Anda di halaman 1dari 28
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA RESES MASA PERSIDANGAN III T.S. 2009 - 2010 TANGGAL, 5s.d. 8 JULI 2010 Ol DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI KE PROVINS! KALIMANTAN BARAT PADA RESES MASA PERSIDANGAN II! TAHUN SIDANG 2009 - 2010 TANGGAL, 5 s.d. 8 JULI 2010 PENDAHULUAN A. Dasar Kunjungan Kerja Kunjungan kerja dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 60/PIMP/III/2009-2010 tanggal 10 Juni 2010 Tentang Penugasan kepada Anggota Komisi | sampai dengan Komisi XI, Badan Legislasi, Badan Anggaran, dan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja berkelompok Pada Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2009-2010. B. Susunan Tim Tim Kunjungan Kerja Komisi Il DPR RI ke Provinsi Kalimantan Barat berjumiah 19 (sembilan belas) orang Anggota yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi ll DPR RI yang terhormat Bapak Dr.Drs.H. Taufiq Effendi, MBA /F- Partai Demokrat dan Anggota Tim terdiri dari 1. Drs. H. Abdul Gaffar Patappe - Anggota Tim / F-PD 2. Dra. Gray Koesmoertiyah, M.Pd - Anggota Tim / F-PD 3. Khatibul Umam Wiranu, M.Hum ~ Anggota Tim / F-PD 4. Ignatius Mulyono - Anggota Tim / F-PD 5. Drs. Agun Gunanjar Sudarsa, Bc IP, M.Si - Anggota Tim / F-PG 6. Hj. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus - Anggota Tim / F-PG 7. Agustina Basik-Basik, S.Sos,MM, MPD - Anggota Tim / P-PG 8. H.Rahadi Zakaria, S.IP, MH - Anggota Tim / P-PDI P 9. Budiman Sudjatmiko, M.Sc., M.Phil - Anggota Tim / F-PDI P 10. Arif Wibowo - Anggota Tim / F-PDIP 11. Agus Purnomo, S.IP - Anggota Tim / F-PKS 12. Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si - Anggota Tim / F-PKS 13. Drs. Rusli Ridwan, M.Si - Anggota Tim / F-PAN 14. Drs. H. Numan Abdul Hakim - Anggota Tim / F-PPP. 15. Hj. Masitah, S.Ag,M.Pd.1 - Anggota Tim / F-PKB 16. Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si - Anggota Tim / F-Gerindra 17. Miryam S. Haryani, SE, M.Si - Anggota Tim / F-Hanura Tim Kunjungan Kerja didampingi oleh Staf Sekretariat Komisi II, Staf Ahli Komisi Il, serta pejabat dari Mitra Kerja Komisi !! DPR RI, yakni dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Badan Pertanahan Nasional, Komisi Pemilinan Umum, dan Badan Pengawas Pemilihan Umum. C. Waktu Pelaksanaan dan Objek Kunjungan Kerja Kunjungan Kerja dilaksanakan dari tanggal 5 sampai dengan 8 JUIi 2010, mengadakan pertemuan dengan 1. Gubernur dan Wakil Gubernur beserta Jajaran, Para Walikota dan Bupati, Pejabat BKD, Kapolda, Pejabat TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut Provinsi Kalimantan; 2. Para Pejabat Kanwil BPN Provinsi, Kota/Kabupaten Administrasi Provinsi Kalimantan Barat 3. _Kepala dan jajaran Pejabat Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Barat; 4. Para Pejabat dan jajaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak 5. Para Pejabat dan Jajaran Samsat Kalimantan Barat 6. _Bupati dan Jajaran serta Masyarakat Entikong Kabupaten Sanggau 7. Para Pejabat dan Jajaran KJRI Kuching, Serawak - Malaysia D. Hasil Kunjungan Kerja Dari pertemuan dengan seluruh jajaran Pemerintah Provinsi/Kabupaten Kalimantan Barat, termasuk pertemuan dengan Kanwil BPN, BKD, Provinsi Kalimantan Barat, serta pihak-pihak terkait lainnya, dan juga pertemuan dengan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia, Kepala Badan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak, terkhusus Bupati Kabupaten Sanggau dan Para masyarakat kecamatan Entikong serta KJRI Kuching, Serawak - Malaysia, telah diperoleh berbagai masukan yang sangat bermanfaat bagi tugas Dewan selanjutnya, dan akan dibicarakan iebih lanjut bersama Pemerintah khususnya dengan mitra kerja Komisi !! DPR-RI. ll. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN A. PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1. EVALUASI DAERAH OTONOM BARU Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan daerah otonom baru (DOB) berdasarkan PP No.6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) dan Permendagri Nomor 23, Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Perkembangan Daerah Otonom Baru, ditemukan hasil sebagai berikut a. Untuk daerah otonom baru yang dibentuk pada tahun 2007, untuk Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Kubu Raya, dikategorikan sedang. Sedangkan untuk Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sekadau dan Kota Singkawang, dikategorikan rendah. Perkembangan daerah otonom tersebut, diukur dari besaran PAD dan prosentase alokasi belanja langsung yang dipergunakan untuk membiayai program dan kegiaatan pada APBD masing ~ masing kabupaten/kota hasil pemekaran. b. Kelemahan dan hambatan yang temui di daerah otonom baru yaitu - Dukungan pendanaan yang terbatas; ~ Pengalihan aset yang belum tuntas; - Penegasan batas yang belum optimal - SDM yang terbatas, meliputi : (1) Rendahnya kualitas dan kuantiitas SDM aparat daerah; (2) masih terbatasnya fasilitas pendidikan yang berkualitas serta kurangnya guru dalam bidang studi sesuai kebutuhan setiap jenjang pendidikan, sehingga menyebabkan tingginya tingat kemiskinan, pengangguran dan buta huruf; - Infrastruktur yang minim, meliputi (1) minimnya sarana dan prasarana, baik transportasi, pendidikan, kesehatan, komunikasi, kelistrikan, air bersih serta infrastruktur lainnya di wilayah yang sampai saat ini belum dapat diakses melalui jalan darat: (2) belum terbukanya akses jalan pada daerah-daerah yang masih terisolir; (3) kurangnya kemampuan penyediaan air, kurang optimalnya tingkat layanan jaringan _irigasi,_ meningkatnya ancaman _terhadap keberlanjutan daya dukungan sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah di daerah terpenciltertinggal; (4) Sulinya memindahkan faktor-faktor produksi (manusia, bahan baku, uang, teknologi dan mesin) ke daerah tertinggal dan terisolir khususnya diwilayah perbatasan, ¢. Terkait dengan pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB), sesuai instruksi presiden berdasarkan hasil rapat dengan pusat, memutuskan untuk tidak ada pemekaran, karena terkendala oleh Aspek SDM yang rendah dalam mengelola manajemen pemerintahan pemerintahan daerah. 2. BATAS WILAYAH a. Penegasan Batas Wilayah antar Kabupaten/Kota * Mengenai penataan batas daerah antara kabupaten induk dengan kabupaten/kota hasil pemekaran, seperti Kabupaten Pontianak dengan Kabupaten Kubu Raya, sampai saat telah dilakukan tahapan penelitian dokumen dan pelacakan batas oleh masing - masing Pemerintah Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya pada segmen Desa Wajok Hulu Kecamatan Siantan dengan Desa Mega Timur Kecamatan Sui Ambawang, Saat ini Telah dilakukan dengan pemerintah Kabupaten Kubu Raya tetapi belum ditemui kesepakatan, * Tahun 2010, Kalimanta Barat akan dijadikan target penegasan batas secara pasti dilapangan oleh Tim Penegasan Batas Pusat Cq. Dirjen PUM yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pihak ke tiga dibawah kordinasi Dirjen PUM Kementrian Dalam Negeri, saat ini dalam proses tender yang kegiatannya akan dilaksanakan selama 3 bulan diperkirakan mulai pada bulan Agustus 2010. Segmen batas yang akan ditegaskan sebanyak 28 segmen batas , terdiri dari: ~ Batas daerah antara Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur; - Batas daerah antara Provinsi Kalimantan Barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah (meliputi 8 wilayah) - Batas antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kalbar (meliputi 19 wilayah batas daerah), b. Penegasan Batas Wilayah NKRI dengan Negara Lain - Kawasan Perbatasan antara Provinsi Kalimantan Barat dengan Sarawak melintasi lima kabupaten yaitu Kab. Sambas, Kab. Bengkayang, Kab. Sanggau, Kab. Sintang dan Kab. Kapuas Hulu, dan 15 kecamatan adalah: Sajingan Besar, Paloh, Siding, Jagoi Babang, Sekayam, Entikong, Ketungau Tengah, Ketungau Hulu, Empanang, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, dan Putussibau ~ Posisi Pos Lintas Batas (PLB) di Kalimantan Barat berada di 4 (empat) wilayah yaitu PLB Entikong, PLB Nanga Badau, PLB Aruk, dan PLB Jagoibabak - Sebagian besar kawasan perbatasan di Indonesia (termasuk Kalbar) merupakan kawasan tertinggal dengan sarana dan prasarana social dan ekonomi yang sangat terbatas. Bagi masyarakat diperbatasan pada umumnya tingkat kesejahteraannya rendah (miskin), dan lebih beroreantasi ke Negara tetangga (Malaysia) - Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan disebabkan oleh akumulasi beberapa factor, yakni rendahnya mutu ‘SDM, minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktivitas dan belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam. - Pendekatan pembangunan yang dilakukan adalah Kesejahteraan, adapun Strategi pengembangan kawasan perbatasan yang akan dikembangkan oleh Kalbar = Membangun infrastruktur dasar (transportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi) dengan mengikutsertakan eran swasta dan masyarakat. - Meningkatkan pengawasan terhadap pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti maraknya berbagai kegiatan illegal, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan untuk melindungi kelestarian hutan dan lingkungan secara berkelanjutan. - Menetapkan batas wilayah secara tegas dan jelas melalui penetapan kembali patok-patok batas - Mengembangkan kawasan sentra produk unggulan dan meningkatkan produksi di sektor hulu untuk memperkuat struktur ekonomi kawasan perbatasan - Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan (border development Center di Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa dan Nanga Badau - Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan ~ Meningkatkan kualitas SDM masyarakat perbatasan dan kapasitas ¢. Terkait dengan kekhawatiran akan terisolinya ideologi bangsa bagi penduduk yang berada di kawasan perbatasan tidak begitu merisaukan pemerintah Kaliman Barat, karena penduduk di Kalimantan Barat dominan adalah masyarakat dayak, utamanya di kabupaten Sambas, Aruk, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu. Sehingga untuk pindah kewarganegaraa sangat kecil, karena ideologinya berdasarkan agama, sedangkan di daerah perkotaan seperti Pontianak, menganut ideologi Pancasila. d. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dalam menyelesaikan masalah perbatasan, utamanya dalam pembangunan Infrastruktur, peningkatan SDM, mendorong pertumbuhan ekonomi, Penegakan hukum, pembangunan sosial dan politik, belum tercapai secara optimal karena ketidakmampuan APBD yang tidak memadai untuk mengcover semua program dan kebijakan yang diambil oleh Pemrintah Provinsi_ Kalimantan Barat. Oleh karena itu peran dan keterlibatan pemerintah pusat_ sangat penting dalam = membangun dan mengembangkan kawasan perbatasan agar benar - benar dapat berfungsi sebagai beranda NKRI yang mempresentasikan wajah dan kondisi di mata negara tetangga e. Terkait dengan masalah perbatasan, pada aspek pertahanan dan keamanan, pemerintah provinsi Kalimantan barat telah melakukan kordinasi dengan pihak Kapolda dan TNI baik matra darat, matra laut dan matra udara, 3. IMPLEMENTASI PP NO. 19 TAHUN 2010 a. Kegiatan yang telah dilakukan Pemrov. Kalbar Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah provinsi Kalimantan Barat dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat, sebagaimana diatur pada pasal 38, UU No. 32 Tahun 2004. Serta PP No. 19 Tahun 2010 tentang tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang serta kedudukan keuangan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi, guna mengharmonisasi dan menjaga keseimbangan laju pembangunan antara Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi, Pemerintah Kalimantan Barat telah melakukan beberapa hal sebagai berikut : + Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi Kalbar dengan instansi vertikal dan antar instansi vertikal di wilayah Prov. Kalbar. * Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota, melalui: ~ Fasilitasi dan konsultasi penyelenggaraan urusan_pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota di wilayah Prov. Kalbar: - Fasilitasi dan konsultasi pengelolaan kepegawaian Kabupaten/Kota di wilayah Prov. Kalbar -Fasilitasi penyelesaian _perselisihan yang timbul_ dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar Kabupaten/Kota. + Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota, melalui: ~ Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah kabupaten/Kota; ~ Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD, pajak daerah, Tetribusi daerah dan tata ruang wilayah Kabupaten/Kota di wilayah Prov. Kalbar; - Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah Kabupaten/Kota b. Hambatan yang dihadapi dalam implementasi PP Nomor 19 Tahun 2010, antara lain * Belum tersedianya anggaran dana dekosentrasi untuk menunjang tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat * Adanya perbedaan penafsiran terhadap ketentuan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, sehingga sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan kebijakan pemerintah daerah belum terlaksana dengan baik c. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk mengatasi masalah tersebut yaitu perlu dilakukan dilakukan sosialisasi PP Nomor 19 tahun 2010 secara komprehensif. Namun karena belum tersedia anggaran untuk alokasi tersebut pada Tahun 2010, maka Pemprov. Kalbar akan mengagendakan kegiatan sosialisasi pada perubahan APBD TA 2010 4, REFORMASI BIROKRAS! a. Dalam rangka mewujudkan organisasi pemerintah daerah yang ramping, efektif, efisien, rasional, profesional dan transparan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah menempuh Kebijakan terkait reformasi birokrasi, diantaranya * Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kewenangan (urusan), kemampuan keuangan (APBD), ketersediaan Sumber Daya Aparatur, karakteristik dan potensi daerah, serta visi dan misi daerah * Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan jumlah bidang pada masing-masing SKPD tidak menggunakan pola maksimal dengan maksud agar tercipta struktur organisasi yang rasional sesuai dengan kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan publik, * Organisasi Perangkat Daerah yang telah dibentuk dievaluasi kembali terkait dengan aspek beban kerja, struktur organisasi, tupoksi, serta urusan yang ditangani b. Langkah — langkah yang sedang dan akan ditempuh dalam mencegah dan memberantas KN antara lain adalah * Membentuk Tim kordinasi, monitoring dan evaluasi percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan Provinsi Kalbar melalui Keputusan Gubernur Kalbar Nomor 215 Tahun 2010 + Melaksanakan Pengawasan Melekat (WASKAT) baik di lingkungan SKPD Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota + Membentuk dan mengembangkan kelompok — kelompok budaya kerja di setiap SLPD * Menyusun LAKIP Tahunan * Penetapan Kinerja 5. KEPEGAWAIAN Kebijakan yang telah diambil Pemerintah Provinsi Kalbar dalam rangka menyempurnakan manajemen kepegawaian melalui langkah-langkah a. Pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS) dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, presentasi kerja dan jenjang pangkat b. Saat ini Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalbar sedang melakukan tahapan penyusunan standar kompetensi Pegawai Negeri Sipil c. Untuk mencapai komposisi pegawai ideal, sampai saat ini belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Namun beberapa langkah kebijakan yang telah dilakukan, yaitu : 1). Penataan Staf, 2). Rekruitmen/Pengadaan Pegawai, yang dilakukan dengan cara pegawai mengisi formasi kebutuhan pegawai pada instansi di lingkungan pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat. d. Terkait dengan sistem renumerasi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 7 Tahun 2010 tentang tambahan penghasilan yang diberikan berdasarkan beban kerja adalah terhadap pejabat struktural per-eselon dan PNS non Struktural berdasarkan Golongan. Tambahan penghasilan dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai, sebagaimana diamanahkan dalam pasal 39 ayat (2) sampai dengan ayat (7a) Permendagri nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. e. Terkait dengan penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg), BKD Provinsi Kalbar telah menerapkan SIMPEG sejak tahun 2000 berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Kepegawaian dan Kepmendagri No. 17 Tahun 2000. Saat ini BKD telah mulai menerapkan Simpeg melalui Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK), yang sekarang sudah dapat terhubung secara on line ke BKN. TENAGA HONORER a. Terkait dengan tenaga honorer Provinsi Kalbar yang terdata dalam database sesuai amanat PP No.48 Tahun 2005 jo PP No.43 tahun 2007 secara bertahap sejak formasi CPNS Tahun 2005 hingga Tahun 2009, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah menyelesaikan proses pengangkatan seluruh tenaga honorer b. Jumlah Tanaga Honorer + Tenaga honorer Prov. Kalbar yang terdata dalam database berjumlah 990 orang ~ Tenaga honorer yang diangkat menjadi CPNS ditetapkan secara bertahap mulai formasi tahun 2005 hingga tahun 2009 dengan rincian sebagai berikut : Formasi | Tenaga | Tenaga Tenaga | Tenaga | Usia | Jumlah Tahun__| Guru__| Kesehatan | Strategis_| Adm. _| Kritis 2005 | 0 43 58 13 2 [16 [200615 2 66 275 [2 [349 [2007 To [o 24 111 [0 132 2008 | 0 0 18 134 [0 152 2009 | 0 0 2 214 [0/216 (Jumiah_[5 45 [165 746 [4 | 965 ¢. Jumlah tenaga honorer di lingkungan Pemerintah Prov. Kalbar yang tidak dapat diangkat menjadi CPNS sebanyak 25 orang disebabkan karena : 1). Meninggal Dunia; 2). Telah menjadi CPNS melalui jalur pelamar umum; 3). Mengundurkan diri/diberhenti; 4). Belum mencapai usia minimal sesuai dengan yang dipersyratkan di dalam PP. Nomor. 43 Tahun 2007 4d. Pemerintah Provinsi Kalbar belum melakukan upaya untuk mengangkat tenaga honorer yang tersisa dan tidak terdata di dalam database BKN, sepanjang belum ada petunjuk atau peraturan yang mengatur mengenai hal dimaksud > Masalah Dan Kendala a. Kalimantan Barat kekurangan tenaga pendidik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mendatangkan tenaga pendidik dari lar daerah seperti NTB, Jawa Tengah, dan Jogja, namun saat ini para tenaga pendidik tersebut akan segera pensiun. b. Terkait dengan pengangkatan tenaga guru _honorer/kontrak, pemerintah provinsi Kalimantan Barat meminta perlakuan khusus kepada tenaga pendidik tersebut untuk tidak lagi mengikuti test, karena terkendala oleh kurangnya tenaga pendidik pada setiap jenjang, Solusi Dan Saran Menyikapi masalah pengangkatan tenaga honorer, Komisi Il DPR RI telah membentuk Panja Gabungan Tenaga Honorer Komisi II, Vill dan X untuk membahas pengangkatan tenaga honerer, dimana menghasilkan keputusan, salah satunya menjawab masalah yang dihadapi oleh Pemprov. Kalimantan Barat diatas, mengatakan bahwa bagi tenaga guru honorer yang tercatat dalam database sejak 1 Januari 2005 dan telah mengbdi, tidak lagi mengkuti test. Tetapi tetap dianjurkan untuk mengikuti proses verifkasi data b. Tahun 2010, pemerintah pusat akan merencanakan pengangkatan guru — guru Inpres untuk menyikapi tenaga pendidik yang akan segera pensiun Olehnya itu diharapkan kepada Pemerintah Daerah agar tidak menggunakan Undang - Undang untuk mengangkat tenaga pendidik hingga tahun 2012, karena akan keluar Peraturan Pemerintah yang mengatur pengangkatan guru strata pendidikan sarjana c. Komisi Il mendorong Kementrian PAN dan Reformasi Birokrasi untuk melakukan penyebaran secara merata atas penempatan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan keseluruh daerah baik kota maupun desa di seluruh Indonesia, agar tidak lagi terjadi ketimpangan pendidikan py 7. PELAYANAN PUBLIK a. Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan_ publik, pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memberikan pelayanan kepada Masyarakat berdasarkan prinsip pelayanan lebih simple, mudah, sederhana, cepat, murah dan transparan serta berkeadilan. Adapun kebijakan yang diambil pemerintah Kalbar dalam kaitannya dengan implementasi Undang ~ Undang Pelayanan Publik yaitu * Membentuk unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di setiap kabupaten/kota se-Kalbar. Dilaporkan tinggal 4 (empat) kabupaten yang sedang dalam proses pembentukan (Kab. Kapuas Hulu, Landak, Sekadau, dan Kayong Utara); + Melaksanakan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) kepada unit pelayanan publik di provinsi maupun kabupaten/kota; + Secara bertahap melaksanakan sosialisasi Bimtek serta penyusunan Standard Operating Prosedur (SOP) bagi SKPD di provinsi maupun kabupaten/kota; * Penyusunan Database pelayanan publik sebagai suatu sistem informasi pelayanan kepada masyarakat yang dapat diakses melalui internet. b.Dalam pelayanan publik pemerintah daerah senantiasa berusaha melibatkan masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam evaluasi melalui kegiatan public hearing pada saat penyusunan suatu perda atau dari kegiatan survey IKM yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk turut menilai/mengevaluasi langsung kinerja dari suatu unit pelayanan yang diberikan. c. Dalam pemberian fasilitas pelayanan publik bagi kelompok rentan, pemerintah telah melakukan perlakukan khusus seperti penyediaan loket khusus bagi kelompok rentan di rumah sakit pemerintah d. Hambatan yang ditemui dalam pelayanan publik adalah : 1). Masih kurang simple, berbelit - belit, lama dan mahal; 2). SDM pelayanannya juga masin menjadi keluhan, dimana terkenal dengan ketidak ramah- tamahannya, kurang bersahabat, kurang responsif, dan kurang profesional; 3). Minim sarana dan prasarana pendukung, serta miskinnya inovasi serta kreativitas dalam pelayanan sehingga cenderung menimbulkan kejenuhan dan kebosanan. e. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu perubahan main set dan culture-set, memperkaya SDM aparatur dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan bidang tugasnya, penerapan dan penyempurnaan SOP yang baik, serta memenuhi sarana dan prasarana sesuai standar dan dengan tekhnologi modem. Adanya penilaian unit pelayanan publik juga dapat menyuntikkan semangat perbaikan dan memacu timbulnya kreativitas serta inovasi dalam pelayanan. ADMINISTRAS! KEPENDUDUKAN Dalam menata administrasi kependudukan, Pemerintah Provinsi diberikan kewenangan yang strategis dalam penyelenggaraan _administrasi kependudukan bersifat koordinasi, pembinaan, fasilitasi, supervisi dan konsultasi di daerah sebagaimana diatur dalam UU No.32/2004 dan UU No.23/2006, yaitu dengan dijadikannya urusan kependudukan dan catatan sipil sebagai urusan wajib di daerah. Guna mendukung tertib penyelenggaraan administrasi kependudukan, maka proses pelayanan administrasi kependudukan dan pengolahan data berbasis SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan), hendaknya diselenggarakan secara tertib, dengan berpedoman pada asas tat hukum, sehingga dapat terwujud tatanan pemerintahan ke arah good governance dan optimalisasi pelayanan public. Mengingat pentingnya penerapan SIAK dalam pelayanan administrasi kependudukan dan pengelolaan database kependudukan, maka perlu melakukan upaya peningkatan pengelolaan SIAK di daerah. ‘Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Kalimantan barat, dalam penyelenggaraan administrasi berbasis SIAK yaitu : a. Penerapan SIAK berdasarkan PP No, 37 Tahun 2007, telah dilaksanakan oleh Instansi Terkait, yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dari tahun 2007 hingga sekarang. SIAK sudah digunakan dalam pelayanan administrasi kependudukan (pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil) dan pengolahan data kependudukan kabupaten/kota, kecuali untuk Kabupaten Sanggau pelayanan SIAL belum menggunakan SIAK, akan tetapi untuk pengolahan data dan pelayanan pencatatan sipil sudah menggunakan SIAK. b. Saat ini program SIAK yang digunakan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/kota Se-Kalimantan Barat masih bersifat offline. Pengiriman database kependudukan kabupaten/kota se provinsi dan ke puast juga masih offline (pengiriman back up DMP SIAK melalui CD, USB, atau imeal). Sedangkan Pengelolaan dan penyajian data base kependudukan secara real time online antara database Provinsi telah dilakukan pada 6 kecamatan di pontianak, dengan jumlah penduduk 637.700 jiwa, dengan penerarapan E-KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) Nasional. Dan untuk wilayah lain akan dilakukan secara bertahap. ©. Pelaksanaan E ~ KTP dibiayai oleh APBD, tetapi saat ini Dispencapil Pontianak Prov. Kalimantan Barat akan memperoleh bantuan dari pemerintah pusat berupa Server dan Komputer, masing — masing 2 (dua) unit. d. Secara teknis Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan yang berbasis tekhnologi di operasikan oleh Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil, sehingga gaji operator tidak lagi membebani biaya APBN/APBD, sebagaimana telah diatur bahwa pembiayaan tidak boleh ganda. > Masalah Dan Kendala Dikalimantan Barat masih terdapat kendala atau permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan administrasi kependudukan di daerah, diantaranya yaitu a. Penerapan penyelenggaraan administrasi kependudukan_berbasis SIAK di wilayah Provinsi Kalimantan Barat masih sangat rendah dan tidak berjalan optimal, karena hanya diterapkan di 6 kecamatan di Pontianak, sedangkan di kabupaten lain belum dilakukan administrasi kependudukan dengan sistem SIAK secara online. Hal ini dikahawatirkan tidak akan rampung hingga menjelang pemilu 2014, sehingga masalah DPT dapat terulang kembali b. Masih ada data penduduk yang belum masuk database SIAK, meskipun disadari masih tedapat di beberapa Kabupaten yang baru memulai proses pelayanan administrasi kependudukan berbasis SIAK, sehingga belum semua penduduk terdata dalam database SIAK. c. Kurangnya koordinasi dilapangan, terutama petugas yang terkait Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Kecamatan, serta petugas BPS dan Kelurahan/desa dalam mengelola._administrasi kependudukan, sehingga pengolahan data penduduk, baik yang dilakukan melalui SIAK maupun manual, masih banyak data yang disampaikan tidak akurat dan tidak valid d. Terbatasnya kapasitas SDM aparatur yang capable dan professional baik tingkat Provinsi Kabupaten/Kota dalam mengoperasikan secara teknis SIAK berbasis tekhnologi Pemasangan tower belum difasilitasi anti petir, sehingga mudah rusak Terbatsnya anggaran pemerintah aerah untuk mendukung dan mengembangkan tekhnologi SIAK serta melakukan kegiatan — =o kegiatan pembinaan/pelatihan bagi para aparatur penyelenggara SIAK di daerah sebagai ujung tombak keberhasilan penyelenggara administrasi kependudukan 9g. Masih ada kepala daerah dan DPRD pada kabupaten/kota yang belum memhami secara baik tentang pentingnya tertib penyelenggara administrasi kependudukan sehingga menyebabkan dukungan untuk terselenggaranya administrasi kependudukan di daerah menjadi sangat terbatas (anggaran maupun sarana dan prasarana) > Solusi Dan Saran a. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu menyusun target pencapaian yang jelas, termasuk jangka waktu penyelesaian atas penerapan SIAK seluruh kabupaten di Indonesia. b. Badan Anggaran Komisi Il DPR RI mengintruksikan kepada jajaran pemerintah terkait tentang implementasi_ UU —Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil agar segera diterapkan dan selesai hingga tahun 2012, agar tidak melanggar Undang — Undang. Untuk selanjutnya Komisi Il DPR RI menghimbau agar APBN Tahun 2011 persoalan SIAK terkait masalah anggaran dapat segera dituntaskan, karena komisi Il telah menyetujui anggaran SIAK Tahun 2011 sebesar 41,1 trilyun. ¢. Komisi Il DPR RI akan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder yaitu Menteri Keuangan, mendagri dan Bappenas, serta pihak — pihak terkait lainnya untuk membahas penyelesaian pengolahan administrasi kependudukan berbasis SIAK 10.KEARSIPAN a. Kebijakan yang telah diambil Pemerintah Provinsi Kalbar dalam rangka penataan kearsipan di daerah, yaitu * Mensosialisasikan UU No.43 Tahun 2009 tentang Kearsipan baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota; * Bekerjasama dengan PTN (Universitas Tanjungpura) dan PTS dalam memberikan pembekalan kepada mahasiswa yang akan mengikuti KKN; + Penilaian dan penyusutan arsip inaktif; Melakukan sosialisasi Arsip pada sekolah di Kabupaten/Kota (Kepala SLTP dan SLTA); * Melakukan Rakor Kearsipan Tingkat provinsi; + Kegiatan Kajian Sistem Regulasi Kearsipan (Penyusunan Perda di bidang Kearsipan) b. Terhadap pengeolaan arsip yang bernilai sejarah, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat terus berupaya mengumpulkan dokumen — dokumen terkait dengan hal tersebut. Namun pemerintah menemui hambatan utamanya keterbatasan anggaran dan keterbatasan arsiparis 11. ANGGARAN a. Berdasarkan hasil Musrenbang Provinsi Kalbar, Pemerintah Provinsi Kalbar telah mengajukan Usulan Anggaran APBN untuk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 adalah sebesar Rp. 4,064 trilyun, dengan program-program prioritas Tahun 2011 kepada Pemerintah Pusat sebagai berikut: ~ Peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat; - Peningkatan kecerdasan SDM; ~ Peningkatan derajat kesehatan masyarakat; > Peningkatan pembangunan infrastruktur; 10 ~ Peningkatan kemampuan pembiayaan pembangunan; > Pemerataan pembangunan, keadilan, keamanan serta ketahanan budaya b. Dalam sejarah pengusulan pendanaan pembangunan melalui APBN, yang diusulkan setelah melalui Musrembangprov dalam realisasinya masin jauh dari yang diharapkan atau kurang sesuai dengan program prioritas di Kalimantan Barat. ©. Dana Dekosentarsi yang diterima Provinsi Kalimantan Barat TA 2007 sebesar Rp. 666.876.768,00. Dana aktual yang diterima Pemrov. Kalbar Rp. 99,15% dari dana dekosentarsi. Dari dana tersebut, yang terealisasi 82,39%. Taret fisik yang direncanakan sebesar 99,27%, yang terealisasi sebesar 86.90% d. Dana Dekosentarsi yang diterima Provinsi Kalimantan Barat TA 2008 sebesar Rp. 686.250.800,00. Dana aktual yang diterima Pemrov. Kalbar Rp. 404.486.840,85 dari dana dekosentarsi, Dari dana tersebut, yang tetealisasi Rp. 334.732.319,25. Taret fisik yang direncanakan sebesar 58,87%, yang terealisasi sebesar 52.63% e. Dana Dekosentarsi yang diterima Provinsi Kalimantan Barat TA 2009 sebesar Rp. 937.758.443,00. Dana aktual yang diterima Pemrov. Kalbar Rp. 658.405.840,00 dari dana dekosentarsi. Dari dana tersebut, yang terealisasi Rp. 608.688.172. Target fisik yang direncanakan sebesar 69,78%, yang terealisasi sebesar 65.09% > Masalah Pemerintah Kalimantan Barat mendapat anggaran APBN sebesar Rp. 500 Milyar/Tahun, namun anggaran tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan di Kalimantan Barat > Saran dan Solusi Komisi Il DPR RI meminta kepada Pemerintah Gubernur Kalimantan Barat untuk membuat rancangan program — program prioritas yang menjadi kebutuhan mendesak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di wilayah perbatasan, agar Komisi i DPR RI memiliki dasar hukum untuk mendorong dan memperjuangkan peningkatan anggaran bagi Provinsi Kalimantan Barat 1. PEMILUKADA BUPATIWAKIL BUPATI 2010 a. Pemilukada dilaksanakan secara serentak pada tanggal 19 Mei 2010 di 6 kabupaten, yakni Kab. Sekadau, Kab. Melawi, Kab. Sintang, Kab. Ketapang, Kab. Bengkayang, dan Kab. Kapuas Hulu. b. Perkembangan pemilukada yang berlangsung pada 6 (enam) kabupaten yaitu * Kab. Ketapang akan berlangsung dalam dua putaran, yang berlangsung pada tanggal 5 Juli 2010 * Kabupaten Sintang akan dilakukan pemilihan ulang dan penghitungan ulang di beberapa_kecamatan tertentu sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi. Tercatat 97 TPS melakukan perhitungan ulang pada tanggal 3 Juli 2010, dan hasil tidak ada perubahan * Terjadi kericuhan pada proses pemilukada di Kabupaten Bengkayang akibat perseturuan antar kubu. Tapi dapat ditangani oleh kapolres sebagai penengah (mediator) cc. Secara umum penyelenggaraan Pemilukada di Provinsi Kalbar berlangsung aman dan terkendali u > Masalah Dan Kendala Selama proses pemilukada berlangsung, terdapat masalah dan beberapa pelanggaran pemilukada yang dilakukan, diantaranya a. Daftar Pemilih Tetap (DPT) tidak akurat b. Banyak masyarakat yang tidak memilih, karena undangan tidak sampai kepada para pemilih dan tidak terdaftar. Implikasinya tingkat partisipasi politik masyarakat rendah yaitu sekitar 29% pemilin DPT yang ada menyalurkan hak pilihnya ke TPS. c. Penggunaan fasilitas pemerintah berupa sekolah untuk kampanye, seperti yang terjadi di Kecamatan Suanga Raya > Saran Dan Solusi a. Perlu peningkatan kordinasi daerah melalui dinas catatan sipil dan kependudukan (Disdukcapil), terutama soal penyusunan dan pendataan lengkap terhadap DPT, sehingga tidak terjadi tumpang tindih nama dan nomor induk kependudukan dilapangan, yang dapat berdampak pada partisipasi pemilih b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi penyelenggara pemilu baik ditingkat PPS, PPK, Panwasam dan Kabupaten, dan saksi dari peserta pemilu c. Profesionalisme penyelenggaraan pemilu mulai dari tingkat bawah hingga atas. C. BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1. PROFIL KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI KALIMANTAN BARAT a. Kantor Wilayah (Kanwil) Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu Kanwil BPN dari 33 provinsi di Indonesia yang merupakan instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang bersangkutan yang berkaitan dengan bidang pertanahan guna mewujudkan Visi dan Misi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN — RI). b. Dari 14 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, hanya 2 Kabupaten yang mendapatkan anggaran pembangunan kantor yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau dan Kantor Pertanahan Kabupaten Melawi, Khusus Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya dan Perwakilan Kantor Pertanahan Pertanahan Kayong Utara belum memiliki Gedung Kantor. Sedangkan 10 Kantor Pertanahan yang lain bangunan kantor telah berusia 20 tahun. c. Standar Prosedur pelayanan diatur dalam Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2010 telah disosialisasikan pada seluruh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat dan sudah dilaksanakan secara maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh setiap kantor tersebut. d. Anggaran Kanwil BPN Prov. Kalimantan Barat dan 12 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, rata-rata biaya operasional Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota sebesar Rp. 245 juta / tahun 2. PROGRAM SERTIFIKASI DAN PENGUKURAN 1). Program Sertifikasi Dalam rangka mewujudkan percepatan pendaftaran tanah, BPN mengadakan berbagai program pendaftaran tanah, diantaranya adalah: 12 a. Program Nasional Pertanahan (PRONA) + Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali melalui PRONA telah dilaksanakan sejak tanggal 15 Agustus 1981 sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang PRONA. Alokasi Prona di tiap kabupaten / Kota Tahun 2007 s.d. 2010 target fisik sebanyak 27.390 bidang dengan realisasi 26.986 bidang dan target keuangan Rp. 8.632.030,00 dengan realisasi_Rp.7.372.203,00. Dilaporkan Pelaksanaan PRONA di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Barat pada Tahun 2009 dari target sebanyak 8.800 bidang telah terealisasi sebanyak 8.704 bidang * Hambatan dan Solusi dalam pelaksanaan Prona adalah ketidakmampuan masyarakat peserta prona dalam membayar Bea Perolehan Hak Atas dan Bangunan (BPHTB). Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dan difasilitasi olen Kantor Pertanahan Kabupaten’ Kota untuk mengajukan keringanan pembayaran BPHTB berupa pemotongan BPHTB sebesar 75% kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat b. Program Larasita * Seluruh kantor pertanahan sudah melaksanakan_ program Larasita tetapi yang telah mendapatkan fasilitas kendaraan operasional baru 4 Kantor Pertanahan Kabupaten / Kota, sebagai berikut - Kota Pontianak mendapatkan 1 mobil dan 2 motor yang diterima pada tahun 2007 dan dioperasikan tahun 2008 - Kota Singkawang mendapatkan 1 mobil dan 2 motor yang diterima pada tahun 2008 dan dioperasikan tahun 2009 - Kota Landak mendapatkan 1 mobil dan 2 motor yang diterima pada tahun 2009 dan dioperasikan tahun 2010 - Kabupaten Pontianak mendapatkan 1 mobil dan 2 motor yang diterima pada tahun 2009 dan dioperasikan tahun 2010. * Banyaknya bidang tanah yang di sertipikasi melalui program Larasita, sebagai berikut - Kota Pontianak, dilaksanakan sejak tanggal 16 Februari 2009 sampai dengan bulan Mei 2010 telah dilayani permohonan sertipikasi sebanyak 610 bidang, dengan perincian pada tahun 2009 telah dilayani sebanyak 406 bidang dan sampai bulan Mei 2010 sebanyak 204 bidang. - Kota Singkawang, sampai dengan bulan Mei 2010 sebanyak 16 bidang. Program larasita memang ditujukan untuk mendekatkan pelayanan pertanahan bagi masyarakat yang tinggal di pelosok-pelosok atau daerah-daerah yang sulit dijangkau pelayanan pertanahan * Hambatan Dan Solusi yang dilakukan Kanwil BPN Kalimantan Barat - biaya operasional Larasita tidak ada dalam DIPA kantor pertanahan yang bersangkutan. Untuk mengatasi_ hal tersebut telah diatur penjadwalan kunjungan Larasita ke Kecamatankecamatan di wilayah kerja masing-masing. > belum semua lokasi tersedia jaringan GSM atau jaringan internet terutama di Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Landak. Untuk mengatasi hal tersebut maka pelayanan di 1B 2). lokasi kegiatan dilakukan secara offline, kemudian dilakukan entry data di kantor pertanahan yang bersangkutan. - _ biaya pelayanan pengukuran dan pemeriksaan tanah terlalu tinggi sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah No. 13 tahun 2010. - pengenaan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dan difasilitasi oleh Kantor Pertanahan Kab/kota yang bersangkutan, kepada pemilik tanah untuk mengajukan keringanan pembayaran BPHTB sebesar 75% kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat ~ _administrasi pertanahan di tingkat desa belum tertib. Untuk itudisarankan agar pemerintah daerah _memberikan perhatian khusus mengenai administrasi pertanahan tersebut. Program Pengukuran Terkait dengan kegiatan pengukuran bidang tanah, ada beberapa hambatan dan solusi yang dilakukan oleh Kanwil BPN Kalimantan Barat, diantaranya @. keterbatasan tenaga ukur baik jumlah maupun kualitas. Untuk mengatasi hal tersebut Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat telah mengadakan pendidikan dan pelatinan secara internal yang dimutai tahun 2009 sebanyak 48 peserta dan tahun 2010 sebanyak 39 peserta. Dengan adanya diklat ini diharapkan bukan hanya kualitas yang meningkat tetapi juga kuantitasnya, karena bertujuan agar semua pegawai kantor pertanahan bias melakukan kegiatan pengukuran. b. Keterbatasan peralatan sebagai berikut * GPS Geodetik yang dimiliki Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat hanya dua set, untuk melaksanakan pengukuran perkebunan seluas antara 100 ha sampai dengan 1.000 ha ‘Sampai saat ini permohonan pengukuran yang sudah masuk sebanyak 13 Bidang. Dan yang sudah dilaksanakan pengukuran sebanyak 10 bidang. Alat ukur total station yang dimiliki_kanwil BPN sebanyak 9 buah, dengan perincian sebagai berikut: - Kanwil BPN sebanyak 1 buah dalam kondisi rusak - Kantor Pertanahan Kota Pontianak sebanyak 2 buah - Kantor Pertanahan Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, Kabupatan Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi masing-masing 1 buah * Ploter sebanyak 9 buah dengan perincian: ~ Kanwil ada 4 buah, 2 diantaranya rusak, - Kantor Pertanahan Kota Pontianak ada 2, 1 diantaranya rusak. ~ Kantor Pertanahan Kabupaten Landak memiliki 1 ploter dalam kondisi rusak - Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkayang memiliki 1 ploter dalam kondisi rusak - Kantor Pertanahan Kabupaten Landak dan ketapang masing-masing memiliki 1 ploter dalam kondisi baik. * Peta dasar yang dipergunakan saat ini bersumber dari peta rupa bumi Indonesia, produksi Bakosurtanal, dengan 4 ketelitian posisi yang masih belum memadai. Untuk itu sedang diupayakan pembelian citra-citra satelit resolusi sedang sampai tinggi + Produk-produk hasil_ pengukuran sebelum tahun 1997 menggunakan koordinat local sehingga mengalami kesulitan dalam penyatuan peta-peta tersebut untuk mendapatkan peta tunggal, 3. PENYELESAIAN KASUS SENGKETA TANAH a. Sejak tahun 2006 sampai tahun 2010, jumlah kasus sengketa tanah sebanyak 580 kasus, dengan rincian sebagai berikut * Tahun 2006 sebanyak 24 Kasus Tahun 2007 sebanyak 45 kasus Tahun 2008 sebanyak 171 kasus Tahun 2009 sebanyak 81 kasus Januari 2007 sampai dengan Juni 2010 sebanyak 259 kasus b. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persengketaan tanah antara lain; + Tumpang tindih penguasaan dan kepemilikan tanah * Sengketa prosedur penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah + Sengketa warisan + Sengketa tapal batas c. Pihak-pihak yang terlibat dalam persengketaan tanah antara lain: * Orang perorangan * Orang dengan Intansi Pemerintah (termasuk TNUPOLRI) * Orang dengan Badan Hukum d. Proses penyelesaian yang dilakukan BPN adalah dengan mengutamakan Mediasi antara para pihak, dipertemukannya pihak-pihak yang bersengketa dengan BPN sebagai fasilitator dan selanjutnya bila tidak ditemukan kesepakatan, maka jalur terakhir yang ditempuh adalah jalur hukum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dilaporkan bahwa dalam proses penyelesaian permasalahan sengketa, perkara dan konflik pertanahan Provinsi Kalimantan Barat selama periode tahun 2009 ~ Juni 2010 adalah: * 39 kasus sengketa sedang dalam proses mediasi * 8 kasus diantaranya diselesaikan melalui jalur hokum + 43 kasus masih didalam proses pengkajian dan penanganan yang dilakukan oleh masing-masing kantor pertanahan _berkoordinasi dengan Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, e. Dilaporkan bahwa ada 3 (tiga) factor menjadi hambatan dan kesulitan BPN Provinsi Kalimantan Barat dalam menyelesaikan sengketa tanah, diantaranya: * Terdapat produk berupa pendaftaran tanah yang belum dapat dilaksanakn dengan baik dan untuk sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah * Pemerintah Desa/ Kelurahan di Kalimantan Barat belum mempunyai register tanah, sehingga Surat Keterangan Tanah (SKT) yang dikeluarkan Kepala Desa, pada tahun belakangan ini cenderung ganda * Pola penguasaan dan penggunaan tanah masyarakat tidak terjaga dengan benar. 15 4. Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) Di Kawasan Perbatasan Perubahan paradigma pembangunan kawasan perbatasan dari kawasan belakang menjadi kawasan beranda depan NKRI dengan pendekatan pembangunan berdasarkan kesejahteraan, keamanan dan_kelestarian lingkungan, tentu saja mempunyai konsekuensi dimana pembangunan harus diarahkan pada kawasan perbatasan. Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten harus memberikan perhatian yang serius untuk membangun kawasan perbatasan, baik dalam hal pengamanan, pengelolaan maupun pembiayaannya. Adapun Kesulitan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan pertanahan di wilayah perbatasan antara lain: a. Kondisi obyektif wilayah perbatasan yang masih terisolasi b. Berstatus sebagai kawasan hutan sehingga tidak bisa diterbitkan sertipikat hak atas tanah ©. Kebijakan “Security Belt” dari Komando Daerah Militer (Kodam) Tanjung Pura, yang menetapkan wilayah sejauh 2,5 km dari batas terluar Republik Indonesia, tidak diperbolehkan dilakukan aktivitas administrasi pemerintah seperti sertipikat tanah, penerbitan jjin lokasi, in Mendirikan Bangunan (IMB), dan sebagainya. Mengingat kesulitan-kesulitan tersebut terutama point b dan c, maka Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Barat hanya dapat mengarahkan kegiatan Identifikasi_Pemilikan, penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) di kawasan perbatasan tersebut. D. BADAN PERPUSTAKAAN, KEARSIPAN DAN DOKUMENTASI PROVINS! KALIMANTAN BARAT 1. Badan perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi provinsi Kalimantan Barat adalah lembaga teknis daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan daerah No. 10 Tahun 2008 tentang SOPD Provinsi Kalimantan Barat dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 62 Tahun 2008 tentang Tupoksi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat 2. Secara kuantitatif jumlah fungsional arsiparis pada Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 12 (dua belas) orang dan secara kualitatif masih perlu ditingkatkan kualitasnya melalui pelatihan — pelatinan dibidang kearsipan 3. Hubungan kerja atau jaringan kerjasama yang telah dirintis oleh Badan Perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat dengan berbagai Instansi lain yang terkait, baik Instansi pemerintah, Swasta maupun perseorangan adalah : * Dengan ANRI berupa kerjasma program Jaringan_ Informasi Kearsipan Nasional (JIKN). + _Kerjasama dengan sekolah — sekolah kejuruan dan Perguruan Tinggi melalui program layanan jasa kearsipan (program magang) 4. Program — Program Bidang Arsip TAHUN 2010 TAHUN 2010 (Bidang Arsip Statis) (Bidang Arsip Dinamis) 1 KEGIATAN 1 KEGIATAN > Program Penyelamatan dan} > Program Perbaikan Sistem Pelestarian Dokumen Arsip Administrasi Kearsipan Daerah + Persamaan Persepsi + Penarikan dan Penataan Pengelolaan Arsip Arsip Statis (Dinamis / Bina Sistem ) J 16 *Perawatan dan Restorasi * Kajian “Sistem Regulasi Arsip Kearsipan + Penelusuran dan ( Dinamis / Bina Sistem ) Inventarisasi_ Arsip Statis di * Sosialisasi Kearsipan di Lingkungan Badan / Dinas lingkungan SKPD Kabupaten / > Program Peningkatan Kualitas Kota Pelayanan Informasi : + Fasilitasi Bimtek Arsip Masuk + Penyusunan Daftar Arsip Desa Statis Berdasarkan JIKN (Dinamis / Bina Sistem ) > Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah + Inventarisasi / Pendataan dan Penyuluhan Arsip _Pilkada, Pilpres dan Pemitu Legistatif. + Penilaian, Penyusutan dan Pemusnahan Arsip. *Penarikan dan Pengolahan Arsip Inaktit > Program Pemeliharaan Rutin / Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan : *Perawatan / Pemeliharaan Arsip Inaktif. > Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi | *Pemilihan — Arsiparis dan Pengelola_ Arsip _Teladan Tingkat Provinsi Kalimantan ll, ALOKASI DANA Barat Rp. 228.628.500,- + Apresiasi Kearsipan. | + Sosialisasi Arsip Pada Sekolah ( Dinamis / Bina Sistem ). + Penerbitan Buletin Kearsipan & Perpustakaan (Dinamis/Bina Sistem) I ALOKASI DANA | | Rp. 420.500.000,- Sumber : Badan perpustakaan, Kearsipan dan dokumentasi provinsi Kalimantan Barat 5. Arsip Yang Bernilai Sejarah Adapun yang telah dan sedang dilakukan oleh Badan Perpustakaan, Kearsipan, Dokumentasi Provinsi Kalimantan Barat adalah + Pendataan arsip statis di lingkungan SKPD Provinsi Kalimantan Barat * Penarikan/akuisisi arsip statis di Lingkungan SKPD Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat Menduplikasi arsip yang penting berupa copy dan alih media Penelusuran arsip disetiap Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat Penyelematan dan Pelestarian dokumentasi/arsip daerah, seperti : perawatan dan restorasi arsip * Penyusunan daftar arsip statis berdasakan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN), seperti : membuat/menyusun daftar arsip statis melalui komputerisasi 7 * Memberikan pemahaman kepada masyarakat/pemegang arsip yang mempunyai nilai statis untuk diselamatkan 6. Implementasi Program Arsip Masuk Desa yang dicanangkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), mulai dilaksanakan di Kaliantan Barat sejak akhir 2009, meliputi kegiatan * Sosialisasi dan penyuluhan kearsipan bagi Sekretaris Desa di beberapa Kecamatan bekerjasama dengan kabupaten kota Penataan dan Penyelematan arsip yang bernilai guna Memfasilitasi Bimbingan teknis Arsip Masuk Desa kepada Sekretaris Desa, Sekretaris Kelurahan dan Pengelolaan arsip Kecamatan se Kalimantan Barat * Sementara manfaat yang diperoleh dari Program Arsip Masuk Desa belum dapat dilaksanakan secara optimal dikarenakan Program ini sangat besar mengingat Sekretaris Desa sebagai perangkat daerah paling bawah merupakan ujung tombak bagi terfib administrasi di desa. > Masalah dan Kendala 1. Keterbatasan dana bidang kearsipan 2. Belum ada ruang pegawai (saat ini masin menyatu dengan Depo arsip, hal mempengaruhi kesehatan bagi setiap pengolah arsip). 3. Depo arsip belum memenuhi standar 4, Sarana dan prasarana pendukung kearsipan masih kurang (kamera video untuk membuat dokumen arsip statis kedalam cd/dvd atau arsip digital) 5. SDM (kualitas&kuantitas) masih rendah 6. Rendahnya komitmen pimpinan di SKPD 7. Kurangnya dukungan dan pemahaman dari SKPD tentang pentingnya arsip untuk membangun komitmen bersama 8. Sulitnya mencari nara sumber dalam penelusuran arsip sejarah 8. Untuk mendapat arsip statis,arsip penting yang otentik/asli, sebagian besar semua pemegang arsip enggan meminjamkan untuk dicopy, apalagi untuk menyerahkan yang asiinya. > Saran dan Solusi 1. Komisi_ II DPR RI mendorong pengolahan, pengumpulan, pemeliharaan dan penertiban dokumentasi dan arsip — arsip bernilai sejarah, dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia, agar kasus lepasnya Sipadan dan Ligitan tidak lagi terulang 2. Komisi ll DPR RI mendorong peningkatan anggaran di bidang kearsipan E. PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SANGGAU a. Profil Batas Wilayah Entikong * Kawasan Perbatasan Entikong memilki nilai strategis dan sangat penting bagi NKRI, Karena merupakan pintu gerbang yang dapat mencerminkan keadaan bangsa Indonesia. Pos batas lintas Entikong tersebut, juga merupakan satu — satunya pintu gerbang darat yang menghubungkan Kalimantan Barat (Indonesia) dengan Serawak (Malaysia Timur). Kawasan perbatasan Entikong ini, juga merupakan bagian dari wilayah KAPET Khatulistiwa yang sangat diandalkan untuk menjadi pusat pertumbuhan bagi kawasan — kawasan lain di sekitamya, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan No. 13 Tahun 1996. Lebih dari itu, kawasan perbatasan Entikong, juga dijadikan program prioritas 18 di dalam instruksi presiden No. 7 tahun 2002 dan Perpres RI No. 19 Tahun 2006 tentang upaya pembangunan kawasan perbatasan sebagai “halaman depan’ dari wilayah NKRI. Meskipun demikian, dalam kenyataannya kawasan Perbatasan tetap saja menjadi kawasan’ yang relatif tertinggal jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan negara tetangga (Malaysia) yang terus meningkat. Wilayah perbatasan Entikong mendapat perhatian khusus dari program Pengelolaan PPLB atau Badan Pengelolaan Border Developmen’ Center (BDC) sebagai pusat pertubuhan kawasan perbatasan karena berbatasan dan memiilki akses langsung ke serawak. Kondisi wilayah perbatasan masih tertinggal dan tersolir, dengan wilayah medan jalan yang sulit ditempuh serta sarana transportasi yang sangat terbatas, menyebabkan kecenderungan masyarakat di daerah perbatasan berorentasi ke Serawak baik dalam hal perdagangan, mencari pekerjaan, berobat. Disamping karena alasan mudah dijangkau. Masalah Batas Wilayah Permasalahan di kawasan perbatasan di bagi atas 3 (tiga) aspek berikut : + Aspek Lokal - Penyebaran penduduk tidak merata ( 25 jiwa/ km2 ). ~ Kualitas sumberdaya manusia rendah ( 70% tamatan Sekolah Dasar ). ~ Kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat. ~ Infrastruktur kurang memadai - Potensi wilayah belum dimanfaatkan secara optimal. - Penjarahan SDA terutama hasil hutan yang sulit dipantau > Belum memadainya jalan di sepanjang perbatasan yang menghubungkan kota desa, seperti dari Entikong sampai ke Suruh Tembawang ~ batas Kabupaten Bengkayang 45 km. Demikian juga ruas jalan antara Balai Karangan — Batas Kabupaten Sintang + Aspek Nasional. - Adanya Fenomena lunturnya rasa nasionalisme, disebabkan sulitnya jangkauan pembinaan dan adanya peluang ekonomi di Malaysia - Terbatasnya kewenangan/Keterlibatan Pemda Sanggau dalam pengolalaan kawasan perbatasan . - Di dalam perjanjian kerjasama Sosek Malindo Bupati di daerah perbatasan tidak ~mempunyai kewenangan dalam perjanjian kerjasama tersebut, dimana Bupati hanya sebagai peninjau - Belum adanya pola koordinasi antar instansi di kawasan perbatasan (TNI, POLRI, BEA Cukai, Kehutanan, Imigrasi, Industri dan Perdagangan dan Pemda) ~ Illegal trading, Illegal logging dan Traffiking serta TKI illegal. *Aspek Interasional. 1. Pengaruh globalisasi informasi, perdagangan bebas dan investasi dalam menghadapi pasar global. 2. Lemahnya system dan pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum sehingga mendorong penebangan hutan illegal, perdagangan illegal dan tenaga kerja illegal. 3. Kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat perbatasan Indonesia dengan Sarawak Malaysia yang sangat mencolok. 19 Matriks Kondisi Wilayah Perbatasan Entikong f | Permasalahan dalam | Permasalahan Internal hubungan dengan negara tetangga Kependudukan |‘ Kepadatan penduduk | 0 Ketimpangan kualitas SDM. dan social fendah dan tidak | Pergerakan penduduk ke merata, _persoalan:/ Malaysia untuk —_berbagai tidak efisien dalam penyediaan —sarana dan prasarana CO Kualitas SDM (tingkat pendidikan dan kesehatan) rendah. alasan: mencari_pekerjaan, melanjutkan sekolah, pengobatan, dil 3 Pergerakan masuk penduduk dari luar_yang berpengaruh pada kehidupan sosial penduduk kawasan perbatasan. 1 Intensitas hubungan informasi dari negara tetangga lebih besar dibanding dari negara sendiri. Hukum 0 Pengawasan — dan|0 Ketimpangan dalam lemah. penegakkan — hukum C_ Bertambah jalan tikus | yang tidak terkontrol penegakkan hukum, sehingga lebin banyak pelanggaran hukum terjadi di kawasan perbatasan Indonesia seperti ilegal logging, trading, fishing, mining, trafficking — (Barang dan Manusia) © Pihak Malaysia tidak mau menggaji para Tenaga Kerja Indonesia Hankam 0 Kawasan berada rentang hanya Korem, namun| — mensubsidi BBM ke Malaysia sekarang Kodam sudah kembali dibentuk, __dengan - 7 perbatasan jauh dari kendali keamanan negara. © Patok batas negara tidak memenuhi standar_internasional, sehingga _mengalami pergeseran —_patok batas negara © Banyak pintu luar yang tidak terjaga Pertahanan dan | pengawasan keamanan _belum didukung oleh peralatan tempur yang modern O Dulunya di Kalimantan memiliki 1 Kodam yang terletak di Kalimantan Timur, di | Kalbar hanya terdapat C Perbedaan kekuatan sistem pertahanan dan keamanan yang mengancam integrasi NKRI O Pihak Malaysia terus berupaya membujuk dan memasukkan warga negara Indonesia menjadi warga negara Malaysia (0 Malaysia lebih bebas masuk ke Indonesia, — dibanding Indonesia ke Malaysia, hal ini disebabkan arena tidak adanya Pos Pembongkaran Barang (Alat Embarkasi) O Penduduk Malaysia lebih memilih_ membeli BBM di Indonesia karena BBM Murah, sedangkan Indonesia membeli BBM di Malaysia dengan harga_— mahal. sehingga secara_ tidak langsung Indonesia telah 20 f menggunakan markas kodam lama Kelembagaan | Belum jelas kelembagaan | Kelembagaan di Negara tetangga pengelolaan kawasan | jauh lebih mapan dan fungsional. perbatasan Prasarana dan [Q Secara umum |S Ketimpangan kondisi_ dan Sarana ketersediaan berbagai penyediaan prasarana dan Jenis prasarana dan| sarana antara._—_kawasan sarana masih terbatas, | _perbatasan Indonesia dengan kuantitas maupun di Malaysia, —sehingga kualitas. penduduk di daerah 0 Tidak ada jaringan| —perbatasan bergerak ke komunikasi Malaysia untuk —_belajar, © Penyediaan listrik berobat, berusaha dll terbatas kondisi permukiman secara Masih banyak terdapat | umum di Malaysia jauh lebih jalan tanah baik dan menjadi daya tarik O Sarana pendidikan,| penduduk kawasan kesehatan, dan| — perbatasan lebih berorientasi ekonomi terbatas ke Malaysia Keadaan pemukiman | Ketimpangan ekonomi, social penduduk tidak | dan fisik dengan Negara memadai secara fisik| Malaysia, sehingga maupun _kualitas,|_ memberikan citra negative sehingga tidak dapat| tas Negara Indonesia berfungsi sebagai beranda depan NKRI | O Harga barang di kawasan _perbatasan | tinggi, sehingga penduduk lebih memilih berbelanja ke Malaysia, disamping karena _perjalanan darat ke kota sangat jaun dan —_belum didukung oleh kondisi - jalan yang baik Uingkungan | Terjadi —_eksploitasi | Terjadi _eksplotasi_SDA di umber daya alam, kawasan perbatasan Indonesia berlebih sehingga | oleh penduduk dari _ negara terjadi —penurunan | tetangga yang berakibat daya kualitas —lingkungan | hutan menipis, lahan_—_kritis alamiah: meluas, kepunahan satwa dan 0 masih belum | plasma nutfah, pencemaran diekspiorasi__—_atas | sungai, dll potensi SDA di kawasan perbatasan. e Keterangan : Lokasi Perbatasan di Kecamatan Entikong Kabaupaten Sanggau, yang berbatan langsung dengan Sarawak, Malaysia. (Sumber data diolah) 3. Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan BDC Entikong * Meningkatkan Kerjasama Bilateral SOSEK Malindo dan kerjasama Ekonomi Sub-Regional untuk meningkatkan hubungan sosial, ekonomi dan budaya dengan kerjasama saling menguntungkan membangun kawasan perbatasan didua belah pihak 21 * Membentuk Badan Pengelola kawasan BDC Entikong dalam rangka melakukan koordinasi kebijakan, strategi, program pembangunan di Growth Cetre tersebut dengan menerbitkan Peraturan Presiden tentang Badan Pengelola Perbatasan antar Negara /BDC Entikong * Menyiapkan dan menetapkan Rencana Detail Tata Ruang Pusat Pertumbuhan / Border Development Centre (BDC) atau kawasan Pusat Niaga Terpadu dan Industri melalui peraturan Daerah (Perda) Kabupaten menjadi pedoman yang mengikat dilapangan bagi pemerintah baik pusat, provinsi dan Kabupaten serta swasta/investor untuk membangun kawasan tersebut, * Penyelarasan kegiatan - kegiatan pemerintah pusat dan daerah melalui anggaran pembangunan sektoral dan daerah yang diarahkan bagi pengembangan BDC Entikong, + Keberpihakan dan perhatian yang lebih besar/khusus oleh sektor - sektor di pusat terhadap pengembangan BDC Entikong serta adanya dukungan dan fasilitasi dari instansi pusat dan pihak investor baik dalam maupun luar negeri untuk pengembangan BDC Entikong. ‘* Sosialisasi terus menerus pembangunan perbatasan kepada masyarakat local agar terjadi situasi kondisi yang kondusif demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat local dengan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi kearifan lokal 4. Anggaran Wilayah Pengembangan Perbatasan Entikong 1. Usulan anggaran APBN Tahun 2011 Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat, sebesar Rp. 5,3 Trilyun untuk pembanguan infrastruktur jalan poros utara/paralel perbatasan 2. Usulan Program Pengembangan Wilayah Perbatasan 2011 Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat,, dengan sasaran program yaitu : + Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, Pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan di daerah perbatasan, Survey lokasi pengembangan infrastruktur dan ketenagalistrikan, sebesar Rp. 33,842,02 Milyar + Pembangunan infrastruktur dasar, Pengembangan kawasan pemukiman perbatasan, sebesar Rp. 428,232,33 Milyar 3. Usulan Program Prioritas Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dan Kerjasama Provinsi Kalimantan Barat 2011 * APBD Rp. 87.775.110.000 * APBN Rp. 288.275.000.000 > Saran Dan Solusi a. Penanganan kawasan perbatasan memerlukan dukungan semua sektor mengingat ketertinggalan kawasan mencakup hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sehingga Kerjasama antar seluruh sektor dan antar tingkat pemerintahan mulai dari daerah hingga pusat, peran TNI dan Polri, DPR dan DPRD, tokoh masyarakat, serta seluruh stakeholder terkait sangat diperlukan guna menciptakan sinergi pembangunan. b. Menyikapi dan menindaklanjuti masalah perbatasan, maka Komisi II mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat untuk segera membuat langkah — langkah kongkrit, dan Program — program yang komprehensif dan tepat sasaran untuk pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan, agar tidak terjadi ketimpangan ekonomi, sosial, keamanan dan pertahanan antara Indonesia dan Malaysia, 22 ¢. Komisi Il DPR RI mendorong peningkatan Anggaran Untuk membangun dan mengembangkan kawasan perbatasan, karena masalah perbatasan memiliki potensi yang dapat mengancam kedaulatan negara. d. Komisi ll DPR RI menginisiasi pembentukan rapat gabungan antara Komisi |, I! dan Ill untuk membahas secara khusus tentang penyelesaian masalah perbatasan antar negara dan rencana strategis pegembangan kawasan perbatasan. Untuk selanjutnya melakukan koordinasi secara komprehensif kepada pihak — pihak terkait seperti Mendagri, Menkeu, Kapolri dan Panglima TNI F. KUNJUNGAN KE KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIAN KUCHING, SARAWAK MALAYSIA 1. Gambaran Umum Sarawak + Luas wilayah, 124.449,5 km?, (sebagai perbandingan: luas Pulau Jawa di Indonesia : £135,000 km2, dan luas Semenanjung Malaysia #130,000km2), 40% wilayah Malaysia adalah Negeri Bagian Sarawak * Wilayah Sarawak berbatasan dengan Utara - Laut Natuna, Laut China Selatan dan Brunei Darussalam; Timur - Sabah; Barat - Kalimantan Barat, Pulau Sarasan (Indonesia); Selatan - Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur (Indonesia). + Jumiah penduduk Sarawak: 2.314.200 jiwa (estimasi statistik dari Jabatan Penerangan Malaysia thn. 2008) Tingkat pertumbuhan penduduk 2.24% (antara 1991-2000) dan tingkat kepadatan penduduk 16.6 per km?. Komposisi etnis: Iban (30%), Cina (26,5%), Melayu (23,1%), Bidayuh (8,4%), Melanau (5,8%), lainnya (6,3%) * Tahun 2009 — KJRI Kuching ditetapkan sebagai perwakilan citizen service * Berbatasan darat secara langsung telah menciptakan jalur kegiatan human trafficking (meliputi penipuan terhadap TKI, mempekerjakan TKI dibawah umur serta kegiatan pelacuran), illegal logging dan penyelundupan barang-barang yang bernilai ekonomis serta merupakan daerah operasi dari para pelaku kejahatan yang berasal dari Indonesia (premanisme, perampokan dan pencurian) 2. Situasi dan Kondisi Umum WNI/TKI di Sarawak * Menurut catatan pihak Imigresen Malaysia dan Jabatan Buruh Malaysia pada awal Januari 2009, jumlah TKI terdaftar di Sarawak mencapai jumlah 181.777 orang, dan + 95% dari jumlah total pekerja asing di negara bagian Sarawak (Jumlah ini tidak termasuk mereka yang bekerja sebagai pelaut, nelayan, penyanyi dangdut, pekerja kebun karet, pekerja warung/kedai dll. serta tidak termasuk pekerja tanpa permitizin kerja, sehingga diperkirakan secara keseluruhan meneapai 200.000 orang lebih) * Pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 terjadi krisis ekonomi yg cukup mempengaruhi Sarawak hingga jumlah TKI yang dipulangkan kurang lebih mencapai 2000 orang dr seluruh Sarawak, jumiah pasti tidak pernah dilaporkan ke KJRI + Jumiah TKI ini tersebar diseluruh wilayah Negeri Sarawak dengan konsentrasi di wilayah - wilayah utama seperti Kuching, Sibu, Bintulu dan Miri, bahkan juga akhir — akhir ini di Kapit, Lawas dan Limbang. Hanya sekitar 2% dari Tenaga Kerja Indonesia bekerja di bidang profesional seperti dokter, pilot, dosen, wiraswasta/ pengusaha, ustadz, industri perhotelan dil. Dengan sector kerja: (1) perkebunan dan agroindustri, (2) kehutanan dan industri perkayuan, (3) konstruksi, serta (4) industri kelautan dan perikanan, Di luar keempat sektor formal ini, terdapat jumlah yang cukup besar bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga, dan juga bekerja di kedai atau toko. Pemerintah negara bagian Sarawak tidak memberlakukan upah minimum, akibatnya upah yang diperoleh TKI sangat bervariasi, demikian juga dengan paket penggajian secara keseluruhan. KJRI berupaya untuk mendorong kenaikan gaji secara berkala namun terus terganjal oleh kenyataan, pada sisi lain jumlah TKI yang datang untuk bekerja terus mengalami peningkatan, walaupun menghadapi kondisi tersebut. Dengan struktur gaji sebagai berikut ~ Sektor perkebunan kelapa sawit, rata — rata TKI menerima upah RM 19 (Rp. 53.000/hari), tetapi sebagian besar TKI lebih memilh kerja borongan, dengan gaji bervariasi, kadang mencapai RM 1,000 (>Rp. 2.750.000,-), diluar akomodasi TKI ~ Sektor perkebunan karet, TKI memperoleh penghasilan dengan cara bagi hasil dengan pemilik kebun (Rm.4,5/kg karet, dimana TKI mendapat Rm.2,5 dan Pemilik mendapatRm.2, tetapi biaya hidup ditanggung sendiri oleh TKI. Pendapatan TKI di sektor ini dalam sebulan berkisar RM 600 - RM 700, tergantung cuaca dan produktivitas kebun. TKI juga tidak disediakan makan dan akomodasi yang disediakan hanya berupa rumah-rumah sederhana. - Sektor Industri Perkayuan, umumnya mendapat upah sekitar RM 12 (¢ Rp 36.000,-) per hari, sedangkan pekerja di perusahaan furniture umumnya mendapat upah sekitar RM 15 ( Rp 40.000,-) per hari - Pekerja_pabrik veneer dan plywood umumnya menerima upah pokok antara RM 12 - RM 14 ( Rp 35.000,- — Rp 40.000,-) per hari, Penghasilan tersebut berdasarkan 8 jam kerja per hari. Sebagian besar perusahaan mewajibkan lembur selama 3 jam dengan upah 1,5 kali jam kerja biasa. Sebagian perusahaan juga memberikan tambahan berupa tunjangan kehadiran, tunjangan keahlian, tunjangan produksi atau jenis tunjangan lainnya. - Untuk sektor kelautan, TK! umumnya menerima gaji per bulan RM 700 - RM 1,000 untuk ABK hingga mencapai RM 7,500 untuk nakhoda. Untuk sektor industri_pembuatan_kapal upah TKI mencapai RM 25 per hari dengan makan dan akomodasi disediakan oleh perusahaan, sementara untuk sektor perikanan upah TKI seringkali bergantung pada hasil tangkapan. - Untuk sektor konstruksi, pendapatan TKI tergantung pada jenis pekerjaan, tingkat keterampilan dan kesepakatan cara penggajian (harian/borongan). Untuk pekerja harian umumnya berkisar RM 20 per hari. Yang menjadi masalah, seringkali TKI di sektor ini tidak memiiliki permit kerja sehingga tidak terlindungi dengan asuransi - Untuk sektor informal (PRT, Pelayan Kedai,) pendapatan TKI sangat bervariasi, Namun KJRI Kuching menetapkan upah minimum sebesar RM 450 (# Rp 1.250.000,-) per bulan. TKI sektor informal yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga adalah TKI yang paling rentan terhadap berbagai permasalahan, karena tidak dapat dimonitor secara langsung sehingga seringkali mengalami kekerasan baik secara fisik maupun psikis. Dilaporkan Sekitar 90% TKI-B yang ditampung di Shelter KJRI Kuching adalah PRT yang melarikan diri karena diperlakukan buruk oleh majikannya 24 3. Hal — hall yang Menyebabkan TKI menjadi ilegal pada saat bekerja di ‘Serawak, adalah * Tidak memiliki jin kerja resmi atau masa berlaku paspornya telah habis. Hal ini umumnya disebabkan karena paspor TKI ybs pd saat pertama kali bekerja ditahan oleh majikan, tetapi jin kerjanya tidak diurus, bahkan hingga paspor tsb kadaluwarsa * Memiliki ijin kerja yang tidak sesuai dgn jenis pekerjaan yang dilakukannya. (Misal: Ijin Kerja sebagai PRT tetapi bekerja sbg Pelayan Kedai), * TKI dipaksa untuk terus bekerja dan paspor ditahan oleh agen /majikan dan tidak dikembalikan kepada pekerja, walaupun masa kerja telah selesai, sehingga TKI tersebut lari. * Tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah karena masuk ke Sarawak tanpa melalui pos perbatasan resmi atau dengan perantaraan agen/sponsor/calo yang tidak bertanggungjawab kemudian langsung dijual kepada majikan (end user) di Sarawak. (Traficking in person & People Smuggling) * Melarikan diri dari majikan karena tergoda oleh tawaran gaji yang lebih tinggi di tempat lain dan meninggalkan paspornya di majikan sebelumnya. * Tindak kejahatan yang dilakukan oleh WNI sendiri cukup banyak terjadi, dan_seringkali yang menjadi korban juga sesama WNI, khususnya TKI yang pulang ke tempat asalnya sesudah bekerja di Sarawak. Jumlah WNI yang dipenjara karena kasus pelanggaran hukum di Sarawak sesuai data yang diberikan oleh Ibu Pejabat Penjara Sarawak untuk periode Januari 2010 sebanyak 253 orang dan sebagian besar (67,1%) terkait masalah pelanggaran keimigrasian (Immigration Act) Malaysia. * Tahun 2009 tercatat sebanyak 56 kasus perselisihan antara majikan dan TKI yang dapat diselesaikan olen KJRI Kuching dengan jumlah Gaji TKI yang berhasil diklaim berjumlah RM. 127.896,50 ditambah dengan Rp.7.728.000 yang dibayarkan dalam rupiah. 4, Pelaksanaan Program Pelayanan Warga * KJRI Kuching secara berkala melakukan pelayanan keimigrasian dengan sistem “jemput bola” (reach out) * Melalui kegiatan ini, KJRI Kuching juga memberikan penyuluhan Mengenai peraturan terkait kebijakan ketenagakerjaan dan keimigrasian baik kepada pekerja maupun kepada majikan. * Kesempatan reach-out juga digunakan untuk —melakukan peninjauan lapangan ke perusahaan-perusahaan yang mengajukan “job order’ untuk memastikan kesejahteraan dan terpenuhinya fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh TKI seperti tempat tinggal, dapur, kantin, pelayanan kesehatan serta memastikan bahwa hak- hak mereka telah terpenuhi. * Mekanisme aplikasi ‘Job Order” juga digunakan oleh KJRI untuk memastikan bahwa pengguna bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan pekerja, antara lain: - Terpenuhinya gaji tanpa adanya pemotongan - Perawatan kesehatan saat sakit ~ Pemulangan jenazah saat terjadi kematian - Terpenuhinya hak-hak pekerja untuk beribadah (Dilaporkan sepanjang tahun 2009, KJRI kuching telah memberikan endorsement untuk 66 aplikasi job order yang meminta pekerja sejumlah 12.485 orang) 25 * KURI Kuching juga memberikan pelayanan berupa nomor telepon hotline +60198222110 yang dapat dihubungi selama 24 jam untuk melayani baik pengaduan maupun permintaan informasi. Telepon hotline KJRI Kuching menerima rata-rata 20-25 telepon pengaduan dan/atau permintaan informasi per hari dan 5-7 sms pengaduan dalam 1 hari * KJRI Kuching menyediakan penampungan sementara untuk WNI/ TKI yang mengalami berbagai permasalahan. Masalah-masalah yang mereka hadapi antara lain tidak dibayar gaji, ditipu agent, tidak tahan bekerja, dianiaya, pelacuran/ trafficking, dan stress/ cacat. * Jumlah WNI/ TKI bermasalah yang ditampung di KJRI Kuching sepanjang tahun 2009 berjumlah 293 orang. Selama ditampung, KJRI Kuching tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik mereka seperti makanan, minuman dan tempat tidur, melainkan juga memberikan bimbingan rohani dan keterampilan. 5. Hal-hal yang sering menjadi penghambat bagi KJRI dalam penuntasan kasus Tenaga Kerja informal: WNI seringkali tidak mengetahui nama majikan WNI seringkali hanya mengetahui nama panggilan agen yang membawa mereka ke Sarawak WNI tidak dapat mengingat nomor dokumen mereka sendiri Nampak keengganan instansi setempat dalam mengurusi persoalan TKI, terutama yang berkaitan dengan gaji 6. Perjanjian Sosekmalindo Ada beberapa hal yang menjadi perhatian KJRI dalam perjanjian Sosekmalindo, yaitu 1 Pembangunan PPLB / Pos Imigresen KK/JKK Sosek Malindo ‘Tingka/Peringkat Provinsi Kalimantan Barat dan Negeri Sarawak * Pembangunan CIQS Nanga Badau — Lubok Antu (akan diresmikan pada awal Tahun 2011) + Pembangunan CIQS Aruk — Biawak (akan diresmiken pada bulan Oktober Tahun 2010) * Pembangunan CIQS Jagoi Babang - Serikin (Pihak Indonesia telah memulai pembangunan Border di kawasa perbatasan di Jogoi Babang) * Pembangunan CIQS Jasa (Senaning) - Keranggas Gayau (Lachau), Dilaporkan sementara dalam proses negosiasi dengan pusat untuk menentukan — penetapan tarikh sesuai bagi menentukan tik nol (Zero Point) kepada Pemerintah Pusat. Sementara pihak Malaysia Sudah mengenal pasti tapak untuk pos kawalan Keranggas Gayau * Pembangunan CIQS Entikong ~ Tebedu Dilaporkan Kelanjutan pemunduran PPLB Entikong - Tebedu akan dikaji_ulang, dikarenakan pihak Malaysia telah membangun Inland Port Tebedu dan belum adanya persetujuan pengunduran ClQS sejauh 500 m dari Pemerintah Kerajaan Malaysia, Pelaksanaan pembangunan lanjutan border mundur sejauh 718 meter dari titik nol masih diteruskan. Sedangkan pihak Malaysia, Cadangan untuk mengundurkan CIQS Tebedu — Entikong belum mendapat persetujuan Kerajaan Pusat. * Pihak Indonesia telah melaksanakan program pembuatan PPLB dari tahun 2004 sampai 2010, dan telah melaksanakan pemunduran untuk border ClQS Entikong sejauh 718 meter ke 26 wilayah Indonesia serta sudah melakukan pembangunannya sejak tahun 2006. 2. Penggunaan Petronas Pertamina Kerjasama antara PERTAMINA dan PETRONAS mengenai pembekalan LPG dari Sarawak kepada penduduk di perbatasan KALBAR dan setelah hasil perbincangan kedua belah pihak untuk sementara ditunda terlebih dahulu. Hasil Musyawarah memutuskan untuk sementara, usulan ini digugurkan sambil menunggu persetujuan kerjasama SMBC kedua belah pihak > Saran dan Solusi 1. Persoalan TKI di Serawak adalah tanggungjawab seluruh stakeholder yang terkait, oleh karea itu Komisi {1 DPR RI mendorong kordinasi yang komprehensif untuk segera membuat langkah — langkah kongkrit dalam penanganan TKI ilegal melalui agen - agen TKI yang tidak resmi, dan perlakuan buruk masyarakat Sarawak terhadap TKI 2. Terkait dengan perjanjian Sosekmalindo, Komisi Il DPR RI menghimbau agar kesepakatan — kesepakatan yang diambil hendaknya merupakan kesepakatan yang menerapkan prinsip win-win solution. PENUTUP Demikian laporan Tim Kunjungan Kerja Komisi Il DPR RI ke Provinsi Kalimantan Barat, diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak dan kepada yang membantu terselengaranya Kunjungan Kerja ini kami ucapkan terima kasih Jakarta, Juli 2010 TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI, RS. H. TAUFIQ EFFENDI, MBA A-533 27

Anda mungkin juga menyukai