Anda di halaman 1dari 135

PROPOSAL

GAMBARAN PERAN MOTIVATOR ASI DALAM


PEMBERIAN MOTIVASI ASI EKSKLUSIF
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II
Kabupaten Kendal Tahun 2017)

Oleh:
NOFI ANGGRAENI
NIM : 25010112120093

Pembimbing:
Dina Rahayuning P STP., M.Gizi
Drs. Ronny Aruben, MA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i
DAFTAR TABEL..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumusan Masalah..............................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)........................................................................7
1. Pengertian ASI........................................................................7
2. Komposisi ASI.........................................................................7
3. Macam-macam ASI.................................................................9
4. ASI Eksklusif...........................................................................10
5. Manfaat ASI Eksklusif..............................................................11
6. Faktor-faktor Terkait Pemberian ASI.......................................13
B. Laktasi.........................................................................................22
1. Pengertian Laktasi...................................................................22
2. Manajemen Laktasi.................................................................22
3. Motivator ASI...........................................................................27
C. Peraturan Tentang ASI Eksklusif.................................................28
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Motivator ASI..............29
1. Faktor Pemudah......................................................................30
2. Faktor Pemungkin...................................................................31
3. Faktor Penguat........................................................................33
E.Teori Lawrence Green..................................................................33
F. Kerangka Teori............................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep........................................................................37
B. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................38
C. Subjek Penelitian.........................................................................38
D. Definisi Istilah..............................................................................38
E. Sumber Data Penelitian...............................................................40
F. Instrumen Penelitian....................................................................41
G. Pengumpulan Data Penelitian.....................................................41
H. Pengolahan dan Analisis Data....................................................42
I. Validasi Data.................................................................................43
J. Tahap-tahap Penelitian................................................................43
K. Jadwal Penelitian.........................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN KUESIONER
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah..............................................................................38


Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.........................................................................44
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................36


Gambar 3.1 Kerangka Konsep....................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan bayi.(1) Bayi belum memliki sistem pencernaaan yang
sempurna sehingga jenis makanan yang dikonsumsi oleh bayi harus
disesuaikan dengan kondisi tubuh bayi. ASI yang spesifik untuk manusia
dapat memudahkan zat gizi yang terkandung pada ASI dicerna oleh bayi.(2)
Pemberian ASI merupakan bentuk ungkapan kasih sayang seorang ibu
kepada bayinya dan dapat mempengaruhi kualitas hidup bayi dimasa yang
akan datang. Pembangunan manusia dimasa depan dimulai dengan
pembinaan anak masa sekarang, untuk mempersiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dimasa yang akan datang, maka anak
perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.(3) Banyak manfaat dari pemberian
ASI, yaitu bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.
Selain itu bayi mendapatkan zat-zat imun serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunya. ASI juga dapat
menghemat pengeluaran karena tidak perlu membeli susu, selain itu
manfaat ASI juga dapat mencegah alergi, terganggunya pernapasan, diare,
obesitas pada anak, dan masih banyak manfaat lain dari ASI.(4)
UNICEF dan WHO telah merekomendasikan pemberian ASI secara
eksklusif, yaitu tidak memberikan bayi makanan dan minuman lain, termasuk
air putih selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin, serta ASI perah)
dari bayi lahir hingga berusia enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai
berumur dua tahun.(5),(6) Indonesia sendiri telah membentuk program ASI
eksklusif dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 yang berisikan tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif. (7) Dalam
Pasal 2 PP Nomor 33 Tahun 2012 berisikan tentang pengaturan pemberian
ASI eksklusif bertujuan menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan
ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan.(8)
Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, proses mulai
menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah kelahiran sebesar 35,2%
dan kurang dari 1 jam (Inisisasi Menyusu Dini) sebesar 34,4%, sedangkan
proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran
yaitu sebesar 3,7%.(9) Sementara itu, berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2014, pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia
sebesar 52,3%, dimana target pemberian ASI eksklusif tahun 2014 sebesar
80% , sedangkan tahun 2015 sebesar 55,7% dari target renstra 2015 adalah
39% dan tahun 2016 pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar
29,5% mengalami penurunan dari tahun 2015.(9) Kemudian, untuk pemberian
ASI eksklusif di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 mencapai persentase
60% dari target nasional yang telah ditetapkan sebesar 80%. (10) Tahun 2015
mencapai 56,1% untuk pemberian ASI ekslusif dari target renstra 2015
sebesar 39% dan pada tahun 2016 persentase pemberian ASI eksklusif
sebesar 42,7%, mengalami penurunan dari tahun 2015.(9) Pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten Kendal berdasarkan data yang bersumber dari rekap
laporan ASI eksklusif Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal tahun 2015
sebesar 71,07%, capaian tersebut belum memenuhi target nasional yaitu
77%.(11) Pada tahun 2016, capaian pemberian ASI eksklusif Kabupaten
Kendal sebesar 69,1%, terjadi penurunan dari tahun 2015.(12)
Persentase ibu menyusui ASI eksklusif masih tergolong rendah, hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu contohnya adalah
kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif dan kurangnya motivasi
dalam memberikan ASI eksklusif sehingga kesadaran ibu untuk memberikan
ASI eksklusif kepada anaknya masih kurang. Pengetahuan tentang ASI
eksklusif berperan penting dalam pemberian ASI eksklusif, pernyataan ini
didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nova
Rachmaniah tahun 2014 bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan praktik pemberian ASI
eksklusif, dimana ibu yang berpengetahuan buruk banyak yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan ibu yang
berpengetahuan baik banyak yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
(13)
Motivasi juga sangat penting dalam pemberian ASI eksklusif, pernyataan
ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vitari
Aprihastiwi, bahwa ada hubungan antara motivasi dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI eksklusif.(14) Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif, salah satunya yaitu
menghimbau masyarakat untuk ikut berperan serta dalam meningkatkan
cakupan ASI eksklusif, yaitu dengan memberdayakan kader untuk menjadi
motivator ASI yang mendukung perempuan supaya memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Sesuai dengan Pasal 3 PP Nomor 33 tahun 2012
bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam program pemberian ASI
eksklusif yaitu membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan
pencapaian program pemberian ASI eksklusif di fasilitas pelayanan
kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat.(15)
Motivator ASI merupakan salah satu program atau kegiatan yang dapat
mendukung keberhasilan ibu dalam memberikan ASI pada bayi secara
eksklusif. Motivator ASI adalah seseorang yang telah lulus pelatihan oleh
lembaga yang memiliki kompetensi sehingga memiliki kemampuan untuk
dapat memberikan penjelasan dan nasihat tentang arti pentingnya ASI bagi
ibu maupun bayinya.(16) Di Kabupaten Kendal sendiri telah dilakukan
pelatihan kader untuk menjadi motivator ASI dalam rangka meningkatkan
capaian ASI eksklusif. Dalam pelatihan motivator ASI, Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal memberikan alat peraga seperti boneka dan memberikan
materi-materi tentang ASI eksklusif untuk membantu dan mendukung
motivator ASI dalam memberikan motivasi kepada ibu menyusui. Kader yang
mengikuti pelatihan motivator ASI diwakili dari semua kader di wilayah kerja
puskesmas yang ada di Kabupaten Kendal. Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal menaungi 30 puskesmas dan berdasarkan laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal, wilayah kerja Puskesmas Kendal II memiliki angka
capaian ASI yang cenderung menurun dibandingkan dengan wilayah kerja
puskesmas lain.(11)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal diketahui capaian pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Kendal II mengalami penurunan yaitu pada tahun 2014
dan tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 41,14%.(11) Pada tahun 2016
capaian ASI di wilayah kerja Puskesmas Kendal II sebesar 41,67%, terjadi
peningkatan sedikit dari tahun 2015. Dari studi pendahuluan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Kendal II capaian ASI
eksklusif masih rendah, untuk itu peneliti menganggap perlu untuk dilakukan
sebuah penelitian guna mengetahui peran motivator ASI dalam pemberian
motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kendal II Kabupaten
Kendal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis melakukan wawancara pendahuluan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal yang telah memberikan pelatihan
motivator ASI kepada masyarakat khususnya kader. Namun, dalam
keberjalanannya capaian ASI eksklusif di Kabupaten Kendal masih tergolong
rendah dan belum mencapai target.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal menaungi 30 puskesmas dan
berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, wilayah kerja
Puskesmas Kendal II memiliki angka capaian ASI yang cenderung menurun
dibandingkan dengan wilayah kerja puskesmas lain. Wilayah kerja
Puskesmas Kendal II dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan
sebesar 41,14% dan tahun 2016 capaian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kendal II sebesar 41,67%, terjadi peningkatan sedikit dari tahun
2015. Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kendal II
Kabupaten Kendal Tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Peran Motivator ASI dalam Pemberian Motivasi ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II Kabupaten Kendal Tahun
2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan motivator ASI tentang ASI eksklusif,
manajemen laktasi, kebijakan/ peraturan pemberian ASI, dan masalah
yang dialami ibu saat menyusui.
b. Mendeskripsikan sikap motivator ASI tentang pemberian ASI eksklusif
dan pemberian motivasi ASI eksklusif.
c. Mendeskripsikan praktik motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI
eksklusif.
d. Mendeskripsikan motivasi motivator ASI dalam pemberian motivasi
ASI eksklusif.
e. Mendeskripsikan pelatihan motivator ASI dari Dinas kesehatan.
f. Mendeskripsikan media yang digunakan motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif.
g. Mendeskripsikan akses/ keterjangkauan motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif.
h. Mendeskripsikan imbalan sebagai motivator ASI.
i. Mendeskripsikan dukungan keluarga motivator ASI dalam pemberian
motivasi ASI eksklusif.
j. Mendeskripsikan dukungan teman/ sesama motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI ekslusif.
k. Mendeskripsikan dukungan pemegang kebijakan terhadap motivator
ASI dalam pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
a. Memberikan informasi mengenai peran motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif.
b. Memberikan masukan untuk perbaikan dan pembelajaran dalam upaya
peningkatan ASI eksklusif.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan khususnya dalam pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Motivator ASI
Memberikan informasi mengenai peran motivator ASI dan sebagai
masukan untuk perbaikan dalam pemberian motivasi ASI eksklusif.
4. Bagi Ibu Menyusui/ Masyarakat
Memberikan informasi sehingga dapat mengetahui peran motivator ASI
dalam pemberian motivasi ASI eksklusif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini berisikan tentang gambaran peran motivator
ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif.
2. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup kesehatan masyarakat dengan
penekanan pada ilmu Kesehatan Ibu dan Anak.
3. Lingkup Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.
4. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam peran
motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kendal II, Kabupaten Kendal.
5. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kendal II, Kabupaten
Kendal.
6. Lingkup Waktu
Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober-Nopember 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian ASI
Air susu ibu adalah cairan kehidupan. Dibuat oleh ibu khusus untuk
bayinya, jadi ini adalah makanan yang sangat khusus. Tidak ada produk
pabrik yang menyamainya. Tidaklah mungkin untuk menuliskan semua
bahan yang terkandung di dalam air susu ibu. Setiap kali diadakan riset
terhadap cairan yang mengagumkan ini, ditemukan bahan vital baru yang
diperlukan oleh bayi untuk berkembang dan bertumbuh. (17) ASI
merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena di dalamnya mengandung
antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA, taurin, dan
spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Ada banyak manfaat
yang terkandung dalam ASI. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi ibu
untuk tidak menyusui. Pemberian ASI merupakan hak anak sehingga jika
ibu menolak menyusui ananknya maka ibu telah menelantarkan bayinya
sendiri.(4)
Kolostrum adalah sesuatu yang sangat khusus. Kolostrum kaya anak
protein, imunoglobilin, vitamin, bahan anti-infeksi, misalnya laktoferin dan
lisozim, sel-sel hidup, serta mineral. Kolostrum memberi perlindungan
bagi bayi yang baru lahir sampai sistem imunnya sendiri mulai berfungsi,
dan memastikan bahwa sistem pencernaan bayi mulai berfungsi dengan
benar, serta mengandung semua gizi yang dibutuhkannya.(17)
2. Komposisi ASI(4), (17)
a. Komposisi ASI yang terkandung dalam air susu ibu
1) Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bayi manusia bertumbuh
perlahan-lahan dan harus sering diberi makan, jadi hanya sebagian
kecil dari air susu ibu yang terdiri atas protein: sekitar 1%. Protein
dipecah menjadi dadih (kasein) dan air dadih. Air susu ibu terutama
terdiri atas air dadih, sedangkan susu sapi mengandung lebih
banyak kasein. Air susu ibu tidak mengandung laktoglobulin, bagian
inilah dari susu sapi dan susu formula yang bisa menyebabkan
reaksi alergi.
2) Karbohidrat
Hampir semua karbohidrat di dalam air susu ibu adalah laktosa.
Laktosa penting untuk pertumbuhan otak, dan otak bayi umumnya
sangat besar dan tumbuh dengan cepat. Selain untuk pertumbuhan
otak, laktosa juga sebagai sumber energi, penyerapan kalsium, dan
pertumbuhan bakteri baik di usus.
3) Lemak
Lemak dibutuhkan untuk membuat energi (kalori). Lemak di dalam
air susu ibu sangat mudah dicerna dan nyaris tidak ada bahan sisa.
Asam-asam lemak esensial berantai panjang yang terkandung di
dalam air susu ibu terbukti sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi. Asam lemak ini tidak ada secara alami di
dalam susu sapi atau susu formula. Pabrik pembuat susu formula
sedang meneliti kemungkinan untuk memasukkan beberapa lemak
ini ke dalam produknya, tetapi sejauh ini hanya ada satu produk
yang memasukkan asam-asam lemak berantai panjang ini.
4) Air
Air susu ibu mengandung semua air yang dibutuhkan oleh bayi.
Bahkan di dalam cuaca yang sangat panas atau kondisi demam,
bayi yang diberi air susu ibu tidak membutuhkan tambahan air.
5) Vitamin
Hampir semua wanita mampu menyediakan semua vitamin yang
dibutuhkan bayi melalui air susunya. Hanya wanita yang sangat
kekurangan vitamin yang air susunya tidak memiliki kandungan
vitamin yang memadai. ASI mengandung vitamin larut lemak
(vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut air ( vitamin B dan C). Vitamin
A untuk kesehatan mata, pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan
pertumbuhan. Vitamin E untuk ketahanan dinding sel darah merah
sehingga terhindar dari anemia. Vitamin K sebagai faktor
pembekuan darah. ASI sedikit mengandung vitamin D. Asupan
nutrisi ibu berpengaruh terhadap vitamin larut air, yaitu vitamin B
dan vitamin C. Vitamin C pada ASI tiga kali lebih banyak dibanding
susu sapi. ASI mengandung nutrient-karier protein pengikat vitamin
B12 dan asam folat, sehingga tidak berada dalam keadaan bebas,
Jika vitamin ini dalam keadaan bebas, maka akan digunakan bakteri
E.coli untuk tumbuh.
6) Mineral
Meskipun kandungan zat besi di dalam air susu ibu rendah, tetapi
20 kali lebih mudah diserap daripada zat besi yang terkandung di
dalam susu formula. Mineral lain juga ada dalam keseimbangan
yang ideal bagi bayi.
7) Enzim
Enzim adalah biomolekuler berupa protein sebagai katalis, yaitu
senyawa yang mempercepat suatu reaksi. Semua proses biologis
memerlukan enzim agar berlangsung cepat pada lintasan
metabolisme yang ditentukan hormon sebagai promoter. Enzim
dalam ASI menyebabkannya mudah dicerna.
8) Hormon
Hormon adalah zat kimia pembawa pesan kimiawi antar sel dengan
memberi sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan
aktivitas tertentu. Satu hormon dapat mengatur produksi dan
pelepasan hormon lainnya.
b. Tambahan lain
Inilah keunggulan yang sesungguhnya dari air susu ibu dibandingkan
susu formula. Air susu ibu mengandung banyak faktor ‘non gizi’ yang
mampu melindungi dan merawat bayi selama bulan-bulan pertama
kehidupannya, imunoglobulin yang membantu melindungi bayi sampai
sistem imunnya sendiri telah berkembang; sel-sel hidup, seperti sel
darah putih untuk memerangi infeksi; berbagai hormon dan enzim.
Semua ini bergabung menjadi bahan yang sangat unik yang tidak bisa
ditiru. Setiap wanita menghasilkan makanan yang sempurna bagi
bayinya.
3. Macam-macam ASI(18)
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi dihari-hari pertama biasanya
selama empat hari. Bayi perlu sering menyusu langsung untuk
merangsang ASI. Komposisi kolostrum mirip nutrisi yang diterima bayi
dalam rahim. Kolostrum leih banyak mengandung protein, terutama
immunoglobulin, protein dalam jumlah dominan juga mencegah gula
daarah rendah.
b. ASI transisi
Setelah beberapa hari menghasilkan kolostrum, selanjutnya dihasilkan
ASI transisi. ASI transisi mulai diproduksi hari ke 4-10 setelah
kelahiran. Terjadi perubahan komposisi dari kolostrum ke ASI transisi.
Kadar protein dan immunoglobulin berkurang, kadar lemak dan
karbohidrat meningkat dibanding kolostrum.
c. ASI mature
ASI mature diproduksi setelah hari ke 10 sampai akhir masa laktasi
atau penyapihan nanti, berwarna putih kekuningan, tidak menggumpal
bila dipanaskan dengan volume 300-850ml per 24 jam. ASI mature
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi. Pada malam
hari, ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang akan membantu
meningkatkan berat badan dan perkembangan otak yang maksimal.
d. Foremilk-hindmilk
Pada satu kali sesi menyusui, ternyata ada 2 macam ASI yang
diproduksi, yaitu foremilk terlebih dahulu, kemudian hindmilk. Foremilk
berwarna lebih bening, kandungan utamanya protein, laktosa, vitamin,
mineral dan sedikit lemak. Foremilk memiliki kadar air cukup tinggi
sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan diproduksi dalam jumlah
banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan. Hindmilk berwarna lebih
putih karena kandungan lemak 4-5 kali lebih banyak dari foremilk.
Inilah yang membuat bayi kenyang. Bayi mendapat sebagian energi
dari lemak, sehingga penting memastikan bayi mendapatkan hindmilk
dengan tidak menghentikan menyusu terlalu cepat.
4. ASI Eksklusif
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai
bayi berumur enam bulan. Setelah itu anak harus diberi makanan padat
dan semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI. ASI eksklusif
dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada
umur tersebut. Pengenalan dini makanan yang rendah energi dan gizi
atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan
anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing, sehingga
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit diantara
anak-anak.(5)
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung
pertumbuhan serta perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta
terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan leih
sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih
jarang sakit.(18)
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama enam bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur,
biskuit, dan nasi tim, kecuali sirup atau obat-obatan. ASI mengandung
semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya,
serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem kekebalan
tubuh dalam masa pertumbuhannya.(19)
5. Manfaat ASI Eksklusif
Ibu yang menginginkan manfaat optimal dari pemberian ASI, maka
harus memahami syarat-syarat, yaitu pemberian ASI harus dilakukan
dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui. Pemberian ASI
yang baikadalah yang sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand) dan
pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif yaitu sampai enam
bulan.(20)
a. Manfaat bagi bayi(19), (21)
ASI eksklusif memiliki banyak manfaat bagi bayi, diantaranya:
1) ASI memang terbaik untuk bayi manusia, sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk sapi.
2) ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.
3) Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi
risiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi.
4) Meningkatnya jalinan kasih sayang antara ibu dan anak.
5) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan
mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran
pernapasan.
7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
8) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
9) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
10) Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada
anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit
jantung.
11) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif
akan lebih cepat bisa berjalan.
12) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,
kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
b. Manfaat bagi ibu(22)
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum) sehingga
dapat menurunkan angka kematian ibu setelah melahirkan.
2) Mengurangi kemungkinan terjadinya anemia atau kekurangan darah
yang disebabkan oleh kekurangan zat besi.
3) Dapat menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara
kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil.
4) Kadar oksitosin ibu yang menyusui akan meningkat sehingga dapat
membuat rahim menjadi kecil.
5) Badan akan menjadi cepat langsing atau kembali ke berat badan
sebelum hamil.
6) Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara dan
kanker indung telur.
7) Menghemat pengeluaran karena tidak perlu membeli susu formula.
8) Dapat menghemat waktu karena tidak perlu mencuci botol susu.
9) Praktis karena dapat dibawa kemana-mana.
10) Dapat membuat ibu bahagia dan merasa bangga karena dapat
memberikan ASI bagi bayinya.
c. Manfaat bagi keluarga(19)
Manfaat pemberian ASI bagi keluarga yaitu tidak perlu
menghabiskan banyak biaya atau uang untuk membeli susu formula,
botol susu serta peralatan lainnya. Jika bayi sehat, keluarga
mengeluarkan biaya lebih sedikit dalam perawatan kesehatan dan
dalam biaya alat kontrasepsi (KB) dari ASI eksklusif. Apabila bayi
sehat, maka akan menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga
karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak repot membawa
peralatan susu saat bepergian.
d. Manfaat bagi masyarakat dan negara(19)
Manfaat ASI bagi masyarakat dan negara yaitu menghemat devisa
negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan
lainnya. Bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada
sektor kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, serta
dapat memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat
menurunkan angka kematian karena ASI merupakan sumber daya
yang terus menerus diproduksi.
6. Faktor-faktor Terkait Pemberian ASI Eksklusif
Dalam pemberian ASI eksklusif, ibu menyususi terancam gagal, hal ini
dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya:
a. Aspek pemahaman pola pikir
Pemberian ASI eksklusif telah banyak disosialisasikan, namun
tidak sedikit ibu yang belum mengerti dan menganggap remeh
pentingnya ASI eksklusif. Beberapa anggapan sering keliru
mengenyampingkan kebutuhan nutrisi bayi. Selain itu keberhasilan
media promosi dapat berpengaruh terhadap pola pikir ibu bahwa susu
formula yang mengandung DHA, AA, dan kandungan lain lebih cocok
dan sangat dibutuhkan oleh bayi dibandingkan ASI.
Rendahnya tingkat pemahaman pentingnya ASI eksklusif
dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh
para ibu tentang nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam
ASI.Adapun adanya mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misalnya
ibu yang menyusui bayinya dapat menurunkan kondisi fisik ibu, selain
itu kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak
mencukupi kebutuhan makanan bayi.(19)
b. Aspek pendidikan
Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah
sehingga banyak berangggapan tidak perlu dipelajari. Sebenarnya
anggapan ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi menyusui menjadi
masalah ketika ibu menikah dini atau melahirkan anak pertama.
Meskipun bersifat alamiah dan naluriah, para ibu tetap memerlukan
informasi dan pengetahuan dalam hal menyusui. Pendidikan berarti
yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami
suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah juga mereka memperoleh informasi dan
pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki semakin banyak. Sebaliknya,
orang yang pendidikannya rendah maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.(18)
c. Aspek psikologi
Secara psikologis, menyusui mengandung empat hal penting:(23)
1) Menyusui dapat membangkitkan rasa percatya diri bahwa ibu
mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan
bayi. Di sisi lain ibu boleh merasa bangga karena sanggup dan
dapat menyusui bayi sesuai kodratnya sebagai wanita.
2) Menyusui sangat dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang
terhadap bayi.
3) Interaksi ibu dan bayi. Secara psikologis pertumbuhan dan
perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi.
Kasih sayang ibu dapat memberikan rasa tenang dan aman pada
bayi.
4) Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu
memberikan rasa aman dan kepuasan, karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan merasakan denyut jantung ibu yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam kandungan.
d. Aspek ekonomi
Ditinjau dari sudut ekonomi, menyusui secara eksklusif dapat
mengurangi biaya tambahan yang diperlukan untuk membeli susu
formula dan peralatan lainnya. ASI eksklusif jauh lebih murah
dibandingkan dengan memberikan susu formula pada bayi.(23)
e. Aspek budaya
Budaya di Indonesia sangat beragam. Di masing-masing daerah
kegiatan menyusui dilakukan dengan adat dan budaya yang berbeda.
Contohnya di daerah Jawa Timur, bayi usia 4 bulan harus sudah
ditambah dengan makanan tambahan selain dengan ASI, sehingga
praktik ASI eksklusifnya tidak berhasil. Dengan demikian aspek
budaya ini sangat berpengaruh terhadap proses menyusui.(23)
f. Efek persalinan yang memakai metode sesar
Pada persalinan sesar berlangsung pembiusan, baik lokal maupun
total. Pada bius lokal, kesadaran ibu biasanya akan kembali pulih
sekitar 30 menit, dibandingkan dengan bius total yang bisa berjam-jam
tidak sadarkan diri. Dapat karena hal itu sehingga bayi yang baru lahir
harus mendapatkan ASI namun karena ibu belum sadarkan diri
sehingga harus diberikan susu formula oleh perawat. Ketika ibu sudah
sadar, refleks isap terkuat bayi sudah berkurang, akibatkan bayi
enggan diberikan ASI oleh ibu.
Kejadian itu disatu sisi mengakibatkan hilangnya momentum refleks
isap terkuat bayi. Di sisi lain membuat payudara ibu tidak memperoleh
rangsangan berupa isapan dari bayi. Dengan begitu hormon-hormon
yang berperan dalam produksi ASI tidak bekerja optimal untuk
memproduksi ASI.(24)
g. Efek dari penggunaan kontrasepsi
Apabila pada saat menyusui ibu menggunakan alat kontrasepsi
(KB), sebaiknya hindari menghindari obat yang mengandung hormon,
terlebih banyak estrogennya karena dapat mengurangi produksi ASI
dan konon dapat mengubah rasa ASI yang mengakibatkan bayi
merasa “aneh” ketika mengisap ASI. Payudara juga tidak terlatih
memproduksi ASI, jika hal ini terus terjadi maka produksi ASI akan
berkurang bahkan dapat tidak sama sekali memproduksi ASI. Untuk itu
pilihlah KB menggunakan kondom atau KB sistem kalender.(24)
h. Adanya penyakit yang diderita ibu menyusui
Untuk mengetahui hal ini, yaitu dengan cara periksakan diri ke
dokter. Dokter akan mendiagnosa penyakit yang diderita dan
selanjutnya dokter akan mengambil langkah-lanhkah medis untuk
mengatasinya.(24)
i. Gangguan saat menyusui dan tips mengatasi(24), (25)
1) Bayi tersedak
Ada kalanya produksi ASI melimpah terlalu deras dan saat bayi
mengisap sampai tersedak. Jika hal ini terjadi sebaiknya posisi
menyusui diubah. Ambil posisi yang memnungkinkan mulut bayi
sedikit lebih di atas dari letak puting sehingga ASI yang dihisap
tidak lagi terlalu deras.
2) Perut bayi kembung
Disebabkan karena adanya udara yang masuk ke mulut bayi
bersamaan saat sedang mengisap ASI. Udara itu akan memenuhi
lambung dan membuat perut kembung. Mengatasinya dengan
segera sendawakan bayi segera mungkin yaitu dengan cara:
a) Telungkupkan tubuh bayi di atas pangkuan ibu. Tahan dadanya
dengan lengan. Upayakan posisi kepala lebih tinggi dari
badannya, kemudian elus-elus punggungnya hingga bayi
bersendawa.
b) Dapat juga dilakukan dalam posisi menggendong bayi, dimana
kepala bayi diletakkan dan bersandar di atas bahu ibu, kemudian
elus-elus punggung bayi hingga bersendawa.
3) Bayi gumoh
Dapat disebabkan karena pemberian ASI yang terlalu banyak,
sedangkan perut bayi tidak sanggup menampungnya. Hal ini dapat
diatasi dengan menyedawakannya.
4) Bayi muntah
Penyebabkan karena ada luka atau infeksi pada tenggorokan. Rasa
nyeri pada tenggorokan dapat membuat ASI yang diisap
dimutahkan kembali. Dapat juga disebabkan adanya kelainan pada
organ atau sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan pada katup
pemisah lambung dan usus 12 jari.
j. Mitos-mitos menyusui(18), (24), (25)
1) Menyusui mengubah bentuk payudara wanita
Menyusui tidak mengubah bentuk payudara wanita secara
permanen. Yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan.
Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan
menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Jadi
yang menyebabkan perubahan bentuk payudara adalah kehamilan,
bukan menyusui. Besarnya perubahan bentuk payudara sangat
tergantung turunan, usia, dan juga penambahan berat badan pada
waktu kehamilan.
2) Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan
Mitos ini tidak benar. Data membuktikan menyusui dapat membantu
ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak
memberikan ASI eksklusif. Dengan menyusui, timbunan lemak
sewaktu hamil akan digunakan dalam proses menyusui.
3) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu ditambah
susu formula
Pada hari pertama sebenernya bayi belum memerlukan cairan atau
makanan, sehingga belum diperlukan susu formula atau cairan lain.
Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk
pemberian gizi namun untuk belajar menyusu atau membiasakan
mengisap puting susu dan untuk mempersiapkan ibu mulai
memproduksi ASI. Gerakan refleks mengisap pada pada bayi baru
lahir mencapai puncaknya 20-30 menit setelah bayi lahir sehingga
apabila terlambat menyusui, refleks ini akan berkurang. Jika bayi
kurang atau tidak mendapatkan kolostrum, bayi akan mudah
mencret atau terkena penyakit lain, terutama jika susu formula
lainnya tercemar. Selain itu jika diberikan susu formula maka akan
diberikan menggunakan dot dan bayi kemungkinan akan kesukaran
minum pada puting ibunya atau bingung puting.
4) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif
Hal ini tidak benar. Banyak ibu pekerja yang berhasil memberikan
ASI eksklusif pada bayinya tanpa cuti tambahan. Kuncinya yaitu
memberikan ASI perah pada bayi selama ibu bekerja.
5) Payudara kecil, tidak menghasilkan cukup ASI
Anggapan hal ini tidak benar, besar kecilnya payudara tidak
menentukan banyak sedikitnya produksi ASI karena payudara yang
besar hanya mengandung banyak jaringan lemak dibandingkan
dengan payudara yang kecil. ASI sendiri dibentuk oleh jaringan
kelenjar pembentuk ASI, bukan jaringan lemak. Jadi, besar kecilnya
payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI.
6) ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor
ASI yang keluar pada hari pertama hingga kurang lebih hari ketujuh
atau satu minggu dinamakan kolostrum. Cairan jernih kekuningan
ini mengandung zat putih telur atau protein dalam kadar tinnggi, zat
anti infeksi, atau zat daya tahan tubuh dengan kadar yang lebih
tinggi dibandingkan susu mature. Selain itu kolostrum juga
mengandung laktosa atau hidrat arang dan lemak dalam kadar
rendah yang mudah dicerna. Volume kolostrum bervariasi antara 10
cc sampai 100 cc per hari. Kolostrum melindungi bayi saat bayi
sangat rentan. Tugas utama kolostrum memang melindungi bayi
dari penyakit-penyakit infeksi selain sebagai gizi. Dalam penelitian,
kolostrum sangat bermanfaat pada bayi prematur ataupun bayi
sakit. Apabila kolostrum, bayi tidak atau kurang mendapat zat-zat
pelindung penyakit infeksi.
7) ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik
Bayi dan ASI sebenernya bersifat parasit. Sampai batas tertentu,
kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan walaupun
harus mengorbankan gizi ibu. Kualitas ASI akan berkurang apabila
ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke-3.
8) ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat
ASI karena minumnya banyak
Dari 100 ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, ternyata
hanya dua ibu yang benar-benar kurang. Yang lainnya mempunyai
cukup ASI, namun kurang mendapatkan informasi manajemen
laktasi yang benar, posisi menyusui masih kurang tepat, dan
terpengaruh mitos-mitos menyusui sehingga produksi ASI
terhambat.Apabila bayi kurang mendapatkan ASI, terkadang bukan
karena ibu tidak memproduksi ASI sebanyak yang diperlukan bayi,
tetapi bayi tidak dapat mengisap ASI sebanyak yang dibutuhkan,
misalnya karena posisi menyusui yang kurang benar. Produksi ASI
dirangsang oleh pengosongan payudara dan berlaku prinsip
semakin banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak ASI diproduksi.
ASI diproduksi sesuai dengan jumlah permintaan dan kebutuhan
bayi. Selama bayi masih melanjutkan permintaannya dengan
mengisap ASI, selama itu payudara ibu tetap produksi.
9) Takut memberikan ASI karena ASI mengandung residu pestisida
dan bahan beracun
Banyak ibu khawatir tentang adanya laporan bahwa susu sapi juga
ASI tercemar oelh zat beracun, seperti logam berat berbahaya yang
akan membahayakan bayi. Sebenarnya tidak ditemukan bukti-bukti
secara kedokteran adanya bayi yang sakit karena ASI yang
mengandung zat-zat beracun ini.
k. Masalah menyusui yang terjadi pada ibu(24), (26)
1) Kurangnya informasi
Kurangnya informasi, banyak ibu yang menganggap susu formula
sama baiknya seperti ASI eksklusif. Hal ini menyebabkan ibu lebih
cepat memberikan susu formula jika merasa ASI-nya kurang atau
masalah kendala lain. Masih banyak petugas kesehatan tidak
memberikan informasi kepada ibu dan keluarga ibu saat
pemeriksaan kehamilan ataupun setelah bersalin tentang
keuntungan pemberian ASI eksklusif, kerugian pemberian susu
formula, cara menyusui yang baik dan benar, pentingnya rawat
gabung, dan siapa yang harus dihubungi disaat ada keluhan atau
masalah seputar menyusui.
2) Puting susu yang pendek atau masuk ke dalam
Bentuk puting susu berbeda-beda, ada yang panjang, pendek, atau
masuk ke dalam atau terbenam. Banyak kasus ibu yang putingnya
masuk ke dalam belum menonjol keluar sampai sesudah bersalin
dan menganggap hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal
puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung
ASI. ASI disimpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah areola
mamae. Jadi untuk mendapatkan ASI yang perlu dimasukkan ke
dalam mulut bayi adalah areola mamae yang diisap sehingga
mengeluarkan ASI. Untuk menarik puting keluar dapat
menggunakan nipple puller, namun jika masih kurang menolong, ibu
harus dibantu agar dapat memasukkan areolanya sebanyak
mungkin ke dalam mulut bayi sehingga bayi memperoleh ASI.
3) Payudara bengkak
Tiga hari pasca persalinan biasanya payudaramerasa penuh,
tegang, dan nyeri. Hal ini terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di daerah payudara sebagai tanda ASI mulai
banyak diproduksi. Jika karena sakit dan ibu berhenti menyusui
menyebabkan kondisi semakin parah, ditandai dengan mengilatnya
payudara dan ibu mengalami demam. Untuk menghindari bengkak,
berikan ASI pada bayi segera mungkin setelah lahir dengan posisi
yang baik dan benar tanpa jadwal. Apabila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi, keluarkan ASI dengan cara diperah. Jangan
memberikan minuman lain pada bayi dan lakukan perawatan
payudara pasca persalinan. Untuk mengurangi rasa sakit yang tidak
tertahankan dan demam akibat pembengkakan, kompres payudara
dengan kompres dingin serta minum obat penurun demam dan
pereda rasa sakit.
4) Puting susu nyeri atau lecet
Masalah ini banyak dialami ibu akibat beberapa faktor, yang
dominan karena kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya
mengisap pada puting ibu, seharusnya disaat menyusui sebagian
besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Puting susu lecet juga
dapat terjadi karena bayi tidak benar melepaskan isapan atau ibu
yang sering membersihkan puting dengan alkohol atau sabun.
Puting lecet dapat membuat ibu merasa sakit saat menyusui. Jika
ibu melewati waktu menyusui untuk menghindari rasa sakit, dapat
menyebabkan tidak terjadinya pengosongan payudara, akibatnya
produksi ASI berkurang. Untuk mengatasi puting lecat dan nyeri
yaitu dengan memperbaiki posisi menyusui, mulailah menyusui dari
payudara yang tidak sakit karena isapan pertama bayi yang lapar
biasanya lebih keras. Tetaplah mengeluarkan ASI dari payudara
yang putingnya lecet. Untuk mengatasi masalah puting lecet dapat
dengan mengoleskan ASI ke puting yang lecet sampai kering, jika
masih terasa sakit maka dapat meminum obat pereda rasa sakit.
5) Saluran ASI tersumbat
Kelenjar air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau
lebih saluran ini dapat tersumbat karena tekanan jari ibu saat
menyusui, posisi bayi, atau BH yang terlalu ketat, sehingga
sebagian saluran tidak mengeluarkan ASI. Tersumbatnya saluran
juga dapat dikarenakan karena ASI tidak segera dikeluarkan karena
pembengkakan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
dengan menyusui dengan posisi yang benar, ubah posisi menyusui
agar semua saluran ASI dikosongkan, selain itu gunakan BH yang
menunjang namun tidak terlalu ketat. Dan sebaiknya ibu lebih
sering menyusui dari payudara yang tersumbat dan pijatlah daerah
yang tersumbat ke arah puting agar ASI dapat keluar.
6) Radang payudara
Radang payudara dapat disebabkan karena puting lecet, saluran
payudara tersumbat, atau pembengkakan payudara yang tidak
ditangani dengan baik. Payudara akan terasa bengkak, sakit,
kulitnya berwarna merah, dan disertai demam. Lakukan perawatan
disertai istirahat yang cukup. Segera berobat ke dokter untuk
mendapatkan penanganan dan obat.
7) Abses payudara
Jika sampai terjadi abses, perawatan yang dapat dilakukan sama
seperti pada saat radang payudara. Namun nanah yang yang ada
harus dikeluarkan dengan insisi. Selama luka bekas insisi belum
sembuh, maka bayi hanya dapat menyusui dari payudarayang
sehat.
8) ASI kurang
Sebagian ibu merasa ASI-nya kurang, mungkin karena setelah
beberapa hari payudaranya tidak terasa tegang lagi, sementara bayi
sering minta disusukan. Kondisi seperti ini sebenarnya wajar,
payudara tidak terasa tegang lagi walaupun produksi ASI tetap
banyak. Tentang bayi, mereka memang sering minta disusukan
karena ASI cepat tercerna sehingga perut cepat kosong.
Kecukupan ASI dapat dinilai dengan menimbang kenaikan berat
badan secara teratur, jika kenaikan sesuai dengan pertumbuhan
normal maka bayi cukup ASI. Cukup tidaknya ASI dapat dilihat dari
beberapa kali bayi buang air kecil. Bagi bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif, enam kali sehari buang air kecil menandakan bayi cukup
ASI.

B. Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang
memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan
dasar biologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Komponen yang
terkandung dalam ASI sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu
merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus dan
perlindungan payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada pasca
persalinan.(24), (27)
Menyusui adalah terbaik untuk bayi karena ASI mudah dicerna dan
memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi,
menyusui lebih nyaman dan lebih murah daripada susu formula dan ASI
selalu siap pada suhu yang stabil dengan temperatur tubuh.(28)
2. Manajemen Laktasi(24), (25), (29)
Manajemen laktasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya yang
dilakukan dalam 3 tahap yaitu pada masa kehamilan, pada saat proses
persalinan sampai keluar rumah sakit, dan pada saat menyusui
selanjutnya sampai anak usia 2 tahun.
Keunggulan ASI masih perlu ditunjang dengan cara pemberian ASI
yang benar, misalnya pemberian segera setelah lahir, pemanfaatan
kolustrum, dan pemberian makanan tambahan setelah usia enam bulan.
Diperlukan usaha-usaha yang benar supaya setiap ibu dapat menyusui
sendiri.
a. Teknik menyusui
Seorang ibu dan bayinya mungkin akan mengalami berbagai
masalah hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya
sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika
menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri, dan
masih banyak masalah lain. Terlebih pada minggu pertama setelah
persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu
membutuhkan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat
bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya
terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya
atau yang disegani, seperti suami, keluarga terdekat, atau kelompok-
kelompok pendukung ASI, dan dokter/tenaga kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam
bidang laktasi seharusnya mengetahui bahwa meskipun menyusui
merupakan proses yang alamiah, namun untuk mencapai keberhasilan
menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui
yang benar.
b. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis, bukan karena sebab lain misalnya karena kencing atau
karena ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi
tidak memiliki jadwal yang teratur dalam menyusu, namun akan
mempunyai pola teratur setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui tidak dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan
mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Menyusui pada
malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan
sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI dan
dapat juga mendukung keberhasilan menunda kehamilan.
Setiap kali menyusui sebaiknya digunakan kedua payudara dan
diusahakan sampai payudara terasa kosong untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara. Setiap menyusui dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama menyusui
sebaiknya ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara,
namun tidak terlalu ketat.
c. Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum
menyusui sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari
bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga dilakukan
pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah,
ASI yang merembes karena payudara penuh pada bayi yang
mempunyai masalah mengisap, misalnya pada bayi BBLR (Berat Bayi
Lahir Rendah), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI
saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Pengeluaran ASI dengan tangan
Cara ini lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana
dan lebih mudah.
a) Tangan dicuci sampai bersih.
b) Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air
mendidih.
c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan
dimasase dengan telapak tangan dari pangkal ke arah kalang
payudara, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara
merata.
d) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan
ke arah dada.
e) Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk,
jangan menekan puting karena dapat menyebabkan rasa
nyeri/lecet.
f) Ulangi tekan-peras-tekan-peras-lepas, pada awalnya ASI tidak
keluar namun setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua
sisi supaya yakin ASI telah diperas dari semua segmen
payudara.
2) Pengeluaran dengan pompa
Apabila payudara bengkak atau terbendung dan puting susu
terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan
pompa payudara. Pompa dapat digunakan jika ASI benar-benar
penuh, tetapi pada payudara yang lunak akan lebih sukar. Ada 2
macam pompa yang dapat digunakan, yaitu pompa listrik dan
pompa tangan, yang biasa digunakan adalah pompa tangan.
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara:
a) Tekan bola karet untuk mengelaurkan udara.
b) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan puting
susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
c) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan kalang payudara
tertarik ke dalam.
d) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan
terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.
e) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci
bersih dengan menggunakan air mendidih. Bola karet sukar
dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih baik
pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.
d. Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan
syarat, bila disimpan:
1) Di udara terbuka/bebas : 6-8 jam
2) Di lemari es : 24 jam
3) Di lemari pendingin/beku : 6 bulan
ASI yang telah didinginkan bila akan digunakan tidak boleh direbus,
karena kualitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI
tersebut cukup didiamkan beberapa saat di suhu kamar agar tidak
terlalu dingin atau dapat pula direndam di dalam wadah yang berisi air
panas. Masih belum ada penelitian yang membuktikan apakah dengan
direndam pada air panas tersebut merusak zat-zat yang terdapat pada
ASI atau tidak.
e. Pemberian ASI perasan
Perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan
adalah bagaimana cara pemberianya pada bayi. Jangan memberikan
ASI dengan botol/dot, karena akan menyebabkan bayi “bingung
puting”. Berikan pada bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok,
sehingga jika bayi saatnya ibu menyusui langsung bayi tidak menolak
menyusu.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis
dibandingkan dengan menggunakan cangkir, namun untuk
meminimalisir tersedak atau muntah, maka lebih baik ASI diberikan
menggunakan sendok. Cara pemberian ASI dengan menggunakan
cangkir:
a) Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.
b) Pegang punggung bayi dengan lengan.
c) Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
d) Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi mengisap
ASI dari dalam cangkir.
e) Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.
Tidak dianjurkan mengggunakan empongan, karena penggunaan
empongan secara rutin akan mengakibatkan masalah laktasi, seperti
bayi menjadi malas minum. Selama di rumah sakit atau tempat
bersalin, ibu sebisa mungkin sudah dapat melakukan semua teknik
menyusui dengan benar, untuk itu peran dokter atau petugas
kesehatan sangat penting, selain itu adanya motivator ASI juga sangat
membantu dan dapat menjadi motivasi ibu dalam menyusui yang
benar.
3. Motivator ASI
a. Pengertian motivator ASI
Motivator ASI merupakan salah satu program atau kegiatan yang
dapat mendukung keberhasilan ibu dalam memberikan Asi pada bayi
secara eksklusif. Motivator ASI adalah seseorang yang telah lulus
pelatihan oleh lembaga yang memiliki kompetensi sehingga memiliki
kemampuan untuk dapat mmemberikan penjelasan dan nasihat
tentang arti pentingnya ASI bagi ibu maupun bayinya. (16)Sama halnya
dengan konselor ASI, seorang motivator ASI juga harus memiliki
kemampuan dalam memberikan motivasi kepada ibu menyusui
khususnya di masyarakat, yaitu:(29)
1) Keterampilan melakukan komunikasi antar pribadi
2) Pengetahuan tentang ASI dan segala faktor yang terkait dengan
ASI
3) Memahami program pemberian ASI di kalangan masyarakat
Sikap yang harus dimilki oleh seorang motivator ASI:(25)
1) Menunjukkan perhatian
2) Bersikap ramah
3) Memberikan informasi yang jelas
4) Menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri pada ibu menyusui
5) Menghargai ibu menyusui, tidak mencemooh, memaksakan
kehendak sendiri
Syarat untuk menjadi motiavor ASI:(30)
1) Berasal dari wilayah yang sama dengan wilayah sasaran
aktivitasnya.
2) Berusia sebaya dengan kebanyakan ibu menyusui di wilayah
tersebut.
3) Sedang menyusui atau memiliki pengalaman menyusui, atau belum
pernah menyusui namun mendukung praktik menyusui.
4) Berniat dan bersedia menjadi motivator ASI atas kehendak sendiri.
5) Bersedia melaksanakan peran-peran sebagai motivator ASI secara
sukarela.
6) Mendapat dukungan penuh dari keluarga.
7) Telah menjalankan secara penuh pelatihan khusus menjadi
motivator ASI.
8) Bersedia meluangkan waktu untuk untuk melaksanakan perannya.
9) Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
untuk menjalankan perannya.
b. Peran dan materi pelatihan motivator ASI
Peran dari motivator ASI yang pertama adalah memandu
pertemuan kelompok pendukung untuk ibu menyusui (KP-Ibu), peran
motiavator ASI selanjutnya adalah mendampingi ibu melahirkan
melalui kunjungan rumah. Minggu-minggu pertama ibu baru
melahirkan membutuhkan dukungan, baik secara teknis, moral
maupun emosional, karena masa-masa ini merupakan masa yang sulit
bagi ibu. Motivator ASI disarankan melakukan kunjungan rumah dua
kali dalam dua minggu pertama setelah ibu kembali ke rumah.(30)
Materi yang diberikan pada pelatihan motivator ASI adalah:(31)
1) ASI eksklusif
2) Kebijakan pemberian ASI
3) Cara kerja menyusui
4) Bayi menolak menyusui
5) Bayi menangis
6) Kesulitan menyusui
7) ASI keluar sedikit
8) Kondisi payudara

C. Peraturan Tentang ASI Eksklusif


United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI)
selama paling sedikit enam bulan.(4) Makanan padat seharusnya diberikan
sesudah anak berusia enam bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai
anak berusia dua tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah
Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari
empat bulan menjadi enam. Dalam PP Nomor 33 tahun 2012 tertulis bahwa
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
enam bulan tanpa manambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain. Dan bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia enam
bulan.(8)
Kebijakan pemberian ASI juga terdapat pada UU Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan yang berbunyi:(32)
Pasal 128
1. Setiap bayi berhak mendapat air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis.
2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemda, dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan
waktu dan fasilitas khusus.
3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana (33)dimaksud pada ayat 2
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Pasal 129
1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan Air Susu Ibu secara eksklusif.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud ayat 1 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Selain UU Nomor 36 tahun 2009, kebijakan pemberian ASI juga terdapat
pada Perbup. Kendal No. 49 tahun 2013 tentang peningkatan pemberian ASI
eksklusif, SK Menkes No. 450/Menkes/SK/2014 tentang pemberian ASI
eksklusif bagi bayi, dan Peraturan Bersama 3 Menteri; Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan
Menteri Kesehatan No. 48/Men/PP/XII/2008, No. Per.27/Men/XII/2008/, No.
1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang peningkatan pemberian ASI selama kerja
di tempat kerja.(31)

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Motivator ASI


Teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku ditentukan atau
terbentuk dari tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factors)yang
mencangkup pengetahuan, sikap, motivasi, dan sebagainya; faktor
pemungkin (enabling factors)yang mencangkup pelatihan dari Dinas
Kesehatan, media/ informasi, akses/ keterjangkauan, imbalan sebagai
motivator; dan faktor penguat (reinforcement factors)yang mencangkup
dukungan keluarga, dukungan teman/ sesama motivator, dan dukungan
pemegang kebijakan.(33)
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(33)
Dalam pengertian lain, pengetahuan lebih menekankan
pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan
empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional.(34)
b. Sikap
Sikap adalah determinan perilaku karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivas. Sebuah sikap merupakan suatu
keadaan sikap mental, yang dipelajari dan diorganisasikan menurut
pengalaman dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas
reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-ojek, dan situasi-situasi
dengan siapa dia berhubungan.(35)
Sikap adalah suatu predisposisi terhadap seseorang, ide atau objek
yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku.
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor
lingkungan kerja sebagai berikut:(33)
1) Afeksi yang merupakan komponen emosional atau perasaan
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-
keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan
baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang
tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu
dengan cara tertentu.(36)

c. Praktik
Tingkatan-tingkatan praktik antara lain persepsi, respon terpimpin,
mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi, mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
merupakan praktik tingkat pertama sedangkan respon terpimpin, dapat
melakukan kegiatan sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh merupakan indikator praktik tingkat dua. Untuk mekanisme
artinya apabila seseorang telah melakukan kegiatan dengan benar dan
tanpa paksaan maka sudah mencapai praktik tingkat ketiga sedangkan
adaptasi adalah praktik yang sedang berkembang dengan baru,
artinya suatu itu sudah telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
d. Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Motivasi inilah yang mendorong seseorang berperilaku untuk
mencapai tujuan. Motivasi terjadi karena adanya kebutuhan seseorang
yang harus segera beraktivitas mencapai tujuan. Motivator ASI yang
mau memberikan motivasi ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi oleh
motivasi, tapi juga dipengaruhi faktor lain, seperti pengetahuan,
pendidikan, sosial budaya, kepercayaan, dan fasilitas.(36)
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
a. Pelatihan motivator ASI dari Dinas Kesehatan
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai
non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis
dalam tujuan terbatas.(37) Pelatihan merupakan upaya untuk
mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk
mengambangkan kemampuan dan intelektual dan kepribadian
manusia.(33)
Pelatihan motivator ASI merupakan sarana penting dalam
peningkatan pengetahuan dan keterampilan motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif. Motivator ASI yang terampil akan
sangat membantu dalam melaksanakan tugasnya saat memberikan
motivasi ASI eksklusif, sehingga informasi dan pesan-pesan tentang
ASI akan dapat disampaikan dengan mudah disampaikan kepada
masyarakat khususnya ibu menyusui.(38)
b. Media/ alat peraga
Media berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan
atau informasi kesehatan. Kemudahan dalam memperoleh informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Dengan adanya media ini, motivator ASI akan lebih mudah dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui, sehingga
diharapkan ibu menyusui lebih termotivasi dalam memberikan ASI
eksklusif karena tahu akan menfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi
dan dirinya.(18)
c. Akses/ keterjangkauan
Akses disini dimaksudkan pada akses geografis, yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasinya atau
menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan antara lokasi pelayanan
dan lokasi responden yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh
atau biaya tempuh. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin
mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan
keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan
preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis daripada
pemakaian pelayanan kuratif sebagaimana pemanfaatan pelayanan
pelayanan umum dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin
hebat suatu penyakit atau keluhan dan semakin canggih atau semakin
khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang pentingnya
atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume
pemanfaatan pelayanan.(39)
d. Imbalan/ penghargaan
Imbalan adalah segala sesuatu yang diterima oleh individu sebagai
balas jasa terhadap kerja/ pengabdian yang telah dilakukan. Imbalan
sangat penting bagi individu atau organisasi karena merupakan
pencerminan upaya organisasi untuk mempertahankan sumber daya
manusia. Jenis imbalan adalah imbalan langsung berupa upah dan
imbalan pelengkap non financial berupa perlindungan ekonomis
terhadap bahaya, pemberian fasilitas seperti program rekreasi,
pemberian pakaian sergam, bonus.(33)Apresiasi dan penghargaan
merupakan faktor yang memfasilitasi tumbuhnya peran serta.(40)
Seseorang akan termotivasi karena suatu imbalan sehingga orang
tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya seorang motivator ASI
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui karena
motivator akan mendapatkan imbalan, seperti mengikuti pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan motivator ASI. Imbalan yang positif ini
akan semakin memotivasi motivator untuk menjalankan tugasnya
sebagai motivator.(18)
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
a. Dukungan keluarga
Dukungan adalah bentuk keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi
kita.(41) Dukungan keluarga, seperti suami, orang tua, dan anak sangat
penting dalam mempengaruhi perilaku motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui. Dukungan
dari keluarga cenderung lebih diperhatikan oleh seorang motivator ASI.
(42)

b. Dukungan teman
Dukungan adalah bentuk keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi
kita.(41) Dukungan tidak hanya dari keluarga, teman/ sesama motivator
juga berperan penting dalam memberikan dukungan atau motivasi
kepada motivator ASI, karena dengan adanya dukungan dari teman
membuat motivator ASI lebih semangat dalam menjalankan tugasnya
karena mendapat banyak dukungan tidak hanya dari keluarga,
melainkan dari sesama teman.
c. Dukungan pemegang kebijakan
Dukungan adalah bentuk keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi
kita. Dukungan pemegang kebijakan disini adalah dukungan dari pihak
yang memberikan pelatihan motivator ASI. Dukungan yang diberikan
dari pemegang kebijakan membangkitkan rasa percaya diri motivator
ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui.(42)

E. Teori Perilaku Lawrence Green dan Marshall W Kreuter


Menurut Green dan Kreuter (1991), kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku atau lingkungan (non behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling
factors), dan faktor penguat (reinforcement factors).(43)
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang mencangkup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan persepsi berkenaan dengan
motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Faktor predisposisi
dapat dikatakan sebagai prefensi pribadi yang dibawa seseorang atau
kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Selain yang ada di dalam
diri seseorang yang termasuk faktor predisposisi adalah faktor demografi
seseorang seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, dan status ekonomi.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan seseorang atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin terdiri dari
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
Misalnya puskesmas, rumah sakit dan sebagainya. Faktor pemungkin
mencakup sumber daya untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber
daya meliputi ketersediaan sarana, ketercapaian berbagai sumber daya di
masyarakat, kondisi kehidupan, dukungan sosial dan keterampilan yang
memudahkan untuk terjadinya suatu perilaku.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
berperilaku untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Orang
disekitar seseorang misalnya lingkungan keluarga sangat mempengaruhi
pembentukan perilaku. Selain keluarga, orang yang sering berhubungan
dengan seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku. Faktor ini terdiri
dari pendapat, dukungan pasangan, dan keluarga, kritik dari teman kerja ,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan.
Teori Lawrence Green dihubungkan dengan perilaku motivator ASI
dalam pemberian motivasi ASI eksklusif diketahui bahwa perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor. Faktor predisposisi
menyangkut pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap, motivasi serta
unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu/ masyarakat seperti
faktor demografi (umur, pendidikan, pekerjaan). Faktor pemungkin yaitu
media/ informasi, akses/ keterjangkauan, pelatihan, dan imbalan
berkaitan dengan motivator ASI. Faktor penguat yaitu dukungan keluarga,
dukungan teman, dan dukungan pemegang kebijakan yang
mempengaruhi keputusan motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI
eksklusif.
F. Kerangka Teori

Faktor Pemudah:
Pengetahuan motivator ASI
Sikap motivator ASI
Praktik motivator ASI
Motivasi motivator ASI
Kepercayaan motivator ASI Karakteristik
Keyakinan motivator ASI Motivator ASI

Faktor Pemungkin:
Pelatihan motivator ASI dari Peran Motivator ASI
Dinas Kesehatan dalam Pemberian
Media/ informasi Motivasi ASI
Akses/ keterjangkauan Eksklusif
Imbalan/ reward sebagai
motivator ASI

Faktor Penguat:
Dukungan keluarga
Dukungan teman/ sesama
motivator ASI
Dukungan pemegang
kebijakan
Gambar 2.1 Kerangka Aplikasi Teori Lawrence Green dalam penelitian
gambaran peran motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Kendal II, Kabupaten Kendal(43)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Faktor Pemudah:
Pengetahuan motivator ASI tentang ASI
eksklusif, manajemen laktasi, kebijakan/
peraturan pemberian ASI, dan masalah yang
dialami ibu saat menyusui
Sikap motivator ASI tentang ASI eksklusif dan
pemberian motivasi ASI eksklusif Karakteristik
Praktik motivator ASI dalam pemberian Motivator ASI:
motivasi ASI eksklusif Umur motivator
Motivasi motivator ASI dalam pemberian ASI, pendidikan
motivasi ASI eksklusif motivator ASI,
pekerjaan
motivator ASI

Faktor Pemungkin:
Pelatihan motivator ASI dari Dinas Kesehatan Peran Motivator
Media/ informasi dalam pemberian motivasi ASI dalam
ASI eksklusif Pemberian
Akses/ keterjangkauan dalam pemberian Motivasi ASI
motivasi ASI ekslusif Eksklusif
Imbalan/ reward sebagai motivator ASI

Faktor Penguat:
Dukungan keluarga terhadap motivator ASI
Dukungan teman/ sesama motivator ASI
Dukungan pemegang kebijakan terhadap
motivator ASI

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi
ini dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif
diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,
masyarakat, dan suatu organisasi dalam suatu setting konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.(44)

C. Subjek Penelitian
Sasaran atau informan dalam penelitian studi kualitatif gambaran peran
motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kendal II tahun 2017, yaitu:
1. Informan utama: motivator ASI di wilayah kerja Puskesmas Kendal II yang
telah mengikuti pelatihan motivator ASI dengan bukti kepemilikan
sertifikat berjumlah 5 orang.
2. Informan triangulasi: ibu yang memiliki bayi umur 6-12 bulan yang sudah
selesai ASI eksklusif dan sudah diberi motivasi ASI eksklusif oleh
motivator ASI, baik yang berhasil ASI eksklusif maupun tidak berhasil ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kendal II dan pihak yang terlibat
dalam pelatihan motivator ASI, yaitu dari pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal.

D. Definisi Istilah
Tabel 3.1 Definisi Istilah

No Istilah Pengertian
1 Motivator ASI Seseorang yang telah lulus pelatihan
oleh lembaga yang memiliki kompetensi
yang dibuktikan dengan kepemilikikan
piagam sehingga memiliki kemampuan
untuk dapat memberikan penjelasan dan
nasihat tentang arti pentingnya ASI bagi
ibu maupun bayinya.(16)
2 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh
informan tentang ASI eksklusif,
manajemen laktasi, kebijakan/ peraturan
pemberian ASI, dan masalah yang
dialami ibu saat menyusui.(33)
3 Sikap Sikap adalah perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang
lebih bersifat permanen mengenal
aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Pernyataan informan/
reaksi dan tanggapan tentang ASI
eksklusif dan pemberian motivasi ASI
eksklusif.(35)
4 Praktik Pelaksanaan secara nyata yang
dilakukan motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif.
5 Motivasi Pernyataan dalam diri informan/
dorongan untuk memberikan atau tidak
memberikan motivasi ASI eksklusif.(36)
6 Media/ informasi Sesuatu yang digunakan motivator ASI
sebagai alat bantu untuk menyampaikan
informasi dalam memberikan motivasi
ASI eksklusif.(18)
7 Pelatihan motivator ASI Suatu proses yang diikuti dalam rangka
meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mengenai tugasnya
sebagai motivator ASI.(38)
8 Akses/ keterjangkauan Akses/keterjangkauan adalah mudah
atau sulitnya motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif.
Keterjangkauan dipengaruhi oleh lokasi,
jarak, dan kondisi tempat.(39)
9 Imbalan Segala sesuatu yang didapatkan dalam
bentuk materi maupun non materi
selama berperan serta sebagai motivator
ASI.(18)
10 Dukungan keluarga Suatu proses hubungan antara motivator
ASI dengan keluarganya yang di
dalamnya terdapat penyampaian
informasi baik secara verbal maupun
non verbal serta terdapat tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap
anggotanya.(41)
11 Dukungan teman/ Suatu proses hubungan antara motivator
sesama motivator ASI ASI dengan temannya yang di dalamnya
terdapat penyampaian informasi baik
secara verbal maupun non verbal serta
terdapat tindakan dan penerimaan
teman sesama motivator.(41)
12 Dukungan pemegang Suatu ucapan atau tulisan dari pihak
kebijakan yang berwenang dalam memberikan
pelatihan motivator ASI.(42)
13 Peran motivator ASI Tingkah laku sesuai dengan
kedudukannya sebagai motivator ASI
dalam memberikan motivasi kepada ibu
menyusui untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi.(30)

E. Sumber Data Penelitian


Sumber data yang didapatkan dalam penelitian ini didapatkan dari dua
sumber, yaitu:
1. Data primer
Sumber data primer didapatkan dari wawancara dengan motivator ASI di
wilayah kerja Puskesmas Kendal II yang telah mengikuti pelatihan
motivator ASI. Sumber triangulasinya yaitu ibu yang memiliki bayi umur 6-
12 bulan dan sudah diberikan motivasi ASI eksklusif oleh motivator ASI,
baik yang berhasil ASI eksklusif maupun tidak berhasil ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Kendal II dan pihak yang terlibat dalam
pelatihan motivator ASI, yaitu dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal.
2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber dari data yang kita butuhkan. Sumber data sekunder diharapkan
dapat berperan membantu menungkapkan data yang diharapkan.(45) Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kendal, Puskesmas Kendal II, buku, jurnal, dan
data-data yang diakses melalui media internet.
F. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan wawancara penelitian ini, dibutuhkan alat-alat yang
mendukung dalam melakukan wawancara agar didapatkan jawaban yang
maksimal dari narasumber, diantaranya adalah:
1. Pedoman wawancara
Penulis diharuskan membaca pedoman wawancara agar tidak
meenyimpang dari tujuan penelitian dan proses wawancara menjadi lebih
terarah dan proses penyusunan hasil wawancara dapat sesuai dengan
teori yang berkaitan.
2. Alat tulis
Alat tulis yang harus dipersiapkan saat melakukan wawancara terdiri dari
pulpen/pensil dan tip-ex/penghapus.
3. Alat perekam
Penting digunakan agar jawaban yang tidak tertulis dapat didengarkan
ulang lewat rekaman, sehingga jawaban akan sesuai dengan apa yang
dijawab oleh narasumber.
4. Kamera

Digunakan untuk mengambil gambar atau mendokumentasikan proses


wawancara.

G. Pengumpulan Data Penelitian


Untuk memperoleh gambaran peran motivator ASI dalam pemberian
motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kendal II, maka dalam
pengumpulan data studi kualitatif ini dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan, yaitu untuk mengamati gejala-gejala yang tampak pada
objek penelitian yang meliputi kondisi SDM dan kondisi sarana prasarana
yang ada.
2. Wawancara kepada narasumber. Para narasumber diminta untuk
menjawab pertanyaan yang telah diajukan sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya.
3. Dokumentasi.
H. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah penelitian selesai dilakukan dan data primer telah didapatkan,
langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data, berikut langkah-
langkahnya:
1. Transkip
Hasil dari wawancara mendalam diuraikan dalam bentuk tulisan yang rinci
dan lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar, baik secara
langsung maupun dari hasil rekaman. Transkip juga dituliskan dengan
menggunakan bahasa sesuai dari hasil wawancara.
2. Reduksi Data
Tahap ini berfungsi meringkas, menajamkan analisis, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat diverifikasi.
Dikarenakan semakin lama penulis melakukan penelitian di lapangan
akan semakin banyak data, sehingga perlu untuk direduksi agar
mempermudah dalam menganalisis. Tahapan ini dilakukan terus-menerus
selama melakukan penelitian hingga laporan akhir tersusun secara
lengkap.
3. Penyajian Data
Tahapan ini merupakan penyajian data yang didapatkan dari sekumpulan
informasi, yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Hasil data yang telah
direduksi kemudian diorganisasikan sehingga dapat diuraikan secara
naratif dan dapat mempermudah penulis memahami apa yang terjadi.
Pada tahap ini, penulis diharapkan mampu memaknai hasil penelitian dan
dapat membuat kesimpulan yang kemudian dapat dijadikan suatu
informasi terbaru.
4. Verifikasi
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dapat disebut juga langkah terakhir
setelah dilakukan penarikan kesimpulan. Kegiatan verifikasi yaitu
memastikan kembali data yang telah diolah, mulai dari kegiatan reduksi
hingga penyajian data. Setelah dilakukan verfikasi, kemudian ditarik
kesimpulan yang sesungguhnya, maka penarikan kesimpulan ini
merupakan tahapan terakhir dari pengolahan data.
I. Validasi Data
Uji validitas dapat dilakukan dengan Triangulasi. Triangulasi dapat
mempertinggi peluang untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat
dipercaya. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan wawancara
dengan motivator ASI di wilayah kerja Puskesmas Kendal II dan pihak yang
terlibat dalam pelatihan motivator ASI, yaitu dari pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal.
Realibilitas dalam penelitian ini adalah dengan auditing data. Auditing
data adalah proses pemerikasaan terhadap alur analisis data untuk
mengetahui dan membandingkan rekaman wawancara, catatan wawancara,
dan kesimpulan yang dihasilkan.

J. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahapan dalam studi kualitatif ini mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
a. Menyusun rancangan penelitian.
b. Memilih tempat penelitian.
c. Melakukan pengurusan tentang perijinan ke tempat penelitian dan
menjajagi sekaligus menilai keadaan tempat penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Observasi lapangan.
b. Menyiapkan instrumen untuk menjadi bahan menyusun bab hasil
penelitian dan membaca tentang persoalan etika dalam lapangan
ketika melakukan penelitian dari sumber-sumber yang ada, seperti
buku dan internet.
c. Melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
mendalam kepada narasumber.
3. Tahap Analisis Data
a. Mereduksi data yaitu memilih data-data yang dianggap penting untuk
disampaikan dengan cara mengkategorikan.
b. Penyajian data dalam bentuk naratif atau menceritakan hasil
wawancara mendalam.
c. Menganalisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari lapangan yang kemudian dilakukan
verifikasi.
d. Menarasikan hasil dari penyusunan data yang telah dilakukan
sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.

K. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini disusun guna sebagai acuan waktu peneliti agar
penelitian dapat dilakukan sesuai target waktu yang telah ditetapkan.
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Jadwal Bulan
Kegiatan Jan Fab Mar Okt Nop Des
Studi
Pendahuluan
Pembuatan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Pengolahan
dan Analisis
data
Seminar
Hasil
Sidang
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian


Puskesmas Kendal II sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerja. Visi Puskesmas Kendal II adalah terwujudnya puskesmas yang terbaik
di Kabupaten Kendal. Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi kuratif, preventif, promotif, dan
rehabilitatif.
Puskesmas Kendal II terletak di Jalan Gajah Mada No. 10 Karangsari,
Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas
ini berada di tengah-tengah 9 kelurahan yang memungkinkan kemudahan
masyarakat untuk datang mendapat pelayanan kesehatan, yaitu Kelurahan
Pegulon, Pekauman, Patukangan, Ngilir, Balok, Bandengan, Karangsari,
Banyutowo, dan Ketapang, dengan luas wilayah 69,78 km2 dan kepadatan
penduduk 571 jiwa/km2. Batas wilayah kerja Puskesmas Kendal II yaitu
sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Puskesmas Brangsong, sebelah
selatan Puskesmas Kendal I, Puseksmas Kendal I.
Puskesmas Kendal II memiliki 3 Puskesmas Pembantu (PUSTU) yaitu
Pustu Pekauman dan Pustu Bandengan. Jumlah tenaga kesehatan yang
ada di Puskesmas Kendal II berjumlah 40 orang, terdiri dari dokter umum,
dokter gigi, asisten apoteker, bidan, perawat, sanitarian, nutrisionis, dan
tenaga non kesehatan.
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di dalam puskesmas meliputi
pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, imunisasi ibu dan anak. Kegiatan di
luar puskesmas meliputi penyuluhan, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
posyandu lansia, kelas ibu hamil, dan penyuluhan yang diberikan oleh kader
kepada masyarakat, seperti halnya kader yang sudah diberi pelatihan
sebagai motivator ASI. Di wilayah kerja Puskesmas Kendal II sudah
beberapa kader dikirim untuk mengikuti pelatihan sebagai motivator ASI di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, dengan tujuan meningkatkan capaian
ASI eksklusif di Kabupaten Kendal. Tugas dari motivator ASI sendiri di
wilayah kerja Puskesmas Kendal II yaitu memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pelatihan ini
sudah berjalan sejak tahun 2015 dan baru berlangsung 2 kali pelatihan.

B. Karakteristik Informan
1. Informan Utama
Informan utama penelitian ini adalah kader di wilayah kerja
Pusekesmas Kendal II yang telah mengikuti pelatihan motivator ASI di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Karakteristik Informan Utama
Angkatan
Kode Umur Pendidikan
No Pekerjaan Pelatiahan
Informan (Tahun) Terakhir
ke-
1 IU 1 50 SMA IRT Ke-1
2 IU 2 52 SMA IRT Ke-1
3 IU 3 50 SMA IRT Ke-1
4 IU 4 49 SMA IRT Ke-2
5 IU 5 51 SMA IRT Ke-2

2. Informan Triangulasi
Informan Triangulasi penelitian ini terdiri 11 informan dimana 10
informan merupakan ibu yang mempunyai anak 6-12 bulan dan sudah
pernah diberi motivasi ASI eksklusif oleh motivatior ASI, baik yang
berhasil ASI eksklusif maupun yang tidak berhasil ASI eksklusif,
sedangkan 1 informan lainnya merupakan pihak yang terlibat dalam
pelatihan motivator ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, yaitu
Kepala Sie Gizi dan Kesga.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Karakterististik Informan Triangulasi
Praktik
Kode Umur Pendidikan Umur
No Pemberian Pekerjaan
Informan (Tahun) Terakhir Anak
ASI
Informan
ASI Ibu
Triangulasi 12
1 29 S1 eksklusif 6 Rumah
Masyarakat bulan
bulan Tangga
(ITM 1)
ASI
Ibu
12 eksklusif
2 ITM 2 32 SMP Rumah
bulan hanya 1
Tangga
bulan
ASI Ibu
10
3 ITM 3 30 SMK eksklusif 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
ASI Ibu
11
4 ITM 4 26 SMA Ekskluisf 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
ASI Ibu
8
5 ITM 5 21 SMK eksklusif 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
Ibu
11 ASI Ekskluif
6 ITM 6 24 SMP Rumah
bulan 6 bulan
Tangga
ASI Ibu
9
7 ITM 7 32 SMA eksklusif 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
ASI Ibu
8
8 ITM 8 28 SMA eksklusif 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
ASI Ibu
12
9 ITM 9 34 SMA eksklusif 6 Rumah
bulan
bulan Tangga
ASI
10 eksklusif Karyawan
10 ITM 10 23 SMK
bulan hanya 2 Swalayan
bulan
Kasie Gizi
Informan
dan Kesga
Triangulasi
11 51 S1 - - Dinkes
Pemerintah
Kabupate
(ITP 1)
n Kendal

C. Hasil Wawancara Mendalam


1. Informan Utama
a. Faktor Pemudah
1) Pengetahuan
a) Pengetahuan informan tentang ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai ASI eksklusif didapatkan bahwa seluruh
informan utama dapat menjelaskan dengan benar pengertian
ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa makanan tambahan.
Kotak 1a
Pertanyaan: Apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif?
“ASI yang diberikan untuk bayi 0-6 bulan tanpa diselingi
makanan apapun” (IU 1)
“Pemberian ASI dari bayi lahir 0-6 bulan tanpa makanan
tambahan” (IU 2)
“ASI eksklusif itu memberikan ASI kepada anaknya baru dari
lahir sampai 6 bulan tanpa dikasih makanan apapun,
pokoknya hanya ASI saja” (IU 3)
“Pemberian ASI 0 hari sampai 6 bulan tanpa makanan
tambahan, kecuali obat dan vitamin” (IU 4)
“Proses pemberian ASI sampai 6 bulan tanpa makanan lain”
(IU 5)

b) Pengetahuan informan tentang manfaat pemberian ASI


eksklusif bayi bayi dan ibu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai manfaat ASI eksklusif bagi bayi didapatkan
bahwa seluruh informan utama dapat menjelaskan dengan
benar manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi. 4 informan
utama menjelaskan manfaat ASI eksklusif bagi bayi untuk
kekebalan tubuh bayi dan 1 informan utama untuk daya tahan
tubuh. Sedangkan hasil wawancara mendalam dengan
informan utama mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif
bagi ibu didapatkan jawaban yang cukup beragam setiap
informan, mulai dari hemat dan praktis serta untuk kesehatan
ibu.
Kotak 1b
Pertanyaan: Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi?
“Untuk kekebalan pada bayi, bayi tetap sehat” (IU 1)
“Manfaat ASI itu ya untuk kekebalan tubuh, kandungan
gizinya juga lengkap, makanan pokok bayi” (IU 2)
“Buat kekebalan tubuh anak mbak, gizinya sudah lengkap
ciptaan dari Allah” (IU 3)
“Manfaat untuk bayinya ya sehat mbak untuk kekebalan tubuh
dibanding susu formula” (IU 4)
“Untuk daya tahan tubuh anak bagus, anak jadi kuat gak
gampang kena penyakit” (IU 5)

Pertanyaan: Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu?


“Bisa untuk mencegah kehamilan mbak, biar tetap langsing,
hemat juga mbak ndak usah beli, siap saji ndak perlu repot-
repot nyuci botol” (IU 1)
“Manfaat ASI itu buat ibunya yang pertama ibu sama anaknya
lebih dekat, irit mbak ndak usah beli tinggal buka langsung
dikasih” (IU 2)
“Buat kesahatan ibu mbk kan kalau ndak dikasih nanti sakit
payudaranya, bisa buat KB juga mbak ben ndak kebobolan,
banyaklah mbak manfaate” (IU 3)
“Manfaatnya praktis dan ekonomis, tinggal buka terus
dikasihke ndak perlu rebus air, cuci botol, pokok’e praktis
mbak” (IU 4)
“Biasanya habis melahirankan badannya melar kalau nyusui
itu bikin badannya kembali kayak semula mbak, untuk KB
juga bisa mbak” (IU 5)

c) Pengetahuan informan tentang manajemen laktasi


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai manajemen laktasi, seluruh informan
menjawab rentang waktu dalam memberikan ASI kepada bayi
dan ada juga yang menambahkan cara menyusui serta posisi
menyusui yang benar.
Kotak 1c
Pertanyaan: Apa yang anda ketahui tentang manajemen
laktasi?
“Manajemen laktasi setau saya pemberian ASI setiap 2 jam
sekali mbak dengan posisi menyusui yang baik dan cara
menyusui yang benar supaya ASInya lancar keluar banyak”
(IU 1)
“Mungkin jadwal pemberian ASI opo mbak, tapi yang
namanya ASI ndak perlu dijadwal mbak, kapan bayi mau
minum ya langsung dikasihke ndak perlu dijam-jami” (IU 2)
“Menurut saya itu manajemen laktasi cara menyusui sama
waktu buat nyusui ngasih ASI ke bayi, semakin sering
semakin bagus biar ASInya lancar mbak” (IU 3)
“Manajemen laktasi, iku kalau ndak salah waktu-waktu
pemberian ASI mbak selama 1 jam atau 2 jam sekali” (IU 4)
“Pemberian ASI sesering mungkin buat bayi dengan cara dan
posisi yang benar biar bayinya kenyang” (IU 5)

d) Pengetahuan informan tentang peraturan pemerintah yang


mengatur tentang pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai peraturan pemerintah tentang pemberian
ASI eksklusif didapatkan bahwa seluruh informan mengetahui
terdapat peraturan pemerintah yang mengatur tentang
pemberian ASI eksklusif tetapi tidak mengetahui jenis dan
nomor peraturan tersebut.
Kotak 1d
Pertanyaan: Menurut anda, apakah ada peraturan pemerintah
yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif? Jika ada,
apa peraturan tersebut?
“Ada mbak, ada peraturan dari menteri kesehatan, gubernur,
bupati juga ada mbak tapi untuk undang-undangnya nomor-
nomornya lupa mbak, banyak peraturannya” (IU 1)
“Peraturane yo ada, banyak wong udah pernah dikasih tau
waktu pelatihan iku, peraturane nomor berapa yo lupa mbak
tapi yo ada” (IU 2)
“Ada peraturan tentang ASI eksklusif, ndak hafal aku mbak”
(IU 3)
“Setahu saya yo ada mbak, nomor-nomore yo lali mbak
mbak” (IU 4)
“Untuk peraturan tentang ASI ada mbak, yang di tempat kerja,
terus opo peraturan bupati yo ada, nomore rak ngerti ik mbak”
(IU 5)

e) Pengetahuan informan tentang masalah-masalah yang biasa


dialami ibu menyusui
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai masalah yang biasa dialami ibu menyusui
didapatkan bahwa seluruh informan dapat menjelaskan
mengenai masalah yang biasa dialami ibu menyusui dan cara
mengatasinya.
Kotak 1e
Pertanyaan: Masalah apa saja yang biasa ibu menyusui alami
dan bagaimana cara mengatasinya?
“Biasanya ASIne keluar sedikit, payudaranya ada yang
bengkak juga biasanya, puting masuk, puting lecet yo.
Ngatasinya yo disusui terus ke anaknya itu nanti ASInya jadi
lancar sama putinge itu to mbak di pompa ben keluar, terus
nek bengkak biasanya yo dipompa tetep dikasihke nanti
bengkak’e ilang jadi ndak sakit lagi, kalau lecet putinge itu
diolesi ASInya jadi jangan dikasih obat-obat kimia” (IU 1)
“Puting sakit lecet caranya diplototin ASI itu mbak nanti kering
sendiri, kalau pertama biasanya ASInya sedikit harusnya baru
lahir IMD mbak terus dinenenin terus nanti bisa ngerangsang
ASI jadi keluarnya banyak, jangan malah berhenti dikasih
sufor” (IU 2)
“Kadang itu bayinya nangis terus biasanya cara nyusuinya
salah posisinya ndak bener harus dibenerke, ASInya susah
keluar nek kayak gitu yo dikasihke terus buat ngerangsang
ASI keluar, makan yang banyak dan bergizi jadi ASInya
banyak” (IU 3)
“Masalah ya mbak, biasanya paling sering itu ASIne sedikit
mbak, susah keluar cara ben keluar yo jangan males nyusui
pokok’e disusui terus, cara menyusuinya yo harus bener juga”
(IU 4)
“Ini mbak, opo namane putinge itu masuk mbak jadi kan
susah bayinya, tapi itu kalau dipompa terus bayinya suruh
nyusu terus nanti lama-lama kan keluar mbak” (IU 5)

2) Sikap
a) Sikap informan tentang pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai pandangan pemberian ASI eksklusif
didapatkan bahwa seluruh informan sepakat bahwa
pemberian ASI eksklusif adalah hal yang penting.
Kotak 2a
Pertanyaan: Bagaimana pendapat anda tentang pemberian
ASI eksklusif? Setuju atau tidak setuju, dan mengapa?
“Sangat setuju mbak, soalnya ASI kan penting, mudah
didapat dan bersih mbak” (IU 1)
“Yo setuju mbak, manfaate banyak, gizinya lengkap” (IU 2)
“Sangat setuju mbak, buat kesehatan bayi” (IU 3)
“Setuju sekali, saya sebagai kader itu seneng mbak kalau
masyarakatnya ngasih ASI” (IU 4)
“Sangat setuju mbak, bagus buat kekebalan tubuh” (IU 5)

b) Alasan informan dalam memberikan motivasi ASI eksklusif


kepada ibu menyusui
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai alasan informan dalam memberikan motivasi
ASI eksklusif didapatkan 4 informan menjawab karena sudah
mengikuti pelatihan dan 1 informan menjawab karena capaian
ASI masih rendah.
Kotak 2b
Pertanyaan: Apa alasan anda memberikan motivasi ASI
eksklusif kepada ibu menyusui
“Gini mbak, di Kendal II ASInya masih rendah padahal ASI itu
sangat penting, biar ibu itu ngasih ASI buat anaknya” (IU 1)
“Kalau saya pribadi selama saya masih dibutuhkan di
masyarakat masih bisa membantu ya akan saya bantu, saya
kan sudah ikut pelatihan jadi apa yang saya dapatkan selama
itu bermanfaat akan saya sampaikan ke masyarakat” (IU 2)
“Sebagai kader saya punya tugas memberikan ilmu apa saja
yang sudah saya dapatkan selama ilmu itu berguna apalagi
tentang ASI yang sangat berguna” (IU 3)
“Pertama saya sebagai kader mbak dan saya sudah dilatih
jadi ilmunya yang saya dapatkan akan saya sampaikan di
posyandu, di forum-forum mbak, saya juga kadang ke rumah-
rumah, itung-itung buat ibadah mbak kan namanya ibadah
tidak harus uang” (IU 4)
“ASI itu banyak manfaatnya tapi kan tidak semua orang tahu
jadi saya istilahnya ngasih informasi ke masyarakat biar
mereka tahu dan mau ngasih ASI eksklusif” (IU 5)

c) Sikap informan tentang bentuk dukungan yang penting bagi


motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam mengenai
pandangan informan utama mengenai bentuk dukungan yang
penting bagi motivator ASI, didapatkan jawaban yang cukup
beragam setiap informan utama, 3 informan utama menjawab
pelatihan dan 2 informan menjawab alat peraga untuk
menunjang motivator ASI dalam menjalankan tugas.
Kotak 2c
Pertanyaan: Menurut pandangan anda, apa bentuk dukungan
yang penting bagi motivator ASI dalam memberikan motivasi
ASI eksklusif?
“Pelatihan terus, regenerasi ganti-ganti kan saya semakin tua.
Ikhlas buat bekal dunia akhirat, harus semangat” (IU 1)
“Sebagai kader sebagai motivator yo membutuhkan
mobilisasi, pelatihan di masyarakat, diuwongke jangan
dicuekin, buat nambah semangat mbak kan kader iku rak
dapat apa-apa jadi jangan dicuekin” (IU 2)
“Pelatihan rutin mbak, penyuluhan juga mbak dari Dinas
supaya warga lebih percaya kalau kita ngasih tahu” (IU 3)
“Alat peraga, dukungan warga sangat berperan dalam kita
ngasih motivasi ASI” (IU 4)
“Alat penunjang mbak, yang pelatihan ke dua kan ndak
dikasih” (IU 5)

3) Praktik
a) Praktik sebagai motivator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai praktik sebagai motivator ASI didapatkan
bahwa seluruh informan utama memberikan motivasi ASI
kepada ibu menyusui.
Kotak 3a
Pertanyaan: Kegiatan apa yang anda lakukan sebagai
motivator ASI?
“Ngasih motivasi mbak ke ibu-ibu yang baru melahirkan
supaya bayinya dikasih ASI eksklusif” (IU 1)
“Ibu kan sebagai kader di posyandu sebagai motivator ASI,
ibu selalu ngasih tahu ke ibu hamil dan ibu menyusui tentang
ASI supaya mereka pada ngasih ASI eksklusif” (IU 2)
“Menyampaikan motivasi ASI di posyandu, di PKK, di kader-
kader dan datang ke rumah-rumah” (IU 3)
“Menganjurkan ibu hamil dan ibu menyusui mendukung ASI
eksklusif, bayinya dikasih ASI eksklusif” (IU 4)
“Berkunjung ke rumah-rumah mbak, ada catatannya juga tapi
saya sering lupa bawa bukunya jadi jarang tak catet, ngasih
motivasi ASI di posyandu juga” (IU 5)

b) Motivasi yang diberikan kepada ibu menyusui dan frekuensi


memberikan motivasi ASI kepada setiap ibu menyusui
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai motivasi yang diberikan kepada ibu
menyusui dan frekuensi memberikan motivasi ASI didapatkan
bahwa seluruh informan memberikan motivasi dengan
menyampaikan materi-materi yang sudah diberikan tentang
ASI. Frekuensi informan utama memberikan motivasi
didapatkan bahwa 2 informan utama menjawab sesering
mungkin, 2 informan utama lainnya menjawab selama ada
kesempatan dan 1 informan utama menjawab selama ada
waktu.
Kotak 3b
Pertanyaan: Motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
ibu menyusui? Berapa kali anda memberikan motivasi kepada
setiap ibu menyusui?
“Tak kasih tahu pentinge ASI mbak, cara menyusui yang
benar. Sesering mungkin” (IU 1)
“Semua materi-materi yang udah diberi saat pelatihan
motivator ASI tak sampaikan mbak, menasehati, lebih ke
sharing biar santai. Selama ada kesempatan selalu tak
sampaikan” (IU 2)
“Memberikan penjelasan, tak kasih tahu apa itu ASI, manfaat
dari ASI, menghimbau biar ibu-ibu memberikan ASI eksklusif
kepada bayi, hemat, bikin sehat. Selama ada waktu mbak”
(IU 3)
“Mendatangi ke rumah-rumah, di posyandu, di PKK ngasih
tahu semua yang sudah dikasih saat pelatihan. Disetiap ada
kesempatan” (IU 4)
“Memberikan pengetahuan tentang ASI. Sebisa mungkin
sesering mungkin mbak selama masih bisa” (IU 5)

c) Kendala yang dihadapi selama menjadi motivator ASI dalam


menjalankan tugas dan cara mengatasinya
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai kendala yang dihadapi dan cara
mengatasinya didapatkan bahwa 2 informan utama menjawab
masyarakat khususnya ibu menyusui dikasih tahu “ngeyel”, 1
informan utama menjawab kadang ada orang yang kurang
percaya terhadap motivator ASI, 1 informan utama menjawab
orang tua ibu menyusui “ngeyel”, selain itu ibu menyusui
hanya “iya-iya” saja namun praktiknya tidak memberikan ASI
eksklusif dan tidak ada alat peraga, serta 1 informan utama
lainnya menjawab tidak ada alat peraga dan ada yang tidak
mau diberi motivasi.
Kotak 3c
Pertanyaan: Kendala apa saja yang anda hadapi selama
menjadi motivator ASI dalam menjalankan tugas dan
bagaimana cara mengatasinya?
“Kendalanya biasanya ibuknya ngeyel, bilang ASInya sedikit,
kadang ada yang masih percaya kepercayaan orang-orang
dulu, tapi ya kita selalu berusaha meyakinkan, selalu
memotivasi” (IU 1)
“Kendalanya ngeyelan kalau dikandani susah tapi ya tak kasih
tahu terus pantang menyerah” (IU 2)
“Kadang orang kurang percaya mbak sama kader mungkin
dianggepnya sok tahu sok keminter, beda kalau sama orang
dinas mungkin lebih percaya, tapi kita harus sabar mbak dan
selalu meyakinkan sebisa kita” (IU 3)
“Ngeyel mbak orang tua ibuknya katanya ndak kenyang kalau
cuman ASI, yang tak kasih tahu juga kadang cuman iya-iya
aja tapi praktiknya ndak ngasih, tidak ada alat peraga juga
mbak” (IU 4)
“Ndak ada alat peraga jadi rada susah, kadang ada juga yang
mau tak kasih motivasi beberapa kali datang ke rumahnya
tapi ndak mau, kalau memang ndak mau ya saya ngasih
motivasi ke yang lain mbak yang mau dikasih tahu” (IU 5)

4) Motivasi
a) Motivasi dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai motivasi dalam pemberian motivasi ASI
eksklusif didapatkan bahwa seluruh informan menjawab ASI
penting dan sebagai ibadah dalam memberikan motivasi ASI
eksklusif.
Kotak 4a
Pertanyaan: Apa yang mendorong anda untuk memberikan
motivasi ASI eksklusif?
“Pertama saya ingin berbuat baik untuk wilayah saya biar
maju, dengan ASI anak menjadi sehat” (IU 1)
“ASI penting, saya juga kadang ikut pelatihan juga jadi
menyampaikan apa yang sudah dikasih, untuk ibadah juga”
(IU 2)
“ASI itu sangat bagus mbak, sangat banyak manfaatnya,
sebagai ladang ibadah saya juga” (IU 3)
“Saya ikhlas mbak untuk ibadah, saya juga tahu ASI itu baik
banyak manfaatnya ciptaan Allah bukan manusia” (IU 4)
“ASI itu sangat penting mbak walaupun saya tidak punya
anak tapi saya coba ngasih tahu ke orang lain pentingnya
ASI, untuk bekal akhirat juga” (IU 5)

b) Orang-orang yang memotivasi motivator ASI


Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai orang-orang yang memotivasi motivator ASI
didapatkan bahwa seluruh informan utama mendapat
motivasi/ dukungan mulai dari suami, anak-anak, keluarga,
teman-teman, dan diri sendiri.
Kotak 4b
Pertanyaan: Siapa yang memotivasi anda untuk memberikan
motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui?
“Suami dan anak-anak, selama bisa menjalankan tidak apa-
apa, jadi kader udah lama” (IU 1)
“Semua mbak, dari keluarga maupun teman-teman semua”
(IU 2)
“Dari diri saya sendiri mbak, suami juga mengizinkan” (IU 3)
“Suami dan keluarga” (IU 4)
“Alhamdulillah semua mendukung tidak ada masalah yang
penting tahu kewajiban” (IU 5)

b. Faktor Pemungkin
1) Pelatihan dari Dinas Kesehatan
a) Pelatihan motivator ASI dari Dinas Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai pelatihan motivator ASI dari Dinas
Kesehatan didapatkan bahwa seluruh informan utama
menjawab pernah mengikuti satu kali pelatihan motivator ASI
dari Dinas Kesehatan.
Kotak 1a
Pertanyaan: Apaka anda pernah mengikuti pelatihan mtiavator
ASI dari Dinas Kesehatan? Jika pernah, berapa kali mengikuti
pelatihan motivator ASI?
“Pernah sekali mbak” (IU 1)
“Sekali mbak untuk pelatihan motivator ASI” (IU 2)
“Dulu ikut pelatihan sekali, pelatihannya 3 hari” (IU 3)
“Pernah mbak. Sekali” (IU 4)
“Pelatihan di Dinas Kesehatan pernah, baru satu kali” (IU 5)

b) Materi yang diberikan pada saat pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informna
utama mengenai materi yang diberikan pada saat pelatihan
motivator ASI didapatkan bahwa seluruh informan utama
menjawab mendapat materi tentang ASI, mulai dari manfaat
ASI, masalah pada saat menyusui, cara memerah ASI dan
penyimpanannya, peraturan menyusui, dan cara serta posisi
menyusui yang benar.
Kotak 1b
Pertanyaan: Materi apa saja yang diberikan pada saat
pelatihan motivator ASI?
“Materinya banyak mbak, tentang ASI, manfaat dan
pentingnya ASI, ASI kalau ibuknya kerja masalah menyusui,
peraturan juga ada mbak sama cara dan posisi yang benar
menyusui” (IU 1)
“Semua tentang ASI materinya, cara menyusui, apa itu ASI
dan ASI eksklusif, peraturan, banyak materinya” (IU 2)
“Masalah-masalah menyusui, ASI eksklusif itu apa, peraturan
ASI, manfaat ASI, merah ASI, nyimpannya dan waktunya
gimana, posisi menyusui sambil tidur sambil duduk” (IU 3)
“Materinya banyak sekali, manfaat, masalah saat menyusui,
semua materi ASI yang akan kita sampaikan di masyarakat”
(IU 4)
“Dikasih tau apa itu ASI eksklusif, bagaimana menyusui yang
benar, bagaimana memerah dan menyimpan ASI, pentingnya
ASI, gimana kalau ada masalah saat menyusui, banyak
sekali” (IU 5)

c) Pelatihan yang diberikan apakah sudah cukup untuk bekal


sebagai motivator ASI
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai pelatihan yang diberikan apakah sudah
cukup untuk bekal sebagai motivator ASI didapatkan bahwa
seluruh informan utama menjawab sudah cukup.
Kotak 1c
Pertanyaan: Apakah pelatihan yang diberikan sudah cukup
untuk bekal menjadi seorang motivator ASI?
“Dibilang cukup ya cukup mbak, pelatihannya diregenerasi
biar sama-sama diserap yang lain, jadi gantian, saya kan
sudah tua” (IU 1)
“Sudah cukup” (IU 2)
“Saya sendiri merasa cukup tapi alangkah baiknya
dilaksanakan rutin dan dari dinas ikut melakukan penyuluhan
ke lapangan” (IU 3)
“Kalau saya cukup mbak gantian sama yang lain wong saya
sudah tua” (IU 4)
“Sudah mbak tinggal kita belajar lagi sendiri kalau ada yang
masih kurang” (IU 5)
2) Media/ alat peraga dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
a) Penggunaan media/ alat peraga dalam pemberian motivasi
ASI eksklusif
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai media/ alat peraga yang digunakan dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif didapatkan bahwa 3
informan utama menjawab menggunakan media/ alat peraga
yaitu boneka dan alat peraga yang diberikan pada saat
pelatihan, sedangkan 2 informan utama lainnya menjawab
tidak menggunakan media/ alat peraga.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apakah anda menggunakan media/ alat peraga
saat memberikan motivasi ASI eksklusif? Jika iya, media apa
saja yang digunakan?
“Pakai boneka mbak, yang dikasih waktu pelatihan” (IU 1)
“Boneka, gelas, bentuk payudara”(IU 2)
“Alat peraganya ya yang dikasih dinas saat pelatihan” (IU 3)
“Ndak mbak kan ndak dikasih” (IU 4)
“Saya tidak pakai mbak” (IU 5)

b) Alasan menggunakan/ tidak menggunakan media/ alat peraga


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai alasan motivator ASI menggunakan/ tidak
menggunakan media/ alat peraga pada saat memberikan
motivasi ASI eksklusif didapatkan bahwa 3 informan
menggunakan alat peraga untuk mempermudah dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif, sedangkan 2 informan
lainnya tidak menggunakan karena tidak mempunyai alat
peraga.
Kotak 2b
Pertanyaan: Apa alasan anda menggunakan/ tidak
menggunakan media/ alat peraga saat memberikan motivasi
ASI eksklusif?
“Supaya lebih mudah mbak ngasih contohnya” (IU 1)
“Biar jelas, gampang dipahami” (IU 2)
“Lebih mudah kalau pakai alat peraga” (IU 3)
“Ndak dikasih mbak” (IU 4)
“Ndak ada mbak, ndak dikasih” (IU 5

3) Akses/ keterjangkauan
a) Informasi ibu menyusui
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama
didapatkan bahwa seluruh informan mengetahui ada tidaknya
ibu menyusui yang akan diberi motivasi ASI eksklusif dari
posyandu, selain itu dari lingkungan sekitar, baik dari warga
maupun kelurahan, sebagian informan memberikan motivasi
ASI eksklusif tidak hanya pada saat si ibu sudah melahirkan
namun saat ibu masih hamil juga diberikan motivasi ASI
eksklusif.
Kotak 3a
Pertanyaan: Bagaimana anda dapat mengetahui ada tidaknya
ibu menyusui yang akan diberikan motivasi ASI eksklusif?
“Posyandu, dari kelas ibu hamil, dari lingkungan sekitar” (IU 1)
“Kita tahunya dari warga kadang kan ada yang bilang si A
baru melahirkan, dari kelurahan, posyandu” (IU 2)
“Dari warga sekitar, dari posyandu” (IU 3)
“Posyandu mbak kan pada ikut posyandu, saya juga ngasih
tahu ke orang hamil, tidak harus sudah lahiran baru dikasih
motivasi” (IU 4)
“Saya sering ke kelurahan mbak tanya aktif kesana, dari
posyandu, dari teman-teman kader lain, saya aktif nyari tahu
mulai dari ibu hamil sebisa mungkin dikasih motivasi mbak”
(IU 5)

b) Akses/ keterjangkauan ibu menyusui yang akan diberi


motivasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai akses/ keterjangkauan ibu menyusui yang
akan diberi motivasi ASI eksklusif didapatkan bahwa seluruh
informan menjawab mudah mengakses lokasi ibu menyusui
yang akan diberi motivasi ASI eksklusif.
Kotak 3b
Pertanyaan: Apakah lokasi ibu menyusui mudah dijangkau
anda pada saat akan memberikan motivasi ASI eksklusif?
“Mudah si mbak tinggal jalan” (IU 1)
“Mudah, bisa jalan kalau yang deket apa naik motor ya bisa”
(IU 2)
“Mudah kan jalan sudah bagus” (IU 3)
“Alhamdulillah mudah mbak” (IU 4)
“Kalau menurut saya mudah si mbak kalau yang deket bisa
jalan kaki, kalau rada jauh naik motor, jalanan sudah halus
jadi lebih enak” (IU 5)

4) Imbalan sebagai motivator


a) Reward menjadi motivator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai reward yang diberikan selama menjadi
motivator ASI didapatkan bahwa seluruh informan tidak
mendapatkan reward apapun selama menjadi kader maupun
menjadi motivator ASI.
Kotak 4a
Pertanyaan: Apakah anda mendapatkan reward selama
menjadi motivator ASI? Jika iya, apa bentuk reward tersebut
dan dari mana asal reward yang diberikan?
“Belum pernah mbak, cuma dikasih alat peraga” (IU 1)
“Ndak ada reward, saya ikhlas” (IU 2)
“Ndak ada mbak, dikasihnya piagam sama boneka” (IU 3)
“Belum pernah mbak, dikasih piagam mbak” (IU 4)
“Ndak mbak” (IU 5)
c. Faktor Penguat
1) Dukungan keluarga
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa seluruh
informan mendapat dukungan dari keluarga baik dari suami
maupun anak sebagai motivator ASI.
Kotak 1a
Pertanyaan: Apakah anda mendapatkan dukungan dari keluarga
(suami, orang tua, anak, dll) sebagai motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui? Jika iya,
apa bentuk dukungannya?
“Alhamdulillah mbak suami dan anak-anak saya mendukung.
Dukungannya ya mengizinkan tidak pernah sama sekali melarang
asal kita bisa membagi waktu antara keluarga dan kader sebagai
motivator ASI” (IU 1)
“Suami sama anak-anak selalu support, kalau ndak support pasti
sudah ndak jadi kader, ndak pernah protes mereka” (IU 2)
“Anak-anak saya alhamdulillah manut tidak pernah ngelarang,
dulu suami juga tidak pernah melarang” (IU 3)
“Iya, mereka selalu mendukung sampai saat ini kegiatan saya di
masyarakat selama yang dilakukan bermanfaat” (IU 4)
“Suami saya selalu mendukung alhamdulillah, saya tidak akan
pergi kalau suami saya tidak mengizinkan” (IU 5)

2) Dukungan teman/ sesama motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai dukungan teman/ sesama motivator ASI
didapatkan bahwa seluruh informan utama mendapatkan
dukungan dari teman sesama kader sebagai motivator ASI.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apakah anda mendapatkan dukungan dari teman/
sesama motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui? Jika iya, apa bentuk dukungan yang
diberikan?
“Mendukung mbak, kami sesama kader selalu berusaha
bersama-sama memberikan pelayanan yang kami bisa kepada
masyarakat” (IU 1)
“Tentu, kita saling menguatkan sesama kader sesama motivator
kalau tidak mendukung mensupport pasti tidak akan jalan” (IU 2)
“Satu sama lain saling mendukung, alhamdulillah selalu pro satu
tujuan” (IU 3)
“Mendukung semua mbak, itu yang membuat senang tidak beban
menjadi kader sebagai motivator ASI selain dukungan dari suami
dan anak-anak” (IU 4)
“Alhamdulillah selain suami, teman sesama kader semua
mendukung apa yang kami kerjakan” (IU 5)

3) Dukungan pemegang kebijakan


a) Dukungan Dinas Kesehatan terhadap motivator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai dukungan Dinas Kesehatan terhadap
motivator ASI didapatkan bahwa seluruh informan tidak
mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan selain mengikuti
pelatihan motivator ASI.
Kotak 3a
Pertanyaan: Bagaimana bentuk dukungan Dinas Kesehatan
terhadap motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui?
“Hanya pelatihan saja waktu itu mbak, untuk dukungan lain belum
ada” (IU 1)
“Dukungannya melalui pelatihan motivator ASI selama 3 hari dan
diberi seminarkit itu” (IU 2)
“Belum ada si mbak, selesai pelatihan ya sudah” (IU 3)
“Tidak ada mbak selain mengikuti pelatihan dari dinas” (IU 4)
“Dukungan yang diberikan ya melalui pelatihan di dinas” (IU 5)

b) Alasan Dinas Kesehatan memberikan pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai alasan Dinas Kesehatan memberikan
pelatihan motivator ASI didapatkan bahwa seluruh informan
menjawab capaian ASI eksklusif masih rendah.
Kotak 3b
Pertanyaan: Apa yang mendorong Dinas Kesehatan
memberikan pelatihan motivator ASI?
“Karena capaian ASI eksklusif masih rendah disini, kesadaran
masyarakat masih kurang”
“Untuk meningkatkan cakupan ASI”
“ASI eksklusif masih rendah”
“Meningkatkan capaian ASI, disini kan masih rendah
dibanding wilayah lain”
“Capaian ASI biar tinggi mbak karena memang masih rendah”

c) Himbauan Dinas Kesehatan


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama mengenai himbauan Dinas Kesehatan kepada
motivator ASI didapatkan bahwa seluruh informan mendapat
himbauan supaya tetap semangat memberikan motivasi ASI
eksklusif kepada masyarakat.
Kotak 3c
Pertanyaan: Bagaimana himbauan dari Dinas Kesehatan
kepada motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui?
“Supaya terus memberikan motivasi ke masyarakat”
“Selalu semangat menjadi motivator ASI untuk memberikan
motivasi”
“Selalu berusaha sebisa mungkin memberikan motivasi
supaya masyarakat sadar tentang ASI mbak, menyemangati”
“Himbauannya ya supaya terus memberikan motivasi”
“Semangat memberikan motivasi”

2. Informan Triangulasi
2a. Ibu yang mempunyai anak 6-12 bulan dan sudah pernah diberi
motivasi ASI eksklusif oleh motivatior ASI, baik yang berhasil ASI
eksklusif maupun yang tidak berhasil ASI eksklusif.
a. Faktor Pemudah
1) Pengetahuan
a) Pengetahuan informan tentang ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai ASI ekslusif didapatkan bahwa seluruh
informan dapat menjelaskan pengertian ASI eksklusif.
Kotak 1a
Pertanyaan: Apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif?
“Pemberian ASI selama 6 bulan pertama setelah melahirkan
tanpa dikasih makanan lainnya” (ITM 1)
“ASI nganti 6 bulan rak mbak” (ITM 2)
“Menyusui sampai 6 bulan tanpa dikasih susu formula jadi
cuman ASI” (ITM 3))
“Pemberian susu alamiah dari ibu buat anaknya sampai 6
bulan” (ITM 4)
“Menyusui bayi baru lahir sampai umur 6 bulan, khusus ASI
ndak dikasih apa-apa” (ITM 5)
“ASI yang diberikan 0-6 bulan tanpa dikasih makanan apapun”
(ITM 6)
“Setau saya ASI yang diberikan dari lahir 0-6 bulan dilanjut
sampai 2 tahun” (ITM 7)
“Memberikan ASI kepada anak sampai 6 bulan tanpa
makanan lain” (ITM 8)
“Pemberian hanya ASI saja 0-6 bulan” (ITM 9)
“ASI yang diberikan 0-6 bulan” (ITM 10)

b) Pengetahuan informan tentang manfaat pemberian ASI


eksklusif bayi bayi dan ibu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif bagi
bayi dan ibu didapatkan bahwa seluruh informan dapat
menjelaskan manfaat pemberian ASI bagi bayi yaitu untuk
kekebalan tubuh bayi, untuk ibu sendiri bermanfaat untuk
kesehatan ibu dan lebih praktis serta ekonomis.
Kotak 1b
Pertanyaan: Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi
dan bagi ibu?
“Makanan terbaik bayi biar sehat, buat ibu ndak perlu malam-
malam bangun juga, kalau pergi-pergi ndak perlu bawa
perlengkapan susu” (ITM 1)
“Kekebalan tubuh anak. Ngirit mbak” (ITM 2)
“Buat badan sehat kan langsung dari ibu, lebih irit ndak perlu
beli susu” (ITM 3)
“Anak lebih kebal terhadap penyakit, untuk ibu lebih dekat
sama anak, ibu bisa ngasih perhatian ke anak” (ITM 4)
“Adeknya ndak gampang sakit, stimulusnya bagus, lebih
sehat. Lebih lega, kalau ndak disusui keras malah sakit, hemat
juga” (ITM 5)
“Untuk kekebalan tubuh bayi. Untuk ibu mengurangi
perdarahan habis lahiran” (ITM 6)
“Kekebalan tubuh anak bagus. Hemat uang mbak” (ITM 7)
“Bagus buat kesehatan dan daya tahan tubuh. Bisa buat KB
alami, berat badan ndak naik” (ITM 8)
“Bayi lebih sehat dibanding diberi susu formula. Praktis, hemat
uang hemat waktu juga” (ITM 9)
“Kekebalan tubuh anak. Irit” (ITM 10)

c) Pengetahuan informan tentang manajemen laktasi


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai manajemen laktasi didapatkan 4
informan menjawab manajemen laktasi merupakan jadwal
pemberian ASI, 6 informan lainnya menjawab tidak tahu.
Kotak 1c
Pertanyaan: Apa yang anda ketahui tentang manajemen
laktasi?
“Mungkin jadwal pemberian ASI ya mbak” (ITM 1)
“Kurang ngerti” (ITM 2)
“Ngasih ASI 2 jam sekali” (ITM 3)
“Kurang tahu” (ITM 4)
“Menyusui anak sesering mungkin” (ITM 5)
“Ndak tahu mbak” (ITM 6)
“Ndak ngerti mbak” (ITM 7)
“Apa ya mbak” (ITM 8)
“Waktu-waktu menyusui 1 atau 2 jam sekali” (ITM 9)
“Ndak tahu” (ITM 10)

d) Pengetahuan informan tentang peraturan pemerintah yang


mengatur tentang pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai peraturan pemerintah yang mengatur
pemberian ASI eksklusif didapatkan bahwa 5 informan
mengetahui adanya peraturan pemerintah yang mengatur
pemberian ASI eksklusif tetapi para informan tidak mengetahui
secara jelas jenis dan nomor peraturan tersebut. 5 informan
lainnya menjawab tidak mengetahui adanya peraturan
pemerintah yang mengatur pemberian ASI eksklusif.
Kotak 1d
Pertanyaan: Menurut anda, apakah ada peraturan pemerintah
yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif? Jika ada,
apa peraturan tersebut?
“Ada mungkin mbak tapi kurang tahu nomor berapa” (ITM 1)
“Ndak ada mbak” (ITM 2)
“Ada, tapi ndak tau apa peraturannya” (ITM 3)
“Ndak tahu mbak” (ITM 4)
“Ada cuman undang-undangnya ndak tahu” (ITM 5)
“Kurang tahu saya, mungkin ada” (ITM 6)
“Ada tapi ndak tahu nomornya” (ITM 7)
“Pernah denger tapi lupa bunyinya” (ITM 8)
“Mungkin ada mbak tapi saya kurang tau peraturannya nomor
berapa ya” (ITM 9)
“Ndak tau” (ITM 10)

e) Pengetahuan informan tentang masalah-masalah yang biasa


dialami ibu menyusui
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai masalah yang biasa ibu menyusui alami
didapatkan bahwa seluruh informan dapat menjelaskan
masalah-masalah yang biasa ibu menyusui alami, seperti ASI
yang keluar sedikit, payudara bengkak, payudara lecet, serta
cara mengatasi masalah tersebut.
Kotak 1e
Pertanyaan: Masalah apa saja yang biasa ibu menyusui alami
dan bagaimana cara mengatasinya?
“Dulu saya waktu awal ASInya keluarnya sedikit mbak tapi
disuruh dikasihkan terus dirangsang biar banyak ASInya,
biasanya puting suka lecet, kalau lecet diolesi ASI jangan
dikasih obat kimia” (ITM 1)
“Lecet putinge, diolesi ASI nanti yo sembuh dewe” (ITM 2)
“Kalau payudaranya bengkak dikompres pakai air anget,
ASInya keluar sedikit dikasihke terus biar lancar, kalau anake
nangis biasanya posisi menyusui ndak enak jadi ASInya
sedikit yang masuk” (ITM 3)
“ASInya sedikit keluarnya tapi harus tetap dikasih ke bayi biar
lancar, misal bengkak payudaranya dikompres biasanya
sehari tapi tetap disusuin” (ITM 4)
“Payudaranya bengkak dikompres, putingnya lecet dioles
katanya mbak pakai ASI sedikit biar kering” (ITM 5)
“Biasanya ASI keluar sedikit katanya cara nyusuinya salah
harusnya semua bagian masuk mulut bayi jadi ndak cuman
putinge biar lancar ASInya” (ITM 6)
“Puting lecet biar cepet sembuh dikasih ASI sedikit” (ITM 7)
“Payudaranya bengkak rasanya sakit banget tapi tetep harus
dikasihke anak sama dikompres air anget biar cepet sembuh
si mbak” (ITM 8)
“ASI keluar sedikit harus tetap diberikan untuk memperlancar,
bayinya nangis waktu minum susu dibenerin cara
menyusuinya mungkin kurang nyaman” (ITM 9)
“Payudara bengkak dikompres” (ITM 10)

2) Sikap
a) Sikap informan tentang pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai pandangan pemberian ASI eksklusif
didapatkan bahwa seluruh informan sepakat bahwa pemberian
ASI eksklusif adalah hal yang sangat penting.
Kotak 2a
Pertanyaan: Bagaimana pendapat anda tentang pemberian
ASI eksklusif?
“Penting banget mbak karena banyak manfaatnya” (ITM 1)
“Bagus ketimbang susu formula” (ITM 2)
“Sangat penting mbak, bagus untuk anak” (ITM 3)
“Menurut saya penting untuk kedekatan anak dan ibu” (ITM 4)
“Buat saya sendiri bagus ya mbak karena biar anak sehat
ndak gampang sakit” (ITM 5)
“Sangat bagus untuk kesehatan anak” (ITM 6)
“Sangat penting, manfaatnya banyak” (ITM 7)
“Penting sekali apalagi ASI yang keluar pertama katanya
sangat bagus” (ITM 8)
“Penting kan sangat dianjurkan untuk bayi” (ITM 9)
“Penting tapi tak tinggal kerja jadi ya disambung susu formula”
(ITM 10)

b) Alasan informan memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif


kepada bayi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai alasan informan memberikan/ tidak
memberikan ASI eksklusif didapatkan bahwa seluruh informan
memiliki alasan yang beragam, 8 informan menjawab
memberikan ASI eksklusif karena baik untuk kesehatan anak
serta lebih praktis dan ekonomis, 1 informan menjawab tidak
memberikan ASI eksklusif karena bayinya menangis terus
beranggapan tidak kenyang kalau hanya diberi ASI sehingga
memberikan MPASI saat bayi usia 1 bulan, sedangkan 1
informan lainnya menjawab tidak memberikan ASI eksklusif
dikarenakan bekerja dan tidak memiliki alat pendingin jika
harus memerah ASI.
Kotak 2b
Pertanyaan: Apa alasan anda memberikan/ tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayi?
“Pertama untuk kekebalan anak biar ndak gampang sakit,
hemat dan praktis” (ITM 1)
“Anake nangis terus jadi tak maemi biar marem, kalau ASI aja
kurang marem nangis terus” (ITM 2)
“Kan alami dari ibu pasti lebih bagus buat anak biar sehat
terus” (ITM 3)
“Ndak boros mbak, buat kebaikan anak juga” (ITM 4)
“Banyak manfaatnya buat bayi” (ITM 5)
“ASI lebih bagus daripada susu formula, apalagi ASI yang
pertama namanya kolostrum itu sangat bagus” (ITM 6)
“Hemat uang, manfaatnya banyak untuk bayi, praktis” (ITM 7)
“Lebih sehat, lebih praktis, lebih bersih, lebih hemat” (ITM 8)
“ASI kan sangat bagus mbak buat anak, dianjurkan buat anak,
lebih hemat juga mbak, praktis, manfaatnya banyak” (ITM 9)
“Saya kerja jadi tak kasih susu formula, mau diperah ndak ada
kulkasnya” (ITM 10)

c) Sikap informan tentang adanya motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai pendapat adanya motivator ASI
didapatkan bahwa seluruh informan menjawab penting adanya
motivator ASI, 8 informan memberikan alasan untuk
memotivasi dan menambah pengetahuan tentang ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif yang diberikan. Frekuensi
pemberian motivasi ASI eksklusif didapatkan bahwa seluruh
informan pernah diberi motivasi ASI eksklusif, hanya saja
beberapa informan lupa berapa kali diberi motivasi ASI
eksklusif.
Kotak 2c
Pertanyaan: Menurut anda, pentingkah adanya motivator ASI
di lingkungan anda? Motivasi seperti apa yang diberikan oleh
motivator ASI dan berapa kali motivator memberikan motivasi
ASI eksklusif?
“Penting mbak jadi nambah pengetahuan, apalagi saya baru
punya anak satu. Ngasih tahu biar bayi dikasih ASI, ASI
sangat penting dan manfaatnya banyak, semua tentang ASI
dikasih tahu, masalah menyusui, cara menyusui yang benar
gimana. Sekali apa dua kali mbak ke rumah, di posyandu juga
sering dikasih tahu” (ITM 1)
“Piye ya mbak, ya penting sakjane. Anake suruh dikasih ASI
katane jangan susu formula, nek payudara sakit piye cara
ngatasi, lali mbak opo meneh. Lali mbak” (ITM 2)
“Penting, yang tadinya ndak tahu jadi tahu. Dikasih tahu
banyak tentang ASI, jadi anak suruh dikasih ASI eksklusif.
Lupa mbak,di posyandu sering diingatkan juga jadi inget terus”
(ITM 3)
“Kalau menurut saya penting buat memotivasi kita. Diingetin
terus suruh ngasih ASI eksklusif kan sering dikasih tahu ASI
itu penting, banyak manfaate” (ITM 4)
“Penting jadi lebih tahu tentang ASI. Nasehatin ngasih
wejangan biar ngasih ASI eksklusif, dikasih informasi masalah
ASI. Sering mbak di rumah terus kalau ketemu, di posyandu”
(ITM 5)
“Penting apalagi buat ibu-ibu yang kerja kan butuh informasi
caranya biar bisa ngasih ASI terus walaupun kerja tapi banyak
yang diganti susu formula. Ngajarin posisi sama cara
menyusui yang bener, jangan dikasih apa-apa selain ASI
sampai 6 bulan, banyak si mbak. Beberapa kali mbak
seringnya kalau di posyandu apa acara pertemuan” (ITM 6)
“Penting, kalau ndak ada yang ngasih tahu kan jadi ndak tahu.
Sering mbak dikasih tahu ASI itu penting, manfaatnya yo
banyak, kalau payudaranya sakit cara ngobatinnya dikasih tau
jadi enak mbak nambah ilmu” (ITM 7)
“Penting sekali mbak, kita lebih tahu tentang pentingnya ASI
jadi tambah semangat. Ngasih motivasi, ngasih penjelasan
tentang ASI, banyak si mbak yang tadinya kita kurang tahu
jadi tambah tahu. Udah beberapa kali si mbak” (ITM 8)
“Penting mbak, kadang kan orang jaman sekarang pada ndak
ngasih ASI katanya jaga penampilan tapi kalau dikasih tahu
dikasih tahu kan buat ngingetin biar pada ngasih ASI.
Memberikan motivasi beberapa kali, pernah di rumah sama di
posyadu juga pernah ngajarin kalau kita nyusuinya salah,
posisi yang bener, ngasih tahu manfaat ASI” (ITM 9)
“Penting tapi saya kerja susah ngasih ASI. Nyuruh biar anak
dikasih ASI, lupa berapa kali soalnya jarang di rumah juga,
sekali apa 2 kali” (ITM 10)

3) Praktik
a) Praktik pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai praktik pemberian ASI eksklusif
didapatkan bahwa 8 dari 10 informan melakukan praktik
pemberian ASI eksklusif samapi bayi berusia 6 bulan,
sedangkan 2 informan tidak memberikan ASI eksklusif.
Kotak 3a
Pertanyaan: Apakah bayi diberikan makan selain ASI selama
enam bulan?
“Ndak mbak” (ITM 1)
“Tak kasih maem umur sebulan, kurang marem nek cuman
ASI” (ITM 2)
“Cuman ASI” (ITM 3)
“Ndak” (ITM 4)
“Ndak cuman ASI aja” (ITM 5)
“Ndak mbak” (ITM 6)
“Cuman tak kasih ASI aja ndak tak kasih apa-apa” (ITM 7)
“Ndak mbak” (ITM 8)
“Ndak dikasih apa-apa kecuali ASI” (ITM 9)
“Tak sambung susu formula soale ditinggal kerja” (ITM 10)

b) Waktu diberikan MPASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
teriangulasi mengenai waktu pemberian MPASI didapatkan
bahwa 8 dari 10 informan memberikan MPASI kepada bayi
ketika bayi berusia 6 bulan, 1 informan menjawab memberikan
MPASI ketika bayi berusia 1 bulan dan 1 informan lain
menjawab memberikan MPASI ketika bayi berusia 3 bulan.
Kotak 3b
Pertanyaan: Kapan bayi mulai diberikan MP ASI?
“Usia 6 bulan mbak” (ITM 1)
“Umur 1 bulan” (ITM 2)
“Waktu usia 6 bulan” (ITM 3)
“6 bulan mbak” (ITM 4)
“Pas 6 bulan” (ITM 5)
“Umur 6 bulan” (ITM 6)
“Usia 6 bulan persis” (ITM 7)
“Mulai umur 6 bulan” (ITM 8)
“6 bulan” (ITM 9)
“Umur 3 bulan sama tak kasih susu formula” (ITM 10)

4) Motivasi
a) Motivasi dalam memberikan ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai motivasi dalam memberikan/ tidak
memberikan ASI eksklusif didapatkan 8 dari 10 informan
menjawab bahwa ASI memiliki banyak manfaat, selain itu
beberapa informan menambahkan pemberian ASI eksklusif
juga lebih praktis serta ekonomis. 1 informan menjawab tidak
memberikan ASI eksklusif karena bayinya menangis terus
beranggapan tidak kenyang kalau hanya diberi ASI sehingga
memberikan MPASI saat bayi usia 1 bulan, sedangkan 1
informan lainnya menjawab tidak memberikan ASI eksklusif
dikarenakan bekerja dan tidak memiliki alat pendingin jika
harus memerah ASI.
Kotak 4a
Pertanyaan: Apa yang mendorong anda untuk memberikan/
tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi?
“Karena sudah tahu manfaatnya buat bayi buat saya juga
banyak manfaatnya, lebih praktis, hemat” (ITM 1)
“Anaknya nangis terus jadi tak maemi, kurang marem nek
cuman ASI” (ITM 2)
“Manfaat ASI banyak mbak, hemat juga” (ITM 3)
“Sudah tahu ASI penting sama banyak manfaatnya jadi
keinginan diri sendiri tambah yakin” (ITM 4)
“Banyak manfaate” (ITM 5)
“Bagus buat anak sama banyak manfaat juga buat ibu” (ITM 6)
“Banyak manfaat buat anak buat kesehatan” (ITM 7)
“Untuk kesehatan anak biar ndak gampang sakit, irit juga
mbak” (ITM 8)
“Sejak dikasih motivasi saya jadi lebih semangat ngasih ASI
ke anak saya soalnya kan tambah ilmu tahu manfaat ASI buat
anak buat saya juga kan dianjurkan pemerintah juga” (ITM 9)
“Saya kerja jadi tak kasih susu formula, diperah ndak ada
kulkas” (ITM 10)

b) Orang-orang yang memotivasi dalam memberikan ASI


eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai siapa saja orang-orang yang memotivasi
dalam memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif
didapatkan bahwa 8 dari 10 informan menjawab motivasi
tersebut didapat dari diri suami maupun keluarga, selain itu
ada yang menambahkan mendapat motvasi dari diri sendir
dan lingkungan sekitar seperti tetangga. 2 informan lain
menjawab bahwa keluarga tidak mempermasalahkan ketika
bayi tidak diberi ASI eksklusif.
Kotak 4b
Pertanyaan: Siapa yang memotivasi anda untuk memberikan/
tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi? (selain motivator
ASI)
“Keluarga mbak, terutama suami” (ITM 1)
“Suami sama mertua ndak masalah anak dikasih makan umur
sebulan” (ITM 2)
“Suami, keluarga, tetangga-tetangga juga” (ITM 3)
“Diri saya sendiri, keluarga semua juga” (ITM 4)
“Suami dan keluarga” (ITM 5)
“Suami dan dari saya sendiri” (ITM 6)
“Semua keluarga termasuk suami saya” (ITM 7)
“Suami dan ibu saya selalu mendukung” (ITM 8)
“Teman-teman, tetangga-tetangga, keluarga semua
mendukung” (ITM 9)
“Semuanya ndak masalahin si dikasih susu formula,
penginnya ASI tapi gimana lagi ndak ada kulkas” (ITM 10)

b. Faktor Pemungkin
1) Keberadaan motivator ASI
a) Pengaruh adanya motivator ASI terhadap pemberian ASI
eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai pengaruh keberadaan motivator ASI
dalam memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif
didapatkan bahwa 8 dari 10 informan menjawab berpengaruh
dalam praktik pemberian ASI eksklusif. 2 informan lain
menjawab berpengaruh hanya saja ada kendala dalam
memberikan ASI sehingga tidak bisa memberikan ASI secara
eksklusif.
Kotak 1a
Pertanyaan: Menurut anda, apakah keberadaan motivator ASI
mempengaruhi anda dalam memberikan/ tidak memberikan
ASI eksklusif kepada bayi?
“Pengaruh mbak, nambah ilmu” (ITM 1)
“Pengaruh sakjane tapi anak kan nangis terus kurang marem
jadi dimaemi” (ITM 2)
“Pengaruh sekali mbak, jadi tambah tahu tentang ASI” (ITM 3)
“Pengaruh mbak, saya jadi tambah semangat ngasih ASI biar
anak sehat” (ITM 4)
“Pengaruh mbak dikasih wejangan-wejangan jadi tambah tahu
jadi tambah yakin ngasih ASI” (ITM 5)
“Mempengaruhi juga mbak kan ngasih motivasi nambah ilmu
jadi kita tambah semangat” (ITM 6)
“Pengaruh mbak, kita sudah dikasih tahu tentang ASI jadi
tambah ilmu tambah seneng ngasih ASI buat anak” (ITM 7)
“Pengaruh sekali mbak, pengetahuan tambah” (ITM 8)
“Sangat berpengaruh mbak, yang tadinya ndak tahu jadi tahu
jadi tambah semangat biar anak dikasih ASI eksklusif” (ITM 9)
“Ngaruh ndak ngaruh si mbak, soalnya posisi saya kerja mau
diperah ndak ada kulkas” (ITM 10)

b) Manfaat adanya motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai manfaat keberadaan motivator ASI
didapatkan bahwa seluruh informan menjawab untuk
memberikan motivasi ASI eksklusif dan 8 informan lainnya
menambahkan alasan untuk memberikan pengetahuan
tentang ASI.
Kotak 1b
Pertanyaan: Menurut anda, apakah manfaat dari keberadaan
motivator ASI di lingkungan anda?
“Manfaatnya pengetahuan tentang ASI tambah jadi tambah
yakin ngasih ASI eksklusif” (ITM 1)
“Manfaate ngasih tahu suruh ngasih ASI mbak” (ITM 2)
“Jadi tahu pentingnya ASI sama manfaatnya” (ITM 3)
“Manfaatnya yo tambah ilmu masalah ASI” (ITM 4)
“Tambah banyak ilmu tentang ASI mbak” (ITM 5)
“Manfaate jadi tambah tahu ASI itu apa, manfaate buat apa,
banyak manfaate” (ITM 6)
“Adanya motivator ASI ya nambah ilmu biar kita semangat
ngasih ASI” (ITM 7)
“Jadi lebih tahu tentang pentingnya ASI jadi tambah
semangat” (ITM 8)
“Manfaatnya banyak mbak, nambah pengetahuan, buat
ngingetin juga biar pada ngasih ASI” (ITM 9)
“Anaknya suruh dikasih ASI tapi piye yo mbak tak tinggal
kerja, mau diperah ndak ada kulkas” (ITM 10)

2) Media/ alat peraga


a) Penggunaan media/ alat peraga
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai penggunaan media/ alat peraga pada
saat motivator memberikan motivasi ASI eksklusif didapatkan
bahwa 6 informan menjawab motivator ASI menggunakan
media/ alat peraga pada saat memberikan motivasi ASI
eksklusif, 4 informan lain menjawab motivator tidak
menggunakan media/ alat peraga pada saat memberikan
motiavasi ASI eksklusif.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apakah pada saat motivator memberikan motivasi
ASI eksklusif menggunakan media/ alat peraga? Media apa
saja yang digunakan?
“Pakai boneka” (ITM 1)
“Boneka sama opo yo mbak, lali” (ITM 2)
“Pakai boneka sama bentuk payudara gtu” (ITM 3)
“Sama boneka” (ITM 4)
“Tidak pakai” (ITM 5)
“Boneka sama alat-alat menyusui” (ITM 6)
“Ndak pakai apa-apa” (ITM 7)
“Ngasih contoh pakai boneka” (ITM 8)
“Tidak pakai o mbak” (ITM 9)
“Ndak pakai apa-apa” (ITM 10)

b) Pengaruh penggunaan media/ alat peraga


Berdasarkan hasil wawancara dengan informan triangulasi
mengenai pengaruh penggunaan media/ alat peraga yang
digunakan motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI
eksklusif didapatkan bahwa 7 dari 8 informan menjawab
berpengaruh karena lebih mudah dipahami apa yang
disampaikan motivator ASI dengan menggunakan alat peraga.
1 informan menjawab biasa saja tidak berpengaruh.
Kotak 2b
Pertanyaan: Jika iya, apakah media yang digunakan motivator
ASI pada saat memberikan motivasi ASI eksklusif
mempengaruhi anda dalam memberikan ASI eksklusif?
“Pengaruh mbak, lebih mudah dipahami” (ITM 1)
“Biasa aja mbak” (ITM 2)
“Pengaruh ya mbak kan ibuknya ngasih contoh langsung pakai
boneka gimana posisi menyusui, gimana cara menyusui jadi
kan kita gampang nyerap ilmunya istilahnya” (ITM 3)
“Kita lebih gampang nyerna kan dikasih contoh pakai boneka”
(ITM 4)
“Sedikit-sedikit berpengaruh daripada ndak pakai apa-apa,
lebih jelas” (ITM 6)
“Pengaruh mbak, kita memahaminya jadi gampang” (ITM 8)

c. Faktor Penguat
1) Dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai dukungan keluarga dalam pemberian ASI
eksklusif didapatkan bahwa 8 informan mendapat dukungan dari
suami dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya. 2 informan lainnya menjawab keluarga tidak
mempermasalahkan jika bayi tidak diberi ASI eksklusif.
Kotak 1a
Pertanyaan: Apakah anda mendapatkan dukungan dari keluarga
(suami, orang tua, anak, dll) dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayi? Jika iya, apa bentuk dukungan yang anda
dapatkan?
“Keluarga tentu mbak, terutama suami selalu memberikan
semangat” (ITM 1)
“Suami sama mertua ndak masalah anak dikasih makan umur
sebulan” (ITM 2)
“Alhamdulillah suami, keluarga mendukung, mereka senang anak
tidak dikasih susu formula” (ITM 3)
“Iya, keluarga, suami semua mendukung” (ITM 4)
“Suami dan keluarga” (ITM 5)
“Suami selalu mendukung ndak pernah protes” (ITM 6)
“Iyalah mbak, semua keluarga termasuk suami saya” (ITM 7)
“Suami dan ibu saya selalu mendukung alhamdulillah” (ITM 8)
“Semua mendukung” (ITM 9)
“Semuanya ndak masalah dikasih susu formula, penginnya ASI
tapi gimana lagi ndak ada kulkas” (ITM 10)

2) Dukungan teman dalam pemberian ASI eksklusif


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi mengenai dukungan teman dalam pemberian ASI
eksklusif didapatkan bahwa seluruh informan mendapat dukungan
dari teman maupun lingkungan sekitar seperti tetangga dalam
pemberian ASI eksklusif.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apakah anda mendapatkan dukungan dari teman
dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi? Jika iya, apa
bentuk dukungan yang anda dapatkan?
“Sesama teman saling mendukung saling sharing-sharing” (ITM 1)
“Kadang-kadang tetangga mbak cerita ASI iku” (ITM 2)
“Biasanya sama tetangga-tetangga kan sering ngumpul sering
cerita-cerita tentang ASI tentang anak” (ITM 3)
“Ya ini tetangga sering ngingetin saling cerita tukar pengalaman
masalah ASI” (ITM 4)
“Teman-teman saling ngasih tahu biar ngasih ASI” (ITM 5)
“He’em mbak tetangga sering pada bilang anake dikasih ASI ya”
(ITM 6)
“Didukung banget mbak, nek lagi kumpul di posyandu sering cerita
anak cerita ASI kan kita jadi lebih seneng lebih semangat” (ITM 7)
“Paling ngobrol sharing sama teman-teman yang udah pada
punya anak, ya ngobrol seputar anak seputar ASI” (ITM 8)
“Biasanya di posyandu sering pada ngingetin satu sama lain buat
ngasih ASI, cerita-cerita manfaat ASI, hemat juga kan” (ITM 9)
“Teman-teman ya biasa aja, kadang cerita-cerita masalah anak”
(ITM 10)

2b. Pihak yang terlibat dalam pelatihan motivator ASI di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal, yaitu Kepala Sie Gizi dan Kesga.
a. Faktor Pemudah
1) Pengetahuan
a) Pengetahuan informan tentang ASI eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan memiliki pengetahuan
yang baik, informan juga seorang konselor ASI sehingga
pengetahuan dan ilmunya tentang ASI sangat baik.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif?
“ASI eksklusif yaitu pemberian ASI mulai dari lahir sampai usia
6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan, selain vitamin
maupun obat-obatan, itupun jika sangat diperlukan dan
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, pemberian ASI
dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun” (ITP 1)

b) Pengetahuan informan tentang kandungan gizi pada ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan menjawab gizi yang
terkandungan ASI lebih baik dibandingkan dengan gizi yang
terdapat di susu formula, informan menjelaskan kandungan
yang terdapat dalam ASI dengan jelas dan detail.
Kotak 2b
Pertanyaan: Apa saja kandungan gizi yang terdapat dalam
ASI?
“Kandungan ASI itu sendiri sangat lengkap dibandingkan
dengan susu formula, mulai dari protein, vitamin, mineral, AA
dan DHA, masih banyak kandungan penting lainnya, semua
sudah ada di dalam ASI, sehingga manfaatnya sangat baik
untuk bayi” (ITP 1)

c) Pengetahuan informan tentang peran dari motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan menjelaskan peran dari
motivator ASI dengan jelas, kepedulian pemerintah dalam
mempromosikan ASI eksklusif.
Kotak 2c
Pertanyaan: Apa peran dari motivator ASI?
“Peran dari motivator ASI sendiri yaitu memberikan motivasi
kepada masyarakat khususnya ibu menyusui untuk
memberikan ASI secara eksklusif, yaitu dengan cara
memberikan penjelasan mengenai ASI serta mater-materi lain
yang telah kami berikan sehingga masyarakat lebih sadar
akan pentingnya dan manfaat pemberian ASI secara eksklusif
itu sendiri. Para motivator ASI juga harus menularkan ilmu
yang telah didapatkan pada saat pelatihan motivator ASI
kepada semua kalangan masyarakat” (ITP 1)
d) Pengetahuan informan tentang materi pelatihan motivator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan menjelaskan materi
yang diberikan pada saat pelatihan motivator ASI dengan
jelas dan detail tentang ASI, manfaat ASI, peraturan/
kebijakan pemberian ASI, bagaimana cara memerah ASI,
memberikan ASI saat ibu bekerja, bagaimana cara menyusui
bagaimana posisi menyusui yang baik dan benar, apa saja
masalah yang dialami ibu menyusui dan bagaimana cara
mengatasinya.
Kotak 2d
Pertanyaan: Materi apa saja yang diberikan pada saat
pelatihan motivator ASI?
“Meteri yang diberikan pada saat pelatihan motivator ASI yaitu
pengetahuan mengenai ASI, manfaat ASI, peraturan/
kebijakan pemberian ASI, bagaimana cara memerah ASI,
memberikan ASI saat ibu bekerja, bagaimana cara menyusui
bagaimana posisi menyusui yang baik dan benar, apa saja
masalah yang dialami ibu menyusui dan bagaimana cara
mengatasinya” (ITP 1)

2) Sikap
a) Alasan informan memberikan pelatihan motiavator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa kepedulian pemerintah dalam
mempromosikan ASI eksklusif yaitu dengan mengikutsertakan
masyarakat yaitu kader supaya masyarakat lebih sadar akan
pemtingnya dan manfaat ASI eksklusif.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apa alasan pihak Dinas Kesehatan memberikan
pelatihan motivator ASI
“Alasan kami memberikan pelatihan motivator ASI kepada
para kader di masyarakat yaitu supaya masyarakat, disini
kader turut serta membantu dalam memberikan motivasi
kepada masyarakat khususnya ibu menyusui untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayi, dengan begitu
masyarakat menjadi lebih sadar pentingnya dan manfaat ASI
eksklusif serta dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif
yang masih rendah” (ITP 1)

b) Sikap informan tentang manfaat adanya motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan menjawab manfaat
adanya motivator ASI untuk membantu konselor ASI dalam
mempromosikan ASI eksklusif yaitu dengan cara memberikan
motivasi ASI eksklusif kepada masyarakat.
Kotak 2b
Pertanyaan: Menurut anda, apa manfaat adanya motivator
ASI?
“Manfaat adanya motivator ASI yaitu membantu tenaga
konseling untuk memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu
menyusui maupun masyarakat di desa-desa” (ITP 1)

c) Sikap informan tentang pentingnya adanya motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa adanya motivator ASI sangat
penting dalam membantu mensosialisasikan ASI eksklusif
kepada masyarakat untuk memberikan kesadaran masyarakat
serta untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif.
Kotak 2c
Pertanyaan: Menurut anda, seberapa penting adanya
motivator ASI?
“Keikutsertaan peran masyarakat dalam memberikan
kesadaran kepada masyarakat dan untuk meningkatkan
cakupan ASI eksklusif sangat penting, adanya motivator ASI
yaitu membantu kita mensosialisasikan ASI eksklusif, kalau
hanya mengandalkan kami tanpa peran serta dari masyarakat
juga tidak akan berjalan baik” (ITP 1)
b. Faktor Pemungkin
a) Keberadaan motivator ASI dalam membantu sosialisasi ASI
eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa keberadaan motivator ASI
membantu pemerintah (Dinas Kesehatan) dalam
mensosialisasikan ASI eksklusif kepada masyarakat.
Kotak 2a
Pertanyaan: Apakah adanya motivator ASI dapat membantu pihak
Dinas Kesehatan dalam memberikan sosialisasi ASI eksklusif?
“Iya mbak turut serta membantu seperti yang telah disampaikan
tadi bahwa kami perlu bantuan masyarakat, dengan adanya
motivator ASI kami merasa terbantu dalam mensosialisasikan ASI
eksklusif, disini para motivator memberikan motivasi memberikan
sosialisasi secara langsung turun ke lapangan” (ITP 1)

b) Akses penyelenggaraan pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa informan menjawab akses dalam
penyelenggaraan pelatihan motivator ASI tidak ada kendala dan
berjalan lancar.
Kotak 2b
Pertanyaan: Bagaimana akses dalam penyelenggaraan pelatihan
motivator ASI?
“Aksesnya dalam penyelenggaraan pelatihan motivator ASI baik
tidak ada kendala dalam artian semua berjalan lancar
Alhamdulillah” (ITP 1)

c) Kendala dalam pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa kendala yang dihadapi dalam
pelatihan motivator ASI yaitu membutuhkan alat peraga untuk
para motivator ASI dalam menjalankan tugas sebagai motivator
ASI.
Kotak 2c
Pertanyaan: Kendala apa saja yang dihadapi pada saat pelatihan
motivator ASI? Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
“Hambatan pasti ada sekecil apapun pasti ada tapi kami selalu
berusaha mengatasi semua itu. Untuk kendala saat ini memang
kami membutuhkan alat peraga untuk para motivator ASI untuk
para motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI kepada
masyarakat, dengan alat peraga diharapkan masyarakat lebih
mudah memahami apa yang disampaikan oleh motivator ASI,
kami sudah berusaha mengajukan bantuan kepada provinsi untuk
alat peraga namun memang belum disetujui karena memang alat
peraga mahal dan membutuhkan banyak alat peraga. Kami
menghimbau kepada motivator yang tidak mendapatkan alat
peraga jika ingin menggunakan alat peraga dalam memberikan
motivasi ASI bisa pinjam kepada motivator lain yang diberi alat
peraga” (ITP 1)

c. Faktor Penguat
a) Pengawasan Dinas Kesehatan terhadap motivator ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa belum ada pengawasan/ evaluasi
secara langsung yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan
kepada motivator ASI dalam menjalankan tugas.
Kotak 2a
Pertanyaan: Adakah pengawasan/ evaluasi yang dilakukan pihak
Dinas Kesehatan kepada motivator ASI dalam menjalankan
tugasnya?
“Kami dari pihak Dinas Kesehatan memang belum ada evaluasi
ataupun pengawasan secara langsung, kami mengevaluasi dari
laporan cakupan ASI eksklusif setiap tahunnya, kami menghimbau
kepada pihak puskesmas untuk memberikan pengawasan secara
langsung kepada motivator ASI dalam menjalankan tugas” (ITP 1)

b) Usaha/ pengembangan peningkatan pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa usaha dalam meningkatkan
pelatihan motivator ASI pihak Dinas Kesehatan berusaha
memberikan pelatihan motivator secara rutin setiap tahunnya.
Kotak 2b
Pertanyaan: Adakah usaha/ pengembangan dalam peningkatan
pelatihan motivator ASI?
“Kami selalu berusaha setiap tahun pelatihan motivator ASI
terlaksana dan pesertanya ditambah, jangan karena terkendala
dana ataupun kendala lain membuat kami tidak melaksanakan
pelatihan motivator ASI” (ITP 1)

c) Advokasi/ penyuluhan Dinas Kesehatan tentang pelatihan


motiavtor ASI
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa belum ada advokasi/ penyuluhan
secara langsung yang dilakukan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat tentang pelatihan motivator ASI.
Kotak 2c
Pertanyaan: Adakah advokasi/ penyuluhan dari Dinas Kesehatan
tentang pelatihan motivator ASI?
“Penyuluhan ke masyarakat tentang pelatihan motivator ASI
memang belum, kami bekerjasama dengan PKK kabupaten dan
pihak puskesmas untuk memberikan himbauan kepada
masyarakat adanya pelatihan motivator ASI” (ITP 1)

d) Kerjasama dalam pelaksanaan pelatihan motivator ASI


Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
triangulasi didapatkan bahwa Dinas Kesehatan bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Provinsi, PKK Kabupaten, dan
Puskesmas dalam pelatihan motivator ASI.
Kotak 2d
Pertanyaan: Dengan pihak mana saja Dinas Kesehatan
melakukan kerjasama dalam pelatihan motivator ASI?
“Kami bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, PKK
kabupaten, Puskesmas” (ITP 1)

D. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kesesuaian dan fasilitas
pada saat pelatihan motivator ASI. Berikut merupakan tabel hasil observasi
pelatihan motivator ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal:
Keadaan
No Informasi
Ada Tidak
1 Ada surat kebijakan/ surat

keputusan pelatihan motivator ASI
2 Ada surat tugas untuk peserta

pelatihan motivator ASI
3 Ada materi yang diberikan pada

saat pelatihan motivator ASI
4 Ada media/ alat peraga yang
diberikan pada saat pelatihan √
motivator ASI
5 Ada sertifikat/ piagam pelatihan

motivator ASI
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam pada 5 informan
utama dan 11 informan triangulasi. Karakteristik informan utama dalam
penelitian ini adalah kader di wilayah kerja Pusekesmas Kendal II yang telah
mengikuti pelatihan motivator ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal.
Motivator ASI di wilayah kerja Puskesmas Kendal II berjumlah 5 orang. 3
informan mengikuti pelatihan angkatan pertama dan 2 informan lainnya
mengikuti pelatihan angkatan kedua. Masing-masing informan memiliki
karakteristik sebagai berikut: informan utama (IU 1, IU 2, IU 3, IU 4, IU 5)
berumur 50 tahun, 52 tahun, 50 tahun, 49 tahun, dan 51 tahun. Pendidikan
terakhir 5 informan utama (IU 1, IU 2, IU 3, IU 4, IU 5) adalah SMA. Pekerjaan
5 informan utama (IU 1, IU 2, IU 3, IU 4, IU 5) adalah ibu rumah tangga.
Karakteristik informan triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari 11
informan dimana 1 informan adalah pihak yang terlibat dalam pelatihan
motivator ASI di Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, yaitu Kepala Sie Gizi
dan Kesga. 10 informan triangulasi lainnya merupakan ibu yang mempunyai
anak 6-12 bulan dan sudah pernah diberi motivasi ASI eksklusif oleh
motivatior ASI, baik yang berhasil ASI eksklusif maupun yang tidak berhasil
ASI eksklusif.
Masing-masing informan triangulasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
informan triangulasi (ITP 1) berumur 51 tahun, pendidikan terakhir S1,
pekerjaan adalah Kasie Gizi dan Kesga Dinkes Kabupaten Kendal. 10
informan triangulasi lainnya (ITM 1, ITM 2, ITM 3, ITM 4, ITM 5, ITM 6, ITM 7,
ITM 8, ITM 9, ITM 10), ITM 1 berumur 29 tahun, pendidikan terakhir S1, umur
anak 12 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 2 berumur 32
tahun, pendidikan terakhir SMP, umur anak 12 bulan, ASI eksklusif 1 bulan,
pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 3 berumur 30 tahun, pendidikan terakhir
SMK, umur anak 10 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 4
berumur 26 tahun, pendidikan terakhir SMA, umur anak 11 bulan, ASI
eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 5 berumur 21 tahun, pendidikan
terakhir SMK, umur anak 8 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga.
ITM 6 berumur 24 tahun, pendidikan terakakhir SMP, umur anak 11 bulan,
ASI eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 7 berumur 32 tahun,
pendidikan terakhir SMA, umur anak 9 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu
rumah tangga. ITM 8 berumur 28 tahun, pendidikan terakhir SMA, umur anak
8 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu rumah tangga. ITM 9 berumur 34 tahun,
pemdidikan terakhir SMA, umur anak 12 bulan, ASI eksklusif, pekerjaan ibu
rumah tangga. ITM 10 berumur 23 tahun, pendidikan terakhir SMK, umur anak
10 bulan, ASi eksklusif 2 bulan, pekerjaan karyawan swalayan.

B. Pembahasan Wawancara Mendalam


1. Faktor Pemudah
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti emosi,
proses belajar, dan lingkungan yang pada intinya pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tindakan
seseorang dan merupakan unsur dalam perubahan perilaku.
Pengetahuan ini memiliki beberapa tingkatan yaitu mengetahui,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan informan tentang ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi bayi, manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu,
manajemen laktasi, peraturan pemerintah yang mengatur pemberian
ASI eksklusif, dan masalah yang biasa ibu menyusui alami.
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja
tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, air
putih, teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI
eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara
mendalam mengenai pengetahuan ASI eksklusif, didapatkan bahwa
seluruh informan utama dan informan triangulasi dapat menjelaskan
dengan benar pengertian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI sampai
usia 6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya.
Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi dapat mengurangi
risiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi
ASI lebih kebal terhadap penyakit, pemberian ASI eksklusif dapat
semakin mendekatkan hubungan ibu dan bayinya. Untuk pengetahuan
mengenai manfaat ASI bagi bayi, seluruh informan utama dan
informan triangulasi dapat menjelaskan manfaat ASI eksklusif
bagibayi, dapat menambah kekebalan tubuh bagi bayi sehingga bayi
lebih sehat dan tidak mudah terserang penyakit dibandingkan dengan
bayi yang diberi susu formula.
Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dapat membuat rahim
mencium, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra
kehamilan, mengurangi risiko perdarahan, tubuh menjadi cepat
langsing, risiko ibu terkena kanker rahim dan kanker payudara lebih
rendah daripada ibu yang tidak menyusui, selain itu juga dapat
menghemat pengeluaran, dan lebih praktis. Menurut informan,
manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu yaitu untuk kesehatan ibu,
ikatan ibu dan anak menjadi lebih dekat, untuk KB alami, menurunkan
berat badan alami, dan untuk mengurangi perdarahan, selain itu lebih
praktis dan ekonomis. Informan utama dan informan triangulasi dapat
menjelaskan manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun bagi anak
dengan tepat. Hal ini menjukkan pengetahuan informan mengenai
manfaat pemberian ASI ekslusif sudah sangat baik.
Manajemen laktasi merupakan segala upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.
Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu masa
kehamilan, persalinan dan menyusui bayi. Untuk pengetahuan
mengenai manajamen laktasi, baik informan utama maupun informan
laktasi triangulasi belum mengetahui secara jelas manajemen laktasi,
informan utama hanya mengetahui cara untuk mencapai keberhasilan
menyusui dari tahap saat menyusui saja dan tidak mengetahui bahwa
masa kehamilan dan persalinanpun berpengaruh terhadap
keberhasilan menyusui, sedangkan 4 dari 6 informan triangulasi hanya
mengetahui manajemen laktasi hanya sebatas jadwal pemberian ASI,
6 informan triangulasi lainnya tidak mengetahui manajemen laktasi.
Sebagaimana telah diketahui, pemerintah telah gencar untuk
meningkatkan praktik pemberian ASI eksklusif, salah satunya
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif. Untuk pengetahuan mengenai peraturan
pemerintah yang mengatur pemberian ASI eksklusif didapatkan bahwa
seluruh informan utama mengetahui adanya peraturan pemerintah
yang mengatur pemberian ASI eksklusif tetapi para informan tidak
mengetahui secara jelas jenis dan nomor peraturan tersebut,
begitupula dengan informan triangulasi, beberapa informan
mengetahui adanya peraturan yang mengatur pemberian ASI eksklusif
tetapi tidak mengetahui secara jelas jenis dan nomor peraturan
tersebut, dan beberapa informan triangulasi lainnya tidak mengetahui
adanya peraturan pemberian ASI eksklusif.
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya
disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan
padat seharusnya diberikan sesudah anak berusia enam bulan dan
pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun. Pada
tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya
pemberian ASI eksklusif dari empat bulan menjadi enam bulan. Dalam
PP Nomor 33 tahun 2012 tertulis bahwa ASI eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa
manambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain. Dan bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia enam
bulan.
Dalam proses menyusui tentunya tidak semua ibu menyusui dapat
memberikan ASI secara lancar, seringkali banyak masalah yang
dihadapi ibu menyusui dalam memberikan ASI kepada bayinya, seperti
puting yang masuk ke dalam, payudara bengkak, ASI keluar sedikit,
puting yang lecet, saluran ASI terhambat, anak yang selalu menangis,
radang payudara, maupun abses payudara, masalah tersebut sering
dialami oleh ibu menyusui, namun masalah tersebut bukan hambatan
untuk tidak memberikan ASI kepada bayi, karena masalah-masalah
tersebut dapat diatasi/ diobati secara alami tanpa menghambat
pemberian ASI kepada bayi. Untuk pengetahun informan mengenai
masalah yang biasa ibu menyusui hadapi, baik informan utama
maupun informan triangulasi mengetahui masalah yang biasa ibu
menyusui alami seperti puting yang masuk, payudara bengkak, puting
yang lecet, maupun ASI yang keluar sedikit, informan juga mengetahui
cara mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini menunjukkan
pengetahuan informan mengenai masalah yang biasa ibu menyusui
alami dan cara mengatasinya sudah baik.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara
mendalam tentang ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI eksklusif
bagi bayi, manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu, manajemen
laktasi, peraturan pemerintah yang mengatur pemberian ASI eksklusif,
dan masalah yang biasa ibu menyusui alami dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan yang dimiliki informan utama maupun informan
triangulasi sudah baik karena dari seluruh pertanyaan yang diberikan,
informan utama maupun informan triangulasi dapat menjawab dengan
baik dan benar walaupun ada beberapa beberapa pertanyaan yang
jawabannya masih kurang namun hanya sedikit dari apa yang sudah
dijawab dengan benar. Pengetahuan informan itu sendiri tidak
dipengaruhi oleh pendidikan terakhir, karena pada prinsipnya
pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pendidikan forman.
Pendidikan dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik,
pengalaman pribadi maupun orang-orang yang ada di lingkungan
informan.
b. Sikap
Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang
dipelajari dan diorganisasikan menurut pengalaman dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang
terhadap orang-orang, objek-ojek, dan situasi-situasi dengan siapa dia
berhubungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap memiliki komponen yang berisikan informasi yang
dimiliki seseorang tentang orang lain atau benda. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial, namun sikap belum tentu
terwujud menjadi tindakan, karena diperlukan banyak faktor-faktor
pendukung seperti lingkungan, pengalaman, fasilitas atau sarana
prasarana.
Sikap yang dimaksud yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sikap informan utama tentang pemberian ASI eksklusif, alasan
memberikan motivasi ASI eksklusif, dan bentuk dukungan yang
penting bagi motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif.
Selain itu sikap informan triangulasi tentang pemberian ASI eksklusif,
alasan memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif, dan sikap
informan tentang adanya motivator ASI.
Sikap informan utama dan informan triangulasi mengenai ASI
eksklusif adalah sikap positif karena seluruh informan utama maupun
informan triangulasi sepakat bahwa pemberian ASI eksklusif penting.
Alasan informan utama memberikan motivasi ASI eksklusif
sebagian besar dikarenakan para motivator sudah mendapat pelatihan
dan mendapat ilmu dari pelatihan yang sudah diikuti sehingga
motivator berkewajiban menyampaikan ilmu yang sudah didapatkan
kepada masyarakat. Sedangkan alasan informan triangulasi
memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan sebagian
besar informan mengetahui manfaat dan pentingnya pemberian ASI
eksklusif sehingga informan memberikan ASI kepada bayi, 2 informan
triangulasi tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, 1 informan
memberikan alasan karena anaknya selalu menangis dan
beranggapan bayi tidak kenyang sehingga diberi MPASI, 1 informan
lainnya tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan informan bekerja
dan tidak ada alat pendingin sehingga susah untuk memberikan ASI
eksklusif.
Terdapat berbagai macam dukungan yang bisa diberikan pada
motivator ASI dalam menjalankan tugas sebagai motivator ASI seperti
pelatihan secara rutin, alat penunjang seperti alat peraga, dan
dukungan dari lingkungan sekitar. Sebagian besar informan utama
menjawab bentuk dukungan yang penting bagi para motivator ASI
yang bisa diberikan yaitu pelatihan, informan lainnya menjawab alat
peraga dalam menunjang tugas motivator ASI dalam memberikan
motivasi ASI eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam
dengan informan utama tentang pemberian ASI eksklusif, alasan
memberikan motivasi ASI eksklusif, dan bentuk dukungan yang
penting bagi motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif
dapat disimpulkan bahwa sikap yang dimiliki informan utama yaitu
sikap positif berbanding lurus dengan dengan pengetahuan yang
dimiliki informan. Sikap informan triangulasi tentang pemberian ASI
eksklusif, alasan memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif, dan
sikap informan tentang adanya motivator ASI dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar sikap yang dimiliki informan triangulasi juga
sikap positif hanya ada informan triangulasi yang memiliki sikap kurang
posisif karena tidak memberikan ASI eksklusif. Pada dasarnya
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting dan berpengaruh pada sikap seseorang .
c. Praktik
Praktik otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan praktik menjadi nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan. Praktik yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah praktik informan utama dalam pemberian motivasi
ASI eksklusif, motivasi yang diberikan kepada ibu menyusui dan
frekuensi memberikan motivasi ASI kepada setiap ibu menyusui, serta
kendala yang dihadapi selama menjadi motivator ASI dalam
menjalankan tugas dan cara mengatasinya. Selain itu praktik informan
triangulasi dalam pemberian ASI eksklusif.
Tugas dari motivator ASI yaitu memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui dan melakukan kunjungan rumah, selain itu juga
menyampaikan ilmu yang sudah diberikan kepada masyarakat umum
maupun kader yang belum mengikuti pelatihan. Seluruh informan
melakukan praktik sebagai motivator yaitu memberikan motivasi ASI
eksklusif kepada ibu menyusui maupun masyarakat dan melakukan
kunjungan rumah. Frekuensi informan utama memberikan motivasi
didapatkan bahwa 2 informan utama menjawab sesering mungkin, 2
informan utama lainnya menjawab selama ada kesempatan dan 1
informan utama menjawab selama ada waktu. Selain itu kendala yang
motivator ASI alami pada saat memberikan motivasi ASI eksklusif
didapatkan bahwa sebagian informan menjawab masyarakat yang
“ngeyel” dan informan lainnya menjawab masyarakat kurang percaya
terhadap motivator ASI namun tidak menjadi hambatan motivator ASI
untuk terus memberikan motivasi ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman
internasional yang didasarkan pada bukti ilmah tentang manfaat ASI
baik bagi bayi, ibu, keluarga, dan negara. Pada usia 6 bulan, bayi
harus mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Sebagian
informan triangulasi melakukan praktik pemberian ASI eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan MPASI ketika berusia 6
bulan dan 2 informan triangulasi lainnya tidak memberikan ASI
eksklusif.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam
dengan informan utama didapatkan bahwa praktik yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada praktik yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Oleh karena itu praktik positif informan
utama mengenai pemberian motivasi ASI eksklusif yang diberikan
kepada ibu menyusui dan frekuensi memberikan motivasi ASI kepada
setiap ibu menyusui, serta kendala yang dihadapi selama menjadi
motivator ASI dalam menjalankan tugas dan cara mengatasinyasangat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif yang telah didapatkan
sebelumnya. Hasil wawancara mendalam dengan informan triangulasi
mengenai praktik pemberian ASI eksklusif dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar informan telah menunjukkan praktik positif yang
dilakukan informan dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini berbanding
lurus dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki informan, namun
masih ada informan yang tidak menunjukkan praktik positif dengan
tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi.
d. Motivasi
Praktik pemberian motivasi ASI eksklusif tidak lepas dari ada atau
tidaknya motivasi yang diberikan pada motivator ASI. Motivasi itu
mempunyai arti dorongan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang
untuk berperilaku, beraktivitas untuk mencapai tujuan. Seluruh
informan utama menjawab bahwa motivasi memberikan motivasi ASI
eksklusif kepada ibu menyusui dikarenakan ASI penting dan sebagai
ibadah dari sisi agama. Begitu pula dengan informan triangulasi
mengenai motivasi praktik pemberian ASI eksklusif, didapatkan bahwa
motivasi informan triangulasi yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayi dikarenakan manfaat dari ASI itu sendiri untuk kesehatan anak
dan lebih praktis serta ekonomis.
Keterlibatan dan dukungan orang-orang terdekat dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif kepada motivator ASI serta
keterlibatan dan dukungan orang-orang terdekat dalam pemberian ASI
eksklusif akan meningkatkan rasa percaya diri motivator serta ibu
menyusui. Seluruh informan baik informan utama maupun informan
triangulasi menjawab mendapatkan motivasi dari suami, keluarga,
maupun orang-orang di lingkungannya, baik tetangga maupun teman,
selain itu informan juga mendapat motivasi dari diri sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi bisa datang dari dalam individu maupun
dari luar individu.
2. Faktor Pemungkin
a. Pelatihan motivator ASI dari Dinas Kesehatan
Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai
non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis
dalam tujuan terbatas. Pelatihan motivator ASI merupakan sarana
penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan motivator
ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif. Seluruh informan
utama telah mengikuti pelatihan motivator ASI, dalam pelatihan
motivator ASI para motivator mendapat materi tentang ASI, mulai dari
manfaat ASI, masalah pada saat menyusui, cara memerah ASI dan
penyimpanannya, peraturan menyusui, dan cara serta posisi menyusui
yang benar. Seluruh informan merasa cukup terhadap pelatihan yang
telah diberikan sebagai bekal motivator dalam menjalankan tugas.
Pelatihan motivator ASI bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan teknis sekaligus dedikasi motivator ASI dalam
masyarakat sehingga tumbuh rasa kepercayaan diri motivator ASI.
Agar tercapai tujuan tersebut maka pelatihan dilakukan secara
sistematis dan terorganisir meliputi pelaksananya, dana, bahan/ materi
pelatihan, metode/ cara serta frekuensi/ waktu pelatihan. Pelatihan
yang diberikan sebaiknya memiliki sifat spesifik yaitu berhubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan, memilki sifat praktis dan segera
agar bahan/ materi pelatihan dapat diaplikasikan dengan segera dalam
menjalankan tugas.
b. Media/ alat peraga
Media berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan
atau informasi kesehatan. Kemudahan dalam memperoleh informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
Dengan adanya media ini, motivator ASI akan lebih mudah dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui, sehingga
diharapkan ibu menyusui lebih termotivasi dalam memberikan ASI
eksklusif karena tahu akan manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi
dan dirinya.
Mengenai penggunaan media dalam pemberian motivasi ASI
eksklusif, 3 informan utama menjawab menggunakan media/ alat
peraga dalam pemberian motivasi ASI eksklusif dengan alasan untuk
memudahkan supaya masyarakat lebih paham ketika diberi motivasi
ASI eksklusif, 2 informan utama lainnya tidak menggunakan media/
alat peraga dikarenakan tidak diberi pada saat pelatihan.
Penggunaan media/ alat peraga juga berperan penting dalam
membantu masyarakat dalam memahami apa yang motivator ASI
sampaikan dalam pemberian motivasi ASI eksklusif, 6 informan
triangulasi menjawab bahwa motivator ASI menggunakan alat peraga
dalam memberikan motivasi ASI eksklusif, dengan adanya alat peraga
yang digunakan informan merasa lebih mudah memahami apa yang
disampaikan motivator ASI dan lebih mudah dalam praktik pemberian
ASI eksklusif.
Dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media/ alat peraga,
seluruh informan baik informan utama maupun informan triangulasi
dapat membantu dalam praktik pemberian motivasi ASI eksklusif
maupun praktik pemberian ASI eksklusif. Media digunakan untuk
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat
membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan motivator ASI
dalam memberikan motivasi ASI eksklusif maupun kemauan ibu
menyusui dalam praktik pemberian ASI eksklusif.
c. Akses/ keterjangkauan
Akses disini dimaksudkan pada akses geografis, yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasinya atau
menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan antara lokasi pelayanan
dan lokasi responden yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh
atau biaya tempuh.
Hampir seluruh informan utama berpendapat bahwa informan
mendapat informasi mengenai ibu menyusui maupun ibu hamil dari
posyandu, maupun lingkungan sekitar atau data keluarahan. Seluruh
informan berpendapat akses menuju target yang akan diberi motivasi
ASI eksklusif mudah dijangkau, dapat dengan berjalan kaki maupun
memakai kendaraan bermotor. Hanya saja fakta di lapangan bahwa
ada keterbatasan motivator ASI memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui yang jangkauannya rumahnya jauh, dalam hal ini
satu kelurahan sangat luas dan jarak terkadang menjadi hambatan
untuk memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu yang rumahnya
jauh sebagaimana menurut Anderson dan Mc. Farien dalam Susanti
(2008) mangatakan bahwa jarak merupakan penghalang yang
meningkatkan kecenderungan penundaan upaya seseorang atau
masyarakat dalam mencari atau melakukan pelayanan kesehatan.
d. Imbalan/ penghargaan
Imbalan adalah segala sesuatu yang diterima oleh individu sebagai
balas jasa terhadap kerja/ pengabdian yang telah dilakukan. Seluruh
informan utama berpendapat bahwa informan tidak pernah mendapat
imbalan sebagai motivator ASI. Imbalan disini dapat berbentuk materi
maupun non materi.
Apresiasi dan penghargaan merupakan faktor yang memfasilitasi
tumbuhnya pasrtisipasi masyarakat. Imbalan merupakan salah satu
bentuk apresiasi yang dapat digunakan sebagai rangsangan untuk
melakukan inovasi. Menurut Notoatmodjo (2008) imbalan adalah
segala sesuatu yang diterima oleh individu sebagai balas jasa
terhadap kerja/ pengabdian yang telah dilakukan. Namun tidak adanya
imbalan yang diberikan kepada motivator ASI tidak mengurangi peran
serta motivator ASI dalam menjalankan tugasnya dalam memberikan
motivasi ASI eksklusif.
e. Keberadaan motivator ASI
Motivator ASI merupakan salah satu program atau kegiatan yang
dapat mendukung keberhasilan ibu dalam memberikan Asi pada bayi
secara eksklusif. Motivator ASI adalah seseorang yang telah lulus
pelatihan oleh lembaga yang memiliki kompetensi sehingga memiliki
kemampuan untuk dapat mmemberikan penjelasan dan nasihat
tentang arti pentingnya ASI bagi ibu maupun bayinya. Dengan adanya
motivator ASI diharapkan masyarakat lebih termotivasi terhadap
pemberian ASI eksklusif.
Hampir seluruh informan berpendapat bahwa adanya motivator
ASI berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. Manfaat
adanya motivator ASI sendiri yaitu memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui maupun masyarakat. Motivator ASI memberikan
ilmu yang sudah diberikan pada saat pelatihan motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif. Seluruh informan triangulasi
menjawab banhwa manfaat adanya motivator ASI yaitu memberikan
motiavasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui dan memberikan
pengetahuan tentang ASI. Dapat disimpulkan keberadaan motivator
ASI sangatlah penting dalam memberikan ilmu kepada masyarakat
agar lebih sadar akan penting ASI eksklusif.
3. Faktor Penguat
a. Dukungan keluarga dan lingkungan
Dukungan adalah bentuk keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi
kita. Dukungan keluarga, seperti suami, orang tua, dan anak sangat
penting dalam mempengaruhi perilaku motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui. Dukungan
dari keluarga cenderung lebih diperhatikan oleh seorang motivator ASI.
Dukungan tidak hanya dari keluarga, teman/ sesama motivator juga
berperan penting dalam memberikan dukungan atau motivasi kepada
motivator ASI, karena dengan adanya dukungan dari teman membuat
motivator ASI lebih semangat dalam menjalankan tugasnya karena
mendapat banyak dukungan tidak hanya dari keluarga, melainkan dari
sesama teman.
Hasil wawancara mendalam dengan informan utama, didapatkan
bahwa seluruh informan utama mendapat dukungan baik dari keluarga
maupun lingkungan sekitar dalam hal ini sesama motivator ASI.
Dukungan keluarga dan lingkungan juga sangat penting bagi ibu
menyusui dimana dukungan yang diberikan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan praktik pemberian ASI
eksklusif. Pengaruh keluarga dan lingkungan dalam hal ini sangatlah
besar karena mereka adalah orang yang setiap hari selalu berada
disekitar ibu menyusui.
Dari wawancara mendalam didapatkan bahwa 8 informan mendapat
dukungan dari keluarga dalam praktik pemberian ASI eksklusif, 2
informan lainnya menjawab bahwa keluarga tidak mempermasalahkan
bayi tidak diberi ASI eksklusif, dapat disimpulkan bahwa 2 informan
yang tidak memberikan ASI eksklusif tidak mendapatkan dukungan
keluarga. Namun 10 informan mendapatkan dukungan dari lingkungan
sekitar seperti teman maupun tetangga, hanya saja dukungan keluarga
merupakan dukungan yang sangat penting karena dukungan keluarga
cenderung lebih diperhatikan.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan baik informan
utama maupun informan triangulasi telah mendapat dukungan yang
baik dari keluarga maupun lingkungan. Hanya saja 2 informan
triangulasi kurang mendapat dukungan keluarga dalam praktik
pemberian ASI eksklusif.
b. Dukungan pemegang kebijakan
Dukungan adalah bentuk keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi
kita. Dukungan pemegang kebijakan disini adalah dukungan dari pihak
yang memberikan pelatihan motivator ASI. Dukungan yang diberikan
dari pemegang kebijakan membangkitkan rasa percaya diri motivator
ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui.
Dalam wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan seluruh
informan menjawab tidak mendapatkan dukungan dari pemegang
kebijakan, pemegang kebijakan disini adalah Dinas Kesehatan, Dinas
Kesehatan hanya memberikan dukungan pelatihan motivator ASI,
sesudah dilaksanakan pelatihan tidak ada bentuk dukungan lain yang
diberikan pihak Dinas Kesehatan kepada motivator ASI dalam
menjalankan tugasnya.
Alasan Dinas Kesehatan sendiri memberikan pelatihan motivator
ASI kepada para kader, seluruh informan sepakat menjawab untuk
meningkatkan capaian ASI eksklusif yang masih rendah.
Seharusnya sebagai pemegang kebijakan harus memberikan
dukungan kepada para motivator, karena hal tersebut sangatlah
penting bagi motivator ASI dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab sebagai motivator ASI oleh karena itu diperlukan dukungan
untuk keberhasilan praktik pemberian motivasi ASI eksklusif.
Himbauan merupakan suatu ajakan dalam melakukan tindakan.
Himbauan dari Dinas Kesehatan untuk para motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada masyarakat dapat
mempengaruhi motivator ASI dalam menjalankan tugasnya. Suatu
himbauan tersebut dapat menjadi suatu arahan yang mengingatkan
motivator ASI untuk memberikan motivasi ASI eksklusif. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan, seluruh informan menjawab
mendapat himbauan dari Dinas Kesehatan untuk selalu memberikan
motivasi ASI eksklusif kepada masyarakat, baik ibu hamil, ibu
menyusui maupun masyarakat pada umumnya.
4. Informan triangulasi (pihak yang terlibat dalam pelatihan motivator ASI,
yaitu dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal)
Pihak yang terlibat dalam pelatihan motivator ASI merupakan
komponen yang penting dalam berjalannya suatu program. Dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan pihak Dinas Kesehatan (Kasie Gizi
dan Kesga) berkaitan dengan pengetahuan dan sikap didapatkan bahwa
pengetahuan informan mengenai ASI eksklusif sudah sangat baik,
informan juga merupakan konselor ASI, tidak heran pengetahuan yang
dimiliki sangat baik. Informan menjelaskan peran dari motivator ASI
sendiri yaitu memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya ibu
menyusui untuk memberikan ASI secara eksklusif, yaitu dengan cara
memberikan penjelasan mengenai ASI serta mater-materi lain yang telah
diberikan pada saat pelatihan sehingga masyarakat lebih sadar akan
pentingnya dan manfaat pemberian ASI secara eksklusif. Para motivator
ASI juga harus menularkan ilmu yang telah didapatkan pada saat
pelatihan motivator ASI kepada semua kalangan masyarakat. Selain itu
sikap informan sendiri mengeai alasan diadakannya pelatihan motivator
ASI, manfaat dan pentingnya adanya motivator ASI didapatkan jawaban
bahwa alasan diadakan pelatihan motivator ASI kepada para kader di
masyarakat yaitu supaya masyarakat (kader) turut serta membantu dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif kepada masyarakat supaya
masyarakat lebih sadar pentingnya dan manfaat ASI eksklusif serta dapat
meningkatkan cakupan ASI eksklusif yang masih rendah. Manfaat adanya
motivator ASI yaitu untuk membantu konselor ASI dalam mempromosikan
ASI eksklusif yaitu dengan cara memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada masyarakat. Adanya motivator ASI sangat penting dalam
membantu mensosialisasikan ASI eksklusif kepada masyarakat untuk
memberikan kesadaran masyarakat serta untuk meningkatkan cakupan
ASI eksklusif.
Adanya motivator ASI dapat membantu Dinas Kesehatan dalam
mensosialisasikan ASI eksklsif kepada masyarakat. Akses dalam
penyelenggaraan pelatihan motivator ASI sendiri tidak ada kendala dan
berjalan lancar, hanya saja Dinas Kesehatan membutuhkan alat peraga
untuk para motivator ASI dalam menjalankan tugas sebagai motivator
ASI. Namun Dinas Kesehatan sendiri belum melakukan pengawasan dan
penyuluhan secara langsung adanya pelatihan motivator ASI ke
masyarakat, hanya saja Dinas Kesehatan berusaha supaya pelatihan
motivator ASI tetap berjalan rutin setiap tahunnya dengan bekerjasama
dengan pihak lain, seperti Dinas Kesehatan Provinsi, Puskesmas, dan
PKK Kabupaten untuk kelancaran dan keberlanjutan pelatihan motivator
ASI.
Hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan dapat disimpulkan
Dinas Kesehatan memilki niat dan tujuan yang baik, Dinas Kesehatan
memilki keseriusan dalam pelatihan Motivator ASI guna memberi
kesadaran kepada masyarakat mengenai ASI eksklusif dan meningkatkan
capaian ASI eksklusif di Kabupaten Kendal. Walaupun dalam perilah
pengawasan dan penyuluhan mengenai motivator ASI pihak Dinas
Kesehatan sendiri belum turun lapangan untuk memberikan pengawasan
dan penyuluhan kepada masyarakat, Dinas Kesehatan menghimbau
puskesmas dan PKK kabupaten turut membantu mengawasi serta
memberikan penyuluhan kepada masyarakat berkenaan dengan
motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif. Diharapkan
Dinas Kesehatan dapat memperbaiki kekurangan maupun hal yang belum
terlaksana dengan baik guna menunjang program motivator ASI supaya
jauh lebih baik dan dapat berjalan dengan semestinya supaya masyarakat
sadar pentingnya ASI eksklusif dan capaian ASI eksklusif di Kabupaten
Kendal meningkat.

C. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kesesuaian dan fasilitas
pada pelatihan motivator ASI di Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan, pelatihan motivator ASI yang telah dilakukan
sudah baik, dimana dalam pelaksanaannya sudah diputuskan dan ada
kebijakan dalam pelaksanaan pelatihan motivator ASI, selain itu untuk para
peserta juga telah mendapat surat tugas dari pihak puskesmas untuk
mengikuti pelatihan motivator ASI, selain itu para peserta pelatihan motivator
ASI juga diberi alat peraga, serta materi yang akan disampaikan pada saat
pemberian motivasi ASI eksklusif, dengan adanya alat peraga dapat
membantu motivator ASI dalam menjalankan tugasnya, selain itu para
peserta juga mendapatkan piagam telah mengikuti pelatihan motivator ASI
guna sebagai tanda bahwa mereka telah mengikuti pelatihan motivator ASI
dan mereka harus bertanggungjawab dengan tugasnya sebagai motivator
ASI.
Hanya saja untuk alat peraga sendiri belum semua peserta mendapatkan
dikarenakan kendala dari pihak Dinas Kesehatan yang memang belum bisa
sepenuhnya menyediakan alat peraga sebagai media motivator ASI dalam
menjalankan tugasnya dalam memberikan motivasi ASI eksklusif kepada
masyarakat dikarenakan keterbatasan Dinas Kesehatan dalam perihal
pendanaan yang masih kurang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi peran
motivator ASI dalam pemberian motivasi ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kendal II:
1. Pengetahuan
Pengetahuan informan tentang ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi bayi, manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu,
manajemen laktasi, peraturan pemerintah yang mengatur pemberian ASI
eksklusif, dan masalah yang biasa ibu menyusui alami dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan yang dimiliki informan utama maupun informan
triangulasi sudah baik karena dari seluruh pertanyaan yang diberikan,
informan utama maupun informan triangulasi dapat menjawab dengan
baik dan benar walaupun ada beberapa beberapa pertanyaan yang
jawabannya masih kurang namun hanya sedikit dari apa yang sudah
dijawab dengan benar.
2. Sikap
Sikap informan utama tentang pemberian ASI eksklusif, alasan
memberikan motivasi ASI eksklusif, dan bentuk dukungan yang penting
bagi motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif dapat
disimpulkan bahwa sikap yang dimiliki informan utama yaitu sikap positif
berbanding lurus dengan dengan pengetahuan yang dimiliki informan.
Sikap informan triangulasi tentang pemberian ASI eksklusif, alasan
memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif, dan sikap informan
tentang adanya motivator ASI dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
sikap yang dimiliki informan triangulasi juga sikap positif hanya ada
informan triangulasi yang memiliki sikap kurang posisif karena tidak
memberikan ASI eksklusif. Pada dasarnya pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dan berpengaruh
pada sikap seseorang.
3. Perilaku
Praktik positif informan utama mengenai pemberian motivasi ASI
eksklusif yang diberikan kepada ibu menyusui dan frekuensi memberikan
motivasi ASI kepada setiap ibu menyusui, serta kendala yang dihadapi
selama menjadi motivator ASI dalam menjalankan tugas dan cara
mengatasinyasangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif
yang telah didapatkan sebelumnya. Begitu pula dengan informan
triangulasi mengenai praktik pemberian ASI eksklusif dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar informan telah menunjukkan praktik positif yang
dilakukan informan dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini berbanding
lurus dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki informan, namun
masih ada informan yang tidak menunjukkan praktik positif dengan tidak
memberikan ASI eksklusif kepada bayi.
4. Motivasi
Keterlibatan dan dukungan orang-orang terdekat dalam pemberian
motivasi ASI eksklusif kepada motivator ASI serta keterlibatan dan
dukungan orang-orang terdekat dalam pemberian ASI eksklusif akan
meningkatkan rasa percaya diri motivator serta ibu menyusui. Seluruh
informan baik informan utama maupun informan triangulasi menjawab
mendapatkan motivasi dari suami, keluarga, maupun orang-orang di
lingkungannya, baik tetangga maupun teman, selain itu informan juga
mendapat motivasi dari diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi
bisa datang dari dalam individu maupun dari luar individu.
5. Pelatihan motivator ASI dari Dinas Kesehatan
Seluruh informan utama telah mengikuti pelatihan motivator ASI,
dalam pelatihan motivator ASI para motivator mendapat materi tentang
ASI, mulai dari manfaat ASI, masalah pada saat menyusui, cara
memerah ASI dan penyimpanannya, peraturan menyusui, dan cara serta
posisi menyusui yang benar. Seluruh informan merasa cukup terhadap
pelatihan yang telah diberikan sebagai bekal motivator dalam
menjalankan tugas.
6. Media/ alat peraga
Dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media/ alat peraga,
seluruh informan baik informan utama maupun informan triangulasi dapat
membantu dalam praktik pemberian motivasi ASI eksklusif maupun
praktik pemberian ASI eksklusif. Media digunakan untuk menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat,
perhatian, dan kemauan motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI
eksklusif maupun kemauan ibu menyusui dalam praktik pemberian ASI
eksklusif.
7. Akses/ keterjangkauan
Hampir seluruh informan utama berpendapat bahwa informan
mendapat informasi mengenai ibu menyusui maupun ibu hamil dari
posyandu, maupun lingkungan sekitar atau data keluarahan. Seluruh
informan berpendapat akses menuju target yang akan diberi motivasi
ASI eksklusif mudah dijangkau, dapat dengan berjalan kaki maupun
memakai kendaraan bermotor.
8. Imbalan/ penghargaan
Imbalan adalah segala sesuatu yang diterima oleh individu sebagai
balas jasa terhadap kerja/ pengabdian yang telah dilakukan. Seluruh
informan utama berpendapat bahwa informan tidak pernah mendapat
imbalan sebagai motivator ASI. Imbalan disini dapat berbentuk materi
maupun non materi.
9. Dukungan keluarga dan lingkungan
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan baik informan
utama maupun informan triangulasi telah mendapat dukungan yang baik
dari keluarga maupun lingkungan. Hanya saja 2 informan triangulasi
kurang mendapat dukungan keluarga dalam praktik pemberian ASI
eksklusif.
10. Dukungan pemegang kebijakan
Dalam wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan seluruh
informan menjawab tidak mendapatkan dukungan dari pemegang
kebijakan, pemegang kebijakan disini adalah Dinas Kesehatan, Dinas
Kesehatan hanya memberikan dukungan pelatihan motivator ASI,
sesudah dilaksanakan pelatihan tidak ada bentuk dukungan lain yang
diberikan pihak Dinas Kesehatan kepada motivator ASI dalam
menjalankan tugasnya

B. Saran
1. Bagi motivator ASI
a. Motivator ASI tetap semangat memberikan motivasi ASI eksklusif ke
masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya ASI eksklusif.
b. Motivator ASI lebih gencar memberikan penyuluhan dan menyalurkan
ilmu kepada kader yang belum mengikuti pelatihan motivator ASI
supaya para kader lebih aktif membantu motivator ASI dalam
memberikan motivasi ASI eksklusif.
c. Motivator ASI bekerja sama dengan pihak masyarakat, baik kelurahan,
RT, RW, dan kegiatan-kegiatan masyarakat dalam menjalankan tugas
sebagai motivator ASI supaya selalu didukung dalam praktik
pemberian motivasi ASI eksklusif.
2. Bagi ibu menyusui
a. Ibu menyusui yang sudah diberi motivasi ASI eksklusif supaya
mengaplikasikan ilmu yang sudah diberikan oleh motivator ASI melalui
praktik pemberian ASI eksklusif.
b. Ibu menyusui menyalurkan ilmu yang sudah diberikan oleh motivator
ASI kepada orang-orang di sekelilingnya supaya selalu didukung
dalam praktik pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Dinas Kesehatan
a. Dinas Kesehatan supaya melakukan pengawasan langsung terhadap
motivator ASI dalam menjalankan tugasnya.
b. Dinas Kesehatan memberikan penyuluhan dan advokasi mengenai
motivator ASI kepada masyarakat supaya masyarakat lebih
mengetahui adanya motivator ASI.
c. Dinas Kesehatan lebih memberikan perhatian kepada para motivator
ASI supaya motivator ASI lebih semangat dan lebih giat dalam
menjalankan tugasnya.
d. Dinas Kesehatan memperbaiki apa yang masih kurang dan lebih
meningkatkan penyelenggaraan pelatihan motivator ASI.
DAFTAR PUSTAKA
X1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; 2011.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ibu Rumah Tangga Selalu


Memberikan ASI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat;
2003.

3. Sri R, Apriningrum N. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian


ASI Eksklusif Pada Karyawati UNSIKA Tahun 2013. 2014;

4. Nurheti Y. Keajaiban ASI, Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan,


dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI; 2010.

5. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi


dan Analisis ASI Eksklusif [Internet]. Available from: www.depkes.go.id

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 2.

9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.

10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik


Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
2014.

11. Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Rekap Laporan ASI Eksklusif


Kabupaten Kendal Tahun 2015. Kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal; 2015.

12. Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Rekap Laporan ASI Eksklusif


Kabupaten Kendal Tahun 2016. Kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal; 2016.

13. Nova R. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Tindakan
ASI Eksklusif. 2014;

14. Vitari A. Hubungan Motivasi Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Yogyakarta. 2015;

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 3.

16. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014.

17. Jane M, Britten J, Karen H. Menyusui: Cara Mudah, Praktis, dan Nyaman.
Jakarta: Arcan; 2011.

18. Sitorus IA. Faktor-faktor Yang Menghambat Ibu Tidak Memberikan ASI
Eksklusif Pada Bayi 0-6 bulan di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut
Sei Tuan. 2014;

19. Prasetyono SD. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press; 2009.

20. Nuraini. 33 Rahasia Sehat Ibu Hamil, Menyusui, Bayi dan Balita. Jakarta:
Hifest Publishing; 2009.

21. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Niaga Swadaya; 2000.

22. Roesli U. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda;
2008.

23. Khairuniyah. Pemberian ASI Eksklusif Ditinjau Dari Faktor Motivasi,


Persepsi, Emosi, dan Sikap Pada Ibu Yang Melahirkan. Universitas
Paadjajaran; 2004.

24. Rosmahelfi R. Gambaran Pemanfaatan Bilik Laktasi di Sarana Umum (Studi


Kasus di Mal Paragon, Kota Semarang). 2015;

25. Soetjiningsih. Seri Gizi Klinik: ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC; 1997.

26. Evelin, Djamaludin N. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta: PT.
Wahyu Media; 2010.

27. Rais NA. Gambaran Pemanfaatan Ruang Laktasi di PLN (PERSERO)


Distriusi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. 2015;

28. Damayanti D. Asyiknya Minum ASI. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;


2010.

29. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Konseling Pemberian ASI-


Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2005.

30. Sutrisminah E, Sukma F. Pelaksanaan Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu)


dalam Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif.

31. Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Materi Pelatihan Motivator ASI


Kabupaten Kendal Tahun 2015. Kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal; 2015.

32. Undang-undang Nomor 36 Pasal 128, Pasal 129.

33. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta:


Rineka Cipta; 2010.

34. Meliono I, dkk. MPKT Modul I. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI; 2007.

35. Wawan A, M D. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:


Nuha Medika; 2010.

36. Tri RW. Ilmu Perilaku Untuk Perawat. Jakarta: CV.Sagung Seto; 1999.
37. Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya; 2009.

38. Mayasari F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kelompok Pendukung


Ibu (KP-Ibu) dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kasihan II Bantul
Tahun 2015. 2015;

39. Pohan I. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Cetakan Pertama


EGC; 2007.

40. Ife J, dkk. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2008.

41. Ummu R. Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif


di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. 2014;

42. Larasati T. Hubungan Dukungan Suami Dengan Praktik Pemberian ASI


Eksklusif Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Jebed Kabupaten
Pemalang. 2016;

43. Green L, Kreuter MW. Health Promotion Planning An Education and


Environmental Approach. London: Mountain View Toronto 2000; 1991.

44. Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta;


2010.

45. Bangun B. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group; 2005.
LAMPIRAN

Lampiran 1.

FORMULIR INFORMED CONSENT


PERNYATAAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Pekerjaan :

Setelah mendapat penjelasan dan memahami maksud dan tujuan penelitian


yang berjudul “Gambaran Peran Motivator ASI dalam Pemberian Motivasi ASI
Eksklusif (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II Kabupaten Kendal Tahun
2017)” dengan sukarela saya menyetujui diikutsertakan sebagai subjek dalam
penelitian tersebut sesuai dengan tahap-tahap kegiatan dan lamanya waktu
penelitian. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun,
saya berhak membatalkan persetujuan ini dan tidak akan menuntut.
Surat persetujuan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
serta tanpa tekanan dan paksaan dari pihak lain untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Kendal, 2017
Responden

( )

Lampiran 2.
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN UTAMA

Ditujukan untuk Motivator ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II yang


telah mengikuti pelatihan motivator ASI
Tanggal Wawancara :
Nama Narasumber :
Lama Wawancara :

Faktor Pemudah (Predisposing Factors)


A. Karakteristik
1. Nama Narasumber :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Angkatan :
B. Pengetahuan
1. Ceritakan apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif?
2. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi?
3. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu?
4. Apa yang anda ketahui tentang manajemen laktasi?
5. Menurut anda, apakah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang
pemberian ASI eksklusif? Jika ada, apa peraturan tersebut?
6. Masalah apa saja yang biasa ibu menyusui alami dan bagaimana cara
mengatasinya?
C. Sikap
1. Bagaimana pendapat anda tentang pemberian ASI eksklusif? Setuju atau
tidak setuju dan apa alasannya?
2. Apa alasan anda memberikan motivasi ASI eksklusif kepada ibu
menyusui?
3. Menurut pandangan anda, apa bentuk dukungan yang penting bagi
motivator ASI dalam memberikan motivasi ASI eksklusif?
D. Praktik
1. Kegiatan apa yang anda lakukan sebagai motivator ASI?
2. Motivasi seperti apa yang anda berikan kepada ibu menyusui? Berapa
kali anda memberikan motivasi kepada setiap ibu menyusui?
3. Kendala apa saja yang anda hadapi selama menjadi motivator ASI dalam
menjalankan tugas dan bagaimana cara mengatasinya?
E. Motivasi
1. Apa yang mendorong anda untuk memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui?
2. Siapa yang memotivasi anda untuk memberikan motivasi ASI eksklusif
kepada ibu menyusui?

Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


A. Pelatihan dari Dinas Kesehatan
1. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan motivator ASI dari Dinas
Kesehatan? Jika pernah, berapa kali mengikuti pelatihan motivator ASI?
2. Materi apa saja yang diberikan pada saat pelatihan moivator ASI?
3. Apakah pelatihan yang diberikan sudah cukup untuk bekal menjadi
seorang motivator ASI?
B. Media eksklusif/ informasi dalam pemberian motivasi ASI eksklusif
1. Apakah anda menggunakan media/ alat peraga saat memberikan
motivasi ASI ekskluaif? Jika iya, media apa saja yang digunakan?
2. Apa alasan anda menggunakan media saat memberikan motivasi ASI
eksklusif?
C. Akses/ keterjangkauan dalam pemberian motivasi ASI ekslusif
1. Bagaimana anda dapat mengetahui ada tidaknya ibu menyusui yang
akan diberikan motivasi ASI?
2. Apakah lokasi ibu menyusui mudah dijangkau anda pada saat
memberikan motivasi eksklusif?
D. Imbalan sebagai motivator ASI
1. Apakah anda mendapatkan reward selama menjadi motivator ASI?
2. Jika iya, apa bentuk reward tersebut dan dari mana reward diberikan?
3. Apa tanggapan anda tentang reward yang diberikan?

Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


1. Dukungan keluarga terhadap pemberian motivasi ASI eksklusif
1. Apakah anda mendapatkan dukungan dari keluarga (suami, orang tua,
anak, dll) dalam pemberian motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui?
2. Jika iya, apa bentuk dukungan yang anda dapatkan?
2. Dukungan teman/ sesama motivator ASI terhadap pemberian motivasi
ASI eksklusif
1. Apakah anda mendapatkan dukungan dari teman/ sesama motivator
dalam pemberian motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui?
2. Jika iya, apa bentuk dukungan yang anda dapatkan?
3. Dukungan pemegang kebijakan terhadap pemberian motivasi ASI
eksklusif
1. Bagaimana bentuk dukungan Dinas Kesehatan terhadap motivator ASI
dalam pemberian motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui?
2. Apa yang mendorong Dinas Kesehatan memberikan pelatihan motivator
ASI?
3. Bagaimana himbauan dari Dinas Kesehatan kepada motivator ASI dalam
pemberian motivasi ASI eksklusif kepada ibu menyusui?

Lampiran 3.
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN TRIANGULASI
Ditujukan untuk ibu yang memiliki bayi umur 6-12 bulan dan sudah diberi
motivasi ASI eksklusif oleh motivator ASI, baik yang berhasil ASI eksklusif
maupun tidak berhasil ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II

Tanggal Wawancara :
Nama Narasumber :
Lama Wawancara :

Faktor Pemudah (Predisposing Factors)


A. Karakteristik
1. Nama Narasumber :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Usia Anak :
6. Anak ke- :
B. Pengetahuan
1. Ceritakan apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif?
2. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi?
3. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu?
4. Apa yang anda ketahui tentang manajemen laktasi?
5. Menurut anda, apakah ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang
pemberian ASI eksklusif? Jika ada, apa peraturan tersebut?
6. Masalah apa saja yang biasa ibu menyusui alami dan bagaimana cara
mengatasinya?
C. Sikap
1. Bagaimana pendapat anda tentang pemberian ASI eksklusif?
2. Apa alasan anda memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif kepada
bayi?
3. Menurut anda, pentingkah adanya motivator ASI di lingkungan anda dan
apa alasannya?
4. Berapa kali motivator ASI memberikan motivasi ASI eksklusif dan
motivasi seperti apa yang diberikan?
D. Praktik
1. Apakah bayi diberikan makan selain ASI selama enam bulan?
2. Kapan bayi mulai diberikan MP ASI?
E. Motivasi
1. Apa yang mendorong anda untuk memberikan/ tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayi?
2. Siapa yang memotivasi anda untuk memberikan/ tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayi?

Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


A. Keberadaan motivator ASI
1. Menurut anda, apakah keberadaan motivator ASI mempengaruhi anda
dalam memberikan/ tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi?
2. Menurut anda, apakah manfaat dari keberadaan motivator ASI di
lingkungan anda?
B. Media/ informasi
1. Apakah pada saat motivator memberikan motivasi ASI eksklusif
menggunakan media/ alat peraga? Media apa saja yang digunakan?
2. Jika iya, apakah media yang digunakan motivator ASI pada saat
memberikan motivasi ASI eksklusif mempengaruhi anda dalam
memberikan ASI eksklusif?

Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


A. Dukungan keluarga dalam memberikan ASI eksklusif
1. Apakah anda mendapatkan dukungan dari keluarga (suami, orang tua,
anak, dll) dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi?
2. Jika iya, apa bentuk dukungan yang anda dapatkan?
B. Dukungan teman dalam memberikan ASI eksklusif
1. Apakah anda mendapatkan dukungan dari teman dalam memberikan ASI
eksklusif kepada bayi?
2. Jika iya, apa bentuk dukungan yang anda dapatkan?

Lampiran 4.
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN TRIANGULASI
Ditujukan untuk pihak yang terlibat dalam pelatihan motivator ASI, yaitu
dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal.

Tanggal Wawancara :
Nama Narasumber :
Lama Wawancara :

Faktor Pemudah (Predisposing Factors)


A. Karakteristik
1. Nama Narasumber :
2. Jabatan :
B. Pengetahuan
1. Apa yang anda ketahui tentang ASI eksklusif dan apa manfaat dari ASI
eksklusif?
2. Apa peran dari motivator ASI?
3. Materi apa saja yang diberikan pada saat pelatihan motivator ASI?
C. Sikap
1. Apa alasan pihak Dinas Kesehatan memberikan pelatihan motivator ASI?
2. Menurut anda, apa manfaat adanya motivator ASI?
3. Menurut anda, seberapa penting adanya motivator ASI?

Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


1. Apakah adanya motivator ASI dapat membantu pihak Dinas Kesehatan dalam
memberikan sosialisasi ASI eksklusif?
2. Bagaimana akses dalam penyelenggaraan pelatihan motivator ASI?
3. Kendala apa yang dihadapi pada saat pelatihan motivator ASI dan bagaimana
cara menyelesaikannya?

Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


1. Adakah pengawasan yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan kepada
motivator ASI dalam menjalankan tugasnya?
2. Adakah usaha/ pengembangan dalam peningkatan pelatihan motivator ASI?
3. Adakah advokasi/ penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
tentang pelatihan motivator ASI?
4. Dengan pihak mana saja Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal melakukan
kerjasama dalam pelatihan motivator ASI?

Lampiran 5.

OBSERVASI PENELITIAN
(Pelatihan Motivator ASI)

GAMBARAN PERAN MOTIVATOR ASI


DALAM PEMBERIAN MOTIVASI ASI EKSKLUSIF
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal II Tahun 2017)

Keadaan
No Informasi
Ada Tidak
1 Ada surat kebijakan/ surat
keputusan pelatihan motivator ASI
2 Ada surat tugas untuk peserta
pelatihan motivator ASI
3 Ada materi yang diberikan pada
saat pelatihan motivator ASI
4 Ada media/ alat peraga yang
diberikan pada saat pelatihan
motivator ASI
5 Ada sertifikat/ piagam pelatihan
motivator ASI

Lampiran 6.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai