Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PELAYANAN RADIOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Radiologi
Dosen Pengampu : Vederica Farida C. Z., S.ST, MM

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas 3A

1. Andree Luhung Himawan (P1337430117007)


2. Gheraldy Radya Pratama (P1337430117011)
3. Lailis Sa’adah (P1337430117012)
4. Ruth Pitasary Silitonga (P1337430117017)
5. Ezra Petra Baptista (P1337430117023)
6. Amalia Widyaningsih (P1337430117030)
7. Aninditya Ratriningsih W. (P1337430117035)
8. Fathur Rahman Alfarisy (P1337430117037)
9. Rahma Angelina Caesar P. P. (P1337430117046)
10. Muhammad Ridwan Eko B. (P1337430117047)
11. Rizka Kusuma Hastuti (P1337430117095)
12. Indah Soviaten (P1337430117097)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
I. LATAR BELAKANG

Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar

peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut

mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi

penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila

penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.

Pelayanan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga

kebutuhan/keinginan/harapan customer dapat terpenuhi (pelanggan puas),

Penilaian Mutu pelayanan dapat untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan

pelayanan dengan demikian akan dapat menghargai keberhasilan dan

memperbaiki kegagalan.

Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang

akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada Organisasi Pelayanan

Kesehatan. Pelayanan terbaik, melebihi, melampaui, mengungguli pelayanan yang

diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu .Pelayanan prima dapat

diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi

adanya terobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi).

Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik

khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Dengan

adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini

telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan

fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion

dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah

mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi

diagnostik, maka dibuat pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik di

RS QIM sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan

pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan pembinaan.

II. PENGENDALIAN PERILAKU

Pengendalian perilaku adalah Pengendalian yang dilakukan berbarengan

dengan pelaksanaan kegiatan. Tujuan dari pengendalian ini untuk memastikan

bahwa aktifitas kerja memberikan hasil yang tepat. Pengendalian bersama

meliputi self – control , dimana karyawan menetapkan pengendalian bersama atas

perilaku mereka sendiri. Misalnya dalam operasi manufaktur dengan

menggunakan alat tertentu karyawan mengukur apakah item-item yang tengah

diproduksi sesuai dengan standar kualitas atau tidak. Jika mereka melihat standar

kualitas tidak sesuai dengan satandar maka mereka akan melakukan koreksi atau

memberitahu orang yang tepat bahwa ada masalah yang harus ditangani.

Contoh

“pengendalian kinerja CT scan”

Hal utama dalam bidang radiologi diagnostik adalah kualitas gambar, dosis radiasi

dan proteksi radiasi sehingga diperlukan adanya bentuk evaluasi kinerja untuk

ketiga hal tersebut. lima karekteristik yang penting dalam pencitraan gambaran

CT-scan, yaitu: spatial resolution, contras resolution, noise, distortion dan artefact

CT-scan. Noise merupakan perbedaan/variasi dari nilai HU pada suatu material

yang sama sehingga dapat untuk membedakan koefisien atenuasi pada jaringan

normal dan patologi

III. LANGKAH TINDAK LANJUT PENGENDALIAN


Langkah 1. Menetapkan Standar (Establishing Standards)

Standar yang dapat diukur dan nyata, Biasanya disebut juga dengan Standar

yang terukur (Measurable Standards). Standar Terukur yang ditentukan oleh

standar produktivitas (Productivity)

Contoh dalam ct scan menggunakan parameter sebagai berikut :

1. CT Number

Akurasi nilai CT Number dapat dibuktikan dengan pengujian terhadap obyek

phantom dengan parameter standar yang biasa dipakai. Nilai CT Number

dipengaruhi voltase tabung sinar-X, filtrasi sinar-X dan ketebalan obyek. Nilai

CT Number water adalah 0 HU, sedangkan nilai rata-rata CT Number pada

pusat phantom berkisar antara ±4 HU.

Nilai rata-rata CT Number untuk Polyethylene antara -107 dan -87 HU, untuk

air antara -7 dan +7 HU, Nilai ratarata CT Number untuk Acrylic antara +110

dan +130 HU ( Papp,2006).

2. Linearitvas

Linearitas merupakan hubungan linier antara perhitungan CT Number dan

linear attenuation coefficient tiap elemen dari obyek. Linearitas penting untuk

mengevaluasi gambaran CTScan. Nilai Penyimpangan dari linearitas tidak

melebihi rentang ±5 HU pada rentang spesifik jaringan atau tulang

3. Uniformity

Uniformity berhubungan dengan nilai rata-rata CT Number air pada obyek

phantom diameter 20 cm homogen dalam area yang sempit. Perbedaan rata-

rata CT Number di tepi dan pusat pantom homogen kurang dari 8 HU.Batas

yang diterima jika CT Number berbeda lebih dari 5 dari rata-rata, maka
bayangan tidak datar. Jika CT Number di tengah tinggi dan rendah dipinggir

diatas data image akan berbentuk cupping

4. Noise

Noise adalah fluktuasi CT Number diantara titik (picture element) pada materi

yang uniform, misalkan air.

Penghitungan nilai square root of number dari nilai noise yang didapat dengan

cara mencari rata-rata noise ( X ). Selanjutnya setiap nilai noise dikurangi

dengan nilai rata-rata kemudian dikuadratkan ((X – X ) 2 ∑ −−= )

1N/)XX((SQRT 2 ), kemudian hasil tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan

jumlah data dikurangi satu (n-1) lalu diakar kuadratkan. Hasil yang didapat

adalah nilai square rootnya sebagaimana dirumuskan sebagai: (1) Hasil

perhitungan ditabulasikan kemudian dicari batasan simpangan baku maksimal

dan minimal dari base line (nilai rata-rata noise) yang diperbolehkan yaitu dua

atau tiga simpangan baku.

2SD.min = X – 2.SQRT

2SD.min = X + 2.SQRT

3SD.min = X – 3.SQRT

3SD.min = X + 3.SQRT

Langkah 2. Mengukur Kinerja (Performance Measurement)

Langkah kedua dalam fungsi Pengendalian Manajemen adalah mengukur

kinerja. Manajemen akan dapat lebih mudah mengukur kinerja apabila

unit/satuan ataupun kriteria kinerja telah ditentukan sebelumnya. Pada dasarnya,

Pengukuran kinerja harus berada pada unit atau satuan yang sama dengan

kriteria yang telah ditentukan. Unit/satuan atau tolak ukur harus terdefinisi

dengan baik dan seragam sepanjang proses pengukuran atau penilaian ini.
Misalnya, jika kita menentukan standar produktivitas adalah dalam bentuk

satuan persentasi (%), kita harus tetap menggunakan persentasi (%)

Langkah 3. Membandingkan kinerja aktual dengan Standar yang

ditentukan (Comparison of actual and standard performance)

Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang ditentukan merupakan

langkah yang sangat penting. Langkah penetapan standar dan langkah

pengukuran kinerja pada dasarnya adalah langkah persiapan, sedangkan langkah

perbandingan ini merupakan langkah aktif yang harus dikerjakan oleh

manajemen. Penyimpangan dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara

kinerja aktual dengan target atau standar yang ditetapkan. Seorang Manajer

harus mengetahui dua hal dalam langkah ini, yaitu bentuk penyimpangan yang

terjadi dan penyebab terjadinya penyimpangan.

Langkah 4. Mengambil tindakan koreksi/perbaikan (Taking Corrective

Action)

Begitu penyimpangan dan penyebab penyimpangan diketahui, tahap

selanjutnya adalah mengambil tindakan perbaikan. Jika penyimpangan yang

terjadi merupakan penyimpangan kecil yang masih dapat diterima maka tidak

perlu melakukan tindakan korektif. Namun jika penyimpangan yang terjadi

adalah penyimpangan besar yang telah melampai batas yang dapat diterima

maka harus segera mengambil tindakan perbaikan dan mengambil tindakan-

tindakan pencegahan supaya tidak terjadi lagi dikemudian hari.

Contoh
Macam-macam pengukuran pada CT-Scan menurut The Government of

Western Australia :

a. Ketelitian voltase tabung

b. keluaran radiasi dan mutu berkas sinar-X

c. CT indeks dosis

d. Mutu gambaran :

1) CT number/uniformity/noise

2) Beam alignment untuk panthom CT- Scan

3) Linearitas

4) Indeks meja

5) Alignment light dan image slice congruence

6) Ketebalan irisan

7) Resolusi kontras tinggi

Parameter fisik pengukuran kontrol kualitas alat CT-Scan terdiri dari:

a. Equipment Function Check and Warm Up

Uji fungsi merupakan kegiatan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan

alat dalam hal fungsi komponen, keluaran dan keselamatan. Aspek yang

harus dipenuhi dalam operasional peralatan CT-Scan meliputi: 1) Alat

dalam keadaan siap pakai, berfungsi dengan baik dan aman digunakan. 2)
Aksesori alat lengkap dan baik. 3) Ruang pengoperasian memenuhi syarat.

4) Prasarana listrik, air, gas dll memadai. 5) Sumber Daya Manusia siap. 6)

Bahan operasional tersedia. 7) Prosedur tetap pelayanan tersedia dan

dipahami. 8) Prosedur tetap pengoperasian tersedia dan dipahami.

Pemeriksaan fisik secara visual meliputi : 1) Catu daya 2) Body/ badan alat

dan permukaan alat. 3) Aksesori peralatan 4) Lampu-lampu indikator. 5)

Perencanaan ruang pemeriksaan 6) Pengkondisian udara.

b. Uji Phantom berguna untuk kalibrasi alat dan mengevaluasi performance

alat CT-Scan. Uji phantom dapat berguna untuk mengecek mean CT

Number, uniformity, noise, spatial resolution, slice thickness, dosis radiasi

dan posisi meja

Contoh

Bila didapati nilai noise yang terlalu besar akan mengganggu resolusi

kontras dari gambaran CT scan yang akhirnya akan mempengaruhi hasil

diagnosa, selain itu juga radiolog sering menggunakan ROI dalam

pengukuran tissue/jaringan tertentu untuk menentukan hasil diagnosa

sehingga perlu dilakukan suatu evaluasi atau quality control terhadap noise.

Noise dapat diukur dengan cara melakukan scanning terhadap phantom

berbentuk tabung silinder yang berisi air maupun material lain yang

homogen. evaluasi noise sebaiknya dilakukan setiap hari, bahwa

pengukuran noise merupakan salah satu tes/uji yang sangat penting

dilakukan. Pada pengukuran nilai Hounsfild Unit (HU) gambaran CT-scan

untuk air telah ditentukan besarnya adalah nol dan nilai dari noise

dipresentasikan sebagai besarnya angka nilai standard deviasi yang

dihasilkan dalam pengukuran RO..Dilakukan scanning pada phantom saat


sebelum dan sesudah kalibarasi pesawat CTscan. Scanning pada phantom

dilakukan setiap hari, selama dua periode dan setiap periodenya selama 10

hari. e Hasil scanning tersebut dilakukan pengukuran nilai HU pada sisi

tengah dengan luasan area ROI sekitar 200–300 piksel. Dengan cara

mengaktifkan tombol image processing pada sisi kiri monitor kemudian

pilih untuk pengukuran ROI dan bentuknya lingkaran. fHasil pengukuran

dicatat dan dimasukkan ke dalam bentuk table.Hasil pengukuran tersebut

diolah untuk selesai dilakukan penarikkan kesimpulan. Pengevaluasi nilai

noise dilakukan dengan cara menentukan batas penerimaan nilai noise yang

diperbolehkan terlebih dahulu ditentukannya base line noise atau batas

dasar dari noise. Base line noise adalah rata-rata dari total noise yang

didapatkan dari pengukuran ROI.

Penentuan noise dapat diliat dari batas line sesudah kalibrasi dan

sebelum kalibrasi dimana bias ditampilkan dalam bentuk grafik dengan

simpangan baku tertentu. Sebelum kalibrasi terdapat nilai noise di luar limit

lower dan diluar simpangan baku dan pada hasil sesudah kalibrasi akan

mengalami penurunan nilai noise. Rentang dan perbedaan nilai noise pada

sesudah dan sebelum yang dapat melihat ketidak normalan dalam CTscan

dan pentingnya melakukan kalibrasi pada alat.

IV. EVALUASI

Dalam pengendalian pelayanan di radiologi terutama dalam pengendalian perilaku

dimana lebih memperhatikan aktifitas kerja memberikan hasil yang tepat. Dimana

perlu kesadaran setiap pekerja apakah setiap item yang digunakan selama bekerja
sudah sesuai dengan standart yang ada. Untuk itu perlunya ditetapkan standart

yang sesuai dengan pelayanannnya masing masing.

Bukan hanya mengetahui standart yang ada namun juga dapat melihat dan

mengukur kinerja sehingga dapat membandingkan apakah hasil kinerja sudah

sesuai dengan standart yang ditentukan untuk mewujudkan kepuasan pelanggan,

memberikan tanggung jawab kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan

berkesinambungan serta meningkatkan efektifitas kerja.

Anda mungkin juga menyukai