Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN JUDUL

PERANAN PERS
DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI

Anggota Kelompok :
Lolyta Zullva Triselinda C. (11)
M. Hendrianto Andi Pradana (12)
Putra Aji Pamungkas (21)
Pratama Wahyu (29)
Abdan Arsyad (30)
Teza Dwi A. (34)

UPT SMA NEGERI 2 PASURUAN


TAHUN AJARAN 2011/2012

1
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................4
1.2. STANDAR KOMPETENSI.........................................................................6
1.2.1. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.................6
1.3. KOMPETENSI DASAR..............................................................................6
1.3.1. Mendeskripsikan pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan
pers di Indonesia.................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
2.1. Pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan pers di Indonesia..........7
2.1.1. Pengertian Pers...................................................................................7
2.1.2. Fungsi Pers.......................................................................................10
2.1.3. Peran serta perkembangan pers di Indonesia...................................10
2.2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai kode etik
jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia..............................12
2.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan
media massa dalam masyarakat demokratis di Indonesia..........................16
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1. Kesimpulan................................................................................................20

2
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur semoga selalu tetap tercurahkan kepada


ALLAH SWT karena atas limpahan rakhmad serta hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Pelajaran PKN untuk
membuat sebuah makalah tentang Peranan Pers Dalam Kehidupan
Masyarakat Demokrasi dengan mudah dan lancar. Laporan Tugas
Mata Pelajaran PKN ini kami susun untuk memenuhi tugas semester
Genap. Pada kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Muhammad Yunus S.Pd selaku guru pembimbing mata
pelajaran PKN.
2. Orang tua kami yang memberikan dukungan baik secara
materi maupun nonmateri.
3. Teman-teman yang membantu pelaksanaan kegiatan.
4. Serta semua pihak yang turut membantu melancarkan dalam
pelaksanaan tugas kami ini

Apabila dalam penyusunan tugas ini terdapat kesalahan kata-kata


kami mohon maaf karena sebagai makhluk tuhan yang tak sempurna
pasti memiliki kekurangan.Kami juga mengharapkan semoga tugas
yang kami susun sedemikian rupa dapat memberi manfaat yang
berguna bagi para pembaca.

Pasuruan, Januari 2012


Penyusun

3
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri menonjol negara demokrasi adalah adanya
kebebasan untuk berekspresi. Kebebasan berekspresi dapat terwujud dalam
berbagai bentuk, seperti berkesenian, menyampaikan protes, atau
menyebarkan gagasan melalui media cetak. Media ekspresi dan
penyebarluasan gagasan yang banyak dikenal masyarakat adalah pers.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, dunia pers
tidaklah asing. Jauh sebelum Indonesia merdeka, awal kemunculan pers
merupakan alat perjuangan bagi seluruh komponen masyarakat Indonesia
dalam menyampaikan aspirasinya guna mencapai proklamasi kemerdekaan.
Paska-Proklamasi kemerdekaan 1945, peranan pers sangat besar sebagai alat
perjuangan dalam rangka menyebarluaskan informasi atau berita-berita ke
seluruh pelosok daerah Indonesia bahkan penjuru dunia. dalam
perkembangannya di Indonesia, dunia pers pernah mengalami pasang surut
baik di era Liberal, Orde Lama, Orde Baru maupun Era Reformasi. Pada
kehidupan masyarakat demokratis, salah satu peranan penting pers adalah
sebagai penggerak prakarsa masyarakat, memperkenalkan usaha-usahanya
sendiri, dan menemukan potensi-potensinya yang kreatif dalam usaha
memperbaiki perikehidupannya.
Pers juga mengemban misi sebagai salah satu alat kontrol sosial
terhadap pemerintah, telah mampu memberikan kontribusi guna melakukan
koreksi dan perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan pemerintahan. Oleh
sebab itu, agar tidak terjadi pemberitaan yang menjurus fitnah, setiap insane
pers telah dibekali Kode Etik Profesi Wartawan Indonesia yang harus
dipatuhi. Kode Etik mencakup : 1. Kepribadian Wartawan Indonesia, 2.
Pertanggung Jawaban, 3. Cara Pemberitaan dan Menyatakan Pendapat, 4.
Pelanggaran Hak Jawab, 5. Sumber berita, 6. Kekuatan Kode Etik, dan 7.
Pengawasan Penataan Kode Etik.

4
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Era globalisasi dewasa ini telah memberi peranan yang lebih besar
kepada dunia pers dalam menggalang prakarsa dan kreativitas warga
masyarakat melalui berbagai infrastruktur teknologi informasi. Dunia pers
dalam perspektif demokrasi telah menemukan jati diri dan dan kebebasannya
yang mampu menembus batas-batas Negara baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, hokum, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, memasuki era globalisasi kita sebagai masyarakat demokrasi harus
dapat mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.
Dengan alasan tersebut tugas makalah ini tercipta. Sehingga
membuat kami terus berusaha dan bekerja keras sebagai siswa dan generasi
muda untuk menciptakan karya-karya yang kreatif agar bisa diterima oleh
semu orang serta melalui tugas ini kami berharap teman-teman dan para
pembaca lainnya dapat menerima tugas kami ini dengan baik dan selalu
memberikan dorongan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

5
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
1.2. STANDAR KOMPETENSI
1.2.1. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

1.3. KOMPETENSI DASAR


1.3.1. Mendeskripsikan pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan
pers di Indonesia.
1.3.2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai kode
etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia.
1.3.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan
kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di Indonesia.

6
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian, fungsi, dan peran serta perkembangan pers di
Indonesia.

2.1.1. Pengertian Pers


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pers adalah usaha
percetakan dan penerbitan usaha pengumpulan dan penyiaran berita
melalui surat kabar, majalah dan radio, orang yang bergerak dalam
penyiaran berita, medium penyiaran berita, seperti surat kabar,
majalah, radio, televisi atau film.

Pers (press) atau jurnalisme adalah proses pengumpulan,


evaluasi dan distribusi berita kepada public. Sedangkan Kantor
Berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media
elektronik atau media lainnya serta masyarakat umum dalam
memperoleh informasi.

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian,


yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit.
Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi
massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/
menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan
seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal
adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers.
Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk
penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar
harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya
yang dikenal sebagai media cetak.

7
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia
merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua,
pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan
bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang
asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga masyarakat
lainnya

Pers sebagai Medium Komunikasi


Ditinjau dari kerangka proses komunikasi, pers tidak lain
adalah medium (perantara) atau saluran (channel) bagi pernyataan-
pernyataan yang oleh penyampainya ditujukan kepada penerima
yaitu khalayak. Dalam proses komunikasi melalui media terdapat 5
unsur atau komponen yang terlibat, yaitu (1) penyampai, (2) pesan,
(3) saluran, (4) penerima, (5) efek. Pers hanya sebagai saluran bagi
pernyataan umum. Yang bertindak sebagai penyampai bukan
individu biasa seperti yang terdapat dalam komunikasi tatap muka,
melainkan individu yang bekerja pada surat kabar, majalah, studio
radio, televisi, dan sebagainya. Dalam penyampaian pernyataan
tersebut ia tidak bertindak sebagai individu biasa, melainkan sebagai
bagian atau mewakili media massa. Jadi ia sendiri tidak
menampilkan atau mencantumkan namanya, seperti lazimnya dalam
media massa. Ia adalah orang yang anonim.

Wilbur Schramm menyebutnya sebagai institutionalized


person. Sekalipun harus diakui bahwa tidak semua individu bekerja
secara anonim, sebab ada juga orang yang bekerja pada
persuratkabaran secara terang-terangan, misalnya seorang kolumnis.
Ia adalah orang yang secara periodik dengan menyebutkan atau
menuliskan namanya dalam penyelenggaraan suatu rubrik tertentu.
Seorang kolumnis dapat juga digolongkan sebagai opinion leader
atau pembentuk pendapat umum. Karena namanya sudah merupakan

8
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
jaminan bagi mutu tulisannya, dan tulisan itu dijadikan pedoman
bagi pembaca-pembacanya yang setia. Bahkan pengaruh seorang
kolumnis kadang-kadang sampai sedemikian besarnya, sehingga
sebagai perseorangan ia mampu mempengaruhi kebijaksanaan
politik pemerintahnya.

Pers sebagai Lembaga Masyarakat


Pers sebagai subsistem dari sistem sosial selalu tergantung
dan berkaitan erat dengan masyarakat dimana ia berada. Kenyataan
ini mempunyai arti bahwa di manapun pers itu berada,
membutuhkan masyarakat sebagai sasaran penyebaran informasi
atau pemberitaannya. Pers lahir untuk memenuhi keperluan
masyarakat akan informasi secara terus menerus mengenai kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa besar atau kecil yang terjadi di
dalam masyarakat.

Peranan dan fungsi pers selain melakukan pemberitaan yang


obyektif kepada masyarakat, juga berperan dalam pembentukan
pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan
kesadaran politik rakyat dan dalam menegakkan disiplin nasional.
Peranan pers dan media massa lainnya yang paling pokok dalam
pembangunan adalah sebagai agen perubahan. Letak peranannya
adalah dalam membantu mempercepat proses peralihan masyarakat
tradisional menjadi masyarakat modern.

9
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
2.1.2. Fungsi Pers
Adalah sebagai “watchdog” atau pemberi isyarat, pemberi
tanda-tanda dni, pembentuk opini dan pengarah agenda ke depan.

2.1.3. Peran serta perkembangan pers di Indonesia


Sejarah pers di Indonesia baru dimulai pada abad ke 20
ketika Rd. Mas Tirto Adhi Surjo menerbitkan mingguan Soenda
Berita pada 17 Agustus 1903. Pada 1 Januari tahun 1907 Tirto dkk
menerbitkan mingguan medan Prijaji dan sering mengkritik korupsi
serta pemborosan terhadap pejabat belanda maupun pribumi,
akibatnya dia sering dipenjara. Setelah merdeka harian Mas Tirto
yaitu Indonesia Merdeka yang dipimpin Mochtar Lubis sering
berbenturan dengan kebijakan politik dan penyelewengan-
penyelewengan pemerintah bahkan pada tahun 1954 Presiden
Soekarno pernah dikritiknya.
Dr.H.Krisna Harapap membagi perkembangan
kemerdekaan pers dalam 5 periode, yaitu :
a. Perkembangan Pers Pada Era Colonial
Seperti dikemukakan di atas pers pada masa ini sering
mengkritik pemerintah kolonial sehingga pembredelan dan
ancaman hukuman terhadap pers acap kali terjadi, setelah
proklamasi terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang
termasuk pers seperti : Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja
(Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang). Pada bulan September
1945 pers RI makin kuat dengan ditandai terbitnya Soeara
Mrdeka, Berita Indonesia, Warta Indonesia dan The Voice of
free Indonesia. Pada saat agresi militer Belanda pers terbagi 2
yaitu yang terbit di kota dan desa, yang di kota sering
mengalami pembredelan dari pihak Belanda seperti Waspada,
Merdeka dan Mimbar umum sedangkan yang di desa antara lain
Suara Rakyat, Api Rakyat, Patriot dan Penghela Rakyat serta
menara.

10
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
b. Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi Liberal (1945-1959)
Pada tahun 1946 pemerintah mulai membina hubungan
dengan pers dengan merancang aturan-aturan tetapi karena
masih mendapat gangguan Belanda maka RUU ini tidak kelar-
kelar, baru pada tahun 1949 Indonesia mendapat kedaulatan
pembenahan dibidang pers dilanjutkan kembali dan pers yang
ada di desa dan kota bersatu kembali. Komite Nasional Pusat
melakukan sidang pleno VI di Yogya pada tanggal 7 Desember
1949, yang pada dasarnya permerintah RI memperjuangkan
pelaksanaan kebebasan pers nasional, yang mencakup
perlindungan pers, pemberian fasilitas yang dibutuhkan pers &
mengakui kantor berita Antara sebagai kantor beritanasional
yang patut memperoleh fasilitas dan perlindungan. 15 Maret
1950 dibentuk panitia pers dan penyediaan bahanbahan dan
halaman pers ditambah serta diberi kesempatan untuk
memperdalam jurnalistik sehingga iklim pers saat ini tumbuh
dengan baik terbukti dengan bertambahnya surat kabar
berbahasa Indonesia, Cina dan Belanda dari 70 menjadi 101
buah dalam kurun waktu 4 tahun setelah 1949.

c. Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi Terpimpin (1959-


1966)
Era ini kebijakan pemerintah berpedoman pada peraturan
penguasa perang tertinggi (peperti) No.10/1960 & penpres
No.6/1963 yang menegaskan kembali perlunya izin tertib bagi
setiap surat kabar & majalah dan pada tanggal 24 Februari 1965
pemerintah melakukan pembredelan secara masal ada 28 surat
kabar di Jakarta dan daerah dilarang tertib serentak.

11
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
d. Perkembangan Pers Pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini pembredelan dan pengekangan terhadap
pers semakin parah tercatat ada 102 kali pembredelan yaitu
tahun 1972 50x, tahun 1972 40x, serta 12 penerbitan dibredel
terkait peristiwa malari tanggal 15 Januari 1974. Pada saat itu
Departemen penerangan seolah-olah menjadi pengawas di
Indonesia yang mengharuskan SIT atau SIUPP bagi setiap surat
kabar yang ada. Koran Detik, Tempo dan Editor menjadi
fenomena terakhir dari sejarah pers yang dibredel yaitu tahun
1994.
e. Perkembangan Pers Pada Era Reformasi (1998-sekarang)
Pada tanggal 5 Juni 1998, kabinet reformasi di bawah
presiden B.j.Habibie meninjau dan mencabut permenpen
No.01/1984 tentang SIUPP melalui permenpen No.01/1998
kemudian mereformasi UU pers lama dengan UU yang baru
dengan UU No.40 tahun 1999 tentang kemerdekaan pers dan
kebebasan wartawan dalam memilih organisasi pers.

2.2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai


kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di
Indonesia.

Peranan pers adalah memberi informasi yang benar kepada publik


tentang suatu peristiwa, pers adalah media yang dapat dengan bebas
menginvestigasi jalannya pemerintahan dan melaporkan tanpa takut adanya
penuntutan. Dalam masyarakat demokratis, rakyat bergantung pada pers
untuk memberantas korupsi, memaparkan kesalahan penerapan kukum serta
ketidak efisienan dan ketidak efektifan kerja sebuah lembaga pemerintah.
Negara demokrasi ditandai adanya pers bebas, sedangkan kediktatoran
penguasa ditandai adanya pembungkaman/pembredelan media masa.

12
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pasal 6 UU pers No 40 tahun 1999 tentang peranana pers
mengatakan :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui,
2. Menegakan nilai-nilai demokrasi, mendorong penegakan supremasi
hukum dan HAM, menghormati pluralism/kebhinekaan,
3. Mnengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat & benar,
4. Melakukan pengawasan ktiris, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum,
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

1. Kode Etik Pers


Dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik wartawan penyiaran
tunduk kepada kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, kalau pemberitaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
maka meskipun bersinggungan dengan yang punya kekuasaan tetap akan
selamat, meskipun ada juga yang tersandung tempok kokoh penguasa
terbukti banyak kasus-kasus besar terbongkar seperti : skandal Watergate,
Bank Century, Perang Vietnam dll.

a. Kode etik AJI (Analisi jurnalis Independen) mengatakan :


1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar.
2. Jurnalis selalu mempertahankan prinsip kebebasan berimbang
dalam peliputan.
3. Jurnalis member tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya &
kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
4. Jurnalis hanya melaporkan fakta & pendapat yang jelas sumbernya.
5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu
diketahui masyarakat.
6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh
berita, foto dan dokumen.

13
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
7. Jurnalis menghormati hak narasumber untuk member informasi,
off the record dan embargo.
8. Jurnalis segera meralaat setiap pemberitaan yang diketahui tidak
akurat.
9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial
identitas korban kejahatan seksual dan pelaku tindak pidana
dibawah umur.
10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan,
diskriminasi SARA, bangsa, politik, kecacatan dan latar belakang
sosial lain yang negatif.
11. Jurnalisme menghormati privasi kecuali hal yang merugikan
masyarakat.
12. Jurnalisme tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan,
kekejaman, kekerasan dan seksual.
13. Jurnalisme tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimiliki
untuk mencari keuntungan pribadi.
14. Jurnalisme tidak dibenarkan menerima sogokan.
15. Jurnalisme tidak dibenarkan menjiplak.
16. Jurnalisme menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.
17. Jurnalisme menolak campur tangan pihak lain mengenai hal di
atas.
18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan
oleh Majelis kode etik.

b. Kode etik pers PWI


Kepribadian dan Integritas

Pasal 1
WI Berimtak kepada Tuhan YME, berjiwa Pancasila, taat pada UUD
1945, kesatria, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan
lingkungannya, mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara serta
terpecaya dalam mengemban profesinya.

14
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pasal 2
WI dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana
mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan berita, tulisan atau
gambar yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara
agama.

Pasal 3
WI tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang menyesatkan,
memutar balikan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis dan sensasi
berlebihan.

Pasal 4
WI tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan
berita/tulisan/gambar yang dapat menguntungkan/merugikan
seseorang/pihak.

Dan seterusnya . . .

15
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
2.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan
kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di
Indonesia.

1. Kebebasan Pers
Kebebasan pers berarti kekebalan media komunikasi meliputi
surat kabar, buku, majalah, radio dan televisi dari control/sensor
pemerintah. Kebebasan pers dianggap sebagai hal yang fundamental
dalam hak-hak individu, tanpa media yang bebas masyrakat &
pemerintah yang demokratis tidak mungkin terwujud. Melalui pengakuan
atas hak untuk berseberangan pendapat, pemerintah demokratis
mendorong perubahan politik dan sosial yang damai dan tertib.
Pembubaran Departemen Penerangan dan hilangnya SIUPP menandai
sebuah perubahan besar dalam dunia pers Indonesia. Salah saut
indikasinya adlah bertambahnya jumlah media masa baik media cetak,
radio maupun televisi. Meskipun kebebasan pers membawa sisi negative
seperti mengekspos pornografi & pornoaksi yang bertentangan dengan
nilai norma yang ada di masyarakat.

Menurut Rommy Sugiantoro dalam etika ada 2 faktor yang


berperan yaitu norma & nilai norma, perilaku etis yang kongkret
merupakan penggabungan 2 hal tersebut. Namun yang dapat mengontrol
etika pers adalah masyarakat sendiri.Menurut teori tanggung jawab sosial
pers, pers yang etis bukan hanya memanfaatkan hak publik untuk
mengetahui tetapi juga menunjukan tanggung jawab atas pemberitaannya
terhadap publik. Etika yng harus dimiliki seorang jurnalis minimal sama
dengan 9 prinsip sosial yang dimiliki profesi kemasyarakatan seperti :

1. Jangan sampai menghilangkan nyawa orang lain


2. Meminimalisi kerugian
3. Bersikap adil (pemberitaan yang adil)
4. Membantu mereka yang perlu perhatian segera

16
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
5. Memenuhi janji
6. Menghargai setiap sumber
7. Menghargai orang (menjaga kehormatan, kehidupan pribadi &
kemandirian)
8. Jujur
9. Menghargai publik unuk mengetahui semua hal.

Melayani kepentingan umum juga merupakan prinsip yang harus


dimiliki seorang jurnalis. Wartawan bertugas menjaga kelangsungan pers
bebas, terus menggugat akuntabilitas kekuasaan, menghindari terjadinya
kepanikan, menyuarakan mereka yang tidak mampu bersuara, mendidik
masyarakat untuk mengatasi krisis.

2. Dampak Kebebasan Pers


Salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan pers, dengan bebasnya
pers menyapaikan informasi selain ada positif juga ada negativenya
disamping berdampak juga terhadap insan dan lembaga pers itu sendiri
seperti penyerangan, pengusiran, intimidasi, pembredelan yang sampai
dengan tuntutan hukum.

Tindakan yang menjamin keterbukaan informasi


1. UU yang menjamin keterbukaan informasi
2. Meniadakan sensor politik
3. Standar profesi yang lebih tinggi para wartawan
4. Penetapan standar profesi, indepedensi & tanggung jawab
5. Penyesuaian ketentuan untuk pers bebas dan masyarakat umum
6. Fair dalam permberitaan terhadap penguasa
Jaminan kebebasan pers di Indonesia tertuang dalam:
1. UU No.40 Tahun 1999 tentang pers dan kode etik jurnalistik PWI
dan AJI
2. UU No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran.

17
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
Pemerintah RI dan DPR membuat UU No.32 Tahun 2002 tentang
penyiaran. Dengan UU tersebut penyiaran berfungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, control dan perekat sosial.
Serta UU tersebut juga menyerahkan pengaturan penyiaran kepada KPI
(Komisi penyiaran Indonesia) untuk mengontrol penyiaran yang dilakukan
media yang ada di Indonesia.

c. Penyalahgunaan Kebebasan Pers Dalam Masyarakat Demokratis di


Indonesia
Beban tugas pers sangat besar sehingga diperlukan tanggung
jawab yang berasal dari pengelola pers, pemilik dan para wartawannya.
Saat ini suara masyarakat terhadap pers bertambah keras dan kritis
kalau terjadi pemberitaan atau tingkah laku insane pers yang tidak
proporsional jadi sudah seharusnya pers tidak mengabaikan kritik dan
protes masyarakat dengan melakukan reflexi dan koreksi kedalam.
Pertanggung jawaban pers diberikan secara hukum. Dalam KUHP
(pernah dikumpulkan oleh Menpen Moh. Yunus dalam buku biru
tahun 1998), terkumpul pasal-pasal pidana yang bias menjerat peras,
diantaranya menyangkut pencemaran nama baik, menyebarkan rasa
permusuhan dan penghinaan. Pertanggung jawaban lainnya adalah
pertanggung jawaban wartawan, pemilik dan pengelola pers yang
disebut pertanggung jawaban etika. Oleh karena itu yang namanya
control tetap diperlukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

Kontrol yang paling umum di dunia adalah dengan sensor dan di


Indonesia selain sensor ada Depen, UU pers, penerbitan SIUPP hingga
yang ekstrim pembredelan. Secara umum ada 5 ada 5 mengapa buku,
majalah atau koran dilarang beredar dikita, yaitu 1.Alasan Politik
2.Alasan Agama 3.Alasan Ras 4.Alasan Pornografi 5.Alasan
Penerbitan dalamm aksara asing. Salah satu kelemahan pemerintah kita
adalah tidak adanya koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah
dalam mengambil kebijakan pelarangan buku atau pers disamping itu

18
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
juga lemahnya penguasaan bibliografi (usaha mengetahui buku) apa
saja yang pernah diterbitkan, perpustakaan yang memilikinya yang
bagipemerintah kita tidak mungkin dilakukan sebab tidak ada UU
wajib simpankarya cetak (UU Deposit) yang mewajibkan setiap
penerbit mengirimkan contoh terbitannya (biasanya 2 eksemplar) ke
perpustakaan yang ditunjuk (biasanyaperpustakaan nasional).

Saat ini tidak ada satu negara pun di dunia yang terang-terangan
menyebutkan sensor sebagai kebijakan resmi pemerintah. Hal ini
terlihat dari konvenan dan deklarasi yang telah disahkan mengenai
kebebasan dan HAM seperti :
1. Piagam PBB (1945)
2. DUHAM PBB (1948)
3. Konvenan Hak-hak politik dan sipil PBB (1966)
4. Konvenan tentang Hak-hak ekonomi dan Sosbudb (1966)
5. Konvenan HAM Eropa (1953)
6. Akta Final Helsinki (1975)
7. Konvenan HAM Amerika (1978).

19
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif,
legislatif dan yudikatif. pers sebagai kontrol atas ketiga pilar itu dan
melandasi kinerjanya dengan check and balance. untuk dapat melakukan
peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan
informasi publik secara jujur dan berimbang. disamping itu pula untuk
menegakkan pilar keempat ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme dan
politik. pers yang tidak sekedar mendukung kepentingan pemilik modal
dan melanggengkan kekuasaan politik tanpa mempertimbangkan
kepentingan masyarakat yang lebih besar.

20
ABDAN ARSYAD DKK
XII IPA 3

Anda mungkin juga menyukai