Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN RETENSI URIN PADA TN.

K DI RUANGAN
IGD DR.R SOEHARSONO BANJARMASIN

PRAKTIK KMB I MINGGU PERTAMA

NAMA : JUWANTO

NIM : 11409719019

PEMBIMBING AKADEMIK :

TRI MAWARNI , S.Kep.Ners., M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI / TANJUNGPURA

BANJARMASIN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
DENGAN GANGGUAN RETENSI URIN DI RUANGAN IDG DR.R.SOEHARSONO
BANJARMASIN, TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING AKADEMIK.

Banjarmasin, Desember 2020

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Tri Mawarni S.Kep.,Ns,M.Kep Juwanto


NIDN. NIM. 11409719019
I. Konsep Teori
A. Definisi
Retensi urine, pengosongan inkomplet kandung kemih, dapat menyebabkan
distensi berlebihan pada kandung kemih, kontraktilitasbotot detrusor buruk,
dan ketidak mampuan berkemih. Jika masalah menetap, dapat terjadi
hodroureter dan hidronefrosis.[ CITATION Pri18 \l 1033 ]
Retensi Urin adalah Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
[ CITATION PPN17 \l 1033 ]

B. Anatomi dan Fisiologi


Normalnya, pengosongan kandung kemih dikendalikan oleh interaksi tonus
otot dan system saraf otonom.Sympathetic nervous system (SNS
merelakskan otot destrusor, membiarkan kandung kemih terisi urine.Sfingter
interna, perpanjangan itit destrusor, tetap menutup selama pengisian
.Tekanan dalam kandung kemih tetap rendah selama pengisian, berlawanan
dengan tekanan uretra dan sfingter yang tinggi. Otot volunter sfingter
eksterna dan dasar panggul membantu mempertahankan tekanan tinggi ini.
Ketika kandung kemih berisi 150 sampai 350 mL urine, sinyal dari reseptor
regang dalam dinding kandung kemih dikirimkan ke medulla spinalis dan
korteks serebral. Pengosongan kandung kemih reflekksif dapat dihambat
secara sadar. Selama mikturisi (pengosongan kandung kemih), stimulasi
parasimpatis menyebabkan otot detrusor fundus kandung kemih
berkontraksi, dan membuka sfingter interna. Sfingter eksterna kemudian
mengendur, membiarkan urine mengalir keluar.
Sumber gambar:https://3.bp.blogspot.com/

C. Etiologi
Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar
prostat,kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan
atau gangguan kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma,
melahirkan atau gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang,
multiple sclerosis dan parkinson). .Beberapa pengobatan dapat
menyebabkan retensi urine baik dengan menghambat kontraksi kandung
kemih atau peningkatan resistensikontraksi kandung kemih atau peningkatan
resistensi kandung kemih.
D. Manifestasi
Pasien retensi urine tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan
tuntas. Berkemih terus-menerus atau inkontinensia dapat terjadi, dengan 25
hingga 50mL urine dikeluarkan pada interval sering. Pengkajian
menunjukkan kandung kemih distensi dan tampak tegas yang dapat
bergeser kegaris tengah. Perkusi pada abdomen bawah menunjukkan bunyi
tumpul, yang mencerminkan adanya cairan dalam kandung kemih.
Retensi urine berat yang mengakibatkan distensi kandung kemih merusak
kemampuan sambungan vesiko-ureter untuk mencegah aliran balik urine
kedalam ureter.Refluks urine dari kandung kemih yang distensi menimbulkan
distensi ureter (hydroureter) dan ginjal (Hidronefrosis).Hidronefrosis merusak
fungsi ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal akut.

E. Patofisiologi
Obstruksi mekanis saluran kemih atau masalah fungsional kandung
kemihdapat menyebabkan retensi urin.Hipertrofi prostat jinak (benign
prostatic hypertrophy, BPH) adalah penyebab yang sering terjadi; kesulitan
memulai dan mempertahankan aliran urine merupakan keluhan yang sering
muncul pada pria yang mengalami BPH.Impaksi vekal dapat menjadi faktor
penyebab retensi urine, khususnya pada lansia atau pasien yang
immobilisasi,inflamasi akut akibat infeksi atau trauma kandung kemih, uretra,
atau jaringan periniumjuga dapat mengganggu mikturisi. Jaringan parut akiba
ISK berulang dapat menyebabkan struktur uretra dan obstruksi mekanis.batu
kandung kemih juga dapat menyumbat lubang uretra dan kandung kemih.
Pembedahan, khususnya pembedahan abdomen atau panggul, dapat
mengganggu otot detrusor, menyebabkan retensi urin. Obat juga dapat
mengganggu fungsi otot detrusor. Medikasi antikolinergik seperti
atropine,glikopirolat (Robinul), Propantelin bromide (Pro Banthine),
Skopolamin hidroklorida (Transderm-Scop), dan obat lain dapat
menyebabkan retensi urine akut dan distensi kandung kemih. Banyak
kelompok obat lain mempunyai efek kolinergik dan dapat menyebabkan
retensi urine. Obat-obatan ini diantaranya agen anti ansietas seperti
diazepam (Valium), obat anti depresan dan trisiklik seperti imipramine
(Trofanil), obat antiparkinsonian, agen antipsikosis, dan beberapa obat
sedative/hipnotik.Selain itu, antihistamin yang umum terdapat di obat batuk
bebas, pilek, alergi, dan peningkat tidur mempunyai antikolinergik dan dapat
mengganggu pengosongan kandung kemih.
Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine
adalah sebagai berikut :
1.Pemeriksaan specimen urine.
2.Pengambilan: steril, random, midstream.
3.Pengambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
4.Sistoskopy, IVP

Tabel Urinalitas

NO PEMERIKSAAN NORMAL ABNORMAL


Warna Kekuning-kuningan Merah : Menunjukan
hematuri (kemungikan
obstruksi urin kalkulus,
renalis tumor, kegagalan
ginjal )

Kejernihan Jernih Keruh : Terdapatkotoran,


sendimenbakteri
(infeksiurinaria)

Bobot Jenis 1.003-100351 Biasanyamenunjukan


intake cairan semakin
sedikit iritan cairan
semakin tinggi bobot jenis
Bila bobot jenih tetap
rendah (1.010-1.014) di
duga terdapat penyakit
ginjal.

Protein 0-8 mg/dl Protein uria dapat terjadi


karena diet tinggi protein
dan karena banyak
gerakan (terutama yang
lambat )

Gula 0 Terlihat pada penyakit


renal
Eritrosit 0-4 Cedera jaringan ginjal

Leukosit 0-5 Infeksi saluran kemih

Cast/Silinder 0 Infeksi saluran ginjal,


penyakit renal

PH 4.6-6.8(rata-rata 6.0) Alkali bila dibiarkan atau


pada infeksi saluran
Kemih, tingkat asam
meningkat pada asidosis
tubulusrenalis

Keton 0 Keton uria terjadi karena


kelaparan dan
ketoasidosis diabetic

G. Penatalaksanaan

Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan


ditetapkan berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi
urinnya.
Pilihannya adalah

1. Kateterisasi
2. Dilatasi Urethra dengan boudy
3. Drainase suprapubic

II. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.

2. Keluhan utama
Biasanya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti
nyeri ketika berkemih atau nyeri saat kencing.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri,
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri,
dan kapan keluhan dirasakan.
4. Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien
Pengumpulan Data
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa
nyeri timbul
Tanda : Gelisah
2. Eliminasi
Gejala : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada
awal berkemih, kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali
dngan cara mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.
Tanda : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500
ml/hari, pengeluaran urin sedikit , nampak pemasangan kateter.
3. Makanan/ cairan
Gejala : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh
mual muntah
4. Tanda : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan
Seksualitas
Gejala : penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan
seksual.

5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : klin mengeluh nyeri saatberkemih
Tanda : ekspresi wajah nampak meringis dan tampak
memegang area yang sakit.
6. Integritas ego
Gejala : klien megeluh mengenai penyakitnya
Tanda : klien tampak gelisah
Pengelompokan Data
Data subjektif :
1. Klien mengeluh tidak bisa tidurr dan istirahat
2. Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
3. Klien mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih
4. Klien mengeluhkan kandung kemih nya terasa penuh
5. Klien menglh urinnya keluar sedikit-sedikit
6. Klien mengeluhkan tidak nafsu makan
7. Klien mengeluh mual dan muntah
8. Klien mengeluhkan penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan
seksual
9. Klien mengeluh nyeri pada saat berkemih
10. Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnnya
Data Objektif
1. Gelisah
2. Distensi vesika urinaria
3. Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
4. Penurunan BB , orsi makan tamak tidak di habiskan
5. Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul
6. Nyeri tekan daerah suprapubic
7. Distensi abdomen
8. Tampak engeluran urin sedikit
9. Tampak memegaang area yang sakit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d agen cidera biologis,
2. Gangguan eliminasi urine b/d retensi urine.

C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (Noc)


O Keperawatan Hasil (Nic)
1 Nyeri akut b/d a. Mengenali faktor a. Intervensi:
agen cidera penyebab b. Lakukan pengkajian nyeri
biologis. Mengenali onset secara komprehensif
Definisi: (lamanya sakit) termasuk lokasi, karakteristik,
Sensori yang
b. Menggunakan durasi, frekuensi
tidak
menyenangka metodepen c. Kualitas dan faktor presipitasi
n cegahan d. Observasi reaksi non verbal
Dan c. Menggunakan dari ketidaknyamanan
pengalaman metode non e. Gunakan teknik komunikasi
emosional analgetik untuk terapeutik untuk mengetahui
yang muncul mengurangi nyeri pengalaman nyeri pasien
secara actual d. Menggunakan f. Kaji kultur yang
Atau
Analgetik sesuai mempengaruhi respon nyeri
potensial,keru
sakan jaringan kebutuhan g. Evaluasi pengalaman nyeri
atau e. Mencari bantuan masa lampau
menggambark tenaga h. Evaluasi Bersama pasien dan
an adanya Kesehatan tim kesehatan lain tentang
kerusakan.. f. Melaporkan ketidakefektifan control nyeri
Gejala Pada masa lampau
tenaga i. bantu pasien dan keluarga
Kesehatan untuk mencari dan
g. Menggunakan menemukan dukungan
Sumber-sumber j. kontrol lingkungan yang
yang tersedia dapat mempengaruhi nyeri
h. Mengenali seperti suhu ruangan,
gejala-gejala pencahayaan dan kebisingan
nyeri kurangi faktor presipitasi
i. Mencatat k. Pilih dan lakukan
Pengalaman penanganan nyeri
nyeri l. (Farmakologi, non
farmakologi dan
Melaporkan nyeri interpersonal)
sudah terkontrol
m. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
n. Intervensi ajarkan tentang
teknik non farmakologi

Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri tingkatkan istirahat

2 Gangguan NOC : a. Kaji secara verbal dan


eliminasi urine nonverbal respon klien
b/d retensi a. Symptom terhadap tubuhnya
urine severity b. Kaji ulang frekuensi
b. Urinary mengkritik dirinya
elimination c. Bimbing pasien untuk
mencari penyebab
Kriteriahasil :
perubahan tubuhnya
d. Dorong klien
a. Pengosongan
mengungkapkan
bladder
perasaannya (identifikasi
b. Secara
kebiasaan positif dari
sempurna
kehidupan klien untuk
c. Warna urin
meningkatkan harga diri
dbn
klien)
d. Bau urin dbn
e. Urin terbebas Identifikasi arti pengurangan
dari partikel melalui pemakaian alat bantu
f. Balance (dengan menggunakan
cairaselama 24 kateterakan mengurangi
jam dampak mengompol, tubuh

Urin dapat keluar


tanpa kesakitan
3 Resiko Infeksi 1. Pertahankan 1. Mencegah pemasukan
berhubungan system kateter bakteri dan infeksi
dengan steril, berikan 2. Untuk mengetahui
terpasangnya perawatan hemodinamika pasien
kateter urethra kateter regular
3. Kateter suprapubic
dengan sabun
dan air, berikan meningkatkan resiko infeksi
salep antibiotic yang di indikasikan dengan
disekitar sisi iritema.
kateter.
2. Awasi tanda-
tanda vital,
perhatikan
demam ringan,
menggigil, nadi
dan pernafasan
cepat,gelisah
3. Observasi
kateter sekitar
suprapubic.
Daftar Pustaka
Djamal, Y. (2016). Retrieved from
https://www.academia.edu/37329783/Laporan_Pendahuluan_Retensio_Urine
.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Priscilla LeMone, K. M. (2018). KEPERATAN MEDICAL BEDAH. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai