Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,
besar rasa syukur saya atas kehadirat Allah SWT. Karna berkat rahmat, nikmat,
taufiq, serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum mesin pendingin. Penulis menyadari bahwa
dalam pelaksanaan praktikum tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga penyusunan laporan praktikum ini, terutama kepada :
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam penyusunan
laporan praktikum ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, dapak dituliskan Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hubungan panjang dan besarnya lendutan pada batang?
2. Bagaimana pengaruh katup dengan naik turunnya air pada pipa kapiler?
1.3 Tujuan
Dari Rumusan Masalah di atas, dapak dituliskan Tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan panjang dan besarnya lendutan pada batang.
2. Mengetahui pengaruh katup dengan naik turunnya air pada pipa kapiler.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara menganalisis lendutan yang
terjadi dari suatu batang jika batang tersebut diberi beban seberat m.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menentukan naik turunnya air pada pipa
kapiler.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi, yaitu :
1. Kekakuan batang
Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
bentuknya supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat di beri
gaya. Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksiyang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksipada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin
(pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan
jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang
terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini
karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya
terjadi pada beban titik tertentu saja.
Macam-macam tumpuan, antara lain :
a. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical dan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan
gayayang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Gambar dari tumpuan engsel
dapat dilihat pada gambar 2.2.
4
Gambar 2.2 Tumpuan Engsel
b. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.
Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Gambar dari tumpuan rol dapat dilihat pada gambar 2.3.
5
Jenis-jenis pembebanan, antara lain :
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil. Gambar dari beban terpusat dapat dilihat pada gambar 2.5.
.
6
deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran serta volume balok tersebut. Selain
itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat berdasarkan
dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka batangnya hanya memiliki
satu dimensi (p / l ) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu dimensi
(p, l, t).
7
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya
pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk
material tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Gambar diatas adalah gambar dari diagram uji tarik.Dari gambar di atas
dapat kita lihat batas elastisitas (σE) dinyatakan dengan titik A. Bila bahan
diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka
bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada
titik O. Batas proporsional (σp) adalah titik sampai dimana penerapan hukum
hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis. Deformasi
plastis yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada
gambar yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan
mencapai daerah landing.
Tegangan maksimum (σuy) sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.Tegangan Luluh Bawah (σly) adalah
8
tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka
yang dimaksud adalah tegangan ini. Regangan Luluh (εy) adalah regangan
permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. Regangan Elastis
(εe) regangan yang diakibatkan perubahan elastic bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula. Regangan Plastis (εp)
regangan yang diakatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.Regangan Total
merupakan gabungan antara regangan plastis dan elastis, εT = εe+εp.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis. Tegangan tarik
maksimum pada gambar ditunjukan dengan titik C merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. Kekuatan Patah pada gambar
ditunjukan dengan titik D, merupakan besar tegangan dimana beban yang
diuji putus atau patah.
9
Dimana:
U = energi regangan
2. Teori Kedua Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang menyatakan:
Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan gaya Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan qi, searah Qi.
Dirumuskan dengan:
qi = &U
&Qi
Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di
ujung, dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua
Castigliano:
&U
ð=
&P
& L
ML 2 L
PL2
&
dL ƒ dL
ð= ƒ0 2EI &P 2EI
&P =
0
L PL2 dL = PL
3
∫
ð = 0 2EI 3EI
10
2.1.5 Spesifikasi Alat Praktikum
Pada saat pelaksanaan praktikum lendutan pada batang, penulis
menggunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Alat Uji Lendutan
11
2. Dial Indicator
12
2.2 Hukum Bernoulli
2.2.1 Definisi Hukum Bernoulli
Persamaan bernoulli merupakan salah satu persamaan dasar dalam
perhitungan mekanika fluida. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran
tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan
Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran
yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama
Daniel Bernoulli (1700-1782). Persamaan Bernoulli ini dijuluki sebagai
“persamaan yang paling banyak digunakan dan paling banyak disalahgunakan
dalam mekanika fluida” (Munson, 2004). Persamaan ini sangat bermanfaat
dalam perhitungan kecepatan dan tekanan fluida serta pengaruh ketinggian
saluran fluida. Selain itu juga dalam perhitungan head pada pompa dan
sebagainya.
Dalam pengujian ini digunakan blower untuk mengasilkan aliran fluida
masuk. Venturi sebagai alat untuk menghasikan perbedaan tekanan dan
kecepatan. Manometer untuk mengukur beda tekanan. Serta tabung pitot untuk
mengetahui tekanan statis dan dinamis.
13
2.2.2 Macam-macam Fan
1. Fan Aliran Aksial
Fan aliran aksial dirancang untuk menangani laju alir yang sangat tinggi
dan tekanan rendah. Fan jenis disk (piringan) adalah sama dengan fan-fan
rumah tangga. Fan tersebut umumnya untuk sirkulasi atau pembuangan yang
bekerja tanpa saluran. Fan jenis propeler dengan bilah yang dirancang secara
aerodinamik dapat terdiri dari 2 tahap atau lebih. Pada tipe ini, udara masuk
dalam arah aksial dan meninggalkan juga dalam arah aksial. Fan ini biasanya
mempunyai baling-baling yang mengarahkan aliran masuk (inlet guide vane),
yang diikuti dengan bilah putar, dan bilah statis.
2. Blower Sentrifugal
Blower sentrifugal mengolah udara atau gas yang masuk dalam arah aksial
dan keluar dalam arah radial. Tipe blower ini mempunyai 3 bilah: bilah radial
atau lurus, bilah bengkol maju (forward curved blade), dan bilah bengkol
mundur (backward curved blade) Blower bilah radial biasanya digunakan
dalam aplikasi yang mempunyai temperatur tinggi dan diameter yang besar.
Bilah yang dalam arah radial mempunyai tegangan (stress) yang sangat
rendah dibandingkan dengan bilah bengkol maju ataupun mundur. Rotor
mempunyai 4-12 bilah dan biasanya beropeasi pada kecepatan rendah.
Blower ini digunakan dalam kerja buangan (exhaust work), khususnya untuk
gas-gas pada temperatur tinggi dan dengan suspensi dalam alirannya.
3. Forward-curved blade blower
Blower ini mengalirkan gas buang pada kecepatan yang sangat tinggi.
Tekanan yang dipasok oleh blower ini lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan yang dihasilkan oleh dua bilah yang lain. Banyaknya bilah dalam
rotor tersebut dapat mencapai 50, sedangkan kecepatannya dapat mencapai
3600 rpm.
4. Backward-curved blade blower
Blower ini digunakan ketika dibutuhkan tekanan buang yang lebih tinggi.
Blower ini digunakan pada berbagai aplikasi. Blower jenis backward dan
forward curved mempunyai tegangan yang jauh lebih besar daripada blower
radial. Blower sentrifugal menghasilkan energi dalam aliran udara (gas)
14
melalui gaya sentrifugal dan memberikan sebuah kecepatan kecepatan pada
udara (gas) tersebut. Bilah bengkol maju memberikan sebagian besar
kecepatan kepada udara (gas). Ikal yang berbentuk gulungan (scroll shaped
volute) mendifusikan udara dan menciptakan kenaikan tekanan statik dengan
cara penurunan kecepatan gas. Perubahan tekanan total (biasanya kecil)
terjadi di dalam impeller. Tekanan statik meningkat, baik dalam impeler
maupun bagian difusi. Efisiensi operasi fan biasanya pada rentang 40-80%.
Tekanan total buangan dalah jumlah dari tekanan statik dan velocity head.
2.2.3 Venturi
a. Pengertian Venturi
Efek Venturi adalah pengurangan tekanan fluida yang terjadi ketika cairan
mengalir melalui bagian menyempit dari pipa. Efek Venturi dinamai
berdasarkan penemunya Giovanni Battista Venturi, seorang fisikawan Italia.
15
cairan lainnya, atau aliran kecepatan rendah gas), penurunan tekanan teoritis
di penyempitan diberikan oleh:
q
e−e = (v2 − v2)
1 2 2 1
2
dimana:
ρ adalah densitas fluida,
v1 adalah kecepatan fluida di mana pipa lebih lebar,
v2 adalah kecepatan fluida di mana pipa sempit.
Pada tabung Venturi atau hanya venturi, fluida mengalir melalui panjang
pipa dan diameter bervariasi. Untuk menghindari drag aerodinamis yang
besar, tabung Venturi biasanya memiliki kerucut masuk 30 derajat dan
kerucut keluar dari 5 derajat. Tabung Venturi digunakan dalam proses di
mana hilangnya tekanan tetap tidak ditoleransi dan akurasi maksimum
diperlukan dalam kasus cairan yang sangat kental.
Dalam aplikasi industri dan laboratorium ilmiah, venturi digunakan untuk
mengukur laju aliran cairan. Sebuah venturi juga dapat digunakan untuk
campuran cairan dengan gas. Jika pompa memaksa cairan melalui tabung
yang terhubung ke sistem yang terdiri dari venturi untuk meningkatkan
kecepatan cair (diameter berkurang), sepotong pendek tabung dengan lubang
kecil di dalamnya, dan terdapat venturi yang menurunkan kecepatan, gas akan
tersedot melalui lubang kecil karena perubahan tekanan. Pada akhir sistem,
campuran cairan dan gas akan muncul.
Sebagai cairan mengalir melalui venturi, ekspansi dan kompresi dari cairan
menyebabkan tekanan di dalam venturi akan berubah. Prinsip ini dapat
digunakan dalam metrologi alat ukur terkalibrasi untuk tekanan diferensial.
Jenis pengukuran tekanan mungkin lebih mudah, misalnya untuk mengukur
bahan bakar atau pembakaran tekanan di jet atau roket. Venturi meter skala
besar untuk mengukur arus cair dikembangkan oleh Clemens Herschel,
kemudian untuk mengukur arus kecil dan besar air dan air limbah dimulai
pada akhir abad ke-19.
16
Sebuah venturi dapat digunakan untuk mengukur laju aliran volumetrik,
Q, dengan menggunakan persamaan berikut:
Q = v1. A1 = v2. A2
e − e = q (v 2 − v 2 )
1 2 2 2 1
2 . (e1 − e2) 2 . (e1 − e2)
Q = A1 2 = A2 A 2
Jq {(A
A2) −
1 J q {1 − A1) }
2
1} (
17
13. Injector (juga disebut ejector) digunakan untuk menambah gas klorin
untuk sistem pengolahan air klorinasi.
14. Injector uap menggunakan efek Venturi dan panas laten penguapan untuk
memberikan air umpan ke boiler lokomotif uap.
15. Blasters pasir yang digunakan untuk menarik pasir halus dan
mencampurnya dengan udara.
16. Proportioners busa digunakan untuk melantik pemadam kebakaran foam
concentrate ke dalam sistem proteksi kebakaran.
Prinsip Bernoulli dan efek Venturi, sangat penting untuk aerodinamis serta
konsep desain hidrodinamik. Desain airfoil dan hydrofoil untuk mengangkat
dan mengarahkan kapal udara dan air (pesawat terbang, kapal dan kapal
selam) berasal dari aplikasi prinsip Bernoulli dan efek Venturi, begitu pula
instrumen yang mengukur tingkat gerakan melalui udara atau air (indikator
kecepatan).
18
Gambar 2.18 Tabung Pitot
Tekanan stagnasi diukur tidak sendiri bisa digunakan untuk menentukan
kecepatan aliran fluida (kecepatan udara dalam penerbangan). Namun,
persamaan Bernoulli menyatakan:
Tekanan stagnasi = tekanan statis + tekanan dinamis
Yang juga dapat ditulis,
et = ec + (qu
2
)
Pemecahan yang kecepatan aliran: 2
2(et − ec)
u=J
q
19
Di pesawat, tekanan statis umumnya diukur menggunakan port statis di
sisi badan pesawat. Tekanan dinamis diukur dapat digunakan untuk menentukan
kecepatan udara menunjukkan pesawat. Susunan diafragma yang dijelaskan di
atas biasanya terkandung dalam indikator kecepatan udara, yang mengubah
tekanan dinamis untuk pembacaan kecepatan udara dengan cara tuas mekanik.
1) Fan
Type : Centrifugal
Kecepatan (Flow Rate) : 3 m/s
2) Driver Motor (Output) : 150 watt
3) Tabung Manometer U
Total Head : 0 – 150 mm
Statis Head : 0 – 150 mm
Velocity Head : 0 – 150 mm
4) Duck (saluran) dan tabung venturi dengan ukuran
Inlet : Ø 15 mm
Outlet : Ø 15 mm
Throat : Ø 8 mm
20
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
21
3.1 Spesifikasi Alat dan Bahan
3.1.1 Lendutan (Defleksi)
3.1.2 Bernoulli
22
Gambar 3.3 Alat Uji Bernoulli
sebagai berikut:
1. Fan
Type = Centrifugal
Kecepatan (Flow rate) = 3 m/s
2. Driver Motor Output : 150 Watt
3. Tabung Manometer U
Total Head = 0 – 150 mm
Statis Head = 0 – 150 mm
Velocity Head = 0 – 150 mm
4. Duct (Saluran) & Tabung Venturi
Inlet = 15 mm
Outlet = 15 mm
Throad = 15 mm
23
3.2 Metode Pengambilan Data
3.2.1 Lendutan (Defleksi)
Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum (beban
divariaskian dengan titik uji defleksi 24 cm, 22 cm, dan 18 cm) ini sebagai
berikut:
1. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 24 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 12cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.
2. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 22 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 11cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.
3. Percobaan pertama posisi tumpuan dial berada di titik 18 cm dengan
pemusatan beban berada pada titik 9cm (Center batang) beban variasi
w1, w2 dan w3.
3.2.2 Bernoulli
Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum sebagai
berikut:
1. Kontrol kecepatan aliran dan pengoperasian motor.
Hidupkan motor
Buka kontrol kecepatan aliran untuk mendapatkan kecepatan aliran
yang diharapkan
2. Lakukan pengukuran pada:
Overhang Length (L0)
Total Head (ht)
Static Head ( hc)
Velocity Head ( hy ) dari pipa pitot
Tekanan aliran atas (inner) pada tabung venturi
Perbedaan tekanan (∆h) dari tabung venturi pada manometer air
tabung U.
Temperatur Udara (T)
24
BAB IV
4.1 Defleksi
Persamaan Defleksi adalah sebagai berikut:
F x l3
Sc
48 x E x i
=
Keterangan:
Sc : Defleksi
F : Beban (kg)
L : Panjang batang (mm)
E : Modulus Elastisitas Bahan ( kg/mm2)
I : Momen Inersia (mm4)
25
Dari tabel perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan secara grafik sebagai
berikut:
3
2,
2, 8
5 2,
Besar Lendutan x 10-5
2 3
1, 1,
5 6 1,4 F
1,1 1
1 8 1
A 1,1
0,7 0,9 3
. 0,5 0,63 F
9 5
2
F
0 3
L L2 L
1 3
Variasi
Panjang
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin berat beban dan
semakin panjang batang uji maka semakin besar pula lendutan yang terjadi.
Dari tabel perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan secara grafik sebagai
berikut:
26
50
45 44
40
35
Besar Lendutan
30 29
25 F1
20 F2
18
B. 15 15
13 F3
12
10 10
8
56
0
L L2 L
1 3
Variasi
Panjang
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin berat beban dan
semakin panjang batang uji maka semakin besar pula lendutan yang terjadi.
PSocec
1 = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
P + x q x v2 + P
3 Socec
1 2
3 1
x q x v2 = P + x q x v2 + P −P=x
2 3 3 Socec 2
2 2
2.
v2 = J
x
q
1 1
x q x v2 = P + x q x v2 + P − P =y
2 v1 = J
27
1 3 3 Socec 1
2 2.y
q
Keterangan:
g : gravitasi (9,8 m/s2 atau 10 m/s2)
q : Massa jenis (udara = 1,293 kg/m3 = 1,3 kg/m3)
h : Ketinggian fluida dalam manometer (dalam praktikum) Tabel 4.5 Hasil
Percobaan Bernoulli
P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 11 NN
kg
N NS
P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N
P3 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 2 NN
kg
N NS
28
P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 3 NN
kg
N NS
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2
x 0.003
N S
N P4 = 101325,039 Pa
P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x − 1 NN
kg
N NS
Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101324.987 − 101325.039
= 0.052 Pa
Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x
0.052
v3 = J
= 0.28 Pa
1.3
Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (5 − (−11))
= 208 Pa
Langkah Kelima :
1
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2
1
= 101324,974 + x 1.3 x 0.282 + 208
2
= 101533.025 Pa
29
1 Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101533.025 − 101324.857 = 208.168
2
2
2
2 .208,168
v2 = J = 17.89 Pa
1.3
1 Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101533,025 − 101325,065 = 207,96
2
1
2
2 .207,96
v1 = J = 17.88 Pa
1.3
1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,065 + x 1.3 x 17.882 = 101532,86
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101324,857 + x 1.3 x 17.892 = 101532,89
2
2 2
2
1 12
P + x q x v2 = 101324,974 + x 1.3 x 0.282 = 101325,025
3 3
2 2
P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 2 NN
kg
N NS
P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N
P3 = 101325 Pa + 1,3 3
x 10 2
x 4 NN
N S
30
kg N
P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N NS
P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 5 NN
kg
N NS
Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101325,065 − 101325,065
= 0 Pa
Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x0
v3 =J = 0 Pa
1.3
Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (5 − 2)
= 39 Pa
Langkah
1 Kelima :
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2 1
= 101325,052 +
x 1.3 x 02 + 39
= 101364,052 Pa 2
31
1 Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101364,052 − 101325,026 = 39,026
2
2
2
2 .39,026
v2 = J = 7,74 Pa
1.3
1 Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101364,052 − 101325,065 = 38,987
2
1
2
2 .38,987
v1 = J = 7,74 Pa
1.3
1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,065 + x 1.3 x 7,742 = 101364,004
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101325,026 + x 1.3 x 7,742 = 101363,96
2
2 2
12 12
P + x q x v = 101325,052 + x 1.3 x 02 = 101325,025
2
3 3
2 2
P2 = 1 atN + q x g x ∆ℎ2
kg N
P2 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 9 NN
kg
N NS
P3 = 1 atN + q x g x ∆ℎ3
kg N
P3 = 101325 Pa + 1,3 3
x 10 2
x 9 NN
N S
32
kg N
P4 = 1 atN + q x g x ∆ℎ4
kg N
P4 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 7 NN
kg
N NS
P5 = 1 atN + q x g x ∆ℎ5
kg N
P5 = 101325 Pa + 1,3 3 x 10 2 x 9 NN
kg
N NS
Langkah Kedua :
P x v3 = P 5 − P 4
= 101325,117 − 101325,091
= 0.026 Pa
Langkah Ketiga :
1
P x v3 = x q x v2
22 x P x v
3
v3 = J
q
2x
0.026
v3 = J
= 0.2 Pa
1.3
Langkah Keempat :
PSocec = q x g x (∆ℎ1 − ∆ℎ3)
= 1.3 x 10 x (6 − 9)
= 39 Pa
Langkah
1 Kelima :
= P + x q x v2 + P
3 3 Socec
2 1
= 101325,117 +
x 1.3 x 0.22 + 39
= 101364,143 Pa 2
33
1 Langkah Keenam
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P= x
2 3
2
1 2 3 Socec 2
x q x v = 101364,143 − 101325,117 = 39.026
2
2
2
2 . 39,026
v2 = J = 7,74 Pa
1.3
1 Langkah Ketujuh
1 :
x q x v = P + x q x v2 + P
2
−P=y
1 3
2
1 2 3 Socec 1
x q x v = 101364,143 − 101325,078 = 38,936
2
1
2
2 .38,936
v1 = J = 7,73 Pa
1.3
1Langkah Terakhir : 1
P + x q x v2 = 101325,078 + x 1.3 x 7,732 = 101363,917
1 1
2
1 12
P + x q x v = 101325,117 + x 1.3 x 7,742 = 101364,0569
2
2 2
2
1 12
P + x q x v2 = 101325,117 + x 1.3 x 0,22 = 101325,143
3 3
2 2
10 9 9 9
7
6
5 5 5
4
5 3
2
-1
0 -2 Bukaan 1
∆h1 ∆h2 ∆h3 ∆h4 ∆h5
Bukaan 1/2
-5
Bukaan 0
-11
-
10
-
15
Gambar 4.4 Grafik Percobaan Bernoulli
34
Dalam pengujian Bernoulli ini menggunakan Blower untuk menghasilkan
aliran fluida yang masuk.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pada praktikum Fenomena Dasar Mesin ini yang sudah
penulis bahas di Studi Kasus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Teori Lendutan menunjukkan bahwa semakin panjang batang jika diberi
beban yang semakin berat maka lendutannya juga semakin besar.
2. Teori Konduktivitas panas menunjukkan bahwa perpindahan kalor pada
percobaan ini melalui medium zat padat atau sering disebut sebagai
konduksi. Panas atau kalor dari suatu benda berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Nilai kerapatan dari
suatu zat berpengaruh pada daya perpindahan kalor, semakin besar nilai
kerapatannya maka semakin besar juga daya perpindahan kalornya
(konduktivitas thermalnya), hal ini terjadi karena antar molekul menjadi
lebih dekat dalam proses tumbukan sehingga energi tersalur menjadi lebih
besar.
3. Hukum Bernoulli menunjukkan bahwa kecepatan alir air(v2) pada pipa
berpenampang kecil (A2) lebih besar daripada kecepatan alir (v1) pada
pipa berpenampang besar (A1). Semakin besar luas penampang semakin
lambat laju aliran air pada pipa dan semakin kecil luas penampang
semakin cepat laju aliran air pada pipda. Dan ketinggian air pada pipa
kapiler h1 lebih tinggi daripada pipa kapiler h2 hal ini disebabkan P1
lebih besar dari P2.
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum Fenomena Dasar Mesin penulis memberikan
saran supaya menjadi lebih baik kedepannya sebagai berikut:
1. Untuk percobaan lendutan sebaiknya disiapkan peralatan penunjang
seperti kunci untuk mengencangkan dial indicator. Dan juga supaya
dipastikan bahwa dial indicator sudah berfungsi dengan baik atau tidak.
36
2. Untuk percobaan konduktivitas panas, lebih koordinasi lagi agar tidak
terjadi kecelakaan akibat benda terlalu panas.
3. Untuk percobaan bernoulli, sebaiknya pengukuran naik atau turunnya
fluida menggunakan alat ukur yang lebih presisi agar si praktikan tidak
bingung untuk mengukur naik turunnya fluida.
37
DAFTAR PUSTAKA
38