Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

Disusun Oleh :

Daniel Wibawa 19.1.03.01.0046

FAKULTAS TEKNIK (FT)


UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA
UN PGRI KEDIRI
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,
besar rasa syukur saya atas kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmat, nikmat,
taufiq, serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum mesin pendingin. Penulis menyadari bahwa
dalam pelaksanaan praktikum tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga penyusunan laporan praktikum ini, terutama kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam penyusunan
laporan praktikum ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Kediri, 11 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jurusan Teknik Mesin adalah salah satu jurusan yang terdapat di Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Tujuan pendirian Jurusan Teknik
Mesin ini adalah menghasilkan lulusan yang memiliki pola berpikir wajar, logis,
dan rasional dengan bekal pengetahuan dasar Teknik Mesin untuk dapat
menganalisis dan mensintesis karakteristik mesin, menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan dalam menciptakan solusi baru, mengadopsi solusi lama,
dan memakai pengetahuan yang diperoleh dalam ilmu konversi energi,
perancangan dan konstruksi, material dan manufacture dan menghasilkan lulusan
yang dapat memodelkan dan memprediksi perilaku peralatan teknik melalui
aplikasi prinsip-prinsip sains dan teknologi. Salah satu misi yang dilakukan untuk
mencapai 2 sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran
diantaranya adalah peralatan laboratorium.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo salah satunya adalah Laboratorium
Fenomena Dasar Mesin. Laboratorium ini digunakan sebagai sarana penelitian
bagi para dosen dan mahasiswa serta untuk pelaksanaan mata kuliah praktikum
yang ada di kurikulum Jurusan Teknik Mesin. Salah satu mata kuliah praktikum
adalah praktikum fenomena dasar mesin. Praktikum fenomena dasar mesin ini
dilaksanakan bertujuan agar mahasiswa mampu memahami dan mengukur
parameter-parameter dalam fenomena dasar mesin dan penggunaan instrumentasi
untuk mengukur paramater-parameter tersebut. Dimana pengujian yang dilakukan
sampai saat ini yaitu lendutan pada batang, aplikasi pipa kapiler, dan
konduktivitas panas.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, dapak dituliskan Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hubungan panjang dan besarnya lendutan pada batang?
2. Bagaimana pengaruh katup dengan naik turunnya air pada pipa kapiler?

1.3 Tujuan
Dari Rumusan Masalah di atas, dapak dituliskan Tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan panjang dan besarnya lendutan pada batang.
2. Mengetahui pengaruh katup dengan naik turunnya air pada pipa kapiler.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara menganalisis lendutan yang
terjadi dari suatu batang jika batang tersebut diberi beban seberat m.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menentukan naik turunnya air pada pipa
kapiler.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hukum Lendutan (Defleksi)


2.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau
dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang, yang biasanya dialami oleh benda yang mempunyai panjang. Sumbu
sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah
pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi seperti yang ditunjukan pada gambar. Defleksi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Defleksi Vertikal (Δy)
Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.
2. Defleksi Horisontal (Δx)
Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horisontal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.
Pada penjelasan di atas, maka dapat digambarkan bahwa defleksi seperti
gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Lendutan

3
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi, yaitu :
1. Kekakuan batang
Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
bentuknya supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat di beri
gaya. Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksiyang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksipada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin
(pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan
jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang
terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini
karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya
terjadi pada beban titik tertentu saja.
Macam-macam tumpuan, antara lain :
a. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical dan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan
gayayang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Gambar dari tumpuan engsel
dapat dilihat pada gambar 2.2.

4
Gambar 2.2 Tumpuan Engsel
b. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.
Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Gambar dari tumpuan rol dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tumpuan Rol


c. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontaldan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu
kopel atau momen. Gambar dari tumpuan jepit dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Tumpuan Jepit

5
Jenis-jenis pembebanan, antara lain :
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil. Gambar dari beban terpusat dapat dilihat pada gambar 2.5.
.

Gambar 2.5 Pembebanan Terpusat


2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m). Gambar dari beban merata dapat
dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pembebanan Terbagi Merata


3. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.Gambar dari beban bervariasi dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Pembebanan Bervariasi Uniform

2.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan
vertikal dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya
terjadi karena pembebanan saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan
yang dialami balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya
merubah bentuk (lendutan) pada balok tersebut, sedangkan

6
deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran serta volume balok tersebut. Selain
itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat berdasarkan
dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka batangnya hanya memiliki
satu dimensi (p / l ) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu dimensi
(p, l, t).

Gambar 2.8 Defleksi Balok

Gambar 2.9 Deformasi Balok

2.1.3 Macam-macam Deformasi


Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena
adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser
dan torsi. Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

7
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya
pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk
material tidak dapat kembali ke keadaan semula.

Gambar 2.10 Diagram Tegangan Regangan

Gambar diatas adalah gambar dari diagram uji tarik.Dari gambar di atas
dapat kita lihat batas elastisitas (σE) dinyatakan dengan titik A. Bila bahan
diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka
bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada
titik O. Batas proporsional (σp) adalah titik sampai dimana penerapan hukum
hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis. Deformasi
plastis yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
gambar yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.
Tegangan maksimum (σuy) sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.Tegangan Luluh Bawah (σly) adalah

8
tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka
yang dimaksud adalah tegangan ini. Regangan Luluh (εy) adalah regangan
permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. Regangan Elastis
(εe) regangan yang diakibatkan perubahan elastic bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula. Regangan Plastis (εp)
regangan yang diakatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.Regangan Total
merupakan gabungan antara regangan plastis dan elastis, εT = εe+εp.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis. Tegangan tarik
maksimum pada gambar ditunjukan dengan titik C merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. Kekuatan Patah pada gambar
ditunjukan dengan titik D, merupakan besar tegangan dimana beban yang
diuji putus atau patah.

2.1.4 Teori Castigliano


Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari
sebuah system linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip
persamaan energi. Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya
dikalikan perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan
perubahan energi dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan. Ada dua teorema
dalam teori Castigliano, yaitu:
1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis, yang menyatakan: Jika energi regangan dari suatu struktur elastis
dinyatakan sebagai fungsi persamaan perpindahan qi, maka turunan parsial
dari energi regangan terhadap perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.
Dirumuskan dengan:
&U
Qi =
&qi

9
Dimana:
U = energi regangan
2. Teori Kedua Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang menyatakan:
Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan gaya Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan qi, searah Qi.
Dirumuskan dengan:

qi = &U
&Qi
Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di
ujung, dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua
Castigliano:
&U
ð=
&P
& L
ML 2 L
PL2
&
dL ƒ dL
ð= ƒ0 2EI &P 2EI
&P =
0

Dimana E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang


dan M(L) = P×L adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari
ujung, maka:

L PL2 dL = PL
3

ð = 0 2EI 3EI

10
2.1.5 Spesifikasi Alat Praktikum
Pada saat pelaksanaan praktikum lendutan pada batang, penulis
menggunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Alat Uji Lendutan

Gambar 2.11 Alat Uji Lendutan


Alat uji ini terdiri dari frame yang terbuat dari besi kotak dan dilengkapi
dengan holder untuk memanjang dan memendekkan panjang batang. Pada
alat ini juga dilengkapi dengan penggaris yang dapat mengetahui panjang
batang yang praktikan kehendaki. Adapun langkah kerja penggunaan alat ini
akan dijelaskan pada bab 3 pada metodologi praktikum.

Gambar 2.12 Pemberat


Seperti fungsi pada umumnya, timbangan digunakan untuk mengukur
massa pemberat yang nantinya akan dibuat data perhitungan awal pengukuran
lendutan. Pemberat dipilih sesuai keinginan praktikan kemudian diukur
dengan menggunakan timbangan.

11
2. Dial Indicator

Gambar 2.13 Dial Indicator


Alat ini akan dipasangkan ke batang uji kemudian diatur sehingga
menunjukkan angka 0. Kemudian jika pemberat diletakkan pada batang uji
alat ini akan menunjukkan berapa lendutan yang terjadi akibat penambahan
beban tersebut.

12
2.2 Hukum Bernoulli
2.2.1 Definisi Hukum Bernoulli
Persamaan bernoulli merupakan salah satu persamaan dasar dalam
perhitungan mekanika fluida. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran
tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan
Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran
yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama
Daniel Bernoulli (1700-1782). Persamaan Bernoulli ini dijuluki sebagai
“persamaan yang paling banyak digunakan dan paling banyak disalahgunakan
dalam mekanika fluida” (Munson, 2004). Persamaan ini sangat bermanfaat
dalam perhitungan kecepatan dan tekanan fluida serta pengaruh ketinggian
saluran fluida. Selain itu juga dalam perhitungan head pada pompa dan
sebagainya.
Dalam pengujian ini digunakan blower untuk mengasilkan aliran fluida
masuk. Venturi sebagai alat untuk menghasikan perbedaan tekanan dan
kecepatan. Manometer untuk mengukur beda tekanan. Serta tabung pitot untuk
mengetahui tekanan statis dan dinamis.

13
2.2.2 Macam-macam Fan
1. Fan Aliran Aksial
Fan aliran aksial dirancang untuk menangani laju alir yang sangat tinggi
dan tekanan rendah. Fan jenis disk (piringan) adalah sama dengan fan-fan
rumah tangga. Fan tersebut umumnya untuk sirkulasi atau pembuangan yang
bekerja tanpa saluran. Fan jenis propeler dengan bilah yang dirancang secara
aerodinamik dapat terdiri dari 2 tahap atau lebih. Pada tipe ini, udara masuk
dalam arah aksial dan meninggalkan juga dalam arah aksial. Fan ini biasanya
mempunyai baling-baling yang mengarahkan aliran masuk (inlet guide vane),
yang diikuti dengan bilah putar, dan bilah statis.
2. Blower Sentrifugal
Blower sentrifugal mengolah udara atau gas yang masuk dalam arah aksial
dan keluar dalam arah radial. Tipe blower ini mempunyai 3 bilah: bilah radial
atau lurus, bilah bengkol maju (forward curved blade), dan bilah bengkol
mundur (backward curved blade) Blower bilah radial biasanya digunakan
dalam aplikasi yang mempunyai temperatur tinggi dan diameter yang besar.
Bilah yang dalam arah radial mempunyai tegangan (stress) yang sangat
rendah dibandingkan dengan bilah bengkol maju ataupun mundur. Rotor
mempunyai 4-12 bilah dan biasanya beropeasi pada kecepatan rendah.
Blower ini digunakan dalam kerja buangan (exhaust work), khususnya untuk
gas-gas pada temperatur tinggi dan dengan suspensi dalam alirannya.
3. Forward-curved blade blower
Blower ini mengalirkan gas buang pada kecepatan yang sangat tinggi.
Tekanan yang dipasok oleh blower ini lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan yang dihasilkan oleh dua bilah yang lain. Banyaknya bilah dalam
rotor tersebut dapat mencapai 50, sedangkan kecepatannya dapat mencapai
3600 rpm.
4. Backward-curved blade blower
Blower ini digunakan ketika dibutuhkan tekanan buang yang lebih tinggi.
Blower ini digunakan pada berbagai aplikasi. Blower jenis backward dan
forward curved mempunyai tegangan yang jauh lebih besar daripada blower
radial. Blower sentrifugal menghasilkan energi dalam aliran udara (gas)

14
melalui gaya sentrifugal dan memberikan sebuah kecepatan kecepatan pada
udara (gas) tersebut. Bilah bengkol maju memberikan sebagian besar
kecepatan kepada udara (gas). Ikal yang berbentuk gulungan (scroll shaped
volute) mendifusikan udara dan menciptakan kenaikan tekanan statik dengan
cara penurunan kecepatan gas. Perubahan tekanan total (biasanya kecil)
terjadi di dalam impeller. Tekanan statik meningkat, baik dalam impeler
maupun bagian difusi. Efisiensi operasi fan biasanya pada rentang 40-80%.
Tekanan total buangan dalah jumlah dari tekanan statik dan velocity head.

2.2.3 Venturi
a. Pengertian Venturi
Efek Venturi adalah pengurangan tekanan fluida yang terjadi ketika cairan
mengalir melalui bagian menyempit dari pipa. Efek Venturi dinamai
berdasarkan penemunya Giovanni Battista Venturi, seorang fisikawan Italia.

Gambar 2.17 Venturi


b. Prinsip Kerja Venturi
Dalam dinamika fluida, kecepatan fluida harus meningkatkan saat
melewati penyempitan sesuai dengan prinsip kekekalan massa, sedangkan
tekanan statis harus menurun sesuai dengan prinsip konservasi energi
mekanik. Jadi setiap peningkatan energi kinetik cairan yang bertambah
karena kecepatannya ditingkatkan melalui penyempitan akan seimbang
dengan penurunan tekanan.
Dengan mengukur perubahan tekanan, laju aliran dapat ditentukan, seperti
dalam berbagai pengukuran aliran menggunakan perangkat seperti meter
venturi, nozel venturi dan pelat orifice. Menggunakan persamaan Bernoulli
dalam kasus khusus aliran fluida mampu mampat (seperti aliran air atau

15
cairan lainnya, atau aliran kecepatan rendah gas), penurunan tekanan teoritis
di penyempitan diberikan oleh:
q
e−e = (v2 − v2)
1 2 2 1
2
dimana:
ρ adalah densitas fluida,
v1 adalah kecepatan fluida di mana pipa lebih lebar,
v2 adalah kecepatan fluida di mana pipa sempit.
Pada tabung Venturi atau hanya venturi, fluida mengalir melalui panjang
pipa dan diameter bervariasi. Untuk menghindari drag aerodinamis yang
besar, tabung Venturi biasanya memiliki kerucut masuk 30 derajat dan
kerucut keluar dari 5 derajat. Tabung Venturi digunakan dalam proses di
mana hilangnya tekanan tetap tidak ditoleransi dan akurasi maksimum
diperlukan dalam kasus cairan yang sangat kental.
Dalam aplikasi industri dan laboratorium ilmiah, venturi digunakan untuk
mengukur laju aliran cairan. Sebuah venturi juga dapat digunakan untuk
campuran cairan dengan gas. Jika pompa memaksa cairan melalui tabung
yang terhubung ke sistem yang terdiri dari venturi untuk meningkatkan
kecepatan cair (diameter berkurang), sepotong pendek tabung dengan lubang
kecil di dalamnya, dan terdapat venturi yang menurunkan kecepatan, gas akan
tersedot melalui lubang kecil karena perubahan tekanan. Pada akhir sistem,
campuran cairan dan gas akan muncul.
Sebagai cairan mengalir melalui venturi, ekspansi dan kompresi dari cairan
menyebabkan tekanan di dalam venturi akan berubah. Prinsip ini dapat
digunakan dalam metrologi alat ukur terkalibrasi untuk tekanan diferensial.
Jenis pengukuran tekanan mungkin lebih mudah, misalnya untuk mengukur
bahan bakar atau pembakaran tekanan di jet atau roket. Venturi meter skala
besar untuk mengukur arus cair dikembangkan oleh Clemens Herschel,
kemudian untuk mengukur arus kecil dan besar air dan air limbah dimulai
pada akhir abad ke-19.

16
Sebuah venturi dapat digunakan untuk mengukur laju aliran volumetrik,
Q, dengan menggunakan persamaan berikut:
Q = v1. A1 = v2. A2
e − e = q (v 2 − v 2 )
1 2 2 2 1
2 . (e1 − e2) 2 . (e1 − e2)
Q = A1 2 = A2 A 2
Jq {(A
A2) −
1 J q {1 − A1) }
2
1} (

Efek Venturi dapat diamati atau digunakan sebagai berikut:


1. Cargo eductors pada produk minyak dan tanker kapal kimia.
2. Inspirator untuk campuran udara dan gas yang mudah terbakar di
panggangan, kompor gas, pembakar Bunsen dan airbrush.
3. Aspirators air yang menghasilkan vakum parsial menggunakan energi
kinetik dari tekanan air keran.
4. Sifon uap menggunakan energi kinetik dari tekanan uap untuk membuat
vakum parsial.
5. Atomizers yang membubarkan parfum atau cat semprot (yaitu dari pistol
semprot).
6. Karburator yang menggunakan efek untuk menyedot bensin ke dalam
aliran udara intake mesin.
7. Aerator yang digunakan untuk menanamkan udara menjadi anggur seperti
yang dituangkan ke dalam gelas.
8. Kapiler dari sistem peredaran darah manusia.
9. Protein skimmer, perangkat filtrasi untuk air asin akuarium dalam
pembersih kolam otomatis yang menggunakan aliran air tekanan sisi untuk
mengumpulkan sedimen dan puing-puing.
10. Laras modern klarinet, yang menggunakan lancip terbalik untuk
mempercepat udara ke tabung, memungkinkan nada yang lebih baik,
respon dan intonasi.
11. Kompresi udara dioperasikan industri pembersih vakum.
12. Venturi scrubber digunakan untuk membersihkan emisi gas buang.

17
13. Injector (juga disebut ejector) digunakan untuk menambah gas klorin
untuk sistem pengolahan air klorinasi.
14. Injector uap menggunakan efek Venturi dan panas laten penguapan untuk
memberikan air umpan ke boiler lokomotif uap.
15. Blasters pasir yang digunakan untuk menarik pasir halus dan
mencampurnya dengan udara.
16. Proportioners busa digunakan untuk melantik pemadam kebakaran foam
concentrate ke dalam sistem proteksi kebakaran.
Prinsip Bernoulli dan efek Venturi, sangat penting untuk aerodinamis serta
konsep desain hidrodinamik. Desain airfoil dan hydrofoil untuk mengangkat
dan mengarahkan kapal udara dan air (pesawat terbang, kapal dan kapal
selam) berasal dari aplikasi prinsip Bernoulli dan efek Venturi, begitu pula
instrumen yang mengukur tingkat gerakan melalui udara atau air (indikator
kecepatan).

2.2.4 Tabung Pitot


Tabung pitot adalah instrumen pengukuran tekanan yang digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran fluida. Tabung pitot diciptakan oleh insinyur
Perancis Henri Pitot pada awal abad ke-18 dan dimodifikasi untuk bentuk
modern pada pertengahan abad ke-19 oleh ilmuwan Perancis Henry Darcy. Hal
ini banyak digunakan untuk menentukan kecepatan udara dari sebuah pesawat,
kecepatan air dari perahu, dan untuk mengukur kecepatan cair, udara dan aliran
gas dalam aplikasi industri. Tabung pitot digunakan untuk mengukur kecepatan
aliran lokal pada titik tertentu dalam aliran aliran dan tidak rata-rata kecepatan
aliran dalam pipa atau saluran.
Tabung pitot dasar terdiri dari sebuah tabung menunjuk langsung ke dalam
aliran fluida. Sebagai tabung ini berisi cairan, tekanan dapat diukur; cairan
bergerak dibawa untuk berhenti karena tidak ada saluran untuk memungkinkan
aliran untuk melanjutkan. Tekanan ini adalah tekanan stagnasi cairan, juga
dikenal sebagai tekanan total atau (terutama dalam penerbangan) tekanan pitot.

18
Gambar 2.18 Tabung Pitot
Tekanan stagnasi diukur tidak sendiri bisa digunakan untuk menentukan
kecepatan aliran fluida (kecepatan udara dalam penerbangan). Namun,
persamaan Bernoulli menyatakan:
Tekanan stagnasi = tekanan statis + tekanan dinamis
Yang juga dapat ditulis,

et = ec + (qu
2

)
Pemecahan yang kecepatan aliran: 2

2(et − ec)
u=J
q

Catatan: Persamaan di atas hanya berlaku untuk cairan yang dapat


diperlakukan sebagai mampat. Cairan diperlakukan sebagai mampat di bawah
hampir semua kondisi. Gas dalam kondisi tertentu dapat diperkirakan sebagai
mampat.
Dimana,
u = kecepatan aliran harus diukur dalam (m/s);
Pt = stagnasi atau tekanan total (pascal);
Ps = tekanan statis (pascal);
ρ = densitas fluida (kg/m3).
Tekanan dinamis, maka, adalah perbedaan antara tekanan stagnasi dan
tekanan statis. Tekanan dinamis kemudian ditentukan dengan menggunakan
diafragma di dalam wadah tertutup. Jika udara di satu sisi diafragma adalah pada
tekanan statis, dan yang lainnya di tekanan stagnasi, maka defleksi diafragma
sebanding dengan tekanan dinamis.

19
Di pesawat, tekanan statis umumnya diukur menggunakan port statis di
sisi badan pesawat. Tekanan dinamis diukur dapat digunakan untuk menentukan
kecepatan udara menunjukkan pesawat. Susunan diafragma yang dijelaskan di
atas biasanya terkandung dalam indikator kecepatan udara, yang mengubah
tekanan dinamis untuk pembacaan kecepatan udara dengan cara tuas mekanik.

2.2.5 Spesifikasi Alat Praktikum

Gambar 2.19 Alat Uji Bernoulli


Spesifikasi alat pengujian teorema bernoulli yang digunakan adalah
sebagai berikut:

1) Fan
 Type : Centrifugal
 Kecepatan (Flow Rate) : 3 m/s
2) Driver Motor (Output) : 150 watt
3) Tabung Manometer U
 Total Head : 0 – 150 mm
 Statis Head : 0 – 150 mm
 Velocity Head : 0 – 150 mm
4) Duck (saluran) dan tabung venturi dengan ukuran
 Inlet : Ø 15 mm
 Outlet : Ø 15 mm
 Throat : Ø 8 mm

20
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

Penjelasan Alur Metodologi praktikum:


1. Studi Literatur
Studi Literatir adalah cara yang dipakai untuk memasukkan data atau data
referensi yang akan digunakan dalam praktikum. Dalam hal ini kami
menggunakan buku fisika dan perpindahan panas yang telah diajarkan dari dosen
masing-masing kelas, penjelasan materi dasar dan prosedur praktikum Aslab
serta materi dari Internet sebagai referensi dalam pengolahan data nantinya.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum melakukan praktikum kami menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dan akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
3. Pengambilan Data
Dalam proses pengambilan data Fenomena Dasar Mesin ini, setiap anggota
kelompok melakukan uji coba bergantian dan kemudian data yang didapat
dicatat dan diolah menjadi laporan.
4. Analisa Data
Data analisa/hasil dari praktikum yang sudah terkumpul kemudian akan
dianalisa melalui teori serta dasar ilmu yang telah dipelajari sebelumnya.

21
3.1 Spesifikasi Alat dan Bahan
3.1.1 Lendutan (Defleksi)

Gambar 3.2 Alat Uji Defleksi


Spesifikasi alat dan bahan sebagai berikut:
1. Jenis Spesimen : ST 60
2. Modulus Elastisitas: 200 N
3. Penggaris
4. Dial Indicator
5. Variasi Bahan :
 W1 = 491 gram
 W2 = 203 gram
 W3 = 163 gram
6. Panjang Spesimen :
 W1 = 18 cm
 W2 = 22 cm
 W3 = 24 cm

3.1.2 Bernoulli

22
Gambar 3.3 Alat Uji Bernoulli

Spesifikasi alat dan bahan

sebagai berikut:
1. Fan
 Type = Centrifugal
 Kecepatan (Flow rate) = 3 m/s
2. Driver Motor Output : 150 Watt
3. Tabung Manometer U
 Total Head = 0 – 150 mm
 Statis Head = 0 – 150 mm
 Velocity Head = 0 – 150 mm
4. Duct (Saluran) & Tabung Venturi
 Inlet =  15 mm
 Outlet =  15 mm
 Throad =  15 mm

23
3.2 Metode Pengambilan Data
3.2.1 Lendutan (Defleksi)
Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum (beban
divariaskian dengan titik uji defleksi 24 cm, 22 cm, dan 18 cm) ini sebagai
berikut:
1. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 24 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 12cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.
2. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 22 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 11cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.
3. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 18 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 9cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.

3.2.2 Bernoulli
Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum sebagai
berikut:
1. Kontrol kecepatan aliran dan pengoperasian motor.
 Hidupkan motor
 Buka kontrol kecepatan aliran untuk mendapatkan kecepatan aliran
yang diharapkan
2. Lakukan pengukuran pada:
 Overhang Length (L0)
 Total Head (ht)
 Static Head ( hc)
 Velocity Head ( hy ) dari pipa pitot
 Tekanan aliran atas (inner) pada tabung venturi
 Perbedaan tekanan (∆h) dari tabung venturi pada manometer air
tabung U.
 Temperatur Udara (T)

24
BAB IV

ANALYSIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Defleksi
Persamaan Defleksi adalah sebagai berikut:
F x l3
Sc
48 x E x i
=
Keterangan:
Sc : Defleksi
F : Beban (kg)
L : Panjang batang (mm)
E : Modulus Elastisitas Bahan ( kg/mm2)
I : Momen Inersia (mm4)

4.1.1 Analisa Data


Diketahui data bahan :
F1 = 0.409 kg L1 = 180 mm E = 207 kg/mm2
F2 = 0.203 kg L2 = 220 mm I1 = 1/12 x 180 x 503
F3 = 0.163 kg L3 = 240 mm I2 = 1/12 x 220 x 503
I3 = 1/12 x 240 x 503

Tabel 4.1 Analisa Percobaan Defleksi


No Variasi Perhitungan Lendutan dengan Variasi Panjang (mm)
Beban L1 L2 L3
1 F1 0.409 s 903 0.409 s 1103 0.409 s 1203
= 48 s 207 s 1 s180s503 = 48 s 207 s 1 s220s503 = 48 s 207 s 1 s240s503
12 12 12

= 0.000016 = 0.000023 = 0.000028


2 F2 0.203 s 903 0.203 s 1103 0.203s 1203
= 48 s 207 s 1 s180s503 = 48 s 207 s 1 s220s503 = 48 s 207 s 1 s240s503
12 12 12

= 0.0000079 = 0.0000118 = 0.0000141


3 F3 0.163 s 903 0.163 s 1103 0.163 s 1203
= 48 s 207 s 1 s180s503 = 48 s 207 s 1 s220s503 = 48 s 207 s 1 s240s503
12 12 12

= 0.0000063 = 0.0000095 = 0.0000113

25
Dari tabel perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan secara grafik sebagai
berikut:

3
2,
2, 8
5 2,
Besar Lendutan x 10-5

2 3

1, 1,
5 6 1,4 F
1,1 1
1 8 1
A 1,1
0,7 0,9 3
. 0,5 0,63 F
9 5
2
F
0 3
L L2 L
1 3
Variasi
Panjang

Gambar 4.1 Grafik Percobaan Lendutan

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin berat beban dan
semakin panjang batang uji maka semakin besar pula lendutan yang terjadi.

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Defleksi (Aktual)


No Variasi Perhitungan Lendutan dengan Variasi Panjang (mm)
Beban L1 L2 L3
1 F1 18 29 44
2 F2 8 12 15
3 F3 6 10 13

Dari tabel perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan secara grafik sebagai
berikut:

26
50
45 44
40
35
Besar Lendutan
30 29
25 F1
20 F2
18
B. 15 15
13 F3
12
10 10
8
56
0
L L2 L
1 3
Variasi
Panjang

Gambar 4.2 Grafik Percobaan Lendutan (Aktual)

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin berat beban dan
semakin panjang batang uji maka semakin besar pula lendutan yang terjadi.

4.2 Hukum Bernoulli


Persamaan Bernoulli adalah sebagai berikut:
P = 1 atN + q x g x ∆ℎ
P x v3 = P5 − P4
1
P x v3 = x q x v2
2
v3 = J 2 x P x
v3 q

PSocec
1 = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
P + x q x v2 + P
3 Socec
1 2
3 1
x q x v2 = P + x q x v2 + P −P=x
2 3 3 Socec 2
2 2
2.
v2 = J
x
q
1 1
x q x v2 = P + x q x v2 + P − P =y
2 v1 = J
27
1 3 3 Socec 1
2 2.y
q
Keterangan:
g : gravitasi (9,8 m/s2 atau 10 m/s2)
q : Massa jenis (udara = 1,293 kg/m3 = 1,3 kg/m3)
h : Ketinggian fluida dalam manometer (dalam praktikum) Tabel 4.5 Hasil

Percobaan Bernoulli

∆ℎ1 ∆ℎ2 ∆ℎ3 ∆ℎ4 ∆ℎ5


No. Bukaan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 0 +6 +9 +9 +7 +9
2 1/2 +5 +2 +4 +5 +5
3 1 +5 -11 -2 +3 -1

4.2.1 Analisa Percobaan Bernoulli Pada Bukaan 1


 Langkah Pertama : Menghitung Tekanan
P1 = 1 atN + q x g x ∆ℎ1
kg N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N S
N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0,005
N S2
N P1 = 101325,065 Pa

P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 11 NN
kg
N NS

P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x − 0.011


N S2
N P2 = 101324,857 Pa

P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N
P3 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 2 NN
kg
N NS

P3 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x − 0.002


N S2
N P3 = 101324,974 Pa

28
P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 3 NN
kg
N NS

P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2
x 0.003
N S
N P4 = 101325,039 Pa

P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 1 NN
kg
N NS

P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x − 0.001


N S2
N P5 = 101324,987 Pa

 Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101324.987 − 101325.039
= 0.052 Pa

 Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x
0.052
v3 = J
= 0.28 Pa
1.3

 Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (5 − (−11))
= 208 Pa

 Langkah Kelima :
1
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2
1
= 101324,974 + x 1.3 x 0.282 + 208
2
= 101533.025 Pa

29
1  Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101533.025 − 101324.857 = 208.168
2

2
2
2 .208,168
v2 = J = 17.89 Pa
1.3

1  Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101533,025 − 101325,065 = 207,96
2

1
2
2 .207,96
v1 = J = 17.88 Pa
1.3
 1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,065 + x 1.3 x 17.882 = 101532,86
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101324,857 + x 1.3 x 17.892 = 101532,89
2
2 2
2
1 12
P + x q x v2 = 101324,974 + x 1.3 x 0.282 = 101325,025
3 3
2 2

4.2.2 Analisa Percobaan Bernoulli Pada Bukaan 1/2


 Langkah Pertama : Menghitung Tekanan
P1 = 1 atN + q x g x ∆ℎ1
kg N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N S
N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0,005
N S2
N P1 = 101325,065 Pa

P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 2 NN
kg
N NS

P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.002


N S2
N P2 = 101325,026 Pa

P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N

P3 = 101325 Pa + 1,3 3
x 10 2
x 4 NN
N S

30
kg N

P3 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.004


N S2
N P3 = 101325,052 Pa

P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N NS

P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.005


N S2
N P4 = 101325,065 Pa

P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N NS

P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.005


N S2
N P5 = 101325,065 Pa

 Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101325,065 − 101325,065
= 0 Pa

 Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x0
v3 =J = 0 Pa
1.3
 Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (5 − 2)
= 39 Pa

 Langkah
1 Kelima :
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2 1
= 101325,052 +
x 1.3 x 02 + 39
= 101364,052 Pa 2

31
1  Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101364,052 − 101325,026 = 39,026
2

2
2
2 .39,026
v2 = J = 7,74 Pa
1.3

1  Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101364,052 − 101325,065 = 38,987
2

1
2
2 .38,987
v1 = J = 7,74 Pa
1.3
 1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,065 + x 1.3 x 7,742 = 101364,004
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101325,026 + x 1.3 x 7,742 = 101363,96
2
2 2
12 12
P + x q x v = 101325,052 + x 1.3 x 02 = 101325,025
2

3 3
2 2

4.2.3 Analisa Percobaan Bernoulli Pada Bukaan 0


 Langkah Pertama : Menghitung Tekanan
P1 = 1 atN + q x g x ∆ℎ1
kg N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 6 NN
kg
N S
N
P1 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0,006
N S2
N P1 = 101325,078 Pa

P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 9 NN
kg
N NS

P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.009


N S2
N P2 = 101325,117 Pa

P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N

P3 = 101325 Pa + 1,3 3
x 10 2
x 9 NN
N S

32
kg N

P3 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.009


N S2
N P3 = 101325,117 Pa

P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 7 NN
kg
N NS

P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.007


N S2
N P4 = 101325,091 Pa

P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 9 NN
kg
N NS

P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 x 0.009


N S2
N P5 = 101325,117 Pa

 Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101325,117 − 101325,091
= 0.026 Pa

 Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x
0.026
v3 = J
= 0.2 Pa
1.3
 Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (6 − 9)
= 39 Pa

 Langkah
1 Kelima :
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2 1
= 101325,117 +
x 1.3 x 0.22 + 39
= 101364,143 Pa 2

33
1  Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101364,143 − 101325,117 = 39.026
2

2
2
2 . 39,026
v2 = J = 7,74 Pa
1.3

1  Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101364,143 − 101325,078 = 38,936
2

1
2
2 .38,936
v1 = J = 7,73 Pa
1.3
 1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,078 + x 1.3 x 7,732 = 101363,917
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101325,117 + x 1.3 x 7,742 = 101364,0569
2
2 2
2
1 12
P + x q x v2 = 101325,117 + x 1.3 x 0,22 = 101325,143
3 3
2 2

10 9 9 9
7
6
5 5 5
4
5 3
2

-1
0 -2 Bukaan 1
∆h1 ∆h2 ∆h3 ∆h4 ∆h5
Bukaan 1/2
-5
Bukaan 0

-11
-
10

-
15
Gambar 4.4 Grafik Percobaan Bernoulli

34
Dalam pengujian Bernoulli ini menggunakan Blower untuk menghasilkan
aliran fluida yang masuk.

35
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pada praktikum Fenomena Dasar Mesin ini yang sudah
penulis bahas di Studi Kasus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Teori Lendutan menunjukkan bahwa semakin panjang batang jika diberi
beban yang semakin berat maka lendutannya juga semakin besar.
2. Teori Konduktivitas panas menunjukkan bahwa perpindahan kalor pada
percobaan ini melalui medium zat padat atau sering disebut sebagai
konduksi. Panas atau kalor dari suatu benda berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Nilai kerapatan dari
suatu zat berpengaruh pada daya perpindahan kalor, semakin besar nilai
kerapatannya maka semakin besar juga daya perpindahan kalornya
(konduktivitas thermalnya), hal ini terjadi karena antar molekul menjadi
lebih dekat dalam proses tumbukan sehingga energi tersalur menjadi lebih
besar.
3. Hukum Bernoulli menunjukkan bahwa kecepatan alir air(v2) pada pipa
berpenampang kecil (A2) lebih besar daripada kecepatan alir (v1) pada
pipa berpenampang besar (A1). Semakin besar luas penampang semakin
lambat laju aliran air pada pipa dan semakin kecil luas penampang
semakin cepat laju aliran air pada pipda. Dan ketinggian air pada pipa
kapiler h1 lebih tinggi daripada pipa kapiler h2 hal ini disebabkan P1
lebih besar dari P2.

5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum Fenomena Dasar Mesin penulis memberikan
saran supaya menjadi lebih baik kedepannya sebagai berikut:
1. Untuk percobaan lendutan sebaiknya disiapkan peralatan penunjang
seperti kunci untuk mengencangkan dial indicator. Dan juga supaya
dipastikan bahwa dial indicator sudah berfungsi dengan baik atau tidak.

36
2. Untuk percobaan konduktivitas panas, lebih koordinasi lagi agar tidak
terjadi kecelakaan akibat benda terlalu panas.
3. Untuk percobaan bernoulli, sebaiknya pengukuran naik atau turunnya
fluida menggunakan alat ukur yang lebih presisi agar si praktikan tidak
bingung untuk mengukur naik turunnya fluida.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abbot, Michael. 1979. Thermodinamika Edisi 2. Jakarta: Erlangga.


Bradbury. 1997. Dasar Metalurgi untuk Rekasawan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Donald, R. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta: Erlangga.
Zemansky, Sears. 1954. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Bina Cipta.

38

Anda mungkin juga menyukai