Anda di halaman 1dari 17

Korupsi dan instansi yang bertugas

melaksanakan pelayanan publik;


...Pasal I 3. monitor terhadap penyelenggaraan
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor pemerintahan negara;
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan 4. supervisi terhadap instansi yang
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik berwenang melaksanakan
Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Pemberantasan Tindak Pidana
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Korupsi;
4250), sebagaimana telah diubah dengan Undang- 5. penyelidikan, penyidikan, dan
Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan penuntutan terhadap Tindak Pidana
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Korupsi; dan
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas 6. tindakan untuk melaksanakan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang penetapan hakim dan putusan
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pengadilan yang telah memperoleh
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara kekuatan hukum tetap."
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5698) diubah sebagai berikut:
3. Ketentuan Pasal 7 diubah

sehingga berbunyi sebagai berikut:


1. Ketentuan Pasal 1 diubah
"Pasal 7
sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1)Dalam melaksanakan tugas pencegahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
"Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
a, Komisi Pemberantasan Korupsi
lembaga negara dalam rumpun kekuasaan
berwenang:
eksekutif yang dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya bersifat independen dan
1. melakukan pendaftaran dan
bebas dari pengaruh kekuasaan manapun."
pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara;
2. Ketentuan Pasal 5 diubah
2. menerima laporan dan menetapkan
status gratifikasi;
sehingga berbunyi sebagai berikut:
3. menyelenggarakan program
"Komisi Pemberantasan Korupsi bertugas pendidikan anti korupsi pada setiap
melakukan: jejaring pendidikan;
4. merencanakan dan melaksanakan
program sosialisasi Pemberantasan
1. tindakan-tindakan pencegahan Tindak Pidana Korupsi;
sehingga tidak terjadi Tindak Pidana 5. melakukan kampanye anti korupsi
Korupsi; kepada masyarakat; dan
2. koordinasi dengan instansi yang 6. melakukan kerja sama bilateral atau
berwenang melaksanakan multilateral dalam Pemberantasan
Pemberantasan Tindak Pidana Tindak Pidana Korupsi.
(2)Dalam melaksanakan kewenangan sehingga berbunyi sebagai berikut:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Komisi Pemberantasan Korupsi wajib "
membuat laporan pertanggungjawaban 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada (1)Dalam melaksanakan tugas supervisi
Presiden Republik Indonesia, Dewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan d, Komisi Pemberantasan Korupsi
Badan Pemeriksa Keuangan." berwenang melakukan pengawasan,
penelitian, atau penelaahan terhadap instansi
yang menjalankan tugas dan wewenangnya
yang berkaitan dengan Pemberantasan
4. Ketentuan Pasal 8 diubah Tindak Pidana Korupsi.

sehingga berbunyi sebagai berikut: (2)Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas


supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat
"Pasal 8 (1) diatur dengan Peraturan Presiden."

Dalam melaksanakan tugas koordinasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
b, Komisi Pemberantasan Korupsi 6. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1
berwenang: (satu) pasal, yakni Pasal 10A, yang berbunyi
sebagai berikut:

1. mengoordinasikan penyelidikan, "Pasal 10A


penyidikan, dan penuntutan dalam
Pemberantasan Tindak Pidana (1)Dalam melaksanakan wewenang
Korupsi; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
2. menetapkan sistem pelaporan dalam Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang
kegiatan Pemberantasan Tindak mengambil alih penyidikan dan/atau
Pidana Korupsi; penuntutan terhadap pelaku Tindak Pidana
3. meminta informasi tentang kegiatan Korupsi yang sedang dilakukan oleh
Pemberantasan Tindak Pidana kepolisian atau kejaksaan.
Korupsi kepada instansi yang terkait;
4. melaksanakan dengar pendapat atau (2)Pengambilalihan penyidikan dan/atau
pertemuan dengan instansi yang penuntutan sebagaimana dimaksud pada
berwenang dalam melakukan ayat (1), dilakukan oleh Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi dengan alasan:
Korupsi; dan
5. meminta laporan kepada instansi 1. laporan masyarakat mengenai Tindak
berwenang mengenai upaya Pidana Korupsi tidak ditindaklanjuti;
pencegahan sehingga tidak terjadi 2. proses penanganan Tindak Pidana
Tindak Pidana Korupsi." Korupsi tanpa ada penyelesaian atau
tertunda tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3. penanganan Tindak Pidana Korupsi
5. Ketentuan Pasal 9 diubah ditujukan untuk melindungi pelaku
Tindak Pidana Korupsi yang "Pasal 11
sesungguhnya;
4. penanganan Tindak Pidana Korupsi (1)Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
mengandung unsur Tindak Pidana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, Komisi
Korupsi; Pemberantasan Korupsi berwenang
5. hambatan penanganan Tindak Pidana melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
Korupsi karena campur tangan dari penuntutan terhadap Tindak Pidana Korupsi
pemegang kekuasaan eksekutif, yang:
yudikatif, atau legislatif; atau
6. keadaan lain yang menurut 1. melibatkan aparat penegak hukum,
pertimbangan kepolisian atau Penyelenggara Negara, dan orang
kejaksaan, penanganan tindak pidana lain yang ada kaitannya dengan
korupsi sulit dilaksanakan secara Tindak Pidana Korupsi yang
baik dan dapat dilakukan oleh aparat penegak
dipertanggungjawabkan. hukum atau Penyelenggara Negara;
dan/atau
(3)Dalam hal Komisi Pemberantasan 2. menyangkut kerugian negara paling
Korupsi mengambil alih penyidikan sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
dan/atau penuntutan, kepolisian dan/atau milyar rupiah).
kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan
seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan (2)Dalam hal Tindak Pidana Korupsi tidak
dokumen lain yang diperlukan paling lama memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak pada ayat (1), Komisi Pemberantasan
tanggal permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan penyelidikan,
Korupsi. penyidikan, dan penuntutan kepada
kepolisian dan/atau kejaksaan.
(4)Penyerahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan dengan membuat dan (3)Komisi Pemberantasan Korupsi
menandatangani berita acara penyerahan melakukan supervisi terhadap penyelidikan,
sehingga segala tugas dan kewenangan penyidikan, dan/atau penuntutan
kepolisian dan/atau kejaksaan pada saat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)."
penyerahan tersebut beralih kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.

(5)Komisi Pemberantasan Korupsi dalam 8. Ketentuan Pasal 12 diubah


mengambil alih penyidikan dan/atau
sehingga berbunyi sebagai berikut:
penuntutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberitahukan kepada penyidik
atau penuntut umum yang menangani
Tindak Pidana Korupsi."

7. Ketentuan Pasal 11 diubah

sehingga berbunyi sebagai berikut:


"Dalam melaksanakan tugas untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
melaksanakan penetapan hakim dan putusan 5; dan
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam 6. menyusun kode etik pimpinan dan
Pasal 6 huruf f, Komisi Pemberantasan Pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan tindakan Korupsi."
hukum yang diperlukan dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan isi
dari penetapan hakim atau putusan
pengadilan. 11. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) dihapus

9. Pasal 14 dihapus , sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai


berikut:
.
"Pasal 19
10. Ketentuan Pasal 15 diubah
(1)Komisi Pemberantasan Korupsi
sehingga berbunyi sebagai berikut: berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia dan wilayah kerjanya meliputi
"Pasal 15 seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Komisi Pemberantasan Korupsi (2)Dihapus."


berkewajiban:

1. memberikan perlindungan terhadap 12. Ketentuan Pasal 21 diubah


saksi atau pelapor yang
menyampaikan laporan ataupun sehingga berbunyi sebagai berikut:
memberikan keterangan mengenai
terjadinya Tindak Pidana Korupsi "Pasal 21
sesuai dengan ketentuan peraturan
(1)Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri
perundang-undangan;
atas:
2. memberikan informasi kepada
masyarakat yang memerlukan atau
1. Dewan Pengawas yang berjumlah 5
memberikan bantuan untuk
(lima) orang;
memperoleh data yang berkaitan
2. Pimpinan Komisi Pemberantasan
dengan hasil penuntutan Tindak
Korupsi yang terdiri dari 5 (lima)
Pidana Korupsi yang ditanganinya;
orang Anggota Komisi
3. menyusun laporan tahunan dan
Pemberantasan Korupsi; dan
menyampaikannya kepada Presiden
3. Pegawai Komisi Pemberantasan
Republik Indonesia, Dewan
Korupsi.
Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, dan Badan Pemeriksa (2)Susunan Pimpinan Komisi
Keuangan; Pemberantasan Korupsi sebagaimana
4. menegakkan sumpah jabatan; dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
5. menjalankan tugas, tanggung jawab,
dan wewenangnya berdasarkan asas 4. ketua merangkap anggota; dan
5. wakil ketua terdiri dari 4 (empat)
orang, masing-masing merangkap
anggota. 16. Ketentuan Pasal 29 diubah

(3)Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sehingga berbunyi sebagai berikut:


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan pejabat negara. "Pasal 29

(4)Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Untuk dapat diangkat sebagai Pimpinan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Komisi Pemberantasan Korupsi harus
bersifat kolektif kolegial." memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. warga negara Indonesia;


13. Pasal 22 dihapus 2. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;
. 3. sehat jasmani dan rohani;
4. berijazah sarjana hukum atau sarjana
14. Pasal 23 dihapus lain yang memiliki keahlian dan
pengalaman paling sedikit 15 (lima
. belas) tahun dalam bidang hukum,
ekonomi, keuangan, atau perbankan;
15. Ketentuan Pasal 24 diubah 5. berusia paling rendah 50 (lima
puluh) tahun dan paling tinggi 65
sehingga berbunyi sebagai berikut:
(enam puluh lima) tahun pada proses
pemilihan;
"Pasal 24
6. tidak pernah melakukan perbuatan
(1)Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi tercela;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 7. cakap, jujur, memiliki integritas
(1) huruf c merupakan warga negara moral yang tinggi, dan memiliki
Indonesia yang karena keahliannya diangkat reputasi yang baik;
sebagai pegawai pada Komisi 8. tidak menjadi pengurus salah satu
Pemberantasan Korupsi. partai politik;
9. melepaskan jabatan struktural
(2)Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi dan/atau jabatan lainnya selama
merupakan anggota korps profesi pegawai menjadi anggota Komisi
aparatur sipil negara Republik Indonesia Pemberantasan Korupsi;
sesuai dengan ketentuan peraturan 10. tidak menjalankan profesinya selama
perundang-undangan. menjadi anggota Komisi
Pemberantasan Korupsi; dan
(3)Ketentuan mengenai tata cara 11. mengumumkan kekayaannya
pengangkatan Pegawai Komisi sebelum dan setelah menjabat sesuai
Pemberantasan Korupsi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
dengan ketentuan peraturan perundang- perundang-undangan."
undangan."
17. Ketentuan Pasal 32 diubah (1)Dalam hal terjadi kekosongan Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi, Presiden
sehingga berbunyi sebagai berikut: Republik Indonesia mengajukan calon
anggota pengganti kepada Dewan
"Pasal 32 Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

(1)Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (2)Anggota pengganti sebagaimana


berhenti atau diberhentikan karena: dimaksud pada ayat (1) dipilih dari calon
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
1. meninggal dunia; yang tidak terpilih di Dewan Perwakilan
2. berakhir masa jabatannya; Rakyat Republik Indonesia sepanjang masih
3. melakukan perbuatan tercela; memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
4. menjadi terdakwa karena melakukan dalam Pasal 29.
tindak pidana kejahatan;
5. berhalangan tetap atau secara terus- (3)Anggota pengganti Pimpinan Komisi
menerus selama lebih dari 3 (tiga) Pemberantasan Korupsi sebagaimana
bulan tidak dapat melaksanakan dimaksud pada ayat (1) melanjutkan sisa
tugasnya; masa jabatan pimpinan Komisi
6. mengundurkan diri; atau Pemberantasan Korupsi yang digantikan."
7. dikenai sanksi berdasarkan Undang-
Undang ini.

(2)Dalam hal Pimpinan Komisi 19. Ketentuan Pasal 37 diubah


Pemberantasan Korupsi menjadi tersangka
tindak pidana kejahatan, pimpinan Komisi sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pemberantasan Korupsi diberhentikan
sementara dari jabatannya. "Pasal 37

(3)Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


yang mengundurkan diri sebagaimana Pasal 36
dimaksud pada ayat (1) huruf f, dilarang
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlaku juga untuk Pegawai Komisi
tanggal pengunduran dirinya menduduki Pemberantasan Korupsi."
jabatan publik.
20. Di antara Bab V dan Bab VI disisipkan 1
(4)Pemberhentian sebagaimana dimaksud (satu) bab yakni Bab VA yang berbunyi
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan sebagai berikut:
Keputusan Presiden."
"BAB VA
DEWAN PENGAWAS"

18. Ketentuan Pasal 33 diubah

sehingga berbunyi sebagai berikut: 21. Di antara Pasal 37 dan Pasal 38 disisipkan 7
(tujuh) pasal, yakni Pasal 37A, Pasal 37B,
"Pasal 33 Pasal 37C, Pasal 37D, Pasal 37E, Pasal 37F,
dan Pasal 37G, yang berbunyi sebagai dan Pegawai Komisi Pemberantasan
berikut: Korupsi; dan
6. melakukan evaluasi kinerja
"Pasal 37A Pimpinan dan Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi secara
(1)Dalam rangka mengawasi pelaksanaan berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan tahun.
Korupsi dibentuk Dewan Pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)Dewan Pengawas membuat laporan
(1) huruf a. pelaksanaan tugas secara berkala 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun.
(2)Anggota Dewan Pengawas berjumlah 5
(lima) orang. (3)Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan kepada Presiden
(3)Anggota Dewan Pengawas sebagaimana Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan
dimaksud pada ayat (2) memegang jabatan Rakyat Republik Indonesia.
selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 37C

(1)Dewan Pengawas dalam menjalankan


Pasal 37B tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37B membentuk organ pelaksana pengawas.
(1)Dewan Pengawas bertugas:
(2)Ketentuan mengenai organ pelaksana
1. mengawasi pelaksanaan tugas dan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
wewenang Komisi Pemberantasan (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
Korupsi;
2. memberikan izin atau tidak
memberikan izin Penyadapan,
penggeledahan, dan/atau penyitaan; Pasal 37D
3. menyusun dan menetapkan kode etik
Pimpinan dan Pegawai Komisi Untuk dapat diangkat sebagai anggota
Pemberantasan Korupsi; Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
4. menerima dan menindaklanjuti dalam Pasal 37A, harus memenuhi
laporan dari masyarakat mengenai persyaratan sebagai berikut:
adanya dugaan pelanggaran kode
etik oleh Pimpinan dan Pegawai
Komisi Pemberantasan Korupsi atau 7. warga negara Indonesia;
pelanggaran ketentuan dalam 8. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Undang-Undang ini; Esa;
5. menyelenggarakan sidang untuk 9. sehat jasmani dan rohani;
memeriksa adanya dugaan 10. memiliki integritas moral dan
pelanggaran kode etik oleh Pimpinan keteladanan;
11. berkelakuan baik;
12. tidak pernah dipidana penjara (5)Pendaftaran calon dilakukan dalam waktu
berdasarkan putusan pengadilan 14 (empat belas) hari kerja secara terus
yang telah memperoleh kekuatan menerus.
hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang (6)Panitia seleksi mengumumkan kepada
diancam dengan pidana penjara masyarakat untuk mendapatkan tanggapan
paling singkat 5 (lima) tahun; terhadap nama calon sebagaimana dimaksud
13. berusia paling rendah 55 (lima puluh pada ayat (4).
lima) tahun;
14. berpendidikan paling rendah S1 (7)Tanggapan sebagaimana dimaksud pada
(sarjana strata satu); ayat (6) disampaikan kepada panitia seleksi
15. tidak menjadi anggota dan/atau paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak
pengurus partai politik; tanggal diumumkan.
16. melepaskan jabatan struktural atau
jabatan lainnya; (8)Panitia seleksi menentukan nama calon
17. tidak menjalankan profesinya selama yang akan disampaikan kepada Presiden
menjadi anggota Dewan Pengawas; Republik Indonesia.
dan
(9)Dalam jangka waktu paling lambat 14
18. mengumumkan harta kekayaannya
(empat belas) hari kerja terhitung sejak
sebelum dan setelah menjabat sesuai
tanggal diterimanya daftar nama calon dari
dengan ketentuan peraturan
panitia seleksi, Presiden Republik Indonesia
perundang-undangan yang berlaku.
menyampaikan nama calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Pasal 37E untuk dikonsultasikan.

(1)Ketua dan anggota Dewan Pengawas (10)Presiden Republik Indonesia


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37A menetapkan ketua dan anggota Dewan
diangkat dan ditetapkan oleh Presiden Pengawas dalam jangka waktu paling lama
Republik Indonesia. 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)Dalam mengangkat ketua dan anggota (9) selesai dilaksanakan.
Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Presiden Republik Indonesia (11)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
membentuk panitia seleksi. cara pengangkatan ketua dan anggota
Dewan Pengawas diatur dengan Peraturan
(3)Panitia seleksi sebagaimana dimaksud Pemerintah.
pada ayat (2) terdiri atas unsur Pemerintah
Pusat dan unsur masyarakat.

(4)Setelah terbentuk, panitia seleksi Pasal 37F


sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mengumumkan penerimaan calon. (1)Ketua dan anggota Dewan Pengawas
berhenti atau diberhentikan, apabila:
19. meninggal dunia;
20. berakhir masa jabatannya;
21. melakukan perbuatan tercela; 22. Ketentuan Pasal 38 diubah
22. dipidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah sehingga berbunyi sebagai berikut:
memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana "Pasal 38
kejahatan;
Segala kewenangan yang berkaitan dengan
23. mengundurkan diri atas permintaan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
sendiri secara tertulis; dan/atau
yang diatur dalam undang-undang yang
24. tidak dapat melaksanakan tugas
mengatur mengenai hukum acara pidana
selama 3 (tiga) bulan secara berturut-
berlaku juga bagi penyelidik, penyidik dan
turut.
penuntut umum pada Komisi Pemberantasan
(2)Dalam hal ketua dan anggota Dewan Korupsi, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Pengawas menjadi tersangka tindak pidana, Undang-Undang ini."
ketua dan anggota Dewan Pengawas
23. Ketentuan Pasal 40 diubah
diberhentikan sementara dari jabatannya.
sehingga berbunyi sebagai berikut:
(3)Ketua dan anggota Dewan Pengawas
yang mengundurkan diri sebagaimana
"Pasal 40
dimaksud pada ayat (1) huruf e dilarang
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sejak (1)Komisi Pemberantasan Korupsi dapat
tanggal pengunduran dirinya menduduki menghentikan penyidikan dan penuntutan
jabatan publik. terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi
yang penyidikan dan penuntutannya tidak
(4)Pemberhentian sebagaimana dimaksud
selesai dalam jangka waktu paling lama 2
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
(dua) tahun.
Presiden Republik Indonesia.
(2)Penghentian penyidikan dan penuntutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaporkan kepada Dewan Pengawas paling
Pasal 37G
lambat 1 (satu) minggu terhitung sejak
(1)Sebelum memangku jabatan, Ketua, dan dikeluarkannya surat perintah penghentian
anggota Dewan Pengawas wajib penyidikan dan penuntutan.
mengucapkan sumpah/janji menurut
(3)Penghentian penyidikan dan penuntutan
agamanya di hadapan Presiden Republik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
Indonesia.
diumumkan oleh Komisi Pemberantasan
(2)Bunyi sumpah/janji sebagaimana Korupsi kepada publik.
dimaksud pada ayat (1) berlaku secara
(4)Penghentian penyidikan dan penuntutan
mutatis mutandis dengan bunyi sumpah/janji
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
Ketua dan Wakil Ketua Komisi
dicabut oleh Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagaimana
Pemberantasan Korupsi apabila ditemukan
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)."
bukti baru yang dapat membatalkan alasan 3. sehat jasmani dan rohani yang
penghentian penyidikan dan penuntutan, dibuktikan dengan surat keterangan
atau berdasarkan putusan praperadilan dokter; dan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan 4. memiliki kemampuan dan integritas
perundang-undangan." moral yang tinggi.

(2)Persyaratan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b diselenggarakan oleh
24. Ketentuan Pasal 43 diubah Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja
sama dengan kepolisian dan/atau kejaksaan.
sehingga berbunyi sebagai berikut:
(3)Penyelidik Komisi Pemberantasan
"Pasal 43 Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberhentikan dari jabatannya apabila:
(1)Penyelidik Komisi Pemberantasan
Korupsi dapat berasal dari kepolisian, 5. diberhentikan sebagai aparatur sipil
kejaksaan, instansi pemerintah lainnya, negara;
dan/atau internal Komisi Pemberantasan 6. tidak lagi bertugas di bidang teknis
Korupsi. penegakan hukum; atau
7. permintaan sendiri secara tertulis.
(2)Penyelidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. pengangkatan dan pemberhentian penyelidik
Komisi Pemberantasan Korupsi
(3)Penyelidik sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (1) dan ayat (2) wajib tunduk pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Komisi
mekanisme penyelidikan sesuai dengan Pemberantasan Korupsi."
ketentuan peraturan perundang-undangan."

26. Ketentuan Pasal 45 diubah


25. Di antara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1
(satu) pasal, yakni Pasal 43A, yang berbunyi sehingga berbunyi sebagai berikut:
sebagai berikut:
"Pasal 45
"Pasal 43A
(1)Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
(1)Penyelidik Komisi Pemberantasan dapat berasal dari kepolisian, kejaksaan,
Korupsi harus memenuhi persyaratan penyidik pegawai negeri sipil yang diberi
sebagai berikut: wewenang khusus oleh undang-undang, dan
penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi.
1. berpendidikan paling rendah S1
(sarjana strata satu) atau yang setara; (2)Penyidik sebagaimana dimaksud pada
2. mengikuti dan lulus pendidikan di ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
bidang penyelidikan; Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(3)Penyidik sebagaimana dimaksud pada (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
ayat (1) dan ayat (2) wajib tunduk pada pengangkatan penyidik Komisi
mekanisme penyidikan yang diatur Pemberantasan Korupsi sebagaimana
berdasarkan ketentuan hukum acara pidana. dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur
dalam Peraturan Komisi Pemberantasan
(4)Penyidik sebagaimana dimaksud pada Korupsi."
ayat (1) dan ayat (2) wajib mempunyai
standar kompetensi yang sama."

28. Ketentuan Pasal 46 diubah

27. Di antara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 1 sehingga berbunyi sebagai berikut:
(satu) pasal, yakni Pasal 45A, yang berbunyi
sebagai berikut: "Pasal 46

"Pasal 45A Dalam hal seseorang ditetapkan sebagai


tersangka oleh Komisi Pemberantasan
(1)Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Korupsi, terhitung sejak tanggal penetapan
harus memenuhi persyaratan sebagai pemeriksaan tersangka dilaksanakan
berikut: berdasarkan ketentuan hukum acara pidana."

1. berpendidikan paling rendah S1 29. Ketentuan Pasal 47 diubah


(sarjana strata satu) atau yang setara;
2. mengikuti dan lulus pendidikan di sehingga berbunyi sebagai berikut:
bidang penyidikan;
3. sehat jasmani dan rohani yang "Pasal 47
dibuktikan dengan surat keterangan
dokter; dan (1)Dalam proses penyidikan, penyidik dapat
4. memiliki kemampuan dan integritas melakukan penggeledahan dan penyitaan
moral yang tinggi. atas izin tertulis dari Dewan Pengawas.

(2)Persyaratan sebagaimana dimaksud pada (2)Dewan Pengawas dapat memberikan izin


ayat (1) huruf b diselenggarakan oleh tertulis atau tidak memberikan izin tertulis
Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja terhadap permintaan izin sebagaimana
sama dengan kepolisian dan/atau kejaksaan. dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 x 24
(satu kali dua puluh empat) jam sejak
(3)Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi permintaan izin diajukan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberhentikan dari jabatannya karena: (3)Penggeledahan dan penyitaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
5. diberhentikan sebagai aparatur sipil membuat berita acara penggeledahan dan
negara; penyitaan pada hari penggeledahan dan
6. tidak lagi bertugas di bidang teknis penyitaan paling sedikit memuat:
penegakan hukum; atau
7. permintaan sendiri secara tertulis.
1. nama, jenis, dan jumlah barang atau (1)Ketua dan anggota Dewan Pengawas
benda berharga lain yang digeledah untuk pertama kalinya ditunjuk dan diangkat
dan disita; oleh Presiden Republik Indonesia.
2. keterangan tempat, waktu, hari,
tanggal, bulan, dan tahun dilakukan (2)Kriteria ketua dan anggota Dewan
penggeledahan dan penyitaan; Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
3. keterangan mengenai pemilik atau (1) sesuai dengan ketentuan Pasal 37D
yang menguasai barang atau benda termasuk dan tidak terbatas pada aparat
berharga lain tersebut; penegak hukum yang sedang menjabat dan
4. tanda tangan dan identitas penyidik yang telah berpengalaman paling sedikit 15
yang melakukan penggeledahan dan (lima belas) tahun.
penyitaan; dan
5. tanda tangan dan identitas dari (3)Penunjukan dan pengangkatan
pemilik atau orang yang menguasai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang tersebut. 1 (satu) kali masa jabatan sesuai masa
jabatan Dewan Pengawas sebagaimana
(4)Salinan berita acara penggeledahan dan dimaksud dalam Pasal 37A ayat (3).
penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disampaikan kepada tersangka atau (4)Pengangkatan ketua dan anggota Dewan
keluarganya." Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan bersamaan dengan
pengangkatan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi periode tahun 2019
30. Di antara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan 1 sampai dengan tahun 2023.
(satu) pasal, yakni Pasal 47A yang berbunyi
sebagai berikut:

"Pasal 47A Pasal 69B

(1)Hasil penggeledahan dan penyitaan (1)Pada saat Undang-Undang ini mulai


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berlaku, penyelidik atau penyidik Komisi
dapat dilakukan pelelangan. Pemberantasan Korupsi yang belum
berstatus sebagai pegawai aparatur sipil
(2)Ketentuan mengenai pelelangan negara dalam jangka waktu paling lama 2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
dengan Peraturan Pemerintah." berlaku dapat diangkat sebagai pegawai
aparatur sipil negara sepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.

31. Di antara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 4 (2)Pengangkatan sebagaimana dimaksud


(empat) pasal, yakni Pasal 69A, Pasal 69B, pada ayat (1) berlaku bagi penyelidik atau
Pasal 69C, dan Pasal 69D, yang berbunyi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
sebagai berikut: yang telah mengikuti dan lulus pendidikan
di bidang penyelidikan dan penyidikan
"Pasal 69A sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
proses hukumnya belum selesai harus
dilakukan berdasarkan ketentuan
Pasal 69C sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini."
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi
yang belum berstatus sebagai pegawai Pasal II
aparatur sipil negara dalam jangka waktu Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkan.
Undang-Undang ini mulai berlaku dapat
diangkat menjadi pegawai aparatur sipil Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan pengundangan Undang-Undang ini dengan
perundang-undangan. penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Pasal 69D
Diundangkan di Jakarta
Sebelum Dewan Pengawas terbentuk, pada tanggal 17 Oktober 2019
pelaksanaan tugas dan kewenangan Komisi PLT.MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
Pemberantasan Korupsi dilaksanakan MANUSIA
berdasarkan ketentuan sebelum Undang- REPUBLIK INDONESIA,
Undang ini diubah."
TJAHJO KUMOLO
32. Di antara Pasal 70 dan Pasal 71 disisipkan 3
(tiga) pasal, yakni Pasal 70A, Pasal 70B, dan
Undang-Undang ini dinyatakan sah berdasarkan
Pasal 70C, yang berbunyi sebagai berikut:
ketentuan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
"Pasal 70A

Pengangkatan, pembinaan, dan


pemberhentian Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi dilaksanakan sesuai TAMBAHAN
dengan ketentuan peraturan perundang- LEMBARAN NEGARA RI
undangan.

Pasal 70B
Pasal I
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Angka 1
semua peraturan perundang-undangan yang Pasal 1
bertentangan dengan Undang-Undang ini Cukup jelas
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Angka 2
Pasal 70C
Pasal 3
Yang dimaksud dengan "lembaga negara" adalah
Pada saat Undang-Undang ini berlaku,
lembaga negara yang bersifat sebagai state auxiliary
semua tindakan penyelidikan, penyidikan,
agency yang masuk dalam rumpun eksekutif.
dan penuntutan Tindak Pidana Korupsi yang
wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi atau
anggota Komisi secara individual dari pihak Pasal 12B
eksekutif, yudikatif, legislatif, pihak-pihak lain yang Ayat (1)
terkait dengan perkara tindak pidana korupsi, atau Izin tertulis diajukan setelah dilakukan gelar perkara
keadaan dan situasi ataupun dengan alasan apapun. di hadapan Dewan Pengawas.
Ayat (2)
Angka 3 Cukup jelas.
Pasal 5 Ayat (3)
Cukup jelas Cukup jelas.
Ayat (4)
Angka 4 Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas Pasal 12C
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal 7 Pasal 12D
Cukup jelas Ayat (1)
Cukup jelas.
Angka 6 Ayat (2)
Pasal 8 Cukup jelas.
Cukup jelas Ayat (3)
Hukuman pidana dijatuhkan termasuk namun tidak
Angka 7 terbatas terhadap hasil penyadapan Komisi
Pasal 9 Pemberantasan Korupsi sebelum Undang-Undang
Cukup jelas ini berlaku.

Angka 8 Angka 13
Pasal 10 Pasal 13
Cukup jelas Cukup jelas

Angka 9 Angka 14
Pasal 10A Pasal 14 Dihapus
Cukup jelas
Angka 15
Angka 10 Pasal 15
Pasal 11 Cukup jelas
Cukup jelas
Angka 16
Angka 11 Pasal 19
Pasal 12 Cukup jelas
Cukup jelas
Angka 17
Angka 12 Pasal 21
Pasal 12A Cukup jelas
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 18 Cukup jelas.
Pasal 22 Huruf c
Dihapus Yang dimaksud dengan "perbuatan tercela" adalah
perbuatan yang dapat merendahkan martabat
Angka 19 Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pasal 23 Huruf d
Dihapus Cukup jelas.
Huruf e
Angka 20 Cukup jelas.
Pasal 24 Huruf f
Cukup jelas Cukup jelas.
Huruf g
Angka 21 Cukup jelas.
Pasal 29 Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas
Cukup jelas. Ayat (3)
Huruf b Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (4)
Huruf c Cukup jelas
Cukup jelas.
Huruf d Angka 23
Cukup jelas. Pasal 33
Huruf e Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf f Angka 24
Yang dimaksud dengan "perbuatan tercela" adalah Pasal 37
perbuatan yang dapat merendahkan martabat Cukup jelas
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Huruf g Angka 25
Cukup jelas. BAB VA
Huruf h Cukup jelas
Cukup jelas.
Huruf i Angka 26
Cukup jelas. Pasal 37A
Huruf j Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf k Pasal 37B
Cukup jelas Cukup jelas.

Angka 22 Pasal 37C


Pasal 32 Cukup jelas.
Ayat (1)
Huruf a Pasal 37D
Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal 37E Angka 31
Cukup jelas. Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 37F
Ayat (1) Angka 32
Huruf a Pasal 45A
Cukup jelas. Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas Angka 33
Huruf c Pasal 46
Yang dimaksud dengan "perbuatan tercela" adalah Cukup jelas
perbuatan yang dapat merendahkan martabat
Komisi Pemberantasan Korupsi. Angka 34
Huruf d Pasal 47
Cukup jelas. Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas. Angka 35
Huruf f Pasal 47A
Cukup jelas. Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas. Angka 36
Ayat (3) Pasal 69A
Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas. Pasal 69B
Cukup jelas.
Pasal 37G
Cukup jelas Pasal 69C
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 38 Pasal 69D
Cukup jelas Cukup jelas

Angka 28 Angka 37
Pasal 40 Pasal 70A
Cukup jelas Cukup jelas.

Angka 29 Pasal 70B


Pasal 43 Cukup jelas.
Cukup jelas
Pasal 70C
Angka 30 Cukup jelas
Pasal 43A
Cukup jelas Pasal II
Cukup jelas

Anda mungkin juga menyukai