Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aedes. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam
Berdarah Dengue sering disebut juga pula Dengue Haemoragic Fever (DHF ).
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak
serta sering menimbulkan wabah (Suriadi, 2006).
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue
haemorhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah
buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena
itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibu kota
provinsi yang padat penduduknya, yaitu Jawa Timur (2.657 kasus), Jawa Barat
(2.008 kasus), NTT (1.169 kasus), Jawa Tengah (1.027 kasus), Sulawesi Utara
(980 kasus), Lampung (827 kasus), DKI Jakarta (613 kasus), Sulawesi Selatan
(503 kasus), Kalimantan Timur (465 kasus), Sumatera Selatan (353 kasus)
(Pramudiarja, 2011).
Data Kementrian Kesehatan (kemenkes) Republik Indonesia mencatat
jumlah kasus DBD pada tahun 2009 mencapai sekitar 150.000. Angka ini
cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus demam berdarah dengue di
Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat
kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89% pada tahun 2009 menjadi
0,87% pada tahun 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat
demam berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun
2010 (Pramudiarja, 2011).
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah “Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
Demam Berdarah Dengue?”
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengetahui cara melakukan asuhan keperawatan
pada anak dengan demam berdarah dengue.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi DBD.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan anatomi fisiologi system peredaran
darah.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan etiologi DBD.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan klasifikasi DBD.
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan manifestasi klinis DBD.
6. Untuk mengetahui dan menjelaskan patofisiologi DBD.
7. Untuk mengetahui dan menjelaskan pathway DBD.
8. Untuk mengetahui dan menjelaskan komplikasi DBD.
9. Untuk mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan DBD.
10. Untuk mengetahui dan menjelaskan asuhan keperawatan pada anak
dengan DBD.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sumber : Image.google.co.id
4
PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah merupakan jalan bagi darah yang mengalir dari
jantung menuju ke jaringan tubuh, atau sebaliknya. Pembuluh darah dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu pembuluh nadi, pembuluh vena, dan
pembuluh kapiler.
1. Pembuluh Darah Nadi
Pembuluh nadi atau pembuluh arteri ialah pembuluh darah yang
membawa darah dari jantung menuju kapiler.
2. Pembuluh Vena
Pembuluh vena atau pembuluh balik ialah pembuluh darah yang
membawa darah ke arah jantung. Pembuluh vena terdiri atas tiga lapisan,
seperti pembuluh arteri. Dari lapisan dalam ke arah luar adalah endotel,
jaringan elastik dan otot polos, serta jaringan ikat fibrosa.
3. Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler ialah pembuluh darah kecil yang mempunyai
diameter kira-kira sebesar sel darah merah, yaitu 7,5 μm. Meskipun
diameter sebuah kapiler sangat kecil, jumlah kapiler yang timbul dari
sebuah arteriol cukup besar sehingga total daerah sayatan melintang yang
tersedia untuk aliran darah meningkat. Pada orang dewasa kira-kira ada
90.000 km kapiler.
C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini
terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B
dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi
salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain
(Nursalam dkk, 2008). Virus Dengue serotipe 1,2,3,4 yang ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti.
7
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue:
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
8
F. PATOFISIOLOGI
Arbovirus masuk dalam tubuh melalui nyamuk aides agepty
kemudian beredar dalam aliran darah selanjutnya virus tersebut
menginfeksi. Dengan ada infeksi mengakibatkan aktifnya sistem
komplemen membentuk dan melepaskan C3a, C5a dan kemudian PEG2
hipotalamus merespon zat tersebut dengan adanya peningkatan suhu tubuh
meningkatkan reabsobsi Na+ dan H2O sehingga permeabilitas membrane
meningkat. Dengan adanya peningkatan permeabilitas membrane
mengakibatkan tiga hal yaitu agregasi trombosit, kerusakan endotel
pembuluh darah dan resiko syok hipovelemik. Terjadinya agregasi trambosit
menyebabkan trombosit openia sehingga dapat mengakibatkan resiko
perdarahan. Kerusakan endotel pembuluh darah merangsang dan
mengaktifkan faktor pembekuan mengakibatkan terjadinya DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation). Dimana DIC adalah suatu
kondisi terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah kecil tubuh,
pembekuan ini dapat mengurangi atau menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah yang dapat merusak organ tubuh DIC dapat menyebabkan
perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal terjadi pada bagian
dalam tubuh sedangkan perdarahan eksternal terjadi dibawah kulit atau
mukosa dengan adanya perdarahan perfusi jaringan beresiko toidak efektif
hal tersebut dapat menyebabkan hipoksia jaringan kemudian pada akhirnya
dapat menimbulkan resiko syok hipovelemik. Bila terjadi syok hipovelemik
mengakibatkan pranjatan hipovelemik dan hipotensi sehingga kebocoran
10
Kekurangan
D.I.C Kebocoran plasma
volume
cairan
Ascites
Resiko syok (hipovolemik) Hipoksia jaringan
Mual muntah
Penekanan intra abdomen Hepatomegali Hepar
I. KOMPLIKASI
1. Syok
2. Kuning (pada kulit dan mata)
3. kematian
J. PENATALAKSANAAN
Penanganan DBD tanpa syok
Keluhan DBD
(Kriteria WHO 1997)
12
Observasi Observasi
rawat jalan, rawat jalan,
Rawat Rawat
periksa Hb, periksa Hb,
Ht, Leuko, Ht, Leuko
Trombo/24 Trombo 24
jam jam
Suspek DBD
Perdarahan Spontan dan Masif (-) Syok (-)
- Hb, Ht meningkat
- Hb, Ht (n) - Hb, Ht meningkat
10-20%
- Trombo <100.000 >20%
- Trombo <100.000
- Infuse Kristaloid - Trombo < 100.000
- Infuse Kristaloid
- Hb, Ht, Tromb
- Hb, Ht, Tromb
tiap 24 jam
tiap 24 jam
5 % deficit cairan
PERBAIKAN
Kurangi infuse kristaloid Infuse kristaloid 15
3 ml/kg/jam ml/kg/jam
Airway
Breating : O2 (1-21 / menit dengan keteter nasal ). Bila lebih dipakai
sungkup muka.
Circulation : Cairan kristaloid dan atau koloid 10-20ml/kgBB secepatnya
(bila mungkin <10 menit).
Perhatikan : Tanda – tanda hipovolemia, hipervolemia ovetioad dan
respons pemberian cairan.
14
Hipovolemik Normovolemik
10 th 28-33 131-145 - Sadar beberapa kata - Melempar bola - Mampu analisis - Bermain
kg cm punya 2 makna kesasaran dengan bacaan dengan yang
- Paham & akurat berdasarkan sama minat
menggunakan - Menikmati olahraga pengalaman & - Senang
beragam sudut tim, perlu logika mengkritik
pandang dalam meningkatkan - Paham konsep teman lawan
berkomunikasi keterampilan abstrak, saat jenis, seperti:
dengan orang lain kompleks, termasuk melihat objek anak
- Senanag strategi permainan konkret dapat perempuan
menggunakan - Tinggi badan dimanipulasi, cengeng
bahasa gaul saat bertambah, misal: saya makan - Marah saat
bersosialisasi setidaknya 5 cm per kue 1 berarti sisa 2 diejek atau
- Menggunakan tahun - Makin paham diberi julukan
humor yang tidak - Kehilangan gigi konsep, waktu, isi, - Punya teman
masuk akal saat susu, gigi permanen berat, jarak dalam baik 1-2
cerita lelucon dan kadang tumbuh berbagai situasi “musuh”,
teka-taki tumpang tindih baru teman bermain
- Mengekspresikan karena rahang kecil - Senang tantangan ganti tiap hari
perasaan & emosi - Senang kerja berhitung, - Selalu merasa
secara verbal tangan, seperti termasuk dengan benar dalam
dengan detail memasak, prakarya, batas waktu perdebatan
- Menggunakan tata menjahit,dll - Tidak betah duduk - Kagum pada
bahasa yang baik & - Pinggul, dada anak & mengerjakan guru, pelatih,
mengenali ketika perempuan mulai tugas lebih dari 30 ketua kelas:
penggunaannya membesar atau menit sering cari
salah tanda pubertas - Memilih baca perhatian
lainnya buku yang lebih mereka
- Ukuran otak panjang & - Butuh waktu
meningkat, hampir deskri[tif dengan atasi frustasi
seukuran otak plot kompleks saat dikritik
orang dewasa - Menggunakan - Tidak
- Kecepatan & kemampuan baca menunjukkan
kekuatan lengan, tulis untuk marah dengan
tangan, kaki lebih kegiatan sehari- tindakan fisik
baik hari memengaruhi - Tertarik
- Percaya diri dan orang lain aturan,
mampu lari & - Suka terutama
beraktivitas fisik bereksperimen mainan
dengan durasi lebih dengan alat sehari- berstruktur,
16
L. HOSPITALISASI
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.
Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai
17
A. PENGKAJIAN
Pengkajian tahap pertama dari proses keperawatan yang
dikumpulkan, dimana data dikumpulkan. Dalam proses asuhan
keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan penting dilakukan
oleh perawat hasil pengkajian yang dilakukan perawat dikumpulkan dalam
bentuk data. Adapun metode yang dilakukan dalam pengkajian: wawancara,
pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen) observasi , konsultasi.
1. Identitas klien meliputi nama klien umur jenis kelamin, agama,
2. Keluhan utama meliputi alasan keluhan yang menonjol ada pasien DHF
diderita sekarang.
dan durasi periode obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah
kesemutan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trambositopenia
5. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhkan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
21