Kelompok V :
Dian Ayu Budiarti (09021181520010)
Muhammad Fachri Maulana (09021281520102)
Nurhamida (09021181520128)
Vira Melinda (09021181520038)
Dosen Pembimbing :
Abdul Ghofur, S.S., M.Pd.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Bagaimana Membumikan Islam di
Indonesia” sebagai tugas pada mata kuliah Agama. Kami mencoba menyampaikan
materi ini secara sederhana yang mudah di mengerti.
Makalah ini disajikan dengan hadis serta ayat Al-Qur’an yang mendukung
kejelasan dari paparan-paparan yang tertulis, tulisan yang mudah di mengerti dan
kata-kata yang sederhana sehingga diharapkan dapat menjawab pertanyaan para
pembaca dengan media makalah tersebut.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Gafur, S.S., M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat menjadi bahan
pembelajaran di masa yang akan datang. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis
tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Apabila ada
kesalahan atau ketidaksempurnaan makalah kami tersebut diharapkan untuk
memakluminya. Kemudian kepada para pembaca kami ucapkan terima kasih.
Berbeda dengan agama lain yang datang ke Indonesia dengan cara penindasan,
peperangan dan pemaksaan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdamaian, para
pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu dengan sabar dan gigih menjelaskan
tentang ajaran Islam pada penduduk setempat. Mereka pun tidak memaksa penduduk
setempat untuk memeluk agama Islam. Karena, dalam ajaran islam itu tidak ada
paksaan, Para ulama berpegang teguh pada prinsip salah satu ayat Al-Quran pada
surat Al-Baqarah ayat 256.
Adapaun cara dan proses masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara,
antara lain sebagai berikut.
1. Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat dengan cara perdagangan. Hal ini
bisa terjadi, karena orang-orang Melayu yang ada di Indonesia pada waktu itu
berhubungan dengan orang arab dalam hal perdagangan. Mereka sudah sangat dekat
antara satu sama lain. Jadi, saat pedagang arab mulai menyebarkan pemahaman
agama Islam, para orang melayu pun mudah untuk menerimanya.
Lambat tapi pasti, orang Melayu mulai banyak masuk ajaran Islam. Pengaruh
Islam semakin kuat pada waktu itu setelah berdirinya kerajaan Islam Malaka dan
kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Maka makin ramailah para pedangang Arab serta
ulama yang datang ke Indonesia. Disamping mereka berdagang untuk mencari
keuntungan duniawi, mereka juga sambil berdakwah untuk menambah amal mereka.
Berbisnis sambil berdakwah, dunia dapat akhirat juga dapat.
2. Kultural dan Perkawinan
Maksud dengan kultural ini, penyebaran pemahaman Islam di Indonesia
menggunakan media kebudayaan. Contohnya yang dilakukan oleh para wali songo di
pulau Jawa. Sunan Kali Jaga pada waktu itu berdakwah dengan mengembangkan
kesenian wayang kulit, dia mengisi pementasan wayang yang biasanya isinya itu
bertema ajaran Hindu, dia ganti dengan ajaran Islam. Kemudian ada juga Sunan
Muria berdakwah dengan mengembangkan Gamelannya. Sedangkan Sunan Giri
berdakwah dengan cara membuat banyak sekali mainan anak-anak seperti cublak
Suweng, Jalungan, Jamuran dan lain sebagainya. Para Sunan ini cerdik sekali, mereka
membawa pemahaman ajaran Islam dengan menggunakan bahasa yang sering
digunakan oleh kaumnya. Kebetulan pada waktu itu masyarakat Indonesia khususnya
Jawa, mereka sangat menyukai kesenian-kesenian itu.
Begitu juga dengan perkawinan. Para penduduk lokal beranggaan bahwa para
pedagang muslim adalah golongan yang terpandang sehingga kebanyakan penguasa
pribumi saat itu menikahkan anaknya dengan pedagang muslim sebagai syarat sang
gadis harus memeluk agama islam terlebih dahulu untuk mempelancar penyebaran
agama islam
3. Pendidikan
Salah satu cara efketif memasukan pemahaman ajaran Islam pada waktu itu
dengan melalui pendidikan, dan pesantren adalah lembaga pendidikan yang paling
strategis untuk melakukannya. Kebanyakan para da’i dan mubalig dalam
menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Indonesia, mereka it keluaran dari pesantren.
Contohnya Datuk Ribandang yang merupakan keluaran dari pesantrn milik Sunan
Giri, dia adalah seorang yang mengislamkan kerajaan Gowa Tolla di Kalimantan
timur. Selain Datuk Ribandang, banyak santri-santri Sunan Giri yang menyebar ke
pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Kangan, Haruku, Madura, Bawean hingga
Nusa Tenggara. Sampai saat ini, pesantren masih menjadi strategi yang efektif untuk
menyebarkan ajaran Islam ke seluruh indonesia.
4. Kekuasaan Politik
Penyebaran Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan para Sultan.
Contohnya di pulau Jawa, Kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan menjadi
pelindung penyebaran agama Islam. Ada juga di pulau Sulawesi yaitu Raja Gowa-
Tolla yang menjadi pelindung bagi para da’i menyebarkan ajaran Islam di sana. Para
Sultan dan Raja saling berkomunikasi, tolong menolong dalam melindungi
perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Kekompakkan para sultan ini juga
menjadi cikal bakal lahirnya negara Indonesia.
(qoryatulquran.wordpress.com)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
(QS Al-Hujurat [49] : 13)
Mengenai hal toleransi ini, maka kita perlu mencontoh Nabi saw, dalam
mengakomodir kepentingan ibadah kaum Nasrani sewaktu beliau menjadi pemimpin
kaum muslim di Madinah. Dibawah kepemimpinan Nabi saw inilah lahir berbagai
peraturan dan undang-undang yang melindungi tempat-tempat ibadah non-muslim,
serta diharuskan untuk ikut menjaganya bila ada orang yang berniat merusaknya.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS Al-Mumtahanah [60] : 8)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Membumikan islam di Indonesia adalah menghadirkan islam yang ramah yang
toleran tanpa melakukan kekerasan sehingga menjadikan islam itu mengayomi dan
islam yang damai, bukan menjadi islam yang marah. Melakukan pribumisasi Islam
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kaum muslimin yang berada di setiap
kondisi, dan agar mampu menerapkan nilai-nilai dasar Islam pada keadaan yang
berbeda.
2. Semangat keislaman dan kesadaran kebangsaan saat ini sangat terasa memudar,
bahkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa telah menjurus pada rusaknya tatanan
hidup bangsa. Terbukti munculnya berbagai konflik di daerah serta timbulnya
berbagai gesekan akibat benturan kepentingan para elit politik dan agamawan.
Sudah seharusnya, semangat kebangsaan itu ditujukan untuk persatuan dan
kesatuan yang harus ditempatkan di atas segala bentuk perbedaan dengan
membumikan syari’ah islam di Indonesia. Substansi yang perlu dipahami dalam
membumikan islam di Indonesia ialah tentang apakah islam melakukan dakwah
dalam pendekatan secara kultural ataupun secara politikal.
3. Umumnya bangsa Indonesia lupa bahwa Rasulullah Saw diutus di muka bumi
untuk menyempurnakan akhlak. Sedangkan aksi-aksi teror sama sekali tidak ada
kaitannya dengan ajaran Islam. Islam model arab sering tidak sesuai dengan jiwa
Indonesia karena budaya Indonesia berbeda dengan budaya Arab. Para wali songo
seperti sunan kalijaga memahami hal ini, maka ia pun melakukan penyebaran
Islam dengan metode akulturasi budaya dan dengan metode yang seperti inilah
ajaran Islam menjadi begitu mengena di jiwa sebagian besar bangsa Indonesia saat
itu. Oleh karena itu, dalam membumikan semangat islam rahmatan lil alamin
diperlukan pendekatan secara budaya, dibuktikan oleh peradaban masyarakat sipil
telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial
keagamaan Seperti Serikat Islam (SI), Nadlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah,
dan pergerakan nasional dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain
berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap
kekuasaan kolonial telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen masyarakat
madani yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat di Indonesia.