep Fisika yang abstrak
menjadi lebih konkret.

Gambar 2.2. Kerucut Pengalaman Dale (https://bagusdwiradyan.wordpress.com/)


Menurut kerucut pengalaman Dale bahwa hasil belajar peserta didik dimulai
dengan pengalaman langsung, situasi nyata di lingkungan peserta didik, media tiruan,
sampai pada lambang kata. Semakin ke puncak kerucut, media tersebut semakin abstrak.
Dengan kata lain, tingkat keabstrakan pesan semakin tinggi saat menggunakan media
berupa lambang-lambang seperti kata, grafik dan bagan (Arsyad, 2014). Sebaliknya
semakin ke dasar kerucut, media tersebut semakin konkret. Semakin konkret sebah

20
media maka pembelajaran akan semakin bermakna. Bermakna dalam hal ini adalah
semakin banyak informasi atau gagasan yang diingat peserta didik. Sesuai dengan
dengan hakikat Fisika sebagai pengetahuan fisis maka dalam pembelajarannya peserta
didik harus mengalami langsung atau melihat apa yang akan dipelajari. Dengan
demikian, media pembelajaran Fisika harus memfasilitasi hal tersebut.

2. Media Bersifat Interaktif


Di era sekarang ini, teknologi sudah menjadi kebutuhan primer manusia. Hal ini
juga berpengaruh dalam dunia pendidikan. Guru dituntut untuk melek teknologi dan
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, salah satunya adalah multimedia
pembelajaran. Secara sederhana, multimedia berarti lebih dari satu media. Multimedia
merupakan perpaduan antara teks, simulasi, animasi, grafik, suara, serta video (Arsyad,
2014).
Multimedia dibagi menjadi dua macam yaitu multimedia interaktif dan multimedia
linier. Multimedia linier adalah multimedia yang berjalan berurutan, di mana pengguna
tidak dapat mengontrol proses didalamnya (Daryanto, 2013). Contohnya adalah film atau
TV. Sementara itu multimedia interaktif adalah multimedia yang memiliki alat
pengontrol sehingga pengguna dapat mengoperasikan urutan proses-proses di dalamnya.
Multimedia interaktif ini menyediakan komunikasi dua arah antara pengguna dan alat
(Munir, 2013). Jadi multimedia pembelajaran yang interaktif adalah multimedia yang
digunakan dalam proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
memberikan respon. Multimedia ini berfungsi untuk menyalurkan pesan pembelajaran
kepada peserta didik.
Sebagai media pembelajaran, multimedia interaktif dalam pembelajaran memiliki
beberapa keunggulan yakni a) menyediakan unsur interaktif di antara guru dan peserta
didik b) memiliki kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan umpan balik; c)
peserta didik dapat memilih topik yang sukai dan hendak dipelajari; d) mudah dalam
mengontrol proses pembelajaran secara sistematis (Munir, 2013). Keunggulan-
keunggulan tersebut sangat baik jika diterapkan dalam pembelajaran Fisika.

21
3. Mobile Learning Media
Multimedia pembelajaran memiliki banyak jenis yaitu pembelajaran berbasis
computer, e-learning, mobile learning, 3D dan animasi, serta media presentasi
(Darmawan, 2012). Multimedia pembelajaran dalam penelitian ini adalah mobile
learning. Mobile learning adalah jenis pembelajaran yang dilakukan melalui perangkat
portabel yang mudah dalam hal mengakses data yang terus berubah. Selain itu juga
mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain serta dapat digunakan di manapun
(Goksu & Atici, 2013). Perangkat mobile yang digunakan dalam mobile learning yakni
laptop, komputer palmtop atau PDA (Personal Digital Assistant), tablet PC, dan
Smartphone (Goksu & Atici, 2013; Valk, Rashid, & Elder, 2010).
Karakteristik mobile learning adalah (a) mobilitas peserta didik, (b) belajar di
mana saja dan kapan saja, (c) melalui perangkat mobile (d) melibatkan peserta didik
dengan konektivitas yang konstan, (e) mendorong pembelajaran kolaboratif, dan (f)
memungkinkan pembelajaran otentik (Ibanez, 2016; Gikas dan Grant, 2013). Selain itu,
mobile learning memiliki beberapa keunggulan yang tidak sebatas kemudahan dalam
mengakses. Diantaranya adalah memberikan kesempatan belajar individual dan juga
kelompok kepada peserta didik, memfasilitasi proses pembelajaran alternatif dan
metode-metode pembelajaran baru yang efektif untuk belajar, peserta didik diberikan
kesempatan untuk memberikan respon (Goksu & Atici, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa berdasarkan hakikat Fisika,
maka diperlukan media pembelajaran yang dapat menyediakan pengalaman konkret bagi
peserta didik. Media tersebut berupa Physics Mobile Learning Media (PMLM). PMLM
termasuk dalam multimedia berbasis mobile learning. PMLM berisi materi pembelajaran
termodinamika, simulasi, video, gambar, dan sebagainya.
Perangkat yang dimanfaatkan adalah smartphone. Smartphone ini dipilih sebagai
perangkat karena kemudahannya dalam mengakses informasi, dapat dibawa kemana-
mana sehingga peserta didik dapat belajar kapan dan dimanapun, sifatnya yang interaktif,
serta dapat berkolaboratif dengan temannya. Selain itu, smartphone sudah dimiliki oleh
hampir semua peserta didik.
Penggunaan perangkat ini dalam pembelajaran dengan pendekatan scaffolding
sesuai dengan teori Vygotsky yang berkaitan dengan peran orang, sistem atau alat untuk
membantu peserta didik mencapai ZPD (Faloon, 2017). Selain itu, scaffolding yang

22
diperkuat teknologi memperluas proses yang memungkinkan seorang anak memecahkan
masalah, melakukan tugas atau mencapai tujuan (Wood et al., 1976, hal 90)

D. Higher Order Thinking Skills


Kemampuan berpikir peserta didik sangat berpengaruh dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah kemampuan peserta didik dalam belajar, kecepatan
dalam memahami dan mengerjakan sesuatu serta keefektifan pembelajaran.
Keterampilan berpikir penting bagi peserta didik untuk memecahkan masalah dalam
proses belajar sehingga mendorong pemikiran yang kompetitif, mengembangkan
intelektual dan membantu menghindari kesalahan dalam berpikir (Budsankom,
Sawangboon, Damrongpanit, & Chuensirimongkol, 2015).
Fisika adalah salah satu mata pembelajaran yang membantu dalam peningkatan
keterampilan berpikir dalam diri peserta didik. Dengan demikian, proses pembelajaran
Fisika harus memfasilitasi peserta didik untuk mencapai keterampilan-keterampilan
tersebut. Sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika, peserta harus terlibat aktif dalam
proses-proses ilmiah. Selain itu, kompetensi yang dituntut pada Kurikulum 2013 adalah
kompetensi berpikir tingkat tinggi (Kemdikbud, 2016).
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001).kemampuan kognitif terbagi menjadi
Lower Order Thinking (kemampuan berpikir tingkat rendah) dan Higher Order Thinking
(kemampuan berpikir tingkat tinggi). Kemampuan berpikir tingkat rendah meliputi
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). Kemampuan
berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6) (Anderson & Krathwohl, 2001).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan dan keahlian peserta
didik untuk menyelesaikan sebuah masalah atau situasi yang baru. (Rofiah et al., 2013;
Budsankom et al., 2015). Proses berpikir yang dimaksud lebih dari pada sekedar
mengingat atau menghafalkan gagasan tertentu. Proses berpikir ini melibatkan penerapan
informasi yang sudah diperoleh peserta didik untuk memecahkan masalah (Heong,
Othman, Yunos, Kiong, Hasan, & Mohamad, 2011). Menurut Brookhart dan Nitko
(2011) terdapat beberapa aspek yang berhubungan dengan berpikir tingkat tinggi yakni
pemahaman konsep, berpikir sistematis, menyelesaikan masalah, dan berpikir kritis. Jadi
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah penggunaan pikiran untuk menghadapi situasi
baru dengan berpikir secara sistematis, kreatif, dan kritis. Peserta didik perlu belajar dan

23
mempraktekkan kemampuan ini untuk mendapatkan jawaban, membuat keputusan, dan
menyelesaikan masalah.
Karakteristik peserta didik dengan HOTS adalah berpikiran terbuka, selalu ingin
tahu, menyukai proses menemukan sebuah fakta, melakukan perencanaan dan memilih
metode yang paling cocok, serta menggunakan bukti untuk berpikir secara rasional
(Budsankom et al., 2015). Dengan demikian, peserta didik dengan HOTS mampu
menciptakan pengetahuan baru dan membuat keputusan yang tepat dan logis.
Menurut taksonomi Bloom yang sudah direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001),
HOTS atas kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
dengan masing-masing indikator yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.2. Tabel kemampuan dalam HOTS beserta indikatornya
No Aspek Kemampuan Indikator Pencapaian
Dapat membedakan
1 Kemampuan menganalisis Dapat mengorganisasi
Dapat mengatribusi
Dapat memeriksa
2 Kemampuan mengevaluasi
Dapat mengkritik
Dapat merumuskan
3 Kemampuan mencipta Dapat merencanakan
Dapat memproduksi

Indikator untuk mengukur kemampuan tersebut antara lain:


1. Kemampuan Menganalisis
a. Dapat Membedakan. Membedakan bagian-bagian materi yang penting dari bagian-
bagian materi yang tidak penting. Contohnya, menentukan tahap-tahap tentang cara
kerja termometer tekanan volume konstan. Peserta didik membaca buku, dan
kemudian diminta memerinci tahap-tahap pokok cara kerja termometer tekanan
volume konstan tersebut.
b. Dapat Mengorganisasi. Mengorganisasi adalah peserta didik dapat menemukan
koherensi suatu elemen tertentu dalam membentuk sebuah struktur. Contohnya saat
peserta didik diberikan deskripsi tentang sebuah masalah, maka mereka dapat
mengidentifikasi hubungan yang koheren dan sistematis diantara besaran-besaran
fisika yang terlibat.
c. Dapat Mengatribusikan. Mengatribusikan terjadi saat peserta didik dapat
menentukan sudut pandang atau makna yang mendasari suatu gagasan.

24
2. Kemampuan Mengevaluasi
a. Dapat memeriksa. Mendeteksi atau menguji kesalahan sebuah produk atau proses
tertentu. Misalnya menentukan apakah kesimpulan yang ditarik sesuai dengan data
yang diamati atau tidak. Menguji apakah data-datanya menerima atau menolak
hipotesis.
b. Dapat mengkritik. Peserta didik dapat menilai ketidaksesuaian antara suatu produk
atau proses dengan kriteria eksternal dan standar yang ditentukan. Menentukan
prosedur, metode, atau solusi yang paling sesuai untuk masalah yang diberikan
3. Kemampuan mencipta
a. Dapat merumuskan. Peserta didik dapat merumuskan pertanyaan atau membuat
hipotesis berdasarkan fenomena yang diamati.
b. Dapat merencanakan. Merencanakan melibatkan kemampuan peserta didik dalama
merancang prosedur untuk menyelesaikan masalah. Contohnya, peserta didik dapat
membuat rancangan praktikum untuk menguji suatu hipotesis.
c. Dapat memproduksi. Memproduksi atau mengkonstruksi merupakan proses
melaksanakan rencana pemecahan masalah berdasarkan spesifikasi tertentu.
Tujuan kegiatan produksi tersebut adalah memasukkan keaslian atau orisinalitas
dari peserta didik.
Berdasarkan aspek dan indikator kemampuan HOTS diatas, berikut merupakan
kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Tabel 2.3. Level Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi serta Kata Kerja
Operasional yang Digunakan
Level HOTS Kata Kerja Operasional
C4. Analisis Mendeteksi, membandingkan, menguraikan, mengorganisasi,
mengaitkan, memecahkan, menelaah, menyeleksi, memilih
C5. Evaluasi Mengecek, mengkritik, menilai, memberikan argumentasi,
menafsirkan, membuktikan, mendukung
C6. Mencipta Merencanakan, merancang, mendesain, merangkaikan,
membuat, membangun, mengkonstruksi, menciptakan,
memproduksi, merekonstruksi, menyusun kembali.

E. Self Efficacy
Self efficacy merupakan keyakinan seorang terhadap kemampuannya dalam
melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Bandura, 1977).
Dengan kata lain, self efficacy adalah pandangan seorang tentang kemampuannya dalam
menghasilkan tindakan tertentu (Bandura, 1994). Self efficacy merupakan keyakinan
terhadap diri sendiri “saya bisa” sebaliknya, keputusasaan adalah “saya tidak bisa”
25
(Santrock, 2011). Peserta didik dengan self efficacy diri yang tinggi akan merasa “saya
mampu mempelajari materi termodinamika” atau “saya mampu melakukan aktivitas ini”.
Harapan sesorang terhadap hasil suatu tindakan merupakan keyakinan mereka tentang
hasil yang diperoleh dari tindakan-tindakan tersebut (Schunk, 2012) . Contohnya seorang
anak percaya bahwa jika ia dapat menjawab soal ujian dengan benar, maka ia akan dipuji
orang tuanya. Namun, mungkin saja anak tersebut tidak berusaha untuk mengerjakan
ujian dengan benar karena ragu atas kemampuannya untuk menjawab soal ujian.
Sebagian self efficacy dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik. Peserta didik
yang memiliki self efficacy yang baik, memiliki kemampuan yang baik pula (Schunk,
2012; Ormrod, 2009). Sebaliknya, peserta didik dengan kemampuan rendah, juga self
efficacy-nya yang rendah. Namun, perlu diketahui bahwa self efficacy tidak sama dengan
kemampuan.
Self efficacy sangat mempengaruhi pilihan peserta didik dalam melakukan
aktivitas-aktivitas pembelajaran. Para peserta didik dengan self efficacy yang lebih rendah
dapat menghindari tugas yang diberikan. Sementara itu, peserta didik yang mempunyai
self efficacy yang lebih tinggi akan bersemangat dalam mengerjakan tugas yang
diberikan. Selain itu, self efficacy juga sangat berpengaruh terhadap keuletan serta usaha
yang diberikan oleh peserta didik. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang lebih
dalam belajar memiliki keuletan dan usaha yang lebih besar (Ormrod, 2009). Sebagai
contoh, saat menemukan kesulitan, peserta didik dengan self efficacy yang lebih tinggi
memiliki usaha yang lebih besar untuk menyelesaikannya. Selain itu juga, juga akan
bertahan lebih lama dibandingkan dengan peserta didik dengan self efficacy yang lebih
rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa, self efficacy sangat mempengaruhi pembelajaran.
Menurut Bandura (1977), self efficacy setiap individu berbeda-beda. Perbedaan
tersebut dapat dilihat melalui tiga aspek yakni magnitude, strength, dan generality.
1. Magnitude adalah tingkat kesulitan yang berhubungan dengan tugas-tugas individu
peserta didik. Aspek ini menentukan pemilihan perilaku yang akan dicoba peserta
didik dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi terkait tugas-tugas yang diberikan.
Individu akan berusaha melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan tugas yang
dianggap dapat dilakukannya. Peserta didik akan menghindari perilaku yang dianggap
diluar batas kemampuannya.
2. Strenght adalah aspek yang berkaitan dengan kekuatan keyakinan individu atas
kemampuannya. Seberapa tinggi keyakinan peserta didik dalam mengatasi
kesulitannya atau menyelesaikan masalah. Peserta didik yang memiliki harapan yang

26
kuat akan mendorongnya untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan walaupun
mungkin belum memiliki pengalaman yang menunjang. Sebaliknya, peserta didik
yang memiliki ragu akan kemampuan diri akan mudah goyah dan menera bila mana
tidak memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang.
3. Generality adalah aspek yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku diyakini
oleh individu mampu dilaksanakan. Keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya
bergantung pada kemampuan pemahaman dirinya baik yang terbatas pada suatu
aktivitas dan situasi tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas atau situasi.
Self efficacy dapat ditingkatkan melalui pembelajaran. Pembelajaran
menggunakan metode-metode pembelajaran yang memberikan bantuan sepenuhnya
kepada peserta didik tidak dapat meningkatkan self efficacy. Sebaliknya, self efficacy
peserta didik dapat ditingkatkan melalui kegiatan yang memfasilitasi peserta didik untuk
mempraktekkan keterampilan-keterampilannya secara mandiri (Schunk, 2012).
Pendekatan scaffolding dalam penelitian ini sangat cocok untuk meningkatkan self
efficacy peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator. Peserta didik membangun
pengetahuannya melalui bantuan guru, teman sebaya, serta alat kultural berupa
smartphone.
Menurut Schunk (2012), self efficacy seseorang dapat diukur dengan menilai
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Keterampilan dan kemampuan tersebut
dapat diukur dengan menerjemahkannya ke dalam tindakan-tindakan. Berdasarkan uraian
di atas, maka dibuat pedoman penyusunan instrumen untuk mengukur self efficacy
peserta didik.
No Sumber Pengertian Self Efficacy

1 Bandura, 1977 Self efficacy merupakan keyakinan seorang terhadap


kemampuannya dalam melakukan suatu tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan

2 Bandura, 1994 Self efficacy adalah pandangan seorang tentang


kemampuannya dalam menghasilkan tindakan tertentu

3 Santrock, 2011 Self efficacy merupakan keyakinan terhadap diri sendiri “saya
bisa” sebaliknya, keputusasaan adalah “saya tidak bisa”
Peserta didik dengan self efficacy yang tinggi akan merasa
“saya mampu melakukan aktivitas ini”.

4 Ormrod, 2009 Peserta didik yang memiliki self efficacy yang lebih dalam
belajar memiliki keuletan dan usaha yang lebih besar. Para
peserta didik dengan self efficacy yang lebih rendah dapat

27
menghindari tugas yang diberikan.

5 (Ormrod, 2009). Peserta didik dengan self efficacy yang lebih tinggi memiliki
usaha yang lebih besar untuk menyelesaikannya. Selain itu
juga, juga akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan
peserta didik dengan self efficacy yang lebih rendah

6 Bandura, 1977 Aspek magnitude menentukan pemilihan perilaku yang akan


dicoba peserta didik dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapi terkait tugas-tugas yang diberikan.
Aspek strenght adalah aspek yang berkaitan dengan
kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya.
Aspek generality adalah aspek yang berkaitan dengan luas
cakupan tingkah laku diyakini oleh individu mampu
dilaksanakan

Berdasarkan pengertian di atas maka berikut merupakan indikator self efficacy


Tabel 2.4 Indikator Self Efficacy

No Aspek Self Indikator


Efficacy
1 Mengajukan pertanyaan saat merasa kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran di kelas
Magnitude
2 Mencari cara dari sumber lain dalam menyelesaikan
persoalan Termodinamika
3 Keyakinan terhadap diri dalam menyelesaikan tugas atau
suatu masalah terkait materi Termodinamika
4 Keyakinan terhadap diri sendiri dalam mempelajari
Srenght
materi Fisika
6 Ketekunan dan kegigihan dalam menyelesaikan
persoalan Termodinamika yang sulit
7 Mengembangkan, menambah serta memperkaya suatu
gagasan
Generality
8 Tidak takut akan kegagalan
9 Terbuka terhadap kritikan orang lain

28
F. Tinjauan Materi Termodinamika
1. Usaha Gas
Anggap suatu silinder dengan piston dapat bergerak bebas. Silinder ini diisi gas.
Gas tersebut akan menekan ke semua bagian silinder dengan tekanan sebesar P tak
terkecuali pada piston. Dengan demikian, gaya pada piston F = PA dengan A adalah luas
penampang piston.

Gambar 2.2. Gas mengembang dan menekan piston ke atas

Usaha oleh gas untuk memindahkan piston sejauh ∆y adalah:

∆W = F ∆y = P A ∆y

Karena A ∆y sama dengan perubahan volume gas ∆V, maka usaha yang dilakukan oleh
gas adalah:

∆W = P ∆V (usaha sistem)

Ketika gas mengembang maka volume bertambah (∆V positif), sehingga usaha
yang dilakukan oleh gas bernilai positif. Tetapi jika gas ditekan (Gambar 3), ∆V negatif
dan usaha yang dilakukan gas menjadi negatif (artinya gas menerima usaha atau kerja
dari lingkungan). Usaha yang dilakukan oleh lingkungan pada gas adalah minus
dibanding usaha yang dilakukan oleh gas.

W = - p ∆V (usaha lingkungan)

29
Gambar 2.3. Gas ditekan

Apa yang terjadi jika ∆V = 0 (tidak terjadi perubahan volume)? Tentu saja ∆W = 0. Dalam
hal ini gas tidak menerima atau melakukan usaha. Usaha total yang dilakukan pada gas
untuk mengubah volumenya dari V1 menjadi V2 adalah:

W=- (usaha lingkungan)

Catatan: Perhatikan baik-baik tanda negatif pada persamaan usaha yang dilakukan oleh
lingkungan (gaya luar) pada gas.

2. Proses-Proses Termodinamika Gas


Termodinamika memiliki beragam proses. Terdaoat empat macam proses yang
akan dibahas yakni:
a. Proses Isotermal
Proses isotermal adalah proses dimana suhu gas dibuat selalu tetap.

Gambar 2.4. Proses Isotermal

30
Suatu silinder lengkap dengan piston berisi gas. Gas dihubungkan dengan
reservoir panas. Tandon berfungsi mempertahankan agar suhu gas tetap sama. Tandon
akan memberikan panas ketika suhu gas turun dan menyerap panas ketika suhu gas naik.
(Catatan: suhu tandon dianggap tetap sama walaupun menerima atau memberikan panas
pada sistem, seandainya berubahpun perubahan suhunya sangat kecil). Segumpal pasir
dijatuhkan di atas piston sedikit demi sedikit. Ketika sedikit pasir jatuh di atas piston, gas
tertekan, volume gas mengecil sehingga suhu gas naik. Tandon akan menyerap panas gas
sehingga suhu gas kembali pada suhu semula. Jatuhkan lagi sebagian pasir di atas piston
lalu kita diamkan sampai suhu gas kembali ke suhu semula, demikian kita lakukan sampai
volume gas berubah dari V1 menjadi V2. Proses perubahan volume gas dari V1 menjadi V2
ini dinamakan proses isotermal karena suhu gas dipertahankan selalu tetap.

Gambar 2.5. Diagram PV Proses Isotermal


Proses ini dapat digambarkan dalam suatu diagram PV yang merupakan grafik
tekanan P fungsi volume V. Menurut persamaan umum gas ideal, hubungan P dan V
adalah:
P =

karena T konstan maka P berbanding terbalik dengan V, dalam diagram PV grafiknya


asimtot adalah berupa garis. Usaha yang dilakukan pada gas pada proses isotermik ini
dapat dihitung sebagai berikut:

W=-

Diketahui persamaan gas ideal adalah P = maka,

W=-

Karena n R T tetap maka dapat dikeluarkan dari integral, sehingga

W=-nRT

31
W=-nRT(

W = - n R T (ln

W = -n R T

b. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses dimana volume gas dipertahankan tetap. Gambar
berikut menggambarkan proses isokhorik

Gambar 2.6. Proses Isokhorik


Di sini piston dipaku sehingga volume gas tidak berubah. Ketika suhu dinaikkan,
molekul gas akan bergerak lebih cepat, sehingga tekanan gas akan naik. Sebaliknya ketika
suhu gas diturunkan, tekanan gas akan turun pula. Usaha yang dilakukan gas pada proses
ini sama dengan nol karena volume gas sama (∆𝑉 = 0). Diagram PV untuk proses
isokhorik berupa garis lurus sejajar sumbu P.

Gambar 2.7. Diagram P-V isokhorik


Persamaan keadaan gas isokhorik adalah sebagai berikut:
=C

Karena V tetap maka persamaan menjadi:


=C

Persamaan tersebut dapat juga ditulis:

32
c. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses dimana tekanan gas dibuat tetap. Proses isobarik
digambarkan pada Gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 proses isobarik


Pada proses ini seperti yang digambarkan pada Gambar 2.8 piston dapat bergerak
leluasa dan mempertahankan tekanan gas tetap sama ketika suhu gas berubah. Anggap
mula-mula tekanan gas P dan gas berada dalam keseimbangan. Karena gas seimbang
maka gaya yang diberikan gas pada piston sama dengan berat piston.
Ketika suhu gas dinaikkan perlahan-lahan, tekanan gas bertambah secara
perlahan. Gas akan menekan piston sehingga piston bergerak ke atas (volume gas
berubah), mempertahankan agar tekanan gas tetap sama dengan P. Proses pemanasan
perlahan-lahan ini dapat kita teruskan sampai volume gas naik dari V1 ke V2 (volume yang
kita kehendaki). Diagram PV untuk proses ini ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9. Diagram PV Proses Isobarik


Persamaan keadaan isobarik dengan P tetap adalah:
=C

Atau dapat ditulis:


=

Usaha yang dilakukan pada gas dalam proses isobarik dapat dihitung sebagai berikut:

33
W=-

W = −𝑃 (𝑉2 − 𝑉1)
Usaha yang dilakukan oleh gas pada proses isobarik adalah:
W = +𝑃 (𝑉2 − 𝑉1)
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik merupakan suatu proses dimana tidak ada panas yang keluar dari
atau masuk sistem. Proses ini terjadi pada suatu tempat yang benar-benar terisolasi secara
termal (tidak ada panas yang masuk atau keluar). Dalam kenyataan mustahil mendapatkan
proses yang benar-benar adiabatik sempurna. Proses yang agak mendekati proses
adiabatik adalah proses yang berlangsung sangat cepat. Ketika proses berlangsung sangat
cepat, hanya sedikit panas yang keluar atau masuk sistem. Pada proses adiabatik tekanan
gas P berbanding terbalik dengan volume gas V dipangkatkan dengan 𝛾, dimana 𝛾
merupakan perbandingan tekanan tetap (Cp) dan kalor jenis gas pada volum tetap (Cv). 𝛾
disebut juga konstanta Laplace yang nilainya antara 1,1 sampai 1,8.
P∞1

atau P 𝑉 𝛾 = konstan
atau P1 𝑉1𝛾 = P2 𝑉2𝛾
Dengan P1 dan P2 menyatakan tekanan gas mula-mula dan akhir. Sedangkan V1 dan V2
adalah volume mula-mula dan volume akhir gas.
Kurva proses adiabatik pada diagram PV lebih curam dibandingkan dengan kurva proses
isotermik karena 𝛾 > 1 (Gambar 2.10).

Gambar 2.10. Perbandingan Kurva Proses Adiabatik dan Proses Isotermik pada
Diagram PV
Sehingga besarnya usaha yang dilakukan gas pada proses ini diharapkan lebih
kecil dibandingkan pada proses isotermik (luas di bawah kurvanya lebih kecil). Besarnya
usaha yang dilakukan pada gas adalah:

34
W=-

W=-

W=-C

W=-C

Dengan mensubstitusi C = P1 – P2 , maka diperoleh:

W=-

Atau
W=-

Usaha yang dilakukan oleh gas adalah


W=+

3. Hukum I Termodinamika
Misalkan anggap suatu sistem gas diberi panas sebanyak Q pada volume tetap.
Penambahan panas menyebabkan gerakan molekul-molekul gas bertambah cepat
sehingga energi dalamnya naik (suhu naik). Karena sistem tidak melakukan usaha
(volume gas konstan, piston tidak bergerak ke atas) maka seluruh panas yang diterima
digunakan untuk menaikkan energi dalam dari sistem. Jadi perubahan energi dalam
sistem adalah:
ΔU = Q
Sebaliknya jika sistem memberikan panas pada lingkungannya sebanyak Q (nilai
Q negatif), maka gerakan molekul makin lambat, suhu makin rendah, energi dalam
semakin berkurang. Perubahan energi dalam pada sistem itu adalah sebesar:
ΔU = Q
Δu akan bernilai negatif karena Q nya bernilai negatif. ΔU negatif
menunjukkan pengurangan energi dalam.
Sekarang anggap suatu sistem terisolasi termal (tidak ada panas yang keluar atau
masuk). Anggap sistem (gas) melakukan usaha sebesar W (nilai W positif). Akibat gas
melakukan usaha, maka energi dalamnya akan berkurang. Perubahan energi dalam adalah
sama dengan usaha yang dilakukan oleh sistem ini.

35
ΔU = - W
Diberi tanda negatif adalah untuk menunjukkan bahwa energi dalam sistem
berkurang. Sebaliknya jika sistem menerima kerja/usaha sebanyak W (nilai W negatif)
maka energi dalam pada sistem itu bertambah. Di sini usaha yang diterimanya digunakan
untuk menambah energi kinetik molekul-molekul dalam sistem. Perubahan energi
dalamnya:
ΔU = - W
ΔU bernilai positif karena W negatif. ΔU positif menunjukkan energi dalam sistem
naik. Pada sistem yang menerima/memberikan panas dan sekaligus melakukan/menerima
kerja, besar perubahan energi dalam sistem adalah:
ΔU = Q – W
Keterangan:
Q positif jika sistem menerima panas; Q negatif jika sistem melepas panas; W negatif jika
sistem menerima kerja; W positif jika sistem melakukan kerja; ΔU negatif jika energi
dalam sistem berkurang; ΔU positif jika energi dalam sistem bertambah.
Rumus ΔU = Q – W dikenal dengan nama hukum I termodinamika. Rumus ini
sebenarnya merupakan hukum kekekalan energi. Jika diperhatikan rumus di atas
mengatakan bahwa energi panas yang diberikan pada sistem Q dikurangi dengan usaha
yang dilakukan sistem sama dengan perubahan energi dalam sistem.

4. Aplikasi Hukum I Termodinamika pada Proses Termodinamika Gas


a. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada panas yang masuk dan keluar sehingga Q = 0.
Perubahan energi dalam pada proses ini dirumuskan:
ΔU = −𝑊 = − (𝑃2𝑉2 − 𝑃1𝑉1 )

Artinya pada proses adiabatik, seluruh kerja yang dilakukan/diterima gas


digunakan untuk menurunkan/menaikkan energi dalam gas.
- Apa yang terjadi pada pemuaian adiabatik dimana volume gas bertambah dari
V1 menjadi V2? Volume gas bertambah berarti gas melakukan usaha, akibatnya energi
dalamnya berkurang sehingga suhu gas akan turun. Proses ini dimanfaatkan dalam kulkas
dan penyejuk udara (AC) untuk menurunkan suhu.
- Bagaimana dengan pemampatan (kompresi) adiabatik? Volume gas berkurang
berarti gas menerima usaha dari luar (usaha gas negatif) sehingga energi dalam gas naik.

36
Akibatnya suhu gas naik. Contoh pemampatan adiabatik adalah gejala memanasnya ban
mobil ketika dipompa. Pemampatan adiabatik banyak dimanfaatkan pada mesin diesel.
Pada mesin ini gas dalam silinder tempat pembakaran dimampatkan secara cepat sekali
(adiabatik). Panas yang dihasilkan oleh proses ini cukup untuk membakar bahan bakar
dalam silinder. Mesin ini tidak memerlukan busi untuk menimbulkan api
b. Proses Isotermal
Pada proses isotermal, tidak ada perubahan suhu sehingga energi dalam sistem
tidak akan berubah, akibatnya ΔU = 0. Rumus perubahan energi dalam yaitu
ΔU = Q
– W = 0.
Q = 𝑊 = 𝑛𝑅𝑇

Artinya pada proses isotermal, seluruh panas yang diterima sistem digunakan
sepenuhnya untuk melakukan kerja. Kebalikannya adalah ketika gas menerima usaha
melalui proses isotermal. Energi/usaha yang diberikan oleh gaya F ini (W negatif) akan
dilepaskan dengan cepat oleh gas ke luar sistem berupa panas (Q negatif) tanpa ada
sedikit pun yang digunakan untuk mengubah energi dalam dari sistem (ΔU = 0).
c. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik, tidak ada perubahan volume sehingga usaha sistem sama
dengan nol. Persamaan perubahan energi dalam dirumuskan:
ΔU = Q – W
ΔU = Q
Artinya pada proses isokhorik, seluruh panas yang diterima sistem digunakan
sepenuhnya untuk menaikkan energi dalam sistem sedangkan panas yang dilepaskan oleh
sistem akan menurunkan energi dalam sistem.
d. Proses Isobarik
Dalam proses isobarik, tidak ada yang istimewa. Hukum I termodinamika ditulis:
ΔU = Q – W
dengan
W = P(V2 – V1).

37
5. Mesin Kalor
Mesin Kalor merupakan suatu alat yang dapat megubah energi panas menjadi
energi mekanik. Contohnya adalah dalam mesin motor, energi panas hasil pembakaran
bensin diubah menjadi energi gerak motor. Namun, tidak semua energi panas diubah
menjadi energi mekanik. Sebagian energi dibuang dalam bentuk gas yang membawa
sejumlah energi panas. Pada mesin motor, hasil prmbakaran bensin di dalam ruang bakar
menghasilkan energi panas dengan suhu yang sangat tinggi. Kemudian, gas panas
tersebut melakukan usaha mekanik pada penghisap silinder. Dan kalor di buang ke
lingkungan melalui knalpot dan sistem pendingin. Gambar 2.11 merupakan diagram
sebuah mesin kalor.

Gambar 2.11. Diagram mesin kalor.


Energi panas Q1 diterima dari sumber panas, reservoir suhu tinggi. Kemudian,
energi tersebut dialirkan untuk melakukan usaha W. Sebagian energi dibuang ke Q2
reservoir suhu rendah. Mesin kalor ini bekerja dalam bentuk siklus yang berarti bahwa
fluida kerja berawal dari suatu keadaan dan kemudian kembali ke keadaan semula.
Karena melalui siklus tertutup, maka ΔU = 0. Dengan demikian, maka dengan kalor yang
digunakan mesin adalah :
Q = Q1 – Q2
Sehingga usaha yang dilakukan oleh mesin kalor adalah:
W = Q1 – Q2
Di mana Q1 dan Q2 bertanda positif.

38
Sebuah mesin memiliki efisiensi termal tertentu. Efisiensi termal merupakan
perbandingan antara usaha sebuah mesin dengan kalor yang diserap mesin tersebut
(Suparno, 2013). Jika dinyatakan dalam persamaan maka:
η=

Karena W = Q1 – Q2 maka efisiensi mesin kalor dapat ditulis kembali yaitu:


η= x 100%

atau
η=1- x 100%

Karena Q berbanding lurus dengan T maka diperoleh:


η=1- x 100%

Dari persamaan-persamaan diatas terlihat bahwa, mesin kalor yang memiliki


efisiensi = 1, hanya jika = 0. Atau dengan kata lain, tidak ada panas yang dibuang.

6. Mesin Carnot
Mesin Carnot merupakan salah satu mesin kalor. Mesin ideal Carnot bekerja
dalam suatu siklus yang dinamakan siklus Carnot. Siklus ini terjadi pada sebuah silinder
yang yang berisi gas. Silinder terisolasi secara termal, dimana tidak ada panas yang dapat
masuk atau keluar sistem. Silinder tersebut mengalami dua proses isotermal dan dua
proses adiabatik. Siklus tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

39
Gambar 2.12. Ilustrasi siklus Carnot

Proses A-B:

Siklus diawali dengan silinder melakukan kontak termal (menempel) dengan sumber
panas, dimana gas mengambil sejumlah kalor pada suhu tinggi T1 melalui dasar silinder.
Setelah menerima panas dari sumber suhu tinggi, gas akan memuai secara isotermal pada
T1. Selama proses ini berlangsung, gas menerima panas sebesar Q1 dan melakukan usaha
sebesar WAB dengan menggerakkan piston ke atas).

Proses B-C:

Silinder yang semula dikontakkan dengan sumber kalor kemudian diberi dinding yang
terisolasi secara termal. Dengan demikian, tidak ada panas yang masuk maupun keluar
sistem. Hal tersebut menyebabkan gas mengembang/memuai secara adiabatic (tidak ada
panas yang keluar dari dalam silinder). Selama proses ini suhu gas turun dari T1 ke T2
(suhu rendah). Gas melakukan usaha sebesar WBC yang ditunjukkan dengan naiknya
piston ke atas. Proses ini ditunjukkan oleh lintasan B-C pada grafik.

40
Proses C-D

Pada proses ini, silinder dikontakkan dengan penampung kalor yang bersuhu dingin T2
(reservoir dingin) melalui dasar silinder. Pada proses ini, gas dimampatkan
(dikompres/ditekan) secara isotermal pada suhu T2. Selama proses berlangsung, gas
membuang panas Q2 ke sumber suhu dingin dan gas menerima kerja/usaha dari luar
sebesar WCD.

Proses D-A

Pada tahap ini, dasar silinder kembali ditutup dengan dinding terisolasi secara termal
(tidak ada panas yang dapat masuk maupun keluar sistem). Gas kemudian dimampatkan
secara adiabatic sehingga suhunya meningkat, dari T2 menjadi T1. Gas menerima kerja
dari luar sebesar WDA yang ditandai dengan turunnya piston.

Besarnya usaha yang dilakukan oleh gas selama proses siklus adalah luas daerah
yang diarsir seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

Gambar 2.13. Diagram P-V untuk siklus pada Gambar 2.12


Dalam siklusnya, mesin Carnot menyerap kalor sebesar Q1 (pada proses pemuaian
isotermal dari A ke B) dan melepas kalor sebesar Q2 (pada proses pemampatan isotermal
dari C ke D). Dalam siklus carnot tidak terjadi perubahan energi dalam maka ΔU = 0
Sesuai dengan Hukum Termodinamika I,
ΔU = Q – W

0 = (Q1 – Q2 ) - W

41
W = Q1 – Q2

Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran yang bernilai positif.

Catatan: efisiensi mesin Carnot juga sama dengan efisiensi mesin kalor karena mesin
Carnot merupakan salah satu jenis mesin kalor

7. Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah.
Dengan kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik).
Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari
benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan
dalam arah sebaliknya. Misalnya, jika es balok kecil dicelupkan ke dalam secangkir kopi
panas, kalor akan mengalir dari kopi panas ke es sampai suhu keduanya sama. Hukum
pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah suatu proses mungkin terjadi
ataukah tak mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum kedua termodinamika
yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau besaran sistem yang
merupakan fungsi keadaan. Ternyata orang yang menemukannya adalah Clausius dan
besaran itu disebut entropi. Hukum kedua ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak
mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi
sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.” (Surya, 2009; Suparno, 2013)
Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah
mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan
minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Maka hukum
kedua secara langsung menjadi relevan pada banyak soal praktis yang penting. Hukum
kedua termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran
kuantitatif derajat ketidakaturan atau keacakan sebuah sistem. Dari hasil percobaan para
ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah mesin kalor yang mengubah
panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan efisiensi termal 100%. Kemustahilan
ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua termodinamika sebagai berikut :
“Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengaalami sebuah proses di mana
sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya”.

42
Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “mesin” dari hukum kedua
termodinamika. Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara
sifat alami energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak,
molekul memiliki gerakan acak, tetapi diatas semua itu terdapat gerakan terkoordinasi
dari setiap molekul pada arah yang sesuai dengan kecepatan benda tersebut. Energi
kinetik dan energi potensial yang berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi
dalam. Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau
pembangkit daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Kedua kemustahilan ini tidak
melanggar hukum pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua termodinamika
bukanlah penyimpulan dari hukum pertama, tetapi berdiri sendiri sebagai hukum alam
yang terpisah. Hukum pertama mengabaikan kemungkinan penciptaan atau pemusnahan
energi. Sedangkan hukum kedua termodinamika membatasi ketersediaan energi dan cara
penggunaan serta pengubahannya. Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke
benda yang lebih dingin, tidak pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas
dari benda dingin ke benda yang lebih panas, tetapi operasinya membutuhkan masukan
energi mekanik atau kerja. Hal umum mengenai pengamatan ini dinyatakan sebagai
berikut :
“Adalah mustahil bagi proses mana pun untuk bekerja sendiri dan menghasilkan
perpindahan panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas.”
Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “pendingin” dari hukum kedua
termodinamika.
Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat dengan
pernyataan “mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya setara.
Sebagai contoh, jika seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang melanggar
pernyataan “pendingin” dari hukum kedua, seseorang dapat mengabungkannya dengan
sebuah mesin kalor, memompa kalor yang terbuang oleh mesin kembali ke reservoir
panas untuk dipakai kembali. Meski gabungan ini akan melanggar pernyataan “mesin”
dari hukum kedua, karena selisih efeknya akan menarik selisih panas sejumlah dari
reservoir panas dan mengubah seutuhnya menjadi kerja W. Perubahan kerja menjadi
panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental (viskos) dan aliran panas dari panas
ke dingin melewati sejumlah gradien suhu, adalah suatu proses ireversibel. Pernyataan
“mesin” dan “pendingin” dari hukum kedua menyatakan bahwa proses ini hanya dapat
dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu mengalami kebocoran secara spontan melalui
suatu celah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Gas-gas dan

43
cairan-cairan yang dapat bercampur bila dibiarkan akan selalu tercampur dengan
sendirinya dan bukannya terpisah. Hukum kedua termodinamika adalah sebuah
pernyataan dari aspek sifat searah dari proses-proses tersebut dan banyak proses
ireversibel lainnya. Perubahan energi adalah aspek utama dari seluruh kehidupan tanaman
dan hewan serta teknologi manusia, maka hukum kedua termodinamika adalah dasar
terpenting dari dunia tempat makhluk hidup tumbuh dan berkembang. Dua formulasi dari
hukum kedua termodinamika yang berguna untuk memahami konversi energi panas ke
energi mekanik, yaitu formulasi yang dikemukakan oleh Kelvin-Planck dan Rudolf
Clausius. Adapun hukum kedua termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Formulasi Kelvin-Planck
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada
suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain, formulasi kelvin-
planck menyatakan bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan dan
menggunakan energi ini untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih lanjut,
misalnya pemanasan atmosfer. Oleh karena itu, pada setiap alat atau mesin memiliki nilai
efisiensi tertentu. Efisiensi menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang
diperoleh dengan energi panas yang diserap dari sumber suhu tinggi.
2. Formulasi Clausius
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda
panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin
(suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi) tanpa
memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha. (Kanginan, 2007: 249-250)
Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai perumusan. Kelvin
mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan perumusan lain.
Karena pada hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal yang sama maka
perumusan itu digabung dan disebut perumusan Kelvin-Planck bagi hukum kedua
termodinamika. Perumusan ini diungkapkan demikian :
“Tidak mungkin membuat mesin yang kerjanya semata-mata menyerap kalor dari
sebuah reservoir dan mengubahnya menjadi usaha mekanik”

Oleh Clausius, hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan ungkapan :

44
“Tidak mungkin membuat mesin yang kerjanya hanya menyerap kalor dari
reservoir bertemperatur rendah dan memindahkan kalor ini ke reservoir yang
bertemperatur tinggi, tanpa disertai perubahan lain”.
8. Mesin Pendingin
Telah dipelajari sebelumnya bahwa, hukum II termodinamika menyatakan
kecenderungan alamiah kalor yang mengalir dari benda panas ke benda dingin. Hal ini
dapat dianalogikan seperti air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Apakah
air bisa mengalir dari tempat rendah ke tempat tinggi? Tentu saja bisa. Hal tersebut dapat
terjadi dengan bantuan pompa.
Demikian halnya dengan air, kalor juga dapat mengalir dari benda dingin ke benda
panas dengan melakukan usaha pada sistem. Mesin yang bekerja seperti ini disebut mesin
pendingin, sedangkan proses yang dialami sistem atau pompa kalor disebut proses
pendinginan. Salah satu contoh mesin pendingin adalah kulkas. Gambar berikut
menunjukkan skema pada mesin pendingin.

Gambar 2.14. Diagram mesin pendingin


Arah panah pada skema yang ditunjukkan pada Gambar 2.14 menandakan bahwa arah
aliran kalor dan usaha pada mesin pendingin berlawanan dengan mesin kalor. Walaupun
berlawanan, hukum kekekalan energi juga berlaku pada mesin pendingin seperti pada
proses mesin kalor. Sehingga, Q1 = Q2 + W.

45
Pada kulkas/lemari es, bagian dalam alat bertindak sebagai sumber dingin, dan bagian
luar yang lebih hangat bertindak sebagai sumber panas. Kulkas menyerap kalor dari
makanan yang ada di dalam, kemudian mengalirkan kalor tersebut ke udara di sekitar
kulkas. Untuk dapat mengalirkan kalor dari sumber dingin ke sumber panas, kulkas
membutuhkan energi listrik sebagai pemompa (sama halnya dengan pompa air, yang
memompa air dari tempat rendah ke tempat tinggi). Itulah mengapa bagian samping atau
belakang kulkas terasa hangat saat kulkas sedang berkerja.
Kinerja sebuah mesin pendingin dapat diketahui dengan menetapkan hasil bagi kalor
Q2 yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor. Kinerja mesin pendingin disebut juga koefisien performansi (Cp), yang
dinyatakan dalam persamaan:

Cp =

Jika Q2 > W sehingga Cp>1 (koefisien performansi lebih dari 1). Dengan Q1= Q2+W
atau W = Q1–Q2 ke Persamaan 7.1 maka diperoleh:

Cp = =

Koefisien performansi paling besar dimiliki oleh mesin pendingin ideal atau mesin
pendingin Carnot. Mesin pendingin Carnot memiliki proses yang terbalik dari mesin Carnot.
Dengan dimasukkan ke dalam Persamaan 7.2 maka diperoleh:

Cp = = =

Jadi koefisien performansi untuk mesin ideal adalah:

Cp =

46
G. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Wilujeng (2017) adalah
mengembangkan e-scaffolding. Hasil validasi menunjukkan bahwa media
pengajaran e-scaffolding yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat
diimplementasikan dan dikategorikan sebagai "sangat baik". Berdasarkan uji
statistic disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam
memperoleh kemampuan pemecahan masalah dan sikap ilmiah di kalangan siswa
yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran menggunakan media e-scaffolding
fisika dan media lainnya yang dikembangkan sesuai dengan perangkat yang
digunakan oleh guru
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan Dwijananti (2015) adalah
mengembangkan komik fisika menggunakan perangkat mobile padamateri
radioaktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komik fisika tersebut
memiliki memiliki kriteria baik dengan rata-rata skor peserta didik adalah 77, 91
%. Telah disimpulkan bahwa aplikasi komik fisika layak digunakan sebagai
pelengkap dalam pembelajaran tentang radioaktivitas.
3. Penelitian dari Madhuri, Kantamreddi, dan Goteti (2012) menjelaskan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat ditingkatkan dengan
praktikum di laboratorium dengan pendekatan inquiry. Pendekatan inquiry
memungkinkan peserta didik membangun pengetahuan sosial. Pendekatan
inquiry. meningkatkan hasil kinerja kelas dan memungkinkan peserta didik untuk
melihat relevansi konsep dalam situasi baru.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Faloon (2017) adalah melihat bagaimana pengaruh
perangkat mobile dan aplikasi smartphone sebagai perancah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa smartphone dan scaffolding berbasis aplikasi sangat
membantu siswa dalam menyusun eksperimen, memahami prosedur, memikirkan
pengaruh variabel dan mengkomunikasikan serta membagikan hasil eksperimen
dengan dukungan guru yang minimal atau intervensi langsung.
5. Penelitian oleh Ahmed, dan Parsons (2013) adalah menlihat bagaimana pengaruh
penggunaan model abductive science inquiry berbantuan perangkat mobile dalam
pembelajaran sains. Hasil dan analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
lingkungan pembelajaran mobile yang dievaluasi dapat membantu peserta didik
untuk meningkatkan kinerja pembelajaran mereka. Peserta didik di kelas

47
eksperimen menggunakan abductive science inquiry model berbantuan perangkat
mobile mendapat perbaikan dalam pembelajaran dan peningkatan kemampuan
kritis mereka sambil merumuskan hipotesis tentang domain pembelajaran.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Sung, Chang, dan Liu (2016) menemukan bahwa
penerapan handheld computer (komputer kecil yang dapat digenggam)
menginduksi hasil belajar yang lebih tinggi daripada laptop. Hal ini mungkin
karena fakta bahwa penelitian dengan handheld cenderung mengintegrasikan
metode pengajaran yang inovatif. Ditemukan dalam penelitian ini bahwa
perangkat mobile tampaknya menghasilkan metode pendidikan yang jauh lebih
beragam dan inovatif.

H. Kerangka Pikir
Mempelajari Fisika harus diawali dengan pengalaman langsung menggunakan
indra peserta didik. Dari pengalaman langsung tersebut, peserta didik akan
mengembangkan kemampuannya berpikirnya, salah satunya adalah High Order Thinking
Skills (HOTS). Untuk memfasilitasi hal tersebut maka dipelukan media pembelajaran dan
pendekatan yang cocok.. Media IMPLM ini membantu meningkatkan HOTS peserta
didik dengan menyajikan konsep-konsep abstrak menjadi lebih konkret. IPMLM
dilengkapi dengan gambar, video, animasi yang dapat membatu peserta didik dalam
mengembangkan keterampilan berpikir. Penggunaan IPMLM sebagai media
pembelajaran Fisika sesuai dengan teori Vygotsky bahwa dalam membangun
pengetahuan anak membutuhkan alat kultural.
Selain media, cara lain untuk meningkatkan HOTS peserta didik adalah
menggunakan pendekatan scaffolding. Scaffolding merupakan memberikan bantuan
secara bertahap kepada peserta didik, sampai akhirnya tidak diberikan bantuan sama
sekali. Tahap-tahap pembelajaran scaffolding sangat membantu dalam mengembangkan
HOTS peserta didik. Pada tahap 2 scaffolding, melalui kegiatan reviewing dan
restructuring, teknik bertanya yang bersifat menyelidik dan mendorong membuat peserta
didik mengembangkan pemikiran mereka sendiri. Pada tahap 2, peserta didik juga
melakukan kegiatan seperti mengamati, meraba, dan meluruskan apa yang mereka
pikirkan. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat membatu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada tahap ketiga scaffolding,
developing conceptual, peserta didik diminta menciptakan alat yang merepresentasikan
konsep-konsep Fisika atau menghasilkan wacana terkait konsep-konsep termodinamika.

48
Tahap ini mengasah kemampuan paling tinggi dalam HOTS yakni kemampuan mencipta.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diberi tanggung jawab semakin besar dan tugas
yang semakin sulit peserta didik diberi kesempatan untuk melatih kebiasaan berpikir
tingkat tinggi (HOTS).
Self efficacy merupakan keyakinan anak akan kemampuan dalam melakukan suatu
tindakan. Self efficacy sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam
belajar. Oleh karena itu, self efficacy peserta didik perlu ditingkatkan. Media yang
digunakan dalam penelitian yakni IPMLM memiliki ciri khusus yakni bersifat interaktif.
IPMLM dapat dikontrol sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik.
Selain itu, media IPMLM yang dioperasikan menggunakan smartphone tidak asing
dengan peserta didik. Dengan demikian, motivasi, kepercayaan diri, dan keyakinan
peserta didik akan meningkat. Ketiga hal ini terkait dengan aspek strength dan aspek
magnitude pada self efficacy.
Pendekatan scaffolding memiliki tiga tahapan yang memfasilitasi peserta didik
untuk meningkatkan self efficacy. Tahap pertama, environment provision, pengkondisian
lingkungan belajar bagi peserta didik. Lingkungan belajar yang baik adalah yang dapat
mengurangi tingkat stress peserta didik dalam mempelajari materi Fisika. Lingkungan
belajar seperti ini dapat meningkatkan self efficacy peserta didik. Pada tahap kedua,
reviewing dan restructuring, peserta didik mengembangkan pemikirannya sendiri. Pada
tahap ketiga, developing conceptual, peserta didik menciptakan alat representational atau
menciptakan wacana terkait konsep termodinamika. Kegiatan pada kedua tahap tersebut
meningkatkan aspek generality, yakni peserta didik mengembangkan gagasan mereka
sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Interactive
Physics Mobile Learning Media (IPMLM) berbasis android dengan pendekatan
scaffolding dapat meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan self efficacy
peserta didik.

49
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian disajikan dalam
matriks berikut.
Tabel 2.5. Matriks Hubungan Sebab-Akibat Variabel bebas (IPMLM dan Scaffolding)
dengan Variabel Terikat (HOTS dan self efficacy)
Level Scaffolding HOTS Self efficacy
Level 1: environment provision Bandura (1994): self
efficacy dapat ditingkatkan
Guru menciptakan lingkungan dengan mengurangi
belajar yang nyaman, lingkungan tingkat stress peserta
belajar yang mengurangi stress didik.
peserta didik

Level 2: explaining, reviewing  Teknik bertanya yang bersifat


dan restructuring menyelidik dan mendorong
membuat peserta didik
Peserta didik mengembangkan mengembangkan pemikiran
pemikirannya sendiri mereka sendiri. P
 Peserta didik juga melakukan
kegiatan seperti mengamati,
meraba, dan meluruskan apa yang
mereka pikirkan. Kegiatan-
kegiatan tersebut sangat
membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Level 3: Developing conceptual Mengasah kemampuan paling tinggi Meningkatkan aspek
dalam HOTS yakni kemampuan generality yakni peserta
Menciptakan alat mencipta. didik dapat
representational atau mengembangkan
mengembangkan wacana terkait gagasannya sendiri
konsep-konsep termodinamika

Interactive Physics Mobile


Learning Media (IPMLM)

Menyajikan konsep-konsep Menyajikan konsep-konsep abstrak


termodinamika yang abstrak menjadi lebih konkret membantu
menjadi lebih konkret (gambar, peserta didik mengembangkan
video, animasi) keterampilan berpikir.

Desain yang menarik Aspek strength:


meningkatkan motivasi
untuk belajar
Tidak asing dengan peserta didik Meningkatkan motivasi
dan keyakinan peserta
didik akan meningkat
(aspek strength)
Interaktif: dapat dikontrol sesuai Meningkatkan
dengan kecepatan belajar kepercayaan diri peserta
masing-masing peserta didik didik (aspek magnitude)

50
I. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian masalah dan kajian pustaka, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding untuk meningkatkan higher order thingking skills peserta
didik menurut ahli materi?
2. Bagaimana kelayakan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding untuk meningkatkan higher order thingking skills peserta
didik menurut ahli media?
3. Bagaimana kelayakan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding untuk meningkatkan self efficacy peserta didik menurut
ahli materi?
4. Bagaimana kelayakan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding untuk meningkatkan self efficacy peserta didik menurut
ahli media?
5. Bagaimana keefektifan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding terhadap higher order thingking skills peserta didik?
6. Bagaimana keefektifan interactive physics mobile learning media dengan
pendekatan scaffolding terhadap self efficacy peserta didik?

51
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sebuah produk dan menguji
kefektifan produk tersebut. Dengan demikian, penelitian ini termasuk jenis penelitian
Research and Development (R & D) atau yang dikenal sebagai penelitian dan
pengembangan. Jenis penelitian R & D ini merujuk pada proses. Penelitian
pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan produk
pendidikan. Prosedur dalam penelitian ini diadaptasi dari model yang dikembangkan oleh
Borg and Gall (Sugiyono, 2017).
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Physics Mobile Learning
Media (PMLM) yang bersifat interaktif dengan pendekatan scaffolding pada materi
termodinamika. Produk dikembangkan dan melihat kefektifannya dalam meningkatkan
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan self efficacy peserta didik SMA kelas XI.

B. Prosedur Pengembangan
Penelitian dan pengembangan memiliki beberapa prosedur. Prosedur dalam penelitian
ini diadaptasi dari model yang dikembangkan oleh Borg and Gall (Sugiyono, 2017).
Model pengembangan Borg and Gall terdiri atas sepuluh tahap yakni sebagai berikut:
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Tahap pertama bertujuan untuk mendefinisikan dan menetapkan syarat-syarat
pengembangan. Tahap ini meliputi lima langkah yaitu:
a. Studi lapangan
Studi lapangan dalam penelitian ini berupa observasi langsung ke sekolah. Di
antaranya adalah observasi lingkungan dan kondisi sekolah, observasi kegiatan belajar
mengajar, observasi hasil belajar peserta didik. Studi lapangan bertujuan untuk
mengetahui kendala-kendala apa saja yang terjadi di sekolah serta potensi yang yang
dapat dikembangkan peserta didik. Hasil observasi ini dipakai sebagai dasar dalam
mengembangkan IPMLM.
b. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan berdasarkan hasil observasi lapangan. Termasuk di
dalamnya adalah gambaran umum mengenai IPMLM yang akan dikembangkan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada di sekolah.

52
c. Analisis Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di sekolah dianalisis, yakni Kurikulum 2013. Analisis
kurikulum meliputi penetapan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan
digunakan. Kompetensi dasar tersebut kemudian dijabarkan ke dalam indikator-
indikator pencapaian kompetensi. Penyusunan indikator tersebut didasarkan pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi taksonomi Bloom revisi. Materi yang dari ambil
dalam penelitian ini adalah termodinamika. Materi termodinamika dikelompokkan
berdasarkan hakikat sains yakni fakta, hukum, prinsip, konsep, prosedur, dan teori
d. Review literature
Review literatur yang relevan dilakukan untuk meperoleh informasi terkait penelitian
yang akan dilakukan.
2. Tahap Planning (Perencanaan)
Tahap perencanaan terdiri atas dua proses yakni a) pembuatan desain produk b)
komponen-komponen produk.
a. Pembuatan desain produk
Desain produk dirancang dalam bentuk bagan alur (flowchart) dan story board.
yang berisi gambaran umum mengenai aplikasi yang akan dikembangkan. Bagan
alur dan story board tersebut akan digunakan untuk menentukan apa saja yang
akan ditampilkan pada media pembelajaran tersebut. Gambar berikut merupakan
flowchart mengenai IPMLM yang akan dikembangkan.

53
Gambar 3.1. Flowchart aplikasi IPMLM yag akan dikembangkan
Tabel berikut merupakan strory board aplikasi yang akan dikembangkan.
Tabel 3.1. Story board aplikasi yang akan dikembangkan

TAMPILAN KETERANGAN

Scene 1. Tampilan Awal


1

1: Stiker welcome
Interactive Physics Mobile Learning Media
2: Username (nama siswa)

3: Password
TERMODINAMIKA

2 Register: pendafataran untuk yang belum


memiliki akun
3

LOGIN Logout? Yes atau No

REGISTER

54
Scene 2. Tampilan Register

1: Nama sekolah
1
2: Nama siswa (sebagai username)

3: Nomor induk siswa


2

Logout? Yes atau No


3

REGISTER

Scene 3. Tampilan Menu Utama (HOME)

1: Petunjuk penggunaan
1
2: Kompetensi
6 2
3. Materi

5 3 4. Lembar kerja
4
5. Evaluasi

6. Profil pengembang

Logout? Yes atau No

55
Scene 4. Petunjuk Penggunaan
PETUNJUK
PENGGUNAAN

Informasi mengenai cara menggunakan aplikasi


dan keterangan tombol-tombol dalam aplikasi

Logout? Yes atau No

Tombol kembali ke menu utama

Scene 5. Kompetensi

Berisi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,


Indikator Pencapaian Kompetensi Dan Tujuan
KOMPETENSI Pembelajaran

Logout? Yes atau No

Tombol kembali ke menu utama

56
Scene 6. Materi

Berisi materi termodinamika, contoh soal,


MATERI latihan soal dan dilengkapi dengan gambar,
animasi, video. Pokok-pokok materinya

1. Istilah-Istilah Penting
2. Hukum Termodinamika Ke-Nol
4
3. Proses-Proses Termodinamika
1 2 3
4. Hukum I Termodinamika
5. Hukum II Termodinamika
6. Mesin Carnot
5 6 7 8 7. Mesin Kalor
8. Mesin Pendingin

Logout? Yes atau No

Tombol kembali ke menu utama

Next/previous

Scene 7: Contoh submenu materi


Proses-Proses Termodinamika

Berisi penjelasan materi-materi, contoh soal, latihan


soal dan aplikasi konsep momentum dan impuls.
Materi juga berisi video, animasi, atau gambar.

Next/previous untuk melihat


penjelasan materi
selanjutnya/sebelumnya

Tombol play jika ada animasi


atau video

Sub menu materi

57
Scene 8. Sub Menu Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Logout? Yes atau No

LK Diskusi 1 LK Percobaan
Tombol kembali ke menu utama

LK Diskusi 2

Scene 9. Lembar Kerja Diskusi 1


LEMBAR KERJA DISKUSI 1

Berisi pertanyaan dan kolom jawaban hasil


diskusi
Berisi lembar kerja diskusi (pertanyaan
diskusi dan kolom jawaban)
AN

Tombol kembali ke sub menu LKPD

Next/Previous

Upload

58
Scene 10. Lembar Kerja Percobaan
LEMBAR KERJA PERCOBAAN

Berisi tujuan praktikum, alat-dan bahan, langkah


Berisi tujuan praktikum, alat-dan bahan, percobaan
langkah percobaan

AN Tombol kembali ke sub menu LKPD

Menu upload foto jawaban siswa

Upload Next/Previous

Scene 11. Lembar Kerja Diskusi 2


LEMBAR KERJA DISKUSI 2

Berisi pertanyaan dan kolom jawaban hasil


diskusi
Berisi lembar kerja diskusi (pertanyaan
diskusi dan kolom jawaban)
AN

Tombol kembali ke sub menu LKPD

Next/ Previous
Upload

59
Scene 12. Evaluasi
EVALUASI

Logout? Yes atau No


Enrollment Key

Tombol kembali ke menu utama


MULAI
Enrollment key: Masokpakeko

Scene 13. Contoh Tampilan Soal


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Berisi 20 buah soal.


1:20:00
Klik jawaban dulu baru di-next.

Sebuah Benda memiliki suhu awal……..


Siswa bisa kembali ke soal-soal sebelumnya
dengan mengklik nomor soal. Soal yang
A. Hdhkdjkls dikerjakan berwarna merah dan yang sudah
B. Bcjhksdksjd
dikerjakan berwarna hijau.
C. Dkjkdkd
D. Jdkjdkjd Siswa mengklik tombol submit jika sudah
E. Jdkjkdjkjdk
selesai mengerjakan. Namun, walaupun siswa
Alasan: belum selesai mengerjakan tetapi waktu
pengerjaan sudah habis maka hasil pengerjaan
A. Mlklfkdlf
B. Bmllkldks;d siswa akan submit secara otomatis.
C. Hdhdkjas
D. Jldlsd
E. ldjlJDl;D Next

SUBMIT

60
Scene 14. Hasil Akhir Evaluasi
HASIL AKHIR EVALUASI

1. Jumlah jawaban benar/jumlah total soal


2. Skor akhir
1 2
Skor akhir =

Skor

Jawaban benar-Alasan benar 4

Jawaban salah-Alasan benar 3

Jawaban benar-Alasan salah 2

Jawaban salah-Alasan salah 1

Tombol kembali ke menu utama

Scene 15. Profil Pengembang


PROFIL PENGEMBANG
Profil pengembang berisi foto, nama, dan
riwayat pendidikan (Mahasiswa dan Dosen
Nama…… Pembimbing)
FOTO 1
Riwayat Pendidikan…..

Nama…… Logout? Yes atau No


FOTO 2
Riwayat Pendidikan….. Tombol kembali ke
menu utama

b. Penentuan komponen-komponen produk


Komponen produk terdiri atas kompetensi yang akan dicapai, materi
termodinamika, lembar kerja peserta didik, instrumen pengukuran HOTS,
instrumen pengukuran self efficacy. Materi termodinamika tersusun atas teks,
gambar, video, dan animasi.

61
3. Pengembangan Produk
Tahap pengembangan produk terdiri atas penyiapan materi pembelajaran,
pengembangan instrumen pembelajaran, panduan pengembangan produk, dan
perangkat evaluasi yang akan digunakan untuk mengevaluasi produk IPMLM. Produk
IPMLM dikembangkan menggunakan software Adobe Macro Media Flash yang
kemudian dapat di install pada smartphone peserta didik.
4. Validasi Produk Interactive Physics Mobile Learning Media (IPMLM)
Tahap ketiga adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini PMLM dibuat yang terdiri
atas penyiapan materi, penyusunan panduan pengembangan produk, dan perangkat
evaluasi produk PMLM. Selanjutnya produk yang telah disusun kemudian di evaluasi.
a. Validasi instrumen penilaian produk
Validasi instrumen penilaian produk dilakukukan oleh ahli. Instrumen di evaluasi,
apakah layak atau tidak sebagai instrumen penilaian produk.
b. Validasi Produk
Validasi produk dilakukan oleh ahli dan guru Fisika di sekolah. Validasi ahli
dilakukan oleh ahli materi dan ahli media. Tugas validasi ahli media terdiri atas
evaluasi produk dari aspek pembelajaran, rekayasa software serta tampilan media
secara audio dan visual. Sementara itu, tugas validasi ahli materi adalah
mengevaluasi materi yang disajikan dalam PMLM yakni termodinamika dan
mengevaluasi instrumen pengukuran HOTS dan self efficacy.
Selanjutnya hasil evaluasi dari ahli digunakan untuk memperbaiki produk.
Tanggapan, saran, komentar, dan kritik dari ahli dan guru digunakan untuk memperbaiki
PMLM dari berbagai aspek yang sudah dinilai. Setelah direvisi, tahap selanjutnya adalah
uji coba produk di lapangan. Uji coba produk melalui dua tahap yakni uji coba luas dan
uji coba terbatas.
5. Evaluasi Produk
Evaluasi produk dilakukan setelah tahap revisi hasil validasi ahli dan validasi praktisi.
Revisi dilakukan setelah mendapat tanggapan ahli terhadap instrumen pembelajaran,
instrumen penilaian, kelayakan produk, serta instrumen penilaian kelayakan produk.
Evaluasi produk dilakukan melalui dua tahap yakni 1) uji coba terbatas 2) uji coba
luas.

62
6. Diseminasi
Tahap terakhir setelah uji coba lapangan adalah penyebarluasan produk.
Penyebarluasan produk ini dilakukan dengan mempublikasikan produk hasil
pengembangan di jurnal ilmiah dan pertemuan ilmiah.

C. Desain Uji Coba Produk


1. Desain Uji Coba
Uji coba produk di lapangan bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dan
keefektifan produk untuk meningkatkan HOTS dan self efficacy peserta didik. Data hasil
uji coba akan dianalisis untuk melengkapi produk PMLM yang dikembangkan. Desain
uji coba adalah sebagai berikut:
a. Uji coba terbatas
Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui kualitas PMLM baik dari aspek
pembelajaran maupun aspek tampilan. Uji coba ini dilakukan pada peserta didik
berjumlah minimal 30 orang.

b. Uji coba luas


Setelah uji coba terbatas, setelah produk dinyatakan layak untuk digunakan dalam
peembelajaran Fisika maka dilakukan uji coba luas. Tujuan uji coba luas adalah untuk
mengetahui keefektifan produk untuk meningkatkan HOTS dan self efficacy peserta
didik. Desain penelitian yang digunakan dalam uji coba luas adalah Pretest-Posttest
Control Group Design seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut (Khotari, 2004).
Tabel 3.1. Desain Penelitian Uji Coba Luas
No Kelas Pretest Perlakuan Postest
1 Eksperimen O1 X1 O2
2 Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :
O1: Hasil pretest kelas eksperimen O3: Hasil prestest kelas kontrol
O2: Hasil posttest kelas eksperimen O4: Hasil posttest kelas kontrol
X1: Menggunakan PMLM X2: Menggunakan power point

63
Produk PMLM diterapkan di kelas eksperimen, sedangkan kelas control
menggunakan media power point. Kemudian, hasil HOTS dan self efficacy dari kedua
kelas tersebut akan dibandingkan.

2. Subjek Uji Coba


a. Subjek Uji coba Terbatas
Produk hasil revisi ahli materi, ahli media, dan guru Fisika di sekolah diuji
cobakan di dua kelas XI IPA dari dua sekolah berbeda, di luar sekolah penelitian.
Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui keterbacaan produk oleh peserta didik
dengan menggunakan angket yang sudah divalidasi. Masukkan, kritik, saran dan
komentar dari uji coba terbatas digunakan untuk memperbaiki produk.
b. Subjek Uji Coba Luas
Uji coba luas dilakukan di tiga kelas XI IPA dari tiga sekolah yang berbeda. Uji
coba penilaian oleh peserta didik dari kelas besar untuk mengetahui kualitas
produk berdasarkan aspek pembelajaran dan aspek tampilan.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Teknik
angket digunakan untuk mengukur kelayakan PMLM dengan pendekatan scaffolding
pada materi termodinamika, kelayakan instrumen pengumpulan data HOTS dan
kelayakan instrumen pengumpulan data self efficacy. Selain itu, angket juga
digunakan untuk mengukur self efficacy peserta didik sebelum dan sesudah perlakuan.
Sebelum diserahkan kepada peserta didik, angket divalidasi terlebih dahulu oleh
dosen pembimbing dan validasi dosen ahli instrumen.
Teknik tes digunakan untuk mengukur HOTS peserta didik, sebelum dan
setelah diberikan perlakuan. Sebelum digunakan, instrumen divalidasi oleh dosen ahli
dan guru Fisika. Untuk kelas eskperimen, pelaksanaan tes dilakukan dua kali yakni tes
sebelum pembelajaran dengan PMLM dan tes setelah pembelajaran dengan PMLM.
Hal yang sama juga dilakukan di kelas kontrol.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka instrument pengumpulan data
dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yakni, angket dan tes. Angket dalam
penelitian ini digunakan sebagai lembar penilaian produk oleh ahli, peer reviewer dan

64
guru, lembar kelayakan instrumen pengumpulan dan angket self efficacy. Instrumen
angket validasi tersebut disusun menggunakan skala Guttman dengan dengan dua
pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.
Lembar penilaian kelayakan instrumen pengumpulan data HOTS terdiri atas
aspek konstruksi, aspek isi dan aspek bahasa. Lembar penilaian tersebut
menggunakan skala Guttman dengan dengan dua pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.
Keputusan rater untuk setiap butir pertanyaan menggunakan empat skala, yaitu [4]
jika butir soal diterima tanpa revisi, [3] jika butir soal diterima dengan sedikit revisi,
[2] jika pernyataan soal perlu banyak direvisi, dan [1] jika butir soal tidak dapat
diterima atau direvisi total.
Selain itu, angket juga digunakan untuk mengukur self efficacy peserta didik.
Angket disusun berdasarkan kisi-kisi yang sudah dibuat. Instrumen angket self efficacy
tersebut disusun menggunakan skala Gutmann.
Selain angket, terdapat juga instrument tes untuk mengukur HOTS peserta
didik. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
tingkat tinggi peserta didik pada materi termodinamika setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan PMLM. Instrumen tes ini berupa tes pilihan ganda beralasan yang
terdiri atas 5 pilihan jawaban.
4. Teknik Analisis Data
a. Data Angket
1) Data angket hasil validasi instrumen penilaian dianalisis menggunakan validitas
Aikens’ v. Persamaannya adalah sebagai berikut (Azwar, 2015):

V=

Keterangan
S = r-lo
lo = angka penilaian validitas terendah
c = angka penilaian validitas tertinggi
r = angka yang diberikan oleh seorang penilai
2) Data hasil penilaian kelayakan produk dan angket self efficacy dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Skor rerata pada setiap aspek penilaian
kelayakan perangkat pembelajaran dikonversi ke skala lima menurut Sukardjo
(2012: 92). Skor rerata setiap aspek penilaian di konversi menjadi nilai dengan
kriteria seperti pada Tabel 3.2 berikut:

65
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Skala Lima

Skor Responden Kategorisasi

Ẋ i + 1,80 SBi < X Sangat Baik

Ẋ i + 0,60 SBi < X ≤ Ẋ i + 1,80 SBi Baik

Ẋ i - 0,60 SBi < X ≤ Ẋ i + 0,60 SBi Cukup Baik

Ẋ i – 1,80 SBi < X ≤ Ẋ i - 0,60 SBi Kurang Baik

X < Ẋ i - 1.80 SBi Sangat Kurang

(Sumber: Sukardjo (2012: 92)

Keterangan:

Ẋ i = Rerata skor ideal

= ½ (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)

𝑆𝐵𝑖 = simpangan baku skor ideal

= 1/6(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)

b. Uji Empiris Kemampuan HOTS


Uji empiris dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal memenuhi syarat
berdasarkan daya beda dan tingkat kesukaran item. Uji Empiris dilakukan
menggunakan program QUEST. Berikut adalah kriteria daya beda dan kesukaran item
menurut Arikunto (2013)
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Item

Kriteria Tingkat Kesukaran


0,00 – 0,30 (Sukar)
0,31 – 0,70 (Sedang)
0,71 – 1,00 (Mudah)

Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda Item

66
Kriteria Daya Beda Item
0,40 – 1,00 (Item Baik)
0,30 – 0,39 (Item Diterima & Diperbaiki)
0,20 – 0,29 (Item Diperbaiki)
0,00 – 0,19 (Item Ditolak)

c. Analisis Peningkatan Kemampuan HOTS dan Self Efficacy


Peningkatan kemampuan HOTS dan self efficacy peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dengan PMLM dianalisis menggunakan ANOVA satu jalur.

d. Analisis Perbedaan kemampuan HOTS dan Self Efficacy pada kelas


eksperimen dan kelas kontrol
Analisis Perbedaan kemampuan HOTS dan Self Efficacy pada kelas
eksperimen dan kelas control dilakukan dengan menggunakan uji MANOVA satu
jalur. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yakni sebagai berikut:
H0: μ 1 = μ 2 (Tidak ada perbedaan signifikan higher order thinking skill dan
self efficacy peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol)
H1: μ 1 ≠ μ 2 (Ada perbedaan signifikan higher order thinking skill dan self
efficacy peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol)
Syarat utama menggunakan uji manova adalah data tersebut terdistribusi
normal dan matriks varian kovariannya sama. Uji normalitas dapat menggunakan uji
mahalanobis, sedangkan uji homogenitas dapat menggunakan statistik deskriptif.

D. Definisi Operasional
1. Interactive Physics Mobile Learning Media (IPMLM) merupakan aplikasi yang
dapat diinstall di dalam smartphone. Aplikasi bersifat interaktif sehingga peserta
didik dapat mengontrol sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Aplikasi
IPMLM tersebut berisi kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik,
materi termodinamika, serta instrumen evaluasi HOTS dan self efficacy. Materi
termodinamika disajikan dengan tampilan yang menarik dan dilengkapi dengan
gambar, video, serta ilustrasi-ilustrasi terkait materi termodinamika.

67
2. Scaffolding di dalam penelitian ini merupakan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran fisika pada materi termodinamika. Pendekatan scaffolding
merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mempelajari materi
termodinamika. Bantuan tersebut dikurangi secara perlahan hingga peserta didik
dapat mandiri. Bantuan yang diberikan guru, misalnya menyediakan media
pembelajaran, sumber belajar, menuntun peserta didik dalam menyelesaikan
masalah, menyediakan peristiwa konkret untuk menjelaskan konsep-konsep
termodinamika yang abstrak, dan sebagainya. Pendekatan scaffolding di tuangkan
dalam tahapan-tahapan pembelajaran yakni environmental provision, explaining,
reviewing and restructuring serta developing conceptual.
3. Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam penelitian ini merupakan skor tes
pilihan ganda beralasan. Instrumen tes HOTS disusun berdasar pada ranah-ranah
kognitif tingkat tinggi meliputi analisis, evaluasi dan mencipta.
4. Self efficacy dalam penelitian merupakan hasil kategori self efficacy peserta didik
yang diukur menggunakan angket. Angket berisi pernyataan-pernyataan tentang
keyakinan peserta didik terhadap dirinya sendiri dalam mempelajari materi
termodinamika.

68
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon, R., Ratnawulan., Fauzi, A. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter


dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang
pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based
Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1-16, ISSN: 2252-
3014. Retrieved from
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/view/598
Ahmed, S & Parsons, D. (2013). Abductive science inquiry using mobile
devices in the classroom. Computers and Education (Q1), 63, 62-72.
http://dx.doi.org/10.1016/j.compedu.2012.11.017
Amanah, P. D., Harjono, A., Gunada, I. W. (2017). Kemampuan Pemecahan
Masalah dalam Fisika dengan Pembelajaran Generatif Berbantuan
Scaffolding dan Advance Organizer. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 3(2), 84-91, ISSN: 2407- 6902. Retrieved from
http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article/view/334
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Anghileri, J. (1995). Language, Arithmetic and the Negotiation of Meaning.
For the
Learning of Mathematics, 15(3), 10–14. Retrieved from
http://www.jstor.org/stable/pdf/40248182.pdf?refreqid=excelsior%3A9
be9d16a441a563d8a5b23855ad9945c
Anghileri, J. (2006). Scaffolding practices that enhance Mathematics learning.
Journal of Mathematics Teacher Education, 9, 33-52.
https://doi.org/10.1007/s10857-006-9005-9

69
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: Toward a Unifying Thery of Behavioral
Change. Psychological Review, 84 (2), 191-215.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.),
Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York:
Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of
mental health. San Diego: Academic Press, 1998).
Bliss, J., Askew, M., & Macrae, S. (1996). Effective teaching and learning:
Scaffolding
revisited. Oxford Review of Education, 22(1), 37–61.
https://doi.org/10.1080/0305498960220103
Budsankom, P., Sawangboon, T., Damrongpanit, S., & Chuensirimongkol, J.
(2015). Factors Affecting Higher Order Thinking Skills of students: A
Meta-analytic Structural Equation Modelling Study. Academic
Journals, 10 (19), 2639-2652. https://doi.org/10.5897/ERR2015.2371
Chen, C. H. (2014). An adaptive scaffolding e-learning system for middle
school students’ physics learning. Australasian Journal of Educational
Technology, 30 (3),342-355. https://doi.org/10.14742/ajet.430
Collete, A.T. & Chiappetta, E.L. (1994). Science instruction in the middle
and secondary schools. New York: Macmillan Publshing Company.
Darmawan. D. (2012). Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi
dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Dava Media.
Dasilva, B.E. & Sarkim, T. (2016). Proses Perubahan Skema Kognitif Konsep
Gerak Lurus Secara Asimilasi. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI
Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016.
Dwi, I. M., Arif, H, & Sentot, K. (2013). Pengaruh Strategi Problem Based
Learning Berbasis ICT terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8-17,
ISSN: 1693-1246. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/JPFI/2575

70
Faloon, G. (2017). Mobile Devices and Apps as Scaffolds to Science
Learning in the Primary Classroom. Journal of Science Education and
Technology (Q1). 26 (6). http://dx.doi.org/10.1007/s10956-017-9702-4
Fatima, S & Mufti, Y. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran IPA -
Fisika Berbasis Android sebagai Penguat Karakter Sains Siswa. Journal
Kaunia, X (1), 59-64, ISSN 2301-8550. Retrieved from
http://digilib.uinsuka.ac.id/26803/2/13600003_BAB-I_IV-atau-
V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
Gedgrave, I. (2009). Modern Teaching of Physics. Delhi: Global Media.
Giancoli, D. C. 1999. Fisika (Edisi 5, Jilid 1). Jakarta: Erlangga
Gikas, J & Grant, M. M. (2013). Mobile computing devices in higher
education: Student perspectives on learning with cellphones,
smartphones & social media. Internet and Higher Education (Q1), 19,
18-26. http://dx.doi.org/10.1016/j.iheduc.2013.06.002
Goksu, I & Atici, B. (2013). Need For Mobile Learning: Technologies and
Opportunities. Procedia Social and Behavioral Science, 103, 685 – 694.
http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.388
Hadi, W. S. & Dwijananti, P. (2015). Pengembangan Komik Fisika Berbasis
Android Sebagai Suplemen Pokok Bahasan Radioaktivitas untuk
Sekolah Menengah Atas. Unnes Physics Education Journal, 4(2),
ISSN: 2252-6935. Retrieved from
http://lib.unnes.ac.id/23253/1/4201410097.pdf.
Hamdani, D. S. A. (2013). Mobile Learning: a Good Practice. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 103 , 665 – 674.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.386
Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., &
Mohamad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills Among Technical Education Students. International Journal of
Social and Humanity, Vol. 1, No. 2, July 2011, 121-125
Ibanez, M. B. (2016). Support for Augmented Reality Simulation Systems:
The Effects of Scaffolding on Learning Outcomes and Behavior

71
Patterns. IEEE Transactions on Learning Technologies, 9(1), 46-56.
http://dx.doi.org/10.1109/TLT.2015.2445761
Istiyono, E, Mardapi, D & Suparno. 2014. Pengembangan Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Fisika (PhysTHOTS) Peserta Didik SMA.
Jurnal Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan, 18 (1), 1-12. Retrieved
from https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2120
Kanginan, Marthen. (2007). Fisika: untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Kartikawati, S & Pratama, H. (2017). Pengaruh Penggunaan WhatsApp
Messenger Sebagai Mobile Learning Terintegrasi Metode Group
Investigation terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan
Teknik Elektro, 2 (2), ISSN: 2477-8354. Retrieved from
http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JUPITER/article/view/1797/139
1
Khasanah, A., and Prasetyo, Z.K., “Pengembangan Instrumen Penilaian
Otentik Pembelajaran Fisika untuk Mengukur Keterampilan Proses
Sains dan Berpikir Kritis,” Jurnal Pendidikan Fisika 7 (5), 438-450
(2018)
Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 21 Tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kihn, J. (2013), Smartphones as Experimental Tools: Different Methods to
Determine the Gravitational Acceleration in Classroom Physics by
Using Everyday Devices. European Journal of Physics Education, Vol
4 Issue 1. Retrieved from
https://search.proquest.com/openview/9e42af64fb7ee1e6de6cddbe2b32
4d76/1?pq-origsite=gscholar&cbl=1946345
Kim, M. C & Hannafin, m. J. (2011). Scaffolding 6th graders’ problem
solving in technology-enhanced science classrooms: a qualitative case
study. Instructional Science. Vol. 39, Issue 3.
http://dx.doi.org/10.1007/s11251-010-9127-4, 255-282
Kothari, C.R. 2004. Researh Methodology: Methods and Techniques. New
Delhi : New Age International Publisher.

72
Lin, S. Y. (2015). Effect of scaffolding on helping introductory physics
students solve quantitative problems involving strong alternative
conceptions. Physical Review Physics Education Research (Q1), 11, 1-
19. Retrieved from
https://journals.aps.org/prper/abstract/10.1103/PhysRevSTPER.11.0201
5
Madhuri, G. V , Kantamreddi, V. S.S.N & Goteti L. N.S. P. (2012):
Promoting Higher Order Thinking Skills using Inquiry-Based Learning.
European Journal of Engineering Education, 37 (2), 117-123.
http://dx.doi.org/10.1080/03043797.2012.661701
Marlina, L., Liliasari, Tjasyono, B., and Hendayana., “Improving the Critical
Thinking Skills of Junior High School Students on Earth and Space
Science (ESS) Materials,” Journal of Physics: Conference Series, 1013
(2018). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1013/1/01206
Mundilarto. (2002) Kapita selekta pendidikan fisika. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Munir. (2013). Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan.
Bandung: Alfa Beta
Rahmawati, I., Hidayat, A., and Rahayu, S, “Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa SMP pada Materi Gaya dan Penerapannya,” In the
Proceedings of Seminar Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana UM,
Universitas Negeri Malang, 1112-1119 (2016).
Ramadhani, I & Motlan. (2015). Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek
dengan Strategi Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Tingkat Tinggi Siswa SMA pada Pelajaran
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika, 4 (1), 17-24, ISSN 2252-732X.
Retrieved from
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpf/article/view/Irham%20Ra
madhani%20dan%20Motlan

73
Rukmini, E. (2008). Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Majalah
Ilmiah Pembelajaran, 2, 1-11, ISSN: 0216-7999. Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/viewFile/7132/6155
Rusnayati, H. and Prima, E.C., “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas pada
Siswa SMA,” In the Proceedings of Seminar Nasional Penelitian,
Penddikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 331-
338 (2011).
Rofiah, E., Aminah, N.S., & Ekawati, E.Y. (2013). Penyusunan Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1 (2), 17-22, ISSN: 2338-0691. Retrieved from
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/2797
Santos, P., Cook, J., & Hernández-Leo, D. (2015). M-AssIST: Interaction and
Scaffolding Matters in Authentic Assessment. Educational Technology
& Society (Q1), 18 (2), 33–45. Retrieved from
http://www.jstor.org/stable/jeductechsoci.18.2.33
Sari, N. M. R., Sunyono., Rosilawati, I. (2017). Pengaruh Scaffolding dalam
Pembelajaran SiMaYang untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Penguasaan Konsep. Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Kimia, 7 (2),
26-37, ISSN: 2302-1772. Retrieved from
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPK/article/view/13577
Saputri, A.A, & Wilujeng, I. (2017). Developing Physics E-Scaffolding
Teaching Media to Increase the Eleventh-Grade Students’ Problem
Solving Ability and Scientific Attitude. International Journal of
Environmental & Science Education, 12 (4), 729-745. Retrieved from
http://www.ijese.net/makale/1841
Schunk, D.H. (2012). Teori-teori pembelajaran: perspektif pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Serway, R. A & Jewett, J. W. 2004. Physics for Scientist and Engineers: 6th
Edition. United States: Thomson Brooks/ Cole

74
Slavin, Robert. E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik (Edisi
kesembilan, Jilid 1). Jakarta: PT. Indeks.
Slavin, Robert. E. (2017). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik (Edisi
kesembilan, Jilid 1). Jakarta: PT. Indeks.
Subekti, Y. and Ariswan, A., “Pembelajaran Fisika dengan Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan
Keterampilan Proses Sains,” Jurnal Inovasi Pendidikan IPA 2 (2), 252-
261 (2016). http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i2.6278
Sukardjo. (2012). Buku Pegangan Kuliah Evaluasi Pembelajaran IPA.
Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UN
Sung, Y.T., Chang, K & Liu, T. C. (2016). The effects of integrating mobile
devices with teaching and learning on students' learning performance: A
meta-analysis and research synthesis. Computers and Education (Q1),
94, 252- 275. http://dx.doi.org/10.1016/j.compedu.2015.11.008
Surya, Yohanes. 2009. Suhu dan Termodinamika. Tangerang: PT. Kandel.
Suryani, W., Harahap, M.B., and Sinulingga, K., “Efek Model Pembelajaran
Scientific Inquiry Menggunakan Mind Mapping dan Keterampilan
berpikir kritis terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah
Menengah Atas,” Jurnal Pendidikan Fisika 6 (2), 86-90 (2017)

Susilowati, E., Rusdiana, D., Kaniawati, I. (2017). Efektivitas Perkuliahan


Gelombang dan Optika Berbasis Scaffolding terhadap Peningkatan
Kebiasaan Berpikir Kritis. Jurnal Wahana Pendidikan Fisika, 2 (2), 68-
70, ISSN: 2338-1027. Retrieved from
http://ejournal.upi.edu/index.php/WapFi/article/view/6976
Suparno, Paul. (2013). Pengantar Termodinamika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. (1974). Instructional
development for training teachers of expectional children. Minneapolis,
Minnesota: leadership training institute/special education, University of
Minnesota.

75
Thomas, T. (2011). Developing First Year Students’ Critical Thinking Skills.
Asian Social Science, 7 (15), 26-35. http://dx.doi.org/10.1007/s10956-
017-9702-4
Suparno, P. (2007). Metododologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Wardana, N. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Ketahanmalangan Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan
Pemahaman Konsep Fisika. Retrieved from:
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/621016251635_1 858-4543.pdf
Wood, D., Bruner, J.S., & Ross, G. (1976). The role of tutoring in problem
solving. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 17, 89-100.
https://doi.org/10.1111/j.1469-7610.1976.tb00381.x
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology (Bagian pertama). Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Valk, J., Rashid, A. T., & Elder, L. (2010). Using mobile phones to improve
educational
outcomes: An analysis of evidence from Asia. International Review of
Research in
Open and Distance Learning, 11(1), 117–140.
http://dx.doi.org/10.19173/irrodl.v11i1.794

76
LAMPIRAN 1
ANALISIS KEBUTUHAN
a. Analisis Kurikulum
b. Analisis Konsep
c. Peta Konsep

77
Lampiran 1a

ANALISIS KURIKULUM

Kelas: XI ; Semester : Genap

No Analysis Result
1 Kompetensi Inti (Core of KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran
Competence) agama yang dianutnya.

KI. 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,


tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.

KI. 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dalamilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

2 Kompetensi Dasar (Basic 3.7 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal


Competence) dengan menerapkan hukum Termodinamika

4.7 Membuat karya atau model penerapan


Hukum Termodinamika I dan Hukum
Termodinamika II
3 Indikator (Indicators) 3.7.1 Mengidentifikasi pengertian sistem dan
proses.

78
3.7.2 Memformulaikan usaha pada gas
dengan berbagai proses.
3.7.3 Memformulasikan energi dalam
3.7.4 Menyimpulkan perubahan keadaan gas
dari diagram p-V
3.7.5 Membedakan proses terdinamika:
isotermik, isobark, isokhorik, dan
adiabatic
3.7.6 Menganalisis Hukum Kedua
Termodinamika
3.7.7 Menerapkan hukum Termodinamika II
dalam pemecahan masalah
3.7.8 Menganalisis prinsip kerja mesin Carnot
3.7.9 Menghitung efisiensi mesin kalor dan
performans mesin pendingin
4 Materi Pokok Hukum Termodinamika I
Hukum Termodinamika II
Entropi

79
Lampiran 1b

ANALISIS KONSEP (CONCEPT ANALYSIS)

Pokok Bahasan/ (Subject) : Termodinamika

No Analysis Result
1 Fakta-fakta (Facts) Udara di pegunungan lebih dingin dari pada
dataran rendah

Refrigerator bekerja menggunakan prinsip


termodinamika

Popcorn meletup saat dimasak merupakan


akibat peristiwa termodinamika

Balon berisi air tidak akan meletus jika


dibakar.
2 Konsep (Concepts) Energi Termal
Usaha
Kapasitas kalor
Tekanan
Isobarik
Isotermal
Isokhorik
Adiabatik

3 Prinsip (Principles) Usaha yang dilakukan pada atau oleh sistem


adalah banyaknya energi yang berpindah
dari sistem ke lingkungan atau dari
lingkungan ke sistem

Energi dalam merupakan umlah energi


kinetic dan energi potensial yang
berhubungan dengan atom-atom atau
molekul-molekul zat

4 Hukum (Law) Hukum I Termodinamika: Energi dalam


suatu sistem berubah dari nilai awal U1 ke
nilai akhir U2 sehubungan degan kalor Q dan
usaha W.
ΔU = U2 – U1 = Q - W

Hukum II Termodinamika

80
Formulasi Kelvin-Planck: Tidak munkin
untuk membuat sebuah mesin kalor yang
bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata
mengubah energi panas yang diperoleh dari
suatu sumber pada suhu tertetu seluruhnya
menjadi usaha mekanik.
Formulasi Clausius: Tidak mungkin untuk
membuat sebuah mesin kalor yang bekerja
dalm suatu siklus yang semata-mata
memindahkan energi panas dari suatu benda
dingin ke benda panas.

5 Teori (Theory) Efisiensi termal sebuah mesin kalor adalah


nilai perbandinga antara usaha yang
dilakukan dan kalor yang diserap dari kalor
suhu tinggi selama satu siklus
6. Prosedur Percobaan mengamati fenomena Hukum
Termodinamika I

81
Lampiran 1c

PETA KONSEP TERMODINAMIKA

TERMODINAMIKA

Formulasi
Kelvin Planck

Dinyatakan Formulasi
Hukum ke-nol Hukum ke-I Hukum ke-II dalam Clausius
tentang
berhubungan tentang arah dari
dengan Perumusan
Hukum kekekalan Proses/ Carnot
energi perubahan
Kesetimbangan mengalami proses
termal pada

Sistem
terkait besaran
Reversibel Irreversibel

Energi Dalam Usaha Kalor

82
LAMPIRAN 2
PERANGKAT PEMBELAJARAN
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

83
Lampiran 2a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Kupang


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas /Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Termodinamika
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 6 JP (3 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti:

KI 1 & KI 2 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
.jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.7 Menganalisis perubahan Pertemuan Pertama
keadaan gas ideal dengan 3.7.10 Menjelaskan hukum termodinamika ke-nol
menerapkan hukum 3.7.11 Membedakan proses-proses termodinamika:
Termodinamika isotermik, isobarik, isokhorik, dan adiabatik
3.7.12 Menjelaskan hukum I termodinamika

Pertemuan Kedua
3.7.13 Memformulaikan hukum I termodinamika
pada gas dengan berbagai proses
termodinamika.
3.7.14 Memecahkan persoalan-persoalan terkait
hukum I termodinamika

Pertemuan Ketiga
3.7.15 Menganalisis prinsip kerja mesin carnot, mesin
kalor dan mesin pendingin
3.7.16 Mengkaji hukum II termodinamika

84
3.7.17 Memecahkan persoalan-persoalan terkait
prinsip kerja mesin Carnot, mesin kalor dan
mesin pendingin

Aspek sikap yang dikembangkan: self efficacy


1. Meningkatkan aspek magnitude peserta didik
2. Meningkatkan aspek strenght peserta didik
3. Meningkatkan aspek generality peserta didik
4.7 Membuat karya atau model Pertemuan Kedua
penerapan Hukum I 4.7.1 Merancang alat pada percobaan untuk
termodinamika dan Hukum I membuktikan hukum I termodinamika
termodinamikaI 4.7.2 Melakukan percobaan ‘membakar balon’ untuk
membuktikan hukum I termodinamika

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan hukum termodinamika ke-nol
2. Membedakan proses-proses termodinamika yakni isobar, isokhorik, isotermal dan
adiabatik
3. Menjelaskan hukum I termodinamika
4. Memformulaikan hukum I termodinamika pada gas dengan berbagai proses
termodinamika.
5. Memecahkan persoalan-persoalan terkait hukum I termodinamika
6. Menganalisis prinsip kerja mesin carnot, mesin kalor dan mesin pendingin
7. Memecahkan persoalan-persoalan terkait prinsip kerja mesin Carnot, mesin kalor dan
mesin pendingin
8. Mengkaji hukum II termodinamika
9. Membuktikan hukum I termodinamika
10. Merumuskan kembali tukum I termodinamika dengan kalimatnya sendiri.

D. Materi Pembelajaran
1. Pembelajaran regular
a. Fakta
 Udara di pegunungan lebih dingin dari pada dataran rendah
 Refrigerator bekerja menggunakan prinsip termodinamika
 Popcorn meletup saat dimasak merupakan akibat peristiwa termodinamika
 Balon berisi air tidak akan meletus jika dibakar.
b. Konsep
 Energi Termal
 Usaha
 Isobarik
 Isotermal
 Isokhorik
 Adiabatik
c. Hukum
 Hukum Termodinamika ke-nol
 Hukum I Termodinamika: Energi dalam suatu sistem berubah dari nilai awal U1 ke
nilai akhir U2 sehubungan degan kalor Q dan usaha W.

85
ΔU = U2 – U1 = Q - W
 Hukum II Termodinamika
Formulasi Kelvin-Planck: Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor
yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertetu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
Formulasi Clausius: Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang
bekerja dalm suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu
benda dingin ke benda panas.
d. Prinsip
i. Usaha yang dilakukan pada atau oleh sistem adalah banyaknya energi yang
berpindah dari sistem ke lingkungan atau dari lingkungan ke sistem
ii. Energi dalam merupakan jumlah energi kinetic dan energi potensial yang
berhubungan dengan atom-atom atau molekul-molekul zat
e. Teori
 Efisiensi termal sebuah mesin kalor adalah nilai perbandingan antara usaha yang
dilakukan dan kalor yang diserap dari kalor suhu tinggi selama satu siklus
 Koefisien performansi sebuah mesin pendingin adalah perbandingan antara kalor
yang dipindahkan dari sumber dingin dengan usaha yang dibutuhkan untuk
memindahkan kalor ini.
f. Prosedur
 Percobaan mengamati fenomena hukum I termodinamika.

E. Metode Pembelajaran
 Model Pembelajaran : Guided inquiry
 Pendekatan : Scaffolding
 Metode : Ceramah aktif, diskusi, percobaan dan penugasan

F. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar


1. Media/alat:
a. Smartphone
b. Spidol
c. White board
2. Bahan:
a. Balon
b. Lilin
c. Korek
d. Karet gelang
e. Air
3. Sumber Belajar:
Smartphone yang dilengkapi dengan aplikasi IPMLM.

86
G. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama

Kegiatan Pembelajaran
Sintaks Guided Level
Jenis Interaksi Guru Peserta Didik Waktu
Inqury Learning Scaffolding
Kegiatan Pendahuluan
Classroom Orientasi Menyimak apa yang disampaikan guru
organisastion,  Guru membuka kegiatan pembelajaran
structured task dan dengan salam pembuka dan berdoa
peer colaboration  Guru mengecek kehadiran peserta didik
 Guru mengarahkan peserta didik untuk
membaca petunjuk penggunaan media
IPMLM
 Guru membagi peserta didik ke dalam
kelompok kecil untuk kegiatan diskusi
Motivasi Menyimak gambaran pemanfaatan
 Guru memberikan gambaran bahwa termodinamika yang disampaikan
Environment dengan mempelajari termodinamika guru. 10’
provision peserta didik akan dapat memahami
berbagai fenomena termal dalam Menjawab pertanyan guru
kehidupan sehari
 Guru menanyakan apakah siswa pernah “Siswa pernah melihat atau pernah
melihat perawat mengukur suhu tubuh yang diukur suhu tubuhnya dengan
Emotive feedback
demam menggunakan termometer? mengggunakan termometer”
Apersepsi Menjawab pertanyaan guru
 Guru memberikan pertanyaan apersepsi
“mengapa skala pada termometer dapat “Karena terjadi kontak termal, dimana
berubah saat dilekatkan dengan tubuh terjadi pertukaran energi antara
seseorang yang sedang demam?” thermometer dan tubuh yang demam”
 Guru menyampaikan bahwa dengan
mempelajari Hukum Termodinamika ke

87
nol, peserta didik akan memahami cara
kerja termometer

Classroom Pemberian Acuan Menyimak tujuan pembelajaran yang


organisastion  Guru memberitahukan kepada peserta didik disampaikan guru
materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
pada pertemuan yang berlangsung
 Guru memberitahukan tentang kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung

Kegiatan Inti
Explaining:
Telling Menyimak 5’
Guru menjelaskan konsep kesetimbangan termal
Provision of Restructuring: Mengamati animasi proses-proses 5’
meaningful contexts Guru menunjukkan animasi proses-proses termodinamika yang terdapat pada
to abstract termodinamika yang terdapat pada IPMLM dan IPMLM dan mendiskusikan
situations mempersilahkan peserta didik mendiskusikan pertanyaan dalam LKPD 1 di dalam
Identifikasi masalah Explaining, pertanyaan dalam LKPD 1 di dalam kelompok kelompok
dan melakukan reviewing, Students explaining Reviewing: Menjelaskan proses-proses 5’
pengamatan restructuring and justifying Guru meminta beberapa peserta didik (secara termodinamika berdasarkan animasi
acak) menjelaskan proses-proses termodinamika
berdasarkan animasi
Provision of Reviewing: Mengamati video fenomena
meaningful contexts Mempersilahkan peserta didik untuk mengamati termodinamika (balon yang diikat pada
to abstract video fenomena termodinamika (balon yang botol kemudian dimasukkan ke dalam 5’
situations diikat pada botol kemudian dimasukkan ke air panas) pada IPMLM.
dalam air panas) pada IPMLM.

88
Looking, touching, Reviewing: Membuat rumusan masalah atau
Mengajukan verbalising Memberikan kesempatan kepada peserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan
pertanyaan untuk merumuskan pertanyaan berdasarkan video yang sudah ditunjukkan.
video yang sudah ditunjukkan
Telling Explaining: Menyimak penjelasan guru tentang 10’
Guru mengkonfirmasi penjelasan siswa tentang hukum I termodinamika
proses-proses termodinamika berdasarkan
animasi dan menjelaskan Hukum I
termodinamika berdasarkan video yang sudah
ditunjukkan (Guru memberikan bimbingan
penuh).
Merencanakan Looking, touching, Reviewing: Menyimak penjelasan guru 5’
penyelidikan verbalising Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya terkait Hukum I Mengajukan pertanyaan kepada guru
termodinamika yang dijelaskan guru.
Giving prompting Reviewing: Menjawab pertanyaan guru 5’
and probing Guru menjawab pertanyaan peserta didik dengan
question memberikan pertanyaan yang bersifat
mendorong dan menyelidik
(Guru tidak membimbing penuh)
Negotiating Restructuring: Menyimak klarifikasi guru
meaning and Re- Guru menyimpulkan dan mengklarifikasi
phrasing Students’ jawaban dari peserta didik lain
Talk 5’
Parallel Modelling Reviewing: Menyimak contoh soal yang diberikan
Guru memberikan contoh soal kepada peserta guru
didik
Simplifying Restructuring: Menyelesaikan persoalan yang
problems Guru memberikan latihan soal kepada peserta diberikan
10’
didik dimulai dari soal yang sederhana sampai
yang kompleks (peserta didik mandiri)

89
Looking, touching, Reviewing: Mencari informasi untuk
Mengumpulkan verbalising Guru mempersilahkan peserta didik mencari menyelesaikan soal yang sudah
data/informasi atau informasi untuk menyelesaikan soal yang sudah disediakan dalam aplikasi PMLM
melakukan disediakan dalam aplikasi PMLM (peserta didik mandiri)
penyelidikan (peserta didik mandiri)
Interpreting Restructuring: Mendiskusikan masalah atau soal yang
students’s Actions Guru mempersilahkan dan mendampingi peserta didalam kelompok dibawah bimbingan
Menganalisis data
and Talk didik mendiskusikan persoalan tersebut di dalam guru
kelompok
Students Explaining Reviewing: Beberapa peserta didik menuliskan
and Justifying Guru memberikan kesempatan kepada peserta penyelesaian soal di papan tulis
didik lain untuk bertanya atau membenarkan
atau mengklarifikasi penyelesaian soal yang Peserta didik lain menanggapi hasil
sudah dituliskan salah satu peserta didik di pengerjaan temannya.
papan tulis 10’

Negotiating Restructuring: Menyimak penjelasan klarifikasi hasil


meaning and Re- Guru mengklarifikasi atau menyatakan kembali diskusi dari guru
phrasing Students’ apa yang disampaikan peserta didik.
Talk
Kegiatan penutup
Making Guru mengkonfirmasi pertanyaan peserta didik Menyimak konfirmasi dari guru terkait
Connections berdasarkan video yang sudah diamati pada pertanyaan-pertanyaan peserta didik
IPMLM

Developing Generating  Guru mengarahkan peserta didik untuk  Membuat rangkuman/simpulan


Membuat Conceptual menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pelajaran tentang hal-halt
conceptual
kesimpulan 5’
thinking Discourse  Memberikan penghargaan kepada penting yang muncul dalam
kelompok yang memiliki kinerja dan kegiatan pembelajaran yang
kerjasama yang baik baru dilakukan.
 Melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan.

90
2. Pertemuan Kedua

Kegiatan Pembelajaran
Sintaks Guided
Level Scaffolding Jenis Interaksi Guru Peserta Didik Waktu
Inqury Learning
Kegiatan Pendahuluan
Orientasi Menyimak apa yang disampaikan
 Guru membuka kegiatan guru
pembelajaran dengan salam
pembuka dan berdoa Membuka LKPD yang terdapat di
Peer  Guru mengecek kehadiran peserta dalam media IPMLM
colaboration dan didik
structured task  Guru membagi peserta didik
didalam kelompok
 Guru mengarahkan peserta didik
untuk membuka LKPD yang
sudah tersedia pada IPMLM
Motivasi Mengamati gambar termos yang
 Guru mengarahkan peserta didik tersedia pada aplikasi IPMLM
Environment untuk mengamati gambar termos 10’
provision yang tersedia pada IPMLM
Apersepsi Menjawab pertanyaan guru
 Guru menanyakan kepada peserta
Emotive
didik mengapa air yang disimpan “Termos bekerja dengan
feedback
di dalam termos dapat menerapkan prinsip adiabatik,
mempertahankan suhunya. dimana termos dibuat agar
 Guru menyampaikan bahwa terisolasi dari lingkungan (tidak
dengan mempelajari hukum I ada panas yang masuk ke dalam
termodinamika, peserta didik akan termos”
memahami cara kerja termos air
Structured task Pemberian Acuan Menyimak tujuan pembelajaran
 Guru mengingatkan kembali yang disampaikan guru
tentang materi pada pertemuan 1. Memformulaikan hukum I
sebelumnya termodinamika pada gas
dengan berbagai proses

91
 Guru memberitahukan materi termodinamika.
pelajaran yang akan dibahas pada 2. Membuktikan hukum I
pertemuan saat itu. termodinamika
 Guru menyampaikan tujuan 3. Merumuskan kembali hukum I
pembelajaran pada pertemuan termodinamika dengan
yang berlangsung kalimatnya sendiri.
 Guru memberitahukan tentang
kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
 Guru membagi peserta didik
dalam kelompok praktikum
Kegiatan Inti
Provision of Restructuring: Mengamati gambar pada LKPD
meaningful Guru mempersilahkan peserta didik yang tersedia di IPMLM
contexts to mengamati gambar terkait percobaan
Identifikasi masalah
abstract (gambar balon yang diletakkan di atas
dan melakukan
situations lilin menyala dan gambar balon berisi
pengamatan
air yang diletakkan di atas lilin
menyala) pada LKPD yang tersedia di
IPMLM.
Looking, Reviewing: Membuat rumusan masalah atau 5’
Explaining, touching, Guru memberikan kesempatan kepada merumuskan pertanyaan
reviewing, verbalising peserta didik untuk membuat rumusan berdasarkan gambar yang sudah
restructuring masalah diamati
Merumuskan
pertanyaan
“mengapa balon yang yang berisi
air tidak meletus saat dibakar?
Sebaliknya mengapa balon yang
tidak berisi air meletus?”
Merencanakan Looking,
Reviewing:
penyelidikan, touching, Melakukan percobaan dalam
Guru membimbing peserta didik 10’
mengumpulkan verbalising dan kelompok
melakukan percobaan
data/informasi atau Interpreting

92
melakukan students’s
penyelidikan Actions and Talk
Looking, Reviewing: Mendiskusikan hasil percobaan di 15’
Menganalis data touching, Guru mempersilahkan peserta didik dalam kelompok
verbalising mendiskusikan hasil percobaan
Students Reviewing: Peserta didik lain menanggapi hasil 5’
Explaining and Guru memberikan kesempatan kepada diskusi kelompok yang presentasi
Justifying peserta untuk mempresentasikan hasil
percobaan dan hasil diskusi
Giving Reviewing: Mengajukan pertanyaan kepada
prompting and Guru mempersilahkan peserta didik guru dan menjawab pertanyaan
probing question untuk bertanya terkait percobaan dan yang diberikan
guru menjawab pertanyaan peserta
didik dengan menanyakan pertanyaan
yang bersifat mendorong dan 10’
menyelidik
Negotiating Restructuring: Menyimak klarifikasi yang
meaning and Re- Guru mengklarifikasi atau menyatakan diberikan guru
Membuat phrasing kembali apa yang disampaikan peserta
kesimpulan Students’ Talk didik
Parallel Guru memberikan contoh soal tentang Menyimak contoh soal yang 5’
Modeling hukum termodinamika I diberikan guru

Simplifying Restructuring: Menyelesaikan persoalan yang


problems Guru memberikan latihan soal kepada diberikan
peserta didik dimulai dari soal yang
sederhana sampai yang kompleks
(peserta didik mandiri) 10’
Interpreting Restructuring: Mendiskusikan masalah atau soal
students’s Guru mempersilahkan dan yang didalam kelompok dibawah
Actions and mendampingi peserta didik bimbingan guru
Talk

93
mendiskusikan persoalan tersebut di
dalam kelompok
Students Reviewing: Beberapa peserta didik menuliskan
Explaining and Guru memberikan kesempatan kepada penyelesaian soal di papan tulis
Justifying peserta didik lain untuk bertanya atau
membenarkan atau mengklarifikasi Peserta didik lain menanggapi hasil
penyelesaian soal yang sudah pengerjaan temannya.
dituliskan salah satu peserta didik di
papan tulis 10’

Negotiating Restructuring: Menyimak penjelasan klarifikasi


meaning and Re- Guru mengklarifikasi atau menyatakan hasil diskusi dari guru
phrasing kembali apa yang disampaikan peserta
Students’ Talk didik.
Kegiatan penutup
Generating Guru mengarahkan siswa untuk Membuat rangkuman/simpulan
Conceptual menyimpulkan Hukum I pelajaran tentang hal-hal penting
Discourse termodinamika berdasarkan percobaan yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan.
Guru memberikan penghargaan kepada Melakukan refleksi terhadap
Developing
kelompok yang memiliki kinerja dan kegiatan yang sudah dilaksanakan.
conceptual thinking 5’
kerjasama yang baik
Developing
Representational
Guru memberikan tugas kepada Siswa membaca materi hukum II
Tools
peserta didik untuk membaca materi termodinamika dan mesin kalor
terkait mesin kalor dan hukum II dirumah
termodinamika

94
Pertemuan Ketiga

Sintaks Kegiatan Pembelajaran


Level
Guided Inqury Jenis Interaksi Guru Peserta Didik Waktu
Scaffolding
Learning Kegiatan Pendahuluan
Orientasi Menyimak apa yang disampaikan guru
 Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan salam pembuka dan berdoa Membuka LKPD yang terdapat di dalam
Peer  Guru mengecek kehadiran peserta didik media IPMLM
colaboration dan  Guru membagi peserta didik didalam
structured task kelompok
 Guru mengarahkan peserta didik untuk
membuka LKPD yang sudah tersedia
pada IPMLM
Motivasi Mengamati gambar-gambar yang terdapat
 Guru mengarahkan peserta didik untuk pada aplikasi IPMLM
gambar-gambar tentang mesin-mesin
dalam kehidupan sehari-hari seperti
Environmental motor, refrigerator dan sebagainya yang 10’
provision tersedia pada IPMLM
Apersepsi Menjawab pertanyaan guru
 Guru menanyakan kepada peserta didik
Emotive
“mengapa motor membutuhkan bensin? “Bensin digunakan sebagai bahan bakar
feedback
Bagaimana lemari es/kulkas pada sumber suhu tinggi. Energi panas hasil
mempertahankan suhunya agar tetap pembakaran akan diubah sebagai usaha
dingin?” mekanik yang menggerakkan motor. Kulkas
 Guru menyampaikan bahwa dengan mengambil panas dari makanan yang ada di
mempelajari mesin kalor dan hukum II kulkas dan membuangnya ke lingkungan
termodinamika, peserta didik akan dengan bantuan energi listrik”
memahami cara kerja motor dan
refrigerator serta mesin-mesin lain.
Structured task Pemberian Acuan Mendengarkan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru

95
 Guru mengingatkan kembali materi pada
pertemuan sebelumnya yaitu tentang
hukum I termodinamika
 Guru memberitahukan materi pelajaran
yang akan dibahas pada pertemuan saat
itu.
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
 Guru memberitahukan tentang
kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan
yang berlangsung
 Guru membagi peserta didik dalam
kelompok untuk berdiskusi
Kegiatan Inti
Identifikasi Providing
Reviewing:
masalah dan meaningful Mengamati animasi pada smartphone
Guru menunjukkan ilustrasi motor macet pada
melakukan contexts masing-masing
IPMLM.
pengamatan
Looking, Reviewing: Membuat rumusan masalah atau 5’
Mengajukan touching, Guru memberikan kesempatan kepada merumuskan pertanyaan berdasarkan video
pertanyaan verbalising peserta didik untuk merumuskan pertanyaan yang sudah ditunjukkan.
berdasarkan ilustrasi yang sudah ditunjukkan
Explaining,
Merencanaka reviewing, Reviewing and Restructuring: Peserta didik melakukan kegiatan diskusi
Students
n restructuring Guru memberikan kesempatan kepada dalam kelompok tentang cara kerja mesin
Explaining and
penyelidikan, peserta didik untuk berdiskusi dalam kalor, mesin pendingin dan mesin carnot
Justifying dan
mengumpulk kelompok tentang cara kerja mesin kalor,
Interpreting
an mesin pendingin dan mesin carnot.
students’s 35’
data/informas
Actions and Talk
i atau (Peserta didik berdiskusi secara mandiri)
melakukan Simplifying Restructuring: Menyelesaikan persoalan yang diberikan
penyelidikan problems Guru memberikan latihan soal kepada peserta
didik dimulai dari soal yang sederhana

96
sampai yang kompleks (Peserta didik
mandiri)
Menganalisis Looking, Reviewing: Peserta didik mencari informasi untuk pada
data touching, Guru memberikan kesempatan kepada handout yang sudah disediakan dalam
verbalising peserta didik mencari informasi untuk pada aplikasi PMLM atau bertanya pada guru.
handout yang sudah disediakan dalam
aplikasi PMLM atau bertanya terkait materi
diskusi
Students Reviewing: Beberapa peserta didik mempresentasikan
Explaining and Guru memberikan kesempatan kepada hasil diskusi di depan kelas
Justifying peserta didik lain untuk bertanya atau
membenarkan atau mengklarifikasi Peserta didik lain menanggapi hasil diskusi
penyelesaian soal yang sudah dituliskan salah temannya 10’
satu peserta didik di papan tulis
Giving Reviewing: Mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak
prompting and Jika ada peserta didik yang bertanya, guru dipahami.
probing question menjawab dengan memberikan pertanyaan
yang bersifat mendorong dan menyelidik
Negotiating Restructuring: Menyimak klarifikasi yang diberikan guru
meaning and Re- Guru mengklarifikasi atau menyatakan
phrasing kembali apa yang disampaikan peserta didik 15’
Students’ Talk
Kegiatan penutup
Making Guru mengkonfirmasi pertanyaan peserta Menyimak konfirmasi dari guru terkait
Connections didik berdasarkan video yang sudah diamati pertanyaan-pertanyaan peserta didik
peserta didik.
Developing
Membuat Generating  Guru mengarahkan siswa untuk  Membuat rangkuman/simpulan
conceptual
kesimpulan Conceptual menyimpulkan apa yang sudah pelajaran tentang hal-hal penting yang 5’
thinking
Discourse dipelajari.Guru memberikan muncul dalam
penghargaan kepada kelompok yang  Melakukan refleksi terhadap kegiatan
memiliki kinerja dan kerjasama yang yang sudah dilaksanakan.
baik

97
H. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

1. Teknik Penilaian
a. HOTS
Pilihan ganda beralasan
b. Keterampilan
1) Praktikum
Observasi
2) Portofolio / unjuk kerja
 Laporan tertulis (LKPD) individu/ kelompok
c. Self Efficacy
Kuisioner/angket dan observasi

2. Instrumen Penilaian
Soal-soal HOTS, angket, dan lembar observasi (terlampir)

Kupang,….Januari 2019

Mengetahui
Kepala SMAN … Kupang Guru Mata Pelajaran

…………………………………… …………………………………….
NIP/NRK. NIP/NRK.

98
Lampiran 2b-LKPD 1

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK


PROSES-PROSES TERMODINAMIKA

Kompetensi Inti :

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang

Kompetensi Dasar :

3.7 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan


hukum Termodinamika

Anggota :

1 .............................................................................

2 .............................................................................

99
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK

PROSES-PROSES TERMODINAMIKA

A. Tujuan Kegiatan
Peserta didik dapat membedakan proses-proses termodinamika yakni isobarik,
isokhorik, isotermal dan adiabatik

B. Langkah Kegiatan

1. Amatilah animasi proses termodinamika pada IPMLM!


2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan animasi yang ditunjukkan
dan uraian materi tentang proses-proses termodinamika pada IPMLM!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses isobarik! Nyatakan pula


persamaan keadaan isobarik!

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses isokhorik! Nyatakan pula


persamaan keadaan isokhorik!

100
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses isotermal! Nyatakan pula
persamaan keadaan isotermal!

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses adiabatik! Nyatakan pula


persamaan keadaan adiabatik!

101
Lampiran 2b-LKPD 2

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK


HUKUM TERMODINAMIKA I

Kompetensi Inti :

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar :

4.7 Membuat karya atau model penerapan Hukum Termodinamika I dan


Hukum Termodinamika II

Kelompok :

Anggota :

1. .............................................................................

2. .............................................................................

3. .............................................................................

4. ..................................................................................

102
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK

HUKUM TERMODINAMIKA I

C. Tujuan Kegiatan

1. Peserta didik dapat membuktikan Hukum Pertama Termodinamika


2. Peserta didik dapat merumuskan kembali Hukum Pertama Termodinamika dengan
bahasanya sendiri.

D. Alat dan Bahan


1. Balon
2. Karet gelang
3. Lilin
4. Air
5. Korek api

E. Langkah Kerja
1. Sebelum melakukan percobaan, perhatikan gambar berikut!

Gambar 1. Balon berisi udara dibakar menggunakan lilin

Gambar 2. Balon berisi air dibakar menggunakan lilin

103
Apa yang akan terjadi pada balon yang ditunjukkan pada Gambar 1? Apa
yang akan terjadi pada balon yang ditunjukkan pada Gambar 2? Tulislah
dugaan sementara anda pada kolom ini!

2. Tiuplah balon pertama1!


3. Ikatlah balon yang telah ditiup dengan menggunakan karet gelang!
4. Nyalakan lilin dengan menggunakan korek api!
5. Letakkan balon pertama yang berisi udara di atas nyala lilin!
6. Amati apa yang terjadi pada balon pertama!
7. Isi balon ke dua dengan air!
8. Tiuplah balon ke-dua yang telah di isi air!
9. Ikatlah balon ke-dua yang telah ditiup dengan menggunakan karet gelang!
10. Letakkan balon ke-dua yang berisi air di atas nyala lilin!
11. Amati apa yang terjadi pada balon ke-dua yang berisi air!
12. Tuliskan hasil pengamatan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan diskusi berikut!

104
F. Pertanyaan Diskusi

1. Peristiwa apa yang sudah anda amati dari langkah percobaan nomor 5 dan
6? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

2. Peristiwa apa yang sudah anda amati dari langkah percobaan nomor
10 dan 11? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

105
3. Bagaimana kesimpulan anda peristiwa tersebut dan kaitannya dengan
hukum I termodinamika ? Jelaskan dengan kalimatmu sendiri!

4. Jelaskan penerapan Hukum Termodinamika I pada masing-masing


proses termodinamika (isobarik, isokhorik, isotermal dan adiabatik)!
Nyatakan persamaan usaha pada masing-masing proses tersebut!

106
Lampiran 2b-LKPD 3

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK

APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA

Kompetensi Inti :

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang

Kompetensi Dasar :

3.7 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan


hukum Termodinamika

Kelompok :

Anggota :

1. ..................................................................................

2. ..................................................................................

3. ..................................................................................

4. ..................................................................................

107
TUJUAN KEGIATAN

1. Peserta didik dapat merumuskan kembali Hukum Termodinamika II dengan


kalimatnya sendiri
2. Peserta didik dapat menerapkan Hukum Termodinamika II dalam pemecahan
masalah
3. Peserta didik dapat menjelaskan prinsip kerja mesin Carnot
4. Peserta didik dapat menghitung efisiensi sebuah mesin kalor

Diskusikan permasalahan-permasalahan berikut di dalam kelompok!

1. Cara Kerja Mesin Kalor


Bacalah materi tentang mesin kalor pada IPMLM!

Mesin kalor merupakan suatu alat yang dapat megubah energi panas menjadi
energi mekanik. Contohnya adalah dalam mesin motor, energi panas hasil
pembakaran bensin diubah menjadi energi gerak motor. Berikut merupakan
diagram cara kerja mesin kalor.

Gambar 1. Diagram sebuah mesin kalor

Jelaskan cara kerja sebuah mesin kalor dengan kalimatmu sendiri! Rumuskan
usaha yang dilakukan mesin serta efisiensi mesin tersebut!

2. Siklus Carnot
Bacalah materi tentang Mesin Carnot dan lengkapi titik-titik dibawah ini bersama
teman kelompok anda!

108
Mesin Carnot merupakan sebuah mesin kalor ideal yang memiliki efisiensi paling
tinggi. Diagram berikut merupakan merupakan diagram sebuah mesin Carnot
dengan gas ideal sebagai sistem.
1

4 2

Gambar 2. Diagram sebuah mesin Carnot dengan gas ideal sebagai sistem.
Gambar 3 merupakan diagram P-V untuk siklus pada Gambar 2.

Gambar 3. Diagram P-V untuk siklus pada gambar

109
Langkah 1:

Siklus diawali dengan silinder melakukan kontak termal (menempel) dengan


sumber kalor, dimana gas mengambil sejumlah kalor pada suhu tinggi T1. Jadi
lintasan A-B merupakan proses………………………………. Pada proses ini gas
menyerap kalor sebesar……….………………… Sejak kalor diserap, gas memuai
dan melakukan usaha pada pengisap sebesar………………………

Langkah 2:

Tahap selanjutnya silinder terisolasi dimana tidak ada kalor yang masuk ataupun
keluar. Beban pada pengisap berkurang dan gas mengalami pemuaian. Hal
tersebut ditunjukkan pada lintasan B-C pada grafik. Jadi lintasan BC merupakan
proses……………………………… Pada proses ini terjadi penurunan suhu
dari…………………………menjadi……………………….. dan melakukan usaha
sebesar WBC.

Langkah 3:

Pada tahap ketiga, silinder kembali dikontakkan dengan penampung kalor (suhu
dingin). Pada penampung kalor, gas mengalami pemampatan secara
………………………… dari C ke D. Pada proses ini gas melepas kalor Q2 ke
sumber dingin pada suhu T 2. Gas melakukan usaha
sebesar…………………………….

Langkah 4:

Pada tahap terakhir, silinder kembali terisolasi. Gas mengalami pemampatan


secara …………………………dari D ke A. Pada proses perindahan kalor
sebesar…….. Suhu mengalami peningkatan dari……………. menjadi ………….
dan gas melakukan usaha sebesar WDA

Dalam siklus, mesin tersebut menyerap kalor sebesar……… dan melepas kalor
sebesar……… Dalam siklus carnot tidak terjadi perubahan energi dalam maka ΔU
= …. Sesuai dengan Hukum Termodinamika I,

ΔU = Q – W

….. = ….. - …..


W = …. - ….
Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran yang bernilai positif.

110
LAMPIRAN 3
PENILAIAN KELAYAKAN INSTRUMEN
PEMBELAJARAN
a. Pedoman pengembangan RPP
b. Kisi-kisi lembar penilaian kelayakan RPP
c. Lembar penilaian kelayakan RPP
d. Pedoman pengembangan LKPD
e. Kisi-kisi lembar penilaian kelayakan LKPD
f. Lembar penilaian kelayakan LKPD

111
Lampiran 3a

PEDOMAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Pengembangan RPP mengacu pada:

1. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
2. Silabus kurikulum 2013 revisi 2017
3. Pendekatan pembelajaran scaffolding
4. Sintaks model pembelajaran inkuiri

No Aspek Deskripsi
1 Aspek Komponen identitas terdiri atas:
Kelengkapan 1. Identitas sekolah yakni nama satuan Pendidikan
Identitas 2. Identitas mata pelajaran atau tea/subtema
3. Kelas/semester
4. Materi pokok
5. Alokasi waktu
6. Kompetensi Inti
7. Kompetensi dasar
2 Aspek Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dan Tujuan Pembelajaran memiliki ciri
Perumusan IPK umum sebagai berikut:
dan Tujuan 1. Dirumuskan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD)
Pembelajaran 2. Menggunakan kata kerja operasional HOTS yang dapat diamati dan
diukur

3 Aspek Materi pembelajaran dalam RPP memuat:


pengorganisasian 1. Fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dengan materi
materi termodinamika.
pembelajaran 2. Materi pembelajaran ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
4 Aspek Metode,  Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk menciptakan
Media, dan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
Sumber Belajar KD, HOTS dan self efficacy
 Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran yang
digunakan adalah Interactive Physics Mobile Learning Media
(IPMLM) yang dikembangkan.
 Sumber belajar berupa smartphone yang dilengkapi aplikasi IPMLM
5 Aspek Langkah Langkah-langkah pembelajaran memiliki tiga tahapan yakni pendahuluan, inti, dan
Pembelajaran penutup. Langkah-langkah pembelajaran mengikuti sintaks model pembelajaran
dan inkuiri dan pendekatan scaffolding. Sintaks model pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
Identifikasi masalah dan fenomena dan siswa melakukan pengamatan yang
melakukan pengamatan memungkinkan siswa menemukan masalah
Tahap 2 Guru membimbing siswa mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan berdasarkan kejadian dan fenomena yang
disajikan

112
Tahap 3 Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
Merencanakan penyelidikan kelompok kecil heterogen, membimbing siswa
untuk merencanakan penyelidikan, membantu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan
menyusun prosedur kerja yang tepat
Tahap 4 Guru membimbing siswa melaksanakan
Mengumpulkan data/informasi penyelidikan dan memfasilitasi penguumpulan
dan melaksanakan data
penyelidikan
Tahap 5 Guru membantu siswa menganalisis data dengan
Menganalisis data berdiskusi dalam kelompoknya
Tahap 6 Guru membnatu siswa dalam membuat
Membuat kesimpulan kesimpulan betdasarkan hasil kegiatan
penyelidikan
Tahap 7 Guru membimbing siswa dalam
Mengkomunikasikan hasil mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan
yang telah dilakukan
Langkah pembelajaran dengan pendekatan scaffolding adalah sebagai berikut:
Pada tahap ini, guru merancang perangkat yang
Level 1. menunjang dan pengorganisasian kelas yang mencakup
Environmental penataan tempat duduk, pengurutan dan penyusunan
provisions langkah-langkah kegiatan pembelajaran, menyajikan
lembar kerja atau kegiatan terarah, membentuk kelompok
diskusi untuk memecahkan masalah tertentu.
Level 2. Explaining Interaksi di dalam tahap explaining adalah showing dan
telling. Guru menunjukkan atau menjelaskan suatu konsep
kepada peserta didik.
Level 2. Reviewing Interaksi yang terdapat pada level 2 reviewing adalah:
 Looking, touching and verbalizing
Peserta didik mengamati, meraba/menyentuh dan
meluruskan apa yang mereka amati dan pikirkan
 Prompting and probing
Guru mengarahkan peserta didik menuju solusi
dengan menggunakan teknik bertanya yang
bersifat mendorong dan menyelidik.
 Interpreting students’ acttions and talk
Guru menafsirkan tindakan dan pembicaraan
peserta didik. Sebagai contoh, dalam praktikum
peserta didik merancang atau melakukan
percobaan dengan strateginya sendiri. Respon guru
adalah memberikan komentar apresiasi terhadap
kerja peserta didik.
 Parallel modelling:
Jika peserta didik tidak dapat memecahkan suatu
persoalan, guru memberikan contoh dengan
masalah yang serupa.
 Students’ explaining and justifying
Peserta didik secara aktif mengungkapkan
pemikiran mereka secara eksplisit; mendengarkan
presentasi hasil kerja yang dibuat oleh teman
sekelas dan mengungkapkan saat mereka tidak

113
memahami penjelasan tersebut, serta mengajukan
pertanyaan klarifikasi.

Level 2 Restructuring Interaksi yang terdapat pada level 2 restructuring meliputi


lima interaksi yakni:
 Provisions of meaningful contexts to abstract
situation:
Guru menyediakan situasi kontekstual untuk
konsep-konsep abstrak. Saat peserta didik tidak
dapat memecahkan masalah yang abstrak, situasi
atau fenomena kontekstual dapat membantu
peserta didik.
 Simplifying the problem:
Jika peserta didik tidak dapat menyelesaikan suatu
masalah, guru dapat memberikan masalah atau
tugas yang sederhana terlebih dahulu, baru
kemudian masalah yang lebih kompleks.
 Rephrasing students’ talk dan negotiating
meaning:
Guru mengambil inti pembicaraan peserta didik,
kemudian membuat gagasan tersebut lebih jelas
tanpa kehilangan makna yang dimaksud.
Kemudian guru menegosiasikan makna baru untuk
membangun pemahaman matematis yang valid

Level 3 Scaffolding: Interaksi dalam level 3 developing conceptual thinking


Developing antara lain:
Conceptual thinking  Developing representational tools, siswa didukung
sPada tahap ini
pendidik bersama untuk mengembangkan alat atau wacana yang
peserta didik baik merepresentasikan materi yang dipelajari.
secara individual
maupun kelompok  Making connections, guru mendorong siswa untuk
melakukan:
a. Refleksi untuk mengembangkan ide-idenya untuk
mengevaluasi menghubungkan konsep yang dipelajari dengan
rangkaian
aktivitas fenomena atau peristiwa dalam kehidpan sehari-
pembelajaran hari
b. Memberikan
umpan balik  Generating conceptual discourse (menghasilkan
terhadap proses wacana konseptual), guru bersama siswa
dan hasil
pembelajaran menghasilkan wacana konseptual. Hal tersebut
c. Melakukan dilakukan agar apa yang dikatakan dan dilakukan
kegiatan tindak
lanjut dalam pada kegiatan selanjutnya menjadi topik diskusi
bentuk yang eksplisit.
pemberian tugas,
baik tugas
individual

114
maupun
kelompok.

7 Aspek Bahasa yang digunakan dalam RPP memenuhi:


Kebahasaan 1. Kaidah Bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
3. Susunan kalimat tidak menimbulkan makna ganda

115
Lampiran 3b

KISI-KISI KUISIONER PENILAIAN KELAYAKAN RENCANA


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

No
Aspek Indikator
Butir
Memuat satuan pendidikan 1
Memuat mata pelajaran 2
Aspek Memuat kelas/semester 3
Kelengkapan Memuat materi pokok 4
Identitas Memuat tahun pelajaran 5
RPP, KI dan Memuat alokasi waktu 6
KD Mencantumkan Kompetensi Inti (KI) 7
Memuat satu Kompetensi Dasar (KD) pengetahuan dan 8
keterampilan
Memuat Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang 9
diturunkan dari KD yang diambil
IPK mengukur tingkat kompetensi minimal KD 10
IPK menunjukkan pengukuran kemampuan HOTS peserta didik 11
IPK menunjukkan pengukuran self efficacy 12
IPK menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur 13
Aspek
IPK dinyatakan dengan spesifik dan tidak bermakna ganda 14
Perumusan
Setiap IPK mengukur satu macam kemampuan 15
IPK dan
Memuat tujuan pembelajaran yang menggunakan kata kerja 16
Tujuan
operasional yang dapat diukur
Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ditujukan untuk peserta didik 17
Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses pembelajaran 18
Tujuan pembelajaran memuat kompetensi HOTS dan self 19
efficacy yang hendak dicapai peserta didik
Tujuan pembelajaran mencakup ranah pengetahuan 20
Tujuan pembelajaran mencakup self efficacy 21
Memuat materi pembelajaran yang ditulis dalam bentuk butir- 22
butir sesuai dengan rumusan IPK
Materi memuat fakta termodinamika yang relevan 23
Aspek Materi memuat konsep termodinamika yang relevan 24
Pengorganisa
Materi memuat prinsip termodinamika yang relevan 25
sian Materi
Materi memuat hukum termodinamika yang relevan 26
Ajar
Materi memuat teori termodinamika yang relevan 27
Materi memuat prosedur termodinamika yang relevan 28
Cakupan materi sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan 29
Aspek Memuat metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik 30
Metode, KD yang dicapai
Media dan Metode pembelajaran menerapkan pembelajaran aktif 31
Sumber Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran 32
Belajar Memuat media belajar yang relevan dengan materi 33

116
Media dan sumber belajar mendukung pencapaian kompetensi 34
HOTS
Media dan sumber belajar mendukung pencapaian kemampuan 35
self efficacy
Media dan sumber belajar mendukung pembelajaran aktif 36
Media dan sumber belajar memanfaatkan teknologi pembelajaran 37
Memuat langkah-langkah pembelajaran yang mengintegrasikan 38
sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing
Langkah-langkah pembelajaran yang mengintegrasikan level- 39
level dalam pendekatan scaffolding
Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan 40
pendahuluan, inti, dan penutup
Langkah-langkah pembelajaran menggambarkan sintaks/tahapan 41
yang jelas
Langkah-langkah pembelajaran memuat pemberian motivasi 42
secara kontekstual
Langkah-langkah pembelajaran memuat apersepsi 43
Aspek Langkah-langkah pembelajaran mengintegrasikan IPMLM di 44
Langkah dalamnya
Pembelajaran Kegiatan pembelajaran memuat langkah yang mendukung 45
pencapaian HOTS
Kegiatan pembelajaran memuat langkah yang mendukung 46
pencapaian self efficacy
Langkah-langkah pembelajaran memuat skenario untuk peserta 47
didik dan guru
Langkah-langkah pembelajaran menyertakan alokasi waktu 48
Penilaian hasil belajar dapat mengukur HOTS peserta didik 49
berdasarkan indikator pada kompetensi pengetahuan
Penilaian hasil belajar dapat mengukur kemampuan peserta didik 50
berdasarkan indikator self efficacy
Penilaian hasil belajar sesuai dengan kegiatan pembelajaran 51
Penggunaan bahasa sesuai dengan PUEBI 52
Aspek
Kalimat menggunakan bahasa yang mudah dipahami 53
kebahasaan
Susunan kalimat tidak menimbulkan makna ganda 54

117
Lampiran 3c

KUISIONER PENILAIAN KELAYAKAN RENCANA PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Materi Pokok : Termodinamika
Subtopik : Hukum Termodinamika
Peneliti : Beatrix Elvi Dasilva, S.Pd

A. Petunjuk Pengisian
1. Lembar penilaian kelayakan ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat
Bapak/Ibu sebagai ahli mata pelajaran fisika mengenai kelayakan RPP
sebagai instrumen pembelajaran pada materi Termodinamika
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat
bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas RPP ini.
3. Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari
setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang “√” pada
pada pernyataan yang memenuhi aspek dan memberikan tanda “X“ pada
pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
4. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis
pada lembar yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada
naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian kelayakan ini, saya
ucapkan terima kasih.

118
Kuisioner Penilaian Kelayakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Keterangan
Komentar/
No Kriteria Ya Tidak
Saran
Aspek Kelengkapan Identitas RPP, KI dan KD
1. Memuat satuan pendidikan
2. Memuat mata pelajaran
3. Memuat kelas/semester
4. Memuat materi pokok
5. Memuat tahun pelajaran
6. Memuat alokasi waktu
7. Mencantumkan Kompetensi Inti (KI)
8. Memuat satu Kompetensi Dasar (KD) pengetahuan dan
keterampilan
Aspek Perumusan IPK dan Tujuan Pembelajaran
9. Memuat Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang
diturunkan dari KD yang diambil
10. IPK mengukur tingkat kompetensi minimal KD
11. IPK menunjukkan pengukuran kemampuan HOTS
peserta didik
12. IPK menunjukkan pengukuran self efficacy
13. IPK menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur
14. IPK dinyatakan dengan spesifik dan tidak bermakna
ganda
15. Setiap IPK mengukur satu macam kemampuan
16. Memuat tujuan pembelajaran yang menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diukur
17. Tujuan pembelajaran ditujukan untuk peserta didik
18. Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses
pembelajaran
19. Tujuan pembelajaran memuat kompetensi HOTS dan
self efficacy yang hendak dicapai peserta didik
20. Tujuan pembelajaran mencakup ranah pengetahuan
21. Tujuan pembelajaran mencakup self efficacy
Aspek Pengorganisasian Materi Ajar
22. Memuat materi pembelajaran yang ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan IPK
23. Materi memuat fakta termodinamika yang relevan
24. Materi memuat konsep termodinamika yang relevan
25. Materi memuat prinsip termodinamika yang relevan
26. Materi memuat hukum termodinamika yang relevan
27. Materi memuat teori termodinamika yang relevan
28. Materi memuat prosedur termodinamika yang relevan
29. Cakupan materi sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan
Aspek Metode, Media dan Sumber Belajar

119
30. Memuat metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik KD yang dicapai
31. Metode pembelajaran menerapkan pembelajaran aktif
32. Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran
33. Memuat media belajar yang relevan dengan materi
34. Media dan sumber belajar mendukung pencapaian
kompetensi HOTS
35. Media dan sumber belajar mendukung pencapaian
kemampuan self efficacy
36. Media dan sumber belajar mendukung pembelajaran
aktif
37. Media dan sumber belajar memanfaatkan teknologi
pembelajaran
Aspek Langkah Pembelajaran
38. Memuat langkah-langkah pembelajaran yang
mengintegrasikan sintaks model pembelajaran inkuiri
terbimbing
39. Langkah-langkah pembelajaran yang mengintegrasikan
level-level dalam pendekatan scaffolding
40. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui
tahapan pendahuluan, inti, dan penutup
41. Langkah-langkah pembelajaran menggambarkan
sintaks/tahapan yang jelas
42. Langkah-langkah pembelajaran memuat pemberian
motivasi secara kontekstual
43. Langkah-langkah pembelajaran memuat apersepsi
44. Langkah-langkah pembelajaran mengintegrasikan
IPMLM di dalamnya
45. Kegiatan pembelajaran memuat langkah yang
mendukung pencapaian HOTS
46. Kegiatan pembelajaran memuat langkah yang
mendukung pencapaian self efficacy
47. Langkah-langkah pembelajaran memuat skenario
untuk peserta didik dan guru
48. Langkah-langkah pembelajaran menyertakan alokasi
waktu
49. Penilaian hasil belajar dapat mengukur HOTS peserta
didik berdasarkan indikator pada kompetensi
pengetahuan
50. Penilaian hasil belajar dapat mengukur kemampuan
peserta didik berdasarkan indikator self efficacy
51. Penilaian hasil belajar sesuai dengan kegiatan
pembelajaran
Aspek Kebahasaan
52. Penggunaan bahasa sesuai dengan PUEBI
53. Kalimat menggunakan bahasa yang mudah dipahami
54. Susunan kalimat tidak menimbulkan makna ganda
Jumlah

120
B. Komentar Umum Dan Saran Perbaikan
………………………………………………………………………………........................
......................................................…………………………………..………..……………
……………………................................................................................……………………
………………………………………………..…………......................................................
..........................…………………..…………………………………………………………
…..................................
C. Kesimpulan
RPP ini dinyatakan *)
1. Layak digunakan dengan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, Desember 2018


Penilai

(…………………………….)
NIP

121
Lampiran 3d
PEDOMAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik mengacu pada Depdiknas (2008) tentang
pedoman pengembangan bahan ajar

No Aspek Deskripsi
1 Kelayakan Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berisikan:
1. Judul
Judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD
atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai
3. Peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas
4. Informasi singkat
5. Langkah kerja
6. Tugas yang harus dilakukan (tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis).
7. Laporan yang harus dikerjakan
8. Kegiatan dalam LKPD harus mendukung dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik yakni HOTS
dan self efficacy
9. Pokok-pokok materi dan rinciannya sesuai dengan ranah
HOTS
2 Aspek Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
Kegrafisan pemahaman yang lebih baik. Sebuah gambar yang bermakna di
dalam sebuah bahan ajar paling tidak memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan
penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya
sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada
yang dapat dipelajari.
2. Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si
pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah
pengertian.
Selain penggunaan foto/gambar, huruf yang digunakan di dalam
LKPD harus mudah dibaca yang menyangkut: keramahan
terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan
enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
3 Kebahasaan Bahasa yang digunakan dalam LKPD harus mudah dipahami
dan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI). Hal tersebut ditandai dengan mengalirnya kosa kata,
kalimat yang digunakan harus jelas, hubungan kalimatnya harus
jelas, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang.

122
Lampiran 3e

KISI-KISI PENILAIAN KELAYAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Aspek yang No Butir


Indikator
dinilai Soal
Memuat tujuan kegiatan yang sesuai KI dan KD 1

Merupakan kegiatan/tugas yang berdasar pada materi 2


esensial
Alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan kegiatan 3
Kegiatan yang disajikan menekankan pada proses 4
untuk menemukan konsep-konsep termodinamika
Menyajikan pertanyaan diskusi yang relevan dengan 5
percobaan/materi
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan 6

Kegiatan dalam LKPD mencerminkan level reviewing 7


dan restructuring dalam pendekatan scaffolding
Kegiatan dalam LKPD mencerminkan level 8
developing conceptual thinking dalam pendekatan
scaffolding
Kegiatan yang disajikan mendukung pencapaian self 9
efficacy pesrta didik
Terdapat pertanyaan yang membantu peserta didik 10
menghubungkan kegiatan yang dilakukan dengan
peristiwa yang ditemui sehari-hari
Susunan kegiatan LKPD dapat merangsang peserta 11
didik memberikan argumen/pendapatnya sendiri
Aspek Penyajian LKPD disajikan secara runtut dan sistematis 14
Susunan langkah percobaan jelas dan sistematis 15
Prosedur kerja di dalam LKPD mudah untuk diikuti 16
Aspek Tampilan Kombinasi warna selaras dan padu 17
Pemilihan jenis font mudah dibaca 18
Ukuran font seimbang 19
Susunan tulisan diberi spasi yang rapi 20
Menggunakan batas margin yang konsisten 21
Ukuran gambar proporsional 22
Ilustrasi gambar relevan dengan isi LKPD 23
Tampilan ilustrasi gambar relevan dengan kenyataan 24
Gambar yang disajikan dapat menyampaikan maksud 25
pesan kepada pembaca
Desain tampilan LKPD disajikan dengan menarik 26
Terdapat kolom untuk menulis hasil percobaan 27
Terdapat kolom untuk menulis jawaban dan diskusi 28
Kapasitas kolom yang tersedia cukup leluasa sesuai 29
jawaban yang dibutuhkan
Menyediakan tempat leluasa untuk mencantumkan 30
identitas
Penggunaan bahasa sesuai dengan PUEBI 31

123
Kalimat yang digunakan jelas dan mudah dimengerti 32
Susunan kalimat tidak menimbulkan makna ganda 33
Memuat petunjuk atau arahan yang jelas 34
Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat 35
Aspek perkembangan kedewasaan dan intelektual peserta
Kebahasaan didik SMA
Kalimat dibuat ringkas dan dibatasi pada hal-hal 36
penting
Istilah-istilah teknis sesuai dengan kelaziman yang 37
berlaku dalam termodinamika

124
Lampiran 3f

LEMBAR PENILAIAN KELAYAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Petunjuk Pengisian:

1. Lembar penilaian kelayakan ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu


sebagai ahli mata pelajaran fisika mengenai kelayakan LKPD sebagai instrumen
pembelajaran pada materi Termodinamika
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas LKPD ini.
3. Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang
disediakan sesuai dengan aspek penilaian yang ada.
4. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian kelayakan ini, saya ucapkan
terima kasih.

125
A. Tabel Lembar Penilaian Kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Aspek yang Indikator Keterangan Komentar/Saran


dinilai Ya Tidak
No Aspek Isi Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatan scaffdolding
1. Memuat tujuan kegiatan yang sesuai KI dan KD
2. Merupakan kegiatan/tugas yang berdasar pada materi esensial
3. Alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan kegiatan
4. Kegiatan yang disajikan menekankan pada proses untuk
menemukan konsep-konsep termodinamika
5. Menyajikan pertanyaan diskusi yang relevan dengan
percobaan/materi
6. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan

7. Kegiatan dalam LKPD mencerminkan level reviewing dan


restructuring dalam pendekatan scaffolding
8. Kegiatan dalam LKPD mencerminkan level developing
conceptual thinking dalam pendekatan scaffolding

9. Kegiatan yang disajikan mendukung pencapaian self efficacy


pesrta didik
10. Terdapat pertanyaan yang membantu peserta didik
menghubungkan kegiatan yang dilakukan dengan peristiwa
yang ditemui sehari-hari
11. Susunan kegiatan LKPD dapat merangsang peserta didik
memberikan argumen/pendapatnya sendiri
14. Aspek Penyajian LKPD disajikan secara runtut dan sistematis
15. Susunan langkah percobaan jelas dan sistematis
16. Prosedur kerja di dalam LKPD mudah untuk diikuti
17. Aspek Tampilan Kombinasi warna selaras dan padu
18. Pemilihan jenis font mudah dibaca

126
19. Ukuran font seimbang
20. Susunan tulisan diberi spasi yang rapi
21. Menggunakan batas margin yang konsisten
22. Ukuran gambar proporsional
23. Ilustrasi gambar relevan dengan isi LKPD
24. Tampilan ilustrasi gambar relevan dengan kenyataan
25. Gambar yang disajikan dapat menyampaikan maksud pesan
kepada pembaca
26. Desain tampilan LKPD disajikan dengan menarik
27. Terdapat kolom untuk menulis hasil percobaan
28. Terdapat kolom untuk menulis jawaban dan diskusi
29. Kapasitas kolom yang tersedia cukup leluasa sesuai jawaban
yang dibutuhkan
30. Menyediakan tempat leluasa untuk mencantumkan identitas
31. Aspek Penggunaan bahasa sesuai dengan PUEBI
32. Kebahasaan Kalimat yang digunakan jelas dan mudah dimengerti
33. Susunan kalimat tidak menimbulkan makna ganda
34. Memuat petunjuk atau arahan yang jelas
35. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan
kedewasaan dan intelektual peserta didik SMA
36. Kalimat dibuat ringkas dan dibatasi pada hal-hal penting
37. Istilah-istilah teknis sesuai dengan kelaziman yang berlaku
dalam termodinamika
Jumlah

127
D. Komentar Umum Dan Saran Perbaikan

………………………………………………………………………………........................
………………………………………………………………………………........................
………………………………………………………………………………........................
………………………………………………………………………………........................

E. Kesimpulan
LKPD ini dinyatakan *)
1. Layak digunakan dengan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, Desember 2018


Penilai

(............................................)
NIP.

128
LAMPIRAN 4
PENILAIAN KELAYAKAN IPMLM
a. Kisi-kisi penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli media
b. Lembar penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli media
c. Rubrik penilaian kelayakan oleh ahli media
d. Kisi-kisi penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli materi
e. Lembar penilaian kelyakan IPMLM oleh ahli materi
f. Rubrik penilaian kelayakan IPMLM oleh ahli media

129
Lampiran 4a

KISI-KISI PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA IPMLM

OLEH AHLI MEDIA

KISI-KISI PENILAIAN KELAYAKAN IPMLM OLEH AHLI MEDIA

Aspek Indikator Jumlah butir No Butir


Ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan sesuai dengan penyimpanan pada smartphone 1 1
IPMLM lancar saat dioperasikan 1 2
Rekayasa Alur penyajian konten dalam IMPLM runtut 1 3
Perangkat Kemudahan dalam meng-install aplikasi IPMLM 1 4
Lunak Petunjuk penggunaan media IPMLM jelas 1 5
Desain aplikasi pada media IPMLM menggambarkan alur kerja aplikasi dengan jelas 1 6
IPMLM mengikuti perkembangan IPTEK dan memungkinkan untuk dikembangkan lagi 2 7, 8
IPMLM dapat dengan luwes digunakan kapan dan di mana saja yang memiliki jaringan internet 1 9
Mampu menjangkau peserta didik yang jumlahnya banyak dalam satu kali penyajian (bahan ajar)
1 10
secara serempak.
Aspek Media mudah digunakan sehingga peserta didik dapat menggunakannya tanpa bimbingan orang
Kemudahan 1 11
lain
dan
Memungkinkan untuk dijadikan alat bantu agar pembelajaran lebih efektif 1 12
Keluwesan
Relevan dengan kompetensi ranah kognitif (HOTS) yang ingin dicapai 1 13
dalam
Relevan dengan kompetensi ranah self efficacy yang ingin dicapai 1 14
Mengakses
Memudahkan guru dalam mengontrol keberhasilan proses belajar. 1 15
Mampu membuat konsep-konsep dalam materi termodinamika yang abstrak menjadi konkret 1 16
Gambar/foto pada media dapat menyampaikan isi pembelajaran 1 17
Mampu menyimpan suatu objek atau peristiwa (upload gambar) 1 18

130
Mampu menampilkan peristiwa atau objek secara lebih singkat dari pada kenyataannya 1 19
Mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan
1 20
belajar
Mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu besar atau terlalu kecil ke dalam lingkungan
Aspek 1 21
belajar
Penyajian
Mampu memperlihatkan gerakan yang telalu cepat atau lambat 1 22
Menyajikan simulasi yang aktual 1 23
Memadukan dua media atau lebih, baik berupa teks, grafis, audio, gambar, maupun video yang
1 24
dapat dioperasikan oleh peserta didik
IPMLM dapat dikontrol peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar peserta didik 1 25
Dilengkapi dengan alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) sehingga dapat memilih apa yang
1 26
dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Keinteraktifan
Memuat struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, petunjuk belajar, materi pokok dan
1 27
latihan soal, informasi yang mendukung, dan evaluasi.
Media memungkinkan peserta didik untuk menerima umpan balik 1 28
Teks pada IPMLM mudah dibaca 1 29
Penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM dapat dibaca 1 30
Komposisi warna pada media PMLM yang ditampilkan sudah menarik 1 31
Gambar yang disajikan dalam IPMLM jelas 1 32
Tata letak desain komponen dalam IPMLM sudah tepat dan rapi 2 33, 34
Komunikasi Warna pada komponen media IPMLM dapat menarik perhatian peserta didik 1 35
Visual
Video dan animasi pada IPMLM tepat untuk mendukung materi pembelajaran termodinamika 1 36

Video dan animasi tepat dalam menarik perhatian peserta didik 1 37


Kontrol terhadap IPMLM dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan
1 38
kecepatan belajar masing-masing peserta didik

131
Lampiran 4b
LEMBAR PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA IPMLM

OLEH AHLI MEDIA

Pokok Bahasan : Termodinamika

Penilai : Dr. Restu Widiatmono, S.Si.,M.Si

Tanggal : ….. Desember 2018

Petunjuk Pengisian:

5. Lembar penilaian kelayakan ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu


sebagai ahli media pembelajaran mengenai kelayakan IPMLM sebagai media
pembelajaran pada materi termodinamika
6. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas media ini.
7. Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang
disediakan sesuai dengan aspek penilaian yang ada. Penilaian kelayakan ini terdiri dari
4 (empat) nilai dengan kriteria. Keterangan untuk masing-masing kriteria dapat dilihat
pada Rubrik Penilaian (terlampir)
8. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian kelayakan ini, saya
ucapkan terima kasih

132
TABEL PENILAIAN KELAYAKAN IPMLM OLEH AHLI MEDIA

Skala Penilaian
No Kriteria 1 2 3 4 Komentar/Saran

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak


1. Kesesuaian ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan dengan
penyimpanan pada smartphone
2. Kelancaran dalam pengoperasian semua menu IPMLM
3. Keruntutan alur penyajian dalam IMPLM
4. Kemudahan dalam meng-install aplikasi IPMLM
5. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam IPMLM
6. Kejelasan desain aplikasi pada media IPMLM dalam
menggambarkan alur kerja aplikasi
7. Kesesuaian IPMLM dengan perkembangan IPTEK
8. Kemungkinan IPMLM untuk dikembangkan lagi
Aspek Kemudahan dan Keluwesan dalam Mengakses
9 Keluwesan untuk digunakan kapan dan di mana saja yang dapat
dijangkau jaringan internet
10 Keterjangkauan media terhadap jumlah peserta didik yang banyak
dalam menyajikan bahan ajar secara serempak
11 Kemudahan media sehingga peserta didik dapat menggunakannya
tanpa bimbingan orang lain
12 Kemanfataan untuk dijadikan alat bantu agar pembelajaran lebih
efektif
13 Relevansi media dengan kompetensi HOTS yang ingin dicapai
14 Relevansi media dengan kompetensi self efficacy yang ingin dicapai
15 Kemudahan bagi guru dalam mengontrol keberhasilan proses belajar
16 Ketepatan media dalam membuat konsep-konsep dalam materi
termodinamika yang abstrak menjadi konkret
17 Ketepatan gambar/foto pada media dalam menyampaikan isi
pembelajaran
133
Aspek Penyajian
18 Kemampuan media dalam menyimpan suatu objek atau peristiwa
(upload gambar)
19 Kemampuan media dalam menampilkan peristiwa atau objek secara
lebih singkat dari pada kenyataannya
20 Kemampuan media menghadirkan objek-objek yang terlalu
berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar
21 Kemampuan media menghadirkan objek-objek yang terlalu besar
atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar
22 Kemampuan media menampilkan gerakan yang telalu cepat atau
lambat dalam suatu peristiwa fisis
23 Ketepatan dalam menyajikan simulasi yang aktual
24 Keterpaduan antara dua bentuk media atau lebih, baik berupa teks,
grafis, audio, gambar, maupun video yang dapat dioperasikan oleh
peserta didik
Aspek Keinteraktifan
25 Kemudahan dalam mengontrol IPMLM sehingga peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing
26 Kelengkapan alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) sehingga
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya
27 Kelengkapan struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul,
petunjuk belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang
mendukung, dan evaluasi.
28 Kemampuan dalam memberikan kesempatan umpan balik kepada
peserta didik
Komunikasi Visual
29 Keterbacaan teks pada IPMLM
30 Ketepatan penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM
31 Ketepatan komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM
32 Kejelasan gambar yang disajikan dalam IPMLM

134
33 Ketepatan tata letak desain komponen dalam IPMLM
34 Kerapian tata letak desain komponen dalam IPMLM
35 Kesesuaian warna pada komponen media IPMLM dalam menarik
perhatian peserta didik
36 Ketepatan penggunaan video dan animasi yang digunakan dalam
mendukung materi pembelajaran termodinamika
37 Ketepatan penggunaan video dan animasi dalam menarik perhatian
peserta didik
38 Kemudahan dalam mengontrol IPMLM oleh peserta didik sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik
Jumlah

135
Komentar Umum Dan Saran Perbaikan
………………………………………………………………………………..............................................................................…………………
…………..………..…………………………………................................................................................……………………………………..…
…..…………................................................................................…………………..…………………………………………………………….
………………………………………………………………………………..............................................................................…………………
………………..………..…………………………………................................................................................…………………………………..
………..…………................................................................................…………………..………………………………………………………

Kesimpulan
Media ini dinyatakan *)
4. Layak digunakan dengan tanpa revisi
5. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
6. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, Desember 2018


Penilai

(…………………………………….)
NIP

136
Lampiran 4c
RUBRIK PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA IPMLM

OLEH AHLI MEDIA

No Kriteria Skor Komentar/Saran

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak


1 Kesesuaian ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan dengan 4 Jika ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan lebih besar dari
penyimpanan pada smartphone 100 MB
3 Jika ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan antara 75 MB-
100 MB
2 Jika ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan antara 50 MB-
75 MB
1 Jika ukuran aplikasi IPMLM yang dihasilkan dibawah 50 MB
2 Kelancaran dalam pengoperasian semua menu IPMLM 4 Jika semua dalam IPMLM dapat berjalan dengan baik
3 Jika 4-5 dari 6 menu IPMLM dapat berjalan dengan baik
Jika 2-3 dari 6 menu dalam IPMLM dapat berjalan dengan
2
baik
Jika hanya 1 atau semua menu dalam IPMLM tidak dapat
1
berjalan dengan baik
3 Keruntutan alur penyajian dalam IMPLM 4 Jika alur penyajian semua konten dalam IMPLM runtut
Jika alur penyajian 75 % dari semua konten dalam IMPLM
3
runtut
Jika alur penyajian 50 % dari semua konten dalam IMPLM
2
runtut
1 Jika alur penyajian semua konten dalam IMPLM tidak runtut
4 Kemudahan dalam meng-install aplikasi IPMLM Jika aplikasi IPMLM membutuhkan waktu kurang dari 3
4
menit untuk diinstall

137
Jika aplikasi IPMLM membutuhkan waktu 3-6 menit untuk
3
diinstall
Jika aplikasi IPMLM membutuhkan waktu lebih dari 6-10
2
menit untuk diinstall
Jika aplikasi IPMLM membutuhkan waktu lebih dari 10 menit
1
untuk diinstall
5 Kejelasan petunjuk penggunaan dalam IPMLM 4 Jika petunjuk penggunaan media IPMLM jelas
3 Jika petunjuk penggunaan media IPMLM cukup jelas
2 Jika petunjuk penggunaan media IPMLM kurang jelas
1 Jika petunjuk penggunaan media IPMLM tidak jelas
6 Kejelasan desain aplikasi pada media IPMLM dalam Jika desain aplikasi pada media IPMLM jelas dalam
4
menggambarkan alur kerja aplikasi menggambarkan alur kerja aplikasi
Jika desain aplikasi pada media IPMLM cukup jelas dalam
3
menggambarkan alur kerja aplikasi
Jika desain aplikasi pada media IPMLM kurang jelas dalam
2
menggambarkan alur kerja aplikasi
Jika desain aplikasi pada media IPMLM tidak jelas dalam
1
menggambarkan alur kerja aplikasi
7 Kesesuaian IPMLM dengan perkembangan IPTEK 4 Jika IPMLM dikembangkan sesuai perkembangan IPTEK
Jika IPMLM dikembangkan cukup sesuai perkembangan
3
IPTEK
Jika IPMLM dikembangkan kurang sesuai perkembangan
2
IPTEK
Jika IPMLM dikembangkan tidak sesuai perkembangan
1
IPTEK
8 Kemungkinan IPMLM untuk dikembangkan lagi Jika IPMLM yang dikembangkan memungkinkan untuk
4
dikembangkan lagi
Jika IPMLM yang dikembangkan cukup memungkinkan
3
untuk dikembangkan lagi
Jika IPMLM yang dikembangkan kurang memungkinkan
2
untuk dikembangkan lagi

138
Jika IPMLM yang dikembangkan tidak memungkinkan untuk
1
dikembangkan lagi
Aspek Kemudahan dan Keluwesan dalam Mengakses

9 Keluwesan untuk digunakan kapan dan di mana saja yang dapat 4 IPMLM luwes digunakan kapan dan dimana saja
dijangkau jaringan internet 3 IPMLM cukup luwes untuk digunakan kapan dan di mana saja
IPMLM kurang luwes untuk digunakan kapan dan di mana
2
saja
1 IPMLM tidak luwes untuk digunakan kapan dan di mana saja
10 Keterjangkauan media terhadap jumlah peserta didik yang Media mampu menjangkau peserta didik dalam jumlah
4
banyak dalam menyajikan bahan ajar secara serempak banyak untuk menyajikan bahan ajar secara serempak
Media cukup mampu menjangkau peserta didik dalam jumlah
3
banyak untuk menyajikan bahan ajar secara serempak
Media kurang mampu menjangkau peserta didik dalam jumlah
2
banyak untuk menyajikan bahan ajar secara serempak
Media tidak mampu menjangkau peserta didik dalam jumlah
1
banyak untuk menyajikan bahan ajar secara serempak
11 Kemudahan media sehingga peserta didik dapat Media mudah digunakan oleh peserta didik tanpa bimbingan
4
menggunakannya tanpa bimbingan orang lain orang lain
Media cukup mudah digunakan oleh peserta didik tanpa
3
bimbingan orang lain
Media kurang mudah digunakan oleh peserta didik tanpa
2
bimbingan orang lain
Media tidak mudah digunakan oleh peserta didik tanpa
1
bimbingan orang lain
12 Kemanfataan untuk dijadikan alat bantu agar pembelajaran lebih Media bermanfaat sebagai alat bantu agar pembelajaran lebih
4
efektif efektif
Media cukup bermanfaat sebagai alat bantu agar pembelajaran
3
lebih efektif
Media kurang bermanfaat sebagai alat bantu agar
2
pembelajaran lebih efektif

139
Media tidak bermanfaat sebagai alat bantu agar pembelajaran
1
lebih efektif
Relevansi media dengan kompetensi HOTS yang ingin dicapai 4 Media relevan dengan kompetensi HOTS yang ingin dicapai
13 Media cukup relevan dengan kompetensi HOTS yang ingin
3
dicapai
Media kurang relevan dengan kompetensi HOTS yang ingin
2
dicapai
Media tidak relevan dengan kompetensi HOTS yang ingin
1
dicapai
14 Relevansi media dengan kompetensi self efficacy yang ingin Media relevan dengan kompetensi self efficacy yang ingin
4
dicapai dicapai
Media cukup relevan dengan kompetensi self efficacy yang
3
ingin dicapai
Media kurang relevan dengan kompetensi self efficacy yang
2
ingin dicapai
Media tidak relevan dengan kompetensi self efficacy yang
1
ingin dicapai
15 Kemudahan bagi guru dalam mengontrol keberhasilan proses Media memberikan kemudahan bagi guru dalam mengontrol
4
belajar keberhasilan proses belajar
Media cukup memberikan kemudahan bagi guru dalam
3
mengontrol keberhasilan proses belajar
Media kurang memberikan kemudahan bagi guru dalam
2
mengontrol keberhasilan proses belajar
Media memberikan kemudahan bagi guru dalam mengontrol
1
keberhasilan proses belajar
16 Ketepatan media dalam membuat konsep-konsep dalam materi Media dirancang dengan tepat dalam membuat konsep-konsep
4
termodinamika yang abstrak menjadi konkret dalam materi termodinamika yang abstrak menjadi konkret
Media dirancang cukup tepat dalam membuat konsep-konsep
3
dalam materi termodinamika yang abstrak menjadi konkret
Media dirancang kurang tepat dalam membuat konsep-konsep
2
dalam materi termodinamika yang abstrak menjadi konkret

140
Media dirancang tidak tepat dalam membuat konsep-konsep
1
dalam materi termodinamika yang abstrak menjadi konkret
17 Ketepatan gambar/foto pada media dalam menyampaikan isi Gambar/foto pada media disajikan dengan tepat dalam
4
pembelajaran menyampaikan isi pembelajaran
Gambar/foto pada media disajikan cukup tepat dalam
3
menyampaikan isi pembelajaran
Gambar/foto pada media disajikan kurang tepat dalam
2
menyampaikan isi pembelajaran
Gambar/foto pada media disajikan tidak tepat dalam
1
menyampaikan isi pembelajaran
Aspek Penyajian
18 Kemampuan media dalam menyimpan suatu objek atau peristiwa Media mampu menyimpan suatu objek atau peristiwa (upload
4
(upload gambar) gambar)
Media cukup mampu menyimpan suatu objek atau peristiwa
3
(upload gambar)
Media kurang mampu menyimpan suatu objek atau peristiwa
2
(upload gambar)
Media tidak mampu menyimpan suatu objek atau peristiwa
1
(upload gambar)
19 Kemampuan media dalam menampilkan peristiwa atau objek Media mampu dalam menampilkan peristiwa atau objek
4
secara lebih singkat dari pada kenyataannya secara lebih singkat dari pada kenyataannya
Media cukup mampu dalam menampilkan peristiwa atau
3
objek secara lebih singkat dari pada kenyataannya
Media kurang mampu dalam menampilkan peristiwa atau
2
objek secara lebih singkat dari pada kenyataannya
Media tidak mampu dalam menampilkan peristiwa atau objek
1
secara lebih singkat dari pada kenyataannya
20 Kemampuan media menghadirkan objek-objek yang terlalu Media mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
4
berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar
Media cukup mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
3
berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar

141
Media kurang mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
2
berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar
Media tidak mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
1
berbahaya atau sukar ke dalam lingkungan belajar
21 Kemampuan media menghadirkan objek-objek yang terlalu besar Media mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu besar
4
atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar
Media cukup mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
3
besar atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar
Media kurang mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
2
besar atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar
Media tidak mampu menghadirkan objek-objek yang terlalu
1
besar atau terlalu kecil ke dalam lingkungan belajar
22 Kemampuan media menampilkan gerakan yang telalu cepat atau Media mampu menampilkan gerakan yang telalu cepat atau
4
lambat dalam suatu peristiwa fisis lambat dalam suatu peristiwa fisis
Media cukup mampu menampilkan gerakan yang telalu cepat
3
atau lambat dalam suatu peristiwa fisis
Media kurang mampu menampilkan gerakan yang telalu
2
cepat atau lambat dalam suatu peristiwa fisis
Media tidak mampu menampilkan gerakan yang telalu cepat
1
atau lambat dalam suatu peristiwa fisis
23 Ketepatan dalam menyajikan simulasi yang aktual 4 Media sudah tepat dalam menyajikan simulasi yang aktual
3 Media cukup tepat dalam menyajikan simulasi yang aktual
2 Media kurang tepat dalam menyajikan simulasi yang aktual
1 Media tidak tepat dalam menyajikan simulasi yang aktual
24 Keterpaduan antara dua bentuk media atau lebih, baik berupa Bentuk media baik berupa teks, grafis, audio, gambar,
teks, grafis, audio, gambar, maupun video yang dapat 4 maupun video yang dapat dioperasikan oleh peserta didik
dioperasikan oleh peserta didik sudah terpadu
Bentuk media baik berupa teks, grafis, audio, gambar,
3 maupun video yang dapat dioperasikan oleh peserta didik
cukup terpadu

142
Bentuk media baik berupa teks, grafis, audio, gambar,
2 maupun video yang dapat dioperasikan oleh peserta didik
kurang terpadu
Bentuk media baik berupa teks, grafis, audio, gambar,
1 maupun video yang dapat dioperasikan oleh peserta didik
tidak terpadu
Aspek Keinteraktifan
25 Kemudahan dalam mengontrol IPMLM sehingga peserta didik 4 Pengguna dapat dengan mudah mengontrol IPMLM
dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing 3 Pengguna cukup mudah mengontrol IPMLM
2 Pengguna kurang mudah mengontrol IPMLM
1 Pengguna tidak mudah mengontrol IPMLM
26 Kelengkapan alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) sehingga Alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) yang disediakan
4
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya lengkap
Alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) yang disediakan
3
cukup lengkap
Alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) yang disediakan
2
kurang lengkap
Alat pengontrol (icon, tombol, atau scroll) yang disediakan
1
tidak lengkap
27 Kelengkapan struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, Struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, petunjuk
petunjuk belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang 4 belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang
mendukung, dan evaluasi. mendukung, dan evaluasi disajikan dengan lengkap
Struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, petunjuk
3 belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang
mendukung, dan evaluasi disajikan dengan cukup lengkap
Struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, petunjuk
2 belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang
mendukung, dan evaluasi disajikan dengan kurang lengkap
Struktur bahan ajar interaktif yang terdiri dari judul, petunjuk
1 belajar, materi pokok dan latihan soal, informasi yang
mendukung, dan evaluasi disajikan dengan tidak lengkap

143
28 Kemampuan dalam memberikan kesempatan umpan balik Media mampu memberikan kesempatan umpan balik kepada
4
kepada peserta didik peserta didik
Media cukup mampu memberikan kesempatan umpan balik
3
kepada peserta didik
Media kurang mampu memberikan kesempatan umpan balik
2
kepada peserta didik
Media tidak mampu memberikan kesempatan umpan balik
1
kepada peserta didik
Komunikasi Visual
29 Keterbacaan teks pada IPMLM Seluruh bagian dalam IPMLM menggunakan jenis dan huruf
4
yang mudah dibaca.
Sebagian besar bagian dari IPMLM menggunakan jenis dan
3
huruf yang mudah dibaca (≥ 50%).
Sebagian kecil bagian dari IPMLM menggunakan jenis dan
2
huruf yang mudah dibaca (<50%).
Seluruh bagian dalam IPMLM tidak menggunakan jenis dan
1
huruf yang mudah dibaca.
30 Ketepatan penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam Penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM sudah
4
IPMLM tepat
Penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM cukup
2
tepat
Penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM kurang
1
tepat
Penggunaan kombinasi dan ukuran font dalam IPMLM tidak
1
tepat
31 Ketepatan komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM 4 Komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM sudah tepat
3 Komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM cukup tepat
2 Komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM kurang tepat
1 Komposisi warna yang digunakan dalam IPMLM tidak tepat
32 Kejelasan gambar yang disajikan dalam IPMLM 4 Gambar yang disajikan dalam IPMLM sudah jelas
3 Gambar yang disajikan dalam IPMLM cukup jelas

144
2 Gambar yang disajikan dalam IPMLM kurang jelas
1 Gambar yang disajikan dalam IPMLM tidak jelas
33 Ketepatan tata letak desain komponen dalam IPMLM 4 Tata letak desain komponen dalam IPMLM sudah tepat
3 Tata letak desain komponen dalam IPMLM cukup tepat
2 Tata letak desain komponen dalam IPMLM kurang tepat
1 Tata letak desain komponen dalam IPMLM tidak tepat
34 Kerapian tata letak desain komponen dalam IPMLM Tata letak desain komponen dalam IPMLM disajikan dengan
4
rapi
Tata letak desain komponen dalam IPMLM disajikan dengan
3
cukup rapi
Tata letak desain komponen dalam IPMLM disajikan dengan
2
kurang rapi
Tata letak desain komponen dalam IPMLM disajikan dengan
1
tidak rapi
35 Kesesuaian warna pada komponen media IPMLM dalam Penyajian warna pada komponen media IPMLM sudah sesuai
4
menarik perhatian peserta didik dalam menarik perhatian peserta didik
Penyajian warna pada komponen media IPMLM cukup sesuai
3
dalam menarik perhatian peserta didik
Penyajian warna pada komponen media IPMLM kurang
2
sesuai dalam menarik perhatian peserta didik
Penyajian warna pada komponen media IPMLM tidak sesuai
1
dalam menarik perhatian peserta didik
36 Ketepatan penggunaan video dan animasi yang digunakan dalam Penggunaan video dan animasi yang digunakan sudah tepat
4
mendukung materi pembelajaran termodinamika dalam mendukung pembelajaran Fisika
Penggunaan video dan animasi yang digunakan cukup tepat
3
dalam mendukung pembelajaran Fisika
Penggunaan video dan animasi yang digunakan kurang tepat
2
dalam mendukung pembelajaran Fisika
Penggunaan video dan animasi yang digunakan tidak tepat
1
dalam mendukung pembelajaran Fisika

145
37 Ketepatan penggunaan video dan animasi dalam menarik Penggunaan video dan animasi sudah tepat dalam menarik
4
perhatian peserta didik perhatian peserta didik
Penggunaan video dan animasi cukup tepat dalam menarik
3
perhatian peserta didik
Penggunaan video dan animasi kurang tepat dalam menarik
2
perhatian peserta didik
Penggunaan video dan animasi tidak tepat dalam menarik
1
perhatian peserta didik
38 Kemudahan dalam mengontrol IPMLM oleh peserta didik sesuai Pengguna dapat dengan mudah mengontrol IPMLM sesuai
4
dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik dengan kecepatan belajar masing-masing
Pengguna cukup mudah mengontrol IPMLM sesuai dengan
3
kecepatan belajar masing-masing
Pengguna kurang mudah mengontrol IPMLM sesuai dengan
2
kecepatan belajar masing-masing
Pengguna tidak mudah mengontrol IPMLM sesuai dengan
1
kecepatan belajar masing-masing

146
Lampiran 4d
KISI-KISI PENILAIAN KELAYAKAN IPMLM

OLEH AHLI MATERI

No
Aspek Indikator Butir
Soal
Materi yang disajikan dalam IPMLM relevan dengan kompetensi 1
inti
Materi relevan dengan kompetensi dasar 2
Indikator pembelajaran diturunkan dari dengan kompetesi dasar 3
Kompetensi dasar, indikator materi relevan dengan evaluasi 4
pembelajaran
Petunjuk belajar pada materi jelas 5
Sasaran program kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan 6
Pembelajaran motivasi belajar peserta didik jelas
Uraian materi yang disajikan dalam IPMLM sesuai dengan prinsip- 7
prinsip pembelajaran
Gambar/ video/ audio/ animasi yang digunakan jelas sehingga 8
memudahkan peserta didik untuk memahami materi
Ada komunikasi dua arah yang jelas antara peserta didik dan 9
IPMLM
Instrumen penilaian tepat untuk mengukur kemampuan HOTS 10
peserta didik
Uraian materi tepat sehingga tidak menimbulkan salah tafsir 11
Materi yang disajikan dalam IPMLM dalam mencapai tujuan 12
pembelajaran memiliki cakupan yang luas
Uraian materi dalam IPMLM menggunakan kalimat yang efektif 13
Uraian materi pada IPMLM menggunakan struktur kalimat yang 14
tepat
Gambar/video/audio/animasi sesuai dengan teks sehingga tidak 15
menimbulkan makna ganda
Penggunaan istilah/simbol/lambang Fisika pada materi tepat 16
Materi
Penggunaan istilah/simbol/lambang Fisika pada materi konsisten 17
Materi pada IPMLM disajikan secara runtut 18
Penyajian materi pada IPMLM logis 19
Soal tentang pada IPMLM sesuai dengan kunci jawaban 20
Teks, gambar, animasi, video, dan audio sesuai dengan isi materi 21
Pemberian warna/bentuk/alur tepat dalam menguatkan pemahaman 22
peserta didik
Contoh yang diberikan pada IPMLM sesuai dengan materi 23
Pemberian contoh terkait materi sudah tepat 24

147
Lampiran 4e
LEMBAR PENILAIAN KELAYAKAN IPMLM

OLEH AHLI MATERI

Pokok Bahasan : Termodinamika

Penilai : Dr. Warsono, S.Pd.,M.Si.

Tanggal : ….. Desember 2018

A. Petunjuk Pengisian:
1. Lembar penilaian kelayakan ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
sebagai ahli mata pelajaran fisika mengenai kelayakan IPMLM sebagai media
pembelajaran pada materi
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas media ini.
3. Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang
disediakan sesuai dengan aspek penilaian yang ada. Penilaian kelayakan ini terdiri dari
4 (empat) nilai dengan kriteria. Keterangan untuk masing-masing kriteria dapat dilihat
pada Rubrik Penilaian (terlampir)
4. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian kelayakan ini, saya
ucapkan terima kasih.

148
ANGKET PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA OLEH AHLI MATERI

Skala Penilaian
No Pernyataan 4 3 2 1
Aspek Pembelajaran
1 Kesesuaian materi yang disajikan dalam IPMLM dengan
kompetensi inti
2 Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar
3 Kesesuaian indikator pembelajaran dengan kompetesi dasar
4 Relevansi antara kompetensi dasar, indikator materi dengan
evaluasi pembelajaran
5 Kejelasan petunjuk belajar pada materi
6 Kejelasan sasaran program kegiatan pembelajaran dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
7 Kesesuaian penyampaian materi yang disajikan dalam
IPMLM dengan prinsip-prinsip pembelajaran
8 Kejelasan gambar/ video/ audio/ animasi yang digunakan
untuk memudahkan peserta didik untuk memahami materi
9 Kejelasan komunikasi dua arah antara peserta didik dan
IPMLM
10 Ketepatan instrumen penilaian untuk mengukur kemampuan
HOTS peserta didik
Aspek Materi
11 Kebenaran uraian materi sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir
Keluasan materi yang disajikan dalam IPMLM dalam
mencapai tujuan pembelajaran
13 Keefektifan penggunaan kalimat pada uraian materi
14 Ketepatan penggunaan kalimat pada uraian materi
15 Kesesuaian gambar/video/audio/animasi dengan teks sehingga
tidak menimbulkan makna ganda
16 Ketepatan penggunaan istilah/simbol/lambang Fisika pada
materi
17 Kekonsistenan penggunaan istilah/simbol/lambang Fisika pada
materi
18 Keruntutan penyajian materi pada IPMLM
19 Kelogisan penyajian materi pada IPMLM
20 Kesesuaian antara soal tentang dengan kunci jawaban
21 Kesesuaian antara teks, gambar, animasi, video, dan audio
dengan isi materi
22 Ketepatan pemberian warna/bentuk/alur dalam menguatkan
pemahaman peserta didik
23 Kesesuian contoh yang diberikan pada IPMLM dengan materi
24 Ketepatan pemberian contoh terkait materi

149
F. Hasil Penilaian Kelayakan IPMLM Oleh Ahli Materi
Apabila terdapat kesalahan pada aspek materi, mohon untuk ditulis nomor halaman, jenis
kesalahan serta saran perbaikan pada table berikut:

No Bagian Yang Salah Jenis Kesalahan Saran Perbaikan


1

G. Komentar Umum Dan Saran Perbaikan


………………………………………………………………………………........................
......................................................…………………………………..………..……………..
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
H. Kesimpulan
IPMLM ini dinyatakan *)
1. Layak digunakan dengan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, Desember 2018


Penilai

(…………………………………….)
NIP

150
Lampiran 4f
RUBRIK PENILAIAN KELAYAKAN

OLEH AHLI MATERI

No Indikator Kriteria Skor


Aspek Pembelajaran
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
1
tidak sesuai dengan kompetensi inti
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
Kesesuaian materi yang 2
kurang sesuai dengan kompetensi inti
1 disajikan dalam IPMLM
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
dengan kompetensi inti 3
cukup sesuai dengan kompetensi inti
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
4
sesuai dengan kompetensi inti
Jika materi tidak sesuai dengan kompetensi
1
dasar
Jika materi kurang sesuai dengan kompetensi
Kesesuaian materi dengan 2
2 dasar
kompetensi dasar
Jika materi cukup sesuai dengan kompetensi
3
dasar
Jika materi sesuai dengan kompetensi dasar 4
Jika indikator pembelajaran tidak sesuai
1
dengan kompetesi dasar
Jika indikator pembelajaran kurang sesuai
Kesesuaian indikator 2
dengan kompetesi dasar
3 pembelajaran dengan
Jika indikator pembelajaran cukup sesuai
kompetesi dasar 3
dengan kompetesi dasar
Jika indikator pembelajaran sesuai dengan
4
kompetesi dasar
Jika kompetensi dasar dan indikator materi
1
tidak relevan dengan evaluasi pembelajaran
Relevansi antara Jika kompetensi dasar dan indikator materi
2
kompetensi dasar, indikator kurang relevan dengan evaluasi pembelajaran
4
materi dengan evaluasi Jika kompetensi dasar dan indikator materi
3
pembelajaran cukup relevan dengan evaluasi pembelajaran
Jika kompetensi dasar dan indikator materi
4
relevan dengan evaluasi pembelajaran
Jika petunjuk belajar pada materi tidak jelas 1
Jika petunjuk belajar pada materi kurang
2
Kejelasan petunjuk belajar jelas dan kurang lengkap
5
pada materi Jika petunjuk belajar pada materi cukup jelas 3
Jika petunjuk belajar pada materi sudah jelas
4
Kejelasan sasaran program Jika sasaran program kegiatan pembelajaran
6 kegiatan pembelajaran tidak jelas dalam meningkatkan motivasi 1
dalam meningkatkan belajar peserta didik

151
motivasi belajar peserta Jika sasaran program kegiatan pembelajaran
didik kurang jelas dalam meningkatkan motivasi 2
belajar peserta didik
Jika sasaran program kegiatan pembelajaran
cukup jelas dalam meningkatkan motivasi 3
belajar peserta didik
Jika sasaran program kegiatan pembelajaran
jelas dalam meningkatkan motivasi belajar 4
peserta didik
Jika penyampaian materi yang disajikan
dalam IPMLM tidak sesuai dengan prinsip- 1
prinsip pembelajaran
Jika penyampaian materi yang disajikan
Kesesuaian penyampaian
dalam IPMLM kurang sesuai dengan prinsip- 2
materi yang disajikan
prinsip pembelajaran
7 dalam IPMLM dengan
Jika penyampaian materi yang disajikan
prinsip-prinsip
dalam IPMLM cukup sesuai dengan prinsip- 3
pembelajaran
prinsip pembelajaran
Jika penyampaian materi yang disajikan
dalam IPMLM sesuai dengan prinsip-prinsip 4
pembelajaran
Jika gambar/ video/ audio/ animasi yang
digunakan tidak jelas dalam memudahkan 1
peserta didik untuk memahami materi
Jika gambar/ video/ audio/ animasi yang
Kejelasan gambar/ video/
digunakan kurang jelas dalam memudahkan 2
audio/ animasi yang
peserta didik untuk memahami materi
8 digunakan untuk
Jika gambar/ video/ audio/ animasi yang
memudahkan peserta didik
digunakan cukup jelas dalam memudahkan 3
untuk memahami materi
peserta didik untuk memahami materi
Jika gambar/ video/ audio/ animasi yang
digunakan jelas dalam memudahkan peserta 4
didik untuk memahami materi
Jika komunikasi dua arah antara peserta didik
1
dan IPMLM tidak jelas
Jika komunikasi dua arah antara peserta didik
Kejelasan komunikasi dua 2
dan IPMLM kurang jelas
9 arah antara peserta didik
Jika komunikasi dua arah antara peserta didik
dan IPMLM 3
dan IPMLM cukup jelas
Jika komunikasi dua arah antara peserta didik
4
dan IPMLM sudah jelas
Jika instrumen penilaian yang digunakan
Ketepatan instrumen tidak tepat untuk mengukur kemampuan 1
penilaian untuk mengukur HOTS peserta didik
10
kemampuan HOTS peserta Jika instrumen penilaian yang digunakan
didik kurang tepat untuk mengukur kemampuan 2
HOTS peserta didik

152
Jika instrumen penilaian yang digunakan
cukup tepat untuk mengukur kemampuan 3
HOTS peserta didik
Jika instrumen penilaian yang digunakan
tepat untuk mengukur kemampuan HOTS 4
peserta didik
B Aspek Materi
Jika semua uraian materi tidak benar 1
Jika 5 (lima) dari 7 (tujuh) pokok bahasan
2
yang diuraikan dalam IPMLM tidak benar
11 Kebenaran uraian materi Jika 3 (lima) dari 7 (tujuh) pokok bahasan
3
yang diuraikan dalam IPMLM tidak benar
Jika semua pokok bahasan yang diuraikan
4
dalam IPMLM sudah benar
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
1
tidak mencakup semua topik tentang
Keluasan cakupan materi Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
2
yang disajikan dalam kurang mencakup semua topik tentang
12
IPMLM dalam mencapai Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
3
tujuan pembelajaran cukup mencakup semua topik tentang
Jika materi yang disajikan dalam IPMLM
4
mencakup semua topik tentang
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
1
tidak efektif
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
2
Keefektifan penggunaan kurang efektif
13
kalimat pada uraian materi Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
3
cukup efektif
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
4
sudah efektif
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
1
tidak tepat
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
2
Ketepatan penggunaan kurang tepat
14
kalimat pada uraian materi Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
3
cukup tepat
Jika penggunaan kalimat pada uraian materi
4
sudah tepat
Jika gambar/video/audio/animasi tidak sesuai
1
dengan teks
Kesesuaian Jika gambar/video/audio/animasi kurang
2
gambar/video/audio/animasi sesuai dengan teks
15
dengan teks sehingga tidak Jika gambar/video/audio/animasi cukup
3
menimbulkan makna ganda sesuai dengan teks
Jika gambar/video/audio/animasi sesuai
4
dengan teks
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
16 1
Fisika pada materi tidak tepat

153
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
2
Fisika pada materi kurang tepat
Ketepatan penggunaan
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
istilah/simbol/lambang 3
Fisika pada materi cukup tepat
Fisika pada materi
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
4
Fisika pada materi tepat
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
1
Fisika pada materi tidak konsisten
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
2
Kekonsistenan penggunaan Fisika pada materi kurang konsisten
17 istilah/simbol/lambang Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
3
Fisika pada materi Fisika pada materi cukup konsisten
Jika penggunaan istilah/simbol/lambang
Fisika pada materi sudah konsisten 4

Jika penyajian materi pada IPMLM tidak


1
runtut
Jika penyajian materi pada IPMLM kurang
2
Keruntutan penyajian runtut
18
materi pada IPMLM Jika penyajian materi pada IPMLM cukup
3
runtut
Jika penyajian materi pada IPMLM runtut
4
Jika penyajian materi pada IPMLM tidak
1
logis
Jika penyajian materi pada IPMLM kurang
2
Kelogisan penyajian materi logis
19
pada IPMLM Jika penyajian materi pada IPMLM cukup
3
logis
Jika penyajian materi pada IPMLM sudah
4
logis
Jika soal tentang tidak sesuai dengan kunci
1
jawaban
Jika soal tentang kurang sesuai dengan kunci
Kesesuaian antara soal 2
jawaban
20 tentang dengan kunci
Jika soal tentang cukup sesuai dengan kunci
jawaban 3
jawaban
Jika soal tentang sesuai dengan kunci
4
jawaban
Jika teks, gambar, animasi, video, dan audio
1
tidak sesuai dengan isi materi
Jika teks, gambar, animasi, video, dan audio
Kesesuaian antara teks, 2
kurang sesuai dengan isi materi
21 gambar, animasi, video, dan
Jika teks, gambar, animasi, video, dan audio
audio dengan isi materi 3
cukup sesuai dengan isi materi
Jika teks, gambar, animasi, video, dan audio
4
sesuai dengan isi materi
Ketepatan pemberian Jika pemberian warna/bentuk/alur tidak tepat
22 1
warna/bentuk/alur dalam dalam menguatkan pemahaman peserta didik

154
menguatkan pemahaman Jika pemberian warna/bentuk/alur kurang
peserta didik tepat dalam menguatkan pemahaman peserta 2
didik
Jika pemberian warna/bentuk/alur cukup tepat
3
dalam menguatkan pemahaman peserta didik
Jika pemberian warna/bentuk/alur tepat dalam
4
menguatkan pemahaman peserta didik
Jika contoh yang diberikan pada IPMLM
1
tidak sesuai dengan materi
Jika contoh yang diberikan pada IPMLM
Kesesuian contoh yang 2
kurang sesuai dengan materi
23 diberikan pada IPMLM
Jika contoh yang diberikan pada IPMLM
dengan materi 3
cukup sesuai dengan materi
Jika contoh yang diberikan pada IPMLM
4
sesuai dengan materi
Jika contoh yang diberikan terkait materi
1
tidak tepat
Jika contoh yang diberikan terkait materi
2
Ketepatan pemberian kurang tepat
24
contoh terkait materi Jika contoh yang diberikan terkait materi
3
cukup tepat
Jika contoh yang diberikan terkait materi
4
tepat

155
LAMPIRAN 5
ANGKET RESPON PESERTA DIDIK
TERHADAP IPMLM
a. Kisi-kisi angket respon peserta didik terhadap IPMLM
b. Angket respon peserta didik terhadap IPMLM
c. Kisi-kisi angket respon guru terhadap IPMLM
d. Angket respon guru terhadap IPMLM

156
Lampiran 5a

KISI-KISI ANGKET RESPON PESERTA DIDIK TERHADAP MEDIA IPMLM

Aspek yang No Butir


No Indikator Jumlah
Direspon Soal
1 Kemanfaatan media 1,2,3,4,5 3
2 Isi Kesesuaian media dengan 6,7,8 3
kebutuhan bahan ajar
3 Desain media 9,10 3
Penyajian
4 Konstruksi 11,12,13 4
6 Penggunaan huruf dalam teks 14,15,16 3
7 Ilustrasi, gambar, dan animasi 17,18,19 3
Kegrafisan
8 Keterbacaan huruf, simbol dan 20, 21,22 3
9 rumus
Kejelasan bahasa yang 23, 24, 25, 26 4
Bahasa
digunakan
Jumlah soal 24

157
Lampiran 5b

ANGKET RESPON INTERACTIVE PHYSICS MOBILE LEARNING MEDIA


(IPMLM) OLEH PESERTA DIDIK

Nama :

No Absen :

Kelas :

Nama Sekolah :

A. Pengantar

Dengan mengisi kuisioner ini, anda telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan penelitian terkait penggunaan media IPMLM dlam pembelaajaran

Fisika. Jawaban anda di dalam angket tidak akan mempengaruhi nilai Fisika anda.

Dengan demikian, isilah angket ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan

anda. Untuk Partisipisinya peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

B. Petunjuk

1. Tulislah nama, nomor absen, serta kelas pada tempat yang sudah disediakan
2. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui respon anda terhadap media IPMLM
pada pembelajaran Fisika
3. Bacalah setiap butir pernyataan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan
4. Bacalah dengan teliti petunjuk pilihan jawaban yang tersedia
5. Angket ini terdiri atas 30 butir soal dengan 4 pilihan jawaban.
6. Berikut merupakan pernyataan-pernyataan untuk anda. Berikan jawaban yang
paling sesuai dengan keadaan anda dengan memberikan tanda (√) pada salah satu
kolom:
 SS: Sangat Setuju
 S: Setuju
 TS: Tidak Setuju
 STS: Sangat Tidak Setuju

158
Skor
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Media mobile learning ini memberikan (motivasi)
ketertarikan pada saya untuk belajar
2 Saya bisa belajar secara aktif dan mandiri dengan media
mobile learning ini
3 Saya bisa belajar sesuai dengan kecepatan belajar mandiri
saya
4 Media ini menunjang kegiatan pembelajaran di dalam dan
di luar kelas menggunakan smartphone pribadi
5 Saya bisa menggunakan media ini untuk belajar kapan saja
dan dimana saja
6 Selain mendengarkan penjelasan guru, materi dalam mobile
learning ini sangat membantu saya dalam memahami materi
tentang termodinamika
7 Dengan media mobile learning ini saya mendapatkan
pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi
termodinamika
8 Saya dapat mempelajari materi dengan mudah karena
materi disajikan dengan jelas
9 Saya suka dengan tampilan media ini karena memiliki
komposisi warna yang serasi
10 Tampilan warna dengan background sesuai
11 Petunjuk penggunaan mudah saya pahami
12 Tombol menu dan submenu yang disediakan/ditampilkan
membantu dalam menjalankan aplikasi
13 Aplikasi sebagai media pembelajaran materi termodinamika
mudah untuk dioperasikan
14 Saya dapat membaca teks dengan mudah karena jenis huruf
yang digunakan tepat
15 Warna teks dengan latar belakang sudah tepat
16 Ukuran huruf proposional terhadap screen
17 Saya dapat memahami materi dengan bantuan gambar-
gambar yang memiliki kualitas yang baik
18 Saya dapat memahami materi dengan bantuan animasi yang
memiliki kualitas tampilan yang baik
19 Ilustrasi dan animasi yang ditampilkan sesuai dengan
konsep pada materi termodinamika
20 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca
21 Simbol, rumus yang digunakan mudah dibaca
22 Simbol, rumus yang ditampilkan dilengkapi dengan
keterangan yang jelas
23 Menggunakan bahasa Indonesia yang baku
24 Bahasa yang digunakan bersifat komunikatif
25 Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan saya
26 Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna ganda
Total Skor Penilaian

159
Catatan/Saran :

Kupang, Januari 2019


Siswa,

...................................

160
Lampiran 5c

KISI-KISI ANGKET RESPON GURU TERHADAP IPMLM

Aspek yang No Butir


No Indikator Jumlah
Direspon Soal
1 Kemanfaatan media 1,2,3,4,5 5
2 Isi Kesesuaian media dengan 6,7,8,9,10 5
kebutuhan bahan ajar
3 Desain media 11,12,13 3
Penyajian
4 Konstruksi 16,17 2
6 Penggunaan huruf dalam teks 18,19,20 3
7 Ilustrasi, gambar, dan animasi 21,22,23 3
Kegrafisan
8 Keterbacaan huruf, simbol dan 24,25,26 3
9 rumus
Kejelasan bahasa yang 27,28,29,30 4
Bahasa
digunakan
Jumlah soal 30

161
Lampiran 5d

ANGKET RESPON INTERACTIVE PHYSICS MOBILE LEARNING MEDIA


(IPMLM) OLEH GURU FISIKA

Petunjuk Pengisian

1. Angket ini ditujukan untuk Bapak/Ibu guru mata pelajaran fisika di Kota Kupang, guna

mengetahui respon mengetahui produk media berupa aplikasi android

2. Pendapat, kritik, saran penilaian, serta komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat

untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas media pembelajaran ini. Sehubungan

dengan hal itu, dimohon untuk memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang

tersedia dengan memberikan tanda “√” pada salah satu kolom:

 SS: Sangat Setuju


 S: Setuju
 TS: Tidak Setuju
 STS: Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima
kasih.

Skor
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Media dapat menarik minat belajar peserta didik
2 Media memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri
3 Media menunjang kegiatan pembelajaran di dalam dan di
luar kelas dengan menggunakan smartphone pribadi peserta
didik
4 Media ini dapat diakses dari berbagai tempat yang memiliki
fasilitas internet/wifi
5 Media ini dapat diakses sepanjang waktu
6 Materi dalam mobile learning ini sangat membantu siswa
dalam memahami materi tentang termodinamika
7 Terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar
8 Terdapat indikator pembelajaran
9 Materi disampaikan secara jelas
10 Materi disampaikan secara runtut
11 Desain tampilan media mengikuti perkembangan zaman
12 Tampilan media menggunakan komposisi dan kombinasi
warna yang baik
13 Tampilan warna dengan background sesuai

162
14 Tombol-tombol menu dan sub menu mendukung tampilan
media
15 Petunjuk penggunaan mudah dipahami
16 Tombol menu dan submenu yang disediakan/ditampilkan
membantu dalam menjalankan aplikasi
17 Aplikasi sebagai media pembelajaran materi termodinamika
mudah untuk dioperasikan
18 Jenis huruf yang digunakan tepat sehingga mudah untuk
dibaca
19 Warna teks dengan latar belakang sudah tepat
20 Ukuran huruf proposional terhadap screen
21 Gambar, video, dan animasi memiliki kualitas yang baik
22 Ilustrasi dan animasi yang ditampilkan sesuai dengan
konsep pada materi termodinamika
23 Gambar, video, dan animasi mambantu peserta didik dalam
memahami materi
24 Simbol, rumus yang digunakan mudah dibaca
25 Simbol, rumus yang ditampilkan dilengkapi dengan
keterangan yang jelas
26 Istilah fisika yang digunakan jelas
27 Menggunakan bahasa Indonesia yang baku
28 Bahasa yang digunakan bersifat komunikatif
29 Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik
30 Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna ganda
Skor Total

Catatan/Saran :

Kupang,.....Januari 2019
Responden

……...................................

163
LAMPIRAN 6
INSTRUMEN PENILAIAN
a. Kisi-kisi dan instrumen penilaian HOTS peserta didik
b. Kisi-kisi dan kuisioner self efficacy peserta didik
c. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

164
Lampiran 6a

INSTRUMEN PENILAIAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS PESERTA DIDIK

KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN HOTS

Indikator
Pencapaian Bentuk Level
No Aspek HOTS Indikator Butir Soal No Butir Soal
Kompetensi Soal Kognitif
(IPK)
1 Menjelaskan Siswa dapat menilai ketepatan tindakan seorang Pilihan
Hukum Menilai yang berkaitan dengan konsep kesetimbangan ganda C5 1
Termodinamika termal beralasan
ke-nol Siswa membandingkan perubahan dua buah Pilihan
Membandingkan sistem yang diberikan perlakuan berbeda ganda C5 9
beralasan
Dapat menyimpulkan suhu awal dan suhu akhir Pilihan
Menyimpulkan pada suatu proses isobarik berdasarkan data ganda C5 10
eksperimen beralasan
2 Membedakan Memberikan ciri khusus pada suatu gas ideal Pilihan
proses-proses Memberikan ciri yang mengalami perubahan tekanan pada proses ganda C5 11
termodinamika: khusus isokhorik beralasan
isotermal, Membedakan proses termodinamika: isotermal, Pilihan
isobarik, isobarik, isokhorik, dan adiabatik
Membedakan ganda C4 2
isokhorik, dan
adiabatik
beralasan
Menilai besar usaha yang dilakukan pada sistem Pilihan
Menilai dengan dua proses yang berbeda ganda C5 12
beralasan
Memprediksi besar volume yang diperlukan Pilihan
Memprediksi untuk menghasilkan besarnya usaha yang ganda C5 13
diinginkan beralasan

165
Menafsirkan perubahan suhu dan perubahan Pilihan
Menafsirkan energi dalam pada sebuah sistem tertutup ganda C4 3
berdasarkan ilustrasi yang diberikan beralasan
4 Menjelaskan Dapat menganalisis hubungan kalor dan usaha Pilihan
Hukum I Menganalisis terhadap energi dalam ganda C4 14
Termodinamika hubungan
beralasan
Mampu menginterpretasi diagram p-V terkait Pilihan
Menginterpretasi Hukum Termodinamika I ganda C5 15
beralasan
Menguraikan perubahan energi dalam pada Pilihan
Memberikan ciri proses isokhorik ganda C4 4
khusus
beralasan
5 Memformulai Menelaah Hukum Termodinamika I pada Pilihan
kan Hukum Mendeteksi proses-proses termodinamika ganda C4 16
Termodinami beralasan
ka I pada gas Menyimpulkan besarnya usaha pada sebuah gas Pilihan
dengan yang mengalami proses adiabatik berdasarkan
Menyimpulkan ganda C5 17
berbagai data eksperimen
proses
beralasan
termodinamik Membedakan usaha yang dikerjakan oleh gas Pilihan
a. Membedakan jika suhu berbeda ganda C4 19
beralasan
Menafsirkan kalor yang diterima atau dibuang Pilihan
Menafsirkan agar kerja bernilai negatif ganda C5 6
beralasan
6 Mengkaji Pilihan
Hukum Memberi Memberikan argumentasi tentang penerapan
ganda C5 7
Termodinamika argumentasi Hukum II termodinamika pada sepeda motor
beralasan
II Pilihan
Menyimpulkan besarnya usaha pada mesin kalor
Menyimpulkan yang memiliki kalor serap dan kalor buang ganda C5 18
berbeda-beda beralasan

166
Pilihan
Menganalisis energi yang diterima dan energi
Menganalisis ganda C4 19
yang dikeluarkan sebuah mesin kalor
beralasan
7 Menganalisis Pilihan
prinsip kerja Menyimpulkan efisiensi sebuah mesin kalor
Menyimpulkan ganda C5 20
mesin Carnot, berdasarkan data percobaan
beralasan
mesin kalor dan Memberikan ciri Menentukan koefisien performa sebuah mesin
mesin pendingin C4 21
khusus panas yang memiliki efisiensi tertentu
Pilihan
Dapat menginterpretasi grafik untuk
Menginterpretasi ganda C5 22
menentukan efisiensi mesin Carnot
beralasan
Pilihan
Mengevaluasi Dapat mengevaluasi cara kerja mesin Carnot ganda C5 8
beralasan
Pilihan
Mengecek waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
Mengecek ganda C5 23
mesin pendingin untuk membekukan air
beralasan
Pilihan
Menilai diagram mesin pendingin yang tepat
Menilai ganda C5 24
berdasarkan efisiensi dan aliran kalornya
beralasan

167
SOAL DAN KUNCI JAWABAN
Level Nomor
Indikator
No Kogniti Butir soal Butir Kunci
Soal
f Soal
1 Siswa dapat C5 Lila membuat kopi panas dengan mencampurkan kopi hitam, 1 Jawaban: A
menilai gula dan air mendidih. Setelah dicampurkan, Lila tidak segera Alasan B
ketepatan meminumnya karena masih terlalu panas. Kemudian, Lila
tindakan meletakkan cangkir berisi kopi panas tersebut ke dalam wadah
seorang yang yang berisi air kran agar cepat dingsin dan tetap nikmat. Apakah
berkaitan tindakan yang dilakukan lila tersebut sudah tepat?
dengan konsep A. Sudah tepat, sebab air dalam baskom akan mendinginkan
kesetimbangan kopi panas secara alami
termal B. Sudah tepat, sebab terjadi pendinginan secara alami oleh
suhu udara
C. Kurang tepat, seharusnya didiamkan saja karena akan dingin
oleh suhu udara
D. Kurang tepat, seharusnya ditambah air dingin agar teh cepat
dingin
E. Kurang tepat, karena seharusnya ditambah es agar es dingin
lebih cepat
Alasan:
A. Jika dua buah benda diletakkan secara kontak termal maka
tidak terjadi pertukaran energi antara kedua benda tersebut
sehingga suhu keduanya tidak berubah
B. Jika dua buah benda diletakkan secara kontak termal maka
ada pertukaran energi antara kedua benda tersebut hingga
suhu keduanya sama
C. Jika dua buah benda diletakkan secara kontak termal maka
ada pertukaran energi antara kedua benda tersebut namun,
suhu keduanya tidak berubah

168
D. Jika dua buah benda diletakkan secara kontak termal maka
tidak terjadi pertukaran energi antara kedua benda tersebut
namun, lama kelamaan suhu keduanya akan sama
E. Jika dua buah benda diletakkan secara kontak termal maka
ada pertukaran energi antara kedua benda tersebut namun,
suhu keduanya tidak berubah
Siswa C5 1. Perhatikan ilustrasi-ilustrasi berikut! 9 Jawaban : B
membandingka Alasan: D
n perubahan
dua buah
sistem yang
diberikan
perlakuan
berbeda

169
Sistem manakah yang menyerap energi melalui kalor,
dan energi dalamnya meningkat, sementara suhunya
tidak meningkat?
A. Sistem 1
B. Sistem 2
C. Sistem 3
D. Sistem 4
E. Sistem 5
Alasan:
A. Air di dalam panci tidak menyerap energi sehingga
tidak mengalami peningkatan suhu
B. Orang yang duduk di depan api unggun mengalami
peningkatan suhu namun energi dalamnya tidak
meningkat
C. Kepala yang dikompres menyerap energi dari
handuk sehingga suhu tubuh menurun
D. Es menyerap energi dari kopi panas untuk
mencair sehingga tidak meningkatkan suhu
E. Kopi menyerap energi dari udara di sekitar
sehingga energi dalam kopi meningkat
Dapat C5 Pada suatu eksperimen, terdapat lima buah tabung berisi gas 10 Jawaban: E
menyimpulkan tertentu. Kelima tabung tersebut mengalami proses isobarik.
suhu awal dan Volume gas pada masing-masing tersebut mengalami Proses isobarik merupakan perubahan
suhu akhir penyusutan seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. keadaan gas pada tekanan tetap dan
pada suatu dinyatakan dalam persamaan keadaan:
proses isobarik 𝑉
Tabung Volume mula- Volume =C
𝑇
berdasarkan Ke mula (V1) akhir (V2)

170
data 1 V 1/2V Dengan persamaan tersebut, diperoleh nilai
eksperimen 2 2V 1/2V perbandingan suhu awal dan suhu akhir
3 2V 1/3V sebagai berikut:
4 2V 1/5V Tabun Volume Volume T1/
5 3V 1/2V g Ke Awal akhir T2
Berdasarkan data tersebut maka nilai perbandingan suhu T1:T2 (V1) (V2)
terbesar dan terkecil ada pada tabung ke… 1 V 1/2V 2:1
A. 1 dan 3 2 2V 1/2V 4:1
B. 2 dan 4 3 2V 1/3V 6:1
C. 2 dan 5 4 2V 1/5V 10:1
D. 3 dan 1 5 3V 1/3V 9:1
E. 4 dan 1
Alasan: Alasan: B
A. Jika tekanan gas tetap, maka volume gas sama dengan besar Jika tekanan gas tetap, maka volume gas
suhunya berbanding lurus dengan suhunya
B. Jika tekanan gas tetap, maka volume gas berbanding lurus
dengan suhunya
C. Jika tekanan gas tetap, maka volume gas berbanding
terbalik dengan besar suhunya
D. Jika tekanan gas tetap, maka volume gas lebih kecil dari
suhunya
E. Jika tekanan gas tetap, maka volume gas lebih besar dari
suhunya
Memberikan C5 Suhu awal suatu gas ideal dalam sebuah sistem tertutup (volume 11 Jawaban: C
ciri khusus tetap) adalah 30°C. Apabila tekanan gas berubah menjadi empat
pada suatu gas kali dari tekanan semula maka suhu akhir gas tersebut adalah….. Proses isokhorik merupakan perubahan
ideal yang A. 30°C keadaan gas pada volume tetap dan
mengalami B. 77°C dinyatakan dalam persamaan keadaan:
𝑃
perubahan C. 120°C =C
𝑇
tekanan pada D. 160°C 𝑃1 𝑃
proses E. 200°C = 𝑇2
𝑇1 2
isokhorik Alasan:

171
A. Pada volume tetap, tekanan gas berbanding lurus dengan 𝑃1 4𝑃1
=
30°𝐶 𝑇2
suhunya
B. Pada volume tetap, tekanan gas berbanding terbalik dengan T2 = 120 °C
suhunya
C. Pada volume tetap, tekanan gas sama dengan suhunya Alasan: A
D. Pada volume tetap, tekanan gas lebih besar dari suhunya Pada volume tetap, tekanan gas berbanding
E. Pada volume tetap, tekanan gas lebih kecil dari suhunya lurus dengan suhunya

Membedakan C4 Perhatikan pernyataan berikut, 2 Jawaban: C


proses 1) Pada proses isobarik, gas tidak melakukan usaha Alasan: D
termodinamika 2) Pada proses isokhorik, usaha yang dilakukan gas sama
: isotermal, dengan nol
isobarik, 3) Pada proses isobarik, gas melakukan usaha
isokhorik, dan 4) Pada proses isothermal, gas mengalami perubahan energi
adiabatik 5) Pada proses adiabatik, gas selalu menerima usaha
Pernyataan-pernyataan di atas yang yang benar tentang proses
termodinamika adalah….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 5
C. 2 dan 3
D. 2, 3, dan 5
E. 3 dan 4
Alasan:
A. Usaha hanya dapat dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungan
B. Usaha hanya dapat dilakukan oleh lingkungan terhadap
sistem
C. Usaha sebanding dengan perubahan tekanan pada sistem
D. Usaha merupakan perkalian antara perubahan volume gas
pada tekanan tetap
E. Usaha sebanding dengan perubahan energi dalam yang
dialami sistem

172
Menilai besar C5 Gas dengan suhu, tekanan, dan volume tertentu ditekan sehingga 12 Jawaban: D
usaha yang volumenya menjadi setengah dari volume semula. Pernyataan Kasus ini, menunjukkan kerja dilakukan
dilakukan pada berikut yang benar adalah………….. oleh lingkungan terhadap sistem (gas).
sistem dengan A. Kerja yang dilakukan lingkungan pada sistem jika proses Sehingga ΔU = Q – W
dua proses berlangsung secara isobarik lebih besar dari pada jika proses Hal ini berpengaruh terhadap proses
yang berbeda berlangsung secara isothermal termodinamika,
B. Kerja yang dilakukan lingkungan pada sistem jika proses 1. Adiabatik, (Q = 0) maka ΔU = -W
berlangsung secara isobarik lebih besar dari pada jika proses 2. Isotermal, (ΔU = 0) maka Q = W
berlangsung secara adiabatic 3. Isobarik, Q- ΔU = W
C. Kerja yang dilakukan lingkungan pada sistem jika proses 4. Isokhorik, (W = 0) maka ΔU = Q
berlangsung secara adiabatic jika lebih besar dari pada jika
proses berlangsung secara isothermal Alasan: B
D. Kerja yang dilakukan lingkungan pada sistem jika proses Kerja yang dilakukan oleh lingkunagan pada
berlangsung adiabatic lebih kecil dari pada jika proses sistem bernilai negatif, dan sistem mendapat
berlangsung secara isothermal kalor bernilai positif
E. Tekanan dan suhu juga berkurang menjadi setengahnya
Alasan
A. Kerja yang dilakukan oleh lingkungan pada sistem bernilai
positif, dan sistem mendapat kalor bernilai positif
B. Kerja yang dilakukan oleh lingkunagan pada sistem bernilai
negatif, dan sistem mendapat kalor bernilai positif
C. Kerja yang dilakukan oleh lingkungan pada sistem berniali
negative dan sistem mendapat kalor bernilai negatif
D. Kerja yang dilakukan oleh lingkungan pada sistem bernilai
positif, dan sistem mendapat kalor bernilai negative
E. Kerja tidak bisa dilakukan oleh lingkungan pada sistem

Memprediksi C5 Dua mol gas dalam sebuah wadah mengalami pemuaian secara 13 Jawaban: E
besar volume isobarik pada tekanan 105 N/m2. Suhu awal gas tersebut adalah Diketahui:
yang 300 K dan kemudian meningkat hingga mencapai 600 K. Jika n = 2 mol
diperlukan usaha yang dilakukan selama proses sebesar 2500 J, maka p = 105
untuk volume akhir gas tersebut sebesar…………. T1 = 300 K

173
menghasilkan A. 0,021 m3 T2 = 600 K
besarnya usaha B. 0,025 m3 W = 2500 J
yang C. 0,037 m3 Ditanya: volume akhir gas?
diinginkan D. 0,050 m3 Penyelesaian:
E. 0,075 m3 Menentukan volume awal
Alasan: pV1 = nRT1
A. Perubahan volume gas berbanding terbalik dengan usaha 105 N/m2 V1 = (2 mol) (8,31 J/mol.K) (300 K)
B. Perubahan volume gas berbanding lurus dengan tekanan V1 = 0,05 m3
C. Perubahan volume gas berbanding terbalik dengan tetapan Menentukan perubahan volume yang dialami
gas umum gas:
D. Perubahan volume gas berbanding terbalik dengan jumlah W = p ΔV
mol gas 2500 J = 105 N/m2 ΔV
E. Perubahan volume gas berbanding terbalik dengan ΔV = 0,025 m3
perubahan energi dalam Jadi, volume akhir gas adalah
V2 = V1 + ΔV
V2 = 0,05 m3 + 0,025 m3
V2 = 0,075 m3

Alasan: A
Perubahan volume gas berbanding terbalik
dengan usaha

Menafsirkan C4 Ivon mengguncang-guncangkan sebuah termos yang tertutup 3 Jawaban : B


perubahan rapat, berisi kopi panas. Apakah perubahan yang terjadi pada Alasan: C
suhu dan suhu dan energi dalam dari kopi tersebut?
perubahan A. Suhu dan energi dalam kopi menurun
energi dalam B. Suhu dan energi dalam kopi meningkat
pada sebuah C. Suhu dan energi dalam kopi tidak berubah
sistem tertutup D. Suhu kopi meningkat dan energi dalam kopi menurun
berdasarkan E. Suhu kopi menurun dan energi dalam kopi meningkat
ilustrasi yang Alasan:
diberikan

174
A. Kopi panas berada dalam sistem tertutup yakni termos
yang ditutup rapat
B. Jarak antar molekul-molekul penyusun kopi semakin
mendekat
C. Molekul-molekul penyusun kopi mengalami peningkatan
energi kinetik
D. Energi potensial molekul-molekul kopi meningkat
E. Gaya antar molekul-molekul kopi meningkat

Dapat Suatu sistem menyerap kalor Q dari lingkungan sebesar 1200 14 Jawaban: B
menganalisis joule dan melakukan usaha sebesar 2200 J pada Diketahui:
hubungan lingkungannya. Dengan demikian, perubahan energi dalam Q = + 1200 J
kalor dan sistem adalah..… W = + 2200 J
usaha A. Naik 800 J Ditanya: Energi dalam?
terhadap energi B. Turun 1000 J Penyelesaian:
dalam C. Naik 1000 J ΔU = Q – W
D. Naik 3400 J ΔU = 1200 J – 2200 J
E. Turun 3400 J ΔU = -1000 J
Alasan: Tanda negatif menunjukkan bahwa energi
C4
A. Perubahan energi dalam merupakan hasil bagi antara usaha dalam sistem mengalami penurunan.
dengan kalor yang diserap
B. Perubahan energi dalam merupakan jumlah antara kalor Alasan: D
dan usaha
C. Perubahan energi dalam sama besar dengan kalor yang
diserap
D. Perubahan energi dalam suatu sistem merupakan selisih
antara kalor dengan usaha
E. Perubahan energi dalam sama besar dengan usaha yang
dilakukan sistem
Mampu C5 Diagram p-V gas helium yang mengalami proses 15 Jawaban: C
menginterpreta termodinamika ditunjukkkan seperti gambar berikut: Usaha pada sebuah proses termodinamika
si diagram p-V dinyatakan dengan persamaan:

175
terkait Hukum W = p ΔV
Termodinamik
aI Pada proses A-B, gas tidak melakukan usaha
karena tidak terjadi perubahan volume.
Pada proses B-C gas melakukan usaha
sebesar:
W = p ΔV
Usaha yang dilakukan gas helium pada proses ABC sebesar… = 2 x 105 N/m2 (3,5-1,5) m3
A. 0 = 400 kJ
B. 300 kJ
C. 400 kJ Alasan: A
D. 700 kJ Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan
E. 1000 kJ tekanan dikali perubahan volume gas
Alasan:
A. Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan tekanan dikali
perubahan volume gas
B. Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan tekanan bagi
perubahan volume gas
C. Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan perubahan
tekanan dikali perubahan volume gas
D. Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan perubahan
tekanan dikali volume gas
E. Usaha yang dilakukan oleh gas merupakan perubahan
tekanan dibagi volume gas
Menguraikan C4 Sebanyak dua mol gas helium dengan volume 2 liter disimpan di 4 Jawaban: C
perubahan dalam sebuah tabung tertutup (isokhorik) pada suhu 300 K. Diketahui:
energi dalam Tekanan gas tersebut adalah 1,5 x 105 N/m. Jika gas menyerap n = 2 mol
pada proses kalor sehingga tekanan menjadi 3 x 105 N/m2, maka besar p1 = 1,5 x 105 N/m
isokhorik perubahan energi dalamnya adalah………….. p2 = 3 x 105 N/m2
A. 3,12 x 103 joule T1 = 300 K
B. 4,50 x 103 joule R = 8,31 J/mol K
C. 7,48 x 103 joule Ditanya: Perubahan energi dalam?

176
D. 8,02 x 103 joule Penyelesaian:
E. 8,50 x 103 joule  Menentukan suhu akhir gas helium
Alasan menggunakan persamaan gas ideal pada
A. Perubahan energi dalam berbanding lurus dengan volume proses isokhorik
gas 𝑃1 𝑃
= 𝑇2
𝑇1 2
B. Perubahan energi dalam berbanding terbalik perubahan
1,5 𝑥 105 𝑁/𝑚2 3 𝑥 105 𝑁/𝑚2
suhu gas =
300 𝐾 𝑇2
C. Perubahan energi dalam berbanding terbalik dengan T2 = 600 K
perubahan tekanan gas  Menentukan energi dalam gas helium
D. Perubahan energi dalam berbanding lurus dengan ΔU = 3/2 nRΔT
perubahan tekanan gas ΔU = 3/2 nR(T2-T1)
E. Perubahan energi dalam berbanding lurus dengan 3
ΔU = 2 (2 mol) (8,31 J/mol K ) (600K-300K)
perubahan suhu gas
ΔU = 24,93 J/K (300 K)
ΔU = 7,48 x 103 J

Alasan: E
Perubahan energi dalam berbanding lurus
dengan perubahan suhu gas
Menelaah Suatu gas yang bertekanan 5 x 105 mengalami proses isobarik 16 Jawaban: C
Hukum sehingga volumenya naik dari 4 m3 menjadi 6 m3. Diagram p-V
Termodinamik yang tepat untuk menggambarkan proses tersebut adalah….. Alasan: B
a I pada Proses isobarik merupakan proses di mana
proses-proses tekanan gas dipertahankan tetap, ketika suhu
termodinamika C4 meningkat, volume gas juga meningkat

177
A

178
C

179
E
Alasan:
A. Proses isobarik merupakan proses di mana suhu gas
dipertahankan tetap, ketika tekanan meningkat, volume
gas juga meningkat
B. Proses isobarik merupakan proses di mana tekanan gas
dipertahankan tetap, ketika suhu meningkat, volume gas
juga meningkat
C. Proses isobarik merupakan proses di mana volume gas
dipertahankan tetap, ketika tekanan meningkat, suhu gas
juga meningkat
D. Proses isobarik merupakan proses di mana tekanan gas
dipertahankan tetap, ketika suhu meningkat, volume gas
juga menurun
E. Proses isobarik merupakan proses di mana volume gas
dipertahankan tetap, ketika suhu meningkat, tekanan gas
akan menurun
Menyimpulkan 800 gram oksigen diproses dengan cara adiabatik, mengalami 17 Jawaban: C
besarnya usaha perubahan suhu awal (T1) menjadi suhu akhir (T2). Perubahan Pada proses adiabatic Q = 0 sehingga ΔU =
pada sebuah C5 diamati sebanyak lima kali, dirangkum dalam table berikut. W
gas yang Dimana ΔU = 3/2 n RΔT
mengalami Adiabatik T1 (°C) T2 (°C)

180
proses 1 25 46 Dengan demikian, usaha berbanding lurus
adiabatik 2 27 47 dengan perubahan suhu gas. Perubahan suhu
berdasarkan 3 28 50 gas disajikan pada table berikut:
data 4 28 49 Adiabatik T1 T2 ΔT
eksperimen 5 32 48 (°C) (°C) (°C)
1 25 46 21
Berdasarkan data di atas, maka usaha terbesar terjadi pada data 2 27 47 20
ke……….. 3 28 50 22
A. 1 4 28 49 21
B. 2 5 32 48 16
C. 3
D. 4 Alasan: C
E. 5 Usaha berbanding lurus dengan perubahan
Alasan suhu
A. Usaha berbanding terbalik dengan perubahan suhu
B. Usaha sama dengan perubahan suhu
C. Usaha berbanding lurus dengan perubahan suhu
D. Usaha dalam proses adiabatik selalu nol
E. Usaha tidak dipengaruhi oleh suhu
Membedakan C4 Perhatikan ilustrasi berikut! 19 Jawaban: D
usaha yang Diketahui:
dikerjakan Piston yang dapat n = 0,5 mol
oleh gas jika bergerak naik/turun T1 = 300 K
suhu berbeda T2 = 350 K
p = 2 x 105 N/m3
0,5 mol gas Ditanya: Usaha yang dilakukan oleh gas?
Penyelesaian:
=>Menentukan volume awal gas
pV1 = nRT1
2 x 105 N/m3 V1 = 0,5 mol 8,31 J/mol K 300K
Sebuah wadah berisi 0,5 mol gas ideal pada suhu 300K. Gas V1 = 623,25 m3
tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu 350K. Selanjutnya,

181
volume gas meningkat pada tekanan konstan sebesar 2 x 105 =>Menentukan volume akhir dengan
N/m3. Usaha yang dilakukan oleh gas tersebut adalah menggunakan persamaan gas ideal untuk
sebesar……. tekanan tetap
A. 103,87 joule V1/T1 = V2/T2
B. 124,52 joule 623,25 𝑚3 𝑉
= 3502 𝐾
C. 203,67 joule 300 𝐾
D. 207,76 joule V2 = 727,13 x 10-5 m3
E. 333,67 joule =>Menghitung perubahan volume
Alasan: ΔV = V2 - V1
A. Usaha merupakan perkalian antara perubahn suhu dengan ΔV = (727,13 - 623,25) x 10-5 m3
tetap ΔV = 103,88 x 10-5 m3
B. Usaha merupakan perkalian antara jumlah mol gas dengan =>Menentukan usaha yang dilakukan pada
suhu awal tekanan tetap
C. Usaha merupakan perkalian antara perubahan suhu dengan W = p ΔV
perubahan volume W = (2 x 105 N/m3) (103,88 x 10-5 m3)
D. Usaha merupakan perkalian antara perubahan volume gas W = 207,76 joule
dengan tekanan tetap
E. Usaha merupakan selisih dari perubahan suhu dan volume Alasan: D
Usaha merupakan perkalian antara
perubahan volume gas dengan tekanan tetap
Menafsirkan C5 Gas dalam sebuah ruangan tertutup mengalami proses isotermal 6 Jawaban: C
kalor yang yang menyebabkan volumenya mengalami pengembangan Diketahui:
diterima atau sebesar 2000 dm3. Jika suhu awal gas 273 K dan tekanan T1 = 273 K
dibuang agar awalnya 4 x 105 Pa, maka kalor yang diterima atau dibuang R = 8,31 J/mol K
kerja bernilai sistem, agar kerja yang dilakukan lingkungan terhadap sistem p = 4 x 105 Pa
negatif bernilai negatif sebesar………… ΔV = 2 m3
A. 6,123 x 105 J Ditanya: kalor yang diterima atau dibuang
B. 7,014 x 105 J agar kerja bernilai negatif?
C. 8,034 x 105 J Penyelesaian:
D. 9,541 x 105 J ΔU = Q – W
E. 10,374 x 105 J 3
n RT = Q – p ΔV
Alasan 2

182
A. Untuk mendapatkan kerja bernilai negatif, maka sistem 3
x 1 x (8,31 J/mol K) x 273K = Q – (4 x 105
2
menerima kalor
x 2)
B. Untuk mendapatkan kerja bernilai negatif, maka sistem
𝑄 = 8, 034 x 105 joule
membuang kalor
C. Untuk mendapatkan kerja bernilai positif, maka sistem
Alasan: A
membuang kalor
Untuk mendapatkan kerja bernilai negatif,
D. Untuk mendapatkan kerja bernilai positif maka sistem
maka sistem menerima kalor
menerima kalor
E. Untuk mendapatkan kerja bernilai negatif, maka lingkungan
menerima kalor

Memberikan C5 Sepeda motor merupakan salah satu benda yang sering kita 7 Jawaban: C
argumentasi gunakan sepeda motor. Alasan: A
tentang Sebagian besar dari anda berangkat ke sekolah menggunakan
penerapan sepeda motor. Bagaimana cara kerja mesin sepeda motor
Hukum II berdasarkan Hukum Termodinamika?
termodinamika A. Hasil pembakaran bensin menghasilkan gas panas yang
pada sepeda melakukan usaha mekanik pada penghisap silinder; kalor
motor dibuang ke lingkungan melalui radiator
B. Hasil pembakaran bensin menghasilkan gas panas yang
melakukan usaha mekanik pada penghisap silinder; kalor
dibuang ke lingkungan melalui knalpot
C. Hasil pembakaran bensin menghasilkan gas panas yang
melakukan usaha mekanik pada penghisap silinder; kalor
dibuang ke lingkungan melalui radiator dan knalpot
D. Hasil pembakaran bensin menghasilkan gas panas. Gas
panas hasil pembakaran digunakan untuk melakukan usaha
mekanik pada penghisap silinder; tidak ada kalor yang
dibuang
E. Hasil pembakaran bensin menghasilkan gas panas dan
kemudian dilepaskan ke lingkungan melalui radiator dan
knalpot

183
Alasan:
A. Tidak mungkin untuk membuat mesin kalor yang bekerja
dalam suatu siklus yang mengubah energi panas dari suatu
sumber menjadi energi mekanik seluruhnya
B. Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang
bekerja dalam suatu siklus yang hanya memindahkan energi
panas dari suatu benda panas ke benda dingin
C. Dengan menerapkan prinsip kekekalan energi, mesin kalor
dapat dirancang sedemikian rupa sehingga semua energi
panas dari sumber bersuhu tinggi digunakan untuk
menggerakkan motor tanpa ada panas yang dibuang melalui
radiator
D. Dengan menerapkan prinsip kekekalan energi mesin kalor
dapat dirancang sedemikian rupa sehingga semua energi
panas dari sumber bersuhu tinggi digunakan untuk
menggerakkan motor tanpa ada panas yang dibuang melalui
knalpot
E. Mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus hanya
memindahkan energi panas dari suatu benda panas ke benda
dingin

Menyimpulkan C5 Lima buah mesin kalor beroperasi secara bersama-sama. Kalor 18 Jawaban: C
besarnya usaha yang diserap dari reservoir panas (Q1) dan kalor yang dibuang ke Besar usaha pada mesin kalor dinyatakan
pada mesin reservoir dingin (Q2) dari setiap mesin berbeda-beda. Perbedaan oleh persamaan:
kalor yang kalor tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut, W = Q1 – Q2
memiliki kalor Mesin Q1 (joule) Q2(joule) Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh:
serap dan kalor Kalor
buang berbeda- 1 1.000 800 Mesin Q1 (J) Q2 (J) W (J)
beda 2 980 820 Kalor
3 910 790 1 1.000 800 200
4 850 775 2 980 820 160
5 830 760 3 900 790 110

184
4 850 775 75
Berdasarkan data di atas, maka usaha terbesar dan usaha terkecil 5 830 760 70
dioperasikan oleh mesin kalor nomor…….
A. 1 dan 2 Alasan: A
B. 1 dan 4 Usaha merupakan selisih antara kalor yang
C. 1 dan 5 diserap dari reservoir panas dan kalor yang
D. 2 dan 3 dibuang ke reservoir dingin
E. 2 dan 4

Alasan
A. Usaha merupakan selisih antara kalor yang diserap dari
reservoir panas dan kalor yang dibuang ke reservoir dingin
B. Usaha merupakan jumlah dari kalor yang diserap dari
reservoir panas dan kaloryang dibuang ke reservoir dingin
C. Usaha merupakakn pembagian antara kalor yang diserap dari
reservoir panas dengan kalor yang dibuang ke reservoir
dingin
D. Usaha sama dengan jumlah kalor yang diserap dari reservoir
panas
E. Usaha sama dengan jumlah kalor yang dibuang ke reservoir
dingin
Menganalisis C4 Sebuah sepeda motor melakukan usaha sebesar 600 J pada 19 Jawaban: D
energi yang setiap siklus dengan efisiensi mesin sebesar 20%. Untuk setiap Diketahui:
diterima dan siklus, berapakah energi yang diterima dan energi yang ε = 20 % = 1/5
energi yang dikeluarkan dalam bentuk panas? Ditanya: kalor yang diserap dan kalor yang
dikeluarkan A. 1500 J dan 1200 J dibuang?
sebuah mesin B. 1600 J dan 900 J Penyelesaian:
kalor C. 2700 J dan 1100 J =>Menentukan besarnya kalor yang diserap
D. 3000 J dan 2400 J (Q1)
E. 3200 J dan 1750 J 𝑊
ε=𝑄
Alasan: 1
600 𝐽
1/5 =
𝑄1

185
A. Mesin kalor mengubah energi panas menjadi energi Q1 = 3000 J
mekanik sehingga energi yang dilepaskan ke lingkungan =>Menentukan besarnya kalor yang dibuang
adalah kalor yang diterima ditambah usaha yang dilakukan (Q2)
B. Mesin kalor mengubah energi panas menjadi energi W = Q1 – Q2
mekanik sehingga energi yang dilepaskan ke lingkungan Q2 = 2400 J
adalah usaha dikurangi kalor yang diterima
C. Mesin kalor mengubah energi panas menjadi energi Alasan: C
mekanik sehingga energi yang dilepaskan ke lingkungan Mesin kalor mengubah energi panas menjadi
adalah kalor yang diterima dikurangi usaha yang dilakukan energi mekanik sehingga energi yang
D. Mesin kalor mengubah energi panas sebesar menjadi energi dilepaskan ke lingkungan adalah kalor yang
mekanik sehingga energi yang dilepaskan ke lingkungan diterima dikurangi usaha yang dilakukan
adalah usaha ditambah kalor yang diterima
E. Mesin kalor mengubah energi panas menjadi energi
mekanik sehingga energi yang dilepaskan ke lingkungan
adalah kalor yang diterima sama dengan usaha yang
dilakukan
Menyimpulkan C5 Sebuah mesin Carnot dilakukan uji coba, dengan suhu pada 20 Jawaban: E
efisiensi reservoir tinggi (T1) dan suhu pada reservoir rendah (T2) yang Efisiensi sebuah mesin Carnot dinyatakan
sebuah mesin berbeda-beda. Suhu pada kedua reservoir seperti pada tabel di dengan persamaan:
kalor bawah ini: 𝑇
𝜀 = 1 − 𝑇2
berdasarkan Uji coba T1 (°C) T2 (°C) 1

data percobaan Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh


Carnot ke
efisiensi mesin untuk berbagai suhu
1 250 70
reservoir tinggi dan reservoir rendah adalah:
2 370 140
3 425 185
Alasan: B
4 530 290 Efisiensi
Berdasarkan data di atas, efisiensi terbesar dan terkecil diperoleh Uji coba T1 T2 ε
masin
ketika uji coba ke……….. Carnot ke (°C) (°C) (%
Carnot
A. 1 dan 2 )
B. 1 dan 3 1 250 125 50
C. 1 dan 4 2 370 140 62
D. 2 dan 1 3 425 185 56

186
E. 2 dan 4 4 530 290 41
Alasan: berbanding lurus dengan selisih suhu pada
A. Efisiensi mesin Carnot berbanding lurus dengan jumlah reservoir panas dan dingin, serta berbanding
suhu pada reservoir panas dan dingin, serta berbanding terbalik dengan suhu pada reservoir panas
terbalik dengan suhu pada reservoir panas
B. Efisiensi masin Carnot berbanding lurus dengan selisih
suhu pada reservoir panas dan dingin, serta berbanding
terbalik dengan suhu pada reservoir panas
C. Efisiensi mesin Carnot berbanding lurus dengan suhu pada
reservoir panas, serta berbanding terbalik dengan selisih
suhu pada reservoir panas dan dingin
D. Efisiensi mesin Carnot berbanding lurus dengan suhu pada
reservoir panas, serta berbanding terbalik dengan jumlah
suhu pada reservoir panas dan dingin
E. Efisiensi mesin Carnot berbanding terbalik dengan selisih
suhu pada reservoir panas dan dingin, serta berbanding
lurus dengan suhu pada reservoir panas
Menentukan C4 Sebuah mesin kalor memiliki efisiensi sebesar 20%. Jika arah 21 Jawaban: A
koefisien proses dalam mesin tersebut dibalik sehingga menjadi pompa Efisiensi ε dimiliki oleh mesin kalor, sedang
performa panas, maka koefisien performa pompa panas tersebut koefisien performa K dimiliki oleh mesin
sebuah mesin adalah………… pendingin. Keduanya memiliki proses yang
panas yang A. 5,0 berkebalikan, dinyatakan dengan persamaan:
memiliki B. 1,25 1
K=𝜀
efisiensi C. 0,9
Sehingga diperoleh koefisien performa
tertentu D. 0,8
adalah
E. 0,2 1
Alasan: K = 0,2 = 5,0
A. Koefisien performa berbanding lurus dengan efisiensi Alasan: B
B. Koefisen performa berbanding terbalik dengan efisiensi Koefisen performa berbanding terbalik
C. Koefisien performansi dan efisiensi sama besar dengan efisiensi
D. Koefisien performansi lebih besar dari efisiensi
E. Koefisien performansi lebih kecil dari efisiensi

187
Dapat C5 Gambar berikut menunjukkan grafik P-V pada mesin Carnot 22 Jawaban: E
menginterpreta Berdasarkan grafik ditunjukkan bahwa:
si grafik untuk Usaha W = 600 J
menentukan Kalor yang dilepas pada reservoir suhu
efisiensi mesin rendah:
Carnot Q2 = 1/3 (600 J)
= 200 J
Kalor yang diserap dari reservoir suhu
tinggi:
W= Q1 - Q2
Q1 = 800 J
Dengan demikian,
Efisiensi mesin carnot dinyatakan oleh
Jika kalor yang lepas sebesar 1/3𝑊, maka efisiensi mesin
persamaan:
Carnot adalah… 𝑊
A. 0,30 ε=𝑄
1
B. 0,40 600 𝐽
ε = 800 𝐽
C. 0,50
D. 0,70 = 0,75
E. 0,75
Alasan: Alasan: B
A. Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai perbandingan Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai
antara usaha yang dilakukan dan kalor yang dilepas ke perbandingan antara usaha yang dilakukan
sumber suhu rendah selama satu siklus dan kalor yang diserap dari sumber suhu
B. Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai perbandingan tinggi selama satu siklus
antara usaha yang dilakukan dan kalor yang diserap dari
sumber suhu tinggi selama satu siklus
C. Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai perbandingan
antara kalor yang diserap dari sumber suhu tinggi selama
satu siklus dan usaha yang dilakukan

188
D. Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai perbandingan
antara kalor yang dilepas ke sumber suhu rendah selama
satu siklus dan antara usaha yang dilakukan.
E. Efisiensi mesin Carnot merupakan nilai perbandingan
antara kalor yang diserap dari sumber suhu tinggi dan
kalor yang dilepas ke sumber suhu rendah selama satu
siklus
Dapat C5 Perhatikan gambar siklus Carnot berikut! 8 Jawaban: C
mengevaluasi Diketahui:
cara kerja T1 = 800 K
mesin Carnot T2 = 620 K
W = 40.000 J
Ditanya: banyaknya kalor yang dilepaskan
(Q2)?
Penyelesaian:
=>Menentukan besarnya efisiensi mesin:
Sebuah mesin Carnot mempunyai reservoir suhu tinggi sebesar 𝑇 −𝑇
800 K dan reservoir suhu rendah sebesar 620 K. Jika besarnya ε = 1 2 x 100 %
𝑇1
usaha pada sistem sebesar 40.000 joule, maka banyaknya kalor 800 𝐾 −620 𝐾
ε= x 100 %
800 𝐾
yang dilepaskan (Q2) adalah…..
ε = 20 %
A. 0,4 x 105 joule
=>Menentukan banyaknya kalor yang
B. 1,2 x 105 joule
diserap (Q1)
C. 1,6 x 105 joule 𝑊
D. 2,0 x 105 joule ε= 𝑄
1
E. 4,0 x 105 joule 20 % =
4 𝑥 104 𝐽
Alasan: 𝑄1
A. Kalor yang dilepas merupakan selisih antara kalor yang Q1 = 2 x 105 joule
diserap dengan usaha
B. Kalor yang dilepas merupakan jumlah antara kalor yang Jadi banyaknya kalor yang dilepas adalah:
diserap dengan usaha W= Q1 – Q2
C. Kalor yang dilepas berbanding terbalik dengan efisiensi Q2 = Q1 - W
mesin Q2 = 2 x 105 J – 0,4 x 105 J
= 1,6 x 105 joule

189
D. Kalor yang dilepas berbanding dengan selisih suhu pada
reservoir panas dan suhu pada reservoir dingin Alasan: A
E. Kalor yang dilepas tidak mempengaruhi efisiensi mesin Kalor yang dilepas merupakan selisih antara
Carnot kalor yang diserap dengan usaha .
Mengecek C5 Kulkas dengan koefisien performa 6,0 digunakan untuk 23 Jawaban: D
waktu yang membekukan air, dengan daya masukkan sebesar 500 W. Jumlah Diketahui:
dibutuhkan kalor yang dipindahkan dari reservoir dingin sebesar 3 x 105 Cp = 6,0
oleh sebuah joule. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya proses P = 500 W
mesin pembekuan adalah……….. Q2 = 3 x 105 J
pendingin A. 55 sekon Ditanya: Waktu yang diperlukan untuk
untuk B. 67 sekon terjadinya proses pembekuan (t) ?
membekukan C. 91 sekon Penyelesaian:
air D. 100 sekon 𝑄
Cp = 𝑊2
E. 121 sekon 3 x 105 joule
Alasan: 6,0 = 𝑊
A. Waktu pembekuan semakin cepat jika kalor yang W = 5 x 104 joule
dipindahkan dari reservoir dingin semakin besar =>Menentukan waktu yang diperlukan untuk
B. Waktu pembekuan semakin lama jika kalor yang membekukan air:
dipindahkan dari reservoir dingin semakin kecil 𝑊
P= 𝑡
C. Waktu pembekuan semakin lama jika kalor yang 5 x 104 joule
dipindahkan dari reservoir dingin semakin besar 500 W = 𝑡
D. Waktu pembekuan semakin lama jika daya semakin besar t = 100 sekon
E. Waktu pembekuan semakin lama jika koefisien performa
semakin besar Alasan: C
Waktu pembekuan semakin lama jika kalor
yang dipindahkan dari reservoir dingin
semakin besar
Menilai C6 Sebuah pabrik hendak membuat mesin pendingin dengan 24 Jawaban: A
diagram mesin koefisien performansi 2,0. Jika digambarkan dalam bentuk Berdasarkan arah aliran kalor dan memnuhi
pendingin diagram proses, maka diagram yang tepat untuk mesin koefisien permansi 2,0 maka diagram yang
yang tepat pendingin tersebut adalah………….. tepat adalah (A)
berdasarkan Alasan: C

190
efisiensi dan Kalor mengalir dari tempat dingin ke tempat
aliran kalornya panas membutuhkan suatu usaha luar sebesar
W

191
192
Alasan:
A. Kalor mengalir dari tempat panas ke tempat dingin
membutuhkan suatu usaha luar sebesar W
B. Kalor mengalir dari tempat panas ke tempat dingin
melakukan usaha sebesar W
C. Kalor mengalir dari tempat dingin ke tempat panas
membutuhkan suatu usaha luar sebesar W
D. Kalor mengalir dari tempat dingin ke tempat panas tidak
membutuhkan suatu usaha luar sebesar W
E. Tidak terjadi aliran kalor baik dari tempat panas maupun
dari tempat dingin ke tempat panas

193
Lampiran 6b

KISI-KISI PENILAIAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Self Efficacy Peserta Didik

No Aspek Self Efficacy Indikator No Butir Jumlah


Soal
1 Mengajukan pertanyaan saat 5+, 8- 2
merasa kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran
Magnitude di kelas
2 Mencari cara dari sumber lain 7+, 22-, 24+ 3
dalam menyelesaikan persoalan
Termodinamika
3 Keyakinan terhadap diri dalam 2+, 4-, 12-, 4
menyelesaikan tugas atau suatu 13+
masalah terkait materi
Termodinamika
4 Keyakinan terhadap diri sendiri 1+, 3+, 23- 3
Srenght
dalam mempelajari materi
Termodinamika
6 Ketekunan dan kegigihan dalam 10+, 14+, 17+, 4
menyelesaikan persoalan 18-
Termodinamika yang sulit
7 Mengembangkan, menambah 6+, 9-, 11-, 4
serta memperkaya suatu gagasan 19+
8 Generality Tidak takut akan kegagalan 15+, 16, 20- 3
9 Terbuka terhadap kritikan orang 21-, 25+ 2
lain
Jumlah soal 25
Modifikasi dari: (Ibrahim, Fitriana 2018)

Self Efficacy peserta didik diukur menggunakan angket. Peserta didik diminta
memilih alternatif pilihan yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran setiap pilihan jawban adalah sebagai berikut:

Jenis Sangat Tidak Sangat Tidak


Setuju (S)
Butir Setuju (SS) Setuju (TS) Setuju (STS)
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4

194
KUISIONER SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

Nama :

No Absen :

Kelas :

Nama Sekolah :

C. Pengantar

Dengan mengisi angket ini, anda telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

penelitian terkait self efficacy Fisika peserta didik. Jawaban anda di dalam angket tidak

akan mempengaruhi nilai Fisika anda. Dengan demikian, isilah angket ini dengan

sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan anda. Untuk Partisipisinya peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

D. Petunjuk

1. Tulislah nama, nomor absen, kelas serta nama sekolah pada tempat yang sudah

disediakan

2. Angket ini terdiri atas 25 butir soal dengan 4 pilihan jawaban

3. Bacalah setiap butir pernyataan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan
4. Bacalah dengan teliti petunjuk pilihan jawaban yang tersedia

5. Berikut merupakan pernyataan-pernyataan untuk anda. Berikan jawaban yang


paling sesuai dengan keadaan anda dengan memberikan tanda (√) pada salah satu
kolom:
 Sangat Setuju
 Setuju
 Tidak Setuju
 Sangat Tidak Setuju

195
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Saya yakin, saya mampu menguasai materi
Termodinamika yang dijelaskan guru di kelas
2 Saya yakin, saya mampu memecahkan persoalan dan
tugas Termodinamika dengan sangat baik
3 Saya akan mendapat nilai yang baik pada materi
termodinamika
4 Saya menyerah saat mengerjakan soal Termodinamika
yang sulit
5 Saya akan menanyakan hal-hal yang tidak dipahami
tentang materi Termodinamika yang dipelajari kepada
guru atau teman
6 Saya sangat antusias mencari sesuatu terkait materi
yang belum saya pahami dari berbagai sumber
7 Saya sering mencari cara lain untuk menyelesaikan soal
tanpa harus mengikuti cara yang diajarkan guru di kelas
8 Saya sering memendam pertanyaan dalam hati jika ada
materi yang belum saya pahami
9 Saya lebih suka mempelajari materi Termodinamika
dari guru tanpa harus mencari sendiri dari sumber lain
10 Saya lebih suka mengerjakan sendiri tugas yang
diberikan oleh guru dari pada melihat hasil yang
dikerjakan teman
11 Saya hanya mempelajari materi Termodinamika saat
diberi tugas oleh guru
12 Saya sering khawatir gagal saat mengerjakan soal ujian
Fisika
13 Saya senang mengerjakan soal fisika yang sulit dan
menantang
14 Saya selalu berusaha menemukan sendiri penyelesaian
suatu soal Termodinamika walaupun harus berpikir
keras dan membutuhkan waktu yang lama
15 Saya selalu percaya diri meskipun jawaban yang saya
peroleh berbeda dengan teman-teman
16 Saya selalu beranggapan bahwa jawaban yang sama
adalah jawaban yang benar dalam menyelesaikan soal
termodinamika
17 Saya selalu menyelesaikan soal termodinamika tahap
demi tahap agar dapat memahami soal secara rinci
18 Saya selalu menyelesaikan soal dengan cara yang pintas
karena menurut saya yang paling penting adalah
jawaban akhir
19 Saya merasa perlu untuk mencari materi termodinamika
dari sumber lain selain guru
20 Saya lebih baik tidak mencoba dari pada salah dalam
mengerjakan

196
21 Saya tidak akan mendengarkan saran dan kritikan dari
temn-teman karena saya selalu yakin bahwa yang saya
kerjakan sudah benar
22 Saya lebih suka mengerjakan soal termodinamika
dengan mengikuti contoh yang diberikan guru tanpa
harus mencari dari sumber lain
23 Saya tidak yakin mampu mempelajari Fisika dengan
baik karena materi termodinamika terlalu sulit untuk
dipahami
24 Saya senang jika menemukan cara saya sendiri saat
mengerjakan soal termodinamika
25 Saya suka jika hasil kerja saya dikritik atau diberi saran
oleh guru dan teman-teman karena menurut saya hal
tersebut termasuk proses belajar

197
Lampiran 6c

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN


PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCAFFOLDING BERBANTUAN IPMLM BERBASIS ANDROID

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas /Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Hukum Termodinamika 1
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 2 JP (1 Pertemuan)
Pertemuan Ke :1

Beri tanda cek (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” untuk setiap aspek yang muncul pada tabel di bawah ini!

Sintaks Guided Keterlaksanaa


Level Kegiatan Pembelajaran
Inqury Jenis Interaksi n Catatan
Scaffolding
Learning Kegiatan Pendahuluan Ya Tidak
Classroom Orientasi
organisastion,  Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka dan
structured task berdoa
dan peer  Guru mengecek kehadiran peserta didik
colaboration  Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca petunjuk
penggunaan media IPMLM
 Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil untuk kegiatan
Environment
diskusi
provision
Motivasi
Guru memberikan gambaran bahwa dengan mempelajari
termodinamika peserta didik akan dapat memahami berbagai
Emotive
fenomena termal dalam kehidupan sehari
feedback
Guru menanyakan apakah siswa pernah melihat perawat mengukur
suhu tubuh yang demam menggunakan termometer dan
menunjukkan animasi cara kerja termometer

198
Apersepsi
 Guru memberikan pertanyaan apersepsi “mengapa skala pada
termometer dapat berubah saat dilekatkan dengan tubuh seseorang
yang sedang demam?”
 Guru menyampaikan bahwa dengan mempelajari Hukum
Termodinamika ke nol, peserta didik akan memahami cara kerja
termometer
Classroom Pemberian Acuan
organisastion  Guru memberitahukan kepada peserta didik materi pelajaran yang
akan dibahas pada pertemuan saat itu.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
 Guru memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung

Looking,
touching, Reviewing:
verbalising  Guru menunjukkan video tentang konsep kesetimbangan termal
(Hukum Termodinamika ke nol)
Telling
Explaining:
 Guru menjelaskan konsep kesetimbangan termal
Explaining
Identifikasi Provision of Restructuring:
,
masalah dan
reviewing, meaningful  Guru menunjukkan animasi proses-proses termodinamika yang
melakukan contexts to terdapat pada IPMLM dan mempersilahkan peserta didik
restructuri
pengamatan abstract mendiskusikan pertanyaan dalam LKPD 1 di dalam kelompok
ng
situations
Students Reviewing:
explaining and  Guru meminta beberapa peserta didik (secara acak) menjelaskan
justifying proses-proses termodinamika berdasarkan animasi
Provision of
meaningful Reviewing:
contexts to

199
abstract  Mempersilahkan peserta didik untuk mengamati video fenomena
situations termodinamika (balon yang diikat pada botol kemudian dimasukkan
ke dalam air panas) pada IPMLM.
Looking, Reviewing:
Mengajukan
touching,  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan
pertanyaan
verbalising pertanyaan berdasarkan video yang sudah ditunjukkan
Telling Explaining:
 Guru mengkonfirmasi penjelasan siswa tentang proses-proses
termodinamika berdasarkan animasi dan menjelaskan Hukum
Termodinamika I berdasarkan video yang sudah ditunjukkan
Merencanakan Looking, Reviewing:
penyelidikan touching,  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
verbalising terkait Hukum Termodinamika I yang dijelaskan guru.
Giving Reviewing:
prompting and  Guru menjawab pertanyaan peserta didik dengan memberikan
probing pertanyaan yang bersifat mendorong dan menyelidik
question
Negotiating Restructuring:
meaning and  Guru menyimpulkan dan mengklarifikasi jawaban dari peserta didik
Re-phrasing lain
Students’ Talk

Parallel Reviewing:
Modelling  Guru memberikan contoh soal kepada peserta didik
Simplifying Restructuring:
problems  Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik dimulai dari soal
yang sederhana sampai yang kompleks
Mengumpulkan Looking, Reviewing:
data/informasi touching,  Guru mempersilahkan peserta didik mencari informasi untuk
atau melakukan verbalising menyelesaikan soal yang sudah disediakan dalam aplikasi PMLM
penyelidikan
Interpreting Restructuring:
Menganalisis data students’s  Guru mempersilahkan dan mendampingi peserta didik mendiskusikan
persoalan tersebut di dalam kelompok

200
Actions and
Talk
Students Reviewing:
Explaining and  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk
Justifying bertanya atau membenarkan atau mengklarifikasi penyelesaian soal
yang sudah dituliskan salah satu peserta didik di papan tulis

Negotiating Restructuring:
meaning and  Guru mengklarifikasi atau menyatakan kembali apa yang disampaikan
Re-phrasing peserta didik.
Students’ Talk
Kegiatan Penutup
Making  Guru mengkonfirmasi pertanyaan peserta didik berdasarkan video
Connections yang sudah diamati pada IPMLM
Developing
Membuat
conceptual
kesimpulan Generating  Guru mengarahkan peserta didik untuk menyimpulkan apa yang sudah
thinking
Conceptual dipelajari
Discourse  Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja
dan kerjasama yang baik

201
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCAFFOLDING BERBANTUAN IPMLM BERBASIS ANDROID

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas /Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Hukum Termodinamika 1
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 2 JP (1 Pertemuan)
Pertemuan Ke :2

Sintaks Guided Kegiatan Pembelajaran Keterlaksanaan


Level Scaffolding Jenis Interaksi Catatan
Inqury Learning
Kegiatan Pendahuluan Ya Tidak
Orientasi
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan salam pembuka dan berdoa
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
Peer
colaboration dan
structured task
3. Guru membagi peserta didik didalam
kelompok
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
Environment membuka LKPD yang sudah tersedia pada
provision IPMLM
Motivasi
5. Guru mengarahkan peserta didik untuk
mengamati gambar termos yang tersedia
Emotive pada IPMLM
feedback Apersepsi
6. Guru menanyakan kepada peserta didik
mengapa air yang disimpan di dalam termos
dapat mempertahankan suhunya.

202
7. Guru menyampaikan bahwa dengan
mempelajari Hukum Termodinamika I,
peserta didik akan memahami cara kerja
termos air
Structured task Pemberian Acuan
8. Guru memberitahukan materi pelajaran
yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
pada pertemuan yang berlangsung
10. Guru memberitahukan tentang kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
11. Guru membagi peserta didik dalam
kelompok praktikum
Kegiatan Inti
Parallel Reviewing:
modelling 12. Guru menunjukkkan animasi tentang
langkah-langkah percobaan
Identifikasi
masalah dan Provision of Restructuring:
melakukan meaningful 13. Guru mempersilahkan peserta didik
pengamatan contexts to mengamati gambar terkait percobaan
abstract (gambar balon yang diletakkan di atas lilin
Explaining, situations menyala dan gambar balon berisi air yang
reviewing, diletakkan di atas lilin menyala) pada LKPD
restructuring yang tersedia di IPMLM.
Looking, Reviewing:
Merumuskan touching, 14. Guru memberikan kesempatan kepada
pertanyaan verbalising peserta didik untuk membuat rumusan
masalah
Merencanakan Looking, Reviewing:
penyelidikan, touching, 15. Guru membimbing peserta didik melakukan
mengumpulkan verbalising dan percobaan
data/informasi Interpreting

203
atau melakukan students’s
penyelidikan Actions and Talk

Looking, Reviewing:
Menganalis data touching, 16. Guru mempersilahkan peserta didik
verbalising mendiskusikan hasil percobaan
Students Reviewing:
Explaining and 17. Guru memberikan kesempatan kepada
Justifying peserta untuk mempresentasikan hasil
percobaan dan hasil diskusi
Giving Reviewing:
prompting and 18. Guru mempersilahkan peserta didik untuk
probing question bertanya terkait percobaan dan guru
menjawab pertanyaan peserta didik dengan
menanyakan pertanyaan yang bersifat
mendorong dan menyelidik
Negotiating Restructuring:
meaning and Re- 19. Guru mengklarifikasi atau menyatakan
Membuat phrasing kembali apa yang disampaikan peserta didik
kesimpulan Students’ Talk
Kegiatan Penutup
Generating
Conceptual
20. Guru mengarahkan siswa untuk
menyimpulkan Hukum Termodinamika I
Discourse
berdasarkan percobaan
Developing 21. Guru memberikan penghargaan kepada
conceptual kelompok yang memiliki kinerja dan
thinking Developing kerjasama yang baik
Representational
Tools 22. Guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membaca materi terkait Hukum
Termodinamika II

204
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCAFFOLDING BERBANTUAN IPMLM BERBASIS ANDROID

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas /Semester : XI/Genap
Materi Pokok : Hukum Termodinamika II
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 2 JP (1 Pertemuan)
Pertemuan Ke :3

Sintaks Kegiatan Pembelajaran Keterlaksanaan


Level
Guided Inqury Jenis Interaksi Ya Tidak Catatan
Scaffolding Kegiatan Pendahuluan
Learning
Orientasi
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka
Peer dan berdoa
colaboration dan 2. Guru mengecek kehadiran peserta didik
structured task 3. Guru membagi peserta didik didalam kelompok
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk membuka LKPD yang
sudah tersedia pada IPMLM
Motivasi
5. Guru mengarahkan peserta didik untuk gambar-gambar
Environmental
provision
tentang mesin-mesin dalam kehidupan sehari-hari seperti
motor, refrigerator dan sebagainya yang tersedia pada
IPMLM
Emotive Apersepsi
feedback 6. Guru menanyakan kepada peserta didik “mengapa motor
membutuhkan bensin? Bagaimana refrigerator mempertahankan
suhunya?”
7. Guru menyampaikan bahwa dengan mempelajari Hukum
Termodinamika II, peserta didik akan memahami cara kerja
motor dan refrigerator serta mesin-mesin lain.

205
Structured task Pemberian Acuan
8. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
10. Guru memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung
11. Guru membagi peserta didik dalam kelompok untuk berdiskusi
Identifikasi Providing
masalah dan meaningful Reviewing:
melakukan contexts 12. Guru menunjukkan animasi motor macet pada IPMLM.
pengamatan
Looking, Reviewing:
Mengajukan touching, 13. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
pertanyaan verbalising merumuskan pertanyaan berdasarkan video yang sudah
ditunjukkan
Merencanaka Students Reviewing and Restructuring:
n Explaining and 14. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
penyelidikan, Explaining, Justifying dan
reviewing,
berdiskusi dalam kelompok tentang cara kerja mesin kalor,
mengumpulk Interpreting mesin pendingin dan mesin carnot.
an restructuring students’s
data/informas Actions and Talk
i atau Simplifying Restructuring:
melakukan problems 15. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik dimulai
penyelidikan dari soal yang sederhana sampai yang kompleks (Peserta
didik mandiri)
Menganalisis Looking, Reviewing:
data touching, 16. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mencari
verbalising informasi untuk pada handout yang sudah disediakan dalam
aplikasi PMLM atau bertanya terkait materi diskusi

206
Students Reviewing:
Explaining and 17. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain
Justifying untuk bertanya atau membenarkan atau mengklarifikasi
penyelesaian soal yang sudah dituliskan salah satu peserta
didik di papan tulis
Giving Reviewing:
prompting and 18. Jika ada peserta didik yang bertanya, guru menjawab dengan
probing question memberikan pertanyaan yang bersifat mendorong dan
menyelidik
Negotiating Restructuring:
meaning and Re- 19. Guru mengklarifikasi atau menyatakan kembali apa yang
phrasing disampaikan peserta didik
Students’ Talk
Kegiatan Penutup
Making 20. Guru mengkonfirmasi pertanyaan peserta didik berdasarkan
Connections video yang sudah diamati peserta didik.
Developing
Membuat
conceptual Generating 21. Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan apa yang
kesimpulan
thinking Conceptual sudah dipelajari. Guru memberikan penghargaan kepada
Discourse kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik

Kupang, 2019
Observer

………………………………

207
LAMPIRAN 7
VALIDASI INSTRUMEN PENILAIAN
a. Pedoman pengembangan instrument penilaian HOTS
b. Lembar validasi instrumen penilaian HOTS
c. Lembar validasi instrumen penilaian self efficacy
d. Lembar validasi instrumen penilaian kelayakan media IPMLM
oleh ahli media
e. Lembar validasi instrumen penilaian kelayakan media IPMLM
oleh ahli materi
f. Lembar validasi observasi keterlaksanaan RPP
g. Lembar validasi angket respon peserta didik
h. Lembar validasi angket respon guru

208
Lampiran 7a

PEDOMAN PENGEMBANGAN SOAL HOTS

Pedoman pengembangan soal HOTS mengacu pada silabus, analisis kurikulum, analisis materi,
jenjang HOTS Krathwol and Anderson (2004), serta pada Modul Penyusunan Soal HOTS yang
diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2017. Adapun uraiannya sebagai berikut:
A. Pengertian Soal HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks
asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan
informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun
demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak
sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,
memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan
(discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh
Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi
(evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur
kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS,
hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada
Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja
‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan
didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta
didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan
C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

209
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar
untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat
kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi
informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat
di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS.
B. Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas.
Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini
dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan),
menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian,
jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah
(problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative
thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia
modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari
berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak
sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah
kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi,
tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking

210
skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran
yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses
pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep
pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk
membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari,
dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini
terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk
pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan
(interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan
(discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah
nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi
konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
3. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang
lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh
guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif.Artinya hasil penilaian yang
dilakukan oleh guru dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan

211
yang sesungguhnya.Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas
penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi
nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).Pilihan
jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban
yang benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai
bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban),
umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta
untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-
konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan logika/penalaran.
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang
lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda
kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik
diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik
diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut
terkait antara satu dengan yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar
diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan yang terpola
sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi
jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian
singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut:
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal,
dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka,
simbol, tempat, atau waktu.
3) Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
4) Jawaban singkat atau pendek

212
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata,
kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat adalah
sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat;
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif
sama;
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab
akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis dibuku.
5) Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah
diberikan skor 0.
d. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri
dalam bentuk tertulis.
Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang
ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman
dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan
kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang
ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam
rumusan soalnya.
Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya
ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu
mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.
Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman
penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik diberi skor
1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal kemungkinan banyaknya kata
kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih dari satu. Sehingga skor untuk sebuah
soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci
yang dijawab benar oleh peserta didik.

213
Lampiran 7b

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN PENILAIAN HOTS

Bapak/Ibu yang terhormat,

Tanpa mengurangi rasa hormat, saya memohon bantuan Bapak/ Ibu untuk mengisi lembar
penilaian ini. Lembar penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
sebagai ahli mata pelajaran fisika mengenai butir soal sebagai instrumen penilaian kelayakan
soal HOTS Physics Mobile Learning Media (PMLM) pada materi Termodinamika Penilaian,
pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas soal ini.

A. Petunjuk Pengisian
1. Bapak/Ibu di mohon memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang tersedia dengan
memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang memenuhi aspek dan memberikan
tanda “X” pada pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
2. Pada kolom keputusan validator, Bapak/Ibu dimohon memberikan pendapat dari setiap butir
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu skala yang
berisi skala [1], [2], [3], dan [4] sebagai kesimpulan awal tiap butir pernyataan yang
memenuhi aspek.
Keterangan dari keempat skala pada kolom keputusan validator adalah sebagai berikut:
[4] = jika 19 butir pernyataan terpenuhi
[3] = jika 14 butir pertanyaan terpenuhi
[2] = jika 9 butir pernyataan terpenuhi
[1] = jika kurang dari 5 pernyataan saja terpenuhi
3. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar yang
telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

214
Butir Soal Ke
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kesesuaian dengan indikator
1 Butir soal sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2 Butir soal sesuai dengan indikator
HOTS (menganalisis dan
mengevaluasi)
3 Butir soal sesuai dengan tujuan
pengukuran
Konstruksi
4 Petunjuk pengerjaan soal disajikan
dengan jelas
5 Butir soal dirumuskan dengan jelas dan
lugas
6 Butir soal tidak mengandung
pertanyaan negatif
7 Panjang kalimat setiap pilihan jawaban
relatif sama
8 Pilihan jawaban homogeny
9 Hanya terdapat satu pilihan jawaban
yang benar
10 Pilihan jawaban dalam bentuk angka
sudah diurutkan
11 Setiap butir soal tidak tergantung satu
sama lain
12 Tabel, gambar, diagram dan sejenisnya
disajikan dengan jelas dan berfungsi
Bahasa
13 Rumusan kalimat dalam butir soal
sudah komunikatif

215
14 Butir pernyataan sesuai dengan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
15 Rumusan kalimat dalam butir soal tidak
menimbulkan penafsiran ganda
16 Pemilihan kata dan bahasa dalam butir
soal sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik SMA
17 Rumusan kalimat dalam butir soal
menggunakan bahasa atau kata-kata
yang umum
19 Rumusan kalimat dalam butir soal tidak
bias terhadap ras, etnis, atau gender
tertentu
[4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4]
[3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3]
Keputusan Validator
[2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2]
[1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1]

216
Butir Soal Ke
No Aspek yang dinilai
16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kesesuaian dengan Indikator
1 Butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran
2 Butir soal sesuai dengan indikator HOTS (menganalisis dan
mengevaluasi)
3 Butir soal sesuai dengan tujuan pengukuran
Aspek Konstruksi
4 Petunjuk pengerjaan soal disajikan dengan jelas
5 Butir soal dirumuskan dengan jelas dan lugas
6 Butir soal tidak mengandung pertanyaan negatif
7 Panjang kalimat setiap pilihan jawaban relatif sama
8 Pilihan jawaban homogen
9 Hanya terdapat satu pilihan jawaban yang benar
10 Pilihan jawaban dalam bentuk angka sudah diurutkan
11 Setiap butir soal tidak tergantung satu sama lain
12 Tabel, gambar, diagram dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan
berfungsi

Aspek Bahasa
13 Rumusan kalimat dalam butir soal sudah komunikatif
14 Butir pernyataan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
15 Rumusan kalimat dalam butir soal tidak menimbulkan penafsiran
ganda
16 Pemilihan kata dan bahasa dalam butir soal sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik SMA

217
17 Rumusan kalimat dalam butir soal menggunakan bahasa atau kata-
kata yang umum
18 Rumusan kalimat dalam butir soal tidak menggunakan Bahasa
daerah setempat
19 Rumusan kalimat dalam butir soal tidak bias terhadap ras, etnis, atau
gender tertentu
[4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4]
[3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3]
Keputusan Validator
[2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2]
[1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1]

218
B. Komentar Umum Dan Saran Perbaikan

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

C. Kesimpulan
Instrumen penilaian ini dinyatakan *)
1. Layak digunakan dengan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
3. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, November 2018

Validator

(............................................)
NIP.

219
Lampiran 7c

LEMBAR VALIDASI ANGKET SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

A. Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli
mata pelajaran fisika mengenai butir pernyataan sebagai instrumen penilaian kelayakan
kuisioner self efficacy peserta didik pada materi termodinamika.
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas kuisioner ini. Sehubungan dengan hal itu,
dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang tersedia dengan
memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang memenuhi aspek dan memberikan
tanda “X” pada pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
3. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.
Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

220
No. Aspek yang Kriteria Penilaian Ya Tidak
dinilai
1. 1. Butir pernyataan sesuai dengan rumusan
Kesesuaian indikator self efficacy
dengan indikator 2. Butir pernyataan sesuai dengan pilihan
jawaban
2 3. Petunjuk cara menilai pada kuisioner self
efficacy sudah jelas
Konstruksi 4. Pernyataan yang disajikan jelas dan lugas
5. Rumusan pernyataan memuat indikator
yang dapat diamati
3 6. Butir pernyataan sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
7. Rumusan kalimat dalam butir pernyataan
sudah komunikatif
8. Rumusan kalimat dalam butir pernyataan
tidak menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian
9. Pemilihan kata dan bahasa dalam butir
pernyataan sesuai dengan tingkat
Bahasa perkembangan peserta didik SMA
10. Rumusan kalimat dalam butir pernyataan
menggunakan bahasa atau kata-kata yang
umum
11. Rumusan kalimat dalam butir pernyataan
tidak menggunakan bahasa daerah setempat
12. Rumusan kalimat dalam butir pernyataan
tidak bias terhadap ras, etnis, atau gender
tertentu

B. Komentar Umum Dan Saran Perbaikan

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

………………………………………………………………………………........................

221
C. Kesimpulan
Instrumen penilaian ini dinyatakan *)
a. Layak digunakan dengan tanpa revisi
b. Layak digunakan dengan revisi sesuai saran
c. Tidak layak digunakan
*)Lingkari salah satu pada nomor

Yogyakarta, Desember 2018

Validator

(............................................)

NIP.

222
Lampiran 7d

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA OLEH


AHLI MEDIA

Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi bermaksud untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli mata
pelajaran fisika mengenai lembar penilaian media oleh ahli media dalam pembelajaran
fisika menggunakan interactive physics mobile learning media dengan pendekatan
scaffolding
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas lembar penilaian media pembelajaran ini.
Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda “ ” pada pernyataan yang
memenuhi aspek dan memberikan tanda “X” atau “ – “ pada pernyataan yang tidak
memenuhi aspek.
3. Pada kolom keputusan validator, Bapak/Ibu dimohon memberikan pendapat dari setiap
butir pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda “ ” pada salah satu skala yang
berisi skala [1], [2], [3], dan [4] sebagai kesimpulan awal tiap butir pernyataan yang
memenuhi aspek. Keterangan dari keempat skala pada kolom keputusan validator adalah
sebagai berikut:
[4] = jika semua butir (38 butir) pernyataan memenuhi kriteria
[3] = jika lebih dari 17-28 butir pernyataan memenuhi kriteria
[2] = Jika lebih dari 9-16 pernyataan memenuhi kriteria
[1] = Jika hanya kurang dari 9 butir pertanyaan saja yang memenuhi kriteria
4. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

223
Soal Nomor
Aspek Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pokok pernyataan dirumuskan dengan
jelas
Pernyataan dikelompokkan sesuai
Konstruk
dengan aspeknya
si
Penulisan pernyataan sesuai Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
Pernyataan merujuk pada kisi-kisi
lembar penilaian media
Pernyataan sesuai dengan indikator
yang ada
Isi
Pernyataan pada lembar penilaian media
mudah untuk dipahami
Isi pernyataan sudah menyatakan respon
dari dosen ahli
Bahasa yang digunakan baku
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Bahasa
Kalimat yang digunakan tidak memiliki
makna ganda
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Keputusan Validator
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

224
Soal Nomor
Aspek Indikator
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Pokok pernyataan
dirumuskan dengan jelas
Pernyataan
dikelompokkan sesuai
Konstruksi dengan aspeknya
Penulisan pernyataan
sesuai Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
Pernyataan merujuk pada
kisi-kisi lembar penilaian
media
Pernyataan sesuai dengan
indikator yang ada
Isi Pernyataan pada lembar
penilaian media mudah
untuk dipahami
Isi pernyataan sudah
menyatakan respon dari
dosen ahli

225
Bahasa yang digunakan
baku
Menggunakan bahasa yang
Bahasa komunikatif
Kalimat yang digunakan
tidak memiliki makna
ganda
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Keputusan Validator
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

226
Kritik, saran, dan komentar terkait dengan lembar penilaian media oleh dosen ahli:

...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

Kesimpulan
Lembar penilaian media oleh dosen ahli instrumen dinyatakan:
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan
*Lingkari salah satu nomor yang sesuai dengan kesimpulan Anda.

Yogyakarta, Desember 2018


Validator

( )
NIP:

227
Lampiran 7e

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA OLEH


AHLI MATERI

Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi bermaksud untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli mata
pelajaran fisika mengenai lembar penilaian media oleh ahli media dalam pembelajaran
fisika menggunakan interactive physics mobile learning media dengan pendekatan
scaffolding
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas lembar penilaian media pembelajaran ini.
Sehubungan dengan hal itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap
pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda “ ” pada pernyataan yang
memenuhi aspek dan memberikan tanda “X” atau “ – “ pada pernyataan yang tidak
memenuhi aspek.
3. Pada kolom keputusan validator, Bapak/Ibu dimohon memberikan pendapat dari setiap
butir pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda “ ” pada salah satu skala yang
berisi skala [1], [2], [3], dan [4] sebagai kesimpulan awal tiap butir pernyataan yang
memenuhi aspek. Keterangan dari keempat skala pada kolom keputusan validator adalah
sebagai berikut:
[4] = jika semua butir (24 butir) pernyataan memenuhi kriteria
[3] = jika 18-23 butir pernyataan memenuhi kriteria
[2] = jika lebih dari 12-17 pernyataan memenuhi kriteria
[1] = jika kurang dari 12 butir pernyataan saja yang memenuhi kriteria
4. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

228
Soal Nomor
Aspek Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pokok pernyataan dirumuskan dengan jelas
Pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspeknya
Konstruksi
Penulisan pernyataan sesuai Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pernyataan merujuk pada kisi-kisi lembar penilaian
media
Pernyataan sesuai dengan indikator yang ada
Isi Pernyataan pada lembar penilaian media mudah untuk
dipahami
Isi pernyataan sudah menyatakan respon dari dosen
ahli
Bahasa yang digunakan baku
Bahasa Menggunakan bahasa yang komunikatif
Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna ganda
[4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4]
[3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3]
Keputusan Validator
[2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2]
[1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1]

229
Soal Nomor
Aspek Indikator
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 33 34
Pokok pernyataan dirumuskan dengan jelas
Pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspeknya
Konstruksi
Penulisan pernyataan sesuai Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pernyataan merujuk pada kisi-kisi lembar penilaian
media
Pernyataan sesuai dengan indikator yang ada
Isi Pernyataan pada lembar penilaian media mudah untuk
dipahami
Isi pernyataan sudah menyatakan respon dari dosen
ahli
Bahasa yang digunakan baku
Bahasa Menggunakan bahasa yang komunikatif
Kalimat yang digunakan tidak memiliki makna ganda
[4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4] [4]
[3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3]
Keputusan Validator
[2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2] [2]
[1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1]

230
Kritik, saran, dan komentar terkait dengan lembar penilaian media oleh dosen ahli:

...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

Kesimpulan
Lembar penilaian media oleh dosen ahli instrumen dinyatakan:
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan
*Lingkari salah satu nomor yang sesuai dengan kesimpulan Anda.

Yogyakarta, Desember 2018


Validator

( )
NIP:

231
Lampiran 7f

LEMBAR VALIDASI LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN


PEMBELAJARAN

Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli
mata pelajaran fisika mengenai butir pernyataan pada lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran pada materi termodinamika.
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas instrumen ini. Sehubungan dengan hal
itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang tersedia
dengan memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang memenuhi aspek dan
memberikan tanda “X” pada pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
3. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

232
Penilaian
No Aspek yang Dinilai Komentar
YA TIDAK
Isi
1 Pernyataan sesuai dengan indikator
keterlaksanaan RPP
2 Pernyataan tidak ambigu
Bahasa
3 Isi materi sesuai
4 Bahasa yang digunakan sesuai dengan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
5 Kata dan istilah yang digunakan berlaku
secara umum
Skor total

233
Kesimpulan
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen ahli instrumen dinyatakan:
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

Lingkari salah satu nomor yang sesuai dengan kesimpulan Anda.

Yogyakarta, Desember 2018


Validator

( )
NIP:

234
Lampiran 7g

LEMBAR VALIDASI ANGKET RESPON SISWA TERHADAP IPMLM

Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli
instrumen mengenai butir pernyataan pada angket respon siswa terhadap IPMLM yang
dikembangkan
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kuisioner ini. Sehubungan dengan hal
itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang tersedia
dengan memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang memenuhi aspek dan
memberikan tanda “X” pada pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
3. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

235
Penilaian
No Aspek yang Dinilai Komentar
YA TIDAK
1 Pernyataan sesuai dengan aspek yang
direspon
2 Batasan pernyataan jelas sehingga tidak
ambigu
3 Tata bahasa yang digunakan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
4 Struktur kalimat sederhana
5 Kalimat pada pernyataan angket jelas
6 Bahasa yang digunakan sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik
Skor total

Kesimpulan
Angket respon siswa terhadap media oleh dosen ahli dinyatakan:
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

Lingkari salah satu nomor yang sesuai dengan kesimpulan Anda.

Yogyakarta, Desember 2018


Validator

( )
NIP:

236
Lampiran 7h

LEMBAR VALIDASI ANGKET RESPON GURU TERHADAP IPMLM

Petunjuk Pengisian

1. Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu sebagai ahli
instrumen mengenai butir pernyataan pada angket respon guru terhadap IPMLM yang
dikembangkan
2. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kuisioner ini. Sehubungan dengan hal
itu, dimohon Bapak/Ibu memberikan pendapat dari setiap pernyataan yang tersedia
dengan memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang memenuhi aspek dan
memberikan tanda “X” pada pernyataan yang tidak memenuhi aspek.
3. Penilaian, pendapat, kritik, saran, dan komentar Bapak/Ibu mohon ditulis pada lembar
yang telah disediakan atau menuliskan secara langsung pada naskah yang direvisi.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini, saya ucapkan terima kasih.

237
Penilaian
No Aspek yang Dinilai Komentar
YA TIDAK
1 Pernyataan sesuai dengan aspek yang
direspon
2 Batasan pernyataan jelas sehingga tidak
ambigu
3 Tata bahasa yang digunakan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
4 Struktur kalimat sederhana
5 Kalimat pada pernyataan angket jelas
6 Struktur kalimat komunikatif
Skor total

Kesimpulan
Angket respon guru terhadap media oleh dosen ahli instrumen dinyatakan:
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

Lingkari salah satu nomor yang sesuai dengan kesimpulan Anda.

Yogyakarta, Desember 2018


Validator

( )
NIP:

238

Anda mungkin juga menyukai