32 Makalah Peranan Persdalam Kehidupan Sehari Hari Pers
32 Makalah Peranan Persdalam Kehidupan Sehari Hari Pers
PERANAN PERS
DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Anggota Kelompok :
Lolyta Zullva Triselinda C. (11)
M. Hendrianto Andi Pradana (12)
Putra Aji Pamungkas (21)
Pratama Wahyu (29)
Abdan Arsyad (30)
Teza Dwi A. (34)
1
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................4
1.2. STANDAR KOMPETENSI.........................................................................6
1.2.1. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.................6
1.3. KOMPETENSI DASAR..............................................................................6
1.3.1. Mendeskripsikan pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan
pers di Indonesia.................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
2.1. Pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan pers di Indonesia..........7
2.1.1. Pengertian Pers...................................................................................7
2.1.2. Fungsi Pers.......................................................................................10
2.1.3. Peran serta perkembangan pers di Indonesia...................................10
2.2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai kode etik
jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia..............................12
2.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan
media massa dalam masyarakat demokratis di Indonesia..........................16
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1. Kesimpulan................................................................................................20
2
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
KATA PENGANTAR
3
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri menonjol negara demokrasi adalah adanya
kebebasan untuk berekspresi. Kebebasan berekspresi dapat terwujud dalam
berbagai bentuk, seperti berkesenian, menyampaikan protes, atau
menyebarkan gagasan melalui media cetak. Media ekspresi dan
penyebarluasan gagasan yang banyak dikenal masyarakat adalah pers.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, dunia pers
tidaklah asing. Jauh sebelum Indonesia merdeka, awal kemunculan pers
merupakan alat perjuangan bagi seluruh komponen masyarakat Indonesia
dalam menyampaikan aspirasinya guna mencapai proklamasi kemerdekaan.
Paska-Proklamasi kemerdekaan 1945, peranan pers sangat besar sebagai alat
perjuangan dalam rangka menyebarluaskan informasi atau berita-berita ke
seluruh pelosok daerah Indonesia bahkan penjuru dunia. dalam
perkembangannya di Indonesia, dunia pers pernah mengalami pasang surut
baik di era Liberal, Orde Lama, Orde Baru maupun Era Reformasi. Pada
kehidupan masyarakat demokratis, salah satu peranan penting pers adalah
sebagai penggerak prakarsa masyarakat, memperkenalkan usaha-usahanya
sendiri, dan menemukan potensi-potensinya yang kreatif dalam usaha
memperbaiki perikehidupannya.
Pers juga mengemban misi sebagai salah satu alat kontrol sosial
terhadap pemerintah, telah mampu memberikan kontribusi guna melakukan
koreksi dan perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan pemerintahan. Oleh
sebab itu, agar tidak terjadi pemberitaan yang menjurus fitnah, setiap insane
pers telah dibekali Kode Etik Profesi Wartawan Indonesia yang harus
dipatuhi. Kode Etik mencakup : 1. Kepribadian Wartawan Indonesia, 2.
Pertanggung Jawaban, 3. Cara Pemberitaan dan Menyatakan Pendapat, 4.
Pelanggaran Hak Jawab, 5. Sumber berita, 6. Kekuatan Kode Etik, dan 7.
Pengawasan Penataan Kode Etik.
4
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Era globalisasi dewasa ini telah memberi peranan yang lebih besar
kepada dunia pers dalam menggalang prakarsa dan kreativitas warga
masyarakat melalui berbagai infrastruktur teknologi informasi. Dunia pers
dalam perspektif demokrasi telah menemukan jati diri dan dan kebebasannya
yang mampu menembus batas-batas Negara baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, hokum, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, memasuki era globalisasi kita sebagai masyarakat demokrasi harus
dapat mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.
Dengan alasan tersebut tugas makalah ini tercipta. Sehingga
membuat kami terus berusaha dan bekerja keras sebagai siswa dan generasi
muda untuk menciptakan karya-karya yang kreatif agar bisa diterima oleh
semu orang serta melalui tugas ini kami berharap teman-teman dan para
pembaca lainnya dapat menerima tugas kami ini dengan baik dan selalu
memberikan dorongan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
5
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
1.2. STANDAR KOMPETENSI
1.2.1. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.
6
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan pers di
Indonesia.
7
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia
merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua,
pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan
bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang
asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga masyarakat
lainnya
8
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
jaminan bagi mutu tulisannya, dan tulisan itu dijadikan pedoman
bagi pembaca-pembacanya yang setia. Bahkan pengaruh seorang
kolumnis kadang-kadang sampai sedemikian besarnya, sehingga
sebagai perseorangan ia mampu mempengaruhi kebijaksanaan
politik pemerintahnya.
9
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
2.1.2. Fungsi Pers
Adalah sebagai “watchdog” atau pemberi isyarat, pemberi
tanda-tanda dni, pembentuk opini dan pengarah agenda ke depan.
10
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
b. Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi Liberal (1945-1959)
Pada tahun 1946 pemerintah mulai membina hubungan
dengan pers dengan merancang aturan-aturan tetapi karena
masih mendapat gangguan Belanda maka RUU ini tidak kelar-
kelar, baru pada tahun 1949 Indonesia mendapat kedaulatan
pembenahan dibidang pers dilanjutkan kembali dan pers yang
ada di desa dan kota bersatu kembali. Komite Nasional Pusat
melakukan sidang pleno VI di Yogya pada tanggal 7 Desember
1949, yang pada dasarnya permerintah RI memperjuangkan
pelaksanaan kebebasan pers nasional, yang mencakup
perlindungan pers, pemberian fasilitas yang dibutuhkan pers &
mengakui kantor berita Antara sebagai kantor beritanasional
yang patut memperoleh fasilitas dan perlindungan. 15 Maret
1950 dibentuk panitia pers dan penyediaan bahanbahan dan
halaman pers ditambah serta diberi kesempatan untuk
memperdalam jurnalistik sehingga iklim pers saat ini tumbuh
dengan baik terbukti dengan bertambahnya surat kabar
berbahasa Indonesia, Cina dan Belanda dari 70 menjadi 101
buah dalam kurun waktu 4 tahun setelah 1949.
11
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
d. Perkembangan Pers Pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini pembredelan dan pengekangan terhadap
pers semakin parah tercatat ada 102 kali pembredelan yaitu
tahun 1972 50x, tahun 1972 40x, serta 12 penerbitan dibredel
terkait peristiwa malari tanggal 15 Januari 1974. Pada saat itu
Departemen penerangan seolah-olah menjadi pengawas di
Indonesia yang mengharuskan SIT atau SIUPP bagi setiap surat
kabar yang ada. Koran Detik, Tempo dan Editor menjadi
fenomena terakhir dari sejarah pers yang dibredel yaitu tahun
1994.
e. Perkembangan Pers Pada Era Reformasi (1998-sekarang)
Pada tanggal 5 Juni 1998, kabinet reformasi di bawah
presiden B.j.Habibie meninjau dan mencabut permenpen
No.01/1984 tentang SIUPP melalui permenpen No.01/1998
kemudian mereformasi UU pers lama dengan UU yang baru
dengan UU No.40 tahun 1999 tentang kemerdekaan pers dan
kebebasan wartawan dalam memilih organisasi pers.
12
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pasal 6 UU pers No 40 tahun 1999 tentang peranana pers
mengatakan :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui,
2. Menegakan nilai-nilai demokrasi, mendorong penegakan supremasi
hukum dan HAM, menghormati pluralism/kebhinekaan,
3. Mnengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat & benar,
4. Melakukan pengawasan ktiris, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum,
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
13
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
7. Jurnalis menghormati hak narasumber untuk member informasi,
off the record dan embargo.
8. Jurnalis segera meralaat setiap pemberitaan yang diketahui tidak
akurat.
9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial
identitas korban kejahatan seksual dan pelaku tindak pidana
dibawah umur.
10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan,
diskriminasi SARA, bangsa, politik, kecacatan dan latar belakang
sosial lain yang negatif.
11. Jurnalisme menghormati privasi kecuali hal yang merugikan
masyarakat.
12. Jurnalisme tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan,
kekejaman, kekerasan dan seksual.
13. Jurnalisme tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimiliki
untuk mencari keuntungan pribadi.
14. Jurnalisme tidak dibenarkan menerima sogokan.
15. Jurnalisme tidak dibenarkan menjiplak.
16. Jurnalisme menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
17. Jurnalisme menolak campur tangan pihak lain mengenai hal di
atas.
18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan
oleh Majelis kode etik.
Pasal 1
WI Berimtak kepada Tuhan YME, berjiwa Pancasila, taat pada UUD
1945, kesatria, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan
lingkungannya, mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara serta
terpecaya dalam mengemban profesinya.
14
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pasal 2
WI dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana
mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan berita, tulisan atau
gambar yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara
agama.
Pasal 3
WI tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang menyesatkan,
memutar balikan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis dan sensasi
berlebihan.
Pasal 4
WI tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan
berita/tulisan/gambar yang dapat menguntungkan/merugikan
seseorang/pihak.
Dan seterusnya . . .
15
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
2.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan
kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di
Indonesia.
1. Kebebasan Pers
Kebebasan pers berarti kekebalan media komunikasi meliputi
surat kabar, buku, majalah, radio dan televisi dari control/sensor
pemerintah. Kebebasan pers dianggap sebagai hal yang fundamental
dalam hak-hak individu, tanpa media yang bebas masyrakat &
pemerintah yang demokratis tidak mungkin terwujud. Melalui pengakuan
atas hak untuk berseberangan pendapat, pemerintah demokratis
mendorong perubahan politik dan sosial yang damai dan tertib.
Pembubaran Departemen Penerangan dan hilangnya SIUPP menandai
sebuah perubahan besar dalam dunia pers Indonesia. Salah saut
indikasinya adlah bertambahnya jumlah media masa baik media cetak,
radio maupun televisi. Meskipun kebebasan pers membawa sisi negative
seperti mengekspos pornografi & pornoaksi yang bertentangan dengan
nilai norma yang ada di masyarakat.
16
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
5. Memenuhi janji
6. Menghargai setiap sumber
7. Menghargai orang (menjaga kehormatan, kehidupan pribadi &
kemandirian)
8. Jujur
9. Menghargai publik unuk mengetahui semua hal.
17
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pemerintah RI dan DPR membuat UU No.32 Tahun 2002 tentang
penyiaran. Dengan UU tersebut penyiaran berfungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, control dan perekat sosial.
Serta UU tersebut juga menyerahkan pengaturan penyiaran kepada KPI
(Komisi penyiaran Indonesia) untuk mengontrol penyiaran yang dilakukan
media yang ada di Indonesia.
18
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
juga lemahnya penguasaan bibliografi (usaha mengetahui buku) apa
saja yang pernah diterbitkan, perpustakaan yang memilikinya yang
bagipemerintah kita tidak mungkin dilakukan sebab tidak ada UU
wajib simpankarya cetak (UU Deposit) yang mewajibkan setiap
penerbit mengirimkan contoh terbitannya (biasanya 2 eksemplar) ke
perpustakaan yang ditunjuk (biasanyaperpustakaan nasional).
Saat ini tidak ada satu negara pun di dunia yang terang-terangan
menyebutkan sensor sebagai kebijakan resmi pemerintah. Hal ini
terlihat dari konvenan dan deklarasi yang telah disahkan mengenai
kebebasan dan HAM seperti :
1. Piagam PBB (1945)
2. DUHAM PBB (1948)
3. Konvenan Hak-hak politik dan sipil PBB (1966)
4. Konvenan tentang Hak-hak ekonomi dan Sosbudb (1966)
5. Konvenan HAM Eropa (1953)
6. Akta Final Helsinki (1975)
7. Konvenan HAM Amerika (1978).
19
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif,
legislatif dan yudikatif. pers sebagai kontrol atas ketiga pilar itu dan
melandasi kinerjanya dengan check and balance. untuk dapat melakukan
peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan
informasi publik secara jujur dan berimbang. disamping itu pula untuk
menegakkan pilar keempat ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme dan
politik. pers yang tidak sekedar mendukung kepentingan pemilik modal
dan melanggengkan kekuasaan politik tanpa mempertimbangkan
kepentingan masyarakat yang lebih besar.
20
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3