Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

“JALAN BERBAYAR”

Oleh :
Andreas A. Paat (18014007)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
dalam mata kuliah Topik Khusus Transportasi. Di samping itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah
ini terselesaikan dengan baik.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................3

1. Latar Belakang .............................................................................................3

2. Tujuan ..........................................................................................................3

3. Rumusan Masalah ........................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................................5

1. Pengertian ERP (Electronic Road Pricing)..................................................5

2. Dasar Hukum ERP…………………………………………………………7

3. Syarat Jalur ERP………………………………………………………….8

4. Tujuan Teknis…………………………………………………………….8

5. Latar Belakang Penerapan ERP (Electronic Road Pricing) ........................9

6. Manfaat dan Dampak ERP (Electronic Road Pricing) ................................9

7. Dampak dari Penerapan ERP (Electronic Road Pricing) ..........................10

8. Komponen-komponen ERP (Electronic Road Pricing) .............................10

9. Pemberlakuan ERP di Singapura ...............................................................12

10. Pemberlukuan ERP di Jakarta ....................................................................15

11. Tujuan dan Keuntungan ERP (Electronic Road Pricing) ..........................19

12. Cara Kerja ERP (Electronic Road Pricing) ...............................................20

BAB III : PENUTUP............................................................................................22

1. Kesimpulan ................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Latar belakang diterapkannya ERP adalah pesatnya peningkatan jumlah


penduduk yang berpindah ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu dan
berwisata sehingga mengakibatkan jumlah kendaraan yang meningkat pesat
dan berdampak kemacetan dibeberapa ruas jalan kota Yogyakarta.
Peningkatan yang terjadi tidak diimbangi dengan pertumbuhan luas jalan.
Pertumbuhan jalan relatif tetap, jika tidak diadakannya pembenahan pola
transportasi, maka kemacetan di Jalan Malioboro akan semakin tinggi.
Menerapkan kebijakan Electronic Road Pricing (ERP), yaitu kebijakan
pembatasan jumlah kendaraan melalui sistem jalan berbayar, dimana setiap
kendaraan yang melintasi ruas jalan tertentu akan dikenakan biaya.
Tujuannya adalah untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan
akibat kemacetan. Mekanisme dari penerapan ERP adalah setiap kendaraan
yang melintas di zona ERP akan dikenakan biaya tertentu. Pintu gerbang
zona ERP akan dilengkapi teknologi OBU(on board unit), yaitu alat sensor
yang dipasang pada setiap kendaraan yang secara otomatis memotong
deposit uang pengguna jalan saat melewati gerbang-gerbang ERP

2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Jalan Berbayar


dan penerapan-penerapannya.
3. Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan Jalan Berbayar?

• Apa yang melatarbelakangi Penerapan ERP?

• Jelaskan Manfaat serta Dampak ERP!

• Bagaimana Cara Kerja ERP?


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian ERP (Electronic Road Pricing)

Elctronic road pricing (ERP) adalah kebijakan pemberlakuan jalan


berbayar untuk setiap kendaraan yang melewatinya. ERP bertujuan mengurangi
kemacetan di ruas jalan tertentu meski pada simpul jalan yang lain justru
menambah kemacetan (Bisnis Indonesia, 2010). Sistem ERP terdiri dari dua
gerbang yang saling berhadapan dan sebuah In-vehicle unit (IU). Kamera, alat
pendeteksi kendaraan dan antena dipasang pada gerbang untuk mengidentifikasi
kendaraan yang melewati gerbang. IU adalah alat yang dipasang di dalam
kendaraan, tempat meletakkan cash card untuk membayar tarif ERP.

Adapun pengertian lainnya, Road Pricing adalah pengenaan biaya secara


langsung terhadap pengguna jalan karena melewati ruas jalan tertentu. Pada
dasarnya terdapat dua tujuan dari pengenaan Road Pricing yaitu untuk menambah
pendapatan suatu daerah atau Negara, atau suatu sarana untuk mengatur
penggunaan kendaraan agar tidak terjadi kemacetan. Terdapat beberapa tujuan
utama dari road pricing, yaitu mengurangi kemacetan, menjadi sumber
pendapatan daerah, mengurangi dampak lingkungan, mendorong penggunaan
angkutan umum masal.

Gambar 2.1 Electronic Road Pricing

Saat kendaraan yang telah dilengkapi dengan IU melewati gerbang,


maka biaya akan langsung dikenakan pada IU. Biaya yang dikenakan dapat
dilihat pada tampilan IU.
2. Dasar Hukum Electronic Road Pricing (ERP)
Dasar hukum penerapan Electronic Road Pricing (ERP) antara lain :
· Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan
a) PASAL 133 UU NO. 22/2009
Pasal 133 ayat (3), Pembatasan lalu lintas dapat dilakukan dengan
pengenaan Retribusi Pengendalian Lalu Lintas yang diperuntukkan bagi
peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum.
Saat ini Peraturan Pemerintah untuk Undang-Undang ini sedang dalam
proses pembahasan, diharapkan dapat lebih menegaskan perlunya
pelaksanaan ERP.
b) PASAL 472 RPP LLAJ
Pembatasan lalu lintas dapat dilakukan dengan pengenaan retribusi
pengendalian lalu lintas. Retribusi pengendalian lalu lintas adalah biaya
tambahan yang harus dibayar oleh pengguna kendaraan perseorangan dan
kendaraan barang akibat kemacetan yang disebabkannya. Dana yang
diperoleh dari retribusi pengendalian lalu lintas diperuntukkan bagi
peningkatan kinerja lalu lintas dan pelayanan angkutan umum.
Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan penerapan pembatasan lalu lintas
dengan pengenaan retribusi pengendalian lalu lintas diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri yang bertanggung jawab dibidang sarana dan
prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan memperhatikan
pendapat Menteri dibidang urusan dalam negeri.

3. Syarat Jalur Diterapkannya ERP

1. Memiliki dua jalur jalan yang masing-masing memiliki paling sedikit dua
lajur.
2. Bukan Jalan Nasional.
3. Tersedia jaringan dan pelayanan angkutan umum massal dalam trayek
yang sesuai dengan standar pelayanan minimal dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Memiliki perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan
kapasitas jalan pada salah satu jalur jalan 0,9 atau lebih besar.
5. Kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas 10 km/jam atau lebih lambat.
6. Harus memperhatikan kualitas lingkungan.

4. Tujuan Teknis
Tujuan dari adanya Electronic Road Pricing ini yaitu diantaranya adalah,
mengurangi kemacetan, menjadi sumber pendapatan daerah, mengurangi dampak
lingkungan, mendorong penggunaan angkutan umum masal.
Berikut adalah tabel pengelompokan Road Pracing berdasarkan tujuan, antara lain :

5. Latar Belakang Penerapan ERP (Electronic Road Pricing)


Latar belakang dari kebijakan penerapan ERP ini adalah besarnya
peningkatan volume kendaraan disebabkan karena tingkat mobilatas
masyarakat yang cukup tinggi menggunakan kendaraan pribadi yang
mengakibatkan kemacetan dititik-titik tertentu ruas jalan Kota Yogyakarta.
Bertambahnya tingkat kemacetan tidak sebanding dengan pertumbuhan ruas
jalan. Peningkatan jalan relatif tetap, jika tidak ditambahnya pola
transportasi, maka kemacetan yang terjadi di Kota Yogyakarta akan
meningkat semakin tinggi .
Tahapan dari diterapkanya Electronic Road Pricing(ERP) adalah
setiap kendaraan yang melewati area ERP dapat dikenakan biaya dengan
jumlah yang sudah di tentukan. Pintu masuk area ERP akan di fasilitasi
dengan teknologi OBU (On Board Unit ), adalah alat sensor yang
dipasangkan pada setiap kendaraan yang bekerja secara otomatis memotong
setiap deposit uang dari rekening pengguna jalan tersebut saaat melewati
pintu masuk ERP.
Menerapkan Electronic Road pricing (ERP), yaitu untuk penerapan
membatasi jumlahn kendaraan yang melewati sistem jalur berbayar, untuk
itu setiap kendaraan yang melintasi ruas jalan akan di kenakan biaya.
Tujuanya adalah untuk mengatasi dampak kemacetan.

6. Manfaat dan Dampak ERP (Electronic Road Pricing)

Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta (2011), manfaat

Electronic Road Pricing (ERP), yaitu :

a) Pemerintah :

• Menurunkan tingkat kemacetan.

• Pendapatan baru dari sektor lalu lintas bertambah.


• Mempermudah batasi lalu lintas.

• Pengalihan moda trasnportasi kendraan pribadi untuk


penggunaan angkutan umum.
• Meningkatkan efektifitas dan penghematan dari manejemen
permintaan.
b) Pengendara :

• Nyaman dalam berkendaraan

• Perjalanan yang ditempuh tepat waktu

• Memudahkan dalam berpindah moda ke angkutan umum

• Kemudahan dalam berteransaksi


c) Masyarakat :

• Mengurangi tingkat polusi udara yang diakibatkan oleh asap


kendaraan
• Berkurangnya kebisingan yang diakibatkan perpindahan
moda ke angkutan umum.
• Meminimalisir kerugian ekonomi akibat kemacetan
lalulintas.
Apabila diterapkannya ERP maka pengendara dihadapkan dengan
beberapa pilihan ialah membayar dan menikmati perjalanan, merubah waktu
perjalanan untuk membayara lebih murah, perubahan rute perjalanan
mengakibatkan perubahan moda angkutan yang digunakan, merubah tujuan
perjalanan, atau membatalkan perjalanan.

7. Dampak dari Penerapan ERP (Electronic Road Pricing)

a) Peningkatan terhadap kualitas lingkungan diharapkan dapat


mengurangi polusi udara, dan bunyi dan getaran.
b) Meningktanya ekonomi, ERP diharapkan bisa memberikan
pendapatan tambahan bagi pemerintah sehingga mendapat dana
tambahan untuk meningkatkan kualitas angkutan umum.
c) Menjamin persamaan hak pengguna jalan, diharapikan ERP bisa
memberikan keadilan bagi pengguna jalan dengan memberikan
kewajiban yang lebih berat untuk para pengguna jalan yang lebih
berkontribusi terhadap kemacetan. Selain itu juga , jaminan terhadap
pejalan kaki dan penghuni daerah lokal pun di harapkan dapat
terealisasi.

8. Komponen-komponen ERP (Electronic Road Pricing)

Komponen dalam sistem jalan berbayar ada tiga:


a) In-vehicle Unit (IU) dengan kartu deposit
Ini adalah alat yang harus dipasangkan pada setiap kendaraan. Pada
alat ini dimasukkan kartu deposit yang dapat diisi ulang. Alat ini juga
dapat menampilkan sisa saldo pada kartu deposit yang ditancapkan.
Saldo pada kartu akan berkurang setiap kali melewati gerbang ERP.
Besarnya pembayaran pungutan jalan setiap jenis kendaraan
berbeda. Oleh karena itu terdapat 4 kategori alat yang berbeda untuk
masing-masing jenis kendaraan.
Jenis-jenis kendaraan itu terdiri dari sepeda motor, mobil, truk & bus
ukuran kecil, dan truk & bus ukuran besar. Ketentuannya adalah
besarnya harga pungutan untuk sepeda motor adalah setengah
kalinya harga pungutan mobil, harga pungutan untuk truk & bus satu
setengah kalinya harga pungutan mobil, serta truk & bus besar 2 kali
lipatnya harga pungutan mobil. Jadi bila harga pungutan untuk mobil
saat itu adalah S$1.5, maka untuk sepeda motor harganya S$0.75,
truk & bus S$2.25, dan truk & bus besar S$3 . Harga pungutan juga
dapat berbeda-beda di setiap tempat dan setiap waktu.
b) Gerbang ERP

Gerbang ERP terpasang di jalan-jalan tertentu. Melalui gerbang


inilah para pengendara melakukan pembayaran pungutan secara
elektronik. Komponen yang terpasang pada gerbang ini adalah:
• antena,

• pendeteksi kendaraan,

• kamera.

c) Pusat sistem komputer

Ini adalah tempat untuk memonitor operasional seluruh gerbang


ERP. Yang dipantau disini adalah transaksi dari setiap kendaraan,
gambar dan pemantauan pada gerbang itu sendiri untuk memastikan
semuanya bekerja dengan baik.

9. Pemberlakuan ERP di Singapura

Transportasi publik Singapura adalah sebuah perjalanan panjang.


Transportasi publik di Singapura yang dulu itu tidak seperti sekarang tapi
mereka menyadari pentingnya transportasi publik itu lebih awal.
Transportasi publik yang utama itu adalah MRT dan semua informasi
mengenai transportasi publik itu harus selalu diinformasikan kepada
masyarakat melalui media televisi, radio, surat kabar, brosur, poster, dan
sosial media.
Perjalanan sistem ERP di Singapura dimulai pada tahun 1975 yaitu
dengan sistem Area Licensing Scheme (ALS) yang mengharuskan
kendaraan pribadi, kendaraan perusahaan, dan taksi untuk membeli kupon
ALS untuk memasuki kota Singapura di pagi hari dan para penegak hukum
ditempatkan di pintu-pintu masuk ke kota Singapura. Sistem ALS terus
berkembang dan akhirnya pada tahun 1998, sistem ERP mulai diberlakukan
di Singapura.

Pemerintah Singapura harus membentuk pola pikir masyarakat


terhadap ERP dengan cara mempublikasikan berbagai manfaat bagi
masyarakat dengan penerapan ERP antara lain yaitu: lalu lintas yang lancar,
jarak tempuh yang lebih cepat, peningkatan produktivitas, kualitas udara
yang lebih baik, dan berkurangnya polusi suara.

Dengan menjelaskan ERP sebagai sistem yang adil karena


masyarakat membayar yang mereka pakai. Kita tanamkan juga kepada
masyarakat bahwa ERP bukan mekanisme pembayaran karena kemacetan,
tapi mekanisme untuk memperlancar perjalanan masyarakat.
Faktor-faktor yang membuat sistem ERP sukses di Singapura,
diantaranya adalah dengan melibatkan masyarakat secara terus menerus,
memulai sistem dari hal kecil dan terus melakukan pengembangan,
meningkatkan pengalaman masyarakat dalam menggunakan sistem ERP
yaitu yang mulanya cukup rumit dengan pembelian kupon untuk memasuki
kota kemudian berubah menjadi nyaman dengan sistem elektronik.
Faktor yang sangat penting lainnya adalah dengan selalu
menyediakan banyak pilihan bagi masyarakat yaitu dengan menyediakan
alternatif rute, waktu, dan moda transportasi publik lainnya.
Tugas LTA adalah untuk memastikan rute yang lain tidak macet
karena masyarakat menghindari kawasan ERP. Masyarakat pasti memilih
melalui rute ERP tersebut karena rute tersebut yang paling cepat.

ERP dilaksanakan oleh Otoritas Land Transport pada September


1998 untuk menggantikan the Singapore Area Licensing Scheme. Program
ERP terdiri dari gerbang ERP yang terletak di semua jalan menghubungkan
daerah pusat bisnis Singapura ke pusat kota seperti Core Downtown.
Gerbang itu juga diletakkan di sepanjang jalan bebas hambatan dan arteri
dengan lalu lintas berat untuk mencegah kemacetan saat jam sibuk. Sistem
ERP sebenarnya sistem sensor pada 2 gerbang, satu di depan yang lain.
Terdapat beberapa kamera pada gerbang untuk menangkap nomor
pelat belakang kendaraan. Saat ini, ada 80 gerbang ERP di Singapura.
Gerbang baru.

dijalankan mana terdapat kemacetan parah, seperti bebas hambatan


dan jalan lainnya. Sebuah perangkat yang dikenal sebagai In-vehicle Unit
(IU) yang ditempel di sudut kanan bawah kaca depan, di mana dalam alat
tersebut terdapat kartu yang memiliki nilai uang yang dapat diisi ulang (top
up), CashCard, untuk pembayaran biaya penggunaan jalan.
Tarif ERP memang bervariasi tergantung kondisi lalu lintas dan jenis
kendaraan. Sepeda motor mendapat tarif termurah, bernilai antara SG$ 0,5
(sekitar Rp 4.700) sampai SG$ 1 (sekitar Rp 9.400), tergantung kondisi lalu
lintas. Untuk mobil tarifnya berkisar antara SG$ 1-6. Begitu juga dengan
bus.
Ketika memasuki Jalan Fort Canning sekitar pukul 14.00 waktu
setempat, bus terkena tarif SG$ 1,5. Mobil tak perlu berhenti karena di
dalam mobil sudah terpasang In-vehicle Units (IUs) yang berbentuk seperti
mesin debit. Mobil hanya perlu memelankan kecepatan. Begitu terdengar
bunyi "bip", saldo di kartu langsung terpotong.
Berkendara di Singapura terbilang mahal. Apalagi jika harus keluar
masuk di sejumlah area ERP pada jam sibuk. "Tetapi kalau jalan sedang
sepi, gerbang ERP tidak menyala." Tandanya, tak ada lampu yang
menunjukkan jumlah tarif yang sedang berlaku.
Tarif ERP juga berbeda di akhir pekan. Pada Sabtu dan Minggu, ERP
di area perkantoran tidak berlaku karena daerah itu sepi. Sementara di pusat
bisnis dan wisata seperti di Orchard Road, tarifnya akan melambung di akhir
pekan.

10. Pemberlakuan ERP di Jakarta


Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan
bahwa ERP atau Electrinic Road Pricing tidak sama dengan keharusan
mobil pribadi membayar untuk masuk ke Jakarta. Penerapan ERP
merupakan instrument dari traffic restraint sebagai strategi kebijakan yang
mendorong pengguna kendaraan pribadi agar beralih menggunakan
kendaraan umum.
“ERP tidak sama dengan mobil masuk Jakarta harus bayar. Ini
merupakan instrument dari traffic restraint sebagai strategi push policy,
yang mendorong supaya pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan
kendaraan angkutan umum yang sudah di tingkatkan layanannya. Untuk itu
Kementerian Perhubungan akan mendukung kebijakan ini” ujar Menhub di
Jakarta, Selasa (27/3).
Kementerian Perhubungan melalui BPTJ akan mengkaji terlebih
dahulu sebelum menerapkan kebijakan jangka panjang yaitu ERP. Akan ada
3 tahapan dalam penerapan ERP yaitu Kerangka Kelembagaan, Kerangka
Regulasi, dan Kerangka Pendanaan. Kajian juga akan membahas soal
besaran tarif yang akan dikenakan kepada pengendara yang melintas di
segmen ERP.
“Dalam hal ini kami perlu mengkaji terlebih dahulu dengan 3
tahapan yaitu kerangka kelembagaan dengan mengundang stakeholders
terkait seperti pemda-pemda penyangga. Yang kedua Kerangka Regulasi
perlu adanya payung hukum dalam kebijakan tersebut. Yang terakhir
dengan Kerangka Pendanaan,” jelas Menhub Budi.
Electronic Road Pricing adalah sistem jalan berbayar yang
diterapkan secara elektronik. Sistem ini diterapkan di ruas jalan yang padat
dan mengenakan tarif progresif. Pada jam-jam sibuk dan padat akan
dikenakan tarif yang lebih tinggi dibandingkan dengan jam-jam kosong.
"Sistem Electronic Road Pricing sudah diterapkan di sejumlah
negara seperti Singapura, Inggris, Swedia dan berhasil menurunkan volume
lalu lintas lebih dari 13%," pungkas Menhub Budi. (LNM/TH/LP/BI)

Suksesnya Electronic Road Pricing (ERP) di Singapura yang sudah


terjadi 13 tahun baru sekarang menarik minat pemerintah untuk
mengadopsinya. Bertujuan untuk menarik biaya bagi kendaraan yang
melewati ruas jalan tertentu dalam waktu tertentu terutama pada jam sibuk.
Akankah kesuksesan ERP di Singapura akan juga berhasil sukses mengurai
kemacetan di Jakarta?

Setiap kendaraan yang melintasi gerbang ERP diwajibkan untuk


membayar secara otomatis. Sehingga setiap mobil yang lewat jalur 3 in 1
diharuskan membayar. ERP akan segera diterap karena 3 in 1 dianggap
sudah tidak efektif lagi. Suksesnya negara lain seperti Singapura
menerapkan ERP, mengilhami pemerintah Indonesia untuk mengurangi
kemacetan yang sampai saat ini sulit diatasi. Adapun jalur 3 in 1
yang sekarang berlaku di Jakarta meliputi daerah-daerah seperti Jl. MH.
Thamrin, Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Sisimangaraja, Jl. Medan Merdeka
Barat, Jl. Majapahit, Jl. Gajah Mada, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Pintu Besar
Selatan, Jl. Pintu Besar Utara dan sebagian Jl. Jenderal Gatot Subroto. ERP
menyediakan kemudahan dalam penerapannya berdasarkan tipe kendaraan,
waktu dalam hari dan lokasi gerbang Singapura Pioner ERP.
ERP diadopsi dari Singapura, karena merupakan kota pertama di
dunia untuk menerapkan sistem pengumpulan tol elektronik untuk tujuan
penetapan harga kepadatan.
Komitmen dari semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
Electronic Road Pricing (ERP) di Jakarta sangat dibutuhkan untuk dapat
mencapai tujuannya untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Regulasi,
penegakan hukum, dan dengan organisasi baru yang khusus menangani
transportasi di Jabodetabek yang akan dibentuk oleh Presiden akan
melancarkan pelaksanaan ERP di Jakarta.
Ketika sistem ERP mulai dijalankan, yang penting adalah penegakan
hukumnya. Kita harus mulai melakukan penegakan hukum secara elektronik
dan sekarang kita masih belum mempunyai sistem seperti itu.
Faktor utamanya adalah kita tidak mempunyai visi yang sama.
Kadang-kadang regulasi yang ditetapkan pemerintah pusat tidak dapat
diimplementasikan di pemerintah daerah.
Misalnya dalam hal pembiayaan. Di Indonesia terdapat 2 jenis yaitu
pajak dan retribusi. Di Indonesia, retribusi tidak bisa berubah dari waktu ke
waktu. Tidak seperti di Singapura yang ketika di jam sibuk, masyarakat
yang melewati kawasan ERP dikenai biaya yang paling tinggi. Tapi
berdasarkan regulasi, retribusi tidak bisa seperti itu. Retribusi harus sama
jumlahnya sehingga kesulitan menyusun tarif yang variatif seperti
Singapura.
Pemerintah sedang melakukan perubahan dengan membuat
regulasinya seperti Badan Layanan Umum Daerah sehingga tarifnya dapat
lebih variatif tapi dibutuhkan undang-undang untuk
mengimplementasikannya.
Perjalanan sistem ERP di Singapura dimulai pada tahun 1975 yaitu
dengan sistem Area Licensing Scheme (ALS) yang mengharuskan
kendaraan pribadi, kendaraan perusahaan, dan taksi untuk membeli kupon
ALS untuk memasuki kota Singapura di pagi hari dan para penegak hukum
ditempatkan di pintu-pintu masuk ke kota Singapura. Sistem ALS terus
berkembang dan akhirnya pada tahun 1998, sistem ERP mulai diberlakukan
di Singapura.
Pemerintah Singapura harus membentuk pola pikir masyarakat
terhadap ERP dengan cara mempublikasikan berbagai manfaat bagi
masyarakat dengan penerapan ERP antara lain yaitu: lalu lintas yang lancar,
jarak tempuh yang lebih cepat, peningkatan produktivitas, kualitas udara
yang lebih baik, dan berkurangnya polusi suara.
Dengan menjelaskan ERP sebagai sistem yang adil karena
masyarakat membayar yang mereka pakai. Kita tanamkan juga kepada
masyarakat bahwa ERP bukan mekanisme pembayaran karena kemacetan,
tapi mekanisme untuk memperlancar perjalanan masyarakat.
11. Tujuan dan Keuntungan ERP (Electronic Road Pricing)

Meskipun tujuan utama congestion pricing (ERP) adalah untuk


mengurangi kemacetan, akan tetapi uang hasil pungutan biaya kemacetan
dapat menjadi sumber dana pemerintah daerah dalam meningkatkan
pelayanan transportasi seperti meningkatkan pelayanan angkutan umum,
peningkatan fasilitas bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda, dan lain-lain.
Berdasarkan studi yang dilakukan PCI, PCKK, dan Sumitomo
Corporation, aplikasi ERP di Jakarta layak secara ekonomi maupun finansial
(periode evaluasi dari 2008 sampai dengan 2020).
a) Penghematan Konsumsi BBM

Dengan melakukan simulasi sederhana berdasarkan kurva hubungan


antara kecepatan dan konsumsi BBM tiap jenis kendaraan bermotor,
serta dengan menggunakan data jumlah kendaraan bermotor di
Jakarta, maka dapat dihitung konsumsi BBM untuk tiap skenario
kecepatan dan proporsi penggunaan kendaraan pribadi.
Apabila aplikasi Congestion Pricing mampu meningkatkan
kecepatan rata-rata lalu lintas dari 20 km/jam menjadi 30 km/jam
(naik 10 km/jam), dan menurunkan volume kendaraan pribadi
sebesar 10%, dan dengan asumsi panjang perjalanan rata-rata 10 km,
maka aplikasi Congestion Pricing di Jakarta akan menghemat
penggunaan BBM dan subsidi sebesar 6.65 trilyun/tahun.
b) Penurunan Polusi Udara
Perhitungan penurunan polusi udara sebagai dampak menurunnya
kemacetan dan penggunaan kendaraan pribadi dapat dilakukan
dengan menggunakan formula laju emisi. Formula laju emisi yang
dipergunakan adalah berdasarkan Keputusan Dirjen Bina Marga No
60 Tahun 1999 tentang Pengesahan 13 pedoman teknik Dirjen Bina
Marga. Laju emisi adalah besarnya massa polutan yang dilepaskan
oleh satu kendaraan per kilometer jarak tempuh.
Dengan menggunakan data yang sama seperti perhitungan
penghematan BBM, maka dengan asumsi kecepatan rata-rata lalu
lintas akan naik dari 20 km/jam menjadi 30 km/jam (naik 10
km/jam), volume kendaraan pribadi menurun 10%, dan panjang
perjalanan rata-rata 10 km, maka akan didapat penurunan CO
sebesar 35% per hari dan penurunan NOx sebesar 23% per hari.
12. Cara Kerja ERP (Electronic Road Pricing)

Sistem Jalan Berbayar adalah penerapan jalan berbayar berbasis elektronik.


Keunggulannya, memudahkan proses pembayaran dan memungkinkan
diterapkannya tarif yang berbeda-beda sesuai kondisi kemacetan lalu lintas.
Ada dua macam Sistem Jalan Berbayar berdasarkan teknologinya:
a) Kamera Elektronik

Pada titik-titik masuk kawasan penerapan jalan berbayar dipasang


kamera-kamera elektronik yang dapat merekam nomor polisi setiap
kendaraan yang masuk ke lokasi jalan berbayar. Rekaman ini
kemudian dimasukkan ke dalam basis data kendaraan untuk
kemudian dilakukan penagihan sesuai tarif yang berlaku.
b) Pemindai Elektronik

Setiap kendaraan dilengkapi dengan alat pemindai elektronik yang


diletakkan di dalam kendaraan. Alat pemindai ini dapat
berkomunikasi secara elektronik dengan alat-alat pemindai di titik-
titik masuk jalan berbayar. Alat pemindai elektronik ini dapat
memuat data kendaraan dan dapat berlaku sebagai mesin
pembayaran tunai yang akan langsung dipotong sejumlah besarnya
tarif jalan berbayar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Apabila diterapkan ERP maka pengemudi dihadapkan pada pilihan-


pilihan, yaitu membayar dan menikmati perjalanan, merubah waktu
perjalanan untuk membayar lebih murah, merubah rute perjalanan, merubah
moda angkutan yang digunakan, merubah tujuan perjalanan, atau
membatalkan perjalanan.
Dampak penerapan kebijakan ERP tersebut adalah :
a) Tercapainya efisiensi dalam aspek transportasi seperti tercapainya
kelancaran lalu lintas yang menyebabkan penghematan waktu tempuh dan
biaya perjalanan.
b) Peningkatan kualitas lingkungan, TDM (Travel Demand Management)
dalam aspek lingkungan diharapkan dapat mengurangi polusi udara, dan
mengurangi polusi bunyi dan getaran.
c) Penataan sistem tata guna lahan, TDM diharapkan dapat merevitalisasi
fasilitas perkotaan sesuai dengan fungsinya.
d) Meningkatkan ekonomi, TDM diharapkan dapat memberikan pendapatan
tambahan bagi pemerintah sehingga mendapat dana tambahan untuk
meningkatkan kualitas angkutan umum.
e) Menjamin persamaan hak pengguna jalan, TDM diharapkan dapat
memberikan keadilan bagi pengguna jalan dengan memberikan kewajiban
yang lebih berat bagi pengguna jalan yang lebih berkontribusi terhadap
kemacetan. Selain itu, jaminan terhadap pejalan kaki dan penghuni daerah
lokal pun diharapkan dapat terealisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://rezzapktj.blogspot.com/2016/10/electronic-road-pricing-i.html

2. https://www.carmudi.co.id/journal/apa-itu-sistem-jalan-berbayar-atau-

electronic-road-pricing/

3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15679/G.%20BA

B%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai