Anda di halaman 1dari 41

Kreativitas dan Inovasi: Studi terhadap

Kanva, eCLIS, dan Pluang


Mudita Lau

Abstrak
Tujuan - Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kreativitas, inovasi,
dan disrupsi, dalam konteks perkembangan tiga startup di Indonesia. Tulisan ini juga
bertujuan untuk melihat potensi dari startup terkait dalam berkembang.

Pendekatan - Pemahaman teori tentang konsep kreativitas, inovasi, disrupsi dan


hubugannya dipelajari dari tulisan dan karya ilmiah yang sudah ada. Teori ini kemudian
diuji dengan melihat ke tiga startup di Indonesia terkait. Potensi dari startup terakit dilihat
dengan analisis PESTEL dan Porter’s 5 Forces.

Penemuan - Tulisan ini menemukan bahwa tidak semua startup terkait dapat dikatakan
melakukan kreativitas dan inovasi. Meskipun begitu, startup-startup tersebut tetap
memiliki potensi yang patut diperhitungkan untuk berkembang.

Kata kunci – startup, kreativitas, inovasi, disrupsi, PESTEL, Porter

Pendahuluan
Dalam kurun waktu 5-10 tahun ke belakang, dunia bisnis Indonesia diwarnai dengan
munculnya berbagai macam bisnis baru atau yang lebih beken disebut dengan istilah
startup. Pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika,
menginisiasi gerakan “1000StartupDigital” sejak tahun 2016. Dikutip dari lama resmi
1000startupdigital.id, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah sebuah gerakan
untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan
mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi
digital. Startup dapat didefinisikan sebagai bisnis atau usaha yang masih berada dalam
tahap perjuangan dan evolusioner (Salamzadeh dan Kawamorita (2015) dalam
Balachandran dan Arunima (2020:2185)). Startup datang dengan ide baru untuk, bila
berhasil diimplementasikan, dipasarkan dan dikelola agar menjadikan startup tersebut
suatu perusahaan mapan yang berkontribusi pada masyarakat (Balachandran dan
Arunima, 2020:2185).

Lahirnya sebuah startup erat kaitannya dengan kreativitas dan inovasi. Ide baru yang
menjadi motor penggerak kelahiran startup merupakan manifestasi dari kreativitas.
Keberhasilan mengembangkan dan memasarkan ide tersebut adalah inovasi (Amabile
(1996) dalam Lee (2015:414). Dalam konteks startup Indonesia, tidak jarang, inovasi
yang dilakukan oleh startup yang muncul dan berhasil adalah inovasi yang bersifat
disruptif. Inovasi disruptif ini menciptakan pasar baru dan menganggu pasar yang sudah
ada (Bower dan Christensen (1995) dalam Choi dan Ozkan (2019:4). Contoh yang paling
signifikan dan dapat diterima oleh banyak orang, dari kalangan akademisi maupun
kalangan umum, adalah inovasi disruptif yang dilakukan Gojek terhadap industri
transportasi umum terutama ojek motor dan taksi.

Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari hubungan berantai antara kreativitas, inovasi,
dan disrupsi, dalam konteks perkembangan startup di Indonesia yang kerap mengganggu
industri atau pasar yang sudah ada. Bagian awal dari tulisan ini merupakan studi literatur
terkait konsep-konsep yang dibicarakan dan hubungan antara konsep-konsep tersebut
yang sudah dinyatakan oleh peneliti dan ahli. Pada akhir studi literatur, tulisan ini
menyimpulkan hubungan-hubungan antara konsep-konsep menjadi satu kerangka teori
yang diilustrasikan dengan sebuah conceptual model. Setelah itu, tulisan ini akan menguji
kerangka teori tersebut dengan menganalisis tiga startup di Indonesia secara internal.
Analisis akan mencoba menjelaskan rangkaian konsep yang menjadi kunci keberhasilan
startup tersebut untuk lahir dan memegang posisi dalam industri atau pasar tertentu.
Untuk tambahan, tulisan ini juga akan menganalisis tiga startup tersebut secara eksternal
untuk mengetahui potensi pengembangan lebih lanjut dari masing-masing startup.
Tulisan ini akan ditutup dengan kesimpulan dan rekomendasi untuk ketiga startup yang
dibahas.

Studi Literatur
Startup
Berdasarkan Cambridge Advance Learner‟s Dictionary & Thesaurus, startup merupakan
yang diinisiasi wirausahawan untuk menemukan model bisnis yang dapat diulang dan
diskalakan. Ries (2011) dalam Moroni et al., (2015:2200) mendefinisikan startup sebagai
sebuah perusahaan atau institusi yang dibangun di cabang-cabang berbeda dan erat
dengan ketidakpastian tingkat tinggi, yang memiliki inovasi utama untuk menciptakan
produk dan jasa yang merevolusi pasar. Fiorentino et al., (2020) menyatakan startup
sebagai usaha kecil-menengah dalam tahap awal dari siklus hidup bisnis. Beberapa
definisi dan startup tersebut menyampaikan hal yang sama tentang startup. Pertama,
startup yang ideal adalah startup yang menciptakan kebaruan. Kedua, startup yang ideal
adalah startup yang dapat menggunakan kebaruan tersebut untuk merevolusi pasar.

Kreativitas
Kreativitas mengacu pada kemampuan untuk dapat menghasilkan dan mengembangkan
ide, mengusulkan hipotesis, menyatukan kata, konsep, metode, dan alat, dengan cara
yang baru (Csikszentmihalyi (1996); Sternberg (1998); Gardner (2011) dalam Schachter
et al., (2014:20). Dalam konteks kewirausahaan, Santoso et al., (2019:16) mendefinisikan
kreativitas sebagai kemampuan seorang wirausahawan untuk menemukan kombinasi
baru antara faktor independent sehingga mereka dapat menciptakan produk, jasa,
layanan, atau aplikasi baru yang memiliki nilai lebih daripada yang sudah ada di pasar
atau lingkungan produksi. Sejalan dengan itu, Amabile (1996) dan Zeng et al., (2011)
dalam Schachter et al., (2014:20) juga menyebutkan kreativitas sebagai dihasilkannya
ide baru dan berguna di bidang apapun. Seluruh pendapat dan definisi sepakat dengan
satu hal yaitu kreativitas adalah kebaruan.

Inovasi
Meyer dan Garg (2005) mendefinisikan inovasi sebagai pengenalan, yang berhasil
secara ekonomi, dari sebuah teknologi baru atau kombinasi teknologi lama, untuk
menciptakan perubahan drastis dalam hubungan nilai dan harga yang ditawarkan kepada
pembeli atau pengguna. Rogers (2003); Urabe (1998); dan Van de ven (2016) dalam
Rofaida et al., (2019:405) mendefinisikan inovasi sebagai seluruh proses dari awal
penemuan ide sampai kepada proses pemasaran. Dari segi bisnis model, Santoso et al.,
(2019:16) menyebutkan inovasi sebagai tindakkan perusahaan untuk membuat strategi
radikal dan memberikan makna baru bagi jasa atau produk yang ditawarkan kepada
pembeli.
Disrupsi
Bolland (2017) mencoba menggambarkan disrupsi dengan menjelaskan beberapa
karakteristiknya, diantaranya: (1) disrupsi dating secara tiba-tiba meskipun terprediksi, (2)
disrupsi menyerang seluruh tingkat organisasi, (3) disrupsi adalah penggantian modal
dan tenaga kerja dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang baru (Schumpeter
(1950) dalam Bolland (2017)). (4) disrupsi biasanya datang dari luar organisasi. Denning
(2016) dalam percakapan langsungnya bersama Clayton Christensen, salah seorang
panutan dalam bidang manajemen bisnis, mengutip kata-kata Chistensen yang
menyatakan, dalam hubungannya dengan inovasi, inovasi disruptif adalah tentang
respons kompetitif. Sebuah inovasi yang disruptif adalah inovasi yang membuat
inkamben yang diserang tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam kesempatan lain,
Christensen et al. (2015) dan Perez et al. (2017) dalam Vergara dan Pasola (2020)
melihat disrupsi sebagai proses perusahaan kecil, atau pendatang baru, yang dapat
menantang kedudukan inkamben dengan menawarkan teknologi baru, dan biasanya
dengan harga yang lebih murah. Disrupsi secara sederhana, dalam konteks ini, bisa
dikatakan sebagai gangguan pada tatanan.

Kreativitas dan Inovasi


Baik dalam konteks startup dan kewirausahaan ataupun tidak dalam konteks tersebut,
konsep kreativitas dan inovasi sering dikaitkan bahkan disalahpahami sebagai satu sama
lain. Kreativitas adalah menghasilkan ide baru dan bermanfaat, sedangkan inovasi
adalah keberhasilan mengimplementasikannya dalam sebuah organisasi (Amabile (1996)
dalam Lee (2015:414). Hayton dan Kelly (2006) dalam Schachter (2015:8) ketika
menjelaskan tentang empat kompetensi kewirausahaan korporat, menyatakan hubungan
kreativitas dan inovasi sebagai “inovasi adalah fungsi dari kreativitas”. Lebih lanjut,
Schachter (2015:18) mengatakan, setiap inovasi dimulai dengan pembuatan ide, yang
diikuti dengan implementasi yang sukses dari ide tersebut dengan penambahan nilai
ekonomi ataupun sosial kepada masyarakat dan/atau pasar. Schumpeter (1942) dalam
Stojcic et al., (2018:565) sejak lama juga telah menformalkan hubungan kreativitas
sebagai “roda penggerak utama” dari inovasi. Meyer dan Garg (2005:15) bahkan
menyediakan sebuah subbab tersendiri untuk membahas topik kreativitas sebagai
pemicu dari inovasi. Vnoučková (2018:1) juga mengatakan untuk mengembangkan
inovasi dibutuhkan kreativitas. Beberapa pendapat ini menyimpulkan bahwa kreativitas
dan inovasi, meski sangat erat kaitannya, tidak mengacu pada hal yang sama. Kreativitas
adalah bagian dari inovasi. Kreativitas dibutuhkan untuk menciptakan inovasi, tapi inovasi
tidak dapat terjadi hanya semata-mata karena kreativitas.

Inovasi dan Disrupsi


Pendapat para ahli dan peneliti terkait dengan hubungan antara inovasi dan disrupsi
secara umum mengatakan bahwa inovasi menjadi faktor penyebab disrupsi. Choi dan
Ozkan (2019:3) mengatakan disrupsi yang disebabkan inovasi telah berdampak pada
berbagai industri, dari layanan finansial hingga pabrik, dari proses bisnis hingga sistem
pembayaran, dan dari proses manufaktur hingga supply chain. Dalam beberapa
kesempatan lain, konsep disrupsi juga dileburkan sebagai sifat dan efek dari inovasi
tertentu dan disebut sebagai inovasi disruptif. Dalam tulisannya yang spesifik mencoba
untuk mendudukan teori tentang inovasi disruptif, Vergara dan Pasola (2020)
berkesimpulan bahwa inovasi disruptif adalah proses yang berlangsung dalam suatu
jangka waktu tertentu, yang dimulai dari pasar low-end atau membuat pasar baru, dan
kemudian bergerak perlahan ke pasar mainstream dan pasar high-end. Sebuah inovasi
dikatakan disruptif apabila inovasi tersebut kompetitif secara kinerja terhadap produk atau
jasa yang sudah mapan dan dapat mengubah perilaku dari pembeli, inkamben, dan pasar
(Vergara dan Pasola (2020)).

Kerangka Teori
Startup lahir dengan adanya kreativitas. Kreativitas berarti menghasilkan kebaruan baik
dengan cara menemukan hal atau konsep baru atau menemukan hubungan baru antara
hal atau konsep yang sudah ada. Dalam siklus hidup startup, kreativitas ini dibutuhkan
untuk dapat melakukan inovasi namun kreativitas saja tidak cukup untuk membuat
sebuah inovasi. Inovasi merupakan implementasi sukses dari suatu kebaruan yang
dihasilkan kreativitas. Di antara inovasi yang dilakukan startup, beberapa inovasi
membawa startup untuk bisa menduduki suatu posisi tertentu dalam pasar yang sudah
ada. Namun, ada pula inovasi yang sukses dalam mengambil posisi dan bersifat
mengganggu tatanan industri dan pasar yang sudah ada. Inovasi seperti ini dikatakan

Startup lahir Startup mengambil posisi Startup menggangu tatanan


di pasar
menghasilkan disrupsi dan disebut sebagai inovasi disruptif. Tidak semua inovasi dapat
dianggap sebagai inovasi disruptif. Model di bawah ini menggambarkan hubungan antara
kreativitas, inovasi, dan disrupsi dalam konteks siklus kehidupan startup.

Kreativitas Inovasi

Inovasi
Inovasi disruptif
Faktor
pendukung lain Inovasi Disrupsi

Tulisan ini bertujuan untuk menguji kerangka teori di atas dengan mempelajari dan
memberikan contoh berupa kasus nyata tiga startup Indonesia. Analisis akan melihat hal-
hal yang telah dilakukan oleh startup terkait dengan mengumpulkan informasi yang
tersedia di media terbuka dan mengaitkannya dengan konsep dan hubungan antar
konsep di kerangka teori. Setelah itu, tulisan ini juga bertujuan untuk melihat potensi yang
dimiliki oleh startup tersebut untuk berkembang lebih lanjut. Analisis akan diarahkan pada
lingkungan mikro (dengan menggunakan analisis Porter’s 5 Forces) dan lingkungan
makro (dengan menggunakan PESTEL Analysis). Beberapa pertanyaan yang akan
diajukan adalah:

1. Apa bentuk kreativitas yang menjadi alasan dibentuknya startup terkait?

2. Apakah kreativitas dari startup terkait berhasil diimplementasikan dan menjadi


inovasi?

3. Apakah inovasi yang berhasil dilakukan startup terkait bersifat disruptif?

4. Bagaimana situasi lingkungan mikro dan makro dari startup terkait?

5. Apa potensi yang dimiliki startup terkait untuk berkembang lebih jauh?

Startup yang diambil menjadi objek tulisan ini dengan sengaja dipilih dari bidang yang
berbeda. Kanva dipilih karena mewakili startup yang datang dengan menawarkan produk
berupa barang fisik yang cukup umum di benak masyarakat. eCLIS dipilih karena
merupakan startup di bidang yang sangat baru yaitu regtech dan legaltech. Pluang dipilih
sebagai representasi bidang startup yang sangat hangat dibicarakan saat ini yaitu fintech.

Kanva
Tentang Kanva
Kanva adalah sebuah startup di bidang home & living yang berdiri di tahun 2015. Kanva
menjual produk seperti cermin, tempat peralatan dandan, bantal, alat makan, dan lain-
lain. Dalam menciptakan produknya, Kanva banyak menggunakan material kaca,
kuningan, kayu, kain, dan keramik. Kanva menjual produknya dengan sistem pre-order
custom design (pembeli dapat mengubah produk yang dibeli sesuai keinginan) dan
sistem ready-to-buy (pembeli membeli produk yang sudah jadi). Kanva sempat membuka
toko fisik namun kini sepenuhnya bergantung pada toko daring di website dan beberapa
portal. Semua produk Kanva adalah hasil karya pengerajin Indonesia di beberapa lokasi
di Pulau Jawa.

Kreativitas dan Inovasi Kanva


Kanva bergerak di dalam industri mebel dan khususnya desain produk. Oleh karena itu,
desain adalah yang sesungguhnya menjadi nilai jual Kanva. Untuk menilai kreativitas
yang telah dilakukan Kanva, produk buatan Kanva akan menjadi subjeknya. Kanva dapat
dikatakan tidak menciptakan “jenis” produk baru, tapi Kanva melahirkan banyak desain
baru dari jenis produk yang sudah ada. Hal ini menjadi indikator kreativitas Kanva, seperti
yang dikatakan oleh Sarkar dan Chakrabarti (2011) bahwa sebuah produk dipandang
dari kebaruannya untuk menilai kreativitas dari sang perancang produk. Lebih lanjut,
Sarkar dan Chakrabarti (2011) juga menyampaikan bahwa menilai kebaruan dari suatu
produk dapat dilakukan dengan membandingkan karakteristiknya dengan produk sejenis
yang tersedia. Cermin, bantal, dan piring makan kayu bukanlah produk yang baru muncul.
Tapi, cermin, bantal, dan piring makan kayu yang dibuat Kanva belum dapat ditemukan,
dan tidak memiliki kesamaan dengan cermin, bantal, dan piring makan kayu di pengerajin
atau toko lain sehingga dapat dikatakan memiliki kebaruan. Maka, berdasarkan produk
yang dibuat Kanva, Kanva dapat dikatakan sebagai sebuah startup yang memiliki
kreativitas.
Inovasi yang dilakukan Kanva dapat dinilai dari keberhasilan Kanva dalam memasarkan
produk hasil kreativitasnya. Kanva belum pernah memberikan informasi kepada publik
mengenai pencapaian dan/atau penjualan yang berhasil dilakukan, namun portal
Tokopedia memberikan sedikit data tentang penjualan Kanva melalui Tokopedia. Kanva
membuka toko daring di Tokopedia sejak bulan Januari 2018. Sampai tulisan ini dibuat
(November 2020), toko daring Kanva di Tokopedia telah berhasil menjual 594 produk dari
376 transaksi sukses yang terjadi. Secara rata-rata, setiap bulan Kanva bisa menjual 17
produk melalui kanal Tokopedia. Selain toko daring di Tokopedia, Kanva juga memiliki
kanal di Shopee dan di website resmi Kanva.

Beberapa tahun belakangan ini, peran media sosial menjadi sangat signifikan sebagai
media promosi usaha dan produk, terutama bagi startup. Instagram menjadi salah satu
wadah andalan startup-startup baru untuk mempromosikan usaha dan produk atau jasa
nya. Dalam memandang sebuah akun Instagram toko daring atau startup, pengguna
Instagram kerap memperhitungkan jumlah followers yang dimiliki. Miles (2014) dalam
Viranen et al., (2017) merekomendasikan perusahaan untuk segera mengejar jumlah
follower yang kredibel sesuai dengan ukuran perusahaannya. Dalam kasus startup atau
usaha kecil dan menengah, 1000 followers dipandang sebagai angka minimum. Miles
(2014) dalam Viranen et al., (2017) juga mengatakan bahwa jumlah follower merupakan
bentuk penerimaan publik terhadap brand dan perusahaan.

Sampai dengan November 2020, akun Instagram resmi Kanva (@ka.n.va) telah memiliki
47300 follower. Dalam penelitian tentang pengaruh sosial media pada return on
investment, Wilcox dan Moore (2015) juga menemukan bahwa jumlah Instagram follower
memiliki hubungan erat dengan pendapatan. Seluruh pencapaian ini menyimpulkan
Kanva berhasil membawa kreativitas dalam produk menjadi sebuah inovasi.

Kanva menyebut dirinya sebagai startup home and living dan memasukki industri mebel
Indonesia. Sebagai pendatang baru, Kanva berhasil menduduki posisi yang
menguntungkan dengan berbagai desain produk yang unik. Namun, dalam kaitannya
dengan disrupsi, Kanva tidak mencipatakan pasar baru ataupun merusak tatanan industri
yang sudah ada. Layaknya pengusaha mebel lain, Kanva juga menyediakan barang yang
sudah jadi dan barang yang dipesan sebelumnya. Kanva hanya memiliki perbedaan
dengan menggunakan penuh sistem daring untuk menggapai konsumen. Tapi, tindakkan
Kanva untuk memakai sistem daring tidak mengganggu ataupun merusak sistem
pemesanan langsung (tatap muka) yang dilakukan pengusaha mebel konvensional.
Dengan demikian, inovasi yang dilakukan Kanva tidak dapat dianggap sebagai inovasi
disruptif.

Analisis eksternal Kanva - PESTEL


Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis PESTEL Kanva.
POLITIK
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Kanva
Dorongan pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah memberi pinjaman melalui
perkembangan startup Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 53 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Investasi Pemerintah
Pemerintah membuat program Gerakan
Nasional Bangga Buatan Indonesia dan
Belanja Buatan Indonesia (BBI).

Pemerintah membuat program


1000StartupDigital mendukung startup
baru Indonesia
Omnibus Law memudahkan pembukaan
dan operasional usaha
Pajak Perusahaan startup yang memiliki
penghasilan di bawah Rp4,8 Miliar per
tahun tidak dikenakan pajak, atau
dikategorikan sebagai Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini
bertujuan untuk menjaga perusahaan
kecil agar terus berkembang
Perusahaan startup bisa memilih
membayar dengan PP 23 atau
menggunakan Pasal 17 UU PPh
EKONOMI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Kanva
Upah pengerajin Fluktuasi upah pengerajin dapat
memengaruhi keuntungan Kanva
Purchasing power Kanva menjual “dekorasi rumah” yang
sifatnya kebutuhan sekunder sehingga
bisa ditunda pembeliannya.
Exchange rates Kanva sudah memasarkan hingga ke
Singapura dan Malaysia sehingga
dipengaruhi oleh nilai tukar valuta asing

SOSIAL
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Kanva
Trend Minat Dengan berkembangnya era informasi
dan sosial media, konsumen semakin
awas dan tertarik dengan tersedianya
produk unik dan customize.
Konsumen mulai meninggalkan produk-
produk mass production yang “pasaran”
seperti berbelanja ke Matahari.
Produk awal Kanva sendiri adalah produk
custom wall decor/canvas print dengan
sistem pre-order.
Demographic factors Kanva memanfaatkan situasi generasi
milenial yang sudah memasuki usia
produktif dan berkeluarga sebagai
segmen utama

TEKNOLOGI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Kanva
Internet Era Kanva hanya menjual melalui toko Online
(Website, Instagram, Official LINE, dan
berbagai portal online seperti
Tokopedia/Bukalapak)
Teknologi fabrikasi dan desain Dalam mendesain dan memproduksi,
Kanva sangat bergantung pada teknologi
seperti perangkat lunak untuk mendesain
dan perangkat keras untuk memproduksi

LEGAL
(Kanva tidak mendapat pengaruh signfikan dari bidang Legal.)

ENVIRONMENTAL
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Kanva
Penggunaan material kayu Masih terdapat perdebatan soal kayu
sebagai material yang ramah lingkungan
Analisis eksternal Kanva – Porter’s 5 Forces
Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis Porter’s 5 Forces dari Kanva.

BUYERS
FACTORS variables FORCES

Buyers’ Demand High WEAK

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost Low STRONG

Buyers’ size and number Small and Many WEAK

Backward integration No WEAK

Buyers’ Literacy of industry No WEAK

Postponing chance Yes STRONG

TOTAL FORCES 71% Weak

RIVALS
FACTORS variables RIVALRY

Buyers’ Demand Growth High WEAK

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost Low STRONG

Inventory quantity Low WEAK

Number of competitor High STRONG

Exit barrier Low WEAK


TOTAL FORCES 67% Weak

NEW ENTRANTS
FACTORS variables BARRIER

Incumbent cost advantage High HIGH

Customers’ brand loyalty High HIGH

Patents or intelectual property Not in place LOW

Network effect No LOW

Capital requirements Low LOW

Access to distribution channels Many LOW

Govt & Trade policies No LOW

TOTAL BARRIER 67% Low

SUPPLIERS
FACTORS variables FORCES

Suppliers’ product supply High WEAK

Suppliers’ produc differentiation Low WEAK

Switching cost High STRONG

Suppliers’ industry domination No WEAK

Backward integration No STRONG

Suppliers product to fraction Big STRONG


Substitutes No STRONG

Suppliers’ sale fraction No STRONG

TOTAL FORCES 62,5% Strong

SUPPLIERS
FACTORS variables FORCES

Availability and price Available and cheap STRONG

Performance Good STRONG

Switching cost Low STRONG

TOTAL FORCES 100% Strong


Pembahasan dan Rekomendasi Kanva
Dari analisis PESTEL, bidang Sosial memberikan Kanva potensi paling menarik.
Generasi milenial, mereka yang lahir tahun 1979-1994 (Smola dan Sutton (2002) dalam
Myers dan Sadaghiani (2010)), sedang memasukki masa memulai keluarga, memiliki
anak, dan karenanya, memiliki dan menata rumah tinggal. Generasi ini sangat tanggap
terhadap trend desain yang menjadi nilai jual utama Kanva. Oleh karena itu, Kanva perlu
terus memperhatikan segmen ini dan membina hubungan yang baik.

Dari analisis Porter’s 5 Forces, Kanva perlu berhati-hati dengan ancaman dari barang
substitusi. Keputusan calon pembeli untuk membeli Kanva biasanya benar-benar
berdasarkan selera. Jika Kanva tidak bisa memuaskan selera pembeli, pembeli akan
dengan mudah mencari produk untuk menggantikan kebutuhan nya. Pasar home & living,
atau industri mebel, merupakan pasar yang mudah untuk dimasukki pendatang baru
dengan berkembangnya teknologi fabrikasi dan terhubungnya pusat-pusat produksi
dengan masyarakat. Pihak mana saja dapat mendeklarasikan brand home & living
mereka sendiri tanpa modal besar. Meskipun begitu, Kanva paling memiliki kekuatan
terhadap calon pembeli. Hal ini senada dengan analisis PESTEL. Dengan demikian,
Kanva perlu memfokuskan strategi nya untuk membina hubungan dan memenuhi
kebutuhan dan keinginan pembeli atau calon pembeli.

Kanva bergerak di sebuah bidang yang niche. Kalaupun Kanva mendapat kesempatan
sebesar-besarnya untuk menyampaikan produknya ke semua orang, tidak banyak orang
yang akan menyukai produk Kanva. Namun, segelintir orang yang menyukai Kanva akan
terus kembali untuk membeli produk berikutnya. Dengan pencapaian saat ini, Kanva
sudah berada dalam jalur yang tepat untuk menuju top of mind dari niche tersebut. Jika
Kanva sudah menduduki top of mind dari niche, Kanva bisa memulai pergerakkan ke
arah niche yang lain dan mengulang pola yang sama untuk menuju top of mind berikutnya.
eCLIS
Tentang eCLIS
eCLIS.id adalah sebuah platform yang didesain untuk memudahkan pengguna
menemukan peraturan perundang-undangan Indonesia. Nama eCLIS sendiri merupakan
akronim dari “Electronic Codification dan Legal Information System” (Ryza, 2020). eCLIS
mulai dikembangkan sejak tahun 2015 dan menjadi badan hukum pada tahun 2017.
Layanan eCLIS telah digunakan oleh beberapa lembaga negara seperti Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN), Badan Perlindungan Konsumen Nasional, dan perusahaan
swasta seperti PT Pertamina Lubricants dan PT Terminal Teluk Lampong (Ryza, 2020).

Kreativitas dan Inovasi eCLIS


Sebelum kemunculan eCLIS sebagai wadah untuk menemukan peraturan, beberapa
website lain sebenarnya sudah menyediakan layanan sejenis. Kementrian Hukum dan
HAM RI mengelola website peraturan.go.id yang juga menyediakan layanan untuk
menemukan peraturan. Peraturan.go.id menyediakan peraturan Undang-Undang,
Perppu, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan
Lembaga, dan Peraturan Daerah. Website dpr.go.id yang dikelola Dewan Perwakilan
Rakyat RI juga menyediakan layanan dengan kelengkapan peraturan yang tidak kalah
banyak. Dalam metode menemukan suatu peraturan, dua website ini hanya dapat
mencari kata kunci pada judul peraturan. Dari pihak swasta, website hukumonline.com
juga menyediakan layanan serupa. Nilai tambah yang dimiliki hukumonline.com
dibandingkan website resmi pemerintah adalah sistem pencarian yang sudah dapat
mencari kata kunci hingga ke isi peraturan.

Poin yang membedakan eCLIS dari semua website yang telah ada adalah cara eCLIS
menyajikan hasil pencarian. Dalam halaman hasil pencarian, eCLIS dapat memberikan
informasi frekuensi penyebutan kata kunci yang dimaksud dalam setiap peraturan yang
muncul. Setelah menemukan peraturan yang dimaksud, eCLIS juga memberikan sistem
yang berbeda dan lebih baik bagi pengguna dalam membaca dan mempelajari peraturan.
Jika website lain hanya memberikan akses untuk mengunduh peraturan, eCLIS telah
menyediakan interface terpadu untuk langsung membaca dan mempelajari peraturan.
eCLIS secara langsung menandai kata kunci yang dimaksud dalam seluruh isi peraturan
yang sedang dibaca. eCLIS memberikan informasi dan akses langsung (dengan sekali
klik) ke peraturan yang terkait dan peraturan yang dijadikan rujukkan. eCLIS juga sudah
menyediakan berbagai pilihan tampilan untuk membaca peraturan. Salah satu tampilan
tersebut dapat langsung menyandingkan peraturan dan penjelasan peraturan di dalam
satu halaman.

Di luar fitur membaca peraturan, eCLIS juga menyediakan kamus hukum yang
mengkompilasi definisi-definisi dari suatu konsep dari berbagai peraturan yang ada.
eCLIS juga menyediakan wadah untuk membaca pendapat-pendapat para ahli terhadap
suatu peraturan. Pengguna eCLIS juga dapat memberikan komentar terhadap peraturan
perundang-undangan tersebut. Berbagai fitur dan fasilitas baru ini jelas menunjukkan
kreativitas yang dilakukan oleh eCLIS.

Hasil kreativitas eCLIS ini telah digunakan oleh beberapa lembaga negara seperti Badan
Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Perlindungan Konsumen Nasional, dan
perusahaan swasta seperti PT Pertamina Lubricants dan PT Terminal Teluk Lampong
(Ryza, 2020). Penggunaan eCLIS berarti kreativitas eCLIS telah berhasil
diimplementasikan. Namun, eCLIS ataupun pihak terkait lain belum membuka informasi
terkait dampak ekonomi yang dihasilkan eCLIS. Maka, eCLIS dapat dipandang sebagai
sebuah inovasi. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan inovasi yang dilakukan
Kanva, inovasi eCLIS belum menunjukkan keberhasilan yang gemilang, terutama dalam
bidang ekonomi.

Suatu inovasi dikatakan sebagai disruptif apabila ia menciptakan pasar baru atau
mengganggu tatanan pasar yang lama. eCLIS bergerak di layanan akses peraturan
Indonesia. Tatanan pasar yang dimasukkin oleh eCLIS bisa dikatakan belum terbentuk
dengan baku dan sempurna. Pasar dapat terbentuk apabila demand dan supply bertemu.
eCLIS dan wadah lain telah menciptakan supply, namun demand belum terbentuk. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh tingkat literasi dan kesadaran hukum dan peraturan
masyarakat Indonesia. Masa pandemi covid-19 yang terjadi di sepanjang tahun 2020
diwarnai dengan berbagai pelanggaran peraturan yang sudah jelas diteriakkan oleh
pemerintah melalui berbagai media. Masyarakat Indonesia masih tidak memiliki
kesadaran untuk mematuhi peraturan yang sudah jelas diinformasikan, apalagi peraturan
yang tidak jelas tersampaikan seperti ribuan peraturan yang dihimpun eCLIS dan platform
lainnya. Pasar penyediaan akses kepada peraturan ini belum terbentuk dengan
sempurna dan karenanya inovasi dari eCLIS tidak melakukan disrupsi. Lebih lanjut,
Charya Rabindra, Ketua Umum Asosiasi Regtech dan Legaltech Indonesia (IRLA),
tempat eCLIS bernaung sebagai salah satu Regtech, mengatakan keberadaan regtech
dan legaltech memang untuk mendukung dan bukan mendisrupsi industri yang ada.

Analisis eksternal eCLIS - PESTEL


Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis PESTEL eCLIS.

POLITIK
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap eCLIS
Dorongan pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah memberi pinjaman melalui
perkembangan startup Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 53 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Investasi Pemerintah
Pemerintah membuat program Gerakan
Nasional Bangga Buatan Indonesia dan
Belanja Buatan Indonesia (BBI).

Pemerintah membuat program


1000StartupDigital mendukung startup
baru Indonesia
Omnibus Law memudahkan pembukaan
dan operasional usaha
Pajak Perusahaan startup yang memiliki
penghasilan di bawah Rp4,8 Miliar per
tahun tidak dikenakan pajak, atau
dikategorikan sebagai Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini
bertujuan untuk menjaga perusahaan
kecil agar terus berkembang
Perusahaan startup bisa memilih
membayar dengan PP 23 atau
menggunakan Pasal 17 UU PPh
Pembendaharaan Peraturan RI Pembendaharaan buruk. Dokumen yang
tercerai-berai menjadi peluang bisnis dari
Eclis.id

EKONOMI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap eCLIS
Purchasing power Biaya langganan layanan premium eCLIS
tidak dapat dikatakan murah

SOSIAL
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap eCLIS
Literasi Hukum Literasi Hukum masyarakat Indonesia
yang rendah bisa menjadi hambatan atau
justru peluang bagi eCLIS

TEKNOLOGI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap eCLIS
Internet Era eCLIS sangat bergantung pada website
dan sistem
Artificial Intelligent (AI) CEO eCLIS memiliki visi agar eCLIS bisa
mengolah dan mempelajari peraturan
dengan AI

LEGAL
(eCLIS tidak mendapat pengaruh signfikan dari bidang Legal.)

ENVIRONMENTAL
(eCLIS tidak mendapat pengaruh signfikan dari bidang Environmental.)

Analisis eksternal eCLIS – Porter’s 5 Forces


Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis Porter’s 5 Forces dari eCLIS.

BUYERS
FACTORS variables FORCES

Buyers’ Demand Low STRONG

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost Low STRONG

Buyers’ size and number Large and Few STRONG

Backward integration No WEAK

Buyers’ Literacy of industry No WEAK


Postponing chance Yes STRONG

TOTAL FORCES 57% Strong

RIVALS
FACTORS variables RIVALRY

Buyers’ Demand Growth Slow STRONG

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost Low STRONG

Inventory quantity Low WEAK

Number of competitor None WEAK

Exit barrier Low WEAK

TOTAL FORCES 67% Weak

NEW ENTRANTS
FACTORS variables BARRIER

Incumbent cost advantage High HIGH

Customers’ brand loyalty No LOW

Patents or intelectual property Not in place LOW

Network effect No LOW


Capital requirements Low LOW

Access to distribution channels Many LOW

Govt & Trade policies No LOW

TOTAL BARRIER 85% Low

SUPPLIERS
FACTORS variables FORCES

Suppliers’ product supply n/a n/a

Suppliers’ produc differentiation n/a n/a

Switching cost n/a n/a

Suppliers’ industry domination n/a n/a

Backward integration n/a n/a

Suppliers product to fraction n/a n/a

Substitutes n/a n/a

Suppliers’ sale fraction n/a n/a

TOTAL FORCES None

SUBSTITUTES

FACTORS variables FORCES


Availability and price Not available WEAK

Performance None WEAK

Switching cost Low WEAK

TOTAL FORCES 100% Weak

Pembahasan dan rekomendasi eCLIS


Terdapat dua poin yang perlu digarisbawahi dari analisis PESTEL yaitu terkait
pembendaharaan peraturan dan literasi hukum. eCLIS mendapat peluang untuk
memasuki pasar karena rendahnya kualitas pembendaharaan peraturan yang ada,
khsusnya yang disediakan dari pemerintah RI. eCLIS menjadi pionir dalam menyediakan
layanan yang berkualitas. Hal ini menempatkan eCLIS di posisi yang bagus untuk
mencapai top of mind masyarakat dalam layanan akses peraturan. Meskipun begitu,
eCLIS perlu berhati-hati dengan tingkat literasi hukum masyarakat Indonesia. Hal ini bisa
menjadi peluang atau justru hambatan bagi eCLIS. Bila pemerintah dan stakeholder lain,
termasuk eCLIS, tidak bergegas meningkatkan literasi hukum masyarakat Indonesia,
layanan eCLIS tidak akan dapat dioptimalkan. Peningkatan literasi hukum masyarakat
Indonesia akan berdampak positif pada perkembangan eCLIS.

Analisis Porter’s 5 Forces juga menunjukkan kebebasan eCLIS dalam bermanuver di


pasar. Ancaman yang cukup signifikan hanya berasal dari new entrants dan buyers.
eCLIS tidak membutuhkan suppliers untuk menyediakan layanannya. Layanan eCLIS
juga belum dapat digantikan oleh layanan atau produk lain.

eCLIS sudah menyediakan jasa yang sangat bagus, yang paling bagus di antara yang
tersedia sekarang. Potensi eCLIS ini perlu dipertahankan dan dijaga sambal menunggu
tumbuhnya demand dari masyarakat. Ketika demand ini datang, eCLIS akan melesat
menjadi tujuan utama untuk layanan akses peraturan.
Pluang
Tentang Pluang
Pluang adalah sebuah startup di bidang keuangan yang menyediakan layanan untuk
berinvestasi emas dan indeks berjangka S&P500. Untuk investasi emas, Pluang
menyediakan nominal awal yang sangat rendah yaitu 0,01 gram. Emas yang sudah
mencapai berat tertentu dapat dicetak dan dapat dikirim ke seluruh Indonesia. Pluang
juga menyediakan layanan transfer emas antar teman dan layanan cicilan emas. Dari
segi legalitas, Pluang dijamin oleh Kliring Berjangka Indonesia dan diawasi oleh Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Kreativitas dan Inovasi Pluang


Untuk investasi indeks berjangka S&P500, Pluang menjadi startup dan aplikasi fintech
pertama yang menyediakan layanan investasi S&P500. Investasi ini bisa dijangkau
dengan harga mulai dari USD30 atau setara dengan Rp500.000.

Dari sisi investasi emas secara online, Pluang bukan merupakan pionir. Fitur dan
keunggulan yang ditawarkan Pluang kepada pelanggan juga dapat disaingi oleh para
kompetitor. Oleh karena itu, produk investasi emas Pluang tidak dapat dianggap sebagai
sebuah kreativitas.

Dari sisi investasi S&P500, Pluang menawarkan kebaruan sebagai pionir pembawa
investasi berjangka bursa Amerika Serikat ke Indonesia. Sampai tulisan ini dibuat, Pluang
masih menjadi satu-satunya fintech yang menawarkan investasi indeks berjangka
S&P500 dengan nominal awal yang kecil (Rp500.000). Di Indonesia, selain Pluang,
investasi indeks S&P500 hanya ditawarkan oleh pialang konvensional yang tidak
berbasis aplikasi dan membutuhkan modal yang sangat besar. Maka, produk investasi
Pluang ini dapat dianggap sebagai sebuah kreativitas.

Produk investasi S&P500 baru diluncurkan Pluang pada bulan Oktober 2020. Sampai
tulisan ini dibuat, produk investasi ini belum pernah diberitakan oleh Pluang atau media
lain. Karena itu, implementasi dan keberhasilan dari produk investasi ini belum dapat
dinilai. Meskipun begitu, produk Pluang ini memiliki potensi untuk sukses menjadi sebuah
inovasi dengan menjadi yang pertama di bidangnya.
Analisis eksternal Pluang – PESTEL
Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis PESTEL Pluang.

POLITIK
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Pluang
Dorongan pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah memberi pinjaman melalui
perkembangan startup Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 53 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Investasi Pemerintah
Pemerintah membuat program Gerakan
Nasional Bangga Buatan Indonesia dan
Belanja Buatan Indonesia (BBI).

Pemerintah membuat program


1000StartupDigital mendukung startup
baru Indonesia
Omnibus Law memudahkan pembukaan
dan operasional usaha
Pajak Perusahaan startup yang memiliki
penghasilan di bawah Rp4,8 Miliar per
tahun tidak dikenakan pajak, atau
dikategorikan sebagai Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM).
Perusahaan startup bisa memilih
membayar dengan PP 23 atau
menggunakan Pasal 17 UU PPh
Stabilitas Politik Amerika Serikat Pluang menjual indeks berjangka
S&P500 yang terpengaruh
Suku Bunga Acuan BI Faktor penentu harga emas
EKONOMI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Pluang
Ekonomi Makro Ekonomi tidak pasti, orang membeli
emas. Ekonomi bertumbuh orang menjual
emas
Ekonomi bertumbuh, S&P500 semakin
bertumbuh

SOSIAL
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Pluang
Literasi keuangan Masih banyak masyarakat Indonesia
yang tidak tahu tentang investasi
berjangka, apalagi S&P500
Budaya Masyarakat Indonesia masih memilih
emas sebagai produk investasi karena
sudah lebih terbiasa

TEKNOLOGI
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Pluang
Internet Era Pluang sangat bergantung pada website
dan sistem
LEGAL
Faktor Dampak (potensi dampak)
terhadap Pluang
Izin beroperasi BAPPEBTI dan Kliring Berjangka
Indonesia

ENVIRONMENTAL
(eCLIS tidak mendapat pengaruh signfikan dari bidang Environmental.)

Analisis eksternal Pluang – Porter’s 5 Forces


Di bawah ini merupakan tabel yang menyajikan analisis Porter’s 5 Forces dari Pluang.
Analisis Porter’s 5 Forces Pluang dipisahkan antara produk emas dan produk S&P500.

EMAS

GOLD BUYERS
FACTORS variables FORCES

Buyers’ Demand High WEAK

Industry Product’s Differentiation Not Diff STRONG

Switching cost High WEAK

Buyers’ size and number Small and Large WEAK

Backward integration No WEAK

Buyers’ Literacy of industry Yes STRONG

Postponing chance Yes STRONG


TOTAL FORCES 57% Weak

GOLD RIVALS

FACTORS variables RIVALRY

Buyers’ Demand Growth High WEAK

Industry Product’s Differentiation Not Diff STRONG

Switching cost High WEAK

Inventory quantity Low WEAK

Number of competitor High STRONG

Exit barrier High WEAK

TOTAL FORCES 67% Weak

GOLD NEW ENTRANTS

FACTORS variables BARRIER

Incumbent cost advantage High HIGH

Customers’ brand loyalty No LOW

Patents or intelectual property Not in place LOW

Network effect No LOW

Capital requirements Low LOW


Access to distribution channels Many LOW

Govt & Trade policies Yes HIGH

TOTAL BARRIER 71% Low

GOLD SUPPLIERS

FACTORS variables FORCES

Suppliers’ product supply Low HIGH

Suppliers’ produc differentiation Not Diff LOW

Switching cost HIGH HIGH

Suppliers’ industry domination Dominated HIGH

Backward integration No HIGH

Suppliers product to fraction Big HIGH

Substitutes No HIGH

Suppliers’ sale fraction Low HIGH

TOTAL FORCES 87,5% High

GOLD SUBSTITUTES

FACTORS variables FORCES


Availability and price Available with competing price STRONG

Performance Good STRONG

Switching cost High WEAK

TOTAL FORCES 67% Strong


S&P500

S&P500 BUYERS
FACTORS variables FORCES

Buyers’ Demand Low STRONG

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost High WEAK

Buyers’ size and number Small and many WEAK

Backward integration No WEAK

Buyers’ Literacy of industry No WEAK

Postponing chance Yes STRONG

TOTAL FORCES 71% Weak

S&P500 RIVALS
FACTORS variables RIVALRY

Buyers’ Demand Growth Slow STRONG

Industry Product’s Differentiation Differentiated WEAK

Switching cost High STRONG

Inventory quantity Low WEAK

Number of competitor None WEAK

Exit barrier High STRONG


TOTAL FORCES 50% Weak

S&P500 NEW ENTRANTS


FACTORS variables BARRIER

Incumbent cost advantage High HIGH

Customers’ brand loyalty No LOW

Patents or intelectual property Not in place LOW

Network effect No LOW

Capital requirements Low LOW

Access to distribution channels Many LOW

Govt & Trade policies Yes HIGH

TOTAL BARRIER 71% Low

S&P500 SUPPLIERS
FACTORS variables FORCES

Suppliers’ product supply High WEAK

Suppliers’ produc differentiation Low WEAK

Switching cost High STRONG

Suppliers’ industry domination High STRONG

Backward integration No STRONG

Suppliers product to fraction Big STRONG


Substitutes None STRONG

Suppliers’ sale fraction Small STRONG

TOTAL FORCES 75% Strong

S&P500 SUBSTITUTES
FACTORS variables FORCES

Availability and price Not available WEAK

Performance None WEAK

Switching cost Low WEAK

TOTAL FORCES 100% Weak


Pembahasan dan rekomendasi Pluang
Dari analisis PESTEL, Pluang mendapat pengaruh signifikan dari stabilitas politik
Amerika Serikat, keadaan ekonomi makro, literasi keuangan, dan kebiasaan masyarakat
Indonesia. Produk investasi S&P500 yang ditawarkan Pluang merupakan indeks saham
di bursa AS yang sangat terpengaruh stabilitas politik negara tersebut. Saat tulisan ini
dibuat (November 2020), Joe Biden telah memenangkan pemilu AS dan dampaknya
dapat dirasakan di berbagai penjuru dunia dari meningkatnya indeks saham (termasuk
Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia). Kemenangan Joe Biden
memberikan harapan akan stabilitas politik lebih baik setidaknya untuk 4 tahun ke depan.

Emas merupakan produk investasi yang disebut sebagai safe haven. Saat ekonomi
sedang lesu karena diterpa pandemi covid-19, harga emas terus mengalami peningkatan.
Penemuan dan implementasi vaksin covid-19, sebaliknya, akan berdampak buruk pada
harga emas karena masyarakat kembali memindahkan dana ke produk investasi dengan
imbal hasil lebih tinggi.

Pendapatan Pluang juga sangat dipengaruhi oleh literasi keuangan dan kebiasaan
berinvestasi masyarakat Indonesia. Mengutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), OJK (2013), dalam surveinya tentang literasi finansial, sebagian besar masyarakat
Indonesia (75,69%) hanya memiliki pengetahuan terhadap produk dan jasa keuangan
namun tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan produk dan jasa keuangan
tersebut. Masih banyak masyarakat yang tidak tahu tentang investasi berjangka, apalagi
S&P500. Meskipun begitu, masyarakat Indonesia sejak lama telah memiliki kebiasaan
untuk membeli emas sebagai produk investasi. Hal ini dapat memupuk kepercayaan
untuk beralih dari pembelian emas fisik kepada pembelian emas digital.

Analisis Porter’s 5 Forces Emas Pluang menunjukkan tekanan berat dari berbagai sisi.
Hal ini juga sejalan dengan fakta bahwa pasar jual beli emas secara daring sudah dipadati
oleh banyak pemain yang menawarkan layanan yang tidak berbeda jauh. Sedangkan,
analisis Porter’s 5 Forces S&P500 Pluang menunjukkan kebebasan bergerak bagi
Pluang. Hal ini tentunya didukung dengan fakta bahwa Pluang menjadi fintech pertama
yang menawarkan investasi indeks berjangka S&P500.
Kesimpulan
Jika memandang dari teori yang dijelaskan sebelumnya, maka startup Kanva dan eCLIS
keduanya lahir dari kreativitas. Kanva menawarkan desain yang unik dan berbeda,
sedangkan eCLIS menawarkan peningkatan layanan yang baru. Namun, Pluang sebagai
sebuah startup tidak dapat dikatakan lahir dari kreativitas karena ide yang melahirkan
Pluang sudah ada dan dilakukan oleh pihak lain (jual belie mas secara daring). Meskipun
begitu, Pluang masih dapat dikatakan memiliki kreativitas atas pencapaianya menjadi
fintech pertama yang meluncurkan produk investasi indeks berjangka S&P500.

Kreativitas yang dilakukan oleh Kanva dan eCLIS dapat dikatakan sebagai inovasi karena
sudah berhasil diimplementasikan. Produk hasil kreativitas Kanva sudah laku di pasar
dan layanan eCLIS sudah digunakan oleh beberapa organisasi pemerintah maupun
swasta. Kreatiitas Pluang, dalam meluncurkan investasi S&P500 belum teruji sebagai
sebuah inovasi karena belum terlihat bentuk implementasinya yang berhasil, yaitu
penerimaan dan penggunaan oleh masyarakat.

Inovasi yang Kanva lakukan tidak bersifat disruptif karena tidak mengganggu tatanan
atau pola prilaku pembeli, kompetitor atau pihak lain dalam pasar. Pasar yang berhasil
dimasuki Kanva tidak mengalami perubahan signifikan. eCLIS masuk ke dalam pasar
yang belum dapat dikatakan matang sehingga belum ada tatanan yang dapat diganggu
oleh pengaruh eCLIS. Di samping itu, IRLA, sebagai induk eCLIS, juga menyatakan
keberadaan eCLIS dan regtech-legaltech lainnya bukan bermaksud melakukan disrupsi
terhadap industri yang sudah ada.

Kanva sudah menduduki posisi yang cukup strategis di pasar niche yang dimasukkinya
dan berada dalam jalur yang tepat. eCLIS sudah memiliki modal yang sangat besar dan
hanya tinggal mempertahankan posisi dan menunggu waktu yang pas untuk melesat.
Pluang sudah melakukan ”curi start” dengan terlebih dulu meluncurkan produk investasi
berjangka.
Daftar Pustaka
Bolland, E. (2017). Innovation, Diffusion, Disruption and Entrepreneurship.
Comprehensive Strategic Management, 233-259. https://doi.org/10.1108/978-1-78714-
225-120171008

Dyer, J., Gregersen, H., & Christensen, C. (2011). The innovator's DNA. Harvard
Business Review Press.

Edwards-Schachter, M., García-Granero, A., Sánchez-Barrioluengo, M., Quesada-


Pineda, H., & Amara, N. (2015). Disentangling competences: Interrelationships on
creativity, innovation and entrepreneurship. Thinking Skills And Creativity, 16, 27-39.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2014.11.006

Fauzan, R. (2020). Pemerintah Buka Opsi Pendanaan Baru Bagi Startup |


Teknologi - Bisnis.com. Bisnis.com. Retrieved 18 November 2020, from
https://teknologi.bisnis.com/read/20200603/266/1248039/pemerintah-buka-opsi-
pendanaan-baru-bagistartup.

Fiorentino, R., Longobardi, S., & Scaletti, A. (2020). The early growth of start-ups:
innovation matters. Evidence from Italy. European Journal Of Innovation Management,
ahead-of-print(ahead-of-print). https://doi.org/10.1108/ejim-02-2020-0057

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. 1000 Startup Digital. (2020). Retrieved 18
November 2020, from https://1000startupdigital.id/beranda/#startup.

Ika, A. (2020). Asosiasi Perusahaan Jasa Teknologi Regulasi dan Hukum Dorong
Masyarakat Melek Hukum. KOMPAS.com. Retrieved 18 November 2020, from
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/18/180117926/asosiasi-perusahaan-jasa-
teknologi-regulasi-dan-hukum-dorong-masyarakat.

J J, C., & Ozkan, B. (2019). Innovation and Disruption: Industry Practices and
Conceptual Bases. Disruptive Innovation In Business And Finance In The Digital World
(International Finance Review), 20, 3-13. Retrieved 18 November 2020, from.

Jenis-Jenis Investasi yang Populer di Indonesia | HSBC Indonesia. Hsbc.co.id.


(2020). Retrieved 18 November 2020, from https://www.hsbc.co.id/1/PA_esf-ca-app-
content/content/indonesia/personal/offers/news-and-
lifestyle/files/articles/html/201906/jenis-jenis-investasi-yang-populer-di-indonesia.html.

Kemenko PMK Dukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia | Kementerian


Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kemenkopmk.go.id.
(2020). Retrieved 18 November 2020, from https://www.kemenkopmk.go.id/kemenko-
pmk-dukung-gerakan-nasional-bangga-buatan-indonesia.

Manuwu, J. (2019). Tech in Asia Indonesia - Komunitas Online Startup di Asia.


Id.techinasia.com. Retrieved 18 November 2020, from https://id.techinasia.com/pp-
nomor-23-serta-implikasinya-terhadap-startup-dan-umkm.

Martínez-Vergara, S., & Valls-Pasola, J. (2020). Clarifying the disruptive innovation


puzzle: a critical review. European Journal Of Innovation Management, ahead-of-
print(ahead-of-print). https://doi.org/10.1108/ejim-07-2019-0198

Meyer, A., & Garg, S. (2005). Inspire to innovate. Palgrave Macmillan.

Myers, K., & Sadaghiani, K. (2010). Millennials in the Workplace: A Communication


Perspective on Millennials’ Organizational Relationships and Performance. Journal Of
Business And Psychology, 25(2), 225-238. https://doi.org/10.1007/s10869-010-9172-7

Nabila, M. (2020). Gandeng Pluang, Dana Tambah Fitur Investasi Emas di Aplikasi
| Dailysocial. Dailysocial.id. Retrieved 18 November 2020, from
https://dailysocial.id/post/gandeng-pluang-dana-tambah-fitur-investasi-emas-di-aplikasi.

Page - Frequently Ask Questions. Kanvakanva.com. (2020). Retrieved 18


November 2020, from https://www.kanvakanva.com/page/Frequently-Ask-Questions.

Prabandaru, A. (2020). Serba-Serbi Aturan Pajak Startup yang Harus Anda Pahami.
Klikpajak. Retrieved 18 November 2020, from https://klikpajak.id/blog/bayar-
pajak/aturan-pajak-startup/.

Primandani, S., & Dharmawan, D. (2020). Perusahaan Startup dari Segi Hukum -
Smartlegal ID. Smart Legal ID. Retrieved 18 November 2020, from
https://smartlegal.id/pendirian-usaha/2020/04/25/ingin-mendirikan-perusahaan-startup-
digital-ketahui-apa-yang-harus-anda-perhatikan-dari-segi-hukum/.
Putradita, D., & Rahmawati, W. (2020). Investasi kontrak berjangka indeks S&P 500
di Pluang minimal Rp 500.000. kontan.co.id. Retrieved 18 November 2020, from
https://investasi.kontan.co.id/news/investasi-kontrak-berjangka-indeks-sp-500-di-
pluang-minimal-rp-500000.

Rahman, V. (2020). Penjualan Kanva Melonjak 200% di Masa Pandemi. swa.co.id.


Retrieved 18 November 2020, from https://swa.co.id/swa/trends/penjualan-kanva-
melonjak-200-di-masa-pandemi.

Ryza, P. (2020). Lebih Dekat Mengenal eCLIS, Platform Pangkalan Data


Perundang-undangan Indonesia | Dailysocial. Dailysocial.id. Retrieved 18 November
2020, from https://dailysocial.id/post/lebih-dekat-mengenal-eclis-platform-pangkalan-
data-perundang-undangan-indonesia.

Santoso, A., Singgih, D., & Hidayat, D. (2019). HOW TO SUSTAIN IN A VUCA
WORLD: A CONCEPTUAL STUDY ON START-UPS IN INDONESIA. Journal Of
Business And Entrepreneurship, 7(2), 12-20. Retrieved 18 November 2020, from.

Sarkar, P., & Chakrabarti, A. (2011). Assessing design creativity. Design Studies,
32(4), 348-383. https://doi.org/10.1016/j.destud.2011.01.002

Stojcic, N., Hashi, I., & Orlic, E. (2018). Creativity, innovation effectiveness and
productive efficiency in the UK. European Journal of Innovation Management, 21(4), 564-
580. https://doi.org/10.1108/ejim-11-2017-0166

Virtanen, H., Björk, P., & Sjöström, E. (2017). Follow for follow: marketing of a start-
up company on Instagram. Journal of Small Business and Enterprise Development, 24(3),
468-484. https://doi.org/10.1108/jsbed-12-2016-0202

Viswanathan, B., & K V, A. (2020). KNOWLEDGE MANAGEMENT IN START-UPS


TO SCALE UP THROUGH INNOVATIONS. The International Journal of Analytical And
Experimental Modal Analysis. Retrieved 18 November 2020, from.

Vnoučková, L. (2018). Criteria of Innovativeness and Creativity in Start-Ups and


Innovative Entrepreneurship. Quality Innovation Prosperity, 22(1), 27.
https://doi.org/10.12776/qip.v1i1.1040
Wilcox, G., & Moore, M. (2016). The impact of social media on return on investment:
Registrations and revenue. Journal of Digital & Social Media Marketing, 3(4), 363-371.
Retrieved 18 November 2020, from.

Yusra, Y. (2020). Lewat Media Sosial dan Situs Web, Kanva Tingkatkan Peluang
Pangsa Pasar Produk Dekorasi Rumah | Dailysocial. Dailysocial.id. Retrieved 18
November 2020, from https://dailysocial.id/post/lewat-media-sosial-dan-situs-web-
kanva-tingkatkan-peluang-pangsa-pasar-produk-dekorasi-rumah.

Anda mungkin juga menyukai