PRAKTIKUM
PERKERASAN JALAN
LABORATORIUM
TRANSPORTASI & JALAN
RAYA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI (S1) TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
2020
ANALISA SARINGAN
TUJUAN
:
Tujuan dari percobaan ini untuk menentukan pemenuhan ukuran distribusi
partikel dengan syarat-syarat spesifikasi yang dapat dipakai dan untuk
menyediakan data penting dalam mengatur produksi dari berbagai macam
agregat dan campuran yang mengandung agregat.
BAHAN UJI :
Terdiri Dari :
ALAT :
Terdiri Dari :
PROSEDUR :
Langkah-langkah :
3. Filler
Langkah-langkah :
JUMLAH %
NO. TERTAHAN
TERTAHAN
SARINGAN (GRAM) TERTAHAN LOLOS
(GRAM)
3/4
1/2
3/8
_ _ _ _
No. 4
No. 8
_ _ _ _
No. 16
No. 30
No. 50
_ _ _ _
No. 100
No. 200
PAN
Tertahan
Jumlah Tertahan
% Tertahan
% Lolos
Ambil Nilai S, yaitu Nilai Tengah Spesifikasi pada Saringan No. 8 (2,36 mm)
Yaitu :
50 +
62 = 56 %
2
Tentukan Nilai F dan C,
yaitu
Misal :
C = 12,5%
Pada Agregat Halus :
F = 100%
×100% = 50,29%
F–C 100–12,5
ALAT :
Terdiri Dari :
3. Filler
PROSEDUR :
Langkah-langkah :
Langkah-langkah :
a. Ambil Sampel Benda Uji Lolos Saringan No. 8 dan Tertahan No.
200 Sebanyak 1,5 kg.
b. Rendam Selama 24 ± 4 jam;
c. Hamparkan Agregat, Tunggu dalam Kondisi Kering Permukaan (SSD);
d. Timbang Benda Uji dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry) untuk
2 sampel sebanyak masing – masing 500 gram.
e. Timbang Picnometer beserta Penutupnya yang telah diisi air.
f. Buang Sebagian Air, kira-kira Air yang tersisa adalah ¼ Picnometer
g. Masukkan 500 gram Agregat ke dalam Picnometer.
h. Masukkan Air sampai garis yang ada sekaligus membersihkan
Agregat yang menempel pada dinding Picnometer
i. Rendam selama 24 ± 4 jam;
j. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan
gelembung udara yang terdapat di dalam air;
k. Isikan Air sampai Penuh.
l. Timbang Picnometer dan Benda Uji beserta Penutupnya yang telah
diisi air;
m. Keluarkan Benda Uji dari Picnometer
n. Keringkan Benda Uji pada temperature (110 ± 5)°C,
o. Dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau
sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat
dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50°C), kemudian tentukan
beratnya.
3. Filler
Langkah-langkah :
BAHAN UJI :
Bahan Uji adalah agregat kasar (batu pecah) pengujian abrasi yang
digunakan pada praktikum adalah pengujian abrasi Agregat Kelas B dengan
Jumlah Bola 11 buah dan Putaran 500 rpm, maka :
ALAT :
Terdiri Dari :
PROSEDUR :
Tujuan Pengujian ini untuk mengukur konsistensi aspal. Nilai Penetrasi yang
tinggi menunjukkan konsistensi aspal yang lunak.
BAHAN UJI :
Bahan Uji adalahbitumen aspal keras yang dipanaskan.
ALAT :
Terdiri Dari :
1) Penetrometer
Ada dua macam penetrometer yaitu penetrometer manual dan
penetrometer otomatis. Perbedaan kedua penetrometer ini terletak
pada:
a) Pengukur waktu. Pada penetrometer manual diperlukan
stopwatch sedangkan pada penetrometer otomatis tidak
diperlukan stopwatch karena pengukur waktu otomatis sudah
terangkai dalam alat penetrometer.
b) Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer
manual harus ditekan selama 5±0,1 detik sampai waktu
ditentukan, sedangkan tombol pada pemegang jarum
penetrometer otomatis ditekan hanya pada saat permulaan
pengujian yang akan berhenti secara otomatis setelah waktu
yang ditentukan (5±0,1 detik).
Kedua alat ini terdiri dari :
TUJUAN :
Tujuan percobaan ini ialah untuk menentukan angka titik lembek aspal yang
berkisar dari 30°C sampai dengan 157°C dengan cara ring and ball. Titik
Lembek adalah temperatur pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak
turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga
aspal menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada jarak 25,4 mm,
sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Cara uji meliputi penentuan titik
lembek aspal antara 30°C sampai dengan 157°C menggunakan alat cincin dan
bola yang direndam pada air suling (untuk titik lembek antara 30°C sampai
dengan 80°C), direndam pada gliserin (untuk titik lembek di atas 80°C sampai
dengan 157°C) atau direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik lembek antara
30°C sampai dengan 110°C). Nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam
satuan derajat Celcius (°C).
BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal dan Cairan perendam. Cairan perendam yang
digunakan yaitu air suling yang telah dididihkan untuk titik lembek antara 30C
sampai dengan 80C.
ALAT :
Terdiri atas :
1. Cincin; dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan, bentuk dan
dimensi cincin seperti terlihat pada gambar 1 .
2. Pelat persiapan benda uji; dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran 50 mm x 75 mm
3. Bola, dua bola baja dengan diameter 9,5 mm, setiap bola mempunyai
berat 3,5g 0,05g.
4. Pengarah bola; dua pengarah bola terbuat dari bahan kuningan, untuk
meletakkan bola di tengah cincin, satu untuk setiap bola, bentuk dan
dimensi.
5. Bejana perendam; gelas kimia tahan panas, mempunyai ukuran
diameter dalam tidak kurang dari 85 mm dan tinggi tidak kurang dari
120 mm dari dasar bejana yang mendapat pemanasan.
6. Dudukan benda uji yang terdiri dari; pemegang cincin dan
peralatannya, terbuat dari bahan kuningan, digunakan untuk
meletakkan 2 cincin berisi lapisan aspal yang diletakkan pada posisi
horizontal. Jarak dari pelat dasar ke pemegang cincin adalah 25 mm
dan jarak dari pelat dasar ke dasar bejana perendam adalah 16 mm 3
mm.
7. Pengatur waktu (stopwatch).
8. Termometer
a) termometer titik lembek untuk temperatur rendah, mempunyai skala
dari 2C sampai dengan 80C, sesuai dengan persyaratan termometer
15C seperti ditentukan dalam SNI 19-6421-2000
b) termometer titik lembek untuk temperatur tinggi, mempunyai skala
dari 30C sampai dengan 200C, sesuai dengan persyaratan
termometer 16C seperti ditentukan dalam SNI 19-6421-2000.
c) termometer harus diletakkan sesuai petunjuk. Agar bagian bawah
gelembung termometer sejajar dengan bagian bawah dari cincin pada
jarak 13 mm dari cincin, tidak menyentuh cincin atau alat pemegang
cincin. Selama pengujian termometer tidak boleh diganti.
PROSEDUR :
TUJUAN :
Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas
bahan aspal. Standar ini mencakup pengujian daktilitas aspal keras, residu
aspal emulsi, residu aspal cair dan bitumen aspal alam yang menunjukkan
pemuluran aspal. Pengujian dilakukan pada temperature 25°C ± 0,5°C atau
temperatur lainnya dengan cara menentukan jarak pemuluran aspal dalam
cetakan pada saat putus setelah ditarik dengan kecepatan 50 mm per menit ±
2,5 mm. Daktilitas adalah sifat pemuluran aspal yang diukur pada saat putus.
BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal yang telah dipanaskan.
ALAT :
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah:
a) Cetakan benda uji daktilitas terbuat dari kuningan
b) Bak perendam harus dapat mempertahankan temperatur pengujian 25°C
atau temperatur lainnya dengan ketelitian 0,1°C. Isi air dalam bak
perendam tidak boleh kurang dari 10 liter, kedalaman air di dalam bak
tidak boleh kurang dari 50 mm agar benda uji dapat terendam pada
kedalaman 25 mm;
TUJUAN :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79˚C. Titik nyala adalah suhu
pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Titik
bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Standar ini untuk menentukan titik nyala
dan titik bakar aspal dengan menggunakan alat cleveland open cup secara
manual dan dapat digunakan untuk semua jenis aspal yang mempunyai titik
nyala dalam rentang 79˚C sampai dengan 400˚C.
BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal
ALAT :
a. Alat cleveland open cup terdiri dari: cawan cleveland, pelat pemanas,
nyala api penguji, pemanas dan penyangga. Nyala api penguji, sebagai
sumber nyala penguji digunakan gas alam cair (LPG). Suplai tekanan
gas ke alat tidak boleh melebihi 3 kPa.
b. Termometer dengan rentang pengukuran – 6°C sampai dengan
400°C.
PROSEDUR :
a. Panaskan contoh bahan yang keras atau semi padat sampai cair.
Temperatur pemanasan contoh uji tidak boleh lebih dari 150°C;
b. Isi cawan cleveland dengan contoh uji sampai garis batas pengisian,
dan tempatkan cawan cleveland di atas pelat pemanas. Bila benda uji
diisi berlebih pada cawan cleveland, pindahkan bagian yang berlebih
dengan pipet atau alat lainnya untuk menghindari bagian yang meleleh.
Bila ada bagian aspal yang menempel pada bagian luar cawan,
bersihkan. Hilangkan gelembung udara atau busa yang terjadi pada
permukaan benda uji dengan pisau yang tajam atau alat pemotong
lainnya dan pertahankan tinggi benda uji. Bila busa tetap ada sampai
tahap akhir dari pengujian, pengujian dihentikan dan diulangi;
c. Nyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 mm
sampai dengan 4,8 mm, atau nyala api penguji seukuran dengan ujung
pipa api penguji;
d. Lakukan dengan hati-hati penggunaan gas untuk nyala api penguji. Bila
api penguji padam, gas untuk nyala penguji akan mempengaruhi hasil
uji;
e. Teknisi harus berhati-hati selama melakukan pengujian ini. Aspal
dengan titik nyala rendah dapat menyala besar seketika. Selain itu
pengujian sampai dengan temperatur 400°C dapat mengeluarkan uap
beracun;
f. Lakukan pemanasan awal dengan kenaikan temperatur antara 14° C
sampai dengan 17°C per menit sampai benda uji mencapai temperatur
56°C di bawah titik nyala- perkiraan. Kurangi pemanasan hingga
kecepatan kenaikan temperatur antara 5°C sampai dengan 6°C per
menit sampai benda uji mencapai temperatur 28°C di bawah titik nyala
perkiraan;
g. Gunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai lebih
kurang 28°C di bawah titik nyala-perkiraan dan lintaskan api penguji
setiap kenaikan temperatur 2°C. Lintasan api penguji mengikuti garis
lengkung yang mempunyai jari-jari minimum 150 mm ± 1 mm;
h. Api penguji harus bergerak horizontal dan jarak dengan tepi atas cawan
tidak lebih dari 2 mm. Waktu yang dibutuhkan api penguji untuk
melintasi cawan kurang lebih 1 detik ± 0,1 detik;
i. Bilamana terjadi pembusaan dipermukaan benda uji sampai temperatur
28˚C di bawah titik nyala-perkiraan, pengujian dihentikan dan diulangi;
j. Perhatikan besarnya nyala api penguji, kecepatan kenaikan temperatur
dan kecepatan gerakkan api penguji di atas benda uji;
k. Catat hasil pengujian titik nyala yang diperoleh dari pembacaan
termometer pada saat benda uji mulai menyala;
l. Untuk menentukan titik bakar, lanjutkan pemanasan pada benda uji
setelah titik nyala dicatat, kenaikan temperatur 5˚C sampai dengan 6˚C
per menit. Teruskan penggunaan nyala penguji pada interval kenaikan
temperatur 2˚C sampai benda uji menyala dan terbakar minimal 5 detik.
Catat temperatur tersebut sebagai titik bakar benda uji.
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN
ALAT MARSHALL
TUJUAN :
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria
perencanaan. Kriteria perencanaan dalam praktikum ini adalah Lataston Lapis
Aus (HRS – WC), maka :
ALAT :
a. Saringan ;
b. Oven;
c. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 dan tinggi 7,62cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung;
d. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
(1) Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang
berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas
45,7 cm;
(2) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat
bajaberukuran 30,48 cm x 30,48 cm x 2,54 cm dan dijangkarkan
pada lantaibeton di keempat bagian sudutnya;
e. Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10
cm;
f. Alat marshall lengkap dengan:
1) Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung;
2) Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg,dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm;
3) Arloji pengukur alir (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya;
g. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai
20°C–60°C (±1°C);
h. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg denganketelitian 1 gram;
i. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250°C dan
100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas;
j. Perlengkapan lain :
(1) panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
aspal;
(2) sendok pengaduk dan spatula;
(3) kompor atau pemanas (hot plate);
(4) sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).
PROSEDUR :
Persiapan benda uji meliputi :
a. Tentukan Persentase Agregat Kasar, Agregat Halus dan Filler untuk
Suatu contoh campuran aspal.
Misal Dari Hasil Analisa Saringan Didapat :
GRADASI CAMPURAN HRS BASE
No. Agregat Kasar Agregat Halus Filler Jumlah Spec.
Saringa 50,29% 46,71% 3,00% Total Gradasi
Lolos Lolos Lolos Lolos
# 3/4 100,0 50,29 100 46,71 100 3 100 100
# 1/2 90,1 45,29 100 46,71 100 3 95,0 87-100
# 3/8 57,3 28,80 100 46,71 100 3 78,5 55-88
#8 16,3 8,22 100 46,71 100 3 57,9 50-62
# 30 14,1 7,11 61,5 28,73 84,3 2,5 38,4 20-45
# 50 12,7 6,39 29,2 13,63 71,4 2,1 22,2 15-35
#200 3,9 1,96 4,4 2,04 52,3 1,6 5,6 6-10
Maka :
Prosen Agregat Kasar : 50,29%
Prosen Agregat Halus : 46,71%
Prosen Filler : 3%
Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum pada Suatu campuran
Beraspal Panas, digunakan Cara Triall Error Kadar Aspal pada suatu
campuran. Misal Dicoba kadar aspal pada salah satu Benda Uji adalah
5% maka :
Prosen Campuran = 100 %
Prosen Aspal =5%
Prosen Agregat = (100 – 5) % = 95 %
Kapasitas Cetakan untuk satu campuran adalah 1200 gram, maka :
Banyaknya Aspal = 5 % × 1200 gram = 60 gram.
Banyaknya Agregat = 95 % × 1200 gram
Karena Agregat terdiri dari Agregat Kasar, Agregat Halus, dan Filler,
maka :
Banyaknya Agregat Kasar = 50,29 % × 95 % × 1200 gram
= 573,306 gram
Banyaknya Agregat Halus = 46,71 % × 95 % × 1200 gram
= 532,494 gram
Banyaknya Filler = 3 % × 95 % × 1200 gram
= 34,2 gram
Cek Apakah Perhitungan sudah benar,
Jumlah Total Campuran = Kapasitas Cetakan
Kapasitas Cetakan = 1200 gram
Jumlah Total Campuran = Banyaknya Aspal + Banyaknya
Agregat Kasar + Banyaknya Agregat
Halus + Banyaknya Filler
= 60 + 573,306 + 532,494 + 34,2
= 1200 gram (Benar)
Lanjutkan Perhitungan untuk kadar aspal yang lain dengan cara yang
sama seperti di atas.
b. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan;
c. Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan
seperti Tabel Berikut;
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik Viscosimeter 170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Saybolt Furol Viscosimeter 85±10 85±10 DET.SF 140±15 140±15 DET.SF
Pencampuran, dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm.
b. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran;
c. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut; kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai 2.2.4).(2)
sampai agregat terselimuti aspal secara merata;
d. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3oC –
148,9oC;
e. Letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan pemegang
cetakan;
f. Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan;
g. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya;
h. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukkan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukkan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukkan untuk lalu lintas ringan
dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan
agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan;
i. Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi;
j. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah
dengan jumlah tumbukkan yang sama;
k. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar
benda uji pada permukaan ujung ini;
l. Kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang;
m. Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas
angin meja;
n. Apabila Sudah cukup dingin, keluarkan benda uji dari cetakan
menggunakan ekstruder.
o. Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji;
p. Dinginkan Benda Uji kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
Persiapan Pengujian, dilakukan sebagai berikut :
a. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel;
b. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
c. Timbang berat kering benda uji;
d. Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruangan;
e. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi benda uji;
f. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh;
g. Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari
kepala penekan, sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur
bebas (bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda
uji pada suhu 21,1– 37,8oC untuk mengurangi lengketnya benda uji
terhadap permukaan dalam kepala penekan).
Percobaan Marshall
SNI 06-2489-1991
NO a b c d e f g h i J k l m n o p q r s
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
a = % Aspal terhadap batuan g = berat isi benda uji = ƒc bsg k = jmlh kandungan rongga (%) = 100 - i - j
i = B.J.acpaS
b = % aspal terhadap campuran = a (100–b)g
(100–a) 𝑥 100 h = berat jenis maksimum (teoritis) j = B.J.agregat l = % rongga terhadap agregat = 100 - j 1. Suhu pencampuran = 150 0C
100 i
c = berat (gram) h= % agregat % m = % rongga terisi aspal = 100 . ( ) 2. Suhu pemadatan = 140 0C
acpal + S
B.J. B.J.
g
d = berat dalam keadaan jenuh (gram) n = % rongga trhp. campuran = 100 − (100. ( )) 3. Suhu percobaan = 60 0C
h
e = berat dalam air o = pembacaan arloji stabilitas q = stabilitas (p x koreksi benda uji)
f = isi (mL) = d-e p = stabilitas (o x kalibras alat = 1,2099668) r = kelelehan (0.01”)
FORM MARSHALL TEST
i. bxg
B.J.aspal
(100–b) g
j. B.J.agregat
Dimana
BJ Agregat = (
% agregat halus×B.J.agregat halus % agregat kasar×B.J.agregat kasar )
% filler×B.J.filler
100 + 100 + 100
o x kalibrasi alat
q. Stabilitas terkoreksi
q = p x korelasi tebal benda uji
r. Kelelehan (0,01”) pada Pembacaan Arloji (mm)
s. Marshall Quation (kg/mm)
s = qr
Hitung Tinggi Benda Uji pada 3 sisi
Didapatkan t1, t2 , t3 dalam (mm)
Cari trata-rata dari ketiga hasil tersebut
Lakukan Interpolasi pada tabel, untuk mendapatkan nilai anka korelasi.
Misal :
trata-rata = (X) = 61,78 mm, berada di antara :
X1 = 60,3 ; Y1 = 1,09 ; X2 = 61,90 ; Y2 = 1,04
Angka Korelasi (Y) = 1,09
+
61,78 –
60,3
= = 1,04
( ) × (1,04 − 1,09)
61,90–60,3
ALAT :
PROSEDUR :
a. Letakkan alat DCP yang telah dirakit diatas permukaan tanah/sirtu secara
vertikal 90° bila terjadi penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan
kesalahan pengukuran yang relatif besar.
b. Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (X0) dalam satuan mm.
Penunjukan X0 tidak perlu tepat pada angka nol karena nilai X 0 ini akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukan nilai X0 pada format
kolom ke-2 (pembacaan mistar-mm), untuk tumbukan N=0 kolom ke-1.
c. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan
sehingga menumbuk landasan. Tumbukan ini menyebabkan konus
menembus lapisan material uji.
d. Baca posisi penunjuk mistar ukur ( X1) setelah terjadi penetrasi.
Masukkan nilai X1 ini pada format kolom-2 baris kedua (pembacaan
mistar-mm). Untuk tumbukan N = 1 ( baris ke-2). Isilah kolom ke-3
(kumulatif penetrasi –mm) pada format data yaitu selisih antara X1 dan
X0 (X1 – X0).
FORM
DYNAMIC CONE PENETROMETER
METODE GRAFIS
f. Tentukan Pembagian Layer, 1 Layer adalah nilai pada grafik yang dapat
ditarik satu garis lurus.
Kumulatif Tumbukan
Kumulatif Penetrasi (mm)
0510 15 20 25 30 35 40 45 50
0
100Layer 1
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Kumulatif Penetrasi (mm)
Kumulatif Tumbukan
05101520253035404550
0
Layer 1
200
Layer 2
400
600
800
1000
g. Masukkan Nilai Pada setiap Layer dengan cara :
Blow No. of DCP Layer
layer (%) From To (mm) Depth (mm)
Count Blows (mm/blow) CBR (%)
Maka :
Blow No. of DCP Layer
layer (%) From To (mm) Depth (mm)
Count Blows (mm/blow) CBR (%)
1 0 300 300 25 25 12,00 24,9
2 300 510 210 50 25 8,40 40,0
BAHAN UJI :
Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah yang akan
diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus
dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter 16,51 cm,
kedalaman 10 cm sampai 15 cm.
ALAT :
a. . Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter;
b. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm, dan pelat corong.
c. Takaran yang telah diketahui isinya (± 2019 ml) dengan diameter
lubang 16,51 cm.
d. Pelat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang berdiameter 16,51 cm.
e. Peralatan kecil yaitu : mister perata dari baja, meteran 2 m, palu,
sendik,kuas,pahat.
f. Peralatan untuk menentukan kadar air. yaitu
1) Satu buah timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan
ketelitian sampai 1,0 gram.
2) Satu buah timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian
sampai 0,1 gram.
3) Spiritus
PROSEDUR :
Adalah Berat di dalam Corong pada saat penuangan pasir ke dalam galian,
besarnya adalah tetap. Yaitu 1400 gram
Adalah Selisih antara Berat pasir dalam corong + lubang dengan Berat pasir
dalam corong (F = C – D )
Adalah berat isi pasir per cm3. Nilainya adalah tetap yaitu 1,54 gr/cm3
G. Volume lubang
Adalah Volume Lubang hasil galian, yaitu hasil pembagian antara berat pasir
di dalam lubang, dengan berat isi pasir
𝐸
𝐺=
𝐹
Adalah berat tanah hasil galian sebelum disaring dengan saringan No. 4
I. Berat cawan
Adalah Berat Cawan Tempat meletakkan Contoh Tanah Basah pada saat
ditimbang
Adalah Berat hasil pengurangan antara Berat contoh basah + cawan dikurangi
dengan berat cawan ( J = H – I )
Adalah berat isi basah dari contoh tanah hasil galian. Besarnya yaitu :
𝐽
𝐾=
𝐺
Adalah berat isi kering dari contoh tanah hasil galian. Besarnya yaitu :
𝐼
𝐿= 𝑥 100%
100 + 𝑤rata–
rata
Adalah Nilai Kadar Air dari Hasil Koreksi Contoh yang lolos Saringan No. 4
Adalah nilai Kepadatan Kering Maksimum atau terbesar dari semua titik
Pengujian.
Dari Hasil plot besarnya berat isi kering pada setiap titik ke Grafik Korelasi
Antara Nilai Berat isi Kering dengan Kepadatan setelah dikoreksi.
Adalah berat contoh basah yang tertahan saringan No. 4, ditimbang setelah
berat contoh basah + cawan (Poin H) didapatkan.
Q. Persen tertahan saringan no. 4
Adalah Persentase Berat contoh basah yang tertahan saringan No. 4 terhadap
berat contoh basah keseluruhan. Yaitu :
𝑃
𝑄= 𝑥 100%
𝐽
S. Persyaratan spesifikasi
Adalah nilai spesifikasi kepadatan hasil pengujian dengan alat sand cone. Yaitu
sebesar 95%.
Pada Perhitungan Kadar Air :