BDS 2 Case 3
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas tutorial yang diberi oleh
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
Laporan ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada sebagai tutor
drg. Ayu Trisna Hayati, Sp.KG dan drg. H Moch. Rodian, M.Kes sebagai
koordinator blok BDS 2 serta semua pihak yang turut membantu pembuatan
mengharapkan kritik dan saran dari pembahas untuk kemajuan makalah ini di
masa mendatang.
kelainan struktur gigi sehingga dapat diaplikasikan pada pembelajaran yang ada di
FKG Unpad.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Kasus 1......................................................................................................1
1.1.1 Terminology.......................................................................................2
1.1.2 Problem..............................................................................................2
1.1.3 Hypotesis............................................................................................2
1.1.4 Mechanism.........................................................................................3
1.1.5 I don’t Know......................................................................................3
1.1.6 Learning Issue....................................................................................3
1.2 Kasus Lanjutan..........................................................................................4
1.2.1 Learning Issue....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Nomenklatur Gigi......................................................................................5
2.1.1 Federation Dentaire Internationale (FDI System)..............................5
2.1.2 Sistem Zsigmondy Palmer.................................................................5
2.1.3 Sistem Universal................................................................................6
2.1.4 Sistem Viktor Haderup......................................................................7
2.2 Anatomi dan Morfologi Gigi Susu Posterior Rahang Atas.......................8
2.2.1 Molar 1 Gigi Susu..............................................................................8
2.2.2 Molar 2 Gigi Susu............................................................................13
2.3 Anatomi dan Morfologi Gigi Permanen Posterior Rahang Atas.............18
2.3.1 Premolar 1 Gigi Permanen...............................................................18
2.3.2 Premolar 2 Gigi Permanen...............................................................21
2.3.3 Molar 1 Gigi Permanen....................................................................27
ii
2.3.4 Molar 2 Gigi Permanen....................................................................30
2.3.5 Molar 3 Gigi Permanen....................................................................33
2.4 Struktur Gigi............................................................................................36
2.4.1 Struktur Gigi Susu............................................................................36
2.4.2 Struktur Gigi Permanen...................................................................41
2.5 Resorbsi Gigi...........................................................................................45
2.6 Pewarnaan Gigi.......................................................................................46
2.7 Kelainan Struktur Gigi............................................................................50
2.8 Erosi Gigi................................................................................................59
BAB 3 PEMBAHASAN.....................................................................................65
BAB 4 KESIMPULAN.......................................................................................67
Daftar Pustaka........................................................................................................68
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Kasus 1
Pada saat anda bertugas sebagai dokter gigi muda di RSGM UNPAD,
seorang anak perempuan berumur 10 tahun bernama Emy datang diantar ibunya
dengan keluhan gigi rahang atas sebelah kanan dan kiri terasa linu jika meminum
air dingin. Keluhan ini sudah berlangsung beberapa lama tetapi tidak terlalu
mengganggu dan selalu hilang timbul sehingga ibu anak merasa tidak perlu
membawanya ke dokter gigi. Sejak anak berusia 6 tahun keluhan ini pernah
timbul tetapi tidak terlalu lama berlangsung dan ketika diperiksa ke dokter gigi
tidak ditemukan adanya lubang, dokter gigi hanya mengoleskan cairan saja pada
permukaan gigi yang dikatanya sebagai pencegah rasa linu pada gigi. Akhir-akhir
ini keluhan linu pada gigi-gigi tersebut lebih sering timbul dan kelangsungannya
lebih lama. Menurut ibu anak, sejak usia 5 tahun anak memperlihatkan gejala
sering muntah secara spontan yang diduga karena adanya kelainan saluran
pencernaan.
berwarna kuning
Permukaan oklusal beberapa gigi terlihat datar tanpa terlihat lagi fisur gigi
1
1.1.1 Terminology
- Bonjol (cups): tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan gigi
- Fisur gigi: suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan
1.1.2 Problem
1. Gigi rahang atas posterior bagian kanan dan kiri terasa linu jika
1.1.3 Hypotesis
1. Gigi rahang atas posterior bagian kanan dan kiri terasa linu jika
2
1.1.4 Mechanism
Muntah spontan
Gigi 17,16,55,54,64,65,26,27
Kuning
\ Erosi gigi
-Fungsi
-Tipe/jenis
-Cara penulisan
3
2. Anatomi dan morfologi gigi susu dan permanen rahang atas posterior
- Karkteristik:
-Struktur
3. Erosi gigi
-Definisi
-Etiologi
-SS
pemeriksaan intra oral, dokter gigi yang bertugas menetapkan Emy menderita
erosi gigi akibat zat kimia yang dikeluarkan dari dalam saluran pencernaan saat
dia mengalami muntah spontan. Dokter gigi mengatakan kepada ibu Emy banyak
kelainan struktur gigi akibat berbagai faktor, salah satunya adalah kelainan
struktur gigi yang diderita oleh Emy masih dapat dipertahankan melalui berbagai
Emy kepada dokter gigi ahlinya agar gigi Emy dapat digunakan kembali tanpa
keluhan.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
menunjukkan kuadran dan angka kedua menunjukkan gigi pada kuadran tersebut.
Gigi dewasa dinomori dengan angka 1 – 8, dan gigi sulung menggunakan angka
romawi I – V dari garis medial. Lalu Palmer merubah angka romawi menjadi
penyebutan.
5
Sistem Zsigmondy menggunakan simbol ┘└ ┐┌ yang menunjukkan
kuadran gii dan nomor atau huruf yang menunjukkan gigi yang dimaksud.
Gigi Permanen
8 7 6 5 4 3 2
└ └ └ └ └ └ └ └8
1
┘
┘ ┘ ┘ ┘ ┘ ┘ ┘ 1 2 3 4 5 6 7
8 7 6 5 4 3 2 ┌ ┌ ┌ ┌ ┌ ┌ ┌ ┌
┐
┐ ┐ ┐ ┐ ┐ ┐ ┐ 1
1 2 3 4
8
5 6 7
Gigi Sulung
E D C B
└ └ └ └ └
A
┘
┘ ┘ ┘ ┘ A B C D E
E D C B ┌ ┌ ┌ ┌ ┌
┐
┐ ┐ ┐ ┐ A
A B C D E
6
2.1.3 Sistem Universal
untuk setiap gigi susu yang ada: Contohnya untuk gigi – gigi di maksila, dimulai
dari molar dua kanan, dari huruf A sampai huruf J, dan untuk gigi – gigi
mandibula, dari huruf K sampai huruf T, dimulai dari gigi molar dua kiri
mandibula. Penamaan gigi geligi susu dalam sistem universal adalah sebagai
berikut:
Dalam sistem penamaan universal untuk gigi permanen, penomoran gigi – gigi di
maksila dimulai dari nomor 1 sampai 16, dimulai dengan gigi molar tiga. Untuk
yang mandibula, dimulai dari molar tiga kiri, penomoran dimulai dari nomor 17
sampai 32. Jadi, molar satu kanan maksila disebut 3, insisiv sentral kiri maksila
disebut 9, dan molar satu kanan mandibula disebut 30. Berikut adalah penomoran
7
2.1.4 Sistem Viktor Haderup
Viktor Haderup dari Denmark pada tahun 1891 merancang sebuah variasi
dari sistem kuadran 8 gigi di mana tanda plus (+) dan minus (−) digunakan untuk
membedakan antara kuadran atas dan bawah dan antara kuadran kanan dan kiri;
dengan kata lain, +1 berarti insisiv sentral kanan atas dan 1− berarti insisiv sentral
kanan bawah. Penomoran gigi susu adalah sebagaai berikut: kanan atas, 05+
sampai 01+; kiri bawah, −01 sampai −05. Sistem ini masih dipakai di Denmark.
daripada M1 permanen.
a. Aspek Buccal
8
Ukuran mahkota terbesar pada titik kontak mesio distal.
groove
Terlihat 3 akar yang panjang, ramping, dan kuat dimana akar distobuccal
b. Aspek Palatal
9
Outline sama seperti pada aspek buccal.
merupakan cusp yang paling tajam dan paling panjang kedua sedangkan
mesiobuccal merupakan cusp yang paling panjang dan paling tajam kedua)
distolingual cusp.
Terlihat 3 akar dimana akar palatal lebih besar daripada akar lainnya
c. Aspek Mesial
10
Sepertiga cervical arah bucco-lingual lebih besar daripada daripada
sepertiga occlusal
mesiobuccal cusp
Pada aspek ini terlihat akar mesiobuccal dan palatal, sedangkan akar
d. Aspek Distal
11
Mahkota gigi mengecil dari mesial ke arah distal (permukaan mesial lebih
Distobuccal cusp lebih panjang dan tajam daripada disto lingual cusp
Terlihat tiga akar tetapi akar mesiobuccal terhalang oleh akar distobuccal
e. Aspek Occlusal
12
Jarak mesiobuccal ke distobuccal lebih besar daripada jarak mesiopalatal
lingual)
Terdapat tiga fossa, yaitu mesial triangular fossa yang lebar dan dalam,
central fossa yang berukuran medium, dan distal triangular fossa yang
kecil
Setiap fossa memiliki pit yaitu mesial, central, dan distal pit
distobuccal cusp
developmental groove
13
2.2.2 Molar 2 Gigi Susu
Gigi molar dua decidui maksila dibentuk diatas mahkota dari premolar
kedua yang sedang berkembang dibawahnya dan ketika berumur 6 tahun, gigi
molar dua decidui maksila terletak di bagian mesial pada gigi molar pertama
permanen. Dapat dikatakan jika gigi molar dua decidui maksila adalah tempat dari
gigi premolar kedua yang nantinya akan tumbuh setelah gigi molar dua decidui
maksila ekstraksi.
14
Morfologi molar dua decidui maksila:
Kedua gigi molar dua decidui maksila dan mandibula mempunyai bentuk
yang menyerupai gigi permanen molar pertama yang erupsi pada bagian distalnya.
Pada gigi molar dua decidui maksila memiliki 4 cusp dan juga memiliki carabelli
sama seperti pada gigi permanen molar pertama. Gigi molar dua decidui maksila
terlihat pada ukurannya yang jauh lebih kecil daripada gigi permanen molar
pertama serta akar dari gigi molar dua decidui maksila juga lebih lebar jaraknya.
Untuk lebih lengkapnya, ciri-ciri dari gigi molar dua decidui maksila akan
a. Buccal Aspect
Sama seperti pada gigi permanen molar satu maksila, hanya saja lebih
kecil
15
Kedua cusp buccal terlihat hampir sama tingginya dan terlihat lebih jelas
Mahkotanya jauh lebih besar daripada gigi molar satu decidui maksila
Dari segi akar, akar pada gigi molar dua decidui maksila terlihat lebih
Titik bifurkasi antara buccal roots lebih dekat dengan garis servikal
mahkotanya
b. Lingual Aspect
Ada mesiolingual cusp yang besar dan distolingual cusp yang terlihat lebih
jelas daripada di gigi molar satu decidui maksila yang kedua cusp ini
mesiolingual cusp
16
Ketiga akar terlihat dari aspek ini. Akar pada lingual lebih besar dan tebal
c. Mesial Aspect
17
d. Distal Aspect
e. Occlusal Aspect
ketupat
Adanya sentral fossa dan mesial triangular fossa yang dihubungkan oleh
central groove
cusp
18
2.3 Anatomi dan Morfologi Gigi Permanen Posterior Rahang Atas
Gambaran umum :
- Mempunyai dua akar. Bila hanya terdapat satu akar, saluran akarnya tetap
ada dua.
a. Aspek Buccal
- Cervical line tidak begitu melengkung dan puncaknya tepat di tengah akar
- Lereng mesial lebih lurus dan lebih panjang daripada lereng distal
- Terdapat puncak buccal cusp yang lebih ke arah distal dan agak tajam
- Outline mesial tampak cekung mulai dari cervical sampai mesial kontak
area dan cembung pada titik kontak sampai puncak buccal cusp
- Jarak kontak area antara bagian distal dan mesial lebih dekat daripada gigi
anterior
19
- Terdapat buccal ridge yang merupakan perpanjangan dari puncak buccal
cusp
- Akar 3 atau 4 mm lebih pendek dari panjang akar gigi kaninus maxilla
b. Aspek Palatal
- Palatinal cusp lebih kecil daripada buccal cusp dan tampak membulat
c. Aspek Mesial
- Jarak dua puncak cusp lebih pendek daripada jarak buccopalatal daerah
cervical
20
- Outline buccal melengkung sampai di cervical line dan puncak
middle
- Ada depresi di bawah titik kontak yang memanjang sampai bifurkasi akar
dengan depresi
- Akar buccal lurus, tapi cenderung ke arah lingual pada bagian apeksnya
d. Aspek Distal
e. Aspek Occlusal
21
- Tampak mesiobuccal, mesial, mesiolingual, distobuccal, distal, dan
distolingual
- Terdapat mesio palatal cusp ridge dan disto palatal cusp ridge
- Terdapat disto buccal cusp ridge dan mesio buccal cusp ridge
developmental groove
22
2.3.2 Premolar 2 Gigi Permanen
Pada lengkung maksila terdapat empat buah gigi premolar dan pada
masing- masing kuadran terdapat dua buah gigi yaitu gigi premolar pertama (P1)
dan premolar kedua (P2). Pada maksila, kedua gigi tersebut hampir memiliki
struktur yang sama jika dibandingkan dengan gigi premolar mandibula. Gigi
premolar pertama pada maksila lebih lebar dibandingkan gigi premolar kedua jika
dilihat dari aspek bukal. Dan keduanya sama-sama memiliki mahkota dengan
arah bukolingual dan lebih menyempit ke arah mesiodistal. Gigi premolar pada
maksila memiliki dua cusp yaitu cusp palatal dan cusp bukal dengan ukuran yang
hampir sama. Gigi premolar maksila menggantikan posisi gigi molar sulung
yaitu :
Kalsifikasi : 2- 2¼ tahun
a. Aspek Buccal
23
- Bukal cusp pendek dan tumpul
b. Aspek Palatal
cusp
c. Aspek Proksimal
cusp
24
- Depression/cekungan hanya pada akar
d. Aspek Oklusal
Ada beberapa ciri atau struktur untuk membedakan gigi premolar kiri dan
kanan yaitu :
a. Aspek Buccal
25
Cusp depression pada bagian distal
Distal cusp ridge lebih panjang/ mesial cusp ridge lebih pendek
Titik kontak mesial terletak lebih oklusal dibandingkan titik kontak
distal
b. Aspek Proksimal
Root depression di bagian distal
Akar melengkung ke arah distal
Distal marginal ridge lebih ke servikal jika dibandingkan dengan
bagian mesialna.
Lebih luas bagian mesial cervical line curvature disbanding distal
cervical line curvature
c. Aspek Palatal
26
Mesial cusp ridge lebih pendek dibandingkan distal cusp ridge
Cusp bukal dan cusp lingual memiliki tinggi yang hampir sama
d. Aspek Oklusal
Titik kontak mesial lebih ke buccal
Lingual cusp tip mesial to center for both
Kurva distal marginal ridge lebih panjang disbanding mesial
27
2.3.3 Molar 1 Gigi Permanen
a. Aspek Buccal
distopalatal
b. Aspek Palatal
Carabelli)
28
- Terlihat tiga akar dengan akar lingual yang terlihat lurus dan
sedikit
c. Aspek Mesial
29
d. Aspek Distal
mesiopalatal
sebagian)
e. Aspek Oklusal
30
Mesiotriangular fossa : berjalan dari arah distal ke mesial
marginal ridge
marginal ridge
buccal
mesiopalatal
a. Aspek Buccal
Dari aspek ini terlihat 4 cusp. Cusp terbesar adalah mesiopalatinal cusp
31
diikuti mesiobuccal cusp, distobuccal cusp, dan distopalatinal cusp. Lalu
terbesar di gigi M2 ini. Akar M2 terlihat lebih dekat jarak antara akarnya,
kurang melengkung, lebih hampir parallel, dan dengan root trunk yang
lebih panjang.
b. Aspek Palatal
Dari aspek palatal ini, ukuran gigi terlihat lebih kecil dibandingkan
carabelli atau tubercle of carabelli seperti gigi M1 rahang atas. Akar yang
terpanjang yaitu akar palatal tidak terlihat melengkung dari aspek ini,
c. Aspek Mesial
Aspek mesial ini memiliki garis cervical line yang lebih cekung ke arah
d. Aspek Distal
32
Terlihat semua cusp dari aspek ini. Apex akar palatinal terletak
satu garis dengan distopalatinal cusp. Cervical line di aspek ini terlihat
lebih datar dan aspekini lebih pendek dibandingkan dengan aspek mesial.
e. Aspek Oklusal
molar 1 rahang atas. Tidak terdapat crista ransversa atau transverse ridge
seperti pada molar 1 rahang atas. Bagian mesial lebih lebar dibandingkan
fossa, dan central fossa. Central fossa merupaan fossa terbesar. Mesial
triangular fossa terletak distal dari mesial marginal ridge. Lalu, terdapat 5
grooves mayor yaitu central groove, buccal groove, distal oblique groove,
33
2.3.5 Molar 3 Gigi Permanen
ridge.
a. Aspek Buccal
dibanding M2.
dibanding M2.
cervicoapicalnya pendek.
b. Aspek Palatinal
34
Hanya terlihat 1 cusp palatinal besar, karena itu tidak
c. Aspek Mesial
yang panjang.
cenderung buruk.
35
d. Aspek Distal
M2.
e. Aspek Oklusal
Untuk tipe seperti ini ada 3 cusp yang terlihat, 2 buccal dan
1 palatinal.
36
2.4 Struktur Gigi
1. Email
Email adalah jaringan yang paling keras, paling kuat, oleh karena itu ia
waktu pengunyahan. Jadi bila email sekali saja rusak harus ditambal karena tidak
Komposisi:
Anorganik 86%
Air 12%
- Ca 37%
37
- Mg 0.5%
- CO3 3.5%
- Na 0.5%
- PO4 55.5%
Garam mineral yang hadir terutama dalam bentuk hidroksiapatit dengan formula
karbohidrat, sitrat, dan lemak. Kristal hidroksiapatit yang terkandung dalam email
gigi dapat berubah menjadi kristal kalsium fluorapatit karena terlepasnya gugus
OH- dan disubstitusi oleh gugus F- apabila email gigi terpapar makanan, minuman,
2. Dentin
(tubulus dentin) yang sangat halus, yang berjalan mulai dari batas rongga pulpa
sampai ke batas email dan semen. Pembuluh- pembuluh ini mengandung serabut
yang merupakan kelanjutan dari sel-sel odontoblast yang terdapat pada perbatasan
rongga pulpa. Guna sel-sel ini untuk melanjutkan rangsangan yang terdapat dalam
rangsangan ini mula-mula diterima oel email kemudian dentin dengan melalui
38
tubula dentin dan serabut-serabut yang merupakan kelanjutan dari sel-sel
pulpa.
Komposisi:
Anorganik 70%
Organik 18%
Air 12%
Struktur mikroskopik:
1. Tubulus dentin
3. Odontoblas
3. Pulpa
2. Atap pulpa
39
3. Ruang pulpa : rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona
5. Saluran pulpa : rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi.
6. Saluran tambahan
7. Foramen apical : ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks, akar berupa suatu
lubang kecil.
4. Sementum
sama seperti tulang kompak, tetapi avaskuler dan tidak mengalami resorpsi dan
remodelling, mengalami aposisi – makin tua umur makin tebal lapisan semen.
Komposisi :
Anorganik 65 %
Organik 23%
Air 12%
40
Perbedaan Struktur Gigi Decidui dan Permanen
1. Bagian enamel gigi decidui lebih tipis daripada gigi permanen. Hal ini
Nasmyth, yaitu merupakan gabungan dari primary enamel cuticle yang dibentuk
ameloblast sebelum erupsi dan secondary enamel cuticle yang dibentuk oleh
reduced enamel epithelium (lapisan sel-sel kubis sisa dari enamel organ) pada
waktu erupsi. Membrane dari Nasmyth ini akan hilang karena dignakan untuk
mengunyah. Hal ini akan mengurangi ketebalan enamel pada gigi-gigi decidui.
2. Bagian fosa oklusal dari dinding pulpa gigi decidui lebih tebal daripada gigi
permanen.
3. Servikal ridge (tonjolan kecil dan memanjang pada permukaan gigi bagian
servikal) gigi decidui lebih menonjol. Hal ini menandakan kalsifikasi enamel pada
4. Enamel rod pada bagian lereng serviks gigi decidui menuju ke arah oklusal,
sedangkan pada gigi permanen menuju ke arah gingiva. Hal ini menandakan arah
41
6. Akar gigi decidui lebih panjang dan ramping dibanding dengan ukuran mahkota
giginya.
8. Tanduk pulpa gigi decidui lebih tinggi dan rongga pulpanya lebih besar. Hal ini
terjadi karena pada usia muda (saat gigi decidui belum terganti dengan gigi
rongga pulpa pada gigi decidui normal (jika tidak terjadi kerusakan/terkena
9. Bagian apikal saluran akar gigi decidui lebih besar sedikit. Hal ini karena saat
erupsi, saluran akar gigi ini, tepatnya pada bagian foramen apikal, belum
itu, penumpukan sementum di sekitar akar gigi tidak terjadi pada waktu muda.
10. Ruang dentin bagian insisal gigi decidui lebih sempit (dentin gigi decidui
lebih tipis daripada dentin gigi permanen). Seperti yang telah dijelaskan di atas,
Pembentukan dentin sekunder ini akan bertambah seiring usia. Dentin sekunder
ini banyak terdapat pada gigi permanen dan menyebabkan dentin gigi permanen
lebih tebal.
42
\
1. Email
Email yang berasal dari lapisan epitel ektodermal, berwarna putih keabu-
abuan dan semi translusen, adalah lapisan terluar gigi yang hanya mengandung
lebih sedikit bahan organik dibanding jaringan lain dalam tubuh, 96% nya terdiri
dari bahan inorganik, sedangkan 4% sisanya terdiri dari air dan materi organik
fibrosa.
PO₄ 55%
Ca 37%
COɜ 3%
Na 1%
Lain-lain 4%
tulang, kartilago terkalsifikasi, dentin dan cementum. yaitu enamelin yang terdiri
dari asam aspartat, serin, glisin, prolin, yang ada di antara kristal-kristal tersebut,
43
Materi organik email tidak mengandung kolagen, melainkan suatu protein
bermolekul tinggi yaitu enamelin yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin,
prolin, dan asam glutamate. Enamelin mengelilingi kristal, mengisi ruangan yang
ada di antara kristal-kristal tersebut, dan terus menetap pada email yang telah
dewasa. Selain itu materi organik lainnya adalah amelogen persentasenya 90%.
2. Dentin
Struktur dentin hampir sama dengan tulang, pada bagian mahkota gigi
diselubungi oleh email dan pada bagian akar oleh semen. Dentin membentuk
bagian terbesar gigi dan merupakan jaringan yang telah terkalsifikasi sama seperti
18% bahan organik yang sebagian besar adalah kolagen dan glikosaminoglikans
yang disintesis oleh odontoblas, dan sebanyak 12% air. Persentase tersebut dapat
bervariasi tergantung pada ketebalan dentin, umur, dan adanya riwayat trauma
3. Pulpa
jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral dari dentin yang
44
Odontoblas: lapisan tunggal yang berada di perifernya, berfungsi untuk
dentin.
Sel cadangan: sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel pertama yang
tubulus dentin.
45
Sensatif: mentransmisikan sensasi saraf.
4. Sementum
macam sementum:
bertambahnya usia.
seperti hipersementosis
Deciduous Permanent
Email Lebih tipis
Terbentuk membrane dari Tidak terbentuk
Nasmyth. membrane dari Nasmyth
Membran ini akan hilang
karena digunakan untuk
mengunyah,
mengakibatkan ketebalan
gigi deciduous berkurang.
Enamel rod pada bagian Menuju arah oklusal Menuju arah gingiva
lereng serviks
Menunjukkan arah pembentukan email yang berbeda
Rongga dentin bagian Lebih sempit ( lebih tipis)
46
incisal
Tidak terjadi Terjadi pembentukan
pembentukan dentin dentin sekunder.
sekunder Menyebabkan dentin
lebih tebal.
Servical ridge Lebih menonjol
Akibat kalsifikasi email deciduous tidak merata
Serviks Lebih kecil
Tanduk pulpa Lebih tinggi
Rongga lebih besar
Akibat tidak adanya pembentukan dentin sekunder
yang dapat mempersempit rongga pulpa di gigi
deciduous
Fossa oklusal dari Lebih tebal
dinding pulpa
Akar Lebih panjang
Lebih ramping daripada
mahkotanya
Lebih mekar pada bagian
dekat serviks
Apikal saluran akar gigi Sedikit lebih besar
sebagai internal dan eksternal dengan dasar permukaan gigi yang di resorpsi.
47
1. Resorpsi Internal
Resorpsi internal terjadi dalam kamar pulpa atau kanal dan meliputi
resorpsi darisekitar dentin. Hal ini menyebabkan pembesaran ukuran dari derah
pulpa pada struktur gigiyang hilang. Kondisi ini bisa transien/sementara dan self
inisiasi oleh trauma akut terhadap gigi, direct dan indirect pulp capping,
2. Resorpsi Eksternal
Resorpsi ini umumnya meliputi permukaan akar tetapi bisa juga meliputi
sementum dan dentin, pada beberapa kasus secara sedikit demi sedikit meluas ke
pulpa.
gigi. Diskolorasi pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan
48
(staining), penuaan (aging), dan bahan-bahan kimia.17 Penggunaan produk
tembakau, teh, kopi dan obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam
sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah, gampang goyah dan
49
2) Stain terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak.
50
Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi
substansi dari luar gigi dan sering disebabkan kebiasaan minum minuman
berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup dan merokok. Tar
dari asap rokok dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai
hitam.
51
dari sumber lokal maupun sistemik. 1,7 Faktor lokal dapat disebabkan
52
Perubahan warna gigi menurut lokasinya dibagi menjadi intrinsik
dan ekstrinsik.
berwarna hitam.
53
penyeba Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan
b paling
sering gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen.
dari
perubah Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan
an
warna warna pada gigi
gigi
intrinsik Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan
.
warna pada gigi :
54
menjadi 2 kategori :
makanan.6
55
2.7 Kelainan Struktur Gigi
1. Abrasi
Etiologi
karena masuknya material luar ke dalam rongga mulut dan berkontak dengan
Teknik menggunakan Sikat gigi, dental floss yang salah dan penggunaan pasta
gig
Penggunaan tusuk gigi yang terlalu bertenaga pada gigi yang saling Ataupun
gigi.
Pada orang yang berusia muda memiliki tingkat abrasi yang lebih sedikit
karena kontak gigi dengan material luar tersebut lebih sedikit dibandingkan
56
Gambaran mikroskopis :
dan tanda-tanda lainnya. Biasanya goresan tersebut tersusun parallel karena material
abrasive tersebut hanya datang melalui satu arah saat melewati permukaan gigi.
Panjang, kedalaman, dan lebar dari goresan tersebut tergantung daripada material
abrasive tersebut.
Gambaran Klinis:
Secara umum :
Merupakan tipe abrasi yang paling sering terjadi, biasanya karena gerakan
Daerah abrasi yang biasanya paling parah terjadi di CEJ pada permukaan
labial dan bukal (secara berurut) premolar, caninus, dan insisiv rahang atas.
Pada orang yang menggunakan tangan kanan, lesi biasanya lebih terlihat di
57
Defek pada kamar pulpa jarang terjadi karena sudah terbentuk dentin
sekunder.
Gambaran radiografis :
bagian servikal gigi permukaan interproksimal. Pada gigi yang mengalami abrasi
karena penggunaan dental floss yang salah, groove radiolucent lebih banyak terlihat
di bagian mesial daripada distal, karena lebih mudah menambah tekanan kea rah
Rencana perawatan :
· Mengubah kebiasaan buruk yang menggunakan gigi untuk tujuan yang salah.
· Mengubah dan memperbaiki teknik menyikat gigi dan penggunaan dental floss yang
baik.
· Jika, gigi sudah mengalam abrasi yang cukup parah, maka bisa dilakukan restorasi.
Pencegahan :
58
· Sebisa mungkin menggunakan gigi sesuai fungsi dan perannya.
2. Atrisi
Etiologi :
Atrisi adalah suatu kelainan jaringan keras gigi secara fisiologis karena kontak
antara gigi dengan gigi (tooth to tooth contact) ; tanpa adanya pengaruh dari makanan
ataupun material asing lainnya; atau karena adanya kelainan fungsi/ parafunction.
· Makanan
· faktor saliva
59
· mineralisasi gigi,
· emotional tension.
(sistem yang menggabungkan sistem-sistem yang berada dalam rongga mulut, seperti
rahang atas dan bawah. Hal ini terjadi pada saat tidur dan tidak disadari.
Gambaran mikroskopis :
Terdapat goresan-goresan parallel dengan satu arah pada permukaan yang datar dan
Gambaran klinis :
· Biasanya terlihat pada permukaan kunyah seperti insisal, oklusal, dan proksimal.
60
· Pada gigi posterior, bagian yang mengalami atrisi terutama adalah cusp. Pada gigi
rahang atas, yang paling mudah terkena atrisi adalah cusp lingual, sementara pada
· Pada atrisi patologis (bruxism, maloklusi, bentuk gigi, dll), keausan batas (facet)
Gambaran radiografis :
· Biasanya pada bagian mahkota gigi mengalami keausan atau bahkan hilang
Rencana Perawatan :
· Untuk atrisi yang disebabkan karena bruxism, maka dapat menggunakan bidang
gigit (bite plane) pada waktu tidur untuk mencegah terkikisnya gigi.
· Apabila atrisi yang terjadi tidak terlalu mengganggu dan tidak mengurangi fungsi
· Apabila atrisi yang terjadi sudah mengganggu estetik serta fungsi, maka dapat
Pencegahan :
permukaan gigi.
61
3. Erosi
Etiologi :
Erosi adalah kelainan jaringan keras gigi karena adanya kontak berulang kali
dalam jangka waktu yang lama terhadap larutan asam atau larutan kimia tanpa
Faktor ekstrinsik
62
Faktor instrinsik
Lokasi erosi, pola daerah yang tererosi dan penampakan lesi dapat ditentukan dari
muntah maka daerah yang biasanya terserang adalah permukaan lingual gigi maksila
(terutama gigi anterior), sedangkan pada erosi yang disebabkan karena konsumsi
Gambaran klinis :
· Umumnya berupa lesi halus, terdapat depresi mengkilap di permukaan enamel yang
· Erosi dapat menyebabkan kehilangan enamel dalam jumlah yang besar sehingga
· Tidak ada lagi enamel ridges yang tajam karena smuanya sudah membulat
Gambaran radiografis :
Rencanan perawatan :
· Apabila penyebabnya ada muntah kronis, maka diberikan obat kumur berfluoride
untuk sehari-harinya
63
· Jika tidak diketahui apa penyebabnya dan permukaan gigi sudah tidak baik lagi serta
tidak berfungsi dengan normal, maka bisa dilakukan restorasi agar tidak merusak
Pencegahan :
4. Abfraksi
Etiologi :
Abfraksi adalah suatu kelainan jaringan keras gigi yang dikarenakan adanya
tenaga (compression dan tension) yang berlebihan pada permukaan oklusal sehingga
progresif terhadap jaringan gigi yang rapuh. Apabila cusp tetap berada dibawah
tekanan saat awal maupun akhir siklus mastikasi, maka kemungkinan akan terjadi
fleksur atau kompresi yang akan menyebabkan dislokasi dentin atau enamel pada titik
rotasi.
Secara klinis, dapat dilihat adanya kehilangan jaringan keras gigi berupa V
64
2.8 Erosi Gigi
Erosi dikatakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi
yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi
jaringan keras gigi akibat asam. Erosi dan karies gigi sama-sama dari asam, karies
merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam rongga
mulut tetapi erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri. Erosi
pH di bawah 5,5, pH 5,5 ini adalah pH kritis enamel gigi saat ini banyak minuman
ringan dengan pH di bawah 5,5 yang dikonsumsi oleh masyarakat. pH berperan pada
dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. Ketika seseorang mengkonsumsi
minuman ringan, maka minuman tersebut akan berada dalam rongga mulut untuk
sementara waktu. Adanya kandungan zat asam dalam minuman ringan akan
Apabila pH lebih kecil dari pH kritis enamel, akan mengakibatkan saliva berada di
titik jenuh sehingga terjadi pengurangan kristal apatit, mineral dipermukaan gigi
Proses erosi gigi dimulai dari adanya pelepasan kalsium enamel gigi, bila hal
ini berlanjut terus akan menyebabkan kehilangan sebagian elemen enamel, dan
65
apabila telah sampai ke dentin maka penderita akan merasa ngilu. Sebagaimana
suasana asam akan larut menjadi Ca2+; PO4-9 dan F-, OH-. Ion H+ akan beraksi dengan
gugus PO4-9, F-, atau OH membentuk HSO4-; H2SO4- HF atau H2O. Kecepatan
melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu
melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat. Proses demineralisasi terjadi
berikut:
Bila pH turun, maka ion PO 43- akan berubah menjadi HPO42- atau H2PO4-
dan ion OH menjadi normal dalam bentuk air, maka hasil akhirnya saliva akan
menjadi sangat jenuh. Zat asam penyebab erosi gigi dapat dibedakan menjadi zat
1. Zat Intrinsik
Pada dasarnya erosi gigi akibat faktor intrinsik dapat dibagi dua yaitu faktor
penyakit dan keadaan psikologis. Penyakit yang dapat mengakibatkan erosi gigi
adalah GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dan sindroma Sjogren. Selain itu,
nervosa.
66
a) Penyakit
Pada kondisi ini, isi lambung melewati esophagus bagian bawah lalu
mencapai bagian distal esophagus diluar kesadaran penderita. Pada beberapa pasien,
kondisi ini berlanjut melewati sphincteresophagus yang lebih tinggi untuk mencapai
rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan abdominal dan ketidak
mencapai rongga mulut dengan pH 1,0-2,0 dan berkontak dengan gigi terutama pada
permukaan palatal dan oklusal gigi geligi. Biasanya, erosi gigi akibat GERD dijumpai
pada permukaan palatal gigi anterior maksila. Jika terdapat tambalan amalgam, maka
restorasi akan terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi. Kehilangan struktur gigi ini
lebih lanjut akan menurunkan dimensi vertikal gigi dan menyebabkan gigi menjadi
sensitif, dan selanjutnya enamel yang tipis akan menyebabkan diskolorasi gigi dan
Penyakit lain yang dapat mengakibatkan erosi gigi adalah sindrom Sjorgen.
kelenjar saliva dan kelenjar air mata yang mengakibatkan kekeringan pada mulut dan
mata. Mulut kering dapat memicu terjadinya erosi gigi,karena aliran saliva sangat
67
sedikit sehingga kapasitas buffer oleh saliva berkurang. Penderita sindroma ini
cenderung mengkonsumsi minuman bersifat asam untuk merangsang aliran saliva dan
menjaga rongga mulut agar tetap basah. Namun hal ini akan semakin menurunkan pH
b) Keadaan Psikologis
bulimia. Kelainan ini umumnya ditemukan pada wanita diantara umur 12 – 30 thn
dengan latar belakang fisik untuk menguruskan tubuh ataupun mengatur berat badan.
Pasien aneroksia nervosa biasanya menahan lapar sepanjang hari dan umumnya
makan dengan jumlah yang berlebihan dan setelah itu merasa tidak puasterhadap
tenggorokan. Frekuensi muntah yang mengandung asam lambung ini dapat memicu
terjadinya erosi gigi. Pada penderita penyakit ini, terlihat hampir seluruh enamel gigi
pada bagian palatal elemen gigi anterior maksila hilang. Pasien yang telah lama
68
2. Zat Ekstrinsik
Erosi akibat zat asam ekstrinsik dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu diet
dan pekerjaaan atau perilaku.Faktor diet meliputi makanan atau minuman bersifat
asam yang dikonsumsi secara berlebihan, mungkin juga akibat obat yang bersifat
asam yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan faktor pekejaan
dan perilaku meliputi paparan klorin dari kolam renang, maupun paparan agen
a) Diet
Jeruk manis dan buah-buahan sitrus lainnya sering bersifat sangat asam;
pHnya terletak diantara 2,0 dan 3,8. Mengonsumsi buah-buahan ini, dengan
menghisap buah sitrus, minum minuman berkarbonat seperti Coca-Cola dan sering
minum minuman bersifat asam. Resiko yang cukup tinggi ditemukan ketika buah
jeruk dikonsumsi lebih dari dua kali sehari dan meminum minuman berkarbonat
sehari sekali. Selain itu konsumsi permen asam yang berlebihan yang dikombinasikan
dengan kapasitas buffer saliva yang rendah dapat meningkatkan kadar erosi pada gigi.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti asupan alcohol dan wine juga menyebabkan erosi
69
gigi. Gaya hidup yang sehat seperti lactovegetarian yang mengonsumsi makanan
Selain itu, erosi dapat terjadi akibat pengaruh obat cair yang mengandung besi
yang bersifat asam, serta dari pengunyahan obat aspirin dan vitamin C, sering
berkumur dengan perhidrol dan menyikat gigi dengan gel fluorida yang bersifat asam
konsentrasi asam tinggi, misalnya di pabrik seng elektrolitis. Lamanya terpapar udara
keparahan kerusakan. Selain itu pada perenang-perenang di dalam air yang diberi
klorida banyak dan pH yang rendah, timbul erosi yang luas,oleh karena pengaruh
gigi.
Perawatan
erosi hanya terdapat pada bagian enamel yaitu erosi ringan, dapat dilakukan aplikasi
flour atau ditambal dengan menggunakan bahan restoratif komposit. Bagi erosi pada
70
bagian labial yaitu erosi sedang, dilakukan pemasangan veener keramik atau overlay
mahkota. Pada erosi berat dilakukan pemasangan mahkota, bridge atau overdenture.
mungkin.
BAB 3 PEMBAHASAN
ibunya dengan keluhan gigi rahang atas sebelah kanan dan kiri terasa linu jika
meminum air dingin. Akhir-akhir ini keluhan linu pada gigi-gigi tersebut lebih sering
timbul dan kelangsungannya lebih lama. Menurut ibu anak, sejak usia 5 tahun anak
memperlihatkan gejala sering muntah secara spontan yang diduga karena adanya
bonjol tersebut terlihat tidak normal dan permukaan oklusal beberapa gigi terlihat
Adanya kelainan yang diduga erosi gigi yang terdapat pada permukaan
dikatakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya
disebabkan oleh zat asam. Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi walaupun
71
keduanya mempunyai kesamaan yaitu terjadinya demineralisasi pada jaringan keras
gigi akibat asam. Erosi dan karies gigi sama-sama dari asam, karies merupakan hasil
fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam rongga mulut tetapi
erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri. Erosi terjadi secara
Pada kasus ini bonjol gigi- 17,16,55,54,64,65,26, dan 27 tersebut terlihat tidak
normal dan permukaan oklusal beberapa gigi terlihat datar tanpa terlihat lagi fisur
gigi. Hal ini menunjukkan kelainan pada anatomi dan morfologi gigi posterior rahang
atas sulung dan permanen. Normalnya, gigi sulung rahang atas posterior terdiri dari
molar 1 dan molar 2. Pada molar 1 gigi sulung bentuk oklusal oval, tidak ada
developmental groove di antara cups sehingga batas antar cups tidak terlalu jelas, dan
pada bagian buccal ke arah servikal line terlihat lebih prominen. Sedangkan molar 2
gigi susu morfologinya seperti molar 1 permanen hanya saja developmental groove
tidak terlalu terlihat seperti pada molar 1 permanen, bentuk oklusal rumboid, dan
atas terdiri dari premolar 1, premolar 2, molar 1, molar2, dan molar 3. Normalnya,
memiliki 1 akar terdapat 2 saluran. Premolar 2 memiliki oklusi yang berbentuk oval,
simetri dan ,memiliki 1 akar. Molar 1 rahang atas memiliki oklusi yang berbentuk
rumboid, memiliki 4 cups, distal cups yang paling kecil, memiliki crista transversa
72
jajargenjang dan memilik 4 cups. Molar 3 memiliki oklusal yang berbentuk rumboid
BAB 4 KESIMPULAN
Dari kasus yang telah diberikan, telah diketahui bahwa seorang anak
perempuan berusia 10 tahun bernama Emy mengalami kelainan struktur gigi. Setelah
Erosi dikatakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi
yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Erosi gigi harus dibedakan dari karies gigi
jaringan keras gigi akibat asam. Erosi dan karies gigi sama-sama dari asam, karies
merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa makanan oleh bakteri dalam rongga
mulut tetapi erosi gigi terjadi karena proses kimia tanpa melibatkan bakteri. Erosi
Gambaran klinis terlihat anatomi dan struktur gigi yang tidak normal.
73
Daftar Pustaka
Dixon ,A.D., 1993, Anatomi untuk Kedokteran Gigi (terj), Church ii Livingstone,
London.
Nelson, Stanley J. And Major M. Ash. 1993. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and
Regezi, J.A.;J. Sciubba. 1993. Oral Pathology. Clinical Phatologic Correlation. 2nd
Scheid Rickne C., 2012, Woelfel's Dental Anatomy, William and Wilkins, Baltimore.
74