Anda di halaman 1dari 6

A.

Konsep Dasar Cognitive Behavior


Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia
terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus-Kognisi-Response (SKR), yang saling
berkait dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana proses
kognitif akan menjadi factor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir,merasa dan bertindak.

Prinsip 1

Stumulus

Kognisi Emosi Tingkah laku


Pikiran
Respon
Sementara dengan adanya keyakinan bawa manusia memiliki potesi untuk
menyerap pemikiran yang rasional, dimana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan
gangguan emosi dan tingkah laku, maka Terapi Cognitive Behavior diarahkan kepada
mpodifikasi fungsi berpikir. , merasa, dan bertindak, dengan menekankan peran orak
dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali. Dengan
merubah status pikiran dan perasaanya, klien diharapkan dapat merubah tingkah lakunya,
dan negative menjadi positif.

Prinsip 2

Disfungsi Status Kognisi/Pikiran

Disfungsi Status Emosi/Perasaan

Disfungsi Status Konasi/Perbuatan

Bagaimana seseorang menilai situasi dan bagaimana cara mereka


menginterpretasikan suatu kejadian akan sangat berpengaruh terhadap kondisi reaksi
emosional yang kemudian akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan. Skema pola
interpretasi ini sangat erat hubungannya dengan latar belakang pengalaman,
perkembangan nilai-nilai, dan kapasitas diri. System keyakinan/kepercayaan adalah
penyebab utama dari gangguan perilaku.
Demi memahami psikopatologi gangguan mental dan perilaku. Cognitive
Behavior mencoba menguraikan penyebabnya sebagai akibat dari :
1. Adanya pikiran dan asumsi irasional
2. Adanya distorsi dalam proses pemikiran manusia

Walaupun pada umumnya masalah gangguan mental psikologis berakar pada


masa anak-anak, namun gangguan tersebut diperkuat dengan cara pengulangan pada
masa selepas masa kanak-kanak. Dialog internal di dalam diri individu memegang peran
penting dalam tingkah laku yang ditampilkan. Mereka memfokuskan diri dalam
memeriksa/menyimpulkan asumsi dan membentuk konsep yang salah atau negative.
Selanjutnya konseo yang negative tersebut akan mempengaruhi kualitas perasaan yang
ditampilkan untuk menjadi negative, dan perasaan negative akan mengarahkan tingkah
laku menjadi negative pula.

Mengingat bahwa dalam setiap kasus penyimpangan klinis, pikiran dan perasaan
umumnya tidak kasat mata, sementara manifestasi perbuatan akan lebih tampak jelas,
maka penanganan terapi menjadi mudah terjerumus ke dalam teknik modifikasi
perbuatan semata daripada modifikasi pikiran dan perasaan. Sebagai contoh : dalam
kasus depresi, dokter akan memberikan resep obat anti depresan untuk mengatasi
masalah depresi pasien, dimana gejala depresinya diharapkan segera hilang atau
berkurang. Namun tanpa merubah mekanisme pola pikiran-perasaan-perbuatan, klien
akan mudah terjebak lagi dalam situasi depresi lain (atau sebenarnya perkembangan dari
status lama), karena sebenarnya masalah utama penyebab depresi dan ketrampilan
mengatasi tekanan belum diselesaikan , terutama apabila efek obat berangsur-angsur
hilang.

Tujuan Terapi

Tujuan terapi Cognitive Behavior adalah untuk mengajak klien untuk menentang
pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan
dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Terapis diharapkan mampu
menolong klien untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri klien dan
secara kuat mencoba menguranginya. Terapis harus waspada terhadap munculnya
pemikiran yang tiba-tiba yang mungkin dapat dipergunakan untuk merubah mereka.

Dalam proses ini, beberapa ahli Cognitive Behavior memiliki pendapat bahwa
masa lalu tidak perlu menjadi focus penting dalam terapi, karenanya cognitive behavior
lebih banyak bekerja pada status kognitif masa kini untuk dirubah dari negative menjadi
positif. Sementara sebagian ahli lain berusaha menghargai masa lalu sebagai bagian dari
hidup klien dan mencoba membuat klien menerima masa lalunya, untuk tetap melakukan
perubahan pada pola pikir masa kini demi mencapai perubahan untuk masa yang akan
datang.

Prinsip 3

Dalam pelayanan terapi, CBT lebih menekankan kepada masa kini dari pada masa
lalu, namun bukan berarti mengabaikan masa lalu How to charge present then
future.

Hubungan terapeutik

Terapis diharapkan mampu berfungsi sebagai guru dank lien sebagai murid,
dimana terapis bersikap direktif dan mengajarkan klien mekanisme SKR (Stimulus
Kognisi Respon) yang baru untuk mengubah struktur kognitif mereka. Terapis juga
diharapkan mampu menolong klien dalam menentukan keyakinan yang salah dan
membuka alternative lain untuk melanjutkan kehidupannya. Jaringan SKR negative
secara bertahap dimodifikasi menjadi jaringan SKR positif, dengan menggunakan variasi
teknik-teknik terapi yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Fenomena yang umum terjadi dalam situasi psikoterapi tentang hubungan antara
terapis dank lien, mudah terjadi pula dalam terapi Cognotif Behavior, dimana klien
menjadi sangat tergantung kepada terapis, bahkan berkembang menjadi transference –
dimana klien menjadi terikat secar emosional dengan terapisnya. Oleh karena itu terapis
diharapkan dapat mempersiapkan tindakan-tindakan professional untuk mengatasi hal ini.
Dukungan dan semangat yang diberikan terapis kepada klien untuk melanjutkan
mekanisme pembentukan SKR positif dalam proses penyelesain masalahnya yang lain,
diharapkan dapat menjadi ketrampilan baru klien agar tidak selalu tergantung kepada
terapisnya.

Teknik Terapi

Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi dan tingkah laku menjadi sarana
psikoterapi yang penting dalam Cognitive Behavior. Metode ini berkembang sesuai
keutuhan klien, dimana terapis bersikap aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan
berpusat pada masa kini. Teknik ini menyanggah keyakinan irrasional klien dengan
menggunakan pekerjaan rumah, mengumpulkan data asumsi-asumsi negative, mencatat
aktivitas, membentuk interpretasi yang berbeda, belajar keahlian menyelesaikan maslah,
merubah pola piker dan pola bicara, berimajinasi, dan secara kuat menentang keyakinan
yang salah.

Analisa Perasaan Negatif Pikiran Otomatis Pikiran Perasaan Baru


Situasi Negatif Otomatis Positif
Negatif Positif
Siapa? a. Jenis a. Pikiran Pikiran a. Jenis
Apa? perasaan apa yang alternative baru perasaan
Kapan? yang muncul muncul yang yang
Dimana b. Seberapa secara diharapkan muncul
? besar otomatis dapat b. Seberapa
perasaan itu sebelum menumbuhkan besar
muncul dan anda perasaan yang perasaan
mengganggu menyada berbeda itu muncul
ri dan
perasaan berbeda
muncul
b. Pastikan
pikiran
apa yang
lebih
berperan

Proses Terapi

Menurut teori Cognitive Behavior yang asli, terapi Cognitive Behavior memerlukan
sedikitnya 12 sesi pertemuan, yang secara sistematis dan terencana, meliputi :

 Assessmen dan Diagnosa Session 1-2


 Pendekatan Kognitif Session 2-3
 Formulasi Status Session 3-5
 Fokus Terapi Session 4-10
 Intervensi Tingkah Laku Session 5-7
 Perubahan Core Beliefs Session 8-11
 Pencegahaan Relapse Session 11-12

Namun berdasarkan pengalaman praktek yang terjadi, jumlah 12 sessi menjadi sangat
sulit untuk dilakukan di Indonesia karena proses terapi menjadi :

1. Terlalu lama, sementara klien mengharapkan hasil yang dapat segera dirasakan
manfaatnya.
2. Terlalu mahal, karena 12 sessi berarti sedikitnya 12 jam kunjungan terapi, sementara
dalam masyarakat umumnya pengeluaran dana untuk terapi masih dianggap sebagai
pemenuhan kebutuhan tersier
3. Terlalu rumit, dimana klien yang mengalami gangguan umumnya datang
berkonsultasi dalam kondisi pikiran yang sudah begitu berat, sehingga tidak mampu
lagi mengikutii program terapi yang merepotkan atau karena kapasitas intelegensi dan
emosinya terbatas
4. Membosankan, karena kemajuan dan perkembangan terapi menjadi sedikit demi
sedikit
5. Menurunkan keyakinan klien akan kemampuan terapisnya, antara lain karena alas an-
alasan yang telah disebutkan diatas, yang dapat berakibat kepada kegagalan terapi.

Anda mungkin juga menyukai