Berdasarkan batasan para ahli, di bawah ini dikemukakan bahwa anak yang tergolong Luar Biasa atau memiliki kebutuhan khusus adalah: Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaanya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau social terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penenangan yang terlatih dari tenaga professional (Suran&Rizzo, 1979) Gearheart (1981) mengatakan bahwa seorang anak dianggap berkelainan bila memerlukan persyratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal, dan untuk dapat belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus. Dari sudut pandang pendidikan, Hallahan dan Kauffman (2006) melihat pengertian siswa berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan terkait, jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaan mereka. Pendidikan khusus diperlukan karena mereka tampak berbeda dari siswa pada umumnya dalam satu atau lebih hal berikut: mereka mungkin memiliki keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, autism, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dll. Kekhususan yang relevan dari perbedaan cara belajar, membutuhkan intruksi yang berbeda dari yang umum (biasanya) diperlukan para siswa. Sedangkan pengertian dari pendidikan khusus/luar biasa menurut Hallahan & Kauffman (2006) adalah, instruksi yang didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang tidak lazim dari siswa berkebutuhan khusus. Materi, teknik mengajar, atu peralatan dan atau fasilitas khusus mungkin diperlukan. Pelayanan yang berkaitan mencakup transportasi khusus, assesmen psikologis, tetapi fisik dan okupasional, treatmen medis, dan konseling diperlukan agar pendidikan khusus menjadi efektif. Tujuan penting dari pendidikan khusus adalah menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dapat disimpulkan dari berbagai batasan diatas bahwa, anak yang tergolong “luar biasa atau berkebutuhan khusus” adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuscular, perilaku social dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas. Sejauh ia membutuhkan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal. Berkaitan dengan label kekhususan yang sering dikenakan pada seseorang, maka perlu dipahami perbedaan istilah-istilah yang bisa salah diinterpretasikan yaitu Impairment, Disabillity, Handicapped. Impairment (Kerusakan) biasanya dikaitkan dengan kondisi medis atau organis, adanya penyakit atau kerusakan dari suatu jaringan. Misalnya, kekurangan oksigen pada waktu lahir dapat menyebabkan kerusakan otak atau gangguan neurologis, yang bisa menjadikan anak menderita kelumpuhan otak (cerebal palsy). Disability (Kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian dari tubuh atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya kehilangan/kelainan dari bagian tubuh seseorang. Selain itu, disability juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu atau berkurangnya kapasitas untuk melakukan kegiatan dalam cara tertentu (Hallahan & Kauffman, 2006). Handicapped (Ketidakmampuan), merupakan konsekuensi social atau lingkungan dari kekhususan, ketika masalah/akibat dari kerusakan (impairment) atau kekhususan (disability) berinteraksi dengan lingkungan yang dibebankan kepada seorang anak berkebutuhan khusus pada kondisi tertentu. Misalnya anak buta tidak mampu ketika harus melakukan perjalanan jauh, dibandingkan anak yang normal. Akan tetapi, ia bisa melakukan perjalanan di daerah yang sudah dikenalnya, atau anak buta bisa lebih berprestasi dalam bidang-bidang lain.