ASUHAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
C01418159
KELAS C KEPERAWATAN
2018
2020.
Dipindai dengan
CamScanner
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF
L DEFINISI
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan posi operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
H. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
pasienj.persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus
A. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil Hal ini dapat disebabkan karena :
I. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan
dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat
diberikan kepada pasien pra bedah.
1. Penjelasan tentang peristiwa
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Ilal-hai yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi:
* Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
Perlu kebebasan saluran nafas.
Dipindai dengan
CamScanner
Antisipasi pengobatan.
2. Bernafas dukun dan latihan batuk
3. Latihan kaki
4. Mobilitas
5. Membantu kenyamanan
B. Persiapan Fisiologi
1. Puasa
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi
umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
2. Persiapan saluran pencernaan
Pemberian leuknol/lavemcnt sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran
pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan
dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
Dipindai dengan
CamScanner
3. Persiapan Kulil
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut, Pencukuran dilakukan
pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak
dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang
dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen. ECG. USG dan lain-lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari
keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada
kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi
tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha
untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin.
C< Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan
perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas lusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
Dipindai dengan
CamScanner
intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan
kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah
fenobarbital dengan efek depresan yang lemah terhadap pemapasan dan
sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
Antikolinergik
Atropin, Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan ludah
selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Obat penenang (transquillizer)
Diazepam, Diazepam (Valium®) merupakan golongan benzodiazepin.
Pemberian dosis rendah bersifat sedatifsedangkan dosis besar hipnolik.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5
mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB intravena.
Midazolam. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai awal dan
lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolan lebih disukai dibandingkan
dengan diaepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.
Dipindai dengan
CamScanner
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.
ii. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas yang berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
merasa bingung
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi.
iii. Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Dx SDK! SLKI S1K1
tidur suasana
Gejala dan tanda Mayor
(membaik) terapeutik
untuk
Subjektif menumbunu
h kan
1. Merasa bigung
kepercayaan
2. merasa khawatir
Temani
dengan akibat
meningkat memberikan
2. Frekuensi kenyamanan
nadi - Motivasi
meningkat mcngidentif
3. Tekanan i
darah
kasi situasi
meningkat
yang
4. Diaforesis
memicu
5. Tremor
kecemasan
6. Muka
tampak Diskusikan
pucat perencanaan
realistis
tentang
1
0
Jelaskan
prosedur,
termasuk
sensasi yang
mungkin di
alami.
Informasi
secara
faktual
mengenai
diagnosis,
pengonbatan.
dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga
untuk tetap
bersama
pasien, jika
perlu.
- Anjurkan
melakukan
kegiatan
yang tidak
komprtitif,
sesuai
kebutuhan
- Latihan
kegiatan
1
1
yang
tepai
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas,
jika perlu.
1
2
Sediakan
Objektif:
materi dan
L Men unjuk an perilaku median
tidak sesuai pendidikan
kesehatan.
Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
Jelaskan
faktor resiko
1
3
iv. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1) Ansietas dikurangi
- Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe ansietas dan induksi
dengan ahli anaslesi.
- Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi praanastesi dan anastesi
2) Menyiapkan terhadap intervensi pembedahan
- Ikut serta dalam persiapan praoperatif
- Menelaah informasi tentang perawatan pascaoperatif.
- Menerima medikasi par a n as tes L
1
4
1
5
1
6
1
3
b, Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
(Bila teijadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transf usi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan
Dipindai dengan
CamScanner
juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse),
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
yang dengan
Dipindai dengan
CamScanner
seseorang tidak lagi hasil menurun : keselamatan [mis.
sepenuhnya sehat atau Kondisi
1. Kejadian
dalam kondisi baik. fungsi kognitif
cedera
dan
luka/lecet
peri laku [
[menurun]
Faktor resiko: - Monitor
perubahan status
Eksternal
keselamatan
1. Terpapar lingkungan
patogen
2. Terpapar
kimia loksik Terapeutik:
6. Hipoksia perangkat
Dipindai dengan
CamScanner
jaringan pelindung [mis.
7. Kegagalan Pengekangan
mekanisme fisik, rel
pertahanan lu samping, pimu
bu h
terkunci,
8. Malnutrisi
pagar]
9. Perubahan
Hubungi pihak
fungsi
berwenang
psikomotor
sesuai masalah
10.Perubahan
komunitas [mis.
fungsi kognitif
Puskesmas,
polisi, damkar]
Fasilitas
relokasi
kelingkungan
yang aman
Lakukan
program
skinning bahaya
Linkungan [mis.
Timbal]
Edukasi:
- Ajarkan indivudu,
keluarga
dan
kelompok resiko
tinggi
bahaya
Dipindai dengan
CamScanner
[114508]
Observasi:
Identifikasi
riwayat kesehatn
dan riwayat
alergi
Identifikasi
kontra indikasi
pemberian
imunisasi [mis.
Reaksi
anafiiaksis
terhadap vaksin
sebelumnya dan
atau sakit parah
dengan atau
tanpa demam]
Identifikasi
status imunisasi
setiap kunjungan
kepe layanan
kesehatan
Terapeutik:
2
2
patogen
lingkungan Edukasi:
5. Kelidakadekuata n
Jelaskan tujuan
pertahanan tubuh
manfaat, reaksi
primer
yang terjadi
6. Ketidakadekuata n
pertahanan tubuh jadwal, dan efek
sekunder samping
Informasi imunisasi
D, Setelah dilakukan yang di wajibkan
Kondisi klinis terkait pemerintah [mis.
0142 tindakan
keperawatan Hepatitis B, BCG.
1. Aids
selama 3 x 24 jam difteri, tetanus,
2. Luka bakar
pertusis, H,
3. Penyakit paru maka dciharapkan
influenza, polio,
obstruktif kronis dengan kriteria
hasil menurun : campak, measles,
4. Diabetes melitus
rubela]
5. Tindakan infasif
Demam [menurun] Informasikan
6. Kondisi
imunisasi yang
penggunaan terapi Kemerahan
melindungi
steroit
[menurun]
7. Penyalahgunaan Nyeri |menurun] terhadap penyakit
obat namun saat ini
Bengkak
8. Ketuban pecah tidak diwajibkan
[menurun]
sebel u m pemerintah [mis.
waktunya [kpsw] Kadar sel darah Infl uenza,
9. Kanker pulih [membaik] peneumiklokus]
10. Gagal ginjal Informasikan
11. Imunosupresi vaksinasi untik
12. Lymphedema kejadian khusus
13. Leukositopenia [mis. Rabies,
14. Gangguan fungsi tetanus]
hati - Informasikan
penundaan
pemberi n
imunisasi tidak
berarti
mengulang
jadwal imunisasi
kembali
Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
mmenyediakan
vaksin gratis
D.002 Hipovolemia
3
Penurunan volume
Manajemen hipovolemia
(1.03 H 6)
p i
e n
r t
a ( ti
k dak
e ters
edi
c a)
a
i O
r b
a j
n e
5. k
E t
v i
a f
p :
o L
r Fre
a kue
s nsi
i nad
Gej i
ala me
dan nin
tan gka
da t
ma 2. Nad
yor i
Su ter
asa
bje
le
ktif
ma
:
h lemia
3. Tek (mis.
ana frekue
n nsi
dar nadi
ah menin
me gkat,
nur nadi
un terasa
4. lemah,
T tekana
e n
k darah
a menur
n un,
a tekana
n n
O darah
b menye
s mpit.
e turgor
r kulit
v menur
a un.
s memb
i ran
mukos
Periks
a
a tanda
kering,
dan
volum
gejala
e
hipovo
urin
menur c
un, a
hemal i
okrit r
menin a
gkat n
haus, .
lemah) T
M e
o r
n a
i p
t e
o u
r t
i i
n k
t
H
a
i
k
t
e
u
n
d
g
a
n
k
e
o
b
u
u
t
t
p
u
u
h
t
a
n
cairan
berika
n
posisi
modifi
ed
trendel
enberg
Berika
n
asupan
cairan
oral.
nadi Edukasi
menyempit
Anjurkan
5. Turgor Setelah dilakukan
memperbanyak
kulit tindakan
asupaan cairan
menurun
keperawatan
D. oral
6. Membran
selama 3x24 j am
0023 - Anjurkan
mukosa
maka deiharapkan
kering menghindari
dengan
7. Volume perubahan posisi
urin mendadak
kriteria
menurun Kolaborasi
hasil meningkat:
8* Hemat okrit
Kolaborasi
meningkat 1. Frekuensi
pemberian cairan
nadi
IV isotonis (mis.
meningkat
Gejala dan tanda Nad. RL)
2. Tekanan
minor Kolaborasi
darah
pemberian cairan
Subjektif: meningkat
IV hipotonis
3. Tekanan
L Merasa lemah (mis. glukosa
nadi
2. Mengeluh haus 2.5%. NaCl
meningkat
Objektif: 0,4%)
4. Membran
- Kolaborasi
L Pengisian vena mukosa
pemberian cairan
menurun meningkat
koloid (mis.
2. Status mental 5. Jugular
albumin,
berubah venous
gasmanate)
3. Suhu ressure
- Kolaborasi
tubuh (JVP)
pemberian
meningkat meningkat
4. Kosentrasi produk darah.
urin
meningkat
viL Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dtiri ruang
operasi
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak
aman dan menanganinya dengan baik.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan,
d. Melaporkan dan mendokumentasikan,
e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek
keperawatan teknis,
ASUHAN KEPERA WAT AN POST OPERATIF
Pada fase postoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agen
anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
berfokus pada tingkat penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, dan tindak
lanjut serta rujukan penting untuk penyembuhan yang berhasil dan
rehabilitasi diikuti oleh pemulangan,
i. Fase Pasca Anastesi
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan
jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh
ulama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera selelah periode pasca
anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi :
A. Mempertahankan ventilasi pulmonari
1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang
dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
2. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian
anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan
sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan
lendir harus dibantu dengan suction.
3. Terapi oksigen
02 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat
menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian 02 harus diberikan latihan nafas dalam
setelah pasien sadar.
B. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskular yang paling
sering terjadi pada pasien posi anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di
ruang pemulihan.
C. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti
dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
D. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien posi operasi atau post anaeslhesi sebaiknya pada tempat tidurnya
dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk
mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai
dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan
agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai
dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
ii. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Rccovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anastesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi dinning
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaeslhesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital: TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea.
5. Beri 02 2.3 liter sesuai program,
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis -
Tekanan sistolik < 90 —1 (X> mmHg atau > 150 - 160 mmH. diastolik < 50 mmHg 30
Dipindai dengan
CamScanner
- Tidak BAK 4- 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
L Pasien harus pulih dari efek anaesthest
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien
telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekual ( lcc/ Kg/jam). Jumlahnya harus
dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing- masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat
untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang
bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan
untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-
waktu terlihat.
3
5
32
Dipindai dengan
CamScanner
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage,
8, Nyeri
Meliputi :
- Waktu
- Tempat,
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
/L Data Subyektif
B. Data Objektif
1. Sistem Respirator!
Z Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
3
7
C Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur» prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan» body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda
fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan
kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
3
8
3
9
upnormal (cepat
atau lambat,
regular atau
ireguler, dalam
atau dangkal)
6, Warna kulit
upnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7, Kesadaran
menurunan
4
0
3. anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
D.007 Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Pengal aman sen soria Setelah
Tindakan
tau emosional yang
dilakukan Observasi
berkaitan dengan
tindakan keperawatan
kerusakan jaringan
1. Identifikasi lokasi,
selama 1x24 jam
actual atau
karakteristik.
diharapkan Nyeri Akut
fungsional, dengan
durasi, frekuensi,
menurun
kualitas, intensitas
onset
dengan
mendadak atau lambat
4
1
4
2
L pemberian
analgetik.
jika perlu
4
3
viL Evaluasi
a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat
b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak
aman.
c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
d. Melaporkan dan mendokumentasikan.
4
4
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
4
5