Anda di halaman 1dari 25

Penegakan Hukum Pidana

Internasional
A. Penegakan Hukum Pidana Internasional secara Langsung
B. Penegakan Hukum Pidana Internasional secara tidak Langsung
C. Penegakan Hukum Pidana Internasional Secara Campuran (Hybrid Model)
A. Penegakan Hukum Pidana Internasional secara
Langsung

1. Mahkamah Pidana Internasional Permanen


2. Mahkamah Pidana Internasional Ad-Hoc :
a. Pengadilan Nuremberg
b. Pengadilan Tokyo
c. Pengadilan Pidana Internasional Untuk Bekas Negara
Yugoslavia
d. Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda
1. Mahkamah Pidana Internasional Permanen

• Pada tanggal 17 Juli 1998 Statuta Roma melahirkan


Mahkamah Pidana Internasional (International
Criminal Court - ICC) yang sifatnya permanen yang
disahkan melalui pemungutan yang dihadiri oleh 148
negara. Sampai dengan tanggal 18 Juli 2008, tercatat
108 negara yang meratifikasi statuta tersebut
• Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional meliputi
✓ kejahatan agresi,
✓ kejahatan genosida,
✓ kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
✓ kejahatan perang.
• Mahkamah pidana internasional berada di bawah PBB dengan
tempat kedudukan di Den Haag, Belanda.
• Badan-badan Mahkamah Pidana Internasional meliputi
kepresidenan, divisi banding, divisi pengadilan, divisi
prapengadilan, kantor jaksa penuntut umum, dan
kepaniteraan.
• Saat ini terdapat 15 hakim yang bertugas di Mahkamah Pidana
Internasional yang berasal dari berbagai bangsa.
• bahasa resmi yang digunakan oleh Mahkamah Pidana
Internasional sama dengan bahasa resmi PBB, yaitu bahasa
Arab, bahasa Cina, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Rusia,
dan bahasa Spanyol
PRINSIP DASAR STATUTA ROMA :
1. bersifat komplementer
2. asas legalitas
3. asas Nebis In Idem
4. prinsip pertanggungjawaban pribadi
5. percobaan, penyertaan dan permufakatan jahat untuk
melakukan perbuatan merupakan yurisdiksi mahkamah
6. tidak mengenal relevansi jabatan resmi
7. tidak dimasukkannya yurisdiksi anak-anak di bawah umur 18
tahun
2. MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL AD HOC
• PD II merupakan bencana terbesar sepanjang sejarah kehidupan
manusia.
• Sekitar 5 juta Orang Yahudi diberbagai negara dibantai oleh Jerman,
antara lain di Polandia, 90% atau 3 juta orang dibantai dalam kamp
konsentrasi( “holocaust”)
• Korban non yahudi sebanyak 8,2 juta orang meliputi orang Ukrania,
Belarussia, Rusia, Polandia, Serbia, dll.
• 4 negara sekutu (AS, Uni Soviet, Perancis dan Inggris) menandatangani
London Agreement tgl 8 Agustus 1945 → akan dibentuk Pengadilan
militer internasional (international military tribunal) bagi penjahat
perang yang lokasi kejahatannya tidak berada pada satu wilayah negara.
a. PENGADILAN NUREMBERG
• Yurisdiksi Mahkamah diatur dalam Pasal 6 Nuremberg Charter
yang menyangkut tiga jenis kejahatan yaitu :
1) kejahatan terhadap perdamaian (crime against peace)
2) kejahatan perang (war crime), dan
3) kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity)
.
• Prinsip-2 umum Hukum pidana Internasional berdasarkan Piagam
London :
1. Prinsip mengadili dengan adil dan cepat
2. Prinsip pemberlakuan hukum secara retroaktif.
3. Prinsip kekebalan hakim untuk tidak dapat dituntut atau
digugat balik oleh penuntut uum maupun penasihat hukum.
4. Prinsip kepala negara atua pejabat lain, bertanggungjawab
5. Prinsip bawahan bertanggungjawab
6. Prinsip pertanggungjawaban individu
7. Hak Terdakwa mendapat penjelasan tentang isi tuduhan
B. PENGADILAN TOKYO
• Nama resminya : Pengadilan militer internasional untuk
wilayah timur Jauh (The International Military Tribunal for
The Far East – IMTFE)
• jurisdiksi Mahkamah Tokyo terdiri dari tiga jenis kejahatan,
1) kejahatan terhadap perdamaian,
2) kejahatan perang, dan
3) kejahatan terhadap kemanusiaan
C. PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL UNTUK BEKAS
NEGARA YUGOSLAVIA
• International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia
(ICTY) dibentuk berdasarkan Resolusi 827 / 1993 Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 25 May 1993, yang setelah
dibentuk beberapa kali diamandemen.
• ICTY berkedudukan di Den Haag
• ICTY dibentuk untuk menginvestigasi, menuntut, dan
mengadili individu-individu yang bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter
internasional selama konflik bersenjata sejak tahun 1991
• Jurisdiksi ICTY adalah
1) pelanggaran serius terhadap hukum humaniter,
2) pelanggaran berat sebagaimana yang diatur dalam Konvensi
Jenewa 1949,
3) pelanggaran terhadap hukum kebiasaan perang,
4) genosida, dan
5) kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di dalam
wilayah bekas Yugoslavia
D. PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL UNTUK
RWANDA

• International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR) dibentuk


berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 995
tanggal 8 November 1994 (mengambil preseden pengadilan
Yugoslavia)
• ICTR berlokasi di Arusha, Tanzania
• ICTR bertujuan untuk menuntut dan mengadili orang-orang
yang bertanggungjawab atas terjadinya genosida dan
kejahatan-kejahatan berat lain yang melanggar hukum
humaniter internasional di Rwanda atau oleh orang-orang
Rwanda di negara-negara tetangga, khususnya yang dilakukan
oleh ekstremis Suku Hutu sejak 1 Januari sampai dengan 31
Desember 1994.
• kompetensi Mahkamah Rwanda meliputi
1. genocide,
2. violation of Common Article 3 of the Geneva Convention
and Additional Protocol II of 1977, and
3. crimes against humanity
B. Penegakan Hukum Pidana Internasional Secara
Tidak Langsung

• Penegakan hukum pidana internasional secara tidak langsung


atau indirect enforcement system adalah penegakan hukum
pidana internasional melalui hukum pidana nasional masing-
masing negara di mana kejahatan internasional tersebut
terjadi.
• Contoh : Kasus Timor Timur. Dilaksanakan untuk mengadili
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat (Pelanggaran
HAM Berat) pasca-jajak pendapat di Tim-Tim
• Pasca-jajak pendapat yang menghasilkan Tim-Tim merdeka,
ternyata berbagai kekerasan meningkat hampir di seluruh
wilayah Tim-Tim berupa pembunuhan, penculikan,
pemerkosaan, pengrusakan, penjarahan harta benda dan
tempat tinggal, pembakaran dan penghancuran instalasi
militer, perkantoran dan rumah penduduk, serta pengungsian
secara paksa.
• Situasi yang tidak menentu pasca-jajak pendapat di Tim-Tim,
memaksa Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi
Nomor 1264 pada tanggal 15 September 1999. Isi resolusi
tersebut selain mengutuk berbagai aksi kekerasan di Tim-Tim,
• juga mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk
mengadili para pelaku yang bertanggung jawab atas aksi
kekerasan tersebut melalui Pengadilan Hak Asasi Manusia
(Pengadilan HAM) Ad-Hoc.
• Menurut hukum nasional Indonesia, Pelanggaran HAM Berat
hanya meliputi dua kejahatan, yakni genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan.
C. Penegakan Hukum Pidana Internasional Secara
Campuran (Hybrid Model)

• Hybrid model ini adalah penegakan hukum pidana


internasional melalui hukum nasional dan hukum
internasional
• Kasus yang ditangani :
1. killing field di Kamboja
2. Sierra Leone
1. Kasus yang pertama kali ditangani adalah para pelaku
killing field di Kamboja, yang selama kurang lebih 4
tahun, 17 April 1975 sampai dengan 7 Januari 1979,
Kamboja menjadi lahan pembantaian umat manusia
oleh Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot. Lebih
dari dua juta jiwa tewas selama masa tersebut
• Jurisdiksi dari extraordinary chambers ini menyangkut
berbagai pembunuhan, kekejaman dan kejahatan
internasional seperti genosida, kejahatan terhadap
kemanusiaan, pelanggaran berat terhadap Konvensi
Jenewa dan kejahatan terhadap orang-orang yang
dilindungi menurut hukum internasional.
2. Kejahatan Kemanusiaan di Sierra Leone :
• Berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1315, tanggal 14
Agustus 2000, Pemerintah Sierra Leone dan PBB membentuk
pengadilan yang mengadili para pelaku kejahatan terhadap:
✓ Kejahatan kemanusiaan,
✓ pelanggaran Pasal 3 ketentuan umum Konvensi Jenewa dan
Protokol Tambahan II serta
✓ pelanggaran serius lainnya dari hukum humaniter
internasional
dalam konflik selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2002.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai