Anda di halaman 1dari 15

Ice Breaking dalam Pembelajaran Siswa di

Kelas

Musarofah,M.Pd
197303031999032005

SMA NEGERI 2 MUARA BELITI


KABUPATEN MUSI RAWAS
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
2019

I. PENDAHULUAN

1
PENINGKATAN mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung
dengan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Keberhasilan
belajar di sekolah dapat diketahui dari hasil belajar dan prestasi siswa di
sekolah. Selain itu, keberhasilan belajar siswa dapat dicapai karena
beberapa faktor, diantaranya keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
yang disampaikan, motivasi dan semangat belajar, lingkungan sekolah,
guru, strategi belajar, fasilitas belajar yang digunakan di sekolah dan faktor
lainnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas ada banyak masalah yang
sering kali dihadapi oleh siswa maupun guru. Siswa merasa malas dan
terlihat bosan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Terlebih kita
menyadari, kemampuan untuk berkonsentrasi bagi siswa tidak bisa
berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya siswa menjadi tidak
fokus, kemudian mengobrol ataupun bermain dengan temannya. Pada
kondisi seperti ini, kemampuan guru diuji untuk bisa mengembalikan fokus
belajar siswa pada materi yang diajarkan. Guru yang profesional harus bisa
memodifikasi kegiatan pembelajaran. Hal yang mutlak dilakukan oleh
seorang guru agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan karena
pembelajaran. Harus ada solusi dari kejadian seperti ini, dan tentunya saat
kita melihat siswa cenderung mulai hilang fokus dalam kelas, karena
mereka tidak memiliki media perantara untuk mengekspresikannya.
Guru sering beranggapan bahwa melaksanakan pekerjaan mengajar
adalah sesuatu yang bersifat rutinitas belaka, asal sudah membuat
persiapan mengajar beserta perangkat pembelajarannya dinggap sudah
cukup, tanpa memperhatikan komponen seperti karakteristik siswa yang
sedang belajar. Guru sering tidak menyadari bahwa objek yang dihadapi
dalam mengajar adalah manusia yang mempunyai karakteristik yang unik
dan berbeda-beda, serta mempunyai mood yang bisa berubah setiap saat.
Belum lagi jika dikaitkan dengan lamanya waktu belajar siswa dalam satu
hari, yang berjalan setiap harinya secara rutinitas tanpa ada variasi, akan
menimbulkam masalah baru dalam pembelajaran. Nah ice breaking ini
mungkin jadi salah satu solusi untuk menjaga semangat siswa tetap tinggi
dalam mengikuti pembelajaran.

2
Ice breaking adalah suatu kondisi peralihan di mana mengalihkan
situasi yang menjenuhkan serta membosankan, menjadi kondisi yang
santai, bersemangat kembali dan tidak membuat mengantuk. Ice breaking
biasanya digunakan dengan menyelipkan game atau permainan, tebak-
tebakan, di tengah pembelajaran. Kegiatan ice breaking ini dapat dilakukan
5-10 menit saja. Jangan diberikan terlalu lama, karena nantinya akan
membuat murid menjadi malas atau enggan menerima pelajaran kembali.
Dalam ice breaking ini, guru juga boleh memberikan penghargaan atau
reward agar meningkatkan semangat belajar murid. Karenanya kemampuan
pedagogik guru sangatlah memegang peranan penting dalam menciptakan
suasana kelas yang aktif. Jika peserta didik sudah mulai jenuh dengan
materi pelajaran yang disampaikan, buatlah suatu kondisi yang dapat
membangkitkan kembali semangat belajarnya. Dengan kondisi seperti itu,
maka guru akan selalu dirindukan dalam setiap proses pembelajaran,
karena menyenangkan dan menjadikan setiap proses pembelajarannya
berkesan bagi peserta didiknya.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ice breaking merupakan sentuhan aktivitas yang dapat digunakan
untuk memecahkan kebekuan, kekalutan, kejemuan dan
kejenuhan suasana sehingga menjadi mencair dan suasana bisa
kembali pada keadaan semula (lebih kondusif). Jika sentuhan
aktivitas ini diterapkan pada proses pembelajaran di kelas, maka
besar kemungkinannya siswa kembali pada kondisi (semangat,
motivasi, gairah belajar, kejemuan dan lain sebagainya) yang
lebih baik. Ice breaking dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
aktivitas, misalnya dalam bentuk cerita lucu dan bermakna dari
guru, tebakan berhadiah, ataupun game-game. Aktivitas bisa
dilakukan dalam waktu antara 5 – 15 menit tergantung pada
kebutuhan. Ice breaking bisa dilakukan pada saat kapan saja
tergantung pada kondisi dan keperluan, serta bisa dilakukan oleh
guru siapa saja. Dalam pelaksanaannya memang membutuhkan

3
keterampilan dan kreativitas guru, terutama dalam memilih
aktivitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Ice breaker adalah peralihan situasi yang membosankan,
membuat ngantuk, menjemukan dan tegang menjadi rileks,
bersemangat dan tidak membuat mengantuk serta ada perhatian
dan ada rasa senang untuk memndengarkan atau melihat orang
yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan.
Kalau diterjemahkan ice breaker berarti pemecah es, bisa
saja palu atau benda keras lainnya yang bisa untuk memecahkan
es.
Menurut Kusumo Suryoharjuno dalam bukunya yang berjudul
100+ Ice Breaker Penyemangat
Kadang ice breaker ini digunakan oleh trainer-trainer dalam
sebuah pelatihan namun tidak ada salah jika ice breaker kita
gunakan dalam mengajar di kelas.
B. Fungsi Ice Breaking
Pendahuluan Kegiatan belajar-mengajar merupakan fungsi
pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan
institusional yang diemban oleh pendidikan tersebut. Dalam
rangka pelaksanaan fungsi dan tugas institusional itu guru
menempatkan kedudukan figur sentral. Di tangan para gurulah
terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah, serta di tangan mereka pulalah
tergantungan masa depan karier para siswa yang menjadi
tumpuan pada orang tuanya. Di dalam menunaikan peranannya
yang penting itu para guru mempunyai tugas-tugas pokok antara
lain bahwa ia harus mampu dan cakap merencanakan,
mengevaluasi dan membimbing kegiatan belajar-mengajar.
Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya
memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan
proses belajar-mengajar. Proses belajar mengajar dapat diartikan
sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka

4
mencapai tujuannya. Interaksi yang terjadi seharusnya tidak
berlangsung hanya dari satu arah, tetapi terjadi secara dua arah
(timbal balik), di mana kedua pihak berperan dan berbuat secara
aktif di dalam suatu kerangka kerja dan dengan menggunakan
cara dan kerangka berfikir yang dipahami dan disepakati
bersama.
Kadang kala guru merasa gagal dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Kegagalan guru dalam proses
pembelajaran akan berdampak langsung terhadap kegagalan
pembangunan di bidang pendidikan. Oleh karena itu saat ini
sangat dibutuhkan guru-guru yang tidak hanya mempunyai
kualifikasi akademik tinggi, tetapi juga memiliki kreativitas,
prakarsa, dan berani melakukan inovasi. Dunia sekolah memang
unik, penuh dengan kenangan bahkan bisa terbawa hingga
dewasa baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Yang jelas
anak sering terpicu untuk stres karena perasaan tegang dan
takut.
Suasana belajar yang membosankan karena kurang
adanya variasi akan menimbulkan kejemuan atau membosankan
pada siswa dan akan mudah menimbulkan keletihan. Jika kondisi
ini terjadi, maka siswa akan mengalami kejenuhan belajar. Pada
saat seperti ini siswa mengalami penurunan daya ingat dan tidak
mampu lagi mengakomodasikan informasi atau pengalaman baru.
Keadaan tersebut di atas jika kita menggambarkan kemajuan
hasil belajar siswa akan tampak sebagai garis mendatar, bahkan
bisa menurun jika hal ini dibiarkan secara terus menerus.
Dalam melaksanakan tugas mengajar seorang guru
tentunya telah mempersiapkan perencanaan dan perancangan
mengajar dengan memperhatikan segala aspek teori
pembelajaran yang berkaitan dengan strategi, model, metode,
dan media serta materi bahan ajar. Perencanaan mengajar yang
baik belum bisa menjamin kepastian keberhasilan guru dalam
mengajar. Hal ini karenakan dipengaruhi banyak faktor, salah

5
satu faktor yang sering terabaikan adalah faktor non akademik
guru dan siswa seperti misalnya emosi, keletihan, kejemuan,
kebosanan, ketakutan, dan kecemasan dan lain sebagainya.
Guru sering beranggapan bahwa melaksanakan pekerjaan
mengajar adalah sesuatu yang bersifat rutinitas belaka, asal
sudah membuat persiapan mengajar beserta perangkat
pembelajarannya dianggap sudah cukup, tanpa memperhatikan
komponen organismic, yaitu karakteristik siswa yang sedang
belajar (termasuk kondisi siswa saat sedang belajar) sehingga
hasil belajar siswa tidak optimal, apalagi jika dikaitkan dengan
pencpaian tujuan dampak pengiring belajar siswa, seperti
kemampuan bekerja sama, pemantapan konsep diri, saling
menghargai, kreativitas, kepemimpinan, kejujuran dan lain
sebagainya jarang tersentuh oleh pemikiran guru.
Guru sering tidak menyadari bahwa objek yang dihadapi
dalam mengajar adalah manusia yang mempunyai karakteristik
yang unik dan berbeda-beda, serta mempunyai mood yang bisa
berubah setiap saat. Belum lagi jika dikaitkan dengan lamanya
waktu belajar siswa dalam satu hari yang berjalan setiap harinya
secara rutinitas tanpa ada variasi akan menimbulkan masalah
baru dalam proses interakasi interpersonal, antarpersonal,
maupun dalam kelompok siswa, serta antara siswa dan guru. Jika
hal ini dibiarkan terjadi secara terus menerus, maka dapat
mengakibatkan kegagalan dalam kedua belah pihak, yaitu guru
dan siswa.
Ice breaking bisa diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran agar tidak ada kata kegagalan bagi guru dan siswa.
Ada beberapa manfaat melakukan aktivitas ice breaking,
diantaranya adalah:
a. Menghilangkan kebosanan, kejemuan, kecemasan, dan
keletihan karena bisa keluar sementara dari rutinitas
pelajaran dengan melakukan aktivitas gerak bebas dan
ceria.

6
b. Melatih berpikir secara kreatif dan luas siswa.
c. Mengembangkan dan mengoptimalkan otak dan
kreativitas siswa.
d. Melatih siswa berinteraksi dalam kelompok dan bekerja
sama dalam satu tim.
e. Melatih berpikir sistimatis dan kreatif untuk memecahkan
masalah.
f. Meningkatkan rasa percaya diri.
g. Melatih menentukan strategi secara matang.
h. Melatih kreativitas dengan bahan yang terbatas.
i. Melatih konsentrasi, berani bertindak dan tidak takut
salah.
j. Merkatkan hubungan interpersonal yang renggang.
k. Melatih untuk menghargai orang lain.
l. Memantapkan konsep diri.
m. Melatih jiwa kepemimpinan.
n. Melatih bersikap ilmiah.
o. Melatih mengambil keputusan dan tindakan.
Dari uraian di atas, maka ice breaking dapat dijadikan
sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang disebabkan
faktor non akademik, serta untuk meningkatkan pencapaian
tujuan pengiring, serta optimalisasi pencapaian tujuan
pembelajaran. Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa : Guru harus kreatif dan berani melakukan inovasi
pembelajaran dengan melakukan sentuhan aktivitas di luar
rutinitas proses pembelajaran. Guru perlu melakukan aktivitas ice
breaking dalam proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan siswa. Ice breaking dapat memecahkan kebekuan
suasana belajar di kelas maupun di luar kelas, sehingga proses
interaksi interpersonal, antar personal dan kelompok antara guru
dan siswa bisa lebih baik. Proses pembelajaran dapat
berlangsung lebih baik.

7
C. Ice Breaker si pemecah kejenuhan di Kelas

Siapapun pasti pernah merasa kebosanan dalam belajar,


apalagi jika kebosanan itu melanda kita saat di kelas, yang
seharusnya konsentrasi memahami pelajaran harus terkendala
karena kebosanan. Bosan saat di kelas tentu saja ada banyak
penyebab, mulai dari mata pelajaran yang tidak kita sukai hingga
penyampaian materi yang terkesan monoton, akhirnya tanpa kita
sadari otak menerjemahkan suasana tersebut dalam bentuk
kebosanan, kalau kata anak-anak zaman now /badmood.

Untuk para guru yang memang tugasnya mencari perhatian


anak, tentu saja tidak boleh kehabisan akal,  hal yang pertama harus
kita lakukan adalah membaca bahasa tubuh anak, mulai dari mimik
wajah hingga sikap duduk anak. Menjadi guru yang inovatif dan
kreatif itu tidak mudah. Guru harus pandai memahami kondisi dan
suasana hati siswa. Kemampuan itu tidak didapat dengan mudah,
guru harus lebih giat mencari ilmunya, seperti membaca buku-buku
psikologi anak. Di saat anak-anak merasakan kebosanan guru harus
mampu mengubah suasana bosan tersebut menjadi sesuatu yang
mengasyikkan.

Guru harus mampu mengubah suasana belajar dengan


membuyarkan kebosanan anak-anak. Memberikan suasana
tambahan di saat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan sedikit
Ice Breaker , bisa membuyarkan kejenuhan anak-anak.
Dalam belajar atau yang lebih kita pahami dengan mentransfer
ilmu guru kepada anak-anak, tentu saja hal yang terpenting adalah
tercapainya tujuan pembelajaran. Ice breaking tidak mengubah
tujuan namun malah membantu tujuan pembelajaran itu tercapai.
Fungsi Ice Breaker dalam proses belajar adalah sebagai energizer
sebelum pemberian materi pertama, memecahkan kebekuan,
memberikan pencerahan di saat mengalami kejenuhan dan mampu
membangkitkan gairah belajar sehingga memberikan kesan yang
menyenangkan ketika belajar.

D. Macam-macam Ice Breaker

8
1. Games ( Permainan)
adalah kegiatan simulasi yang melibatkan siswa. Waktu
bermain yang diperlukan 1-5 menit
contoh :
Gajah, Semut, Ular, Cacing
Prosedur:
Jika disebutkan “gajah”, dijawab “ besar” dan dibarengi
dengan ibu jari menekan jari kelingking
Jika disebutkan “ semut” dijawab “ kecil” dan dibarengi kedua
tangan membuat lingkaran besar  jika disebut” ular” dijawab
“panjang” dan dibarengi dengan kedua tangan bergerak saling
mendekat.
Jika disebutkan “cacing” dijawab” pendek” dan dibarengi
kedua tangan bergerak saling menjauh. Untuk mengawali
sebagai latihan, bisa dilakukan dengan gerakan yang biasa
dulu, gerakan normal, seperti dijawab “besar” sambil kedua
tangan membuat lingkaran besar.
2. Menyanyi
Waktu yang diperlukan 3-5 menit
Contoh:
Kepala pundak ( dinyanyikan seperti lagu bungong jeumpa)
kepala pundak kepala pundak
lutut dan kaki 2x
daun telinga, mata hindung,pipi
tangan di pinggang, amboy ! asyiknya sekali
yang digoyang goyang digoyang goyang aduh enaknya
yang digoyang goyang digoyang goyang aduh asik sekali

catatan: gerakan badan sesuai dengan syair

3. Senam
Senam yang dilakukan adalah senam yang sederhana dan
tidak menguras tenaga. Waktu yang diperlukan adalah 3-5
menit.
contoh: Senam wajah
Prosedur:
1.    Kedip-kedipkan mata

9
2.    Naik turunkan hidung, rasakan sambil memegang hidung
dengan ibu jari dan telunjuk
3.    Gerakan mulut dengan vokal A, I, U, E, O tanpa suara
4.    Gerakan mulut seperti orang berkumur
5.    Lakukan dengan berpasangan dan saling berhadapan
6.    Untuk variasi, suarakan kalimat berikut : kelapa di parut,
kepala diurut ( ucapkan berulang kali dengan tempo cepat)
4. Kalimat pembangkit semangat
Waktu yang diperlukan 2-5 menit
Prosedur:
1.    Jika ditanya kabarnya: “ Bagaimana kabarnya hari ini?”
2.    Beberapa alternatif jawabannya:
Alhamdulillah. . , luar biasa. . , Allahu Akbar
Alhamdulillah. . ,harus lebih baik
Alhamdulillah. . , luar biasa. . , dahsyat. . , Allahu Akbar
Alhamdulillah. . , luar biasa. . ,tetap bersemangat. . , Allahu
Akbar
dll
3.    Jawaban bisa di sesuaikan dengan tema/opini/peristiwa
dll
5. Kalimat Indah Penuh Makna
Dapat berupa, pantun, puisi, kata-kata mutiara, peribahasa
Contoh : pantun berbalas
Prosedur:
1.    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
2.    Pilih 1 kelompok yang pertama kali membuat dan
membacakan

pantun
3.    Setelah selesai, minta kelompok tadi untuk menunjuk
kelompok

lain, agar berbalas pantun


4. Ulangi kegiatan tersebut berturut-turut kepada kelompok
yang

lain.

10
6. Story Telling ( bercerita)
Cerita dapat berupa kenyataan atau fiksi dan kedua duanya
Contoh: Kisah Hikmah berkesan
Prosedur
1. Bentuk siswa dalam beberapa kelompok
2. Minta 1 siswa untuk menceritakan pengalamannya yang
paling

berkesan/menyedihkan/menyenangkan kepada teman-


teman di

kelompoknya
3. Kriteria dalam bercerita harus terdapat tempatnya di mana,

kapan terjadi, hikmahnya dan amanat dari cerita


4. Lanjutkan kegiatan tersebut secara bergiliran

7. Tepuk tangan
Sangat bermanfaat untuk siswa yang konsentrasinya
terganggu dengan pikiran di luar pelajaran sehingga anak
kembali fokus dan segar dalam mengikuti proses
pembelajaran kembali
contoh: Tepuk Jawab Tepuk
prosedur:
1. Jika tepuk 1 kali, di jawab tepuk 2 kali

2. Jika tepuk 2 kali, di jawab tepuk 3 kali


3. Jika tepuk 3 kali, di jawab tepuk 1 kali
4. Jika tepuk 4 kali, di jawab tepuk “ Allahu Akbar”

8. Senam Otak ( Brain Gym)


Waktu yang diperlukan 2-5 menit.
contoh: Hidung dan Telinga
prosedur:
1. Pegang hidung dengan tangan kiri, bersamaan dengan itu
pegang telinga kiri dengan tangan kanan. Posisi tangan kanan
yang memegang tangan kiri melingar melewati bagian atas
kepala
2. Setelah itu ubah posisi secara bersamaan juga di mana

11
tangan kanan sekarang memegang hidung dan tangan kiri
memegang telinga kanan melingkar melewati batas atas
kepala
3. Lakukan secara bergantian hingga lancar.

4. Jika sudah lancar maka gerakannya semakin lama bisa


semakin cepat.

8. Humor
Waktu yang diperlukan 2-5 menit
Contoh : Berbohong
Tono adalah murid yang sangat nakal dan sering membolos, pada suatu
hari ia dipanggil oleh gurunya. . . .
Pak Guru        : “ Tono. kamu ini nakal ya! Kenapa kemarin kamu bolos
sekolah?”
Tono             : “ Saya tidak bolos, pak, kemarin adik saya sakit jadi saya
harus menjaga adik saya karena orang tua saya bekerja
pak. ”
Pak Guru        : “Eh kamu berani bohong ya…. Lha kemarin bapak lihat
adikmu sehat-sehat saja.”
Tono             : “Lha Pak Guru juga bohong, sayakan tidak punya adik. . .”

10. Tebak Tebakan


Waktu yang diperlukan 1-2 menit
Contoh:
1.  Apa Bahasa Chinanya aneka macam sayur?
(+) Cap Cay
2.    (?) Apa beda kambing desa dengan kambing Kota?
(+) kalau kambing desa suaranya : embeeeekkkkk…….!!!!

kalau kambing kota suaranya : heeebooohhhh!!!!!!. (Rafiansyah, 2009)

3. SIMPULAN

12
a. Ice Breaking dapat dijadikan sebagai solusi untuk memecahkan masalah

yang disebabkan faktor non akademik.

b. Ice Breaking untuk meningkatkan optimalisasi pencapaian tujuan

pembelajaran.

c. Guru harus kreatif dan berani melakukan inovasi pembelajaran dengan

melakukan sentuhan aktivitas di luar rutinitas proses pembelajaran. Guru

perlu melakukan aktivitas ice breaking dalam proses pembelajaran sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

d. Ice breaking dapat memecahkan kebekuan suasana belajar di kelas maupun

di luar kelas, sehingga proses interaksi interpersonal, antar personal dan

kelompok antara guru dan siswa bisa lebih baik. Proses pembelajaran dapat

berlangsung lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

13
Achmad Fanani Dosen PGSD FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Adi. 2006. Creativity Games, Yogjakarta: Penerbit : Bumi Aksara

Andi. Tyas, Damaring. 2006. Permainan Kreatif Pengisi Waktu Luang. Jakarta:
Erlangga

Suroso, 2002. In Memoriam Guru. Yogjakarta: Penerbit Jendela. Soenarno,

Suryoharjuno, Kusumo. 2014. 100+ Ice Breaker Penyemangat.


Bandung :Pustaka

Syamsudin, Abin. 19981. Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung

Tisnawati, Kadek . Ice Breaking Si Pemecah Kejenuhan


http://vinirafiansyah.web.id/ice-breaker-si-pemecah-kejenuhan-di-kelas/
Diakses 23 September 2020

14
15

Anda mungkin juga menyukai