Anda di halaman 1dari 18

KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PADA MATERI GEOMETRI

Rika Khairunnisa
Rikakhairunnisa18@gmail.com
Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Abstrak

Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan. Namun, dalam praktik


pembelajarannya sebagian siswa masih menganggap matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit. Bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar
geometri masih rendah. Kesulitan pada materi geometri dapat berdampak pada
kesulitan-kesulitan bagian lain dalam materi geometri itu sendiri, karena banyak
pokok bahasan dalam geometri yang saling berhubungan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam proses pemecahan
masalah geometri serta untuk melihat ketercapaian siswa dalam pemahaman
geometri. Faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam materi segiempat
disebabkan karena beberapa hal, yaitu pemahaman mengenai konsep dan sifat-
sifat segiempat yang kurang, pemahaman sebelumnya mengenai materi bangun
datar segiempat yang masih kurang kuat, kurangnya keterampilan menggunakan
ide-ide geometri dalam memecahkan masalah matematika yang berkaitan dengan
bangun segiempat, serta kondisi kelas yang kurang kondusif untuk belajar.

Kata Kunci: Kesulitan siswa pada geometri, pemecahan masalah

1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut [ CITATION Sho171 \l 1033 ] Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran pokok yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan di
sekolah mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Hal ini karena matematika
memegang peranan penting dalam kehidupan terutama dalam memecahkan
permasalahan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh (Hendriana dan
Soemarmo 2014:1) yang menyatakan bahwa “… setiap orang dalam
kegiatan hidupnya akan terlibat dengan matematika, mulai dari bentuk yang
sederhana dan rutin sampai pada bentuknya yang sangat kompleks.”
Menurut [ CITATION JSB16 \l 1033 ] bahwa matematika perlu diajarkan
kepada siswa untuk menumbuhkan seseorang berpikir logis,teliti dan penuh
perhitungan yang nantinya akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Oleh karena begitu besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia
yang ditunjukan untuk meningkatkan pemahaman tentang
matematika,maka tidak mengherankan bila prestasi belajar matematika
perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak.

Menurut [ CITATION Naj19 \l 1033 ] Matematika memiliki peran yang


sangat penting. Matematika dengan berbagai peran menjadikannya ilmu
yang sangat penting dan salah satunya peran matematika adalah sebagai
alat berpikir untuk mengantarkan siswa untuk memahami konsep
matematika yang sedang dipelajari. Hal yang perlu dikembangkan dalam
pembelajaran matematika adalah 1) penguasaan konsep matematika; 2)
kemampuan pemecahan masalah; 3) keterampilan penalaran dan
komunikasi; 4) kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Selanjutnya
Menurut [ CITATION Pur17 \l 1033 ] dalam "Pendidikan 2030 akan
memastikan bahwa semua kreativitas fondasi yang kuat pengetahuan,
mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis serta keterampilan kolaboratif
dan membangun keingintahuan, keberanian, ketahanan”. Kemudian,

2
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika semakin
meningkat kompleks dan mengarah pada tujuan kreatif abad ke-21
pendidikan. Dengan demikian, kemampuan memahami matematika dan
diperlukannya pemikiran kreatif, agar dapat dipecahkan masalah
matematika. Selain itu pembelajaran juga ditujukan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki kemampuan untuk hidup sebagai orang
yang kreatif dan inovatif yang memiliki kemampuan untuk mencari,
memproses, membangun, dan menggunakan pengetahuan. Begitulah perlu
memiliki kemampuan berpikir kreatif secara matematis.

Selain faktor-faktor tersebut menurut [ CITATION Sho17 \l 1033 ]


Kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam menerapkan rumus-
rumus, memahami teorema-teorema, bahkan yang paling utama siswa
masih mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan dalam suatu
soal matematika tersebut. sedangkan menurut [ CITATION Mah16 \l 1033 ]
dari faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar dan
memecahkan masalah matematika, dapat dikelompokkan secara umum
yakni faktor dari luar dan faktor dari dalam diri siswa. Faktor dari luar diri
siswa yakni antara lain hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan (sosial
dan keluarga), kebudayaan, kebijakan (sekolah dan pe-merintah), sistem
pendidikan. Faktor dari dalam diri siswa berkaitan dengan hal-hal ke-
siapan siswa (baik fisik, psikis, maupun penguasaan materi matematika),
emosional, dan motivasi diri. Faktor-faktor kesulitan yang diperhatikan
dalam penelitian ini adalah faktor kesulitan pemecahan masalah
matematika. faktor-faktor ini tidak dapat dilihat namun dapat ditelusuri.
Dalam penelitian ini peneliti menelusuri faktor intern mengenai hal-hal
kesiapan siswa yang menjadi penyebab kesulitan pemecahan masalah
matematika dari kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Salah satu
bagian penting dalam matematika adalah geometri. Dalam beberapa
materi geometri selalu menjadi bahasan yang menarik.

3
Menurut [ CITATION Nur17 \l 1033 ] Geometri juga merupakan salah
satu bidang dalam matematika yang mempelajari titik,garis, bidang dan
ruang serta sifat-sifat, ukuran-ukuran, dan keterkaitan satu dengan yang
lain. Bila dibandingkan dengan bidang-bidang lain dalam mateatika,
geometri merupakan salah satu bidang dalam matematika yang dianggap
paling sulit untuk dipahami. Pembelajaran geometri di mulai dari
pendidikan dasar dengan cara yang sederhana dari konkrit ke abstrak, dari
segi intuitif ke analisis, dari eksplorasi ke penguasaan dalam jangka waktu
yang cukup lama, serta dari tahap yang paling sederhana hingga yang
tinggi. Geometri juga dikatakan sebagai salah satu materi yang dianggap
paling penting dalam matematika. Geometri perlu diajarkan karena: (1)
geometri satu-satunya bidang matematika yang dapat mengaitkan
matematika dengan bentuk fisik dunia nyata; (2) geometri satu-satunya
yang dapat memungkinkan ide-ide matematika yang dapat
divisualisasikan, dan (3) geometri dapat memberikan contoh yang tidak
tunggal tentang sistem matematika. Proses mempelajari geometri, siswa
akan melalui tingkatan-tingkatan berpikir yang berurutan (Ikhsan, 2008;
Budiyono dan Budiyono, 2013).

Menurut [ CITATION Suh17 \l 1033 ] tujuan pembelajaran geometri


diantaranya mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan
memanfaatkan pemikiran logis dan matematis. Pembelajaran geometri
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan instuisi
ruang pikiran dengan memasuki dunia geometri yang pada dasarnya sudah
dikenal sejak mereka masuk sekolah. Kemampuan pemecahan masalah
dan imajinasi kreatif yang dikembangkan selama pembelajaran geometri
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika lainnya.
Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah geometri dapat diatasi
dengan melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat)
terlebih dahulu terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan
adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini

4
disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis
kesulitan belajar siswa (Widdiharto, 2008).

2. Rumusan
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah ketercapaian proses pemecahan masalah
matematika materi geometri siswa?
2. Apa saja faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam
pemecahan masalah matematika materi geometri?

3.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengatasi masalah penyebab kesulitan siswa dalam
mencapai pemecahan masalah matematika materi geometri.
2. Mendeskripsikan factor-faktor kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam pemecahan masalah matematika materi geometri

4.Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Bagi penulis untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan


dalam memahami proses pemecahan masalah matematika
materi geometri
2. Bagi pembaca, menjadi tambahan suatu informasi mengenai
proses pemecahan masalah matematika materi geometri

5
PEMBAHASAN
A. Matematika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) matematika
merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Sedangkan secara bahasa (lughowi), kata ”Matematika” berasal
dari bahasa Yunani yaitu ”Mathema” atau mungkin juga ”Mathematikos”
yang artinya hal-hal yang dipelajari. Matematika suatu alat untuk
mengembangkan cara berfikir . Matematika secara umum didefinisikan
sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan
ruang. Maka secara informal dapat juga di sebut sebagai ilmu bilangan dan
angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur
abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika
simbolik dan notasi. Adapun pandangan lain bahwa matematika adalah
ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain.
Menurut [ CITATION Mis16 \l 1033 ] matematika merupakan ilmu
dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan disekolah memadang matematika sebagai bidang studi paling
sulit. Padahal matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berguna
dalam kehidupan. Matematika merupakan sarana berpikir logis untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika disebut ratu, karena dalam perkembangannya
matematika tidak pernah bergantung kepada ilmu yang lain. Namun
matematika selalu memberikan pelayanan kepada berbagai cabang
ilmupengetahuan untuk mengembangkan diri, baik dalam bentuk teori,
terlebih dalam aplikasinya. Aplikasi balam berbagai disiplin ilmu,
menggunakan matematika, terutama dalam aspek penalarannya. Oleh
karena itu, kedewasaan suatu ilmu ditentukan oleh ada tidaknya ilmu
tersebut menggunakan matematika dalam pola pikir maaupun
pengembangan aplikasinya [ CITATION kam17 \l 1033 ].
Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah

6
Aritmatika atau Berhitung, Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan
Kalkulus, Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak, Aljabar Linear,
Himpunan, Geometri Linier, Analisis Vektor, dll. Beberapa Definisi Para
Ahli Mengenai Matematika antara lain :
1. Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-
dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya
berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut
ilmu deduktif
2. James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar
yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang
mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian
yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan
aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada
mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma,
sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu
tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah
suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan
keharmonisannya.

7
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa matematika memberikan bahasa,
proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Metode
matematis memberikan inspirasi kepada pemikir dibidang sosial dan ekonomi.
Perhitungan matematika menjadi dasar bagi disiplin ilmu teknik. Disamping
itu, pemikir matematis memberikan warna kepada kegiatan seni lukis,
arsitektur dan seni musik. Dalam dunia perbankkan dan ekonomi matemaika
sebagai penopang maju mundurnya suatu negara, karena di era pasar bebas
sekarang ini semua harus dihitung dan dijalankan secara matematis. Dengan
ilmu matematika, dapat untuk mengembangkan semua hal sesuai dengan pola
pikir kita. Sesuai dengan kaidah-kaidahnya matematika dianggap sebagai
suatu ilmu yang menuntut manusia untuk melakukan suatu proses berfikir otak
secara dinamis. Serta matematika menuntut pola pikir secara tersetruktur. Oleh
karena itu peran matematika dapat dikatakan hampir disemua sendi kehidupan
dan mendukung dalam upaya memajukan kehidupan manusia.

B. Geometri
Menurut kamus besar bahasa indinesia (KBBI) Geometri merupakan
cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan
ruang. [ CITATION DrR18 \l 1033 ] mengatakan bahwa Geometri merupakan
salah satu cabang dari matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis,
bidang dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya,
antara satu dengan yang lain. Kata geometri berasal dari bahasa Yunani

8
geometrein, geo artinya bumi dan metrein artinya untuk mengukur. Geometri
kuno sebenarnya adalah kumpulan proses aturan dari pengalaman yang
berhasil dicapai melalui suatu percobaan, analogi dari pengamatan, menebak,
dan kadang-kadang datang dari intuisi. Abstraksi geometri dalam dunia nyata
adalah tiga dimensi panjang, lebar, dan tinggi dan secara umum meniadakan
kualitas lain seperti warna, kasar atau halusnya permukaan. Geometri mampu
membakukan bentuk-bentuk yang sama pada alam supaya dapat dipahami
oleh semua orang di dunia.
[ CITATION Sho17 \l 1033 ] Geometri yang dipelajari disekolah meliputi
geometri murni, Geometri analitik, dan tranformasi. Setiap tahapan dipelari
mulai dari jenjang SD sampai ke SMA, mulai dari mempelajari geometri
murni, kemudian geometri analitik lalu transformasi geometri. Pada dasarnya,
Geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa
dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini dikarenakan ide-
ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah,
misalnya garis, bidang, dan ruang. Kesulitan pada bagian-bagian dalam
geometri karena banyak pokok bahasan dalam geometri yang saling
berhubungan. Banyak konsep matematika lebih mudah dipahami jika
disajikan dengan basa geometri. Untuk dapat mempelajari geometri dengan
baik, siswa harus dituntut untuk menguasai kemampuan dasar geometri,
keterampilan dalam membuktikan, keterampilan dalam membuat lukisan dasar
geometri dan mempunyai daya tilik ruang yang memadai [ CITATION Roh16 \l
1033 ]. Menurut [ CITATION Nuh13 \l 1033 ] bahwa materi geometri meliputi :
Menemukan Konsep Jarak Titik, Garis Dan bidang
a. Kedudukan Titik

9
Perhatikan Kubus ABCD.EFGH dan garis g dari gambar
diats , dapat diperoleh :
a) titik sudut kubus apa saja yang terletak pada bidang DCGH!
b) Titik sudut kubus apa saja yang berada diluar bidang DCGH!
Penyelesaia:
Pandang kubus ABCD.EFGH, pada bidangCDGH dapat diperoleh
Titik sudut yang berada bidang CDGH adalah D, C, G, H
Titik sudut yang berada diluar bidang CDGH adalah A, B, C, D

b. Jarak Antara Titik dan Titik


dengan memakai prinsip teorema phytagoras, pada segitiga
siku-siku ABC, maka dapat diperoleh panjang dari titk Adan C
yaitu

:
AC = √ ( AB)2+(BC )2
AC = √ (4)2 +(3)2
AC = √ 25
AC = 5

c. Jarak Titik ke Garis

Terdapat dua kemungkinan titik pada garis, yaitu titik


terletak pada garis atau titik berada diluar garis. Titik dikatakan
terletak pada garis, jika titik tersebut dilalui oleh garis. Jarak titik

10
ke garis adalah nol. Titik A dan B terletak pada garis g. Titik A dan
B dikatakan sebagai titik yang segaris atau kolinear.

d. Jarak Titik ke bidang

Titik C’ merupakan projeksi titik C pada bidang yang sama.


Jadi jarak sebenarnya Titik B terhadap titik C’. jelasnya untuk
keadaan ini, teorema Phytagoras berperan untukmenyelesaikan
masalah jarak.

e. Jarak Antara Dua Garis dan Dua Bidang Sejajar

garis k dan ldikatakan sejajar jika jarak anatara kedua garis


tersebut selalusama (konstan), dan jika kedua garis tidak berhimpit,
maka kedua garis tidak pernah berpotongan meskipun kedua garis
diperpanjang. Perhatikan rusuk-rusuk yang sejajar dalam suatu
bangun ruang. Misalnya balok PQRS.TUVW,semua rusuk
pasangan rusuk yang sejajar pasti sama panjang. Misalnaya, rusuk
PQ sejajar dengan RS, yang terletak pada bidang PQRS.

11
Lebih lanjut, bidang PSTW sejajar dengan bidang QRVU
dan jarak antara kedua bidang tersebut adalah panjang rusuk yang
menghubungkan kedua bidang. Rusuk PQ memotong rusuk QU
dan QR secara tegak lurus, maka sudut segitiga PQR adalah 90o.

C. Kesulitan Belajar Matematika


Menurut [ CITATION Ism16 \l 1033 ] Kesulitan belajar adalah terjemah
dari istilah bahasa inggris learning disability. Menurut terjemah tersebut
sesungguhnya kurang tepat, karena learning artinya belajar, disability
artinya ketidakmampuan. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang
mana anak didik tidak belajar sebagaimana mestinya karena ada gangguan
tertentu. [ CITATION sup18 \l 1033 ] menyatakan bahwa Kesulitan belajaar
merupakan suatu gejala yang Nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah normal yang
telah ditetapkan.
Menurut [ CITATION Ism16 \l 1033 ] Faktor yang melatarbelakangi
penyebab timbulnya masalah pada siswa bersember pada faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual
seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kondisi dan keadaan
fisik.faktor eksternal meliputi kondisi social siswa seperti lingkungan,
sekolah dan masyarakat sekitar. Kesulitan juga dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh guru [ CITATION Yen15 \l 1033 ] Ketidakmampuan guru dalam
menciptakan pembelajaran matematika yang menarik, serta belum
melibatkan siswa secara aktif menjadikan pembelajaran tidak efektif dan
menyebabkan siswa kurang besemangat, cepat bosan dalam belajar
matematika. Hal ini belum sepenuhnya disadari oleh guru, sehingga letak
dan penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta didik juga belum
sepenuhnya teridentifikasi [ CITATION Was16 \l 1033 ].

D. Pemecahan Masalah

12
[ CITATION Ita15 \l 1033 ] mengatakan bahwa Masalah adalah suatu
persoalan yang tidak langsung diketahui bagaimana cara
menyelesaikannya. Marilah kita sepakati sejak awal bahwa yang dibahas
dalam hal ini adalah masalah matematika. [ CITATION Wah17 \l 1033 ]
berpendapat Menurut Bell (1978) suatu situasi dikatakan masalah bagi
seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, dan mengakui
bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat
menemukan pemecahannya.
Menurut Notoadmojo (2002) masalah merupakan suatu
kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sudah
terjadi, atau kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi.
Sebuah masalah yang dihadapi seseorang belum tentu menjadi masalah
bagi yang lainnya. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalahnya dengan caranya masing-masing (Hudoyo,
1990). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa masalah adalah situasi yang disadari penuh oleh seseorang dan
menjadi tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan segera dengan
suatu prosedur rutin tertentu. Masalah juga merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi.
Situasi yang menjadi masalah bagi seseorang belum tentu menjadi
masalah bagi orang lain.
Menurut [ CITATION DSa17 \l 1033 ] pemecahan masalah adalah
proses menutup kesenjangan antara apa yang bisa dan apa yang
diinginkan. Ini adalah tindakan menjawabpertanyaan, menerangkan
ketidakpastian ataumenjelaskan sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya.
Pemecahan masalah berkaitan dengan proses memecahkan masalah. Akan
tetapi, dalam pembahasan ini kita akan membatasi diri mengenai masalah
dalam konteks matematika, walaupun sebenarnya pemecahan masalah
menjadi tujuan pembelajaran pada hampir semua bidang studi di sekolah.
Ketika kita berpikir mengenai hal itu, maka seluruh tujuan pendidikan di
sekolah sebenarnya bertujuan untuk membekali siswa agar mampu

13
memecahkan masalah. Oleh karena itu, pada kurikulum di beberapa
Negara maju, pemecahan masalah berkontribusi besar dalam menciptakan
kemampuan memecahkan masalah secara umum[ CITATION Ita15 \l 1033 ].
Matematika terdiri dari keterampilan dan proses. Keterampilan
merupakan kemampuan melakukan aritmatika dasar dan algoritma secara
baik. Sedangkan proses matematika adalah cara menggunakan
keterampilan secara kreatif dalam situasi baru. Sehingga, pemecahan
masalah adalah proses bermatematika. Oleh karena itu, dalam hierarki
proses matematika (mathematical process), pemecahan masalah (problem
solving) akan terjadi bersamaan dengan penalaran (reasoning), komunikasi
(communication), koneksi (connection), maupun representasi
(representation), perbedaan dari tiga kata berikut ini yang sangat erat
kaitannya dengan pemecahan masalah, yaitu (1) metode, (2) jawaban, dan
(3) solusi. “Metode” diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban. Hal ini pada umumnya melibatkan satu atau lebih
strategi pemecahan masalah. Di sisi lain, “jawaban” berarti angka,
kuantitas, atau beberapa entitas lain yang masalahnya adalah meminta
hasil/nilai. Dan pada akhirnya, “solusi” adalah seluruh proses pemecahan
masalah, termasuk metode memperoleh jawaban dan jawaban itu sendiri.
Hubungan metode (method), jawaban (answer) dan solusi (solution).
[ CITATION Wah17 \l 1033 ] Sejumlah pakar mengemukakan tentang
langkah pemecahan masalah. Misalnya Polya (1973), mengemukakan
bahwa terdapat empat tahap utama dalam proses pemecahan masalah yaitu
(1) memahami masalah (understanding the problem), (2) merencanakan
suatu penyelesaian (devising a plan), (3) melaksanakan rencana
penyelesaian (carrying out the plan), (4) memeriksa kembali hasil
penyelesaian (looking back). Gagne (dalam Ruseffendi, 1988) menyatakan
bahwa terdapat lima tahap pemecahan masalah yaitu: (1) menyajikan
masalah dalam bentuk yang lebih jelas; (2) menyatakan masalah dalam
bentuk yang operasional (dapat dipecahkan); (3) menyusun hipotesis-
hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk

14
dipergunakan dalam memecahkan masalah itu; (4) mengetes hipotesis dan
melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data,
pengolahan data, dan lain- lain); hasilnya mungkin lebih dari sebuah; (5)
memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar,
mungkin memilih pada pemecahan yang paling baik.
Dewey dalam [ CITATION Sun16 \l 1033 ] menyatakan bahwa terdapat
lima tahap pemecahan masalah yaitu: (1) tahu bahwa ada masalah yakni
kesadaran akan adanya kesukaran, rasa, putus asa, keheranan, dan keragu-
raguan, (2) mengenali masalah yakni klasifikasi dan definisi termasuk
pemberian tanda pada tujuan yang dicari, (3) menggunakan pengalaman
yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang lalu
atau gagasan untuk merumuskan hipotesa dan proposisi pemecahan
masalah, (4) menguji secara berturut-turut hipotesa atau kemungkinan-
kemungkinan penyelesaian, (5) mengevaluasi penyelesaian dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti- bukti yang ada.

15
KESIMPULAN

Faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa tersebut disebabkan


karena beberapa hal, yaitu pemahaman mengenai konsep dan sifat-sifat
segiempat yang kurang, pemahaman sebelumnya mengenai materi bangun
datar segiempat yang masih kurang kuat, kurangnya keterampilan
menggunakan ide-ide geometri dalam memecahkan masalah matematika
yang berkaitan dengan bangun segiempat, serta kondisi kelas yang kurang
kondusif untuk belajar.
5 tahap pemecahan masalah : 1) menyajikan masalah dalam bentuk
yang lebih jelas; 2) menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional
(dapat dipecahkan); 3)menyusun hipotesis- hipotesis alternatif dan prosedur
kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan
masalah itu; 4) mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh
hasilnya (pengumpulan data, pengolahan data, dan lain- lain); 5) hasilnya
mungkin lebih dari sebuah; memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil
yang diperoleh itu benar, mungkin memilih pada pemecahanyang paling
baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

D. Samo, D. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Manusia Tahun Pertama pada


Masalah Geometri Konteks Budaya. Riset Pendidikan Matematika , 4 (2/2356-
2684/2477-1503), 152.

Dr. RahadianZainul, S. M. (2018). DESAIN GEOMETRI SEL PV. padang: CV BERKAH PRIMA.

Ismail. (2016). Diaggnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah.
Edukasi , 2 (1/2460-4917/2460-5794), 43.

Ita Chairun Nissa, M. (2015). Pemecahan Masalah Matematika Teori dan Contoh Praktik.
Mataram: DUTA PUSTAKA ILMU .

kamarullah. (2017). pendidikan Matematika Disekolah. Al-Khawarizmi , 1 (1/2549-


3906/2549-3914), 32.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (t.thn.). Dipetik Maret Senin, 2020, dari
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Mahdayani, R. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah matematika


Pada Materi Aritmatika, Aljabar, Statistika, dan Geometri. Pendes Mahakam , 1 (1/), 98.

Misel, & Suwangih, E. (2016). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk


Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Siswa. Metode DIdaktik , 10 (2),
27-36.

Najlasari, D. (2019). Analisi Kesulitan matematika Dalam Proses Pembelajaran Siswa .

Nuh, M. (2013). MATEMATIKA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nur'aini, I. L., Harahap, E., Baddruzzaman, F. H., & Darmawan, D. (2017). pembelajaran
Matematika Geometri Secara Realistis dengan GeoGebra. Jurnal matematika , 16
(2/1412-5056/2598-8980), 6.

Purba, E. P., Sinaga, B., Mukhtar, & Surya, E. (2017). Analysis Of The Difficulties Of Yhe
Mathematical Creative Thinking Process In The Application Of Problem Based Learning
Model. 104.

Rohimah, I., & Nursuprianah, I. (2016). Pengaruh Pemahaman Konsep geometri


terhadap kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Bidang Datar (Studi kasus
Kelas VII Di SMP Negeri 1 Cidahu Kabupaten Kuningan). EduMa , 5 (1/2086-3918), 20-35.

17
Sholihah, S. Z., & Afriansyah, E. A. (2017). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses
Pemecahan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele. Mosharafa , 6
(2/2086-4280/2527-8827), 298.

Sholihah, S. Z., & Alfiransyah, E. A. (2017). Analisis kesulitan Siswa Dalam Proses
Pemecahan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele. Mosharafa , 6
(2/2086-4280/2527-8827), 298.

Simamora, Y. D. (2016). Upaya Meningkatkan Pemhaman Konsep Matematis Siswa


Melalui Pendekatan Reaslistik pada Pokok Bahasan Bangun Ruang di SD Negeri 106832
Sukamandi Hulu Kabupaten Deli Serdang Kelas V.

Suhartini, & Maryanti, A. (2017). Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis pada


Pembelajaran Geometri Berbasis Etnomatematika. Jurnal Gantang , II (2/2503-
0671/2548-5547), 105-111.

Sundayana, R. (2016). Kaitan antara Gaya Belaja, Kemandirian Belajar, dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran Matematika. Pendidikan Matematika
STKIP Garut , 5 (2/2086-4280), 84.

supriyanto, & Setiawati, E. (2018). Analis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
Sejarah (Siswa Kelas X IPS SMA MUHAMMADIYAH 1 Metro Dalam Materi Manusia Purba
Di Indonesia). Swarnadwipa , 2 (1/E-ISSN/2580-731), 26.

Wahyudi, S. M. (2017). STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Salatiga: Satya


Wacana University Press.

Waskitoningtyas, R. S. (2016). Analisis kesulitan belajar Matematika Siswa kelas V


Sekolah Dasar Kota Balikpapan Pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika , 5 (1), 24-32.

Yeni, E. M. (2015). Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. JUPENDAS , 2 (5), 10.

18

Anda mungkin juga menyukai