Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial.Pembangunan kesehatan
sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan
istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti konstipasi atau sembelit (Anonim,2017)
Konstipasi atau susah BAB banyak dialami penduduk dunia, bagi sebagian orang konstipasi
dianggap hal biasa namun bagi sebagian orang mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian
konstipasi makin meningkat, di Amerika Serikat tercatat 2-27 % dengan2,5 juta kunjungan ke
dokter dan hampir 100.000 perawatan per tahunnya. Setiap tahunnya di Amerika, kira-kira lebih
dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi.
Kontipasi biasanya terjadi pada wanita, orang berusia lanjut, dan anak- anak. Sekitar 12% dari
populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi. Pendapatan dari pasien obstipasi
menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan. Di China sekitar 15-20 %. Di
Beijing ditemukan 6,07 persen menderita konstipasi. Konstipasi dapat terjadi pada segala usia,
dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 –
40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi ini. Namun sebagian besar
penderita biasanya hanya melakukan pengobatan sendiri, tanpa pergi ke dokter. Akibatnya adalah
pengeluaran biaya sebesar 500 - 725 juta dolar setiap tahunnya untuk pembelian obat-obatan
(Kompas, 2011).
Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah taman kanak kanak di wilayah
Senen, Jakarta. Prevalensi konstipasi didapatkan sebesar 4,4% (Firmansyah, 2007)
Kurangnya asupan cairan merupakan salah satu penyebab susah buang air besar atau biasa
disebut konstipasi, karena kurangnya asupan cairan dapat mengakibatkan feses yang terbentuk
menjadi keras, kering dan sulit untuk dikeluarkan. Terapi air adalah suatu metode perawatan dan
penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatakan efek-efek terapis atau
penyembuhan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Leo Chiton, seorang pakar di bidang terapi air,
yaitu bahwa terapi air merupakan terapi alami yang didasarkan pada penggunaan air secara
internal (dengan meminum air) dan eksternal sebagai pengobatan. Konstipasi yang diabaikan

1
maka akan menyebabkan obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker
usus yang berakibat fatal bagi penderitanya (Yolanda, 2007).
Serat makanan sangat berguna untuk kesehatan. Salah satu keuntungan tersebut adalah untuk
mencegah konstipasi dengan cara meningkatkan berat feses. Tetapi pada masa sekarang ini
dimana anak-anak lebih senang mengkonsumsi makanan awetan yang telah mengalami
pemrosesan. Padahal makanan yang telah mengalami pemrosesan ini merupakan makanan yang
tidak kaya akan serat (Mahran cit Sitasari, 2009).
Konstipasi sangat berhubungan dengan saluran pencernaan manusia, Kolon. Fungsi utama
kolon adalah memadatkan cairan yang masuk dari usus kecil dan menyimpan massa feses hingga
waktu dan tempat yang tepat untuk buang air besar. Sekitar 90% cairan yang masuk kedalam
kilon dapat diserap dalam 24 jam. Hal tersebut menghasilkan tinja dengan kandungan air 60-
80%, dengan berat antara 1,5 hingga 8,0 ons pada sebagian besar orang dewasa.
Kolon dirancang untuk memperlambat perjalanan makanan secara normal. Perlambata ini
akan membantu absorpsi yang umumnya terjadi dalam kolon. Bagian kanan dan tengah
(transversal) melalui aksi meremas yang akan menggerakkan isi usus kedepan kebelakang.
Kontraksi yang kuat akan menyapu tinja yang telah padat ke kolon bagian bawah (sigmoid) dan
rectum beberapa kali dalam sehari. Proses buang air besar akhirnya akan terjadi sebagai akibat
interaksi yang kompleks antara saraf panca indera dengan saraf motor di dalam dinding usus dan
system saraf pusat. Interaksi tersebut menghasilkan kontraksi pengimbang yang terkoordinir dan
relaksasi otot-otot pelvis, rectum, dan sfingter anus.
(Syamsudin, 2016)

Dari penjelasan diatas tujuan dari penulis sendiri adalah, diharapkan masyakarat lebih
memahami bahwa menjaga pola makan sangatlah penting, ini karena pola makan sangat
mempengaruhi kondisi tubuh terutama saluran pencernaan. Dari penjelasan diatas juga
diharapkan masyarakat lebih banyak mengkonsumsi air mineral atau cairan serta makanan yang
cukup akan serat, sehingga dapat membantu proses defekasi atau buang air besar, agar konstipasi
dapat dicegah sejak dini (Anonim, 2017).

2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Konstipasi
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicutidak teraturnya buang air besar dan timbul
perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2010).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar
jadi terlalu kering dan keras (Uliyah, 2008).

2.2 Patofisiologi Konstipasi


Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa
yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap
oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ), yang dalam keadaan normal
mendorong terjadinya gerakan peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi
sekali atau dua kali setiap 24 jam ( Akmal, dkk, 2010 ).

2.3 Faktor risiko


Orang tua (diatas 55 tahun) berisiko lima kali lebih besar mengalami konstipasi
dibandingkan orang dewasa muda. Konstipasi umumnya juga disebabkan oleh factor makanan
(kurang serat atau cairan), kurang olahraga, atau penggunaan obat. Konstipasi juga bisa
dibayangkan dan persepsi gejalanya berbeda-beda. Konstipasi pada bayi dan anak-anak
menimbulkan masalah khusus (Syamsudin, 2016).
Asupan serat harian, bahwa asupan serat yang rendah berhubungan dengan kejadian
konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Hongkong (Lee dkk, 2008). Penelitian di
Hong Kong dan Maldives (India) menunjukkan bahwa konsumsi serat pada anak lebih rendah
dari nilai yang dianjurkan (Lee dkk., 2008).
Asupan cairan harian, Jumlah cairan yang dibutuhkan pada anak agar feses bertambah lunak
diperkirakan 6-8 gelas per hari. Jumlah cairan yang dikonsumsi mempengaruhi konsistensi tinja.
Penambahan cairan pada kolon dan masa tinja membuat pergerakan usus menjadi lebih lembut

3
dan mudah dilalui. Oleh karena ini penderita yang mengalami konstipasi sebaiknya
mengkonsumsi banyak cairan setiap hari yaitu sekitar tujuh gelas setiap hari. (Lee dkk., 2008).

2.4 Gejala Konstipasi


Ada beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan pada sebagian besar atau terkadang
beberapa penderita sembelit sebagai berikut:
1. Perut terasa begah, penuh dan kaku;
2. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
3. Mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
4. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan
5. Stress, rentan sakit kepala bahkan demam;
6. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak bersemangat,
tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan produktivitas kerja;
7. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada biasanya; Feses
sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan tubuh berkeringat
dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekannekan perut terlebih dahulu supaya
dapat mengeluarkan dan membuang feses (bahkan sampai mengalami ambeien/wasir );
8. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu disertai rasa
sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena mengalami wasir
sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman;
9. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
10. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada bunyi
saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat
daripada biasanya;
11. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;
(Akmal, dkk 2010)
2.5 Pengobatan Konstipasi
2.5.1 Terapi Farmakologi
Pencahar atau laksatif adalah zat atau obat yang dapat mempercepat gerakan peristaltic
usus sehingga mempermudah atau melancarkan buang air besar (BAB). Adapun
penggolongannya sebagai berikut :
2.5.1.1 Zat peransang dinding usus.

4
a. Meransang dinding usus besar, misalnya glikosida antrakion (rhei, sennae, aloe,
bisakodil, dantron)
b. Merangsang dinding usus kecil, misalnya oleum ricini atau minyak jarak (sudah tidak
dipakai) dan kalomel.
2.5.1.2 Zat peningkat volume feses.
a. Obat yang bekerja dengan menahan cairan dalam usus secara osmosis (pencahar
osmotic), misalnya magnesium sulfat (garam inggris) dan natrium fosfat. Natrium fosfat
bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi, endoskopi, dan
bedah, tetapi harus dihindari pada individu yang rentan karena dapat menyebabkan
retensi air dan natrium.
b. Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar, karboksimetil selulosa
(carboxymethyl cellulose, CMC) dan tylose.
c. Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicerna sehingga memperbesar volume
feses, misalnnya buah-buahan dan sayur sayuran.
(Nila dkk, 2015)
2.5.1.3 Zat pelican atau pelunak tinja
Zat ini dapat mempermudah defekasi (buang air besar) karena memperlunak feses dan
memperlicin jalur defekasi, misalnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, enema
dengan larutan sabun, dan lain-lain.
2.5.2. Terapi Non Farmakologi
1. Kopi.
Kopi mengandung kafein, apabila dikonsumsi dalam batas wajar kafein dapat
melancarkan sembelit.
2. Minum air mineral.
Banyak mengkonsusmsi air mineral dapat membantu, melancarkan buang air
besar, ini sudah cukup terbukti dikalangan masyarakat yang masih engga atau
tidak percaya akan namanya pengobatan secara medis.
3. Jus buah.
Salah satu jus buah yang dapat melancarkan buang air besar adalah, jus buah
wortel, wortel sendiri memiliki kandungan serat yang cukup untuk membantu
proses defekasi atau buang air besar.
(Anonim, 2017)

5
2.6 Pencegahan Konstipasi
4. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk membantu
mengobati dan mencegah konstipasi antara lain minum cukup air putih dan cairan
lainnya, seperti jus buah dan sayur serta sop bening agar tidak dehidrasi. Selain
itu, pasien dianjurkan untuk melakukan olahraga setiap hari dan menyisihkan
waktu yang cukup untuk buang air besar. Hasrat untuk buang air besar hendaknya
jangan diabaikan.
5. Makanan. Makanan dengan serat yang cukup (20 hingga 35 gram per hari) dapat
membantu tubuh membentuk feses yang lunak dan menggumpal. Yang termasuk
makanan kaya serat antara lain : kacang-kacangan, padi-padian utuh dan sereal,
buah segar, dan sayur-sayuran seperti : asparagus, taoge, kubis, wortel.Orang-
orang yang rentan terhadap konstipasi perlu membatasi makanan tanpa serat atau
rendah serat, seperti : es krim, keju, daging, dan makanan olahan. Makanan
olahan dan sulingan hendaknya dihindari karena serat makanan biasanya hilang
selama proses pengolahan. Minuman yang mengandung kafein dan alcohol dapat
meningkatkan eliminasi cairan melalui ginjal sehingga harus dihindari, meskipun
kopi dapat menstimulasi motilitas kolon.
(Syamsudin, 2016)

PENUTUP
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja) dalam usus besar pada
waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicutidak teraturnya buang air besar dan timbul
perasaan tidak nyaman pada perut.
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa
yang tidak mampat serta basah. Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap
oleh tubuh. Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ), yang dalam keadaan normal
mendorong terjadinya gerakan peristaltik usus besar. Pengeluaran feses secara normal, terjadi
sekali atau dua kali setiap 24 jam .
Faktor risiko, orang tua (diatas 55 tahun) berisiko lima kali lebih besar mengalami konstipasi
dibandingkan orang dewasa muda. Asupan serat harian, bahwa asupan serat yang rendah

6
berhubungan dengan kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Hongkong.
Asupan cairan harian, Jumlah cairan yang dibutuhkan pada anak agar feses bertambah lunak
diperkirakan 6-8 gelas per hari.
Gejala Konstipasi, Perut terasa begah, penuh dan kaku, tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman,
lesu, cepat lelah sehingga malas, dll.
Pengobatan Konstipasi, Terapi Farmakologi : Zat peransang dinding usus (bisakodil dan
kalomel), Zat peningkat volume feses (magnesium sulfat, natrium fosfat, carboxymethyl
cellulose, CMC). Zat pelican atau pelunak tinja (paraffin cair, suppositoria dengan gliserin,
enema dengan larutan sabun, dan lain-lain). Terapi Non Farmakologi : Kopi, Kopi mengandung
kafein, apabila dikonsumsi dalam batas wajar kafein dapat melancarkan sembelit. Minum air
mineral, banyak mengkonsusmsi air mineral dapat membantu, melancarkan buang air besar, ini
sudah cukup terbukti dikalangan masyarakat yang masih engga atau tidak percaya akan namanya
pengobatan secara medis. Jus buah, Salah satu jus buah yang dapat melancarkan buang air besar
adalah, jus buah wortel, wortel sendiri memiliki kandungan serat yang cukup untuk membantu
proses defekasi atau buang air besar.
Pencegahan Konstipasi, pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan gaya hidup, dan
makan makanan yang berserat (20 hingga 35 gram per hari).

DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Aster Nila, dkk, 2015. Farmakologi, Jakarta : Buku Kedokteran EGC. p.19-20.
Firmansyah, A. 2007. The prevalence and associated factors of chronic functional constipation in
4-6 years old children. Jurnal Gastrohepatology Anak Indonesia; 2:81-85.
Kompas. 2011. Epidemiology Public Health.http://id.shvoong.com.med icine and health. Diakses
pada 10 Maret 2014.
LeMone, P. Burke, Karen, (2008). Medical Surgical Nursing.Critical Thinking in Client Care
(4th Edition), New Jersey: Prentice Hall Health

Sitasari, A. 2009. Kebiasaan Konsumsi sayur & buah dengan kejadian konstipasi pada anak –
anak SDN Unggaran I Yogyakarta (Skripsi) Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Sitrait, Midian dkk. 2015. ISO, 50. Jakarta : PT. ISFI. p.426.

7
Syamsudin, 2016. Farmakoterapi Gangguan Saluran Pencernaan, Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. p.71-90.

Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Yolanda, Amirta. 2007. Sehat Murah dengan Air. Purwokwerto: Keluarga Dokter.

LAMPIRAN

1. Kasus
Seorang pasien bernama Putri dengan usia 10 tahun datang ke Apotek Kimia Farma 34
Diponegoro, yang saya tempati untuk Praktek Kerja Lapangan dengan keluhan seperti
terasa tidak nyaman pada bagian perut, susah buang air besar selama 4 hari yang lalu.
2. Penanganan
Penanganan penyakit dalam kasus swamedikasi ini dapat dilakukan dengan cara metode
WHAM ( What, Who, How , Long Action , Medication). Metode ini meliputi:
1. Who ( Siapa yang sakit ?)
Berdasarkan kasus di atas yang mengidap penyakit adalah Putri.
2. What ( Apa gejala yang di timbulkan ?)
Berdasarkan kasus di atas, pasien merasakan ingin buang air besar tapi susah keluar.
3. How Long ( Berapa lama keluhan yang di derita ?)
Berdasarkan wawancara pasien baru merasakannya 4 hari yang lalu.
4. Action ( Tindakan yang sudah di lakukan ?)
Sebelum datang ke apotek pasien banyak minum air, dikarenakan pasien masih anak-
anak dan susah untuk mengkonsumsi buah dan sayur, pasien hanya meminum jus
beberapa kali saja.
5. Medication ( Obat apa yang sudah digunakan/konsumsi ?)
Pasien hanya meminum jus buah-buahan seperti : jus pepaya.

Tujuan Terapi :

1. Untuk meringankan rasa tidak nyama pasien.


2. Untuk membantu proses BAB pasien, agar pasien tidak menjadi gelisah dan dapat
beraktifitas normal.

8
3. Dikarenakan pasien tidak dapat menelan obat dalam sediaan tablet, penulis menganjurkan
pasien obat dalam bentuk sediaan suppositoria, agar kenyamanan pasien terjamin.

Berdasarkan kasus yang dialami pasien, obat yang penulis berikan kepada pasien yang datang ke
Apotek Kimia Farma 34 Diponegoro yang beralamat di Jalan Diponegoro 123 dan 125 Denpasar
adalah obat yaitu “Durcolax Suppositoria 5mg”.

GAMBAR OBAT

Di bawah ini adalah pemaparan mengenai obat tersebut.

1. Golongan
Bebas Terbatas.
2. Kandungan
Bisacodyl.
3. Indikasi
Konstipasi
4. Interaksi Obat
Penggunaan bersamaa dengan diuretic atau adreno-kortikoid dapat meningkatkan resiko
ketidakseimbangan elektrolit jika Durcolax diberika pada dosis yang berlebihan.
Penggunaan bersamaan antasida dan produk susu dapat mengurangi resistensi dari lapisan
tablet dan menyebabkan iritasi lambung.
5. Efek samping
Jarang, rasa tidak enak pada perut.
6. Dosis
Dewasa dan anak-anak diatas umur 10 tahun : 1 kali sehari 1 suppositoria (10mg).
Anak-anak usia 6 sampai 10 tahun : 1 kali sehari 1 suppositoria (5mg).
9
(ISO, 2016)
7. Perhatian
Anak-anak dan wanita hamil.
8. KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi )
Obat diserahkan kepada pasien dengan memberitahu informasi jumlah obat yang
diberikan, cara pemakaian obat, dan apabila setelah penggunaan obat pasien masih merasa
tidak nyaman atau masih susah buang air besar, segera konsultasi ke dokter.
Adapun hal-hal yang juga perlu diinformasikan kepada pasien :
1. Menjaga kebersihan.
2. Selalu mencuci tangan, misalnya sebelum makan atau setelah bepergian.
3. Menjaga pola makan, dengan mengurangi mengkonsumsi makanan ringan seperti :
snack atau makanan ringan lainnya.
4. Menjaga asupan cairan
5. Banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat seperti : buah-buahan dan
sayuran.

10

Anda mungkin juga menyukai