Anda di halaman 1dari 61

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STUNTING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program


Pendidikan Diploma IV Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Disusun Oleh :

AISIYAH MU’AMANAH
NIM PO7120316 002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV
KEPERAWATAN PALU
2020
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji


Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi D-IV Keperawatan
Palu.
Nama : Aisiyah Mu’amanah
Nim : PO7120316002

Palu, 2020
Pembimbing I

Dr. Jurana, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Nip. 197112151991012001

Palu, 2020
Pembimbing II

Nasrul, SKM.,M.Kes
Nip. 196804051988021001

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIV Keperawatan

Iwan, S.Kep.Ns.M.Kes
NIP : 197703262003121004

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim penguji Poltekkes Kemenkes

Palu Jurusan Keperawatan Prodi D IV Keperawatan,

Nama : Aisiyah Mu’amanah


Nim : PO7120316002

Tim Penguji

Zainul, SKM.,M.Kes Penguji 1


NIP : 196305101983032003

Andi Nurhani Hamid, SKM.,M.Kes Penguji 2


NIP : 195605261981032003

Metrys Ndama, S.SiT.,M.Kes Penguji 3


NIP : 197003281990022001

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul,SKM,M.Kes Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp,M.Si


NIP. 196804051988021001 NIP. 196604241989032002

iii
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Aisiyah Mu’amanah

2. NIM : PO7120316 002

3. TTL : Palu, 07 Desember 1997

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Toana Kel. Masigi Kab. Parigi Moutong

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 2 Parigi 2004-2010

2. Tamat Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Parigi 2010-2013

3. Tamat SMA Negeri 01 Parigi Tengah 2013-2016

4. Program Studi DIV Keperawatan Kemenkes Palu Jurusan

Keperawatan Tahun 2016-2020

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN PALU

Aisiyah Mu’amanah, 2020.Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Stunting. Poltekkes


Kemenkes Palu Prodi DIV Keperawatan.
Pembimbing: (1) Jurana (2) Nasrul

ABSTRAK

(i-xix + 60 halaman + 2 tabel + 2 gambar + 2 lampiran)

Stunting merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama pada
balita di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
awal setelah bayi lahir. Kondisi stunting baru akan nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek adalah balita dengan panjang badan dan tinggi badan tidak
sesuai menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature review dengan metode
analisis isi jurnal. Pencarian literature melalui publikasi di database kualitas tinggi
dan sedang lalu didapatkan tiga artikel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yang
dipergunakan dalam penelitian.
Hasil dari analisis tiga jurnal penelitian ini menunjukkan gambaran
pengetahuan ibu tentang stunting pada jurnal pertama proporsi balita yang mengalami
stunting dengan ibu yang memiliki pengetahun gizi yang kurang sebesar 52,3%, pada
jurnal kedua persentase anak baru masuk sekolah dasar yang mengalami stunting
paling banyak pada anak dengan tingkat pengetahuan ibu yang kurang yaitu sebesar
46,7% dan pada jurnal ketiga responden dengan kategori yang menjawab kurang
sebanyak 16 (39.0%) responden.
Kesimpulannya bahwa pengetahuan berkontribusi terhadap kejadian stunting
pada anak atau balita. Dimana pengetahuan berperan penting dalam pencegahan
risiko kegagalan dalam tumbuh kembang, sebab pengetahuan seseorang akan
berpengaruh pada sikap dan perilakunya nanti.

Kata kunci : stunting, pengetahuan dan balita.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan

Skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang

Stunting” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program

pendidikan D-IV Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini sering mengalami kesulitan

dan hambatan, namun berkat bimbingan, motivasi dan do’a dari berbagai pihak

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu melalui

kesempatan ini peneliti menyampaikan ungkapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada orang tua tercinta yang luar biasa abah Yani Putra dan ummi Sri Sudaryati

dengan penuh kasih sayang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, memberikan

motivasi, material serta doa yang tulus demi keberhasilan peneliti selama di bangku

kuliah serta kedua saudari saya Fathia Aulia dan Vivi Hidayati Kamilah yang

senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada Abah dan Ummi.

Peneliti juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Nasrul, SKM., M. Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu dan

selaku Pembimbing II yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran yang

tak terhingga untuk mengarahkan penyusunan Skripsi.

vi
2. Selvi Alvrida Mangundap, S.Kep.M.Si Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

3. Iwan, S.Kep.Ns.M.Kes Selaku Ketua Program Studi D-IV Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

4. Dr. Jurana, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dan pikirannya untuk memberikan arahan serta bimbingan proses

penyusunan Skripsi ini.

5. Zainul, SKM.,M.Kes selaku penguji 1, Andi Nurhani Hamid, SKM.,M.Kes selaku

penguji II dan Metrys Ndama, S.SiT.,M.Kes selaku penguji III, yang telah

meluangkan waktu dan memberikan kritik juga saran untuk proses penelitian.

6. Dosen dan staf jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peneliti selama menempuh

pendidikan.

7. Kepada Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung saya, terkhusus Ibu,

Pakde dan Mama yang menjadi support sistem selama Ananda di Palu.

8. Semua teman-teman mahasiswa prodi DIV Keperawatan angkatan 2016.

9. Saudara tak sedarah penulis Apriani, Aulia Rahmi, Ulfa Al Amri, Sry Wulandary,

Fani Safitri, Cindy Purwanti, Frans Padaga, Arisatyawan, Hardiyanti, Moh. Fadil,

Nurcholis Abdurrahman dan Rizky Apriansyah.

10. Sahabat penulis yang tersayang Indriyani Lindjanafa

vii
Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu jurusan keperawatan.

Palu, 2020

Peneliti

Aisiyah Mu’amanah

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................... iii
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... iv
ABSTRAK..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 8
A. Konsep Pengetahuan.......................................................................... 8
1. Definisi Pengetahuan................................................................... 8
2. Kategori Pengetahuan.................................................................. 9
3. Sumber Pengetahuan................................................................... 9
4. Tingkat Pengetahuan................................................................... 11
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan........................ 13
B. Konsep Stunting................................................................................. 14
1. Definisi Stunting.......................................................................... 14
2. Indikator Stunting........................................................................ 15
3. Faktor-faktor Penyebab Stunting................................................. 16
4. Gejala Stunting............................................................................ 19
5. Proses Terjadinya Stunting.......................................................... 19

ix
6. Dampak Stunting......................................................................... 20
7. Upaya Intervensi Stunting........................................................... 21
C. Kerangka Pikir.................................................................................... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................... 24
A. Jenis Penelitian................................................................................... 24
B. Protokol dan Registrasi Pencarian Literature..................................... 24
C. Database Pencarian............................................................................. 25
D. Kata Kunci.......................................................................................... 25
E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi................................................................ 25
F. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi...................................................... 27
G. Penilaian Kualitas............................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 30
A. Karakteristik Studi.............................................................................. 30
B. Karakteristik Responden Studi........................................................... 32
C. Gambaran Pengetahuan tentang Stunting........................................... 32
D. Pembahasan........................................................................................ 33
BAB V PENUTUP........................................................................................ 39
A. Kesimpulan......................................................................................... 39
B. Saran................................................................................................... 39
C. Conflict Of Interst.............................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 41
LAMPIRAN.................................................................................................. 43

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format PCOS dalam Literature Review......................................... 26


Tabel 4.1 Hasl Pencarian Literature............................................................... 31

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep....................................................................... 23


Gambar 3.1 Diagram Flow Pencarian Literature........................................... 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 PRISMA Checklist......................................................................


Lampiran 2 Critical Appraisal for Cross Secional Design............................

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


MGRS : Multicentre Growth Reference Study
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
PB/U : Panjang Badan menurut Umur
TB/U : Tinggi Badan menurut Umur
GDP : Gross Domestic Products
SEAR : South-East Asia Regional
PSG : Pemantauan Status Gizi
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
KEK : Kurang Energi Kronik
WUS : Wanita Usia Subur
AKG : Angka Kecukupan Gizi
HPK : Hari Pertama Kelahiran
MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
KB : Keluarga Berencana
PRISMA : Preffed Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-
Analyses
PICOS : Problem Intervention Comparation Outcome Study Design

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama

pada balita di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak

balita akibat kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada awal setelah bayi lahir. Kondisi stunting baru akan

nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek adalah balita dengan

panjang badan dan tinggi badan tidak sesuai menurut umurnya dibandingkan

dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study)

(World Health Organization, 2014).

Pada tahun 2016 secara global terdapat 154.8 juta (22.9%) balita

mengalami stunting. Sedangkan di Negara Asia angka kejadian stunting yaitu

sebesar 23.9% atau sebanyak 87 juta anak mengalami stunting.

Data terbaru WHO mengungkapkan Asia menduduki peringkat pertama

kejadian stunting di dunia. Sebesar 83.6% juta anak balita di Asia mengalami

stunting, Asia Tenggara tertinggi kedua yaitu 25.7 juta anak balita stunting

setelah Asia Selatan. Prediksi pada tahun 2017 akan terdapat 151 juta balita

pendek, apabila tidak ada upaya berlanjut sehingga diproyeksikan pada ahun

xv
2025 akan ada 127 juta balia pendek dimana 56% balita pendek hidup di Asia

dan 36% di Afrika.

Ambang batas prevalensi stunting dari WHO mengkategorikan angka

stunting 20 sampai kurang dari 30 persen sebagai tinggi dan lebih dari atau

sama dengan 30 persen sangat tinggi. Padahal, stunting adalah indikator kunci

kesejahteraan anak secara keseluruhan. WHO menjadikan stunting sebagai

fokus Global Nutrition Targets untuk 2025 juga Sustainable Development

Goals untuk 2030 (World Health Organization, 2014).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi

balita yang mengalami stunting di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 30,8

persen mereka terdiri dari balita yang sangat pendek dan balita pendek,

masing-masing sebesar 11,5 persen dan 19,3 persen. Angka ini menunjukkan

adanya penurunan jika dibandingkan dengan Data Riskesdas 2013, yakni

sebesar 37.2 persen. Meskipun demikian, angkanya masih jauh dari target

WHO yakni 20 persen (Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan

Pengembangan, 2018).

Mendiagnosa stunting dengan mengukur Panjang Badan menurut Umur

(PB/U) untuk anak di bawah 2 tahun atau tinggi badan menurut umur (TB/U)

(untuk anak usia diatass 2 tahun sampai 5 tahun kemudian apakah stunted

(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Di Indonesia menggunakan

xvi
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak yang tertuang dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010.

Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak

maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan dimasa depan

dapat beresiko pada menurunnya produktivitas. Pada akhirnya secara luas

stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kemiskinan dan memperlebar ketimpangan (Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak, 2019).

Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar

kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11 persen Gross Domestic Products

(GDP) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20 persen juga

menyebabkan kemiskinan antargenerasi (Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, 2017)

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health

Organization (WHO), Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan

prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional

(SEAR). Survei Pemantauan Status Gizi (PSG) diselenggarakan sebagai

monitoring dan evaluasi kegiatan dan capaian program. Berdasarkan hasil

Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015, prevalensi balita pendek di

Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2016

xvii
menjadi 27,5%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi

29,6% pada tahun 2017. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018

menunjukkan angka 30,8 %. Berdasarkan angka rekomendasi WHO, angka

balita stunting harus dibawah 20 %. Untuk itu, Kemenkes terus mendorong

upaya pemenuhan gizi, salah satunya dengan program pemberian makanan

tambahan (PMT) bagi ibu hamil dan balita (Kementrian Kesehatan RI, 2018:

1-4).

Data dinas kesehatan balita stunting per tanggal 01 Januari – 24

November tahun 2019 yang mengalami stunting di Kota Palu mencapai

angka 18,1 %, sementara Kabupaten Donggala yang mengalami kejadian

stunting tertinggi mencapai angka 35,3%. Kota Palu menjadi urutan ke

sepuluh dengan angka stunting terbanyak dari 13 kabupaten yang ada di

Sulawesi Tengah, angka ini menunjukkan Kota Palu masih menjadi tempat

yang cukup tinggi yang mengalami stunting (Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah, 2019).

Jumlah balita yang mengalami stunting di Kota Palu tahun 2018 dapat

mencapai 746 orang. Puskesmas Anuntodea Tipo menjadi tempat dengan

kejadian stunting tertinggi yaitu diketahui bahwa mencapai angka 44,40%

dan Puskesmas Singgani menjadi tempat terendah kejadian stunting yaitu

mencapai angka 12,62 %. Data puskesmas Anuntodea Tipo tahun 2018

xviii
diketahui bahwa terdapat 103 orang balita mengalami stunting (Dinas

Kesehatan Kota Palu, 2018).

Terbentuknya tindakan seseorang dipengaruhi secara besar dari

pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan adanya peningkatan pengetahuan ibu sebelum dan setelah

diberikannya edukasi kesehatan tentang stunting artinya bahwa edukasi

kesehatan mempunyai pengaruh positif terhadap pengetahuan ibu. Ibu dapat

meningkatkan pengetahuan dalam mengenali stunting, penyebab stunting,

gejala stunting dan dampak dari stunting. Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu

tentang stunting akan menjadi cerminan kesehatan dan kesejahteraan anak dan

penentu masa depan anak di masa yang akan datang. Ibu yang sering

mendapatkan edukasi kesehatan tentang stunting akan memiliki pengetahuan

yang lebih informative dan lebih bervariasi dibandingkan dengan ibu yang

kurang berpartisipasi dalam edukasi kesehatan (Angraini et al., 2020).

Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai

pengaruh yang signifikan pada kejadian stunting, karena itu upaya perbaikan

stunting dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan sehingga dapat

memperbaiki upaya perilaku pemberian makan pada anak yaitu dengan

konseling gizi (Margawati & Astuti, 2018).

Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan, dimana dapat

diasumsikan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakin luas

xix
pula pengetahuannya. Tingkat pengetahuan ibu menjadi kunci dalam

pengelolaan rumah tangga, hal ini akan mempengaruhi sikap ibu dalam

pemilihan bahan makanan yang nantinya akan dikonsumsi oleh keluarga. Ibu

dengan pengetahuan gizi yang baik akan mengerti dan memahami pentingnya

status gizi yang baik bagi kesehatan serta kesejahteraan (F.A Adelina, L.

Widajanti, 2018)

Berdasarkan masalah pada data tersebut, perlu adanya perhatian pada

pengetahuan tentang stunting untuk mencegah sejak dini kejadian stunting

karena banyaknya masyarakat khususnya ibu-ibu yang belum mengerti

tentang stunting itu sendiri. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Stunting (Literatur Views)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang stunting.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu tentang

stunting.

xx
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yakni sebagai bahan untuk meningkatkan

wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri sehingga

dapat menerapkan ilmu yang diperoleh.

2. Manfaat bagi Institusi

Manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan pembanding dalam

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dan hasil penelitian

nantinya, diharapkan dapat bermanfaat bagi bahan pengembangan

ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya bagi

mahasiswa/pembaca umumnya serta guna meningkatkan mutu

pendidikan selanjutnya.

xxi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Penginderaan panca

indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses

pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun

informal (Notoatmoadjo, 2014).

Menurut (Notoatmoadjo, 2014) bahwa pengetahuan adalah

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

8
9

2. Kategori Pengetahuan

Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari

seluruh pertanyaan.

b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari

seluruh pertanyaan.

c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-50% dari

seluruh pertanyaan.

3. Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan menurut (Notoatmoadjo, 2014)

dikategorikan menjadi lima pokok:

a. Pengalaman (Experience)

Sumber pengetahuan bisa berasal dari pengalaman hidup yang

dialami seseorang. Pengalaman hidup sehari-hari yang dimiliki

sangat beragam dan apa adanya, dengan orang lain seseorang

mendapatkan pengalaman darinya. Namun, sumber pengetahuan

yang berasal dari pengalaman itu memilki kelemahan. Tidak dapat

memecahkan semua masalah. Pemecahan masalah melalui

pengalaman pribadi ini memiliki keterbatasan, walaupun objeknya

sama ada kemungkinan yang dialami atau yang dialami orang lain

berbeda.
10

b. Kewenangan atau Otoritas (Authoring)

Pengetahuan yang diperoleh dari seseorang yang mempunyai

kemampuan dan keahlian dalam bidang tertentu seringkali di

jadikan pedoman dan acuan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi.

c. Berfikir Deduktif

Berfikir deduktif adalah cara berfikir yang dilakukan dari hal-

hal yang bersifat khusus. Cara berfikir ini dimulai dengan

penyusunan fakta yang sudah diketahui lebih dahulu untuk sampai

pada kesimpulan. Untuk mencari kesimpulan yang benar maka

pada proses berfikir deduktif ini harus didasari dari fikiran-fikiran

yang benar.

d. Berfikir Induktif

Dalam cara berfikir induktif kesimpulan didapat dari

pengamatan atau observasi sendiri, mencari fakta gejala-gejala

terlebih dahulu penalaran induktif didasarkan pada pengamatan

atau fakta dilapangan bukan berasal dari otoritas atau kewenangan

belaka.

e. Berfikir Ilmiah

Proses berfikir ilmiah merupakan proses melakukan penalaran

dari suatu hal yang bisa ditangkap dengan rasio dan sesuai dengan
11

prosedure ilmiah. Pendekatan ilmiah ini merupakan kombinasi

penyelesaian masalah secara induktif-deduktif. Yaitu peneliti

melakukan pengamatan-pengamatan secara induktif kemudian

menyusun hipotesis secara sistematis dan analisis yang telah

diidentifikasi dalam pendekatan ilmiah seseorang perlu

memikirkan apa yang terjadi apabila sebuah hipotesis benar,

selanjutnya melakukan pengamatan dan mengumpulkan data dan

yang terakhir membuat kesimpulan.

4. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat dalam seseorang dapat

memahami dan memperdalam seperti sebagaimana manusia

menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemapuan dalam

belajar dikelas. Mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara rinci

terdiri dari enam tingkatan (Notoatmoadjo, 2014).

a. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan

pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah.

Kemampuan pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti

menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan. Contoh

tahapan ini antara lain: menyebutkan definisi pengetahuan,


12

menyebutkan definisi rekam medis, atau menguraikan tanda dan gejala

suatu penyakit.

b. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai

suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan

benar. Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang

telah diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan

menginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya

tersebut. Contohnya dapat menjelaskan tentang pentingnya dokumen

rekam medis.

c. Aplikasi (application)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat

mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya

pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan

assembling (merakit) dokumen rekam medis atau melakukan kegiatan

pelayanan pendaftaran.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

memisahkan dan mengelompokkan, membedakan atau


13

membandingkan. Contoh tahap ini adalah menganalisis dan

membandingkan kelengkapan dokumen rekam medis menurut metode

Huffman dan metode Hatta.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam

mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi

suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini

seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan

menciptakan. Contohnya membuat desain format rekam medis dan

menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.

f. Evaluasi (evalution)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

untuk membuat alternatif keputusan. Tahapan pengetahuan tersebut

menggambarkan tingkatan pengetahuan yang dimiliki (Masturoh dkk,

2018:5-6).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

(Notoatmoadjo, 2014) yaitu :


14

1) Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif dan meningkat.

2) Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak

akan menambah pengetahuan yang lebih luas.

3) Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

4) Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

5) Sosial ekonomi, yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan

hidupnya.

B. Konsep Stunting

1. Definisi Stunting

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di

Indonesia. Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang

mengalaminya, tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan

pembangunan bangsa. Hal ini karena sumber daya manusia stunting

memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya

manusia normal.

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan

oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai
15

janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua

tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi

dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur

tubuh tak maksimal saat dewasa.Kemampuan kognitif para penderita juga

berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang

bagi Indonesia.

Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang remaja

menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Menjadi parah ketika hamil

dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi

ketika ibu hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadai. Remaja

putri di Indonesia usia 15-19 tahun kondisinya berisiko Kurang Energi

Kronik (KEK) sebesar 46,6% tahun 2013. Ketika hamil, ada 24,2%

Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun dengan risiko Kurang Energi

Kronik (KEK), dan anemia sebesar 37,1% (Kementrian Kesehatan RI,

2018: 15)

2. Indikator Stunting

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang di hadapi

seluruh dunia khususnya di negara-negara miskin dan berkembang yang

masih banyak jumlah angka kemiskinan. Masalah balita stuning

menggambarkan masalah gizi kronis yang dipengaruhi pada kondisi

ibu/calon ibu, pada masa perkembangan janin dan masa bayi/balita,


16

termasuk jenis penyakit yang diderita selama masa balita. Kejadian

stunting mencerminkan adanya malnutrisi dan karakteristik tinggi badan

ibu yang diturunkan ke bayi dan berdampak pada panjang badan lahir

balita. Stunting pada balita sebagai indikator utama untuk menilai

kesejahteraan anak dan refleksi akurat dari ketidaksejahteraan sosial.

Stunting sendiri adalah hasil dari besarnya nutrisi tidak memadai dan

serangan infeksi berulang pada 1.000 hari pertama kehidupan (De Onis

dan Branca, 2016)

3. Faktor-faktor Penyebab Stunting

Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balita, namun

karena mereka sangat tergantung pada ibu/keluarga, maka kondisi

keluarga dan lingkungan yang mempengaruhi keluarga akan berdampak

pada status gizinya. Pengurangan status gizi terjadi karena asupan gizi

yang kurang dan sering terjadinya infeksi. Jadi faktor lingkungan,

keadaan dan perilaku keluarga yang mempermudah infeksi berpengaruh

pada status gizi balita. Kecukupan energi dan protein per hari per kapita

anak Indonesia terlihat sangat kurang jika dibanding Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang dianjurkan baik pada anak normal atau pendek. Hal ini

sangat menarik, ternyata asupan energi maupun protein tidak berbeda

bermakna antara anak-anak yang tergolong pendek atau normal (Andriani

dkk., 2017:6)
17

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi

pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita (TNP2K, 2017:7).

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat

digambarkan sebagai berikut:

a. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa faktadan informasi

yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak

usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MPASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia

diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan

baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh

bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya

tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak

terhadapmakanan maupun minuman.

b. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal

Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post


18

Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang

dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan

bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79%

di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang

memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil

belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai.

c. Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi.

Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih

tergolong mahal.

d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di

lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia

masih Buang Air Besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah

tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.Keluarga dengan

sanitasi rumah tidak memenuhi syarat sanitasi, cenderung tidak

memiliki penyediaan air bersih untuk mencuci tangan dan makanan

maupun membersihkan peralatan makan sehingga kuman dan bakteri

penyebab diare tidak dapat hilang. Penyediaan air berhubungan erat

dengan kesehatan. Di negara berkembang, kekurangan penyediaan air

yang baik sebagai sarana sanitasi akan meningkatkan terjadinya

penyakit dan kemudian berujung pada keadaan malnutrisi (TNP2K,

2017:7-8).
19

4. Gejala Stunting

Menurut world health organization - multicenter growth reference

study (WHO-MGRS), stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek

memiliki gejala sebagai berikut :

a. Tanda pubertas terlambat.

b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.

c. Pertumbuhan gigi terlambat.

d. Usia 8-10 tahun anak menjadi pendiam, tidak banyak melakukan eye

contact.

e. Pertumbuhan terlambat.

f. Wajah tampak lebih mudah dari usianya.

5. Proses Terjadinya Stunting

Mulai terjadinya stunting pada anak dimulai dari pra-konsepsi

ketika seorang ibu dengan kondisinya yang kurang gizi dan anemia.

Menjadi buruk ketika hamil dengan asupan gizi yang tidak mencukupi

kebutuhan ditambah lagi ketika ibu hidup di lingkungan dengan sanitasi

yang kurang memadai. Setelah bayi lahir dengan kondisi tersebut,

dilanjutkan dengan kondisi rendahnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang

memicu rendahnya menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, serta tidak

memadainya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI). Dari

berbagai survei nasional (Riskesdas 2013, Sirkesnas 2016, SDKI 2012-


20

2017) bayi yang menyusui eksklusif belum sampai 50%. Berdasarkan

kajian dari SDKI 2012 dan mengikuti ketentuan dari pedoman pemberian

makan pada anak yang dikeluarkan oleh WHO, ternyata anak Indonesia

yang terkategori dalam minimum acceptable diet hanya 36,6% (Pusat

Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018)

6. Dampak Stunting

Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak

jangka pendek dan jangka panjang.

a. Dampak Jangka Pendek

1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;

2) Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak

optimal; dan

3) Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak Jangka Panjang

1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek

dibandingkan pada umumnya);

2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;

3) Menurunnya kesehatan reproduksi;

4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat

masa sekolah; dan

5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.


21

7. Upaya Intervensi Stunting

Penanganan stunting dilakukan melalui IntervensiSpesifik dan

Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

seorang anak sampai berusia 6 tahun.

a. Intervensi Gizi Spesifik

1) Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000

hari pertama kehidupan.

2) Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.

3) Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat

dalam waktu relatif pendek.

Intervensi Gizi Spesifik ini merupakan intervensi yang ditujukan

kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan

berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan

intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.

a) Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:

(1) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk

mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.

(2) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.

(3) Mengatasi kekurangan iodium.

(4) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.

(5) Melindungi ibu hamil dari Malaria.


22

(6) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6

Bulan.

(7) Mendorong Inisiasi Menyusui Dini (pemberian ASI

jolong/colostrum).

(8) Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

b) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:

(1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan

didampingi oleh pemberian MP-ASI.

(2) Menyediakan obat cacing.

(3) Menyediakan suplementasi zink.

(4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.

(5) Memberikan perlindungan terhadap malaria.

(6) Memberikan imunisasi lengkap.

(7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

b. Intervensi Gizi Sensitif

1) Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan

di luar sektor kesehatan.

2) Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran

1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Intervensi Gizi Sensitif idealnya dilakukan melalui berbagai

kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada


23

70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah

masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada

1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

a) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.

b) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.

c) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.

d) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga

Berencana (KB).

e) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

f) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).

g) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.

h) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.

i) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.

j) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi

pada Remaja.

k) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.

l) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan GiziX(Kementrian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, 2017:9-14)

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Ibu Stunting


24

Gambar 2.1 Kerangka Konsep tentang Stunting


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian meta-analisis dengan menggunakan

metode studi kepustakaan atau literature review. Literature review merupakan

ikhtisar komprehensif tentang penelitian yang sudah dilakukan mengenai topik

yang spesifik untuk menunjukan kepada pembaca apa yang sudah diketahui

tentang topik tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari

penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya (Denney &

Tewksbury, 2013).

Studi literature bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku,

dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat, serta mengelola bahan penulisan (Nursalam, 2020).

B. Protokol dan Registrasi Pencarian Literatur

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

gambaran pengetahuan ibu tentang stunting. Protokol dan evaluasi dari literature

review akan menggunakan (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews

and Meta-analyses) PRISMA checklist untuk menentukan penyeleksian studi

25
26

yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari literature review

(Nursalam, 2020).

C. Database Pencarian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi

penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur

dilakukan pada bulan Mei – September 2020. Data yang digunakan dalam

peelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan

langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel

jurnal bereputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah

ditentukan (Nursalam, 2020). Pencarian literatur dalam literature review ini

menggunakan dua database yaitu Google Schoolar dan Garuda Ristekbrin.

D. Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword yang digunakan untuk

memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam

penentuan artikel atau jurnal yang digunakan (Nursalam, 2020).

Kata kunci dalam pencarian ini adalah pengetahuan ibu dan stunting atau

dengan mengetik “Knowledge mother+stunting”.

E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework, yang terdiri dari :


27

1. Population/Problem, yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

2. Intervention, suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan

studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature

review.

3. Comparation, yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang

digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan

kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.

4. Outcome, yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu

yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literaturereview.

5. Study Design, yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel

yang akan direview.

Tabel 3.1
Format PICOS dalam Literatur Review
Kriteria Inklusi Ekslusi
Population Communities affected by stunted Communities that are not
Affected by stunted
Intervention Knowledge of stunted Not stunted knowledge
Outcomes Analyzing the mother’s Did not analyze
knowledge of stunting The mother’s knowledge
of stunting
Study Design Quasi-experimental studies, No exclusion
and publication randomized control and trial,
Type systematic review, qualitative
Research and cross-sectional
studies
Publication Post-2017 Pre-2017
28

Years
Language English, Indonesian Language other than
English and Indonesian
Sumber : Nursalam, 2020.

F. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi dari dua database

yaitu Google Schoolar dan Garuda Ristekbrin Palu. Kemudian peneliti

menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan, peneliti mendapatkan 27

artikel yang berkaitan dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah

didapatkan kemudian diperiksa, ditemukan terdapat 19 artikel yang sama dan

tidak sesuai dengan judul dan dipublikasikan dibawah tahun 2017 sehingga

dikeluarkan dan tersisa 8 artikel. Peneliti kemudian melakukan skrining

berdasarkan judul (n = 27), abstrak & tahun (n = 8) dan full text (n = 3) yang

disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang dilakukan

berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebayak

3 artikel yang bisa dipergunakan dalam literature review. Hasil seleksi artikel

studi dapat digambarkan dalam Diagram Flow di bawah ini :

Penelitian di identifikasi melalui basis Catatan setelah diperiksa


data (n = 27) dan tidak sesuai dengan
judul (n = 19)
Catatan setelah duplikat dihapus
(n = 8) Abstrak dan tahun terbit
diidentifikasi dan disaring
Judul diidentifikasi dan (n = 19)
disaring (n = 8)
Tidak membahas
Pengetahuan Ibu tentang
Stunting (n = 5)
29

Salinan lengkap diambil dan dinilai


untuk kelayakan (n = 3)

Studi termasuk dalam sintesis


(n = 3)
Gambar 3.1 Diagram Flow Pencarian Literature (Nursalam, 2020)

G. Penilaian Kualitas

Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n = 3) dengan Checklist

daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi.

Penilaian kriteria diberi nilai 'ya', 'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan

setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol,

setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Critical appraisal untuk

menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor

penelitian (Nursalam, 2020).

Setidaknya 50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-

off yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria

inklusi. Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari

bias dalam validitas hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir, dua

belas studi mencapai skor lebih tinggi dari 50% dan siap untuk melakukan

sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap risiko bias, sepuluh studi

dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature review terdapat 3buah.

Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada metode

penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari (Nursalam, 2020a):


30

1. Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas

yang kurang

2. Desain: Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian

3. Sampel: Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu populasi, sampel,

sampling, dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah

pengambilan sampel

4. Variabel: Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi

jumlah, pengontrolan variabel perancu, dan variabel lainnya

5. Instrumen: Instrumen yang digunakan tidak memeliki sensitivitas,

spesivikasi dan validatas-reliablitas

6. Analisis Data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang

sesuai dengan standar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Studi

Tiga artikel memenuhi kriteria inklusi melakukan pembahasan berdasarkan

topik literature review yaitu gambaran pengetahuan ibu tentang stunting. Faktor

yang berkontribusi dalam studi ini sebagian besar adalah cross-sectional. Secara

keseluruhan, setiap penelitian membahas tentang pengetahuan ibu tentang

stunting. Studi yang sesuai dengan tinjauan pustaka ini dilakukan di Minahasa

(Langi et al., 2019), Nanggalo (Olsa et al., 2018) dan Semarang (Ningtyas et al.,

2020).

Khusus untuk stunting, pengetahuan adalah faktor yang sangat penting

pada ibu. Karena pengetahuan yang dimiliki ibu tentang stunting akan menjadi

cerminan kesehatan bagi keluarga dirumah. Ibu yang memiliki edukasi kesehatan

mengenai stunting akan lebih informative dan lebih memahami pentingnya

kesehatan terutama status gizi.

31
32

Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literature


Desain Studi, Sampel,
Judul, Penulis
Variabel, Instrumen, Analisis Hasil Analisis Ringkasan Hasil
dan Tahun
dan Tujuan Penelitian
Pengetahuan Ibu Desain : observasional analitik Karakteristik Terdapat hubungan
dan Pemberian pendekatan cross-sectional responden, yang bermakna
ASI Ekslusif Sampel : 41 balita pengetahuan antara pengetahuan
dengan Kejadian Variabel : variabel ibu dan ibu dan pemberian
Stunting pada independen (pengetahuan ibu pemberian ASI ASI Ekslusif dengan
Balita 2-5 dan pemberian ASI eksklusif) Ekslusif kejadian
Tahun di dan variabel stunting pada balita
Puskesmas dependen (kejadian stunting) 2-5 tahun di wilayah
Kawangkoan Instrumen : kuesioner dan kerja Puskesmas
Minahasa antropometri TB/U Kawangkoan
Analisis : uji chi square Kabupaten
Grace K.L. Tujuan Penelitian : untuk Minahasa
Langi, I Made melihat hubungan antara
Djendra, Rudolf pengetahuan ibu dan
B. Purba, Ryan pemberian ASI eksklusif
S. P. dengan kejadian stunting

(2019)
Pengetahuan Ibu Desain : analitik observasional Pendidikan, Faktor yang
Berhubungan pendekatan cross-sectional pekerjaan, berhubungan dengan
dengan Stunting Sampel : 115 balita jenis kelamin, stunting di wilayah
pada Balita di Instrumen : wawancara dan riwayat KEK kerja Puskesmas
Wilayah Kerja aplikasi WHO anthro dan Karangayu Kota
Puskesmas Analisis : uji chi square pengetahuan Semarang adalah
Karangayu Kota Tujuan Penelitian : Untuk gizi riwayat KEK ibu saat
Semarang mengetahui factor risiko hamil dan tingkat
stunting pada balita di wilayah pengetahuan ibu
Yuni Prihatin kerja Puskesmas Karangayu tentang gizi.
Ningtyas, Ari Kota Semarang
Udiyono dan
Nissa Kusariana

(2020)
33

Hubungan Sikap Desain : analitik observasional Karakteristik Ada hubungan yang


dan pendekatan cross-sectional ibu, kejadian bermakna antara
Pengetahuan Ibu Sampel : 232 balita stunting, sikap sikap dan
terhadap Instrumen : kuesioner ibu, pengetahuan ibu
Kejadian Analisis : uji chi square pengetahuan dengan kejadian
Stunting pada Tujuan Penelitian : Untuk ibu, hubungan stunting .
Anak Baru mengetahui hubungan sikap sikap dengan
Masuk Sekolah dan pengetahuan ibu dengan kejadian
Dasar di kejadian stunting stunting dan
Kecamatan hubungan
Nanggalo pengetahuan
dengan
Edwin Danie kejadian
Olsa, Delmi stunting
Sulastri dan
Eliza Anas

(2017)

B. Karakteristik Responden Studi

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat khususnya ibu dengan

balita stunting. Dalam studi telah disebutkan gambaran pengetahuan ibu tentang

stunting; dengan mayoritas responden berjumlah 388 individu. Responden dalam

penelitian ini rata-rata berusia 24 - 40 tahun dan bersifat multi wilayah.

C. Gambaran Pengetahuan tentang Stunting

Proporsi balita yang mengalami stunting dengan ibu yang memiliki

pengetahun gizi yang kurang sebesar 52,3%, dan proporsi balita stunting dengan

ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik sebesar 16,9% (Ningtyas et al.,

2020).

Dapat dilihat bahwa persentase anak baru masuk sekolah dasar yang

mengalami stunting paling banyak pada anak dengan tingkat pengetahuan ibu
34

yang kurang yaitu sebesar 46,7% dibandingkan dengan anak yang memiliki

tinggi badan normal paling banyak pada anak dengan tingkat pengetahuan ibu

yang cukup yaitu sebesar 91,2% (Olsa et al., 2018).

Menurut hasil kuesioner pengetahuan ibu menjelaskan bahwa kateori yang

menjawab baik sebanyak 8 (19.5%) responden, kategori yang menjawab cukup

sebanyak 17 (41.5%) responden dan kategori yang menjawab kurang sebanyak

16 (39.0%) responden (Langi et al., 2019).

D. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 3 jurnal, peneliti

mendapatkan adanya hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting disetiap

jurnal yang disajikan dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan uji chi-

square tersebut diperoleh nilai significancy yang menunjukkan bahwa adanya

hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting bermakna.

Menurut asumsi peneliti dari ketiga jurnal yang telah dianalisis, terdapat

hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dengan kejadian stunting. Ini

ditunjukkan dengan hasil dari setiap jurnal yang menyebutkan ibu dengan tingkat

pengetahuan kurang lebih berisiko memiliki anak stunting daripada ibu dengan

pengetahuan baik, penilaian kuesioner pengetahuan pada mayoritas responden

juga dapat dikatakan masih sangat belum memadai.

Pengetahuan orang tua tentang gizi berperan penting dalam meningkatkan

status gizi anak. Pengetahuan seseorang mengenai kesehatan akan dapat


35

mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul

sehingga dapat dilakukan pencegahannya.

Pengetahuan tentang gizi diartikan sebagai sesuatu yang diketahui ibu

tentang kandungan pangan yang berhubungan dengan kesehatan. Pengetahuan

ibu berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak dengan ibu

yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memberikan asupan gizi yang

baik pula sehingga mencegah terjadinya kekurangan gizi. Pengetahuan gizi

berdampak pada pola asuh ibu ke anaknya (Ningtyas et al., 2020).

Peranan orang tua terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak,

karena anak membutuhkan perhatian dan dukungan dari orang tua dalam

menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Untuk mendapatkan

gizi yang baik diperlukan pengetahuan yang baik dari orang tua. Tingkat

pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya (Olsa et al.,

2018).

Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengetahuan tentang

kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi

dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan

produktivitas terutama pada balita atau dikenal juga dengan anak yang berusi

antara 1-5 tahun (Watania et al., 2016).

Tingkat pengeahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam pemilihan makanan. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan
36

sikap gizi yang kurang akan sanga berpengaruh terhadap status gizi anaknya dan

akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anak dan keluarganya

(Langi et al., 2019)

Hal ini sejalan dengan Soetjiningsih yang menyatakan bahwa gangguan

gizi terjadi karena pengetahuan yang kurang mengenai kebutuhan, makanan

tambahan bergizi dan kemiskinan sehingga kurang mampu menyediakan

makanan yang bergizi. Akibatnya akan terjadi penurunan konsumsi makan pada

anak. Pengetahuan mengenai gizi merupakan proses awal dalam perubahan

perilaku peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan merupakan faktor internal

yang mempengaruhi perubahan perilaku. Pengetahuan ibu tentang gizi akan

menentukan sikap dan perilaku dalam menyediakan makanan untuk anaknya dan

dapat menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat agar anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga dapat menjadi faktor protektif

(Soetjiningsih, 2012).

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo, yang mengemukakan

bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh antara lain melalui pendidikan baik

kurikuler, nonkurikuler dan ekstrakulikuler. Pengetahuan juga dapat diperoleh


37

dari pengetahuan orang lain, seperti; mendengar, melihat langsung dan melalui

alat komunikasi seperti televisi, radio, buku dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)

didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu:

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial (mencoba) sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaption (adaptasi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Apabila

penerimaan prilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses seperti ini,

dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya, apabila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini


38

adalah dapat menjadi dasar dalam merubah prilaku sehingga prilaku itu langgeng

(Notoatmodjo, 2010).

Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Pormes et al., 2014) bahwa

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan

stunting pada anak usia 4-5 tahun di TK Malaekat Pelindung Manado.

Penelitan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Narsikhah,

2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dengan

kejadian stunting pada anak.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mawarni di Kota Surakarta dan oleh Tia di Wonosari, yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak dengan status

gizi baduta usia 6-24 bulan. Penelitian ini pun sejalan didukung dengan

penelitian di pedesaan dan perkotaan yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi

ibu merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak dibawah lima tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk di Wilayah Kerja

Puskesmas Melawi tahun 2016 menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan yang

kurang baik mempunyai risiko sebesar 1.644 kali memiliki balita stunting jika

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan baik. Hal ini sejalan

dengan penelitian Kusumawati dkk di Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten

Banyumas pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

kejadian stunting dengan pengetahuan ibu. Ibu dengan pengetahuan yang kurang
39

baik berisiko meningkatkan 3.27 kali lebih besar kejadian stunting jika

dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang baik.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan

oleh Salman dkk di Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo,

yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu yang kurang baik tidak selalu

mempengaruhi tingkat kejadian stunting pada anak/balitanya. Namun ibu harus

memiliki pengetahuan gizi yang baik, agar tumbuh kembang balitanya dapat

optimal (Salman, 2017).


40

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam hasil analisis jurnal dan pembahasan

mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stunting bahwa pengetahuan

berkontribusi terhadap kejadian stunting pada anak atau balita. Dimana

pengetahuan berperan penting dalam pencegahan risiko kegagalan dalam

tumbuh kembang, sebab pengetahuan seseorang akan berpengaruh pada sikap

dan perilakunya nanti. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa gambaran

pengetahuan dengan kejadian stunting mayoritas pada kategori kurang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari

peneliti yang dapat digunakan dalam sebagai bahan pertimbangan

diantaranya:

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Bagi Poltekkes Kemenkes Palu agar dapat menyediakan

panduan tetap mengenai studi literatur dan dapat menyediakan


41

referensi terbaru baik berupa buku dan jurnal nasional maupun

internasional khususnya tentang stunting.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pembanding dan dapat dipertimbangkan

untuk dikembangkan menjadi penelitian-penelitian berikutnya.

C. Conflict of Interst

Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan

secara mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam

penulisannya.
42

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, W. O. S., Rezal, F., & Nurzalmariah, W. S. (2017). Perbedaan


Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Ibu Sesudah Diberikan Program Mother
Smart Grounding (MSG) dalam Pencegahan Stunting di Wilayah Kerja. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–9. https://doi.org/250-731X
Angraini, W., Pratiwi, B. A., M. Amin, Yanuarti, R., Febriawati, H., & Shaleh, M. I.
(2020). Edukasi Kesehatan Stunting di Kabupaten Bengkulu Utara. Poltekita :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(1), 30–36. https://doi.org/10.33860/jik.v14i1.36
de Onis, M., Blössner, M. & Borghi, E., 2012. Prevalence and trends of stunting
among pre-school children, 1990–2020. Public Health Nutrition, 15(1), pp.142–
148
Denney, A. S., & Tewksbury, R. (2013). How to write a literature review. Journal of
criminal justice education, 24(2), 218-234.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2018. 1–222.
F.A Adelina, L. Widajanti, S. A. N. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat
Konsumsi Gizi, Status Ketahanan Pangan Keluarga dengan Balita Stunting
(Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Duren
Kabupaten Semarang). Journal of Nutrition College, 6, 361–369.
Kementerian Kesehatan RI. (2018b). Upaya Percepatan Penurunan Stunting: Evaluasi
Pelaksanaan Tahun 2018 & Rencana Tindak Tahun 2019. Kementerian
Kesehatan, November 2018, 1–47. http://www.depkes.go.id/
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Riset
Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
https://doi.org/1 Desember 2013
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2019). Profil Anak
Indonesia Tahun 2019. Profil Anak Indonesia, 378.
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/15242-profil-anak-indonesia_-
2019.pdf
Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan ibu, pola makan dan status gizi
pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk,
43

Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 6(2),


82–89. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.82-89
Nursalam, M. N. (Hons). (2020). Penulisan Literature Review dan Systematic Review
pada Pendidikan Kesehatan.

Natoatmodjo, (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.
Poltekkes Kemenkes Palu, (2016). Pedoman Teknik Penulisan Proposal Skripsi
Poltekkes Kemenkes : Palu.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Salman, F. Y. A. dan Y. H. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten
Gorontalo. Health and Nutritions Journal, III, 159–174.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-17602-4_12
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten/Kota
Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
World Health Organization. (2014). WHO Global Nutrition Target: Stunting Policy
Brief. 122(2), 74–76, 78.
Lampiran 1

PRISMA CHECKLIST
TITLE
Title 1 Identify the report as a systematic review, meta-analysis, or both.
ABSTRACT
Structured summary 2 Provide a structured summary including, as applicable: background; objectives; data sources; study eligibility
criteria, participants, and interventions; study appraisal and synthesis methods; results; limitations; conclusions and
implications of key findings; systematic review registration number.
INTRODUCTION
Rationale 3 Describe the rationale for the review in the context of what is already known.
Objectives 4 Provide an explicit statement of questions being addressed with reference to participants, interventions, comparisons,
outcomes, and study design (PICOS).
METHODS
Protocol and registration 5 Indicate if a review protocol exists, if and where it can be accessed (e.g., Web address), and, if available, provide
registration information including registration number.
Eligibility criteria 6 Specify study characteristics (e.g., PICOS, length of follow-up) and report characteristics (e.g., years
considered, language, publication status) used as criteria for eligibility, giving rationale.
Information sources 7 Describe all information sources (e.g., databases with dates of coverage, contact with study authors to identify
additional studies) in the search and date last searched.
Search 8 Present full electronic search strategy for at least one database, including any limits used, such that it could be
repeated.

44
45

Study selection 9 State the process for selecting studies (i.e., screening, eligibility, included in systematic review, and, if
applicable, included in the meta-analysis).
Data collection process 10 Describe method of data extraction from reports (e.g., piloted forms, independently, in duplicate) and any processes
for obtaining and confirming data from investigators.
Data items 11 List and define all variables for which data were sought (e.g., PICOS, funding sources) and any assumptions and
simplifications made.
Risk of bias in individual 12 Describe methods used for assessing risk of bias of individual studies (including specification of whether this was
studies done at the study or outcome level), and how this information is to be used in any data synthesis.

Summary measures 13 State the principal summary measures (e.g., risk ratio, difference in means).
Synthesis of results 14 Describe the methods of handling data and combining results of studies, if done, including measures of consistency
(e.g., I2 for each meta-analysis.
)

Risk of bias across studies 15 Specify any assessment of risk of bias that may affect the cumulative evidence (e.g., publication bias, selective
reporting within studies).
Additional analyses 16 Describe methods of additional analyses (e.g., sensitivity or subgroup analyses, meta-regression), if done,
indicating which were pre-specified.
RESULTS
Study selection 17 Give numbers of studies screened, assessed for eligibility, and included in the review, with reasons for exclusions at
each stage, ideally with a flow diagram.
Study characteristics 18 For each study, present characteristics for which data were extracted (e.g., study size, PICOS, follow-up period)
and provide the citations.
Risk of bias within studies 19 Present data on risk of bias of each study and, if available, any outcome level assessment (see item 12).
Results of individual studies 20 For all outcomes considered (benefits or harms), present, for each study: (a) simple summary data for
46

each intervention group (b) effect estimates and confidence intervals, ideally with a forest plot.

Synthesis of results 21 Present results of each meta-analysis done, including confidence intervals and measures of consistency.
Risk of bias across studies 22 Present results of any assessment of risk of bias across studies (see Item 15).
Additional analysis 23 Give results of additional analyses, if done (e.g., sensitivity or subgroup analyses, meta-regression [see Item 16]).

DISCUSSION
Summary of evidence 24 Summarize the main findings including the strength of evidence for each main outcome; consider their relevance to
key groups (e.g., healthcare providers, users, and policy makers).
Limitations 25 Discuss limitations at study and outcome level (e.g., risk of bias), and at review-level (e.g., incomplete retrieval
of identified research, reporting bias).
Conclusions 26 Provide a general interpretation of the results in the context of other evidence, and implications for future research.

FUNDING
Funding 27 Describe sources of funding for the systematic review and other support (e.g., supply of data); role of funders for the
systematic review.
Lampiran 2

Critical Appraisal for Cross Secional Design

47

Anda mungkin juga menyukai