Anda di halaman 1dari 10

Strategi dan desain pembelajaran pada kurikulum KBK

1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru
bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
2. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama
para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai
strategi pemecahan masalah.
3. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan
mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam
pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar
dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan
bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar,
bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang
lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses
belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik
menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh
balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian
tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan
dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai
tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara
maksimal (belajar tuntas).
5. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun
secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan
pedoman penggunaannya untuk para guru.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar
apa yang harus digunakan.
2. Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan
sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1)
memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan
kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah
diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik
dan dapat diukur.
3. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi
lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing),
simulasi dan berdiskusi.
4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat
menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan
pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
5. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta
didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai
ketuntasan belajar.

6. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-
terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu
diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses
pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam
pengujian hipotesis,
Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap
masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis
ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan
merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.
3. Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa,
terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan
mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data,
menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari :
melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend,
sekuensi, dan keteraturan.
4. Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna
hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
Strategi dan desain pembelajaran pada kurikulum KTSP
A. Pembelajaran Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan
pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;


2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan;
3. Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

B. Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang
dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
1. Kegiatan memfasilitasi;
2. Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry);
3. Kegiatan merangsang bertanya;
4. Kegiatan membentuk komunitas belajar (learning community);
5. Kegiatan pemodelan;
6. Kegiatan mendorong refleksi;
7. Kegiatan penilaian otentik.

C. Pembelajaran Berbasis Masalah


Pendekatan pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan pemecahan masalah yang penting
dan cocok bagi siswa. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan
guru sebagai berikut:
1. Persiapan: menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point)
pembelajaran;
2. Orientasi: menyajikan masalah di kelas dan Memberi kesempatan kepada siswa untuk
memahami situasi atau maksud masalah;
3. Eksplorasi: memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan
strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa;
4. Negosiasi: mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses
dan hasil pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-
tindakan yang dapat diterima kelas.
5. Integrasi: memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah, serta
merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.

D. Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran ini memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja
bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses
belajar satu sama lain. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan teknik-teknik antara lain
sebagai berikut:
1. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division): Siswa berkelompok
mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang,
yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan
sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi
kunci jawaban soal dan meminta diminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru
mengadakan ulangan/kuis.
2. Teknik Susun Gabung (Jigsaw): Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu
bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota
kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
3. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation): Tiap-tiap kelompok
mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada
semua siswa di kelas.
4. Teknik Cari Pasangan: Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu. Tiap kartu berisi
1 bagian materi pelajaran. Kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu
yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu
berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
5. Teknik Tukar Pasangan: Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar
kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari
kelompok semula.
E. Strategi Pembelajaran Terbaik
Strategi pembelajaran yang terbaik adalah mengurangi pendekatan pembelajaran langsung, dan
meningkatkan penggunaan pendekatan-pendekatan pembelajaran kontekstual, berbasis masalah,
dan kooperatif. Kiat-kiat menerapkan strategi tersebut disarankan sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran kontekstual paling baik digunakan untuk mengajar materi baru.
Dilaksanakan dengan cara melibatkan kegiatan penyelidikan, bertanya, membangun
komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
2. Pendekatan pembelajaran langsung dimodifikasi, yaitu dengan melibatkan partisipasi dan
inisiatif siswa. Hal ini paling baik digunakan untuk mengajar materi lanjutan (bukan
materi baru).
3. Pendekatan berbasis masalah paling baik digunakan untuk latihan penerapan
pengetahuan/ketrampilan. Dilaksanakan dengan 5 langkah: persiapan, orientasi,
eksplorasi, negosiasi, dan integrasi.
4. Pendekatan kooperatif paling baik digunakan untuk membuat variasi kegiatan
pembelajaran di kelas. Dilaksanakan dengan pola: I-I-K1-I-I-K2-I-I-K3-I-I-K4-I-I-K5-I-
I-K1-I-I-K2-I-I-K3-I-I-K4-I-I-K5-I-I-K1-... dst.
5. Pendekatan pembelajaran langsung paling baik digunakan untuk menyiapkan siswa
menghadapi ulangan tengah semester/akhir semester/kenaikan kelas atau ujian.
Strategi dan desain pembelajaran pada kurikulum Nasional
1. Model Pembelajaran Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)

 Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan


hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery  terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.
Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental
process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
a.    Sintak model Discovery Learning
1)   Pemberian rangsangan (Stimulation);
2)   Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3)   Pengumpulan data (Data Collection);
4)   Pembuktian (Verification), dan
5)   Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b.    Sintak model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui
penyelidikan dan penjelasan dalam settingwaktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan
logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
1)   Orientasi masalah;
2)   Pengumpulan data dan verifikasi;
3)   Pengumpulan data melalui eksperimen;
4)   Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5)   Analisis proses inkuiri.
2.    Model Pembelajaran Problem Based Learning  (PBL)

  Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan
sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada
permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsepHigh Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan(Norman and Schmidt).

2. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). 

  Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau
permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam
upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project Based Learning  adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan
kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas
yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
a.    Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
b.    Mendesain perencanaan proyek;
c.    Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d.    Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project);
e.    Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
f.     Mengevaluasi pengalaman  (Evaluate the Experience).
4.    Di samping tiga model pembelajaran di atas, di SMK dapat digunakan model Production Based
Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran
pengembangan produk kreatif.
Strategi dan desain pembelajaran pada kurikulum Nasional

Anda mungkin juga menyukai