H DENGAN DYSPEPSIA
DI RUANG INTERNA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT KONAWE
OLEH :
…………………………….. ……………………………..
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa. Biasanya
berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam,
minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu
misalnya stress.
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) (Mansjoer A,
2000).
2. KLASIFIKASI
Batasan dyspepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,
radang empedu, dan lain-lain.
b. Dyspepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan
atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). Dyspepsia ini terbagi 3
yaitu :
1) Dyspepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
2) Dyspepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,
cepat kenyang.
3) Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia
mirip ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.
3. ETIOLOGI
Dyspepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna : tukak gaster atau duodenum,
gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis
antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,
pankreatitis, kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung
koroner.
Dyspepsia fungsional secara umum tidak diketahui penyebabnya. Peranan
pemakaian anti inflamasi non steroid (OAINS) dan infeksi H. Pylori sangat besar
pada kasus-kasus dengan kelainan organik.
Selain itu penyebab lainnya adalah :
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang
lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stress.
4. MANIFESTASI KLINIK
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
5. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
6. PENCEGAHAN
Pencegahan nya antara lain pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan
yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang
rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan
obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
7. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan non farmakologis :
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1) Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara
lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini
sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2) Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3) Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.
4) Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.
5) Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa
saluran cerna bagian atas (SCBA).
6) Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dyspepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG,
dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
Perubahan pada pola makan yang tidak teratur, pemakaiana obat-obatan yang
tidak teratur zat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien yang meliputi :
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan
dengan pasien, alamat.
Adapun pengkajian yang penting pada pasien dyspepsia adalah :
a. Kaji tanda dan gejala dyspepsia
b. Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah.
c. Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah makan, setelah
mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah mencerna obat tertentu/ alkohol.
d. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/ minum terlalu
banyak.
e. Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan lambung.
f. Kaji nutrisi klien.
g. Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi nyeri tekan abdomen
dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa).
h. Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-efeknya.
Sedangkan pengkajian lain yang didapatkan antara lain :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan
Tanda : Takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
b. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi (termasuk postural), takikardia, distritmia
(hipovolemia/hipoksemia), kelemahan, nadi perifer, lemah, pengisian
kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna kulit : pucat, sianosis
(tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit/membran
mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik)
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan kerja)
Tanda : Tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatia
menyempit, gemetar, suara gemetar
d. Eliminasi
Gejala : Riwayat pengobatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
Gastrointestinal atau masalah yang berhubungan dengan
Gastrointestinal , mis : luka, peptik/gaster, gastritis, bedah
gaster,iradiasi are gaster, peubahan pola defekasi/karakteristik feses
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakter feces : diare, darah
warna gelap, kecoklatan, atau kadang – kadang merah cerah, berbusa,
bau busuk (steatorhoe). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida). urine : menurun, pekat
e. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian aluar sehubungan dengan luka duodenal). Masalah
menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual, muntah.
Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat: diet
khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya. Penurunan berat badan.
Tanda : Muntah : dengan atau tanpa bekuan darah.Membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
Berat jenis urin meningkat.
f. Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan. Status
mental :Tingkat kesadaran dapat terganggu, agak cendrung tidur,
disorientasi. bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi/oksigenasi)
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih : nyeri
hebat tiba – tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan/distress
samar – samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut). Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/atau menyebar
kepunggung terjadi 1- 2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida
(ulkus gaster).Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih
4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan
atau makan antasida (ulkus duodenali). Tak ada rasa nyeri (varises
esofageal atau gastritis). Faktor pencetus : Makanan, rokok, alcohol,
penggunaan obat – obat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stress psikologis.
Tanda : Wajah berkerut, berhati – hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit
h. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat/sensitif
Tanda : Peningkatan suhu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
meliputi :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif, kekurangan intake
cairan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 Utama:
jam diharapakan: - Manajemen hipovolemia
Utama: - Manajemen syok hipovolemik
- Status cairan Pendukung:
Tambahan: - Balut tekan
- Integritas kulit dan jaringan - Dukungan kepatuhan program
- Keseimbangan asam basa pengobatan
- Keseimbangan cairan - Edukasi pengukuran nadi radialis
- Keseimbangan elektrolit - Insersi selang nasogatrik
- Penyembuhan luka - Konsultasi via telepon
- Perfusi perifer - Manajemen aritmia
- Status nutrisi - Manajemen diare
- Termoregulasi - Manajemen elektrolit
- Tingkat perdarahan - Manajemen elektrolit : hiperkalemia
- Manajemen elektrolit : hiperkalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipermagnesemia
- Manajemen elektrolit : hipernatremia
- Manajemen elektrolit : hipokalemia
- Manajemen elektrolit : hipokalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipomagnesimia
- Manajemen elektrolit : hiponatremia
- Manajemen muntah
- Manajemen medikasi
- Manajemen perdarahan
- Manajemen perdarahan akhir masa
kehamilan
- Manajemen perdarahan antepartum
dipertahankan
- Manajemen perdarahan antepartum
tidak dipertahankan
- Manajemen perdarahan pervaginam
- Manajemen perdarahan pervaginam
pasca persalinan
- Manajemen syok
- Manajemen specimen darah
- Manajemen cairan
- Manajemen elektrolit
- Manajemen hemodinamik invasif
- Pemntauan neurologis
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Obat
- Pemberian Obat Intravena
- Pencegahan Perdarahan
- Pencegahan Syok
- Pengambilan Sampel darah arteri
- Pengambilan sampel darah vena
- Perawatan jantung akut
- Terapi Intravena
- Transfusi darah
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 Intervensi Utama:
jam Diharapkan: - Manajemen Nutrisi
Utama: - Promosi Berat Badan
- Status nutrisi Intervensi Pendukung:
Tambahan: - Dukungan Kepatuhan Program
- Berat badan Pengobatan
- Eliminasi fekal - Edukasi Diet
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi Kemoterapi
- Nafsu makan - Konseling Laktasi
- Perilaku meningkatkan berat badan - Konseling Nutrisi
- Status menelan - Konsultasi
- Tingkat depresi - Manajemen Hiperglikemia
- Tingkat nyeri - Manajemen Hipoglikemia
- Manajemen Kemoterapi
- Manajemen Reaksi Alergi
- Pemantauan Cairan
- Pemantauan Nutrisi
- Manjemen Cairan
- Manajemen Demensia
- Manajemen Diare
- Manajemen Eliminasi fekal
- Manajemen Energi
- Manajemen Gangguan Makan
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Makanan
- Pemberian Makanan Enteral
- Pemberian Makanan Parenteral
- Pemberian obat Intravena
- Terapi menelan
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 Utama:
jam Diharapkan: - Manajemen nyeri
Utama: - Pemberian analgesik
- Tingkat nyeri Pendukung:
Tambahan: - Aromaterapi
- Fungsi gastrointestinal - Dukungan hipnotis diri
- Kontrol nyeri - Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Mobilitas fisik - Edukasi efek samping obat
- Penyembuhan luka - Edukasi manajemen nyeri
- Perfusi miokard - Kompres dingin
- Perfusi perifer - Edukasi proses penyakit
- Pola tidur - Edukasi teknik nafas
- Status kenyamanan - Kompres dingin
- Tingkat cedera - Kompres panas
- konsultasi
- latihan pernafasan
- Manajemen efek samping obat
- manajemen kenyamanan lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen sedasi
- Manajemen terapi radiasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat topikal
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan kenyamanan
- Teknik distraksi
- Tekhnik imajinasi terbimbing
- Terapi akupuntur
- Terapi bantuan hewan
- Terapi humor
- Terapi murattal
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi sentuhan
- Transcutaneous Electrical Nerve
Simulation (TENS)
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 Utama:
jam Diharapkan: - Reduksi ansietas
Utama: - Terapi relaksasi
- Tingkat pengetahuan Pendukung:
Tambahan: - Bimbingan sistem kesehatan
- Memori - Edukasi aktivitas/istirahat
- Motivasi - Edukasi alat bantu dengar
- Proses informasi - Edukasi analgesia terkontrol
- Tingkat agitasi - Edukasi berat badan efektif
- Tingkat kepatuhan - Edukasi berhenti merokok
- Edukasi dehidrasi
- Edukasi dialysis peritoneal
- Edukasi diet
- Edukasi edema
- Edukasi efek samping obat
- Edukasi fisioterapi dada
- Edukasi hemodialisis
- Edukasi infertilitas
- Edukasi irigasi kandung kemih
- Edukasi irigasi colostomi
- Edukasi irigasi urostomi
- Edukasi keamanan anak
- Edukasi keamanan bayi
- Edukasi kelekatan ibu dan bayi
- Edukasi keluarga berencana
- Edukasi keluarga : pola kebersihan
- Edukasi kemoterapi
- Edukasi keselamatan lingkungan
- Edukasi keselamatan rumah
- Edukasi keterampilan psikomotor
- Edukasi komunikasi efektif
- Edukasi latihan berkemih
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi manajemen demam
- Edukasi manajemen nyeri
- Edukasi manajemen stress
- Edukasi mobilisasi
- Edukasi nutrisi
- Edukasi nutrisi anak
- Edukasi nutrisi bayi
- Edukasi nutrisi parenteral
- Edukasi orang tua : fase anak
- Edukasi perawatan kulit
- Edukasi perawaan mata
- Edukasi perawatan mulut
- Edukasi perawatan nefrostomi
- Edukasi perawatan patah tulang
- Edukasi perawatan perineum
- Edukasi perawatan selang drain
- Edukasi perawatan stoma
- Edukasi perawatan trakheostomy
- Edukasi perawatan urostomy
- Edukasi perilaku upaya kesehatan
- Edukasi perkembangan bayi
- Edukasi persalinan
- Edukasi pijat bayi
- Edukasi pencegahan infeksi
- Edukasi pencegahan jatuh
- Edukasi luka tekan
- Edukasi pencegahan osteoporosis
- Edukasi penggunaan alat kontrasepsi
- Edukasi penggunaan alat bantu
- Edukasi pengukuran nadi radialis
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi pengukuran tekanan darah
- Edukasi pengurangan resiko
- Edukasi pola perilaku kebersihan
- Edukasi preoperatif
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi prosedur tindakan
- Edukasi proses keluarga
- Edukasi proses penyakit
- Edukasi reaksi alergi
- Edukasi rehabilitasi jantung
- Edukasi resep obat
- Edukasi seksualitas
- Edukasi stimulasi bayi/anak
- Edukasi tekhnik adaptasi
- Edukasi tekhnik ambulasi
- Edukasi orangtua : fase bayi
- Edukasi orangtua : fase remaja
- Edukasi pada pengasuh
- Edukasi pemberian makanan pada
anak
- Edukasi pemberian makanan
parenteral
- Edukasi penilaian keselamatan
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi penyalahgunaan alcohol
- Edukasi penyalahgunaan zat
- Edukasi perawatan bayi
- Edukasi perawatan diri
- Edukasi perawatan gigi palsu
- Edukasi perawatan gips
- Edukasi kateter urine
- Edukasi perawatan kehamilan
- Edukasi tekhnik mengingat
- Edukasi tarik nafas
- Edukasi pemberian makanan
- Edukasi terapi antikoagulan
- Edukasi terapi cairan
- Edukasi terapi darah
- Edukasi terapi relaksasi otot progresif
- Edukasi terapi termoreguasi
- Edukasi terapi toilet training
- Edukasi vaksin
- Edukasi vitamin
- Konseling
- Konsultasi
- Promosi edukasi laktasi di komunitas
- Promosi kesiapan penerimaan
informasi
- Promosi literasi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief et all. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
_________. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 52 thn
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Alamat : Ambekaeri
Tanggal masuk : 6 November 2019
Tanggal pengkajian : 7 November 2019
Sumber informasi : Keluarga
Diagnosa masuk : Dyspepsia
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
2. Status kesehatan
Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri uluhati, klien klien mengatakan mual dan muntah
Pernah dirawat
c. Merokok : Ya Tidak
√
d. Minum Kopi : Ya Tidak
√
Frekuensi : 2 x sehari
f. Lain-lain : -
3. Riwayat Keluarga
a. Genogram
X X 77 72
55 53 49 45 44
? ? 59 52
30 27 26
34
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
x : Meninggal
tergantung total.
Oksigenasi : -
Sebelum sakit :
Saat sakit :
e. Pola persepsi diri/kosep diri : Klien hanya berharap agar segera sembuh
membantu suami bertani, pola hubungan dengan suami dan anak dan cucu
sangat baik
Diagnose : Dyspepsia
Teraphy :
- Flunarizin 2 x 1
- Insulin
Sebelum sakit :
Saat sakit : Klien akan kooperatif selama perawatan agar secepatnya sembuh
b. Nutrisi /metabolik
Sebelum sakit :
Saat sakit :
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
Nyeri :
P : Radang
Q : Terus-menerus
R : Uluhati
S:4
Distribusi rambut :
Lesi Ya √ Tidak
d. Sistem pernapasan:
Batuk : Ya √ Tidak
Sesak : Ya √ Tidak
e. Sistem kardiovaskuler :
Palpitasi Ya √ Tidak
simetris
g. Sistem gastrointestinal :
Peristaltik : 20 x/mnt
h. Sistem urinarius :
Nokturia Lain-lain
Brudzinski I Brudzinski II
Stransky Gonda
k. Sistem moskuloskeletal :
Kekakuan Ya √ Tidak
l. Sistem imun :
Keletihan/kelemahan Ya √ Tidak
m. Sistem endokrin :
Hiperglikemia Ya √ Tidak
Hipoglikemia Ya √ Tidak
- Limposit : 17.8 %
- MCHC : 30.8%
B. Klasifikasi Data
A. Analisa Data
Nama/
Kode SDKI/Diagnosa
Tanggal No. Rencana Keperawatan Tanda
Keperawatan
Tangan
SLKI SIKI
7/11/201 1 D.0077 Setelah dilakukan tindakan Utama:
9 Nyeri Akut berhubungan selama 2x24 jam - Manajemen nyeri
dengan agen pencedera diharapkan: - Pemberian analgesik
fisiologis ditandai dengan: Utama: Pendukung:
DS : - Tingkat nyeri - Aromaterapi
- Klien mengatakan nyeri ulu Tambahan: - Dukungan hipnotis diri
hati - Fungsi gastrointestinal - Dukungan pengungkapan kebutuhan
DO : - Kontrol nyeri - Edukasi efek samping obat
- TTV: TD : 110/70 mmHg - Mobilitas fisik - Edukasi manajemen nyeri
Nadi: 92x/i Suhu : 36OC - Penyembuhan luka - Kompres dingin
RR : 20x/i - Perfusi miokard - Edukasi proses penyakit
- Klien nampak pucat - Perfusi perifer - Edukasi teknik nafas
- Klien nampak meringis - Pola tidur - Kompres dingin
- P : Radang - Status kenyamanan - Kompres panas
Q : Terus-menerus - Tingkat cedera - konsultasi
R : Uluhati - latihan pernafasan
S:4 - Manajemen efek samping obat
- manajemen kenyamanan lingkungan
T : Sejak 1 hari SMRS
- Manajemen medikasi
- KU Lemah - Manajemen sedasi
- Manajemen terapi radiasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat topikal
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan kenyamanan
- Teknik distraksi
- Tekhnik imajinasi terbimbing
- Terapi akupuntur
- Terapi bantuan hewan
- Terapi humor
- Terapi murattal
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi sentuhan
- Transcutaneous Electrical Nerve
Simulation (TENS)
SLKI Kriteria Hasil Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat Meningkat
Tingkat Nyeri - Kemampuan menuntaskan aktifitas 1 2 3 4 5
L.08066 Kriteria Hasil Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun
- Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
- Meringis 1 2 3 4 5
- Sikap protektif 1 2 3 4 5
- Gelisah 1 2 3 4 5
- Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
- Menarik diri 1 2 3 4 5
- Berfokus pada diri sendiri 1 2 3 4 5
- Diaforesis 1 2 3 4 5
- Perasaan depresi (tertekan) 1 2 3 4 5
- Perasaan takut mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
- Anoreksia 1 2 3 4 5
- Perineum terasa tertekan 1 2 3 4 5
- Uterus teraba membulat 1 2 3 4 5
- Ketegangan otot 1 2 3 4 5
- Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
- Muntah 1 2 3 4 5
- Mual 1 2 3 4 5
Kriteria Hasil Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik Membaik
Memburuk
- Pola napas 1 2 3 4 5
- Tekanan darah 1 2 3 4 5
- Proses berpikir 1 2 3 4 5
- Fokus 1 2 3 4 5
- Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
- Perilaku 1 2 3 4 5
- Nafsu makan 1 2 3 4 5
- Pola tidur 1 2 3 4 5
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Manajemen Nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Berikan teknik non fakmakologis - Jelaskan penyebab, - Kolaborasi
I.08238 durasi, frekuensi, kualitas, untuk mengurangi rasa nyeri (mis: periode, dan pemicu pemberian
intensitas nyeri TENS, hypnosis, akupressur, terapi nyeri analgetik
- Identifikasi skala nyeri music, biofeedback, terapi pijat, - Jelaskan strategi
- Identifikasi respons nyeri non aromaterapi, teknik imajinasi meredakan nyeri
verbal terbimbing, kompres hangat/ - Anjurkan memonitor
- Identifikasi faktor yang dingin, terapi bermain) nyeri secara mandiri
memperberat dan memperingan - Kontrol lingkungan yang - Anjurkan menggunakan
nyeri memperberat rasa nyeri (mis: suhu analgetik secara tepat
- Identifikasi pengetahuan dan ruangan, pencahayaan, kebisingan) - Ajarkan teknik non
keyakinan tentang nyeri - Fasilitasi istrahat dan tidur farmakologis untuk
- Identifikasi pengaruh budaya - Pertimbangkan jenis dan sumber mengurangi rasa nyeri
terhadap respon nyeri nyeri dalam pemilihan strategi
- Identifikasi pengaruh nyeri pada meredakan nyeri
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplemter yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Nama/
Kode SDKI/Diagnosa
Tanggal No. Rencana Keperawatan Tanda
keperawatan
Tangan
SLKI SIKI
7/11/201 2 D.0032 Setelah dilakukan tindakan Utama:
9 Risiko defisit nutrisi selama jam - Manajemen gangguan makan
berhubungan dengan diharapkan: - Manajemen nutrisi
ketidakmampuan mencerna Utama: Pendukung:
makanan ditandai dengan: - Status nutrisi - Edukasi berat badan efektif
DS : Tambahan: - Eduksi diet
- Klien mengatakan mual dan - Berat badan - Edukasi nutrisi
muntah sudah 2 kali SMRS - Eliminasi fekal - Edukasi nutrisi anak
DO : - Fungsi gastrointestinal - Edukasi nutria Bayi
- KU Lemah - Nafsu makan - Manajemen energi
- GCS 15 - Perilaku meningkatkan - Manajemen hiperglikemia
- Mukosa bibir kering berat badan - Nabajemen hipoglkemi
- Klien nampak pucat - Status menelan - Manajemen kemoterapi
- TTV: TD : 110/70 mmHg - Tingkat depresi - Manjemen reaksi alergi
Nadi: 92x/i Suhu : 36OC - Tingkat nyeri - Edukasi nutrisi parenteral
RR : 20x/i - Pemantauan nutrisi
- Identifikasi resiko
- Konseling laktasi
- Konseling nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi fekal
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian makanan
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian makanan parenteral
- Promosi berat badan
- Terapi menelan
DX
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Keperawatan Paraf
(Kode)
7/11/2019 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, D.0077
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil :
P : Peradangan
Q : Terus - menerus
R : Uluhati
S:4
T : Sejak 1 hari SMRS
- Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
Hasil : Klien nampak meringis sambil
memegang perutnya
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Hasil : Memperberat bila mobilisasi,
memperingan bila istirahat dan kaki ditekuk
- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
Hasil : Klien mengatakan bahwa nyeri
uluhatinya karena makan yang kecut
- Memberikan teknik non fakmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupressur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi
bermain)
Hasil : Klien menggunakan teknik relaksasi
napas dalam untuk meringankan nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : Membuka jendela kamar agar ruangan
sejuk
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Hasil : Klien nampak mengerti dengan
penjelasan perawat
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil : Klien mengatakan akan menggunakan
relaksasi napas dalam untuk membantu
meredakan nyeri
- Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Hasil :
Klien diberikan injeksi Tofedex 50 mg/12
jam/IV
- Mengidentifikasi makanan yang disukai D.0054
Hasil : Klien sangat menyukai ikan goreng
- Memonitor asupan makanan
Hasil : Porsi makan tidak dihabiskan
- Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Hasil : Perawat menganjurkan klien menyikat
gigi
- Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Hasil : Makanan dari rumah sakit disajikan
dalam keadaan hangat
- Memberi makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Hasil : Makanan yang disajikan dengan sayur
dan buah
- Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Hasil : Makanan yang diberikan adalah tinggi
kalori dan tinggi protein
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
Hasil : Klien belum mampu duduk
- Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Hasil : Klien diberi injeksi insulin dan
ondansentron inj untuk mencegah mual
8/11/2019 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, D.0077
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil :
P : Peradangan
Q : Terus - menerus
R : Uluhati
S:3
T : Sejak 2 hari SMRS
- Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 3
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
Hasil : Meringis nampak berkurang
- Memberikan teknik non fakmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupressur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi
bermain)
Hasil : Klien mengatakan teknik relaksasi
napas dalam cukup efektif untuk
meringankan nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : Membuka jendela kamar agar ruangan
sejuk
- Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Hasil :
Klien diberikan injeksi Tofedex 50 mg/12
jam/IV
- Memonitor asupan makanan D.0054
Hasil : Porsi makan sisa sedikit
- Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Hasil : Klien nampak menyikat gigi sebelum
makan
- Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Hasil : Makanan dari rumah sakit disajikan
dalam keadaan hangat
- Memberi makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Hasil : Makanan yang disajikan dengan sayur
dan buah
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
Hasil : Klien sudah mampu duduk
- Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Hasil : Klien diberi injeksi insulin dan
ondansentron inj untuk mencegah mual
EVALUASI
DX
Keperawata
Tgl/Jam Evaluasi Paraf
n
(Kode)
7/11/2019 D.0077 S:
- Klien mengatakan bahwa nyeri
uluhatinya karena makan yang kecut
- Klien mengatakan akan menggunakan
relaksasi napas dalam untuk membantu
meredakan nyeri
- Klien diberikan injeksi Tofedex 50 mg/12
jam/IV
O:
- P : Peradangan
Q : Terus - menerus
R : Uluhati
S:4
T : Sejak 1 hari SMRS
- Klien nampak meringis sambil
memegang perutnya
- Memperberat bila mobilisasi,
memperingan bila istirahat dan kaki
ditekuk
- Klien menggunakan teknik relaksasi
napas dalam untuk meringankan nyeri
- Membuka jendela kamar agar ruangan
sejuk
- Klien nampak mengerti dengan
penjelasan perawat
A:
- Keluhan nyeri skala 2
- Meringis skala 2
P : Intervensi dilanjutkan
D.0054 S:
- Klien mengatakan menyukai ikan
goreng
O:
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Perawat menganjurkan klien menyikat
gigi
- Makanan dari rumah sakit disajikan
dalam keadaan hangat
- Makanan yang disajikan dengan sayur
dan buah
- Makanan yang diberikan adalah tinggi
kalori dan tinggi protein
- Klien belum mampu duduk
- Klien diberi injeksi insulin dan
ondansentron inj untuk mencegah mual
A:
- Porsi makanan yang dihabiskan skala 2
- Verbalisasi keinginan untuk
meningkatkan nutrisi skala 2
P : Intervensi dilanjutkan
8/11/2019 D.0077 S:
- Klien mengatakan teknik relaksasi
napas dalam cukup efektif untuk
meringankan nyeri
O:
- P : Peradangan
Q : Terus - menerus
R : Uluhati
S:3
T : Sejak 2 hari SMRS
- Meringis nampak berkurang
- Membuka jendela kamar agar ruangan
sejuk
- Klien diberikan injeksi Tofedex 50
mg/12 jam/IV
A:
- Keluhan nyeri skala 4
- Meringis skala 4
P : Intervensi dilanjutkan
D.0054 S:-
O:
- Porsi makan sisa sedikit
- Klien nampak menyikat gigi sebelum
makan
- Makanan dari rumah sakit disajikan
dalam keadaan hangat
- Makanan yang disajikan dengan sayur
dan buah
- Klien sudah mampu duduk
- Klien diberi injeksi insulin dan
ondansentron inj untuk mencegah mual
A:
- Porsi makanan yang dihabiskan skala 4
- Verbalisasi keinginan untuk
meningkatkan nutrisi skala 4
P : Intervensi dilanjutkan