Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN

PRE, INTRA DAN POS I' OPERASI

DISUSUN OLEH :

Fatma Widiyanti Darussalam

C01418159

KELAS C KEPERAWATAN

2018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2020.

Dipindai dengan
CamScanner
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF
L DEFINISI
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan posi operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
H. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
pasienj.persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus
A. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil Hal ini dapat disebabkan karena :
I. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan
dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat
diberikan kepada pasien pra bedah.
1. Penjelasan tentang peristiwa
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Ilal-hai yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi:
* Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
Perlu kebebasan saluran nafas.

Dipindai dengan
CamScanner
Antisipasi pengobatan.
2. Bernafas dukun dan latihan batuk
3. Latihan kaki
4. Mobilitas
5. Membantu kenyamanan
B. Persiapan Fisiologi
1. Puasa
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi
umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
2. Persiapan saluran pencernaan
Pemberian leuknol/lavemcnt sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran
pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan
dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.

Dipindai dengan
CamScanner
3. Persiapan Kulil
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut, Pencukuran dilakukan
pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak
dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang
dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen. ECG. USG dan lain-lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari
keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada
kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi
tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha
untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin.

C< Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan
perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas lusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.

Dipindai dengan CamScanner


j. Kandung kencing harus sudah kosong.
k. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu. nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data anlropometri (BB, TB)
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat premedikasi
Pemberian obat premedikasi bertujuan :
L Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran,
memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi).
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan dan sadar dari anastesi.
3. Mengurangi jumlah obat-obatan anstesi,
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi. bradikardi. mual dan muntah
pascaanastesi.
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, napas cepat dll).
6. Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anastesi sebagai
berikut:
Analgetik Narkotik
Morfin. Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular
diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang
operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anastesi
berjalan dengan tenangdan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan
waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik bisliaris dan ureter. Kadang-kadang
terjadi konstipasi, retensi urin. hipotensi, dan depresi napas.
PelidiiL Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB) intravena
diberikan untuk menekan tekanan darah dan pemapasan serta merangsang otot
polos. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB intravena.
Barbitural
Pentobarbital dan sekobarbitaL Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis
dewasa 100-200 mg, pada anak dim bayi 1 mg/kgBB secara oral atau

Dipindai dengan
CamScanner
intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan
kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah
fenobarbital dengan efek depresan yang lemah terhadap pemapasan dan
sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
Antikolinergik
Atropin, Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan ludah
selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Obat penenang (transquillizer)
Diazepam, Diazepam (Valium®) merupakan golongan benzodiazepin.
Pemberian dosis rendah bersifat sedatifsedangkan dosis besar hipnolik.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5
mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB intravena.
Midazolam. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai awal dan
lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolan lebih disukai dibandingkan
dengan diaepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.

i. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


A. Data Subyektif
1) Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a. Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah,
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
h. Pengalaman bedah terdahulu
1, Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
2) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.

Dipindai dengan CamScanner


c. Agama dan artinya bagi pasien.
d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
e. Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi
bantuan.
f. Perubahan pola tidur
g. Peningkatan seringnya berkemih.
3) Status Fisiologi
a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaeslhesi atau yang mendorong
komplikasi pascabedah.
b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
d. Nutrisi: intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.
B. Data Obyektif
L Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),
kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit: turgor. terdapat lesi. merah atau bintik-bintik.
8. Mulut: gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nalas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.

Dipindai dengan
CamScanner
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.
ii. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
merasa bingung
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi.
iii. Rencana Tindakan Keperawatan

No.
Dx SDK! SLKI S1K1

D. Ansietas Selelah dilakukan Reduksi Ansietas


008 tindakan
Kondisi emosi keperawatan ( 1.09314)
dan
selama 3 x 24 jam

Dipindai dengan CamScanner


0 peng alaman subyekt maka Observasi
if
deiharapkan Identifikasi
individu terhadap objek
dengan kriteria hasil saat tingkat
yang tidak jelas dengan
menurun : ansietas
spesifik akibat antisipasi
berubah (
bahaya 1. Verbalisasi
mis.
kebigungan
yang Kondisi,
(menurun)
memungkinkan individu waktu,
2. Verbalisasi
melakukan tindakan untuk sestror)
khawatir
menghadapi ancaman. Identifikasi
akibat
kemampuan
Penyebab : (murun)
mengambil
3. Kondisi
L Krisis situasional keputusan.
yang
2. Kebutuhan tidak - Monitor tanda-
dihadapi
terpenuhi tanda
(menurun)
3. Krisis ansietas
4. Perilaku
matuarasional
gelisa
4. Ancaman (
(menurun)
terhadap konsep verbal
5. Perilaku
diri
tegang dan
5. Ancaman
(menurun) nonverbal).
terhadap ke
6. Konsentrasi Terapeutik
matian
(membaik)
7. Pola Ciptakan

tidur suasana
Gejala dan tanda Mayor
(membaik) terapeutik
untuk
Subjektif menumbunu
h kan
1. Merasa bigung
kepercayaan
2. merasa khawatir
Temani
dengan akibat

Dipindai dengan CamScanner


Objektif memungkin
k an.
1. tampak gelisah
Pahami
2. tampak tegang
situasi yang
3. sulit tidur
membual
ansietas
Gejala dan tanda Minor
- Dengarkan
dengan
Subjektif penuh
perhatian
1. mengeluh pusing - Gunakan
2. Anoreksia pendekatan
3. Palpitasi yang
4. Merasa tenangdan
tidak
menyakinka
berdaya
n
Objektif
- Tempatkan
L Frekuensi barang

nafas pribadi yang

meningkat memberikan

2. Frekuensi kenyamanan
nadi - Motivasi
meningkat mcngidentif
3. Tekanan i
darah
kasi situasi
meningkat
yang
4. Diaforesis
memicu
5. Tremor
kecemasan
6. Muka
tampak Diskusikan

pucat perencanaan
realistis
tentang

1
0

Dipindai dengan CamScanner


datang
Edukasi

Jelaskan
prosedur,
termasuk
sensasi yang
mungkin di
alami.
Informasi
secara
faktual
mengenai
diagnosis,
pengonbatan.
dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga
untuk tetap
bersama
pasien, jika
perlu.
- Anjurkan
melakukan
kegiatan
yang tidak
komprtitif,
sesuai
kebutuhan
- Latihan
kegiatan

1
1

Dipindai dengan CamScanner


pengalihan
untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan
diri

yang
tepai
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi

Kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas,
jika perlu.

D. Setelah Edukasi kesehatan [i.


Defisi pengetahuan
011
dilakukan 12383]
1 Ketiadaan atau kurang
tindakan
informasi kognitif yang Observasi:
keperawatan selama
berkailan dengan topik
3 x 24 jam maka Identifikasi
tertentu
dei kesiapan
harapkan dan
dengan kriteria hasil Kemampuan
Penyebab :
menurun : Menerima
informasi
1. Persepsi yang
- Identifikasi

1
2

Dipindai dengan CamScanner


1 * Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi Kognitif
3. Kekeliruan
mengikuti faktor-faktor

anjuran yang dapat


4. Kurang terpapar informasi meningkatka
5. Kurang minat dalam belajar n dan
6k Kurang mampu mengingat menurunkan
7. Ketidaktahuan menemukan motivasi
sumber informasi Gejala dan tanda mayor: perilaku
hidup bersih
Subjektif:
dan
1, Menanyakan sehat,
masalah yang dihadapi
Terapeutik:

Sediakan
Objektif:
materi dan
L Men unjuk an perilaku median
tidak sesuai pendidikan
kesehatan.
Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
Berikan
kesempatan
untuk bertanya

Edukasi:

Jelaskan
faktor resiko

1
3

Dipindai dengan CamScanner


anjuran yang dapat
2. Menunjukan persepsi mempengaru
yang hi kesehatan
Ajarkan
keliru
perilaku
terhadap
hidup bersih
masalah
dan sehat
Ajarkan
Gejala dan tanda minor: strategi yang
dapat
Subjektif: -
digunakan
Objektif: untuk
meningkatka
L Menjalani
n
pemeriksaan
perilaku
yang tidak tepat
hidup bersih
2. Menunjukan
dan sehat
perilaku
berlebihan (mis.
Apatis
bermusuhan,
agitasi,
histeria]

iv. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1) Ansietas dikurangi
- Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe ansietas dan induksi
dengan ahli anaslesi.
- Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi praanastesi dan anastesi
2) Menyiapkan terhadap intervensi pembedahan
- Ikut serta dalam persiapan praoperatif
- Menelaah informasi tentang perawatan pascaoperatif.
- Menerima medikasi par a n as tes L

1
4

Dipindai dengan CamScanner


- Tetap berada ditempai tidur.
- Relax selama trasformasi ke unit operasi.
- Menyebutkan rasional penggunaan pagar tempat tidur.
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
i. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B. Anggota tim yang tidak steriL terdiri dari :
L Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit), it
Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV),
memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologismenyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
> Tipe Anastesi :
a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk
reflek batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi.
Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi.
b. Regional Anastesy yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area
atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi
tetap sadar.
> Teknik Anastesi Regional:
1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa
untuk membuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan
benzocaine, jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat.
2. Local Anastesi (Infiltrasi), yaitu anastesi yang disuntikkan pada area tertentu
dan digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0J
%.
3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan di daerah syaraf atau

1
5

Dipindai dengan CamScanner


kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkan sensasi pada daerah kecil pada
tubuh.
4. Anastesi Spinal yaitu obat anastesi yang disuntikkan ke daerah subarrachnoid
sampai ke spinal cord.
5. Epidural Anastesi, injeksi pada dacreh dalam spinal tetapi di luar duramater
A. Persiapan Psikologis Pasien
B. Pengaturan Posisi
1. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
2. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
a. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi,
b. Umur dan ukuran tubuh pasien.
c. Tipe anaesthesia yang digunakan.
d. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
3. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
L Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman,
2. Sedapal mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
3. Amankan pasien dialas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.

1
6

Dipindai dengan CamScanner


6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal
ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9. Untuk posisi litotomi. naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
C. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit*
D. Penutupan Daerah Steril
E. Mempertahankan Surgical Asepsis
F. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
G. Monitor dari Malignant Hyperthermia
H. Penutupan luka pembedahan
I. Perawatan Drainase
J. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
iii. Pengkajian
1. Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisik
- Tanda vital: TN, N. R. Suhu.
- Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
* Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
Apitkah ada gangguan pada s is item cardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
* Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
Oedema
Irama dan frekuensi jantung.
Pucat
- Sistem pernafasan

1
3

Dipindai dengan CamScanner


■ Apakah pasien bernafas teratur ?
■ Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
■ Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
■ Apakah pasien puasa ?
■ Lavement ?
■ Kapler ?
• Perhiasan ?
■ Make up ?
■ Scheren / cukur bulu pubis ?
• Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
■ Validasi apakah pasien alacrgi terhadap obat ?
2. Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka

sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan

memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut. 19

b, Pengkajian fisik

- Tanda-tanda vital
(Bila teijadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transf usi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan

Dipindai dengan
CamScanner
juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse),
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

iv. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama
pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut:
1. Resiko Cedera ditandai dengan perubahan sensasi
2. Resiko Infeksi ditandai dengan malnutrisi
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif selama pembedahan

v. Rencana Tindakan Keperawatan


No.
Dx S DKI SLKI S1K1

D.013 Resiko cedera Setelah dilakukan Manajemen keselamatan


6 tindakan lingkungan [i. 14513]
Beresiko mengalami
keperawatan
bahaya atau keruskan Observasi:
selama 3x24jam
fisik
maka deiharapkan Identifikasi kebutuhan

yang dengan

Dipindai dengan
CamScanner
seseorang tidak lagi hasil menurun : keselamatan [mis.
sepenuhnya sehat atau Kondisi
1. Kejadian
dalam kondisi baik. fungsi kognitif
cedera
dan
luka/lecet
peri laku [
[menurun]
Faktor resiko: - Monitor
perubahan status
Eksternal
keselamatan
1. Terpapar lingkungan

patogen
2. Terpapar
kimia loksik Terapeutik:

3. Terpapar agen Hilangkan


nosokomial bahaya
4. Ketidakamanan keselamatan

transportasi lingkungan [mis.


Fisik,
dan kimia 1, jika
Internal
memungkinkan.
L Ketidak Modikasi

normalan profil lingkungan untuk


darah meminimalkan

2. Perubahan bahaya dan resiko


orientasi efektif Sediakan

3. Perubahan bantu keamanan


sensasi lingkungan [mis.
4. Difungsi Commode chair
autoimun dan
5. Disfungsi tangan]
biokimia Gunakan

6. Hipoksia perangkat

Dipindai dengan
CamScanner
jaringan pelindung [mis.
7. Kegagalan Pengekangan
mekanisme fisik, rel
pertahanan lu samping, pimu
bu h
terkunci,
8. Malnutrisi
pagar]
9. Perubahan
Hubungi pihak
fungsi
berwenang
psikomotor
sesuai masalah
10.Perubahan
komunitas [mis.
fungsi kognitif
Puskesmas,
polisi, damkar]
Fasilitas
relokasi
kelingkungan
yang aman
Lakukan
program
skinning bahaya
Linkungan [mis.
Timbal]

Edukasi:

- Ajarkan indivudu,
keluarga

dan
kelompok resiko
tinggi

bahaya

Dipindai dengan
CamScanner
[114508]

Observasi:

Identifikasi
riwayat kesehatn
dan riwayat
alergi
Identifikasi
kontra indikasi
pemberian
imunisasi [mis.
Reaksi
anafiiaksis
terhadap vaksin
sebelumnya dan
atau sakit parah
dengan atau
tanpa demam]
Identifikasi
status imunisasi
setiap kunjungan
kepe layanan
kesehatan

Terapeutik:

Resiko infeksi Berikan suntikan


pada
Beresiko mengalami
peningkatan terserang
bayi
organisme patogenik.
dibagi an

2
2

Dipindai dengan CamScanner


Faktor resiko: - Dokumentasikan
informasi
1. Penyakit kronis
vaksinasi [mis.
[mis. Diabetes
Nama produsen,
melitns)
tanggal
2. Efek prosedur
kadalduarsa]
invasi f
Jadwalkan
3. Malnutrisi
imunisasi pada
4. Peningkatan
interval waktu
paparan
organisme yang tepat

patogen
lingkungan Edukasi:
5. Kelidakadekuata n
Jelaskan tujuan
pertahanan tubuh
manfaat, reaksi
primer
yang terjadi
6. Ketidakadekuata n
pertahanan tubuh jadwal, dan efek

sekunder samping
Informasi imunisasi
D, Setelah dilakukan yang di wajibkan
Kondisi klinis terkait pemerintah [mis.
0142 tindakan
keperawatan Hepatitis B, BCG.
1. Aids
selama 3 x 24 jam difteri, tetanus,
2. Luka bakar
pertusis, H,
3. Penyakit paru maka dciharapkan
influenza, polio,
obstruktif kronis dengan kriteria
hasil menurun : campak, measles,
4. Diabetes melitus
rubela]
5. Tindakan infasif
Demam [menurun] Informasikan
6. Kondisi
imunisasi yang
penggunaan terapi Kemerahan
melindungi
steroit
[menurun]
7. Penyalahgunaan Nyeri |menurun] terhadap penyakit
obat namun saat ini
Bengkak
8. Ketuban pecah tidak diwajibkan
[menurun]
sebel u m pemerintah [mis.
waktunya [kpsw] Kadar sel darah Infl uenza,
9. Kanker pulih [membaik] peneumiklokus]
10. Gagal ginjal Informasikan
11. Imunosupresi vaksinasi untik
12. Lymphedema kejadian khusus
13. Leukositopenia [mis. Rabies,
14. Gangguan fungsi tetanus]
hati - Informasikan
penundaan
pemberi n
imunisasi tidak
berarti
mengulang
jadwal imunisasi
kembali
Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
mmenyediakan
vaksin gratis
D.002 Hipovolemia
3
Penurunan volume

Manajemen hipovolemia
(1.03 H 6)

cairan intra veskuler,


intertisiel, dan atau
i h
n i
t l
r a
a n
s g
e a
l n
u c
l a
e i
r r
a
n
F
a a
k k
t t
o i
r f
2. K
r e
e g
s a
i g
k a
o l
a
1.
n
K
e
m
e m
k e
a a
n b
i i
s l
m i
e t
a
r s
e
g k
u a
l p
a i
s l
i e
3. P r
e 4. K
n e
i k
n u
g r
k a
a n
t g
a a
n n

p i
e n
r t
a ( ti
k dak
e ters
edi
c a)
a
i O

r b

a j

n e

5. k

E t

v i

a f

p :

o L
r Fre
a kue
s nsi
i nad
Gej i
ala me
dan nin
tan gka
da t
ma 2. Nad
yor i

Su ter
asa
bje
le
ktif
ma
:
h lemia
3. Tek (mis.
ana frekue
n nsi
dar nadi
ah menin
me gkat,
nur nadi
un terasa
4. lemah,
T tekana
e n
k darah
a menur
n un,
a tekana
n n
O darah
b menye
s mpit.
e turgor
r kulit
v menur
a un.
s memb
i ran
mukos
Periks
a
a tanda
kering,
dan
volum
gejala
e
hipovo
urin
menur c
un, a
hemal i
okrit r
menin a
gkat n
haus, .
lemah) T
M e
o r
n a
i p
t e
o u
r t
i i
n k
t
H
a
i
k
t
e
u
n
d
g
a
n
k
e
o
b
u
u
t
t
p
u
u
h
t
a
n
cairan
berika
n
posisi
modifi
ed
trendel
enberg
Berika
n
asupan
cairan
oral.
nadi Edukasi
menyempit
Anjurkan
5. Turgor Setelah dilakukan
memperbanyak
kulit tindakan
asupaan cairan
menurun
keperawatan
D. oral
6. Membran
selama 3x24 j am
0023 - Anjurkan
mukosa
maka deiharapkan
kering menghindari
dengan
7. Volume perubahan posisi

urin mendadak
kriteria
menurun Kolaborasi
hasil meningkat:
8* Hemat okrit
Kolaborasi
meningkat 1. Frekuensi
pemberian cairan
nadi
IV isotonis (mis.
meningkat
Gejala dan tanda Nad. RL)
2. Tekanan
minor Kolaborasi
darah
pemberian cairan
Subjektif: meningkat
IV hipotonis
3. Tekanan
L Merasa lemah (mis. glukosa
nadi
2. Mengeluh haus 2.5%. NaCl
meningkat
Objektif: 0,4%)
4. Membran
- Kolaborasi
L Pengisian vena mukosa
pemberian cairan
menurun meningkat
koloid (mis.
2. Status mental 5. Jugular
albumin,
berubah venous
gasmanate)
3. Suhu ressure
- Kolaborasi
tubuh (JVP)
pemberian
meningkat meningkat
4. Kosentrasi produk darah.

urin
meningkat
viL Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dtiri ruang
operasi
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak
aman dan menanganinya dengan baik.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan,
d. Melaporkan dan mendokumentasikan,
e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek
keperawatan teknis,
ASUHAN KEPERA WAT AN POST OPERATIF
Pada fase postoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agen
anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
berfokus pada tingkat penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, dan tindak
lanjut serta rujukan penting untuk penyembuhan yang berhasil dan
rehabilitasi diikuti oleh pemulangan,
i. Fase Pasca Anastesi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan
jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh
ulama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera selelah periode pasca
anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi :
A. Mempertahankan ventilasi pulmonari
1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang
dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
2. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian
anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan
sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan
lendir harus dibantu dengan suction.
3. Terapi oksigen
02 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat
menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian 02 harus diberikan latihan nafas dalam
setelah pasien sadar.
B. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskular yang paling
sering terjadi pada pasien posi anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di
ruang pemulihan.
C. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti
dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
D. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien posi operasi atau post anaeslhesi sebaiknya pada tempat tidurnya
dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk
mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai
dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan
agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai
dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
ii. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Rccovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anastesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi dinning
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaeslhesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital: TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea.
5. Beri 02 2.3 liter sesuai program,
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis -

Tekanan sistolik < 90 —1 (X> mmHg atau > 150 - 160 mmH. diastolik < 50 mmHg 30

atau > dari 90 mmHg.

- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit


- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C,
- Meningkatnya kegelisahan pasien

Dipindai dengan
CamScanner
- Tidak BAK 4- 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
L Pasien harus pulih dari efek anaesthest
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien
telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekual ( lcc/ Kg/jam). Jumlahnya harus
dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing- masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat
untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang
bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan
untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-
waktu terlihat.

3
5

Dipindai dengan CamScanner


iii* Pengkajian
L Status Respirasi
Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pemafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
2. Status sirkulatori
Meliputi :
-Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
3. Status neurologis
Meliputi: tingkat kesadaran
4. Balutan
Meliputi:
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan
Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
6. Keselamatan
Meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur,
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi :

32

Dipindai dengan
CamScanner
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage,
8, Nyeri
Meliputi :
- Waktu
- Tempat,
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan

/L Data Subyektif

Pasien hendaknya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah


ditempatkan
ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang
langsung misalnya Bagaimana perasaan anda?", dapat memperlihatkan data mula dan
nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, d i mana tidak ada keluhan.
Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat
pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi,
bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa
nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul selelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan
terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur
bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak,

B. Data Objektif
1. Sistem Respirator!
Z Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh

3
7

Dipindai dengan CamScanner


6. Status Urinari /eksresL

C Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur» prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan» body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda
fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan
kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

iv. Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab posi operasi secara umum anatara lain :
L Analisa seruni dan elektrolit» glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
v. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi»
iskemia, neoplasma)
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang

3
8

Dipindai dengan CamScanner


vi. Intervensi dan Evaluasi
No.
Dx
SDK1 SLKI SIKI

D. Gangguan Setelah Pemantauan


(M)0
3 Pertukaran Gas tindakan keperawatan respirasi
Kelebihan atau selama 1x24 jam Tindakan :
maka
pertukaran
kekurangan Observasi
oksigenasi atau meningkat L monitor frekuensi,
dan
eliminasi kriteria hasil: irama .kedalama
n
karbondioksid pad
a a 1. dyspnea dan upaya nafas
membrane alveolus (menurun) 2. monitor pola nafas
kapiler 2. bunyi (seperu bradipnea,
Gejala dan tan tambahan takipnea.
da
inavor (menurun) hipcrventilask
Subjektif 3. PCO2 hussmaul. cheyne-
I. Dyspnea (membaik) siokes. biot. ataksi).
Objektif 4. PO2 3.

1. PCO2 meningkat (membaik) kemampuan batuk


atau menurun efektif.

2. PO2 menurun Terapeutik :


3. Takikardi 1. atur interval
4. Ph arter pemantauan respirasi
i
meningk atau sesuai
at
menuru pasien.
n
5. Bunyi nafa
s 2. dokumentasikan
tambaha
hasil
n
Gejala dan tan
minor da pemantauan.
Subjektif Edukasi:
L Pusing 1. jelaskan tujuan

3
9

Dipindai dengan CamScanner


2. Penglihatan dan
kabur
prosedur
Objektif
pemantauan.
L Sianosis
2, Diaphoresis 2, inlprmasikan hasil
3, Gelisah pemantauan
4, Nafas cuping
hidung jika

5, Pola nafas perlu.

upnormal (cepat
atau lambat,
regular atau
ireguler, dalam
atau dangkal)
6, Warna kulit
upnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7, Kesadaran
menurunan

D.019 Gangguan integritas Setelah Perawatan


2 kulit integritas kulit
dilakukan
Kerusakan kulit Tindakan
tindakan keperawatan
( dermis Observasi:
selama 1x24 jam
1.
atau maka integritas
epidermis) identifikasi
kulit
penyebab gangguan
atau menurun dengan
integritas kulit (mis,
jaringan (membrane kriteria hasil:
Perubahan sirkulasi,
mukosa, kornea, 1. kerusakan
perubahan
fasia, otot, tendon, jaringan
tulang, kartilago, (menurun) status
kapsul sendi atau

4
0

Dipindai dengan CamScanner


Subjektif penurunan mobilitas)
(tidak tersedia) Terapeutik :
Objektif L ubah posisi tiap 2
1, Kerusakan jam jika tidak baring.
jaringan atau 2. lakukan pemijatan
lapisan kulit pada area penonjolan
Gejala dan tanda tulang Jika perlu
minor 3. gunakan produk
Subjektif berbahan pel rol eum
(Tidak tersedia) atau minyak pada
Objektif kulit kering.
1. Nyeri Edukasi:
2. Perdarahan 1. anjurkan
3. Kemerahan menggunakan
4. Hematoma pelembab (m
is.
Lotion/scrum)
2. anjurkan minum
air yang cukup.

3. anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
D.007 Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Pengal aman sen soria Setelah
Tindakan
tau emosional yang
dilakukan Observasi
berkaitan dengan
tindakan keperawatan
kerusakan jaringan
1. Identifikasi lokasi,
selama 1x24 jam
actual atau
karakteristik.
diharapkan Nyeri Akut
fungsional, dengan
durasi, frekuensi,
menurun
kualitas, intensitas
onset
dengan
mendadak atau lambat

4
1

Dipindai dengan CamScanner


ringan hingga berat menurun nyeri
yang 2. Identifikasi skala
nyeri
berlangsung
3. Berikan teknik
kurang dari 3 bulan
non farmakologis
Gejala dan tanda
untuk mengurangi
mayor
rasa nyeri
Subjektif
4. Fasilitasi istirahat
1. mengeluh
tidur
nyeri
Terapeutik
Objektif
1. tampak 1, Berikan
mengiris teknik
2. bersikap nonfarmakol
protektif o
(mis. gis
Waspada,
untuk
posisi
mengurangi
menghindari
rasa nyeri
nyeri)
2, Kontrol
3. gelisah Gejala
lingkungan
dan tanda minor
yang
Subjektif
memperberat
(Tidak tersedia)
rasa nyeri
Objektif
3, Fasilitas
1. tekanan
istirahat dan
darah
tidur
meningkat
Edukasi
2. pola
nafas 1. Jelaskan
berubah penyebab,
3. napsu makan periode, dan
beurbah pemicu nyeri

4
2

Dipindai dengan CamScanner


strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunaka
n analgetik
secara tepat
Kolaborasi

L pemberian
analgetik.
jika perlu

D. 005 (iamgguan mobilitas Setelah Dukungan


4 fisik ambulasi
dilakukan
Keterbatasan dalam Tindakan
t ind akan keperawat
gerakan fisik dari satu Observasi:
an selama 1x24 jam
atau lebih ektremitas L identifikasi adanya
maka gangguan
secara mandiri. nyeri atau keluhan
mobilitas fisik
Gejala dan tanda fisik lainnya.
meningkat
mayor 2. identifikas
dengan kriteria hasil:
Subjektif i
L Pergerakan
i. Mengeluh sulit toleransi
ektremitas
menggerak
(meningkat) fisik
an ektremitas
2. Kekuatan otot melakukan ambulasi.
Objektif
(meningkat) 3. monitor kondisi
1, Kekuatan otot
3. Rentang umum
menurun
gerak (ROM).
selama

4
3

Dipindai dengan CamScanner


2. Rentan gerak bantu
(ROM
(mis.
menurun)
Tongkat/kruk)
Gejala dan tanda
2. fasilitas
minor
i melakukan
Subjektif
mobilisasi fisik, jika
1. Nyeri
perlu
saat
3. libatkan keluarga
bergerak
untuk membantu
2. Enggan
pasien,
melakukan
pergerakan dalam
3. Merasa meningkatkan
cemas saat ambulasi.
bergerak Edukasi :
Objektif 1. jelaskan tujuan
1. Sendi kaku dan prosedur
2. Gerakan ambulasi.
tidak 2. anjurka
terkoordinasi n melakukan
3. Gerakan ambulasi dini.
terbatas
3. ajarkan ambulasi
scderhan yang harus
di lakukan (mis.

viL Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak
aman.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
d. Melaporkan dan mendokumentasikan.

4
4

Dipindai dengan CamScanner


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer.A- dk-k (2(XX)). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius.

Kumpulan Artikel Keperawatan hWp.’/Avww.arfanro.co/n

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.

4
5

Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai