Anda di halaman 1dari 7

1. Ziad Noujeim, dkk.

ORAL MANIFESTATIONS OF HIVINFECTION AND AIDS:


AN UPDATE ONCLINICAL DIAGNOSIS AND MANAGEMENT. International
Journal of Current Advanced Research. Vol 6 (9); September 2017; P 6256-63

Manifestasi oral dari infeksi HIV dan AIDS adalah penanda yang sangat prediktif terhadap
defisiensi imun yang parah dan perkembangan penyakit terhadap pasien. Lesi oral terkait AIDS
yang paling umum yang diidentifikasi adalah kandidiasis pseudomembran, terhitung 76%
(38/50), diikuti oleh penyakit periodontal 34% (17/50), lesi herpes dan lesi leukoplakia 10%
untuk masing-masing (5/50) , gingivitis 8% (4/50), sarkoma Kaposi 6% (3/50), dan limfoma
non-Hodgkin 2%.1

Oropharyngeal Candidiasis (OPC) is described as the most frequent opportunistic infection


among HIV-positive patients, and it has been estimated that more than 90% of HIV-positive
patients will develop this infection at some time during the progression of their disease.

Oropharyngeal Candidiasis (OPC) digambarkan sebagai infeksi oportunistik yang paling sering
di antara pasien HIV-positif, dan telah diperkirakan bahwa lebih dari 90% pasien HIV-positif
akan mengembangkan infeksi ini pada suatu waktu selama perkembangan penyakit mereka.1

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) is one of the most common oral signs associated with HIV and/or
AIDS.It is associated with Epstein - Barr virus (EBV) (that causes Mononucleosis) and appears
as painless white soft plaque, corrugated or hairy coating, mainly appearing on lateral border of
the tongue .

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) adalah salah satu tanda oral paling umum yang terkait dengan
HIV dan / atau AIDS. Hal ini terkait dengan virus Epstein-Barr (EBV) (yang menyebabkan
Mononucleosis) dan muncul sebagai plak putih putih tanpa rasa, lapisan bergelombang atau
berbulu , terutama muncul pada batas lateral lidah.1
\
Sarkoma Kaposi (KS) adalah kanker terdefinisi AIDS dan merupakan salah satu manifestasi
terkait HIV pertama yang diakui. KS dapat bermanifestasi di bagian tubuh manusia mana pun,
pada saat yang sama, dan muncul sebagai bercak hitam keunguan, atau lesi, pada kulit, selaput
lendir termasuk yang oral, atau organ internal. KS diamati pada semua tahap infeksi HIV, tetapi
biasanya
memburuk ketika jumlah CD4 turun di bawah 250. KS disebabkan oleh Human Herpes Virus 8
(HHV-8), yang juga dikenal sebagai KS terkait Herpesvirus (KSHV).

Common notable HIV-related periodontal conditions include linear gingival erythema and
necrotizing ulcerative periodontitis. Linear gingival erythema, known as “red band gingivitis”,
presents clinically as red band along gingival margin: it is most frequently observed in
association with anterior teeth but it commonly spreads to posterior ones. It also presents on non-
attached and attached gingiva as petechial patches.

Kondisi periodontal terkait HIV yang umum terjadi termasuk eritema gingiva linier dan
periodontitis ulserativa nekrotik. Kehilangan tulang dan resesi gingiva terjadi, terlepas dari upaya
pasien untuk mempertahankan perilaku kebersihan mulut yang baik.1

Periodontitis ulserativa nekrotikans terutama yang disebabkan oleh Spirochaetes merupakan


indikator yang kuat dan penanda penurunan kekebalan/imun yang parah, pada kondisi ini
menunjukkan, perdarahan, bau mulut (halitosis), papila gingiva yang mengalami ulserasi, nyeri
hebat, kehilangan tulang alveolar dan jaringan lunak periodontal yang parah dimana hal ini
mengakibatkan kegoyangan pada gigi.1
Erythema gingiva linier, yang dikenal sebagai "gingivitis pita merah", muncul secara klinis
sebagai pita merah di sepanjang margin gingiva: paling sering diamati berhubungan dengan gigi
anterior tetapi biasanya menyebar ke gigi posterior. Ini juga muncul pada gingiva yang tidak
melekat dan melekat sebagai bercak petekie.1
HIV-related gingivitis and periodontitis show a more aggressive behavior, compared to classical
varieties of non HIV/AIDS-related gingivitis/periodontitis. Bone loss and gingival recession
occur, regardless of patient’s effort to maintain good oral hygiene manners.

Gingivitis dan periodontitis terkait HIV menunjukkan perilaku yang lebih agresif, dibandingkan
dengan gingivitis / periodontitis yang tidak terkait HIV / AIDS. Kehilangan tulang dan resesi
gingiva terjadi, terlepas dari upaya pasien untuk mempertahankan perilaku kebersihan mulut
yang baik.1

Kondisi ulseratif oral yang terkait dengan infeksi HIV dan AIDS mungkin termasuk lesi HSV,
ulkus aphthous berulang, dan ulkus neutropenia.1

Occurrence of oral lesions in HIV- infected patients could be a useful indicator in determining a
depletion of immunological status of HIV infected patients.

Terjadinya lesi oral pada pasien yang terinfeksi HIV dapat menjadi indikator yang berguna
dalam menentukan penurunan status imunologis pasien yang terinfeksi HIV.1

Oral manifestations of HIV infection and AIDS have drastically changed after the advent and
clinical use of HAART. As a result of an obvious improvement of the immune system, many
opportunistic infections have resolved but the risk of hyperpigmentationin patients undergoing
HAART has increased the prevalence of oral candidiasis whereas periodontal diseases were less
observed in patients with HAART.

Manifestasi oral dari infeksi HIV dan AIDS telah berubah secara drastis setelah munculnya dan
penggunaan klinis ART. Sebagai hasil dari perbaikan sistem kekebalan yang jelas, banyak
infeksi oportunistik telah sembuh tetapi risiko hiperpigmentasi pada pasien yang menjalani ART
telah meningkatkan prevalensi kandidiasis oral sedangkan penyakit periodontal kurang diamati
pada pasien dengan ART.1

2. Khammissa RAG, dkk. Epstein Barr Virus Its Association with Oral Hairy Leukoplakia:
A Short Review. Hindawi Publushing Journal International Journal of Dentristry. 2016
There seems to be a causal link between Epstein-Barr virus (EBV) and oral hairy leukoplakia as
EBV DNA, and EBV gene-encoded proteins are present in lesional cells. Oral hairy leukoplakia
appears to be caused by productive replication of EBV in the oral mucosal epithelium,
particularly of the lateral borders of the tongue [4–6].
Terdapat hubungan antara Epstein Bar Virus dan Oral Hairy Leukoplakia karena DNA EBV, dan
EBV gene-encoded protein terdapat pada sel lesi. Oral Hairy Leukoplakia tampaknya ada
dikarenakan olehreplikasi produktif dari EBV pada epitel mukosa oral, terutama batas tengah
lidah.2
EBV-induced oral hairy leukoplakia may be the first clinical manifestation of HIV infection, and
in HIV-seropositive subjects it may be an indicator of progression to acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS). In HIV-seropositive subjects, a high HIV viral load and a low CD4+ T-cell
count increase the risk of EBV-induced oral hairy leukoplakia [2–4].
Oral Hairy leukoplakia yang disertai dengan EBV mungkin merupakan manifestasi klinis
pertama dari infeksi HIV, dan pada subjek HIV-seropositif bisa menjadi indikator dari progress
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Pada subjek HIV-seropositive, viral-load yang
tinggi dan jumlah sel T CD4 yang rendah meningkatkan resiko oral hairy leukoplakia yang
disertai EBV.2

Gambar 5: oral hairy leukoplakia pada batas lateral sisi kanan lidah pada pasien wanita usia 44 tahun dengan HIV-
seropositive. Lesi asimtomatik dan pada pemeriksaan mikroskopik dengan biopsi insisi menunjukkan hiperkeratosis,
akantosis ringan, dan inflamasi infiltrat kronik yang ringan. Terlihat stain khusus yang menunjukkan Epstein bar
virus.1

Although it is rare in immunocompetent subjects, in a small minority of immunocompromised


subjects, particularly in those who are HIV-seropositive, productive EBV infection of the oral
epithelium will result in oral hairy leukoplakia. It is clear that oral EBV infection of itself is
insufficient to cause oral hairy leukoplakia and therefore other hosts, EBVspecific, and perhaps
environmental factors must play roles in the pathogenesis of oral hairy leukoplakia.
Walaupun jarang sekali terjadi pada subjek imunocompromised, pada sebagian kecil subjek
immunocompromised terutama pada mereka dengan HIV-seropositif, infeksi EBV yang
produktif dari epitel oral akan menghasilkan oral hairy leukoplakia. Hal ini membuktikan bahwa
infeksi EBV sendiri tidak cukup untuk menyebabkan oral hairy leukoplakia dan karena itu host
lain, spesifik EBV, dan mungkin faktor lingkungan harus memainkan peran dalam patogenesis
oral hairy leukoplakia. 2

3. Valentine J, dkk. Impact of Periodontal Intervention on Local inflammation, Periodontitis


and HIV Outcomes. Oral Dis. 2016 April ; 22(Suppl 1): 87–97.
Periodontal disease is associated with circulating microbial products. Bacterial translocation into
systemic circulation from the periodontal pocket is a common event, as supported by detection of
bacteremia subsequent to relatively minor periodontal events and procedures. The massive
bacterial load of the gut is thought to drive microbial translocation causing HIV related systemic
immune activation.
Penyakit periodontal dikaitkan dengan produk mikroba yang terdapat dalam sirkulasi.
Translokasi bakteri ke sirkulasi sistemik dari poket periodontal adalah kejadian yang umum,
karena didukung oleh deteksi bakteremia setelah kejadian dan prosedur periodontal yang relatif
kecil. Beban bakteri yang sangat besar dari usus diperkirakan mendorong translokasi mikroba
yang menyebabkan aktivasi kekebalan sistemik terkait HIV.3

4. Jasjeet Kaur, Parminder Singh, and Donald Levine. Cytomegalovirus-Induced Gingival


Hyperplasia. Clinical Infectious Diseases 2003; 37:e44–6

Cytomegalovirus (CMV) adalah virus herpes di mana 40% -80% individu memiliki bukti
paparan serologis. Insidensinya lebih tinggi pada populasi yang kurang beruntung secara
ekonomi dan di antara pria homoseksual. Ada juga bukti bahwa imunosupresi
menghasilkan reaktivasi infeksi CMV yang tampak secara klinis; ini terlihat paling sering
pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh rendah, seperti sumsum tulang atau penerima
transplantasi organ padat, pasien dengan AIDS, atau orang yang menerima terapi
imunosupresif.4
Gambar 5. Hiperplasia gingiva atas dan bawah pada pasien human-immunodeficiency virus dengan
infeksi cytomegalovirus4

5. Arvind Shetti, Ishita Gupta, and Shivyogi M. Charantimath. Oral Candidiasis: Aiding in the
Diagnosis of HIV—A Case Report. Hindawi Publishing Corporation. 2011.
Cheilitis angular muncul sebagai retakan, pengelupasan, atau ulserasi yang melibatkan
sudut mulut dan sering muncul dalam kombinasi dengan bentuk kandidiasis lainnya.5

Gambar 6. Angular cheiltis pada komisura kanan dan kiri5

6. Daiva Aškinytė, Raimonda Matulionytė, Arūnas Rimkevičius. Oral manifestations of HIV disease:
A review. 2015; 17: 21-8.
Cheilitis sudut dapat terjadi dengan atau tanpa kandidiasis eritematosa atau
pseudomembran. Angular cheilitis muncul sebagai eritema yang terasa sakit, fisura atau
erosi pada sudut mulut yang ditutupi oleh sisik halus.6
Gambar 7. Angular Cheilitis pada pria berusai 33 tahun yang terinfeksi HIV dengan
jumlah CD4 480.6

Anda mungkin juga menyukai