Anda di halaman 1dari 50

MODUL

PRAKTIKUM
PERKERASAN JALAN

LABORATORIUM
TRANSPORTASI & JALAN
RAYA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI (S1) TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
2020
ANALISA SARINGAN
TUJUAN
:
Tujuan dari percobaan ini untuk menentukan pemenuhan ukuran distribusi
partikel dengan syarat-syarat spesifikasi yang dapat dipakai dan untuk
menyediakan data penting dalam mengatur produksi dari berbagai macam
agregat dan campuran yang mengandung agregat.
BAHAN UJI :
Terdiri Dari :

1. Agregat Kasar (Batu Pecah).


2. Agregat Halus (Pasir)
3. Filler

ALAT :
Terdiri Dari :

1. Saringan sesuai Spesifikasi yang dipakai.


2. Sieve Shaker

PROSEDUR :

1. Agregat Kasar (Batu Pecah).

Langkah-langkah :

a. Susun Saringan sesuai dengan urutan pada Form. Saringan yang


dikosongkan tidak perlu dimasukkan, karena gradasi yang
digunakan adalah gradasi semi senjang.
b. Siapkan Benda Uji dengan cara memasukkan benda uji secukupnya
ke dalam saringan. Dan meloloskannya pada saringan No. ¾ inci.
c. Lepaskan Saringan No. ¾ inci pada bagian teratas, Tutup
saringan dengan penutup saringan.
d. Letakkan Saringan ke Sieve Shaker
e. Nyalakan Sieve Shaker selama 15 menit.
f. Timbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

2. Agregat Halus (Pasir)


Langkah-langkah :

a. Susun Saringan sesuai dengan urutan pada Form. Saringan yang


dikosongkan tidak perlu dimasukkan, karena gradasi yang digunakan
adalah gradasi semi senjang. Saringan teratas adalah saringan No. 8,
saringan yang lebih besar dari saringan No. 8 tidak perlu
dimasukkan.
b. Siapkan Benda Uji dengan cara memasukkan benda uji secukupnya
ke dalam saringan. Dan meloloskannya pada saringan No. 8.
c. Lepaskan Saringan No. 8 inci pada bagian teratas, Tutup
saringan dengan penutup saringan.
d. Letakkan Saringan ke Sieve Shaker
e. Nyalakan Sieve Shaker selama 15 menit.
f. Timbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

3. Filler

Langkah-langkah :

a. Susun Saringan sesuai dengan urutan pada Form. Saringan yang


dikosongkan tidak perlu dimasukkan, karena gradasi yang digunakan
adalah gradasi semi senjang. Saringan teratas adalah saringan No. 8,
saringan yang lebih besar dari saringan No. 8 tidak perlu
dimasukkan.
b. Siapkan Benda Uji dengan cara memasukkan benda uji secukupnya
ke dalam saringan. Dan meloloskannya pada saringan No. 8.
c. Lepaskan Saringan No. 8 inci pada bagian teratas, Tutup
saringan dengan penutup saringan.
d. Letakkan Saringan ke Sieve Shaker
e. Nyalakan Sieve Shaker selama 15 menit.
f. Timbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
FORM ANALISA SARINGAN

JUMLAH %
NO. TERTAHAN
TERTAHAN
SARINGAN (GRAM) TERTAHAN LOLOS
(GRAM)
3/4

1/2

3/8
_ _ _ _
No. 4

No. 8
_ _ _ _
No. 16

No. 30

No. 50
_ _ _ _
No. 100

No. 200

PAN

 Tertahan

Adalah Berat Tertahan pada masing-masing saringan

 Jumlah Tertahan

Adalah Kumulatif Berat Tertahan pada masing-masing saringan dan


saringan di atasnya.

 % Tertahan

Adalah persentase Jumlah Berat Tertahan pada masing-masing saringan


terhadap Berat Total.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

 % Lolos

Adalah persentase lolos pada masing-masing saringan, didapat dari hasil


pengurangan nilai 100% dikurangi dengan % Tertahan pada masing –
masing saringan.

% Lolos = 100 % - % 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛


Hasil dari % Lolos pada Agregat Kasar, Agregat Halus, dan filler
dimasukkan ke dalam Gradasi Gabungan untuk pembuatan Campuran Beraspal
Panas.

Ambil Nilai S, yaitu Nilai Tengah Spesifikasi pada Saringan No. 8 (2,36 mm)

Yaitu :

50 +
62 = 56 %
2
Tentukan Nilai F dan C,
yaitu

F : Nilai % Lolos Agregat Halus pada Saringan No. 8.

C : Nilai % Lolos Agregat Kasar pada Saringan No. 8.

Misal :

Pada Agregat Kasar :

C = 12,5%
Pada Agregat Halus :

F = 100%

Maka persentase agregat kasar terhadap campuran beraspal panas adalah


% Agregat Kasar = F–S ×100% = 100–5

×100% = 50,29%
F–C 100–12,5

Dicoba dengan trial error filler sebanyak 3% terhadap campuran beraspal


panas. Maka :

% Agregat Halus = (100% - % Agregat Kasar - % filler)


= (100% - 50,29% - 3%)
= 46,71%

GRADASI CAMPURAN HRS BASE


No. Agregat Kasar Agregat Halus Filler Jumlah Spec.
Saringa 50,29% 46,71% 3,00% Total Gradasi
Lolos Lolos Lolos Lolos
# 3/4 100,0 50 ,29 100 46,71 100 3 100 100
# 1/2 90,1 45 ,29 100 46,71 100 3 95,0 87-100
,8
# 3/8 57,3 28 0 100 46,71 100 3 78,5 55-88
22
#8 16,3 8, 11 100 46,71 100 3 57,9 50-62
Lolos Agregat Kasar Hasil Pengujian
# 30 14,1 7, 39 61,5 28,73 84,3 2,5 38,4 20-45
# 50 12,7 6, 96 29,2 13,63 71,4 2,1 22,2 15-35
#200 3,9 1, 4,4 2,04 52,3 1,6 5,6 6-10
BERAT JENIS
(50,29 x 90,1)/100 = 45,29%
TUJUAN (50,29% + 46,71% + 3%) = 100 %
:
Tujuan percobaan ini digunakan untuk menentukan setelah (24±4) jam di
dalam air berat jenis curah kering dan berat jenis semu, berat jenis curah dalam
kondisi jenuh kering permukaan, serta penyerapan air
PENGERTIAN :
Yang dimaksud dengan :
1) Berat jenis perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu
material terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi;
2) Berat jenis curah kering yaitu perbandingan antara berat dari
satuan volume agregat (termasuk rongga yang impermeabel dan
permeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga
antara butiran partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat
di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama
pada suatu temperatur tertentu
3) Berat jenis jenuh kering permukaan perbandingan antara berat
dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di
dalam rongga akibat perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung
dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu
4) Berat jenis semu perbandingan antara berat dari satuan volume
suatu bagian agregat yang impermiabel pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung
dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu;
5) Penyerapan penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan
pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari
berat keringnya. Agregat dikatakan “kering” ketika telah dijaga pada
suatu temperatur (110±5)oC dalam rentang waktu yang cukup untuk
menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya
tetap).
BAHAN UJI :
Terdiri Dari :

1. Agregat Kasar (Batu Pecah) Lolos Saringan No. ¾ dan


Tertahan Saringan No. 8 Sebayak 2 sampel masing – masing 2
kg.
2. Agregat Halus (Pasir) Lolos Saringan No. 8 Tertahan No. 200
sebanyak 1,5 kg
3. Filler Lolos Saringan No.200 Sebanyak 1 kg

ALAT :
Terdiri Dari :

1. Agregat Kasar (Batu Pecah).

Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:


a. Timbangan, timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam
SNI 03 – 6414 – 2002.
b. Wadah contoh uji, suatu keranjang kawat 3,35 mm (Saringan No.
6) atau yang lebih halus, atau ember dengan tinggi dan lebar yang
sama dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk agregat dengan
ukuran nominal maksimum 37,5 mm (Saringan No.1 ½ inci) atau
lebih kecil, dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk
menguji ukuran maksimum agregat yang lebih besar.
c. Tanki Air, Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh uji dan
wadahnya akan ditempatkan dengan benar-benar terendam ketika
digantung di bawah timbangan, dilengkapi dengan suatu
saluran pengeluaran untuk menjaga agar ketinggian air tetap.
d. Alat penggantung (kawat)
e. Saringan No ¾ inci dan No. 8
2. Agregat Halus (Pasir)

a. Timbangan, Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam


SNI 03 – 6414 – 2002.
b. Picnometer Labu atau wadah lain yang cocok untuk benda uji agar
dapat dengan mudah dimasukkan volume agregat halus sebanyak +
100 mm3 secara berulang. Volume wadah akan diisi sampai bagian
yang ditandai, paling tidak harus 50% lebih besar dari ruang yang
diperlukan untuk benda uji. Suatu labu dengan kapasitas 500 ml
cukup untuk 500 gram rata-rata benda uji agregat halus.
c. Cetakan, cetakan yang terbuat dari baja yang tebalnya 0,8 mm
berbentuk frustum kerucut (kerucut terpancung) dengan ukuran
sebagai berikut : Diameter dalam bagian atas (40±3) mm, diameter
dalam bagian bawah (90±3) mm dan tinggi kerucut terpancung
(75±3) mm.
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(34015) gram, diameter permukaan penumbuk (25  3) mm.
e. Saringan No. 8 dan No. 200;
f. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan sampai
(110±5)oC.
g. pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C;
h. Talam, bejana tempat air, desikator dan air suling serta ruang
hampa udara (vacuum pump) atau tungku.

3. Filler

a. Timbangan, Timbangan harus sesuai dengan persyaratan dalam


SNI 03 – 6414 – 2002.
b. Picnometer Labu atau wadah lain yang cocok untuk benda uji agar
dapat dengan mudah dimasukkan volume agregat halus sebanyak +
100 mm3 secara berulang. Volume wadah akan diisi sampai bagian
yang ditandai, paling tidak harus 50% lebih besar dari ruang yang
diperlukan untuk benda uji. Suatu labu dengan kapasitas 500 ml
cukup untuk 500 gram rata-rata benda uji agregat halus.
c. Cetakan, cetakan yang terbuat dari baja yang tebalnya 0,8 mm
berbentuk frustum kerucut (kerucut terpancung) dengan ukuran
sebagai berikut : Diameter dalam bagian atas (40±3) mm, diameter
dalam bagian bawah (90±3) mm dan tinggi kerucut terpancung
(75±3) mm.
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(34015) gram, diameter permukaan penumbuk (25  3) mm.
e. Saringan No. 8 dan No. 200.
f. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan sampai
(110±5)oC.
g. pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C;
h. Talam, bejana tempat air, desikator dan air suling serta ruang
hampa udara (vacuum pump) atau tungku.

PROSEDUR :

1. Agregat Kasar (Batu Pecah).

Langkah-langkah :

a. Ambil Contoh Uji Sebanyak 2 kg sebanyak 2 Sampel


b. Rendam Selama 24 ± 4 jam.
c. Timbang Berat Agregat Dalam Air
d. Hamparkan Agregat, Tunggu dalam Kondisi Kering Permukaan (SSD)
e. Timbang Berat Agregat dalam Kondisi SSD (Saturated Surface Dry).
f. Masukkan ke dalam Oven dengan suhu (110 ± 5)°C, Keringkan
Benda Uji.
g. Dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau
sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat
dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50°C), kemudian tentukan
beratnya.

2. Agregat Halus (Pasir)

Langkah-langkah :

a. Ambil Sampel Benda Uji Lolos Saringan No. 8 dan Tertahan No.
200 Sebanyak 1,5 kg.
b. Rendam Selama 24 ± 4 jam;
c. Hamparkan Agregat, Tunggu dalam Kondisi Kering Permukaan (SSD);
d. Timbang Benda Uji dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry) untuk
2 sampel sebanyak masing – masing 500 gram.
e. Timbang Picnometer beserta Penutupnya yang telah diisi air.
f. Buang Sebagian Air, kira-kira Air yang tersisa adalah ¼ Picnometer
g. Masukkan 500 gram Agregat ke dalam Picnometer.
h. Masukkan Air sampai garis yang ada sekaligus membersihkan
Agregat yang menempel pada dinding Picnometer
i. Rendam selama 24 ± 4 jam;
j. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan
gelembung udara yang terdapat di dalam air;
k. Isikan Air sampai Penuh.
l. Timbang Picnometer dan Benda Uji beserta Penutupnya yang telah
diisi air;
m. Keluarkan Benda Uji dari Picnometer
n. Keringkan Benda Uji pada temperature (110 ± 5)°C,
o. Dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau
sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat
dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50°C), kemudian tentukan
beratnya.

3. Filler

Langkah-langkah :

a. Ambil Sampel Benda Uji Lolos Saringan No. 8 Sebanyak 1 kg.


b. Rendam Selama 24 ± 4 jam;
4. Hamparkan Filler, Tunggu dalam Kondisi Kering Permukaan (SSD);
c. Timbang Benda Uji dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry) untuk
2 sampel sebanyak masing – masing 500 gram.
d. Timbang Picnometer beserta Penutupnya yang telah diisi air.
e. Buang Sebagian Air, kira-kira Air yang tersisa adalah ¼ Picnometer
f. Masukkan 500 gram Filler, ke dalam Picnometer.
g. Masukkan Air sampai garis yang ada sekaligus membersihkan
Agregat yang menempel pada dinding Picnometer
h. Rendam selama 24 ± 4 jam;
i. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan
gelembung udara yang terdapat di dalam air;
j. Isikan Air sampai Penuh.
k. Timbang Picnometer dan Benda Uji beserta Penutupnya yang telah
diisi air;
l. Keluarkan Benda Uji dari Picnometer
m. Keringkan Benda Uji pada temperature (110 ± 5)°C,
n. Dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau
sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat
dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50°C), kemudian tentukan
beratnya.
KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT
LOS ANGELES
(ABRASI)
TUJUAN :

Tujuan Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan agregat,


yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap
berat semula, dalam persen. Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan
untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
mempergunakan mesin Abrasi Los Angeles. Spesifikasi yang digunakan
untuk Keausan Agregat Maksimal 40 %.

BAHAN UJI :
Bahan Uji adalah agregat kasar (batu pecah) pengujian abrasi yang
digunakan pada praktikum adalah pengujian abrasi Agregat Kelas B dengan
Jumlah Bola 11 buah dan Putaran 500 rpm, maka :

1. 2500±10 gram Agregat yang Lolos Saringan No. ¾ inci dan


Tertahan Saringan No. ½ inci.
2. 2500±10 gram Agregat yang Lolos Saringan No. ½ inci dan
Tertahan Saringan No. 3/8 inci.

ALAT :
Terdiri Dari :

a. Mesin Abrasi Los Angeles


Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 711 mm (28") panjang dalam 508 mm (20"); silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda
uji: penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah
baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5");
b. Saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya);
c. Timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5
gram);
d. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan
berat masing- masing antara 390 gram sampai 445 gram;
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C;
f. Alat bantu pan dan kuas.

PROSEDUR :

a. Pisahkan agregat ke dalam fraksi yang dikehendaki denga cara


penyaringan dan lakukan penimbangan;
b. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang
dikehendaki;
c. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
d. Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los
Angeles;
e. Atur Putaran mesin sebanyak 500 putaran untuk Gradasi Kelas B;
f. Putar mesin;
g. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan No.12 (1,70 mm);
h. Timbang Berat tertahan saringan No. 12
PENETRASI BITUMEN ASPAL
TUJUAN
:

Tujuan Pengujian ini untuk mengukur konsistensi aspal. Nilai Penetrasi yang
tinggi menunjukkan konsistensi aspal yang lunak.

BAHAN UJI :
Bahan Uji adalahbitumen aspal keras yang dipanaskan.
ALAT :
Terdiri Dari :

1) Penetrometer
Ada dua macam penetrometer yaitu penetrometer manual dan
penetrometer otomatis. Perbedaan kedua penetrometer ini terletak
pada:
a) Pengukur waktu. Pada penetrometer manual diperlukan
stopwatch sedangkan pada penetrometer otomatis tidak
diperlukan stopwatch karena pengukur waktu otomatis sudah
terangkai dalam alat penetrometer.
b) Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer
manual harus ditekan selama 5±0,1 detik sampai waktu
ditentukan, sedangkan tombol pada pemegang jarum
penetrometer otomatis ditekan hanya pada saat permulaan
pengujian yang akan berhenti secara otomatis setelah waktu
yang ditentukan (5±0,1 detik).
Kedua alat ini terdiri dari :

a) alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum


untuk bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat
menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda
uji sampai 0,1 mm terdekat;

b) berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total


pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram.
Pemegang jarum harus mudah dilepas dari penetrometer
untuk keperluan pengecekan berat;

c) penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk


memastikan posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90o)
ke permukaan;

d) berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05


gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi
dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan
kondisi pengujian yang diinginkan.
2) Jarum Penetrasi
a) harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat,
Grade 440-C atau yang setara, HRC 54 sampai 60. Ukuran dan
bentuk jarum seperti tertera pada Gambar 1 Lampiran A;
b) jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum
panjang memiliki panjang sekitar 60 mm (2,4 in);
c) diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm;
d) ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7˚
dan 9,7o;
e) ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan
jarum;
f) perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang
lurus tidak boleh melebihi 0,2 mm;
g) diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm
dan terpusat terhadap sumbu jarum;
h) ujung jarum harus runcing, tajam dan halus;
i) panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40
sampai 45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm -
55 mm (1,97 – 2,17 in);
j) berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram;
k) jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu
aspal harus memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan
hasil pengujian dari pihak yang berwenang.
3) Cawan Benda Uji
Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar
yang rata dan berukuran sebagai berikut :

Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:


 Diameter, mm 55
 Tinggi bagian dalam, mm 35

Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:


 Diameter, mm 55 - 75
 Tinggi bagian dalam, mm 45 -70

Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:


 Diameter, mm 55
 Tinggi bagian dalam, mm 70
4) Bak Perendam
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
mempertahankan temperatur 25oC ± 0,1oC atau temperatur lain
dengan ketelitian tidak lebih dari 0,1oC. Bejana atau bak perendam
harus dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang terletak tidak
kurang dari 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100
mm di bawah permukaan air dalam bejana.
Apabila pengujian dilakukan dalam bak perendam maka harus
dilengkapi dengan penahan yang cukup kuat untuk dudukan
penetrometer. Air perendam dapat ditambah garam apabila
diinginkan pengujian pada temperatur rendah. Ujung termometer
direndam pada batas pelat dasar dalam bak perendam.
5) Transfer Dish
Transfer dish harus mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan
cukup tinggi untuk dapat merendam cawan benda uji ukuran besar.
Transfer dish harus disertai dudukan, antara lain kaki tiga, agar
cawan benda uji tidak bergerak selama pengujian.
6) Pengatur Waktu
Untuk penetrometer yang dijalankan secara manual dapat
digunakan pengukur waktu apa saja seperti stopwatch atau pengatur
waktu elektrik yang terkalibrasi dan mempunyai skala terkecil 0,1
detik atau kurang dengan kesalahan tertinggi 0,1 detik untuk setiap
60 detik. Untuk penetrometer otomatis kesalahan tidak boleh lebih
dari 0,1 detik.
7) Termometer
- Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan
skala tidak melebihi 0,1oC atau dapat juga digunakan
pembagian skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan
kepekaannya;
- Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000
Spesifikasi Standar Termometer;
- Termometer yang sesuai dan umum digunakan:
Tabel 10.1 Spesifikasi Termometer
No. ASTM Rentang
17 C 19 sampai dengan 27oC
63 C 8 sampai dengan +32oC
64 C 25 sampai dengan 55oC

- Termometer yang digunakan untuk bak perendam harus


dikalibrasi secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77.
PROSEDUR :

a. Panaskan Aspal Keras;


b. Setelah Panas, Tuangkan ke dalam Kontainer;
c. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam;
d. Rendam di dalam air selama 1 jam;
e. Mulai Proses Pengujian Penetrasi;
f. Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain yang sesuai
kemudian keringkan dengan lap bersih dan pasangkan pada pemegang
jarum. Apabila diperkirakan nilai penetrasi lebih besar dari 350
disarankan menggunakan jarum penetrasi yang panjang;
g. Pasang Jarum pada Alat Penetrasi;
h. Letakkan Benda uji;
i. Turunkan jarum perlahan-lahan sampai jarum menyentuh permukaan
benda uji. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan jarum ke
permukaan benda uji sampai ujung jarum bersentuhan dengan
bayangan jarum dalam benda uji;
j. Atur Dial pembacaan pada angka nol;
k. Atur pengatur waktu, atur pada 5 detik;
l. Mulai proses penetrasi dengan menekan pilihan mulai pada alat;
m. Baca Hasil Penetrasi;
n. Ulangi pengujian sebanyak 5 titik pada titik yang berbeda secara
beraturan.
o. Nilai Penetrasi berkisar antara 60 – 70 mm, karena aspal yang
digunakan adalah aspal shell dengan Pen. 60/70
p. Selisih antara Hasil Pembacaan pada masing – masing titik tidak boleh
melebihi 4.
TITIK LEMBEK BITUMEN ASPAL DENGAN
ALAT CINCIN DAN BOLA (RING AND
BALL)

TUJUAN :

Tujuan percobaan ini ialah untuk menentukan angka titik lembek aspal yang
berkisar dari 30°C sampai dengan 157°C dengan cara ring and ball. Titik
Lembek adalah temperatur pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak
turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga
aspal menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada jarak 25,4 mm,
sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Cara uji meliputi penentuan titik
lembek aspal antara 30°C sampai dengan 157°C menggunakan alat cincin dan
bola yang direndam pada air suling (untuk titik lembek antara 30°C sampai
dengan 80°C), direndam pada gliserin (untuk titik lembek di atas 80°C sampai
dengan 157°C) atau direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik lembek antara
30°C sampai dengan 110°C). Nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam
satuan derajat Celcius (°C).

BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal dan Cairan perendam. Cairan perendam yang
digunakan yaitu air suling yang telah dididihkan untuk titik lembek antara 30C
sampai dengan 80C.

ALAT :
Terdiri atas :

1. Cincin; dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan, bentuk dan
dimensi cincin seperti terlihat pada gambar 1 .
2. Pelat persiapan benda uji; dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran 50 mm x 75 mm
3. Bola, dua bola baja dengan diameter 9,5 mm, setiap bola mempunyai
berat 3,5g  0,05g.
4. Pengarah bola; dua pengarah bola terbuat dari bahan kuningan, untuk
meletakkan bola di tengah cincin, satu untuk setiap bola, bentuk dan
dimensi.
5. Bejana perendam; gelas kimia tahan panas, mempunyai ukuran
diameter dalam tidak kurang dari 85 mm dan tinggi tidak kurang dari
120 mm dari dasar bejana yang mendapat pemanasan.
6. Dudukan benda uji yang terdiri dari; pemegang cincin dan
peralatannya, terbuat dari bahan kuningan, digunakan untuk
meletakkan 2 cincin berisi lapisan aspal yang diletakkan pada posisi
horizontal. Jarak dari pelat dasar ke pemegang cincin adalah 25 mm
dan jarak dari pelat dasar ke dasar bejana perendam adalah 16 mm  3
mm.
7. Pengatur waktu (stopwatch).
8. Termometer
a) termometer titik lembek untuk temperatur rendah, mempunyai skala
dari 2C sampai dengan 80C, sesuai dengan persyaratan termometer
15C seperti ditentukan dalam SNI 19-6421-2000
b) termometer titik lembek untuk temperatur tinggi, mempunyai skala
dari 30C sampai dengan 200C, sesuai dengan persyaratan
termometer 16C seperti ditentukan dalam SNI 19-6421-2000.
c) termometer harus diletakkan sesuai petunjuk. Agar bagian bawah
gelembung termometer sejajar dengan bagian bawah dari cincin pada
jarak 13 mm dari cincin, tidak menyentuh cincin atau alat pemegang
cincin. Selama pengujian termometer tidak boleh diganti.
PROSEDUR :

a. Panaskan Aspal Keras;


b. Letakkan 2 cetakan cincin di atas pelat persiapan yang telah dioles
sabun. Hal ini bertujuan agar cetakan cincin tidak menempel pada pelat
persiapan;.
c. Setelah Panas, Tuangkan aspal ke 2 cetakan cincin;
d. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam;
e. Rendam 2 cetakan cincin beserta pelatdi dalam air selama 1 jam;
f. Angkat 2 cetakan cincin beserta pelat;
g. Lepaskan 2 cetakan cincin dari pelatnya;
h. Letakkan 2 cetakan cincin pada dudukan benda uji;
i. Letakkan bola masing – masing di atas aspal pada cetakan cincin
j. Siapkan peralatan, benda uji, pengarah bola dan termometer. Isi bejana
perendam dengan cairan perendam sampai dengan 105  3 mm,
masukkan peralatan pada tempatnya dalam bak perendam;
k. Siapkan Pengatur waktu (Stopwatch);
l. Panaskan bejana perendam dengan kecepatan rata-rata
kenaikan temperatur 5C/menit;
m. Catat waktu dan temperatur pada saat bola yang diselimuti aspal jatuh
menyentuh pelat dasar. Tidak ada koreksi untuk temperatur pemanasan.
Bila perbandingan antara 2 temperatur pada saat bola baja yang
diselimuti aspal jatuh menyentuh pelat dasar terdapat perbedaan
melebihi 1C, ulangi pengujian titik lembek.
DAKTILITAS BITUMEN ASPAL

TUJUAN :
Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan harga pengujian daktilitas
bahan aspal. Standar ini mencakup pengujian daktilitas aspal keras, residu
aspal emulsi, residu aspal cair dan bitumen aspal alam yang menunjukkan
pemuluran aspal. Pengujian dilakukan pada temperature 25°C ± 0,5°C atau
temperatur lainnya dengan cara menentukan jarak pemuluran aspal dalam
cetakan pada saat putus setelah ditarik dengan kecepatan 50 mm per menit ±
2,5 mm. Daktilitas adalah sifat pemuluran aspal yang diukur pada saat putus.

BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal yang telah dipanaskan.

ALAT :
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah:
a) Cetakan benda uji daktilitas terbuat dari kuningan
b) Bak perendam harus dapat mempertahankan temperatur pengujian 25°C
atau temperatur lainnya dengan ketelitian 0,1°C. Isi air dalam bak
perendam tidak boleh kurang dari 10 liter, kedalaman air di dalam bak
tidak boleh kurang dari 50 mm agar benda uji dapat terendam pada
kedalaman 25 mm;

c) Daktilometer, alat untuk menguji daktilitas aspal yang mencakup bak


perendam dan mesin untuk menarik aspal dalam cetakan (briket) dengan
kecepatan 50 mm per menit ± 2,5 mm.

d) Mesin penguji dengan ketentuan sebagai berikut:


1) Dapat menjaga benda uji tetap terendam;
2) Dapat menarik benda uji tanpa menimbulkan getaran dengan
kecepatan tetap;
PROSEDUR :

a. Panaskan Aspal Keras;


b. Lapisi seluruh permukaan pelat dasar dan bagian yang akan dilepas
dengan sabun untuk mencegah benda uji melekat pada cetakan;.
c. Letakkan cetakan daktilitas di atas pelat dasar pada tempat yang
datar dan rata, sehingga semua bagian bawah cetakan menempel
baik pada pelat dasar;
d. tuangkan contoh uji ke dalam cetakan mulai dari ujung ke ujung hingga
sedikit melebihi cetakan;.
e. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam;
f. Rendam benda uji dalam bak perendam pada temperatur pengujian
selama 30 menit;
g. Ratakan permukaan benda uji dengan pisau atau spatula yang panas
agar rata.
h. Atur berat jenis air dalam bak perendam mesin uji agar sama dengan
berat jenis aspal yang akan diuji dengan cara menambahkan metil
alkohol, gliserin atau garam.
i. Lepaskan benda uji dari pelat dasar dari sisi cetakannya;
j. Langsung pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan
lubang cetakan ke pemegang di mesin uji.
k. Jalankan mesin uji sehingga menarik benda uji dengan kecepatan sesuai
persyaratan (50 mm per menit). Perbedaan kecepatan lebih atau kurang
dari 2,5 mm per menit masih diperbolehkan.
l. Baca pemuluran benda uji pada saat putus dalam satuan mm (cm).
TITIK NYALA & TITIK BAKAR BITUMEN ASPAL

TUJUAN :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79˚C. Titik nyala adalah suhu
pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Titik
bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik di atas permukaan aspal. Standar ini untuk menentukan titik nyala
dan titik bakar aspal dengan menggunakan alat cleveland open cup secara
manual dan dapat digunakan untuk semua jenis aspal yang mempunyai titik
nyala dalam rentang 79˚C sampai dengan 400˚C.

BAHAN UJI :
Bahan uji yaitu bitumen aspal

ALAT :

a. Alat cleveland open cup terdiri dari: cawan cleveland, pelat pemanas,
nyala api penguji, pemanas dan penyangga. Nyala api penguji, sebagai
sumber nyala penguji digunakan gas alam cair (LPG). Suplai tekanan
gas ke alat tidak boleh melebihi 3 kPa.
b. Termometer dengan rentang pengukuran – 6°C sampai dengan
400°C.

PROSEDUR :

a. Panaskan contoh bahan yang keras atau semi padat sampai cair.
Temperatur pemanasan contoh uji tidak boleh lebih dari 150°C;
b. Isi cawan cleveland dengan contoh uji sampai garis batas pengisian,
dan tempatkan cawan cleveland di atas pelat pemanas. Bila benda uji
diisi berlebih pada cawan cleveland, pindahkan bagian yang berlebih
dengan pipet atau alat lainnya untuk menghindari bagian yang meleleh.
Bila ada bagian aspal yang menempel pada bagian luar cawan,
bersihkan. Hilangkan gelembung udara atau busa yang terjadi pada
permukaan benda uji dengan pisau yang tajam atau alat pemotong
lainnya dan pertahankan tinggi benda uji. Bila busa tetap ada sampai
tahap akhir dari pengujian, pengujian dihentikan dan diulangi;
c. Nyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 mm
sampai dengan 4,8 mm, atau nyala api penguji seukuran dengan ujung
pipa api penguji;
d. Lakukan dengan hati-hati penggunaan gas untuk nyala api penguji. Bila
api penguji padam, gas untuk nyala penguji akan mempengaruhi hasil
uji;
e. Teknisi harus berhati-hati selama melakukan pengujian ini. Aspal
dengan titik nyala rendah dapat menyala besar seketika. Selain itu
pengujian sampai dengan temperatur 400°C dapat mengeluarkan uap
beracun;
f. Lakukan pemanasan awal dengan kenaikan temperatur antara 14° C
sampai dengan 17°C per menit sampai benda uji mencapai temperatur
56°C di bawah titik nyala- perkiraan. Kurangi pemanasan hingga
kecepatan kenaikan temperatur antara 5°C sampai dengan 6°C per
menit sampai benda uji mencapai temperatur 28°C di bawah titik nyala
perkiraan;
g. Gunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai lebih
kurang 28°C di bawah titik nyala-perkiraan dan lintaskan api penguji
setiap kenaikan temperatur 2°C. Lintasan api penguji mengikuti garis
lengkung yang mempunyai jari-jari minimum 150 mm ± 1 mm;
h. Api penguji harus bergerak horizontal dan jarak dengan tepi atas cawan
tidak lebih dari 2 mm. Waktu yang dibutuhkan api penguji untuk
melintasi cawan kurang lebih 1 detik ± 0,1 detik;
i. Bilamana terjadi pembusaan dipermukaan benda uji sampai temperatur
28˚C di bawah titik nyala-perkiraan, pengujian dihentikan dan diulangi;
j. Perhatikan besarnya nyala api penguji, kecepatan kenaikan temperatur
dan kecepatan gerakkan api penguji di atas benda uji;
k. Catat hasil pengujian titik nyala yang diperoleh dari pembacaan
termometer pada saat benda uji mulai menyala;
l. Untuk menentukan titik bakar, lanjutkan pemanasan pada benda uji
setelah titik nyala dicatat, kenaikan temperatur 5˚C sampai dengan 6˚C
per menit. Teruskan penggunaan nyala penguji pada interval kenaikan
temperatur 2˚C sampai benda uji menyala dan terbakar minimal 5 detik.
Catat temperatur tersebut sebagai titik bakar benda uji.
PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN
ALAT MARSHALL

TUJUAN :
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria
perencanaan. Kriteria perencanaan dalam praktikum ini adalah Lataston Lapis
Aus (HRS – WC), maka :

Gradasi yang digunakan adalah gradasi semi senjang maka Kriteria


Perencanaan :

Tabel 6.3.3.(1b) Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3


BAHAN UJI :
Terdiri atas Agregat Kasar, Agregat Halus, Filler dan Bitumen Aspal.

ALAT :
a. Saringan ;
b. Oven;
c. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 dan tinggi 7,62cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung;
d. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
(1) Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang
berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas
45,7 cm;
(2) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat
bajaberukuran 30,48 cm x 30,48 cm x 2,54 cm dan dijangkarkan
pada lantaibeton di keempat bagian sudutnya;
e. Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10
cm;
f. Alat marshall lengkap dengan:
1) Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung;
2) Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000
kg,dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm;
3) Arloji pengukur alir (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya;
g. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai
20°C–60°C (±1°C);
h. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg denganketelitian 1 gram;
i. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250°C dan
100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas;
j. Perlengkapan lain :
(1) panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
aspal;
(2) sendok pengaduk dan spatula;
(3) kompor atau pemanas (hot plate);
(4) sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).

PROSEDUR :
Persiapan benda uji meliputi :
a. Tentukan Persentase Agregat Kasar, Agregat Halus dan Filler untuk
Suatu contoh campuran aspal.
Misal Dari Hasil Analisa Saringan Didapat :
GRADASI CAMPURAN HRS BASE
No. Agregat Kasar Agregat Halus Filler Jumlah Spec.
Saringa 50,29% 46,71% 3,00% Total Gradasi
Lolos Lolos Lolos Lolos
# 3/4 100,0 50,29 100 46,71 100 3 100 100
# 1/2 90,1 45,29 100 46,71 100 3 95,0 87-100
# 3/8 57,3 28,80 100 46,71 100 3 78,5 55-88
#8 16,3 8,22 100 46,71 100 3 57,9 50-62
# 30 14,1 7,11 61,5 28,73 84,3 2,5 38,4 20-45
# 50 12,7 6,39 29,2 13,63 71,4 2,1 22,2 15-35
#200 3,9 1,96 4,4 2,04 52,3 1,6 5,6 6-10

Maka :
Prosen Agregat Kasar : 50,29%
Prosen Agregat Halus : 46,71%
Prosen Filler : 3%
Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum pada Suatu campuran
Beraspal Panas, digunakan Cara Triall Error Kadar Aspal pada suatu
campuran. Misal Dicoba kadar aspal pada salah satu Benda Uji adalah
5% maka :
Prosen Campuran = 100 %
Prosen Aspal =5%
Prosen Agregat = (100 – 5) % = 95 %
Kapasitas Cetakan untuk satu campuran adalah 1200 gram, maka :
Banyaknya Aspal = 5 % × 1200 gram = 60 gram.
Banyaknya Agregat = 95 % × 1200 gram
Karena Agregat terdiri dari Agregat Kasar, Agregat Halus, dan Filler,
maka :
Banyaknya Agregat Kasar = 50,29 % × 95 % × 1200 gram
= 573,306 gram
Banyaknya Agregat Halus = 46,71 % × 95 % × 1200 gram
= 532,494 gram
Banyaknya Filler = 3 % × 95 % × 1200 gram
= 34,2 gram
Cek Apakah Perhitungan sudah benar,
Jumlah Total Campuran = Kapasitas Cetakan
Kapasitas Cetakan = 1200 gram
Jumlah Total Campuran = Banyaknya Aspal + Banyaknya
Agregat Kasar + Banyaknya Agregat
Halus + Banyaknya Filler
= 60 + 573,306 + 532,494 + 34,2
= 1200 gram (Benar)
Lanjutkan Perhitungan untuk kadar aspal yang lain dengan cara yang
sama seperti di atas.
b. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan;
c. Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan
seperti Tabel Berikut;
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik Viscosimeter 170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Saybolt Furol Viscosimeter 85±10 85±10 DET.SF 140±15 140±15 DET.SF
Pencampuran, dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm.
b. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran;
c. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut; kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai 2.2.4).(2)
sampai agregat terselimuti aspal secara merata;
d. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3oC –
148,9oC;
e. Letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan pemegang
cetakan;
f. Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan;
g. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali
keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya;
h. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukkan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukkan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukkan untuk lalu lintas ringan
dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan
agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan;
i. Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi;
j. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah
dengan jumlah tumbukkan yang sama;
k. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar
benda uji pada permukaan ujung ini;
l. Kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang;
m. Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas
angin meja;
n. Apabila Sudah cukup dingin, keluarkan benda uji dari cetakan
menggunakan ekstruder.
o. Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji;
p. Dinginkan Benda Uji kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
Persiapan Pengujian, dilakukan sebagai berikut :
a. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel;
b. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
c. Timbang berat kering benda uji;
d. Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruangan;
e. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi benda uji;
f. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh;
g. Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari
kepala penekan, sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur
bebas (bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda
uji pada suhu 21,1– 37,8oC untuk mengurangi lengketnya benda uji
terhadap permukaan dalam kepala penekan).

Proses Pengujian, dilakukan sebagai berikut :


a. Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40
menit dengan suhu tetap 60oC (± 1oC) untuk benda uji yang
menggunakan aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal
cair masukkan benda uji kedalam oven selama minimum 2 jam dengan
suhu tetap 25oC (± 1oC);
b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke
dalam segmen bawah kepala penekan;
c. Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya
dalam mesin penguji;
d. Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen atas kepala penekan;
e. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya
dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji;
f. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol;
g. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50
mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan
dan catat pembebanan maksimum (stability) yang dicapai lalu kalikan
dengan kalibrasi alat, untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 63,5
mm, koreksilah bebannya dengan faktor perkalian yang bersangkutan
dari Tabel Faktor Korelasi Tinggi Benda Uji;
h. Catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur alir
pada saat pembebanan maksimum tercapai.
Berat Jenis Aspal : 1,046 Nama pemeriksa : Kelompok IV
Contoh dari : Laboratorium Jalan Dikerjakan tgl. : Senin, 26 Februari 2018
Jenis contoh : Aspal Selesai tgl. : Rabu, 28 Februari 2018

Percobaan Marshall
SNI 06-2489-1991
NO a b c d e f g h i J k l m n o p q r s
1
2
3

4
5
6

7
8
9

10
11
12

13
14
15

a = % Aspal terhadap batuan g = berat isi benda uji = ƒc bsg k = jmlh kandungan rongga (%) = 100 - i - j
i = B.J.acpaS
b = % aspal terhadap campuran = a (100–b)g
(100–a) 𝑥 100 h = berat jenis maksimum (teoritis) j = B.J.agregat l = % rongga terhadap agregat = 100 - j 1. Suhu pencampuran = 150 0C
100 i
c = berat (gram) h= % agregat % m = % rongga terisi aspal = 100 . ( ) 2. Suhu pemadatan = 140 0C
acpal + S
B.J. B.J.
g
d = berat dalam keadaan jenuh (gram) n = % rongga trhp. campuran = 100 − (100. ( )) 3. Suhu percobaan = 60 0C
h
e = berat dalam air o = pembacaan arloji stabilitas q = stabilitas (p x koreksi benda uji)
f = isi (mL) = d-e p = stabilitas (o x kalibras alat = 1,2099668) r = kelelehan (0.01”)
FORM MARSHALL TEST

a. Presentase aspal terhadap batuan (%)


b. Presentase aspal terhadap campuran (%)
𝑎
𝑏= 𝑥 100
(100 − 𝑎)
c. Berat di Udara (gr)
d. Berat dalam keadaan jenuh (gr)
e. Berat dalam air (gr)
f. Isi (ml)
f=d-e
g. Berat isi benda uji
g=c/f
h. Berat jenis maksimum (teoritis) / Gmm :
𝐺𝑚𝑚
= 100
% agregat % agregat kasar % filler % aspal
halus
[( + ) × (100% − %Aspal)] + [ ]
B. J. agregat halus B. J. agregat kasar B. J. filler B. J.
+ aspal

i. bxg
B.J.aspal

(100–b) g
j. B.J.agregat

Dimana

BJ Agregat = (
% agregat halus×B.J.agregat halus % agregat kasar×B.J.agregat kasar )
% filler×B.J.filler
100 + 100 + 100

k. Jumlah kandungan rongga


k = 100 – i – j
l. Prosen rongga terhadap agregat
l = 100 – j
m. Prosen rongga terisi aspal
i
m = 100 x
l

n. Prosen rongga terhadap campuran


g
𝑛 = 100 − 100 x
h
o. Pembacaan arloji stabilitas pada alat Marshall (kg)
p. Stabilitas

o x kalibrasi alat
q. Stabilitas terkoreksi
q = p x korelasi tebal benda uji
r. Kelelehan (0,01”) pada Pembacaan Arloji (mm)
s. Marshall Quation (kg/mm)
s = qr
Hitung Tinggi Benda Uji pada 3 sisi
Didapatkan t1, t2 , t3 dalam (mm)
Cari trata-rata dari ketiga hasil tersebut
Lakukan Interpolasi pada tabel, untuk mendapatkan nilai anka korelasi.
Misal :
trata-rata = (X) = 61,78 mm, berada di antara :
X1 = 60,3 ; Y1 = 1,09 ; X2 = 61,90 ; Y2 = 1,04
Angka Korelasi (Y) = 1,09
+
61,78 –
60,3
= = 1,04
( ) × (1,04 − 1,09)
61,90–60,3

Isi benda TInggi


uji benda uji Angka korelasi
(cm) (mm)
200-213 25,4 5,56
214-225 27 5
226-273 28,6 4,55
251-264 31,8 3,85
265-276 33,3 3,57
290-301 36,5 3,03
302-316 38,1 2,78
329-340 41,3 2,24
341-353 42,9 2,08
368-379 46 1,79
380-392 47,6 1,67
406-420 50,8 1,47
421-431 52,4 1,39
444-456 55,6 1,25
457-470 57,2 1,19
471-482 58,7 1,14
483-495 60,3 1,09
496-508 61,9 1,04
509-522 63,5 1
523-535 64 0,96
536-546 65,1 0,93
547-559 66,7 0,89
560-573 68,3 0,86
574-585 71,4 0,83
586-598 73 0,81
599-610 74,6 0,78
611-625 76,2 0,76
PENGUJIAN DAYA DUKUNG TANAH DENGAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER
TUJUAN :
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai CBR di lapangan. CBR adalah
perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap
bahan standar dengan kedalaman dan percepatan penetrasi yang sama. Cara uji ini
merupakan suatu prosedur yang cepat untuk melaksanakan evaluasi kekuatan
tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone
Penetrometer, (DCP). Cara uji ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian
CBR lapangan tidak bisa dilakukan.

ALAT :

a. Konus : Baja khusus diameter 20 mm, sudut kemiringan 60°;


b. Palu penumbuk : Berat 8 kg dengan tinggi jatuh 575 mm;
c. Mistar batang : 100 cm;
d. Batang Atas : diameter 16 mm.
e. Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja;
f. Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai dengan 50 cm,
diameter 16 mm; dengan ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir
luar di ujung lainnya;
g. Batang Bawah : diameter 16 mm.

PROSEDUR :

a. Letakkan alat DCP yang telah dirakit diatas permukaan tanah/sirtu secara
vertikal 90° bila terjadi penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan
kesalahan pengukuran yang relatif besar.
b. Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (X0) dalam satuan mm.
Penunjukan X0 tidak perlu tepat pada angka nol karena nilai X 0 ini akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukan nilai X0 pada format
kolom ke-2 (pembacaan mistar-mm), untuk tumbukan N=0 kolom ke-1.
c. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan
sehingga menumbuk landasan. Tumbukan ini menyebabkan konus
menembus lapisan material uji.
d. Baca posisi penunjuk mistar ukur ( X1) setelah terjadi penetrasi.
Masukkan nilai X1 ini pada format kolom-2 baris kedua (pembacaan
mistar-mm). Untuk tumbukan N = 1 ( baris ke-2). Isilah kolom ke-3
(kumulatif penetrasi –mm) pada format data yaitu selisih antara X1 dan
X0 (X1 – X0).
FORM
DYNAMIC CONE PENETROMETER
METODE GRAFIS

a. Banyak Tumbukan Setiap Pembacaan Adalah 5 tumbukan.


b. Kumulatif Tumbukan adalah penjumlahan tumbukan yang telah dilakukan
pada setiap pembacaan (maks. 50 Tumbukan).
c. Kumulatif Penetrasi adalah hasil pembacaan pada mistar ukur dalam mm
(Maks. 900 mm).
d. Penetrasi adalah hasil pengurangan kumulatif penetrasi yang dibaca dengan
kumulatif sebelumnya (Penetrasi = Kum. Penetrasin - Kum. Penetrasin-1)
Kumulatif
Banyak Kumulatif Penetrasi
Penetrasi
Tumbukan Tumbukan (mm) (mm)
0 0 0 0
5 5 70 70
5 10 50 120
5 15 50 170
5 20 60 230
5 25 70 300
5 30 41 341
5 35 41 382
5 40 49 431
5 45 49 480
5 50 30 510
e. Hasil Pembacaan Kumulatif pada tumbukan diplot ke Grafik
Kumulatif Tumbukan
05101520253035404550

Kumulatif Penetrasi (mm)


0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000

f. Tentukan Pembagian Layer, 1 Layer adalah nilai pada grafik yang dapat
ditarik satu garis lurus.
Kumulatif Tumbukan
Kumulatif Penetrasi (mm)

0510 15 20 25 30 35 40 45 50
0
100Layer 1
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Kumulatif Penetrasi (mm)

Kumulatif Tumbukan
05101520253035404550
0
Layer 1
200
Layer 2
400

600

800

1000
g. Masukkan Nilai Pada setiap Layer dengan cara :
Blow No. of DCP Layer
layer (%) From To (mm) Depth (mm)
Count Blows (mm/blow) CBR (%)

 From adalah nilai awal suatu layer pada grafik


 To adalah Nilai akhir suatu layer pada grafik
 Depth adalah selisih antara to dan from
 Blow Count adalah Jumlah Tumbukan yang ada pada suatu layer
 No. Of Blows adalah selisih antara Blow Count dengan Blow
Count layer sebelumnya
 DCP adalah hasil pembagian antara Depth / No. Of Blows
 Layer CBR didapat dari hasil pengeplotan Nilai DCP ke grafik
Hubungan Nilai DCP dengan nilai CBR pada setiap Layer (Konus
yang dipakai adalah Konus 60°.
Contoh :
Blow No. of DCP
layer (%) From To (mm) Depth (mm)
Count Blows (mm/blow)
1 0 300 300 25 25 12,00
2 300 510 210 50 25 8,40

Plot Nilai DCP ke grafik.


Tentukan Nilai CBR

Maka :
Blow No. of DCP Layer
layer (%) From To (mm) Depth (mm)
Count Blows (mm/blow) CBR (%)
1 0 300 300 25 25 12,00 24,9
2 300 510 210 50 25 8,40 40,0

h. Masukkan Nilai DCP dan Nilai CBR ke Tabel Hasil Pemeriksaan


Banyak Kumulatif Penetrasi Kumulatif DCP CBR
Tumbukan Tumbukan (mm) Penetrasi (mm/tumbukan) (%)
(mm)
0 0 0 0
5 5 70 70
5 10 50 120
5 15 50 170 12,0 24,9
5 20 60 230
5 25 70 300
5 30 41 341
5 35 41 382
5 40 49 431 8,4 40,0
5 45 49 480
5 50 30 510
KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT
SAND CONE
TUJUAN :
Tujuan metode ini adalah memperoleh angka kepadatan lapangan (γd).
Kepadatan adalah berat isi kering tanah. Derajat kepadatan lapangan adalah
perbandingan berat isi kering tanah di lapangan dengan berat isi kering tanah di
laboratorium yang dinyatakan dalam persen. Pengujian kepadatan dengan alat
konus pasir adalah untuk mengukur kepadatan dari suatu benda uji yang
diambil dari lapisan tanah dengan cara menggali dan mengisi kembali dengan
pasir tertentu yang sudah diketahui berat isinya;

BAHAN UJI :
Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah yang akan
diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus
dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter 16,51 cm,
kedalaman 10 cm sampai 15 cm.

ALAT :

a. . Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter;
b. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm, dan pelat corong.
c. Takaran yang telah diketahui isinya (± 2019 ml) dengan diameter
lubang 16,51 cm.
d. Pelat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang berdiameter 16,51 cm.
e. Peralatan kecil yaitu : mister perata dari baja, meteran 2 m, palu,
sendik,kuas,pahat.
f. Peralatan untuk menentukan kadar air. yaitu
1) Satu buah timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan
ketelitian sampai 1,0 gram.
2) Satu buah timbangan, kapasitas minimum 500 gr dengan ketelitian
sampai 0,1 gram.
3) Spiritus
PROSEDUR :

a. Timbang Berat pasir + gelas + corong;


b. Timbang Cawan untuk Berat Contoh Basah;
c. Timbang Cawan untuk Contoh Basah yang Lolos Saringan No. 4 ;
d. Ratakan permukaan tanah yang akan diuji, letakan pelat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku di
keempat sisinya;
e. Gali lubang sedalam minimal 10 cm atau tidak melampaui tebal satu
hamparan padat;
f. Masukkan semua tanah hasil galian ke dalam cawan yang telah
ditimbang, tanah hasil galian merupakan contoh basah;
g. Setelah Galian sudah mencapai kedalaman yang diharapkan, Timbang
tanah hasil galian beserta cawannya (Berat contoh Basah + cawan);
h. Letakan Botol di atas plat corong dengan corong besar menghadap ke
bawah, buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang;
setelah pasir berhenti mengalir tutup kran kembali;
i. Timbang Sisa pasir yang masih ada dalam Botol Berat ini merupakan
Berat sisa pasir + gelas + corong;
j. Saring dengan Saringan No. 4 seluruh Tanah hasil galian (contoh
basah). Timbang seluruh Tanah yang tertahan saringan No. 4 (Berat
tertahan saringan no. 4);
k. Ambil sebagian tanah yang lolos saringan No. 4 kemudian Timbang
untuk berat contoh basah + cawan pada perhitungan kadar air.
Masukkan spiritus secukupnya ke dalam contoh basah tersebut,
kemudian bakar. Setelah seluruh air hilang timbang contoh tanah
tersebut hingga didapat berat contoh kering + cawan pada perhitungan
kadar air.
FORM
KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT SAND CONE

A. Berat pasir + gelas + corong

Adalah Berat Pasir Mula - mula

B. Berat sisa pasir + gelas + corong

Adalah Berat Pasir setelah dituangkan ke dalam tanah hasil galian

C. Berat pasir dalam corong + lubang

Adalah Selisih Antara A dan B ( C = A – B )

D. Berat pasir dalam corong

Adalah Berat di dalam Corong pada saat penuangan pasir ke dalam galian,
besarnya adalah tetap. Yaitu 1400 gram

E. Berat pasir dalam lubang

Adalah Selisih antara Berat pasir dalam corong + lubang dengan Berat pasir
dalam corong (F = C – D )

F. Berat isi pasir

Adalah berat isi pasir per cm3. Nilainya adalah tetap yaitu 1,54 gr/cm3

G. Volume lubang

Adalah Volume Lubang hasil galian, yaitu hasil pembagian antara berat pasir
di dalam lubang, dengan berat isi pasir

𝐸
𝐺=
𝐹

H. Berat contoh basah + cawan

Adalah berat tanah hasil galian sebelum disaring dengan saringan No. 4
I. Berat cawan

Adalah Berat Cawan Tempat meletakkan Contoh Tanah Basah pada saat
ditimbang

J. Berat contoh basah

Adalah Berat hasil pengurangan antara Berat contoh basah + cawan dikurangi
dengan berat cawan ( J = H – I )

K. Berat isi basah (γ)

Adalah berat isi basah dari contoh tanah hasil galian. Besarnya yaitu :

𝐽
𝐾=
𝐺

L. Berat isi kering (γd)

Adalah berat isi kering dari contoh tanah hasil galian. Besarnya yaitu :

𝐼
𝐿= 𝑥 100%
100 + 𝑤rata–
rata

M.Kadar air optimum

Adalah Nilai Kadar Air dari Hasil Koreksi Contoh yang lolos Saringan No. 4

N. Kepadatan kering maksimum (γdmaks)

Adalah nilai Kepadatan Kering Maksimum atau terbesar dari semua titik
Pengujian.

O. Kepadatan setelah dikoreksi

Dari Hasil plot besarnya berat isi kering pada setiap titik ke Grafik Korelasi
Antara Nilai Berat isi Kering dengan Kepadatan setelah dikoreksi.

P. Berat tertahan saringan no. 4

Adalah berat contoh basah yang tertahan saringan No. 4, ditimbang setelah
berat contoh basah + cawan (Poin H) didapatkan.
Q. Persen tertahan saringan no. 4

Adalah Persentase Berat contoh basah yang tertahan saringan No. 4 terhadap
berat contoh basah keseluruhan. Yaitu :

𝑃
𝑄= 𝑥 100%
𝐽

R. Derajat kepadatan di lapangan

Adalah nilai kepadatan di lapangan yang didapat dari persentase perbandingan


antara kepadatan kering maksimum dengan kepadatan setelah dikoreksi.

S. Persyaratan spesifikasi

Adalah nilai spesifikasi kepadatan hasil pengujian dengan alat sand cone. Yaitu
sebesar 95%.
Pada Perhitungan Kadar Air :

 Berat Contoh Basah + Cawan


Adalah Berat Sebagian Tanah yang lolos saringan No. 4
 Berat Contoh Kering + Cawan
Adalah Berat Sebagian Tanah lolos saringan No. 4 yang kandungan
airnya telah hilang.
 Berat Cawan
Adalah Berat cawan kosong tanpa ada tanah di atasnya. Yang akan
digunakan sebagai tempat tanah lolos saringan No.4
 Berat Air
Adalah hasil pengurangan antara Berat Contoh Basah + Cawan dengan
Berat Contoh Kering + Cawan
Berat Air = (Berat Contoh Basah + Cawan) – (Berat Contoh Kering + Cawan)
 Berat Kering
Adalah Berat Kering tanah yang lolos saringan No. 4 yang nilainya
yaitu :
Berat Kering = (Berat Contoh Kering + Cawan) – (Berat Cawan)
 Kadar Air (w)
Merupakan Persentase air yang ada pada tanah, yaitu :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
𝑤= × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

Anda mungkin juga menyukai